KAJIAN KORELASI TINGKAT KEPADATAN LALU LINTAS DI KOTA SEMARANG DENGAN KONSENTRASI CO DAN Pb
Widayani *) ; Purwanto**); Danny Sutisnanto**) Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Jl. Imam Barjo No. 3 Semarang, 50238 *) Subdit Bina Lingkungan Ditjen Praswil Dep. Kimpraswil **) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang
Ringkasan Kota Semarang mempunyai potensi peningkatan kepadatan lalu lintas yang berakibat pada kemacetan, dan masyarakat tidak merasakan dampak akibat kemacetan sebagai inefisiensi ekonomi, karena bersifat intangible. CO (Karbonmonoksida) yang berasal dari gas buang kendaraan, dalam kondisi Idle (diam) lebih besar 4-6% dibandingkan dengan kondisi berjalan normal 1-4%, demikian halnya dengan Pb (timbal) bila Hb darah anak berusia 5-10 tahun ditemukan kadar timbal 0,30 ppm, dapat menurunkan tingkat kecerdasan. Kemacetan akibat volume kendaraan pada waktu aktifitas masyarakat yang secara bersamaan, menimbulkan pencemaran udara berupa CO dan Pb di udara dan ini perlu dicarikan solusi penanganannya. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2004 pada tiga ruas jalan Kota Semarang (Teuku Umar, Brigjen Katamso dan MT. Umar) di korelasikan dan digunakan Model Gaussian Plume untuk mendapatkan hubungan dan prediksi konsentrasi CO dan Pb di udara dengan jumlah kendaraan dimasa yang akan datang Korelasi antara jumlah kendaraan dengan peningkatan konsentrasi CO dan Pb berkorelasi positif pada saat waktu aktifitas masyarakat dimulai dengan tingkat korelasi yang berbeda. Hasil menunjukan bahwa volume kendaraan tertinggi pada ruas jalan Teuku Umar dan Brigjen Katamso pada jam 06.30-07.30 dan 16.30-17.30 WIB sementara jalan MT. Haryono volume kendaraan tertinggi pada sore hari (16.30-17.30 WIB) sedangkan konsentrasi CO tertinggi di ketiga ruas jalan tersebut ditemukan pada jam 16.30-17.30 WIB dan telah melampaui Baku Mutu CO Udara Ambien Propinsi Jawa Tengah, sementara konsentrasi Pb ditemukan tertinggi pada jam 16.30-17.30 WIB. Mengingat permasalahan dan potensi ketiga ruas jalan yang bervariasi maka alternatif pengendalian peningkatan konsentrasi CO dan Pb di udara akibat kepadatan lalu lintas pada masing-masing ruas jalan juga berbeda, yang meliputi pengalihan arus, pengaturan waktu dan pemakaian ruas jalan, dan penataan lingkungan jalan. Kata kunci : CO (Karbon monoksida), Pb (Plumbum), Pencemaran Udara, Tingkat kepadatan lalu lintas angkutan yang memadai bagi masyarakat. I.
Pendahuluan
Angkutan umum yang ada belum dapat
Semarang sebagai kota propinsi dan kota industri mempunyai daya tarik bagi tenaga kerja yang berakibat pada peningkatan penduduk,
aktifitas menuntut
dan
kepadatan
pelayanan
memberikan pelayanan yang maksimal (nyaman dan aman), maka penggunaan kendaraan alternatif
pribadi
masih
berkendaraan
merupakan
yang
masih
jasa
1
diminati terutama mayarakat menengah
refleksi. CO juga dapat menyebabkan
keatas.
kejang berlanjut kepada ketidaksadaran Mobilitas warga kota Semarang
dan kematian. (Soedomo;2001).
yang tinggi menjadikan beban jalan-jalan
Demikian halnya dengan timbal
di perkotaan mengalami kemacetan akibat
(Pb) yang dikeluarkan dari bahan bakar
pemakaian jalan dengan waktu yang
bensin
bersamaan.
ancaman kesehatan yang signifikan. Bank
Masyarakat
sebagai
kendaraan
merupakan
suatu
pengguna tidak merasakan dampak akibat
Dunia
kemacetan sebagai inefisiensi ekonomi,
pengeluaran emisi timbal dari bensin
karena bersifat intangible, artinya tidak
sebagai suatu bahaya lingkungan yang
dapat langsung diukur dengan rupiah,
besar bagi orang Indonesia, khususnya
padahal biaya sosial ekonomi akibat
anak-anak. Pengaruh kesehatan pada
kemacetan ini sangat besar. Pencemaran
sistem syaraf, ginjal, reproduksi, liver,
udara yang berasal dari gas buang
jantung dan urat darah serta lambung dan
kendaraan,
CO
usus. Dampak pada golongana anak-anak
Idle
terhadap tingkat intelejensi mereka sangat
berupa
(Karbonmonoksida) dalam kondisi
(2002)
telah
mengidentifikasi
(diam) lebih besar 4-6% dibandingkan
sensitive,
dengan
dan tingkah laku dapat juga terpengaruh
kondisi
kendaraan
berjalan
perkembangan
pengetahuan
normal sebesar 1-4% (Sidjabat, Obelin,
secara
2000).
Isnaeni dkk (2001), membagi
dalam darah anak berusia 5-10 tahun
sumber gas buang CO berdasarkan jenis
ditemukan kadar timbal 0,30 ppm, maka
bahan bakar dan kendaraan, dimana
dapat
kendaraan penumpang (pribadi) dengan
berlebihan, sehingga bisa menurunkan
bahan bakar bensin menimbulkan CO
tingkat kecerdasan IQ). Setiap kenaikan
tertinggi
gram/liter,
kadar timbal dalam darah sebesar 10
dibandingkan dengan jenis bahan bakar
mikrogram bisa menurunkan IQ 2,5 poin.
disel sebesar 11.86 gram/liter.
(Aminah, 2002)
sebesar
CO
462.63
(Karbonmonoksida)
signifikan
karena
menyebabkan
yang
Mengingat
timbal.
gerakan
dampak
akibat
Bila
otot
zat
terakumulasi dengan gas lainnya di udara
pencemar CO dan Pb yang berasal dari
dapat
gas buang kendaraan bermotor terhadap
menimbulkan
manusia
dalam
keracunan bentuk
bagi COHb
kesehatan,
maka
pencegahan,
(karboksihemoglobin) pada darah. Afinitas
pengawasan dan pengendalian menjadi
CO
hal
yang
lebih
besar
dibandingkan
yang
sangat
penting,
sehingga
oksigen (O2) terhadap Hb menyebabkan
perbaikan dan pengaturan (management)
fungsi Hb untuk membawa oksigen ke
diseluruh
seluruh
diharapkan menjadi suatu tindakan yang
tubuh
dapat
mengakibatkan
terganggunya syaraf yang memperlambat
efektif,
komponen
sehingga
dampak
transportasi
yang
di
2
timbulkan akibat pencemaran udara dapat
C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
terkurangi.
(smp/jam )
II.
dimana :
2.1.
Materi dan Metode Pengukuran Variabel
a. Perhitungan volume kendaraan
C
= Kapasitas ( smp/jam )
Co
= Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar
Penghitungan dilakukan secara manual dengan
menggunakan
counter
dan
jalur lalu lintas FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan
formulir survey lalu lintas.
arah FCs f= Faktor penyesuaian hambatan
b. Pencatatan waktu
samping
Waktu penelitian dicatat bersamaan
FCcs = Faktor penyesuaian ukurankota
dengan penghitungan volume lalu lintas dan pengukuran CO dan Pb di udara.
2.3
Analisis Korelasi Korelasi
c. Pengukuran CO (Karbonmonoksida)
dinyatakan
dengan
dilakukan
koefisien (r) dan merentang dari -1 sampai
secara langsung dengan menggunakan
+1. Koefisien 1, dengan tanda + atau -,
mobil
IR
menunjukan korelasi sempurna antara
Correlation Carbon Monoxide Analyzer by
dua perubahan. Sebaliknya, koefisien nol
Environment s.a (CO11M-LCD).
berarti tidak ada korelasi sama sekali.
Pengambilan
CO
di
pemantauan
udara
udara
model
Keragaman
dalam
derajat
korelasi
d. Pengukuran Pb (Timbal)
dinyatakan oleh koefisien yang merentang
Pengambilan partikel udara menggunakan
dari 0 sampai 1 dari -1 sampai 0.
alat High Volume Air Sampler (HVAS)
Koefisien
yang terhisap dan tertahan di permukaan
sebagai taksiran untuk kekuatan kaitan
filter, hasil detruksi asam diukur dengan
antara dua perubahan yang berkorelasi,
menggunakan
Korelasi volume kendaraan (X) terhadap
Atomic
Spectrophotometer
Absorption
(AAS)
untuk
penentu
(r2)
dapat
konsentrasi CO/Pb di udara (Y)
mengetahui kadar Pb di udara ambient.
Y=aX
2.2. Analisis Tingkat Pelayanan
2.4
dipakai
adalah
Analisis Model Gaussian Plume
dari
volume
Pelepasan polutan ke udara secara
bahan
analisis
transfer dan disperse dipengaruhi oleh
kapasitas jalan atau v/c yang menunjukan
kecepatan angin (U) yang secara kontinyu
tingkat pelayanan (Level of Service).
digunakan dan merupakan pelepasan
dengan persamaan berikut :
yang stady state pada permukaan tanah
Hasil kendaraan
rekapitulasi merupakan
3
dengan gerakan angin kearah x pada
-
Perpotongan jalan dan fariasi lajur dari
kecepatan konstan u sepanjang sumbu x
4 menjadi 2 lajur di sepanjang ruas
(pada y = z = 0) dinyatakan jika kecepatan
jalan Teuku Umar
angin besar maka sifat kontaminan akan
-
Lebar badan jalan yang berfariasi dan
menurun dan atau sebaliknya dengan
terjadinya penyempitan badan jalan
persamaan
(botol neck).
C max =
sebagai
berikut
10 6 Q CO / Pb
Untuk
−
:
itu
-
Perbedaan ketinggian (elevasi) jalan
2π τ ui u Ht ρ
yang lumayan tinggi sekitar 25%
persamaan Model Gaussian Plume yang
-
Tingginya nilai v/c ratio pada ruas jalan Teuku Umar juga disebabkan
digunakan adalah :
truk,
microbus
dan
angkot
yang
jumlahnya mendekati 50%.
Hasil dan Pembahasan Ruas jalan Teuku Umar hampir di
sepanjang hari mengalami kepadatan lalu lintas, dari perhitungan v/c pada waktuwaktu penelitian, terlihat tingkat pelayanan jalan pada pagi dan sore hari pada batas bawah diatas tingkat pelayanan dengan
1,8
karakteristik tingkat pelayanan (v/c)
III.
Cmax
oleh banyaknya jenis kendaraan bus,
n = Kons u
1,6
1,6
1,4
1,38
1,2
1,19 1,03
1
0,98 0,9
0,8 0,6 0,4 0,2 0
kategori “D” yang artinya arus tidak stabil, kecepatan
terganggu
yang
06.30-07.30
yang berakibat pada kecepatan rata-rata
10.30-11.30
12.30-13.30
jam
v/c ratio hitung
terkadang
terhenti serta munculnya antrian panjang
08.30-09.30
14.30-15.30
d
16.30-17.30
e
f
Gambar V/C Ruas Jalan Teuku Umar
Gambar 1. v/c ruas jalan Teuku Umar
tidak dapat dipertahankan, sementara tingkat
Ruas jalan Brigjen Katamso dari
pelayanan kategori “F” yang artinya arus
hasil perhitungan v/c pada waktu-waktu
lalu lintas yang terjadi sudah dalam
penelitian,
kondisi terpaksa dan terjadi kemacetan,
mengalami fluktuatif tingkat pelayanan,
kecepatan rendah, terjadi anterian yang
dengan tertinggi pada pagi hari (06.30-
panjang dan terjadi hambatan-hambatan.
07.30) mencapai diatas tingkat pelayanan
Beberapa
berkurangnya
kategori “F”, hingga pada jam 08.30-15.30
kecepatan lalu lintas pada ruas jalan ini
terlihat menurun dan stabil menduduki
adalah :
kategori
batas
-
atas
Prilaku
telah
melampaui
penyebab
pengendara
tidak pada tempatnya,
yang
berhenti
dari jam 06.30 hingga 17.30
“C”
pengemudi namuna
atau
dapat
pada
arus memilih
sore
hari
stabil
dan
kecepatan, 15.30-17.30
4
meningkat naik hingga mencapai kondisi 1,2 1,14
1,08
pada pagi hari. Lamanya arus stabil pada
1,04
1,06
1,02
ruas jalan ini dikarenakan lebar jalan lebih luas (21 meter) dibandingkan ruas jalan Teuku Umar (17,5 m) dan MT. Haryono (19 m), selain itu diberlakukannya satu arah pada pagi hari (jam 06.00-09.00 WIB)
menjadikan
beban
jalan
oleh
karakteristik tingkat pelayanan (v/c)
1 0,93
0,8 0,6 0,4 0,2 0 06.30-07.30
08.30-09.30
10.30-11.30
v/c hitung
kendaraan menjadi berkurang.
12.30-13.30
14.30-15.30
jam
d
16.30-17.30
e
f
Gambar V/C Ruas Jalan MT.Haryono
Gambar 3. v/c ruas jalan MT. Haryono 1,4 1,23
karakteristik tingkat pelayanan (v/c)
1,2
Konsentrasi CO (Karbonmonoksida)
1,09
1
Hasil pengukuran, konsentrasi CO 0,81
0,8
di udara pada ruas jalan Jalan Teuku
0,71 0,7
0,67
0,6 0,4
Umar dan Brigjen Katamso ditemukan
0,2
nilai tertinggi pada pagi (06.30-07.30 WIB)
0jam
06.30-07.30
08.30-09.30
10.30-11.30
v/c hitung
12.30-13.30
c
d
14.30-15.30
dan
16.30-17.30
e
f
sore
hari
sementara
ruas
(16.30-17.30 jalan
MT.
WIB), Haryono
konsentrasi tertinggi ditemukan pada sore
Gambar V/C Ruas Jalan Brigjen Katamso
Gambar 2. v/c ruas jalan Brigjen Katamso
hari
(16.30-17.30
WIB).
Tingginya
konsentrasi CO diyakini disebabkan oleh Sementara pada ruas jalan MT. Haryono
volume
dari perhitungan v/c pada waktu-waktu
kendaraan
tertentu
didapatkan tingkat pelayanan
merupakan
jumlah
rata-rata tinggi diatas tingkat pelayanan
sedangkan
korelasi
kategori “D”.
kendaraan
terhadap
konsentrasi
CO
Penggunaan
Model
pada
ruas
melihat trend yang terjadi jalan
MT.
Haryono
lebih
disebabkan oleh banyaknya kendaraan jenis sepeda motor (52%), becak dan gerobak
(9%).
Selain
itu
pemakaian
badan jalan digunakan sebagai tempat parkir sehingga lebar jalan efektif menjadi terkurangi, sementara volume kendaraan berpotensi meningkat.
adalah
kendaraan, pada
C max =
dimana
volume
jam-jam
tersebut
yang
tertinggi,
antara
volume
perubahan
bersifat
positif.
Gaussian
Plume
10 6 QCO / Pb −
2π τ ui u Htρ
dengan
persamaan linier dari volume kendaraan (X) terhadap konsentrasi CO/Pb di udara (Y) dan pencatatan kecepatan angin saat pengukuran sebagai (U) maka didapatkan persamaan :
5
n u
Jalan Teuku Umar
14000
Sementara korelasi volume kendaraan terhadap konsentrasi CO di ruas jalan MT. Haryono (y = 9,2685x), Teuku Umar (y = 1,6978x)
konsentrasi CO (ug/m3)
C max = Kons
15275,11 13232,65 9869,311
11378,66
10000
9392,23
8636,709
6000
dan Brigjen Katamso (y = 2000
2,1476x), diperoleh model persamaan
8997
6702 5532 volum e5813 kendaraan
CO
konsentrasi CO di udara yang berbeda : Jalan
Teuku
Umar
n 0,620.u
Ruas jalan Brigjen
Katamso C mak .CO
n = Ruas jalan 0,103.u
C mak .CO =
MT. Haryono C mak .CO =
n 0,028.u
Dimana :
Jalan Brigjen Katamso
14000
C = Konsentrasi CO di udara (mg/m3)
15383,26 13602,9
10000 10085,13
2000
volume kendaraan 4696 3895 4067
4127
CO
Model persamaan di ketiga ruas bahwa
6334
Baku mutu
Gambar 5. Konsentrasi CO terhadap jumlah kendaraan pada ruas jalan Brigjen Katamso
0,620; 0,103; 0,028 = Konstanta
menunjukan
8734,289 8863,145
7163
jalan,
8364,902
6000
n = Volume kendaraan (unit) u = Kecepatan angin (m/detik)
7794
Gambar 4. Konsentrasi CO terhadap jumlah kendaraan pada ruas jalan Teuku Umar
konsentrasi CO (ug/m3)
Ruas
5087
Baku mutu
Jalan MT. Haryono 40000
volume
sebagai
sumber
emisi
berbanding lurus dengan konsentrasi CO di udara, sementara kecepatan angin berbanding
terbalik,
dimana
dengan
konsentrasi CO (ug/m3)
33283,18
kendaraan
34126,62
30000
sehingga
proses
pengenceran konsentrasi CO di udara
32782,68
10000 3740
3682
3221
3591
volume kendaraan CO
proses sebaran CO di udara menjadi cepat
36425,21 29853,84
20000
kecepatan angin yang tinggi sebagai
semakin
34664,19
3537
3930
Baku mutu
Gambar 6. Konsentrasi CO terhadap jumlah kendaraan pada ruas jalan MT. Haryono
terjadi Hubungan
antara
volume kendaraan terhadap perubahan konsentrasi di udara adalah:
Perlambatan arus kendaraan dan
perubahan
kemacetan, merupakan salah satu factor utama
terjadinya
peningkatan
udara.
Bambang
(2002),
CO
di
menyatakan
bahwa emisi gas buang kendaraan dalam
6
kondisi macet menghasilkan CO 12 kali
bangunan dari jenis ruko (rumah toko)
lebih tinggi dibandingkan pada kondisi
sangat tinggi, sehingga sirkulasi udara
jalan yang langsam (lancar). Demikian
menjadi sangat rendah. Beroya (2000),
juga Bapedal (1997) membedakan emisi
berpendapat
konsentrasi
kondisi
perkotaan kecepatan pembersihan CO
kondisi
sangat lambat karena kecepatan disperse
CO
kendaraan,
berdasarkan
dimana
pada
bahwa
pada
daerah
perlambatan dan diam (Stasioner) CO
dipengaruhi
yang ditimbulkan tertinggi yaitu mencapai
meteorology, antara lain kecepatan arah
3,9 – 6,9%, sedangkan menurut Sidjabat
angin, turbulensi udara dan stabilitas
(2000), pada pengoperasian kendaraan
atmosfer,
yang sama konsentrasi CO yang terbuang
meskipun turbulensi udara dan stabilitas
mencapai 6%.
atmosfer bergerak dan aliran udara di atas
oleh
bahkan
faktor-faktor
di
kota-kota
besar
Asmoro (2002), kecepatan rata-
dan di sekeliling bangunan, namun karena
rata dan ratio volume per kapasitas v/c
keterbatasan ruang maka gerakan udara
ratio merupakan aspek lalu lintas yang
terbatas sehingga konsentrasi CO di
mempunyai
udara dapat meningkat
korelasi
terhadap
CO
dijelaskan
bahwa
paling
ambient,
signifikan sedangkan
kecepatan
rata-rata
Mengingat CO merupakan gas buang
hasil
efek
samping
proses
kendaraan berbanding terbalik dengan
pembakaran yang tidak sempurna, maka
konsentrasi
aspek
CO
di
udara.
Tingginya
tingkat
efisiensi
pembakaran
pemakaian kendaraan bermotor berbahan
merupakan
bakar bensin juga berpengaruh terhadap
dipertimbangkan. Salah satu terjadinya
peningkatan konsentrasi CO di udara
proses pembakaran yang tidak sempurna
(Bapedal,
adalah keausan komponen kendaraan,
1999).
Sedangkan
hasil
aspek
yang
perlu
perhitungan jumlah kendaraan bermotor
dan
dengan bahan bakar bensin yang melintas
kendaraan yang tergolong usia tua.
hal
ini
biasanya
ditemui
pada
di ketiga ruas jalan (Teuku Umar, Brigjen
Berdasarkan pengamatan di ketiga
Katamso dan MT. Haryono) rata-rata
ruas jalan (Teuku Umar, Brigjen Katamso
adalah 98%
dan MT. Haryono) hampir 90% angkutan
Tingginya konsentrasi CO di udara pada ruas jalan MT Haryono disebabkan
umum
tergolong
usia
tua
(keluaran
sebelum tahun 1990).
antara lain oleh Kondisi lingkungan sekitar ruas jalan, dimana lingkungan sekitar ruas
Perubahan Konsentrasi Pb (Timbal) di
jalan
Udara
MT. Haryono sangat padat oleh
bangunan terbuka komersial
dan karena dengan
kurangnya merupakan tingkat
ruangan
Konsentrasi Pb pada jalan Teuku
daerah
Umar dan Brigjen Katamso didapatkan
kerapatan
nilai tertinggi pada pagi hari (06.30-07.30
7
WIB) dan sore hari (16.30-17.30 WIB), berbeda dengan ruas jalan MT. Haryono
Upaya Pengendalian
nilai konsentrasi Pb di udara ditemukan pada
sore
hari
(16.30-17.30
Banks (2002) menyatakan bahwa
WIB).
perencanaan jalan yang dilakukan juga
Tingginya konsentrasi Pb diduga kuat juga
harus merencanakan Model pencemaran
berkorelasi positif terhadap perubahan
udara untuk memprediksi polutan yang
volume
akan terjadi bila pembangunan jalan
kendaraan,
korelasi
tersebut
dapat di lihat pada Gambar berikut : Menggunakan
Model
direlisasikan.
Gaussian
Secara
sistematis
faktor-faktor
Plume dan Korelasi antara konsentrasi Pb
yang mempengaruhi penurunan kualitas
di udara dengan volume kendaraan dapat
udara
dinyatakan dengan persamaan sebagai
pengendaliannya adalah :
(CO
dan
Pb)
dan
proiritas
berikut : Ruas Jalan Teuku Umar C max .Pb = Ruas
jalan
Cmax.Pb =
Brigjen
2
UMUR KENDA RAAN
Katamso
JENIS KENDARAAN
BBM
nPb 1116,06.u
Haryono C max .Pb
nPb 5263.u
Ruas
jalan
MT. 1
nPb = 169,19.u
VOL KENDA RAAN
KONDISI JALAN
V/C
KECEPA TAN KENDAR
Mengingat Pb (Timbal) merupakan
PERUBA HAN KUALITA S UDARA (CO DAN PB)
bahan tambahan (aditif) yang digunakan untuk anti knocking compound
berupa
TEL (Tertra Ethyl Lead) yang selanjutnya teruapkan
melalui
knalpot
kendaraan,
3
KETERANGAN : 1, 2, 3 = Prioritas penaganan
sehingga peningkatan konsentrasi Pb di lingkungan perlu diwaspadai.
Sulzer
(1987), dalam setiap jarak tempuh polutan timah
hitam
sebesar
yang
0,09
dihasilkan gram,
bensin
sedangkan
berdasarkan pengamatan di jalan Teuku Umar, Brigjen Katamso dan MT. Haryono
Berdasarkan
gambar
tersebut
diatas prioritas pengendalian penurunan kualitas
udara
yang
disebabkan
kecepatan kendaraan, dapat dirumuskan alternatif pengendalian sebagai berikut :
kendaraan yang melintasi sebanyak 9899% bensin.
tergolong
kendaraan
berbahan
Ruas Jalan Teuku Umar 1. Pagi hari dimulai jam 06.00-08.00 wib arus lalu lintas yang berasal dari jalan
8
Setiabudi dan Gombel lama diberlakukan
jalan Gempolsari, dan jalan Kamal dan
satu arah hingga pertigaan Kaliwiru;
Jeruk namun kondisi jalan ini perlu
2. Pengalihan kendaraan yang akan ke
diperlebar guna memberikan pelayanan
arah Selatan dapat melalui jalan Sultan
bagi kendaraan yang menggunakan jalur
Agung, Semeru dan keluar di jalan
alternatif.
Karangrejo, mengikuti arus satu arah kemudian berbalik arah masuk di jalur
Ruas jalan MT. Haryono
lambat menuju Selatan.
Pemanfatan badan jalan sebagai lahan parkir kendaraan dan banyaknya
3. Dilakukan
kegiatan
studi
Capex
perpotongan
adalah
penyebab
ruang
(Capacity Expansion) untuk pembuatan
gerak kendaraan menjadi terhambat dan
jembatan layang (fly over)
kecepatan arus tidak stabil, yang akhirnya
dari turunan
Gombel sampai jalan Sultan Agung.
peningkatan konsentrasi CO dan Pb. Tingginya konsentrasi CO dan Pb di udara pada sore hari, disebabkan
Ruas jalan Brigjen Katamso Ruas jalan Brigjen Katamso saat
karena ruas jalan MT. Haryono sebagai
ini telah di berlakukan satu arah pada pagi
pusat
hari
pengurangan
aktifitasnya hingga sore hari (16.30-17.30)
kepadatan lalu lintas, namun konsentrasi
dan jenis kendaraan yang melintasi ruas
CO di udara akibat aktifitas kendaraan
jalan ini di dominasi jenis kendaraan
pada pagi hari (06.30-07.30 wib) masih
berbahan bakar bensin (99%).
sebagai
upaya
melampaui Baku Mutu Udara Ambien
perdagangan
Alternatif
masih
melakukan
pengendalian
adalah
Propinsi Jawa Tengah Hal ini disebabkan
penataan
kendaraan yang
jalan
yang berwawasan lingkungan, melalui :
99%
1. a. Larangan parkir disepanjang ruas
tersebut
pada
melewati pagi
ruas hari
menggunakan bahan bakar bensin, dan di dominasi oleh kendaraan bermotor sebanyak
75%.
Untuk
itu
upaya
pengendalian yang disarankan adalah :
kembali
Tetap dilakukan satu arah untuk pagi
komersial
jalan MT. Haryono; b. Penertiban pedagang kaki lima (PKL)
disepanjang
ruas
jalan
tersebut; c. Pengefektifan
1.
kawasan
dan
Penatataan
kembali jalur lambat;
hari (06.00-08.00 wib) namun hanya diperuntukan bagi kendaraan bermotor dan angkutan umum saja;
2. Pembangunan gedung perparkiran di beberapa titik sepanjang ruas jalan tersebut;
2. Untuk
kendaraan
roda
empat/
kendaraan pribadi dialihkan, melewati
9
Ucapan besarnya
terima
kasih
kepada
yang
Ditjen.
sebesarPrasarana
Wilayah Dep. Kimpraswil dan sahabatku Triyuni Atmojo
Daftar Pustaka
Banks, James H, Introduction To Transportation Engineering, Mc-GrawHill Companies. 2002 Directorate General of Highway, Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM , Part I (Urban Road), Jakarta. 1993 Dix, H.M, Environmental Pollution, John Willey & Sons, New York. 1981 Fardiaz, Srikandi, Polusi Air dan Udara. Kanisus Yogyakarta, 1992 Kiely, Gerard, Environmental Enginering, McGraw-Hill, Singapore. 1998 Kristanto, Philip, Ekologi Industri, ANDI. Yogyakarta. 2002 Oglesby H Clarkson et al., Higway Engineering, fourth edision, John Wiley & Sons, Inc. 1982 Soedomo, Moestikahadi, Kumpulan Karya Ilmiah mengenai Pencemaran Udara, Penerbit ITB, Bandung. 2001 Rau, John G, Environmental Impact Analysis Handbook. McGraw-Hill. 1980 Wark, Kenneth et al., Air Polution 3nd,. Addison Wesley Longman, Inc, USA. 1998 Watts, J, Richard, Hazardous Wastes : Sources Pathways Receptors, USA. 1997
10