JSM 3 (1) (2014)
JURNAL SENI MUSIK http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsm
BENTUK PERTUNJUKAN KESENIAN BARONGAN AKHYAR UTOMO DI DESA KECAPI KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA Amirul Akbar Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima April 2014 Disetujui Mei 2014 Dipublikasikan Juni 2014
________________ Keywords: performance form, function of music, and barongan art. ____________________
Abstrak ___________________________________________________________________ Peran musik sangat penting untuk mendukung pertunjukan barongan. Kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari kesenian barongan salah satunya yaitu tidak adanya dokumen tertulis mengenai bentuk pertunjukan serta pola garap musik pendukung. Oleh karena itu, rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana bentuk pertunjukan kesenian barongan “Akhyar Utomo” di desa Kecapi, kec. Tahunan, kab. Jepara?, (2) Apa saja fungsi musik pendukung kesenian barongan “Akhyar Utomo” di desa Kecapi, kec. Tahunan, kab. Jepara?.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pendekatan aspek sosiologiTeknik analisis data dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut: (1) Pengumpulan Data, (2) Reduksi Data, (3) Penyajian Data, (4) Penarikan Kesimpulan.Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan kesenian barongan “Akhyar Utomo” terdiri dari aspek formasi berbentuk segi lima. Alat musik yang digunakan adalah kendhang, kenong, gong/kempul, terumpet+saron, demung, saron, dan sinden. Gamelan berlaras Slendro. Perlengkapan pementasan teridiri dari tempat pementasan di tanah terbuka, pencahayaan alami, sound system sebagai pengeras suara, tata rias dan tata busana, sajen, serta penonton. Urutan penyajian diawali dengan musik pembuka yaitu dengan memainkan sampak slendro manyura, sampak, dan jula-juli. Dilanjutkan dengan tembang pambuka yaitu tembang Akhyar Utomo.
Abstract ___________________________________________________________________ The role of music is very important to support the barongan show. One of the reasons that the youth lacks of interest to continue supporting the barongan art is caused by the absence of a written document about the form and pattern of the supporting music. Therefore, the problem formulations in this research are (1) how is the form of "Akhyar Utomo" barongan art performance in the village of Kecapi Village, Tahunan District, Jepara Regency?, (2) what are the functions of the supporting music of "Akhyar Utomo" barongan art in Kecapi village, Tahunan District, Jepara Regency?. This research used descriptive qualitative research method and sociological aspect approachThe techniques of data collection were observation, interviews and documentation study. The technique of data analysis was done by the following steps: (1) data collection, (2) data reduction, (3) presentation of data, (4) conclusion withdrawal. The result of the research showed that the form of the "Akhyar Utomo" barongan art performance consisted of the aspect of pentagon-shaped formation. The musical instruments which were used are kendhang, kenong, gong/kempul, trumpet + saron, demung, saron, and sinden. The gamelan was tuned Slendro. The performance equipments consisted of a stage in open ground, natural lighting, sound system as loudspeakers, make up and fashion, sajen, and also the audience. The sequence of the performance was started by the opening music which was playing slendro sampak manyura, sampak, and jula-juli. Then, it was followed by Akhyar Utomo song as the opening song.
© 2014 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Gedung B2 Lantai 2 FBS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail:
[email protected]
ISSN 2301- 4091
1
Amirul Akbar / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
Seni pertunjukan khususnya seni pertunjukan rakyat merupakan seni yang tidak hanya terdiri atas satu unsur saja, namun juga membutuhkan beberapa aspek yang menjadikan suatu pertunjukan kesenian itu dapat dilaksanakan dengan sukses. Beberapa aspek tersebut seperti pengadaan tempat, sarana dan prasarana, jenis kesenian, para pemain, para penonton, aspek pendukung seperti musik atau pengiring, lighting, tata rias, dan tata busana kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah aspek biaya. Menurut R. M. Soedarsono (1989:49) bahwa seni pertunjukan yang bukan pop selalu menuntut ongkos produksi cukup mahal. Hal ini disebabkan oleh ciri seni pertunjukan yang merupakan seni kolektif, yang berbeda sekali dengan seni rupa yang kebanyakan merupakan seni individual. Ongkos produksi yang dikeluarkan oleh pengelola pertunjukan-pertunjukan itu selalu merugi. Hal tersebut diatas merupakan salah satu penyebab pertunjukan kesenian rakyat di Indonesia mengalami penurunan intesitas dari waktu ke waktu. Masyarakat mulai memandang seni pertunjukan rakyat merupakan pertunjukan yang kuno dan cenderung tidak menghasilkan penghasilan yang menentu untuk menjamin perekonomian bagi para pelaku kesenian tersebut. Padahal salah satu aset penting yang menjadi daya tarik dari negara Indonesia adalah kekayaan kesenian rakyat yang tidak bisa dijumpai di negara-negara lain. Dengan membawa jati diri bangsa, maka Indonesia akan bisa dikenal dan bersaing dengan negara-negara lain karena kekayaan budayanya. R. M. Soedarsono (1989:133) mengungkapkan salah satu kekayaan yang menjadi perhatian para pelancong mancanegara itu adalah seni pertunjukan-nya. Musik dan barongan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya. Dalam pertunjukan keseni-an barongan selalu terdapat musik yang mendukung pertunjukan barongan se-hinggga menambah suasana dan semangat orang yang memainkan barongan tersebut. Musik dalam pertunjukan barongan memiliki peran yang sangat penting se-hingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
PENDAHULUAN Kesenian barongan merupakan kesenian rakyat yang banyak terdapat di daerah-daerah di Indonesia terutama di Jawa Tengah, stak terkecuali di Kabupaten Jepara. Gustami (2000:68) meyatakan berbagai kesenian tradisional yang hidup ditengah masyarakat Jepara, antara lain kesenian barongan, pencak, gambus, qosidah, terbangan, kentrung, emprak, wayang kulit, obor-obor, ketoprak al-Huda, yakni ketoprak islami, dan Khol yaitu bentuk kesenian khusus untuk memperingati kebesaran Sunan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Kelompok kesenian barongan “Akhyar Utomo” merupakan satu-satunya kelompok kesenian barongan yang ada di desa Kecapi. Kelompok kesenian barongan ini tepatnya berada di Dusun Karanganyar, Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Keberadaan kesenian tradisional seperti kesenian barongan pada era globalisasi seperti saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Padahal kesenian tradisional merupakan aset kekayaan bangsa yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Oleh karena itu keberadaan kesenian yang merupakan satu-satunya kelompok kesenian barongan yang ada di desa Kecapi harus dipertahan-kan dan dilestarikan. Salah satu masalah yang dialami oleh kelompok kesenian barongan “Akhyar Utomo” adalah kurangnya pelaku seni yang bisa meneruskan kelestarian kesenian tradisional seperti kesenian barongan menjadi maslah yang serius. Para pemuda di desa Kecapi lebih menyukai kesenian modern seperti dangdut dan band ketimbang harus mempelajari kesenian barongan apalagi menjadi pengrawit dalam kesenian barongan. Mereka lebih memilih kesenian modern ketimbang kesenian tradisional asli yang lahir di desa dimana mereka dilahirkan dan tinggal. Widodo (2008:4) mengungkapkan bahwa penanaman nilai leluhur budaya bangsa kepada generasi penerus pada era globalisasi ini menghadapi tantangan berat. Produk seni industri dengan tampilan glamour, praktis, dan ekonomis cenderung menjadi pilihan.
2
Amirul Akbar / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
dipisahkan. Peranan musik sangat penting untuk memberi iringan sebagai aksen-aksen tertentu beberapa gerak dalam kesenian tari. Kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari musik pendukung kesenian barongan salah satunya yaitu tidak adanya dokumen tertulis mengenai bentuk penyajian serta pola garap musik pendukung. Berbeda dengan kesenian maupun musik-musik modern, buku-buku mengenai tutorial untuk belajar musik modern bisa dengan mudah ditemukan di toko-toko buku. Dilihat dari aspek musik sebagai pendukung pertunjukan, musik pada kelompok barongan “Akhyar Utomo” tergolong sederhana, karena hanya menggunakan beberapa alat gamel-an seperti kenong, kempul, saron, kendang, dan yang menjadi ciri khas barongan musik yaitu trompet yang menghasilkan suara yang khas sehingga menjadikan suasana mistis dari barongan tersebut. Pola tabuhan iringan yang sederhana akan memudahkan seseorang dalam mempelajari pola tabuhannya. Walaupun komposisi musik terkesan tidak begitu sulit, namun tidak mengurangi semangat atau greget para pelaku dalam berekspresi guna mendukung kesuksesan pertunjukan. Sebuah tarian maupun adegan tidak akan hidup tanpa adanya musik sebagai pengiring. Berdasar pada latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti mengenai Bentuk Pertunjukan Kesenian Barongan “Akhyar Utomo” di Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah bentuk pertunjukan dan fungsi musik kesenian barongan Akhyar Utomo di Desa Kecapai, Kec. Tahunan, Kab. Jepara ? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan bentuk pertunjukan dan fungsi musik kesenian barongan Akhyar Utomo di Desa Kecapai, Kec. Tahunan, Kab. Jepara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:135), pengertian bentuk adalah lengkung, bangun, rupa, sistem, wujud yang ditampikan
(tampak), acuan atau susunan kalimat, dan kata penggolong bagi benda yang berlekuk. Sedangkan dijelaskan juga pengertian dari bentuk penyajian adalah bentuk penyajian informasi dalam dokumen sebagai lawan bentuk fisik dokumen itu sendiri, misal kamus arsitektur, ensiklopedi senjata dan kendaraan lapis baja, dan esai seni. Menurut Susetyo (2009:9-11) menyatakan bahwa bentuk penyajian suatu pertunjukan musik meliputi urutan penyajian, tata panggung, tata rias, tata busana, tata suara, tata lampu, dan formasi. Murgiyanto (1992:14) mengungkapkan bahwa bentuk pertunjukan kesenian mempunyai aspek-aspek yang berkaitan dengan suatu tampilan kesenian. Aspek-aspek yang berkaitan dengan suatu penyajian musik : 1) musik dan lagu; 2) alat musik; 3) pemain; 4) perlengkapan pemenasan; 5) tempat pementasan; 6) urutan penyajian. Matius Ali (2008:6-9) menyebut-kan mengenai beberapa fungsi musik yaitu secara umum fungsi musik dalam ma-syarakat Indonesia antara lain : 1) sebagai media atau sarana upacara budaya (ritual); 2) media hiburan; 3) media ekspresi diri; 4) media komunikasi; 5) pengiring tari; 6) sarana ekonomi. Musik adalah ungkapan hati manusia berupa hati manusia berupa bunyi yang bisa didengarkan (Wagiman Joseph, 2005:6). Musik tidak dapat dilepaskan dari kehidupan diri seseorang, karena pada dasarnya musik merupakan bagian dari ungkapan emosional manusia. Seni musik adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media “nada” (suara manusia/vokal ataupun alat-alat musik) yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu (Matius Ali, 2008:7). Berdasar pada teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa musik merupa-kan susunan nada-nada atau suara yang teratur, sebagai hasil karya dan ungkapan perasaan dari manusia dengan mengguna-kan prinsip-prinsip tertentu sehingga menghasilkan suatu suara yang mengandung irama, lagu, dan keharmonisan.
3
Amirul Akbar / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
Seni merupakan ekspresi jiwa, ide, emosi, dan perasaan manusia. Seni ter-wujud melalui keterampilan atau daya kreativitas manusia dalam bentuk-bentuk karya yang bersifat indah (estetik) dan simbolis (Matius Ali, 2008:5). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:109), kata Barong me-miliki arti tarian yang memakai kedok dan kelengkapan sebagai binatang buas (singa), dimainkan oleh dua orang (satu di depan, yaitu bagian kepala dan satu di belakang, yaitu dibagian ekor), dipertunju-kan dengan cerita Calon Arang. Sedangkan kata Barongan berarti seni pertunjukan rakyat yang berupa tiruan binatang buas (singa, dan sebagainya) yang digerak-gerakkan oleh orang yang berada di dalamnya.
dan merumuskan simpulan sehingga mudah dimengerti oleh diri sendiri maupun orang lain. Sugiyono (2009:335). Sugiyono (2010:365) mengungkap-kan bahwa dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Teknik pemeriksaan data dilakukan melalui: perpanjangan pengamatan, trianggulasi, menggunakan bahan referensi, dan uraian rinci. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Desa Kecapi merupakan desa yang berada di kecamatan Tahunan kabupaten Jepara dengan memiliki luas sekitar 394 Ha. Desa kecapi merupakan kawasan berbukit dan dihuni oleh 14.677 jiwa. Masyarakat di desa kecapi mayoritas beragama islam. Mata pencaharian masyarakat desa Kecapi mayoritas bekerja dibidang meubel dan pertanian. Sebagian besar penduduk telah menempuh pendidi-kan tingkat SD-SLTA dan ditunjang dengan adanya fasilitas pendidikan berupa TK-SLTA dan Pend. Agama. Masyarakat-nya masih mempertahankan kegiatan tradisi seperti sedekah bumi setiap tahun-nya. Beberapa kesenian yang ada di desa Kecapi antara lain: barongan “Akhyar Utomo”, campur sari, rebana “Putra Shima”, orkes melayu “Canesta” dan “Dashima”. Asal-usul terbentuknya kelompok kesenian barongan “Akhyar Utomo” berawal dari sebelum tahun 1970. Nama dari kesenian saat itu masih “Gaya Baru” dan diketuai oleh Paiman. Format musik yang digunakan masih asli yaitu nong-nong gheng (kendang, kenong, kempul, dan trumpet). Tahun 1970-an “Gaya Baru” berganti ketua yaitu Sunari. Inovasi terjadi pada format musik dengan menggunakan: kendang, kenong, kempul/gong, trumpet, saron + sinden. Tahun 2011 Paiman me-ninggal dan ketua digantikan oleh putranya yaitu Sutomo kemudian berganti nama dari “Gaya Baru” menjadi “Akhyar Utomo”. Makna
METODE PENELITIAN Di dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada bentuk pertunjukan dan fungsi musik kesenian barongan Akhyar Utomo di Desa Kecapai, Kec. Tahunan, Kab. Jepara. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pen-dekatan aspek sosiologi untuk fungsi musik pendukung. Metode penelitian kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatau objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang diamati (Andi Prastowo, 2012:24). Berdasarkan metode kualitatif maka teknik yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data melalui tiga teknik pengambilan data yaitu teknik observasi, teknik wawancara dan teknik studi dokumen. Analisis data merupakan upaya untuk mengolah data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasi-kan data ke dalam katagori menjabarkan ke unit-unit, menemukan mana yang penting dan yang akan dipelajari,
4
Amirul Akbar / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
Untuk membujuk barongan kembali kesarang harus diiringi dengan lagu campursari. Pertunjukan ditutup dengan penampilan reok, namun hal ini tidak wajib tergantung waktu pementasan. Musik pendukung terdiri dari dua yaitu instrumen dan vokal. Instrumen: 1) kendang sedang dan kecil; 2) satu kenong bernada 6 (nem) sebagai kethuk; 3) gong dan kempul; 4) terompet reok; 5) satu demung; 5) dua saron. Vokal diisi oleh satu orang sinden yang berfungsi menyanyikan tembang pambuka dan campursari. Perlengkapan dan unsur pendukung pementasan terdiri dari: 1) tempat/tata panggung. Tempat yang biasa digunakan untuk barongan pertunjukan kesenian menurut pengamatan penulis adalah jenis panggung tempat terbuka. Panggung ter-sebut artinya panggung tidak dikelilingi oleh dinding pembatas dan biasanya digelar dihalaman yang luas tanpa diberi alas; 2) pencahayaan/lighting. Tata lampu diperlukan apabila pertujukan malam hari, namun bila pertunjukan pada siang hari pencahayaan cukup mengandalkan cahaya matahari yang sudah cukup menerangi tempat pertunjukan; 3) tata suara/sound system. Tata suara digunakan sebagai pengeras suara serta ditujukan untuk musik pendukung baik instrumen, vokal (sinden), dan para pemain seperti pelawak, ncik serta penthul-tembem; 4) tata rias dan busana. Tatarias pada kelompok kesenian Barongan Akhyar Utomo pada umunya dilakukan oleh pemain itu sendiri. Penggunaan tata rias dan penggunaan kostum yang mencolok biasanya terdapat pada para pemain peran seperti penari jaran kepang, ncik. pelawak, dan Untuk para pemusik/pengrawit tidak mengguna-kan makeup dan kostum yang khusus. Pemain musik hanya menggukanakan baju rapi seperti baju batik, kecuali untuk sinden menggunakan rias wajah dan menggunakan kostum kebaya; 5) sajen. Sajen/sesaji harus ada pada setiap pertunjukan barongan. sajen memiliki fungsi untuk keselamataan, baik ke-selamatan yang punya hajat dan pelaku kesenian. isi dari sajen tersebut antara lain pisang, jajan pasar, nasi
dari nama “Akhyar Utomo” terdiri dari kata “akhyar” artinya pilihan dan kata “utomo” artinya yang utama. Berdasarkan filosofi tersebut diharapkan dengan nama “Akhyar Utomo” kelompok kesenian barongan “Akhyar Utomo” menjadi pilih-an utama hiburan masyarakat khususnya kesenian tradisional. Bentuk Pertunjukan dan Fungsi Musik Pendukung Urutan penyajian kesenian barongan “Akhyar Utomo” terdiri dari 3 tahap, yaitu sebagai berikut: 1) Reok/ Tari Kuda Lumping. Penari reok atau kuda lumping kesenian barongan “Akhyar Utomo” berjumlah 6 orang dan semua penari adalah seorang wanita yang masih remaja. Penari kuda lumping akan menari dengan gerakan dan formasi tertentu yang sebelumnya sudah diajarkan kepada mereka dengan membawa kuda lumping atau jaran kepang. Kostum yang digunakan penari jaran kepang menandakan sebagai prajurit perang. Tarian kuda lumping pada tahap pertama ini disajikan dengan durasi kurang lebih 25 menit; 2) Ncik. Tahap Ncik dibagi menjadi dua bagian yaitu adegan lakon jaran dan adegan tari ncik atau tari silat. Tujuan dari pertunjukan ncik merupakan hasil inovasi yang bertujuan agar barongan pertunjukan kesenian tidak membosankan karena hanya menyaksikan reok dan aksi barong-an. Bagian pertama dari ncik adalah lakon jaran wong. Tiga orang yang masing-masing berperan sebagai pengembala kuda, teman pengembala kuda, dan se-bagai kuda. Cerita yang dibawakan pada bagian ini tidak ada paten karena tujuan utamanya adalah untuk melawak agar penonton tertawa dan merasa terhibur. Pemain dalam tari silat masingmasing akan saling beradu keahlian silat dan saling bertarung dan diselipkan juga adegan lucu. Durasi untuk tahap ini selama 25 menit; 3) Barongan. Tahap Barongan merupakan bagian inti dari pertunjukan. Diawali dengan keluarnya Penthul-Tembhem yang menari-nari diiringi lagulagu campursari dan mendoakan harapan yang punya hajat agar terkabul. Setelah itu mereka memenggil barongan keluar dari sarang untuk diberi minum berupa arang panas dan pisang.
5
Amirul Akbar / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
golong, nasi buncet, burbur merah-bubur putih, arang-arang kembang, rujak kelapa muda, dekem ayam, kopi pahit; 6) penonton. Penonton umumnya merupakan masyarakat dari desa tempat kesenian tersebut dipertunjukan. Penonton berasal dari semua kalangan usia, mulai dari anak-anak hingga orang yang sudah lanjut usia, baik laki-laki maupun wanita. Formasi yang digunakan musik pendukung kesenian barongan “Akhyar Utomo” terdiri dari 7 orang pemusik dengan posisi sinden paling belakang, di depan sinden ada pemain kendang, kenong, gong. Untuk paling depan yaitu pemain demung, dan 2 saron. Deskripsi urutan penyajian musik pendukung diawali dengan ditabuhnya alat musik kendhang, kenong/kethuk, gong-kempul, dan balungan. Musik pembuka menggunakan gending Sampak Slendro Manyura. Setelah itu dilanjutkan dengan memainkan gending Sampak dengan tempo cepat. Disela-sela pemain membuka pertunjukan, musik atau pola tabuhan jula-juli dimainkan. Setelah pembukaan maka dilanjutkan dengan memainkan Tembang Pambuka yang dinyanyikan oleh seorang sinden dan diiringi gamelan garapan campursari. Memasuki acara inti diawali dengan pertunjukan Reok/Kuda lumping. Iringan musik menggunakan format Nong-nong gheng. Urutan irama untuk mengiringi teri kuda lumping yaitu dimulai dengan irama 1, dilanjutkan irama 2, irama 3, dan ditutup dengan irama 1 untuk mengiringi penari kuda lumping berlari meninggalkan panggung pertunjukan. Memasuki pertunjukan selanjutnya yaitu pertunjukan lakon jaran wong. Pengguna-an melodi, tempo dan dinamika yang menyesuaikan pemain lakon jaran wong akan menambah suasana lucu pada pertunkujan tahap ini. Selanjutnya me-masuki pertunjukan Ncik. Format iringan sama dengan iringan musik reok yaitu menggunakan format Nong-nong gheng. Terdiri dari 3 pola iringan. Setelah ncik maka dilanjutkan dengan Pertunjukan inti yaitu Barongan. Terlebih dahulu Penthul-Tembem penthul-tembem keluar. Iringan untuk menggunakan format nong-nong gheng. Terdiri dari 2 pola iringan. Pertunjukan terakhir adalah
barongan. Terdapat 2 pola iringan untuk Barongan: format nong-nong gheng dan format tambahan (balungan) meiliki 4 pola tabuhan. Lagu-lagu campursari yang biasa dibawakan antara lain: Tembang pambuka, Caping gunung, Kota ukir Jepara, Prau layar, Sambel kemangi, Rondo teles. Fungsi Musik Pendukung Berdasarkan teori Matius Ali dapat diambil lima point yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas mengenai fungsi musik pendukung: 1) sebagai pe-ngiring tari. Hubungan antara seni tari dan seni musik sangatlah erat. Meskipun musik dapat berdiri sendiri, namun dalam konteks sebagai pengiring tari, musik tidak bisa lepas dari tari yang diiringinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kebenaran gerakan tari apabila musik pengiring tidak sesuai dengan tari yang dibawakan. Musik pendukung pada kesenian barongan “Akhyar Utomo” memiliki fungsi salah satunya sebagai pengiring tari, seperti tari reog atau tari jaran kepang. Penampilan jaran kepang tidak akan seimbang apabila tidak didukung dengan adanya iringan dari musik. Tidak hanya untuk mengiringi jaran kepang, musik pada kesenian ini juga mengiringi gerakan tari Ncik/silat, pelawak, dan Barongan yang diperagakan oleh para pemain; 2) fungsi hiburan. Fungsi utama dari suatu bentuk pertunjukan seni adalah sebagai sarana hiburan, baik bagi pelaku seni maupun bagi penikmat seni tersebut. Musik memiliki fungsi sebagai hiburan pribadi untuk para pelaku atau pemain musik dalam mengekspresikan diri dan menghibur diri sendiri. Sedangkan bagi masyarakat, musik pendukung pada kelompok barongan kesenian “Akhyar Utomo” memberikan hiburan gratis bagi kalangan masyarakat yang jarang memperoleh hiburan. Sebagai media tontonan musik harus dapat menghibur penonton, menghilangkan stres dan menyenangkan hati baik bagi pelaku seni maupun penonton; 3) fungsi ekspresi diri. Musik merupakan salah satu sarana untuk mulapkan ekspresi jiwa manusia. Tujuan manusia bermusik ialah sebagai wadah untuk mengungkapkan emosi dan ekspresi yang dapat
6
Amirul Akbar / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014)
urutan sajian: reok, ncik, barongan, dan ditutup reok. Alat musik dan formasi musik yang digunakan adalah kendhang, kenong, gong/kempul, terumpet + saron, demung, saron, dan sinden. Gamelan yang digunakan berlaraskan Slendro. Perlengkapan pementasan teridiri dari tempat pementasan di tanah terbuka, pencahayaan menggunakan cahaya alami dari matahari, sound system sebagai pengeras suara, tata rias pribadi, tata busana menggunakan baju batik bebas untuk pengrawit dan kebaya untuk sinden, sajen, serta penonton. Deskripsi penyajian musik pendukung diawali dengan gending sampak slendro manyura, sampak, dan jula-juli. Dilanjutkan dengan tembang pambuka yaitu tembang Akhyar Utomo. Acara inti teridiri dari musik iringan kuda lumping/jaran kepang, lakon jaran wong, ncik, penthul-tembem, dan barongan. Pertunjukan ditutup dengan kuda lumping. Lagu-lagu campur sari yang biasa dimainkan adalah lagu rondo teles, sambel kemangi, suwe ora jamu, caping gunung, kota ukir jepara, prau layar. Fungsi musik pendukung kesenian barongan “Akhyar Utomo” di desa Kecapi, kec. Tahunan, kab. Jepara ber-dasarkan teori Matius Ali terdapat 5 point: sebagai pengiring tari, sebagai hiburan, sebagai media ekspresi diri, sebagai komunikasi, dan sebagai ekonomi.
ia curahkan dalam ekspresi lagu. Alunan bunyi yang dihasilkan dari musik pendukung barongan “Akhyar Utomo” juga dapat mempengaruhi orang lain yang mendengarkan. Para penonton meluapkan ekspresi mereka dengan melakukan gerakan tarian, teriakan, bahkan tertawa ketika menyaksikan pertunjukan. Musik tidak hanya menjadi sarana ekspresi bagi pelakunya, namun juga bagi penikmat musik tersebut; 4) fungsi komunikasi. Diperlukan pemusik yang hebat untuk menjadikan musik tersebut sebagai alat komunikasi bagi pemusik dengan para pemain maupun dengan para penonton. Antara musik dan gerakan tarian maupun adegan sangat erat kaitannya, karena musik bisa menjadi alat komunikasi dalam setiap fase pertunukan. Tidak hanya sebagai komunikasi antar pemain, musik juga menjadi alat komunikasi antara pelaku dan penikmat yang dalam hal ini penonton. Hasil komunikasi antara musik dengan penonton terlihat ketika para penonton menikmati alunan musik dan menanggapi melalui gerakan tubuh dan secara lisan. hal ini menjadi bukti bahwa musik dapat berinteraksi dengan penimat pertunjukan sebagai bentuk komunikasi timbalbalik; 5) fungsi ekonomi. Dilihat dari aspek ekonomi, musik pendukung kesenian barongan “Akhyar Utomo” membawa nilai tambah tersendiri yaitu untuk menambah penghasilan ekonomi para pemusiknya. Bagi para pengrawit, musik tidak hanya menjadi tempat berekspresi namun juga menjadi sumber penghasilan. Dengan menjadi pengrawit dalam kelompok kesenian pertunjukan maka seorang pengrawit akan mendapatkan imbalan atas jasa yang dilakukannya. Dengan demikian musik juga berperan untuk meningkatkan ekonomi seseorang, khususnya para pelaku seni pertunjukan.
DAFTAR PUSTAKA _
. 2010. Seni Musik Untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Ali, Matius. 2008. Seni Musik Untuk SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Erlangga. Brotosejati, Widodo. 2008. Macapat Teori dan Praktik Nembang. Semarang: UNNES Press. Gustami, SP. 2000. Seni Kerajinan Mebel Ukir Jepara. Yogyakarta: Kanisius. Joseph, Wagiman. 2007. Teori Musik I. Semarang: Sendratasik Murgiyanto, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. Soedarsono, M. R. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jenderal
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “ Bentuk Pertunjukan Kesenian Barongan Akhyar Utomo di Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara”, dapat disimpulkan bahwa bentuk pertunju-kan kesenian barongan “Akhyar Utomo” terdiri dari
7
Amirul Akbar / Jurnal Seni Musik 3 (1) (2014) Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RnD). Bandung: Alfabeta.
Susetyo, Bagus. 2009. Kajian Seni Pertunjukan. Buku Ajar. Semarang: PSDTM Uiversitas Negeri Semarang. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
8