J. Hort. 14(3):1-5, 2004
Pengaruh Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Krisan Antoro Wasito dan Deden Komar Balai Penelitian Tanaman Hias Tiga jenis pupuk diujikan kepada lima belas varietas krisan yang ditanamkan di rumah plastik kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung (1.100 m. dpl.). Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan tiga ulangan, petak utama terdiri dari tiga jenis pupuk, anak petak terdiri dari 15 varietas krisan dilaksanakan dari bulan Agustus 2001 sampai dengan Desember 2001. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh tiga jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman krisan. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ketiga jenis pupuk khususnya pupuk majemuk slow release yang diaplikasikan mampu menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman krisan. Kata kunci; Dendranthema grandiflora, jenis pupuk, pertumbuhan, produksi Antoro Wasito and Deden Komar, 2002. The influence of fertilizers on the growth and yield of chrysanthemum. Three kinds of fertilizers applications were evaluated on the growth and yield of chrysantemum varieties planted under plastic house condition at Indonesian Ornamental Crops research Institute, Segunung. with elevation 1.100 m. above sea level. The experiment research was conducted from August 2001 to December 2001, using Split Plot Design with three replications, main plot consisted three kinds of fertilizers applicaion and sub plot consisted 15 chrysanthemum varieties. . The objective of this study was to find out the effect of three kinds of fertilifzers relation on growth and yield of chrysantemum varieties. The results showed that all kinds of fertilizers especially slow released compound fertilizers were applicable to support on growth and yield of crhysantemum varieties. Key words; Dendranthema grandiflora, kinds of fertilizers, growth, yield
Tanaman hias Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) merupakan tanaman bunga potong dan bunga pot yang saat ini telah banyak dikembangkan serta mempunyai peluang besar untuk meningkatkan taraf hidup petani karena berpotensi ekonomis yang cukup tinggi sebagai komoditas andalan dalam industri tanaman hias (Gogue & Sanderson, 1975). Meningkatnya permintaan krisan berdampak positif yaitu terbukanya peluang untuk mengekspor dengan harga yang mampu bersaing. Keadaan inilah antara lain yang nampak pada beberapa tahun belakangan ini, yaitu indikasi makin meluasnya usaha menanam krisan baik dalam skala kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Indikasi lain adalah keragaman kultivar yang ditanam juga meningkat (Sanjaya, 1992; Djatnika et al., 1994 dan Herlina et al., 1997). Kultivar yang ditanam beragam mulai dari yang diintroduksi sampai hasil silangan dalam negeri (Badriah & Sanjaya, 1995). Salah satu upaya untuk memperoleh produksi bunga potong yang bekualitas tinggi adalah dibutuhkannya pemberian hara yang tinggi terutama N dan K (Kofranek, 1980). Tanaman krisan diketahui memerlukan taraf N yang tinggi
pada periode awal pertumbuhan hingga berumur 7 minggu. Pada kondisi tertentu, pemberian N yang tinggi tanpa diikuti oleh hara makro dan mikro lainnya dapat menimbulkan pengaruh yang negatif baik terhadap tanaman maupun terhadap ketersediaan hara-hara bagi tanaman (De Ruiter, 1993; De Ruiter & Tromp, 1996). Cockshull (1976) dan Kofranek (1980) menyatakan bahwa dengan pemberian N dan K y a n g t e rl a lu t in g g i c en d e r u n g a k an meningkatkan nilai EC dalam larutan tanah. Bila nilai EC > 2,5 ìho/cm akan terjadi akumulasi garam terlarut yang berlebih sehingga harus dilakukan pencucian. Untuk memperoleh nilai EC=2 ìho/cm, Fides (1990) menganjurkan pemberian unsur-unsur K, N, Na, Mg, Cl, SO4H CO3 dan K2PO4 ditambah unsur mikro Fe, Zn, Mn, B, Cu dan Mo. Namun dalam budidaya standar hal tersebut sulit dilaksanakan karena memerlukan biaya yang tinggi (Sutater, 1991; Sofyandi, 1999). Sejauh ini pemupukan yang dilakukan oleh pengusaha tanaman krisan umumnya masih menggunakan dua jenis pupuk, yaitu campuran pupuk butiran berupa pupuk tunggal N, P dan K atau pupuk majemuk NPK yang diaplikasikan dengan cara ditebarkan pada bedengan, atau 1
J. Hort. Vol. 14, No. 1, 2004
mencairkan pupuk tersebut melalui aliran irigasi (Poole & Conover, 1972; Putrasamedja & Sutapradja, 1989). Pupuk yang diaplikasikan pada umumnya dalam jumlah yang relatif besar dan sebagian besar diaplikasikan ke dalam tanah sebelum tanam. Cara terseb ut kur ang menguntungkan, karena di samping tidak menjamin penyediaan hara selama periode pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan, ada kemungkinan risiko pencucian yang tinggi dan risiko peningkatan konsentrasi garam yang terlarut berdampak negatif terhadap kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk tablet dengan kandungan pupuk majemuk NPK (15-15-15) setelah ditambah unsur-unsur mikro yang diperlukan tanaman merupakan alternatif yang lebih efisien, karena bersifat slow release. Aplikasi pupuk tablet tersebut di atas memungkinkan tanaman dapat menyerap hara sepanjang periode pertumbuhan dan perkembangan dengan meminimalkan risiko kehilangan akibat pencucian, serta menghindari risiko kelebihan garam terlarut. Bertitik tolak dari pertimbangan di atas, perlu dilakukan evaluasi mengenai pengaruh aplikasi jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi varietas-varietas krisan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi pengaruh dari tiga jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman krisan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah aplikasi komponen pupuk majemuk lengkap (slow release) mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman krisan. Luaran yang diharapkan adalah diperolehnya informasi pengaruh jenis pupuk khususnya pupuk majemuk lengkap (slow release) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman krisan.
BAHAN DAN METODA Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Balithi Segunung, di bawah kondisi naungan atap plastik dari bulan Agustus 2001 sampai dengan bulan Desember 2001. Bibit asal stek pucuk yang telah diakarkan berasal dari koleksi plasma nutfah Balai Penelitian Tanaman Hias meliputi 15 varietas krisan introduksi yang dominan diusahakan di sentra-sentra produksi tanaman krisan.
2
Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi dengan 3 ulangan, petak utama adalah jenis pupuk (P) terdiri dari aplikasi pupuk tunggal butiran (p1) berupa pupuk 400 kg Urea, 250 kg SP-36 dan 200 kg KCl masing-masing per hektar, aplikasi pupuk majemuk granuler (p2) berupa pupuk majemuk NPK (15-15-15) sebanyak 750 kg/ha dan aplikasi pupuk majemuk slow release tablet (p 3 ) dengan dosis 1,5 g/tanaman diberikan pada awal tanam . Pupuk majemuk slow release yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil temuan dari peneliti Balithi yang masih dalam taraf pengujian lanjut. Anak petak terdiri dari 15 varietas krisan yang disukai dan banyak diusahakan pada sentra-sentra produksi krisan di sekitar Cipanas meliputi Spider Yellow (v1), Reagan Dark SPL (v2), Reagan Pink Pale D (v3), Shamrock (v4), Reagan White (v5), Golden Spider (v6), Euro (v7), Revert (v8), Tiger (v9), Reagan Orange D (v10), Reagan IMP (v11), Stroika (v12), Puma White (v13), Puma Suny (v14) dan Reagan Suny (v15). Tanah percobaan terlebih dahulu diolah kemudian dicampur Gliokompos 0,5 kg/m2 dengan cara diaduk. Selanjutnya bibit asal stek ditanamkan pada petak-petak sesuai dengan perlakuan dengan jarak tanam 12,5 cm x 12,5 cm. Setiap petak perlakuan berukuran 1 m x 0,5 m sehingga di setiap petak terdapat 32 tanaman. Pemberian pupuk tunggal butiran berupa pupuk 400 kg Urea, 250 kg SP-36 dan 200 kg KCl masing-masing per hektar. Pupuk urea diberikan tiga tahap masing-masing 30 % pada umur 2 minggu setelah tanam, 40 % pada umur 4 minggu setelah tanam dan 30 % pada waktu inisiasi bunga, sedang pemberian pupuk majemuk butiran berupa NPK (15-15-15) sebanyak 750 kg/ha diberikan pada awal tanam. Pupuk tablet slow release diberikan pada awal tanam dengan dosis 1,5 g/tanaman. Penambahan cahaya dengan menggunakan lampu pijar berkekuatan 75 watt yang dipasang setinggi 2,5 meter dari permukaan tanah dengan kerapatan 1 lampu/m2. Lampu dinyalakan setiap malam selama 4 jam (dari pukul 18.00 sampai dengan pukul 22.00) dilakukan sampai tanaman berumur 1 bulan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman tanaman serta pengendalian hama/penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali seminggu sedang pengendalian hama/penyakit dilakukan
Antoro W dan D. Komar: Pengaruh jenis pupuk thd. pertumbuhan dan pertumbuhan ... penyemprotan insektisida profenofos (curacron 500 EC) dengan konsentrasi 1 g sampai 2 g/l air serta fungisida khlorotalonil (daconil 75 WP) dengan konsentrasi 2 g/l air masing-masing satu kali setiap minggu. Dari setiap petak diambil 5 tanaman contoh secara acak untuk pengamatan. Peubah yang diamati meliputi keragaan pertumbuhan tanaman berupa tinggi tanaman dan jumlah tangkai daun pada umur 35 hst., (berakhirnya masa fase vegetatif), umur tanaman membentuk kuncup, umur mulai panen, diameter bunga, jumlah kuncup per tanaman, jumlah kuntum bunga mekar per tanaman, persentase bunga mekar tanaman, panjang tangkai bunga dan lama kesegaran bunga.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman tumbuh baik dari awal sampai dengan percobaan selesai. Jumlah daun dan hasil fotosintesis meningkat sejalan dengan pertumbuhan tanaman. Pada akhir pertumbuhan, laju pertumbuhan cenderung melambat karena tanaman sudah mulai memasuki fase generatif, sehingga hasil fotosintesis lebih banyak digunakan untuk pembentukan organ reproduksi sampai saat panen. Semua varietas tidak ada yang resisten terhadap serangan penyakit karat. Gejala serangan dimulai sekitar 3 minggu setelah tanam. Tingkat serangan dapat dihambat dengan penyemprotan dan perompesan dan selanjutnya tanaman dapat tumbuh normal sampai berproduksi. Hasil selengkapnya sebagai berikut. 1. Pertumbuhan tanaman Pengamatan pertumbuhan tanaman meliputi pengukuran tinggi dan jumlah tangkai yang terbentuk setiap 2 minggu sampai dengan umur 35 hari sesudah tanam, yaitu saat tanaman mulai membentuk kuntum bunga. Analisis statistik terhadap tinggi tanaman dan jumlah tangkai tidak menunjukkan interaksi antara perlakuan jenis pupuk dan varietas. Pengaruh masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 1. Aplikasi pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan berbeda nyata bila dibandingkan dengan penggunaan pupuk slow release. Hal ini dimungkinkan karena unsur-unsur hara yang menunjang pertambahan tinggi tanaman seperti
nitrogen, phospor, kalium telah tersedia dari sejak awal tanam. Sementara aplikasi pupuk tunggal sampai umur 35 hari baru menyediakan unsur N sekitar 60% dari seluruh kebutuhan tanaman. Hal lain mungkin karena sifat dari pupuk slow release yang memang dirancang untuk menyediakan unsur hara secara bertahap, menyebabkan pertambahan tinggi tanaman tidak setinggi dua perlakuan lainnya. Sutater (1991); S u t at e r ( 1 9 9 2 ) d a la m p e n e li ti a n n ya menyimpulkan pula bahwa unsur N dan K yang paling diperlukan dalam peningkatan laju pertambahan tinggi tanaman namun tidak berpengaruh terhadap laju peningkatan jumlah tangkai daun Aplikasi perlakuan pupuk tidak berpengaruh t e rh a d a p j u ml a h ta n g k a i p e r ta n a ma n . Nampaknya pertambahan tangkai tanaman lebih banyak disebabkan oleh sifat genetis dari tanaman itu sendiri. Keragaman antar varietas pada keragaan tinggi dan jumlah tangkai mungkin lebih banyak disebabkan oleh kepekaan terhadap rangsangan panjangnya sinar yang diberikan selama penelitian berlangsung. Sanjaya (1992) menjelaskan bahwa tinggi tanaman dan jumlah tangkai daun krisan dipengaruhi oleh sumber dan kondisi tanaman induk penghasil stek bibit. 2. Perkembangan tanaman dan hasil bunga Perkembangan tanaman yang diamati sejak dihentikannya penyinaran tambahan yang dilakukan 30 hari sesudah tanam meliputi umur membentuk kuncup bunga, umur mekar bunga, dan umur panen. Sementara itu peubah hasil bunga meliputi panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga, jumlah kuntuk bunga yang mekar, diameter bunga dan vase-life. Umur terbentuknya kuntum bunga dan umur mulai me k a r b u n g a p a d a se mu a p e ta k t id a k menunjukkan perbedaan yang nyata di semua perlakuan. Umur mulai terbentuk kuncup bunga rata-rata 33 hari sesudah tanam sedang mulai mekar seragam rata-rata umur 62 hari sesudah tanam. Adanya keragaman hanya tampak pada umur panen. Peubah hasil panen lainnya dapat diikuti pada tabel-tabel berikut. Dari Tabel 2 tampak bahwa umur panen krisan dan panjang tangkai bunganya tidak dipengaruhi oleh perlakuan jenis pupuk yang diaplikasikan. Walaupun demikian, umur panen 3
J. Hort. Vol. 14, No. 1, 2004
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman krisan dan jumlah tangkai pada umur 35 hari sesudah tanam/Average of plant height and stem numbers of chrysanthemum at 35 days after planting Petak utama (Main factors)
Tinggi tanaman (Plant height) cm 61,1ab
Jumlah tangkai (Stem number)
2,7 a p1 (pupuk tunggal)/ single fertilizer 64,7b 2,6 a p2 (pupuk majemuk NPK)/ compound fertilizer 60,2a 2,2 a p3 (pupuk slow release)/ slow release fertilizer % KK/% CV 10,5 18,4 Anak petak/sub plot 49,9 a 3,1 b v1 (Spider Yellow) 60,7 ab 2,8 b v2 (Reagan Dark SPL) 61,2 b 2,1 a v3 (Reagan Pink Pale D) 66,0 bc 2,3 ab v4 (Shamrock) 65,8 bc 2,5 b v5 (Reagan White) 54,8 a 2,7 b v6 (Golden Spider) 66,4 bc 2,2 ab v7 (Euro) 50,7 a 2,4 ab v8 (Revert) 68,5 c 2,6 b v9 (Tiger) 62,7 b 2,1 ab v10 (Reagan Orange D) 67,0 bc 2,1 a v11 (Reagan IMP) 69,8 c 2,0 a v12 (Stroika) 65,2 b 2,5 b v13 (Puma White) 58,8 a 3,2 b v14 (Puma Suny) 62,6 b 2,6 b v15 (Reagan Suny) % KK/% CV 24,4 20,7 Angka rata-rata yang ditandai oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak BergandaDuncan pada taraf lima persen. persen (Average values followed by the same letters in the same column were not significantly different at 5 % DNMR Test) KK (Koefisien Keragaman)/ CV (Coeficient Variations)
tanaman krisan yang menggunakan pupuk slow release cenderung lebih cepat dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Hal ini karena sifat dari pupuk tersebut yang mampu menyediakan unsur makro dan mikro secara perlahan dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Secara umum pemberian pupuk majemuk slow release dapat menggantikan penggunaan pupuk tunggal yang sudah biasa dipakai.
4
Tabel 2. Umur Panen dan Panjang Tangkai Bunga krisan pada saat panen (harvest time and stem’s length of chrysanthemum at harvest time)
Petak utama (Main factors)
p1 (pupuk tunggal) (single fertilizer) p2 (pupuk majemuk NPK) (compound fertilizer) p3 (pupuk slow release) (Sslow release fertilizer) % KK/% CV Anak petak/sub plot v1 (Spider Yellow) v2 (Reagan Dark SPL) v3 (Reagan Pink Pale D) v4 (Shamrock) v5 (Reagan White) v6 (Golden Spider) v7 (Euro) v8 (Revert) v9 (Tiger) v10 (Reagan Orange D) v11 (Reagan IMP) v12 (Stroika) v13 (Puma White) v14 (Puma Suny) v15 (Reagan Suny) % KK/% CV
80,3 a
Panjang tangkai bunga (Stem’s length) cm 69,3 a
79,7 a
66,4 a
77,0 a
62,2 a
12,9
22,9
75,2 a 78,3 ab 83,0 c
56,1 a 68,4 bc 76,7 cd
78,3 ab 74,6 a 76,9 ab 77,0 ab 78,3 ab 78,3 ab 76,1 ab 83,0 c 81,4 b 81,8 bc 83,0 c 82,3 c 18,7
68,5 bc 64,2 b 71,1 c 61,1 ab 50,7 a 72,4 cd 59,7 ab 68,8 bc 82,6 d 64,1 ab 58,6 a 66,1 bc 25,9
Umur panen (Harvest time) hst (dap)
Sementara dengan pupuk tunggal, panen tanaman relatif lebih lama, karena adanya penambahan unsur N di tahap akhir yang menyebabkan keseimbangan pertumbuhan vegetatif tanaman lebih panjang. Varietas yang berbunga lebih cepat memiliki respons lebih sensitif terhadap perlakuan hari pendek dan dari segi bisnis penggunaan varietas-varietas semacam ini akan menguntungkan karena masa produksi lebih pendek dan biaya produksi dapat berkurang. Keadaan demikian dijelaskan oleh S u t at e r ( 1 9 9 2 ) b a h w a p emu p u k a n N mempercepat umur panen. Sanjaya (1992) menjelaskan bahwa panjang tangkai bunga tanaman krisan sangat dipengaruhi oleh sumber bibit. Bibit yang berasal dari tanaman induk yang
Antoro W dan D. Komar: Pengaruh jenis pupuk thd. pertumbuhan dan pertumbuhan ... Tabel 3. Jumlah kuncup bunga krisan dan persentase kuntum mekar pada saat panen (Number of chrysanthemum flower bud and fully opened flower at harvest time) Petak utama (Main factors) p1 (pupuk tunggal)/ single fertilizer p2 (pupuk majemuk NPK)/ compound fertilizer p3 (pupuk slow release)/ slow release fertilizer % KK/% CV Anak petak/sub plot v1 (Spider Yellow) v2 (Reagan Dark SPL) v3 (Reagan Pink Pale D) v4 (Shamrock) v5 (Reagan White) v6 (Golden Spider) v7 (Euro) v8 (Revert) v9 (Tiger) v10 (Reagan Orange D) v11 (Reagan IMP) v12 (Stroika) v13 (Puma White) v14 (Puma Suny) v15 (Reagan Suny) % KK/% CV
Jumlah kuncup bunga/nu mber of flower bud 22,2 a
% kuntum mekar/% of fully opened flower 30,4 a
22,7 a
32,7 a
21,2 a
29,5 a
14,2
17,5
18,7 21,2 19,7 23,3 17,2 20,1 17,2 19,7 23,9 21,7 22,0 27,9 28,2 25,5
a ab a b ab ab a a bc b b c c bc
19,6 a 15,7
38,2 c 33,9 bc 31,3 bc 29,1 ab 33,9 bc 38,2 c 38,3 c 31,6 bc 28,9 ab 30,4 b 28,9 ab 23,5 a 24,4 a 28,9 ab 25,7 ab 17,4
diberi hari panjang cenderung mempunyai panjang tangkai bunga lebih tinggi. Pengamatan hasil bunga krisan meliputi, jumlah kuntum bunga, persentase kuntum mekar, diameter bunga dan vase-life beserta urutan varietasnya dapat diikuti pada tabel berikut. Dari Tabel 3, ternyata baik jumlah kuntum bunga dan persentase bunga mekar pada waktu panen tidak dipengaruhi oleh jenis pupuk bahkan pupuk slow release cenderung memberikan angka yang paling rendah dibandingkan dengan kedua jenis pupuk lainnya. Keragaman di antara varietas terhadap jumlah kuntum yang dihasilkan dan persentase bunga mekar tampaknya b e rg a n t u n g p ad a s if a t t a n ama n d a la m
Tabel 4. Di am e ter bunga krisan mekar dan vase-life Bunga (Diameter of fully opened crhysanhtemum flower and Vase-life) Petak utama (Main factors) p1 (pupuk tunggal) (single fertilizer) p2 (pupuk majemuk NPK) (compound fertilizer) p3 (pupuk slow release) (slow release fertilizer) % KK/% CV Anak petak (sub plot)
Diameter bunga (cm)/Diamete r of flower 5,2 a 5,8
b
5,4
a
5,8
Vase-life (hari)/Vase-lif e (days) 10,9
a
11,7
a
11,6 a
17,3
v1 (Spider Yellow)
7,5 c
v2 (Reagan Dark SPL) v3 (Reagan Pink Pale D) v4 (Shamrock) v5 (Reagan White) v6 (Golden Spider) v7 (Euro) v8 (Revert) v9 (Tiger) v10 (Reagan Orange D) v11 (Reagan IMP) v12 (Stroika) v13 (Puma White) v14 (Puma Suny) v15 (Reagan Suny) % KK/% CV
5,3
b
9,2 ab
5,9
bc
8,2 a
5,2 5,1 6,2
ab a c
9,4 ab 10,4 b 9,8 b
6,1 6,6 4,9 5,4
bc c ab bc
9,8 10,3 10,1 9,6
5,5 4,3 4,2 4,0 5,8
bc a a a bc
8,4 ab 9,6 b 9,1 ab 9,3 ab 8,1 a
19,7
10,0
b
b b b b
16,9
berfotosintesis dibandingkan dengan pengaruh perlakuan pupuk. Dari Tabel 4 tampak bahwa diameter bunga pada aplikasi perlakuan pupuk majemuk NPK (15-15-15) berbeda nyata dibandingkan dengan dua jenis pupuk perlakuan lainnya. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan Sutater (1992) dan Sanjaya (1992) bahwa unsur N yang diterima tanaman pada fase p embun gaan ak an mempengaruhi diameter bunga. Unsur N berupa Urea pada perlakuan pupuk tunggal pada fase pembungaan dengan dosis 30% ternyata tidak mampu meningkatkan diameter bunga. Lama kesegaran bunga tidak dipengaruhi oleh jenis 5
J. Hort. Vol. 14, No. 1, 2004
pupuk. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Sutater (1991) dan Sutater (1992) bahwa lama kesegaran bunga lebih dipengaruhi oleh kultivar dibanding faktor lainnya.
KESIMPULAN 1.
Ketiga jenis pupuk yang diuji tidak menunjukkan perbedaan nyata pada nilai-nilai peubahn yang respons kecuali pada tinggi tanaman dan diameter batang. Nilai tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan pupuk majemuk NPK.
2. Pemilihan jenis pupuk untuk budidaya krisan ma s ih me mp e r ti mb a n g k a n as p e k kepraktisan, biaya tenaga kerja, dan harga pupuk. 3. Varietas Reagan Orange D, Golden Spider, Euro, Reagan White, Tiger, Spider Yellow, Revert, Reagan Pink Pale D, Reagan IMP dan Shamrock tampak paling adaptif dan berdaya hasil tingi dalam usaha budidaya krisan di Cipanas.
PUSTAKA 1.
Badriah, D.S. dan L. Sanjaya. 1995. Hasil-hasil penelitian Krisan (Dendranthema grandiflora) selama tahun anggaran 1993-1995. Laporan Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta (unpublished).
2.
Cockshull, K. E. 1976. Flower leaf initiation by Chrysanthemum morifolium Ramat in long days. J. Hort. Sci. 51 :441 – 448.
3.
De Ruiter, H.A. 1993. Improving cutting quality in chrysanthemum by stock plant management. Scientia Horticultural, 56:43-50.
6
4.
_____________ and J. Tromp. 1996. The growth and quality of shoots of chrysanthemum as affected by number and positions. J. Hort. Sci. 71(4): 607-612.
5.
Djatnika I., K. Dwiatmini dan L. Sanjaya. 1994. Ketahanan beberapa kultivar krisan terhadap penyakit karat. Bul. Penel. Tan. Hias 2(2):19-25.
5.
Fides. 1992. Mum Manual for all year round chrysanthemums. Alsmeer. 102p.
6.
Gogue, G.J. and K.C. Sanderson. 1975. Municipal Compost as a medium amendment for chrysanthemum culture. J. Amer. Hort. Sci. 100(3):213-216.
7.
Herlina D., M. Reza dan Toto Sutater. 1997. Pengaruh kultivar dan umur tanaman induk terhadap kualitas stek dan produksi tanaman krisan. J. Hort. 6(5):440-446
8.
Kofranek, A.M. 1980. Cut Chrysanthemum. In R.A. Larson (Ed). Introduction to floriculture. Academy Press. Toronto. p. 5-45
9.
Poole, R.T. and C.A. Conover. 1972. Evaluation of various potting media for growth of foliage plants. Proc. Fla. State Hort. Soc. 85:395-398.
10. Putrasamedja, S dan H. Sutapradja. 1989. Pengaruh beberapa media tumbuh terhadap pertumbuhan dan diameter bunga krisan. Bul. Pen. Hort. XVIII (1): 50-52 11. Sanjaya, L. 1992. Pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman seruni dari berbagai sumber bahan bibit. J. Hort. 2(2):59-62. 12. Sofyandi, E. 1999. Pengaruh Interupsi Hari Pendek dan Jumlah Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Alar terhadap Kualitas Bunga Krisan. Majalah Ilmiah Bulanan Kopertis Wilayah IV. No. 2 Thn. XII : 9-15 13. Sutater, T. 1991. Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan dan produksi krisan pot. Bull. Penel. Hort. XX (4) : 27-33 14. Sutater, T. 1992 Dosis pupuk N dan K pada tanaman Krisan (Chrysanthemum morifolium Ram). J. Hort. 2 (2) : 1-4.