JIM-EKM. 01(2):291-301 (2017)
291
PERSEPSI PERTUKARAN SOSIAL MEMEDIASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI POLITIK ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA MAHASISWA PROGRAM MASTER PADA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SYIAH KUALA MASRURAH1, MURKHANA2 1,2)
Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected]
ABSTRACT This study aims to investigate the influence of social exchange perception that mediate the relationship between perceptions of organizational politics and job satisfaction. The sample used in this study were the students Master Program of Economics and Business Faculty of Syiah Kuala University. This research method using questionnaire as a research instrument. Probability random sampling was used as the sampling technique. The method of analysis Hierarchical Linear Modeling (HLM) is used as a method of analysis to determine the effect of the variables involved. The results of this study showed that perceptions of organizational politics influence on job satisfaction, perceptions of organizational politics influence not significant the perceptions of social exchange, social exchange perceptions effect on job satisfaction. Additionally result that social exchange perceptions not mediates the influence on perceptions of organizational politics and job satisfaction at the students Master Program of Economics and Business Faculty of Syiah Kuala University. Keywords: Job Satisfaction, Perceptions of Organizational Politics, Social Exchange Perceptions
PENDAHULUAN Pada dasarnya, kepuasan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu pekerjaan. Dimana kepuasan kerja itu sendiri dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Seperti gaji yang diterima harus sesuai dengan kinerja yang diberikan. Jika hal tersebut berlaku dalam suatu organisasi, maka seorang karyawan akan memberikan respon yang positif bagi organisasinya. Respon positif yang dimaksud bisa berupa outcomes (kepuasan kerja) yang dapat memuaskan organisasi yang bersangkutan. Kepuasan kerja itu akan tercipta ketika kondisi pekerjaan suatu organisasi itu baik seperti bersikap adil pada karyawan-karyawannya. Karena sikap adil tersebut akan memicu semangat karyawan dalam melaksanakan kewajibannya yang bisa
292
memberi efek positif pada kepuasan kerja, misalnya kualitas hubungan antara karyawan dengan atasannya. Hubungan yang terjalin harus sama antara satu karyawan dengan karyawan lainnya. Ketika hubungannya seperti ini, maka spontanitas sikap yang tidak diharapkan seperti salah satunya sikap pilih kasih tidak akan muncul. Oleh karena itu, dengan adanya hubungan seperti ini akan meminimalisasikan persepsi terhadap politik organisasi. Politik organisasi itu sendiri merupakan sikap atau perilaku mementingkan diri sendiri. Dimana suasana yang diciptakan lebih kepada tidak adil dan tidak benar. Seperti favouritism (sifat pilih kasih), adalah salah satu faktor yang menentukan siapa akan maju dalam suatu organisasi bukan lagi prestasi. Sekarang, keuntungan promosi hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki hubungan darah. Kepercayaan rendah menjadikan karyawan-karyawannya tidak semangat. Faktor manajer senior menjadi penghalang bagi mereka yang memiliki prestasi. Siapa yang lebih dekat, maka dia yang akan dapat. Tidak ada kata peduli terhadap pandangan orang sekitarnya. Karena mereka hanya mengetahui bahwa keputusan ada pada genggamannya. Sehingga hubungan sosial antara sesama karyawan atau antara karyawan dengan pimpinannya menjadi renggang. Renggangnya hubungan sosial ini akan menimbulkan persepsi terhadap pertukaran sosial. Persepsi pertukaran sosial disini mempunyai arti bahwa dalam setiap interaksi sosial terdapat unsur ganjaran (reward), pengorbanan (cost) dan juga keuntungan (profit). Ganjaran merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan, manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Misalnya kekhawatiran seorang karyawan dalam usaha yang dilakukan atas nama organisasi tidak pernah dihargai. Artinya dia sudah bekerja keras, tapi tidak diakui. Seperti halnya tugas yang dikerjakan bisa selesai tepat pada waktunya, dan bahkan pernah sampai larut malam untuk menyelasaikannya. Akan tetapi, kenyataan yang diterima yaitu ganjaran dan imbalan tidak sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan. Oleh karena itu, persepsi yang timbul akan menjadi negatif terhadap hubungan pertukaran sosial. Hubungan pertukaran sosial akan sangat mempengaruhi kepuasan kerja. Ini karena ketidakseimbangan antara biaya yang dikorbankan dengan imbalan atau
293
keuntungan yang diterima. Seperti ketika hubungan seorang karyawan dengan organisasinya didasarkan pada saling percaya, maka outcomes daripada kinerja karyawan tersebut akan lebih baik dan lebih terkontrol. Jika sebaliknya, maka dengan tegas akan timbul rasa ketidakinginan untuk melakukan kinerja dengan maksimal. Sehingga akan mengurangi kepuasan kerja yang disebabkan oleh ketidakadilan. Ketidakadilan ada karena keadaan yang dipolitisir. Dimana ketika karyawan merasa bahwa adanya politik dalam organisasi tersebut, maka persepsi terhadap pertukaran sosial menjadi menurun. Ketika persepsi pertukaran sosial berkurang, maka dengan otomatis akan meminimalkan kepuasan kerja. Sehingga persepsi politik organisasi berpengaruh negatif terhadap persepsi pertukaran sosial (Rupp and Cropanzano, 2002), berpengaruh negatif juga terhadap kepuasan kerja (Kacmar, et. al 1999). Seperti ketika ketidakadilan itu ada, maka akan meminimalkan kepercayaan terhadap atasannya sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya kepuasan kerja karyawan. KAJIAN KEPUSTAKAAN Persepsi Politik Organisasi Definisi persepsi politik organisasional pertama kali diperkenalkan oleh Ferris et al., (1989) sebagai perilaku yang secara strategis dirancang untuk memaksimalkan kepentingan diri walaupun kontradiktif dengan kepentingan dan tujuan organisasi dan kepentingan individu lainnya. Definisi ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan pertama kali oleh Madison et al., (1980) yang mengamati individu ketika ditanya untuk menggambarkan politik organisasi di tempat kerja, mereka secara khusus menyusun berbagai perilaku yang dinyatakan politis, yaitu memanipulasi aktivitas yang dipersepsikan tidak secara positif.
Persepsi Pertukaran Sosial Penelitian perubahan teori petukaran sosial awal difokuskan pada peran bahan kepentingan dalam pembentukan persepsi keadilan (misalnya, Berscheid & Walster, 1978; Hatfield, Walster, & Pilia- vin, 1978). Rupp dan Cropanzano (2002) menyatakan bahwa pertukaran sosial merupakan pemediasi pada hubungan antara keadilan dan berbagai perilaku individu. Individu dapat melakukan pertukaran
294
sosial dengan pihak yang berbeda-beda dan memiliki implikasi yang berbeda pada perilaku (Cropanzano dan Mitchel, 2005). Teori pertukaran sosial hendak mengatakan bahwa dalam
setiap interaksi sosial terdapat unsur biaya (cost),
imbalan (reward) dan keuntungan (profit). Dengan kata lain biaya, imbalan dan keuntungan merupakan kata kunci dalam teori pertukaran sosial. Jadi, perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan dan persahabatan. Teori pertukaran sosial mencadangkan tabiat sosial itu adalah hasil satu proses pertukaran. Tujuan pertukaran ini adalah untuk memaksimumkan faedah dan meminimumkan biaya-biaya. Menurut teori ini, orang akan mempertimbangkan potensi faedah dan risiko bagi hubungan pertukaran sosial ini. Apabila risiko-risiko tersebut lebih berat daripada ganjarannya, maka orang akan berhenti atau meninggalkan hubungan sosial ini begitu saja. Berdasarkan argument di atas hipotesis yang muncul adalah sebagai berikut: H1: Ada pengaruh antara persepsi politik organisasi dan kepuasan kerja H2: Persepsi politik organisasi berpengaruh terhadap persepsi pertukaran sosial H3: Ada pengaruh antara persepsi pertukaran sosial dan kepuasan kerja H4:Persepsi pertukaran sosial memediasi hubungan antara persepsi politik organisasi dan kepuasan kerja
Gambar 1: Model Kerangka Penelitian Persepsi Pertukaran Sosial
Persepsi Politik Organisasi
Kepuasan Kerja
295
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Non Probability Sampling (Purposive sampling) adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini, karena mengambil sampel tanpa mengetahui dengan pasti jumlah mahasiswa yang sudah memiliki pekerjaan dan berdasarkan syarat atau ketentuan-ketentuan tertentu. Syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan yang dimaksud yaitu responden harus merupakan mahasiswa Program Master pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala dan harus sudah memiliki pekerjaan. Dalam menentukan jumlah sampel yang harus diteliti, peneliti mengambil kesimpulan untuk mengambil sampel sebesar 136 responden. Masingmasing program studi memiliki bagian 30%. Program studi Ilmu Ekonomi 30% (35 responden), program studi Ilmu Akuntansi 30% (58 responden) dan program studi Magister Manajemen 30% (43 responden). Operasional Variabel Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah keadaan emosi positif yang muncul ketika orang menilai pekerjaan mereka atau pengalaman pekerjaan mereka (Locke, 1976). Terdapat tiga item pertanyaan yang harus responden jawab dalam variabel ini yaitu berdasarkan Locke, 1976. Ada 5 tingkatan dalam pengukuran menggunakan skala likert, yaitu dimulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai 5 (Sangat Setuju). Persepsi Politik Organisasi Politik merupakan realita kehidupan organisasional, karena dalam banyak organisasi pertimbangan politik selalu menjadi bagian dalam proses evaluasi, dibandingkan pertimbangan rasional (Ferris dan Kacmar, 1992). Terdapat 9 item pertanyaan yang harus responden jawab dalam variabel ini. Ada 5 tingkatan dalam pengukuran menggunakan skala likert, yaitu dimulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai 5 (Sangat Setuju). Persepsi Pertukaran Sosial Blau, (1964) dalam Fung, Ahmad & Omar (2012) menyatakan bahwa teori pertukaran sosial merupakan pandangan karyawan ketika mereka telah
296
diperlakukan dengan baik oleh organisasi, mereka akan cenderung untuk melakukan balas budi terhadap organisasi dengan bersikap dan berperilaku lebih positif. Terdapat 8 item pertanyaan yang harus responden jawab dalam variabel ini. Ada 5 tingkatan dalam pengukuran menggunakan skala likert, yaitu dimulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai 5 (Sangat Setuju).
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Demografi Responden Ukuran sampel akhir terdiri dari 136 responden, diantaranya 75 laki-laki (55,1%) menunjukkan mayoritas responden dan 61 perempuan (44,9%) yang mewakili mahasiwa perempuan yang sudah bekerja di Program Master Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala (Tabel 1). Sebagian besar mahasiswa yang sudah bekerja adalah antara kelompok usia 25-30 yaitu sebesar 52 responden (38,2%). 10 (7,4%) adalah jumlah responden yang berusia kurang dari 25 tahun, 45 (33,1%) adalah jumlah responden yang berusia 25 tahun dan 29 (21,3%) adalah jumlah responden yang berusia 30 tahun. Menurut status perkawinan, sebagian besar responden 71 (52,2%) sudah menikah, sementara 65 (47,8%) responden yang belum menikah. Menurut jenjang waktu bekerja, 24 (17,6%) adalah jumlah responden yang sudah memiliki pengalaman bekerja selama 1-2 tahun, 60 (44,1%) adalah jumlah responden yang sudah memiliki pengalaman bekerja selama 2 tahun, 50 (36,8%) adalah jumlah responden yang sudah memiliki pengalaman bekerja selama 2-3 tahun dan hanya 2 (1,5%) jumlah responden yang sudah memiliki pengalaman bekerja selama lebih dari 3 tahun.
Analisis Deskriptif Statistik deskriptif menunjukkan karakteristik data diatur dalam Tabel 2. Itu termasuk jumlah pengamatan, nilai terkecil dan terbesar, nilai rata-rata dan disperse dalam kumpulan data dari setiap variabel. Total pengamatan responden ada 136. Persepsi politik organisasi memiliki masing-masing nilai terkecil 1 dan nilai terbesar 5. Nilai rata-rata dari variabel persepsi politik organisasi adalah 3,00 dan standar deviasi untuk variabel ini adalah 0,72. Variabel kepuasan kerja memiliki masingmasing nilai terkecil 1 dan nilai terbesar sebesar 5, dengan nilai rata-rata
297
yang dimiliki sebesar 3,09 dan standar deviasinya sebesar 0,89. Sedangkan untuk variabel persepsi pertukaran sosial memilki masing-masing nilai terkecil sebesar 1 dan nilai tersebar sebesar 5, dengan nilai rata-rata yang dimiliki sebesar 3,10 serta memiliki standar deviasi sebesar 0,64. Tabel 1. Mean dan Standar Deviasi Antar Variabel Variabel Min Persepsi Politik Organisasi 1 Kepuasan Kerja 1 Persepsi Pertukaran Sosial 1 Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Max 5 5 5
Mean 3,86 2,90 3,67
SD 0,74 0,68 0,49
Tabel 2 menunjukkan hubungan bivariat antara variabel-variabel. Dari tabel ini dapat diamati bahwa tidak semua variabel signifikan berhubungan dengan satu sama lain. Tabel 3: Korelasi Antar Variabel (N=136) Variabel Kepuasan Kerja Persepsi Politik Organisasi Persepsi Pertukaran Sosial Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed)
1 1 -0,325 0,428
2
3
1 -0,025
1
1 = Kepuasan Kerja 2 = Persepsi Politik Organisasi 3 = Persepsi Pertukaran Sosial Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa Persepsi Politik Organisasi berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja. Persepsi Pertukaran Sosial berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja. Sedangkan Persepsi Politik Organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Persepsi Pertukaran Sosial pada mahasiswa Program Master Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala. Berikut ini adalah tabel yang merangkum tentang hasil pengujian hipotesis penelitian yang bahwa tidak semua variabel berpengaruh signifikan dan menyebabkan beberapa hipotesis tidak terdukung.
298
Tabel 3. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
H1 H2 H3 H4
Hipotesis Persepsi Politik Organisasi memiliki pengaruh terhadap Kepuasan Kerja Persepsi Politik Organisasi memiliki pengaruh terhadap Persepsi Pertukaran Sosial Persepsi Pertukaran Sosial memiliki pengaruh terhadap Kepuasan Kerja Persepsi Pertukaran Sosial memediasi hubungan antara Persepsi Politik Organisasi terhadap Kepuasan Kerja
Keterangan Terdukung Tidak Terdukung Terdukung Tidak Terdukung
Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Berikut gambaran hubungan variabel Persepsi Politik Organisasi terhadap Kepuasan Kerja dan Persepsi Pertukaran Sosial yang juga menjadi variabel prediktor (X) terhadap Kepuasan Kerja setelah dilakukan analisis faktor, yang dapat dituangkan pada kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2. Model Kerangka Penelitian Setelah Pengujian Persepsi Pertukaran Sosial Kepuasan Kerja Persepsi Politik Organisasi
Penelitian ini memiliki beberapa implikasi bagi para pembuat kebijakan dan manajer sumber daya manusia. Pertama, manajer harus mempertimbangkan bagaimana seorang manajer bisa mengurangi indikator-indikator daripada variabel persepsi politik organisasi dalam lingkungan kerja yang ditandai dengan keadilan yang
dapat mengurangi efek negatif dari suatu persepsi. Kedua, diharapkan
persepsi politik organisasi merupakan sumber utama dalam memberikan keadilan dan tanpa pilih kasih dapat mengurangi efek berbahaya dari persepsi politik organisasi itu sendiri. Ketiga, terkait dengan ambiguitas peran pekerjaan juga dapat mempengaruhi kerja karena karyawan yang terlibat dalam perilaku yang berbeda termasuk perilaku politik. Sehingga peran pekerjaan harus didefinisikan secara jelas supaya tidak ada yang bisa mengambil keuntungan non sanksi dari perannya.
299
PENUTUP Tujuan dasar dari penelitian ini adalah untuk menemukan dampak dari persepsi politik organisasi terhadap kepuasan kerja pada mahasiswa Program Master Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala yang sudah memiliki pekerjaan (karyawan). Untuk mendukung penelitian ini terdapat empat hipotesis untuk melihat hubungan langsung persepsi politik organisasi dan kepuasan kerja, persepsi pertukaran sosial dan kepuasan kerja serta mekanisme mediasinya. Akan tetapi, berdasarkan hasil yang didapatkan oleh peneliti bahwa pengaruh Persepsi Politik Organisasi tidak signifikan terhadap Persepsi Pertukaran Sosial sehingga tidak dapat membangun mediasi diantara variabel-variabel tersebut. Tidak seluruh hipotesis dapat dikonfirmasi (dapat diterima) dan dukungan terhadap hipotesis ke empat tidak dapat memediasi dalam memahami dampak persepsi politik organisasi terhadap kepuasan kerja. Nilai ratarata tertinggi terdapat pada variabel Persepsi Politik Organisasi (M=3,86) yang menyatakan bahwa organisasi mendukung karyawan dalam hal pertumbuhan karir mereka. Persepsi yang tinggi ini membuat karyawan merasa bahwa dalam keberadaan lingkungan politik juga ada hubungan saling percaya antara karyawan dan organisasi yang merupakan perilaku yang diinginkan untuk penciptaan setiap kontrak sosial. Sehingga mereka berusaha untuk tetap berada dalam organisasi tersebut. Mereka berusaha untuk tetap berada dalam jangka panjang dan berfikir bahwa ada banyak cara untuk memberi dan menerima dengan tetap menjadi anggota dari organisasi ini. mereka berusaha secara ekstra karena mereka yakin bahwa mereka akan dihargai dalam waktu jangka panjang. Dalam penelitian ini persepsi pertukaran sosial behubungan positif dengan kepuasan kerja dan berhubungan negatif tidak signifikan dengan persepsi politik organisasi sementara persepsi politik organisasi ini juga berhungan negatif terhadap kepuasan kerja. Ketidakseimbangan dalam kekuasaan dan ketergantungan membuat hubungan saling tidak harmonis serta kurangnya dalam keadilan yang dapat mengakibatkan menurunnya kepuasan kerja karyawan, tetapi ketika orang melihat organisasi mereka sebagai tempat yang bisa mendapatkan penghargaan dalam jangka panjang dan investasi yang signifikan bahwa organisasi mereka telah melakukan pada mereka dan mereka siap untuk bekerja keras serta berupaya
300
semaksimal mungkin. Tingkat kepercayaan antara karyawan dan organisasi mereka merupakan salah satu yang menetukan sifat hubungan kerja mereka. Sehingga dengan adanya persepsi politik organisasi menyebabkan kepuasan kerja menjadi menurun. Untuk meningkatkan kembali kepuasan kerja karyawannya, maka pemimpin daripada organisasi yang bersangkutan harus meminimumkan yang namanya indikatorindikator yang ada dalam Politik Organisasi itu sendiri. Dalam penelitian ini, yang harus dioptimalkan atau dimaksimalkan adalah indikatorindikator daripada variabel Persepsi Pertukaran Sosial. Indicator-indikator Persepsi Pertukaran Sosial harus dioptimalkan karena dengan adanya peningkatan terhadap indikator-indikator tersebut dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawannya.
REFERENSI Andrews, M. C., & Kacmar, M. K (2001) Discriminating Among Organizational Politics, Justice, and Support. Journal of Organizational Behavior. Vol. 22, (4), 347-366. Baron, R. M., & Kenny, D. A (1986) The Moderator-Mediator Variable Distinction In Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Consideration. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 56 (6): 1173-1182. Bodla, M. A., Afza, T., & Danish, R. Q (2014) Relationship between Organizational Politics Perceptions and Employees’ Performance; Mediating Role of Social Exchange Perceptions. Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences. Vol.8 (2), 426-444. Cropanzano, R., Howes, J. C., Grandey, A. A. and Toth, P (1997) The Relationship of Organizational Politics and Support to Work Behaviors, Attitude, and Stress. Journal of Organizational Behavior, Vol. 18, 159-180. Ferris, G. R., Fedor, D. B., Chachere, J. G., & Pondy, L. R (1989) Myths and Politics in Organizational Contexts. Group and Organizational Studies. Vol.14 (6), 83-103. Folger, R., Konovsky, M., & Cropanzano, R (1992) A Due Process Model of Performance Appraisal in Research in Organizational Behavior. eds. B.M. Staw and L.L. Cummings, Greenwich, CT: Jai Press, Vol. 14, 129-177. Ghozali, Imam (2005) Structural Equation Modeling: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.54. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
301
Goodman, L. A (1960) On the Exact Variance of Products. J. American Stat. Assoc., Vol. 55, 708-713. Kacmar, K. M., & Baron, R. A (1999) Organizational Politics: The State of The Field, Links Torelated Processes, and an Agenda for Future Research. Research in Personel and Human Resources Management, Vol. 17, 1-39 Madison, D. L., Allen, R. W., Porter, L. W., Renwick, P. A., & Mayer, B. T (1980) Organizational Politics: An Exploration of Managers Perseptions. Human Relations. Vol.33 (2), 79-100. Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge (2008) Perilaku Organisasi Edisi ke12. Jakarta: Salemba Empat. Rupp, D. E., & Cropanzano, R (2002) The Mediating Effects of Social Exchange Relationships in Predicting Workplace Outcomes From Multifoci Organizational Justice. Org. Behav. Hum. Decis. Proc, Vol. 89 (1), 925-946.