Jurnal
aintis
ISSN: 1410-7783
Volume 13 Nomor 1, April 2013, 102-113
Rencana Pengembangan Lapangan Batubara Peranap dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Indragiri Hulu Peranap Coal Field Development Plan and Its Effect on Regional Development and Economic Growth of Indragiri Hulu Regency Muhammad Ariyon Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru 28284
[email protected]
Abstrak Lapangan Batubara Peranap adalah salah satu lapangan batubara di Kabupaten Indragiri Hulu dengan cadangan batubara terukur ±1,04 Milyar ton, dan termasuk batubara jenis lignite atau mendekati jenis sub bituminous highvolatile dengan nilai panas sebesar 4600 kcal/kg, sehingga dapat dipakai untuk PLTU. Pengembangan tambang batubara Peranap sebagai suatu aktivitas ekonomi baru di Kabupaten Indragiri Hulu akan berdampak terhadap sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan baik positif ataupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk (a) Mengidentifikasi pengaruh dari rencana kegiatan pengembangan lapangan batubara peranap baik dampak positif ataupun dampak negatif (b) Mengemukakan saran tentang usaha dan alternatif kegiatan yang diperlukan untuk meningkatkan pengaruh positif dan menekan pengaruh negatif dari rencana pengembangan lapangan batubara peranap sehingga dapat meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten Indragiri Hulu khususnya dan Propinsi Riau umumnya; dan (c) Sebagai rona awal dalam penyusunan Program Community Development pengembangan Lapangan Batubara Peranap. Diharapkan hasil studi ini bisa menjadi masukan bagi pihak pemerintah daerah, perusahaan dan masyarakat dalam merumuskan strategi dalam pemanfaatan sumberdaya mineral untuk pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Indragiri Hulu. Kata-kata kunci : Pengembangan, lapangan, batubara, wilayah, ekonomi, indragiri hulu
Abstract Peranap Coal Field is one of the coal field in Indragiri Hulu with coal reserves measured ± 1.04 billion tons , including coal and lignite type or types of sub-bituminous highvolatile approached with a heating value of 4,600 kcal / kg , so it can be used for the power plant . Peranap coal mine development as a new economic activity in Indragiri Hulu will have an impact on the social , cultural , economic and environmental positive or negative . This study aimed to ( a) identify the influence of the coal field development activity plan Peranap either positive impact or a negative impact ( b ) To put forward suggestions on alternative business and activities needed to enhance the positive effects and reduce the negative effects of coal Peranap field development plan so as to improve the region's economy Indragiri Hulu in Riau Province in particular and in general , and ( c ) As a baseline in the preparation of Community development Program Peranap Coal Field development . Expected results of this study can be input for local authorities , companies and communities in formulating strategies in the utilization of mineral resources for sustainable development in Indragiri Hulu Regency Keywords : Development, field, coal, regional, economic, indragiri hulu regency
102
Rencana Pengembangan Batubara Peranap (M. Ariyon) PENDAHULUAN Lapangan Batubara Peranap adalah salah satu lapangan batubara di Kabupaten Indragiri Hulu dengan cadangan batubara terukur ±1,04 Milyar ton, dan termasuk batubara jenis “lignite” atau mendekati jenis “sub bituminous highvolatile” (dengan nilai panas 4600 kcal/Kg, dalam ADB), sehingga dapat dipakai untuk PLTU. Potensi Batubara Peranap yang sangat besar ini belum dimanfaatkan sehingga hanya menjadi “harta terpendam”. Eksploitasi Batubara akan dilakukan oleh PT. Bukit Asam sedangkan pembangunan PLTU Mulut Tambang Peranap akan dilakukan oleh PT Indonesia Power bekerjasama dengan PT. Bukit Asam dan Pemda Riau. Lokasi rencana penambangan batubara Peranap ini cukup strategis, yaitu dekat dengan kawasan segitiga SIJORI dan jalur utama transmisi listrik Sumatera Grid. Dana negara telah banyak ditanamkan untuk penyelidikan umum, eksplorasi, dan telah kelayakan, yaitu sekitar Rp. 60 Milyar. Dengan adanya pengembangan tambang batubara Peranap diharapkan akan membuka peluang investasi di wilayah Propinsi Riau umumnya, dan khususnya di Wilayah Kabupaten Indragiri Hulu sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang dimaksud, yang pada gilirannya juga akan memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Akan tetapi sesuai dengan ciri khas industri pertambangan maka rencana penambangan batubara ini juga memiliki potensi untuk mengubah lingkungan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat kabupaten Indragiri Hulu. Permasalahan Kegiatan Pertambangan dan Energi umumnya berada pada daerah yang terpencil sehingga biasanya industri pertambangan menjadi perintis atau ujung tombak dalam pembukaan serta pengembangan suatu daerah atau wilayah. Industri pertambangan berperan dalam pengelolaan sumberdaya mineral dan energi untuk menyediakan bahan baku industri, meningkatkan penerimaan devisa, memperluas kesempatan kerja, memberikan dukungan pada pembangunan wilayah, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan meningkatkan penguasaan teknologi. Dalam menjalankan perannya tersebut, industri pertambangan memiliki ciri khusus sesuai dengan sifat dan proses eksploitasi sumberdaya mineral tersebut yang pada umumnya memerlukan teknologi tinggi, modal besar dan memiliki daya ubah lingkungan yang tinggi pula. Selain itu industri pertambangan juga sangat peka terhadap berbagai permasalahan yang timbul terutama masalah ekonomi dan sosial budaya. Kesenjangan ekonomi dan perbedaan budaya yang timbul akibat hadirnya kegiatan industri pertambangan tersebut dengan penduduk sekitarnya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang mungkin akan memicu timbulnya kerusuhan. Selain itu, adanya ikatan emosional dan rasa memiliki sumberdaya alam yang sedang dimanfaatkan dari penduduk yang telah bertahun-tahun hidup disekitar kegiatan pertambangan ikut menambah perasaan ketidakadilan. Pengalaman ini menyimpulkan kepada kita bahwa keberadaan pertambangan akan mempunyai dampak terhadap pengembangan wilayah baik dari aspek sosial, ekonomi, budaya, politik dan lingkungan. METODE PENELITIAN Tulisan ilmiah (penelitian) ini dilakukan berdasarkan studi lapangan dan berbagai literatur bidang pertambangan dan teori-teori pengembangan wilayah 103
J. Saintis, Vol. 13. No.1, 2013: 102-113 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rencana Pengembangan Lapangan Batubara Peranap dan Pengaruhnya Terhadap Pengembangan Wilayah A. Perubahan Lingkungan Fisik 1. Perubahan tata guna lahan. Rencana Penambangan Batubara Peranap akan menyebabkan terjadinya perubahan tata guna lahan yang dulunya merupakan daerah hutan sekunder dan kelapa sawit menjadi daerah pertambangan. 2. Gangguan terhadap habitat flora dan fauna Kegiatan pembukaan lahan untuk pertambangan dan fasilitas lainnya akan mengurangi luas total vegetasi hutan, yang dapat menurunkan keanekaragaman jenis flora dan fauna hutan. Namun, seiring dengan dilakukannya usaha reklamasi, diharapkan dapat memulihkan kondisi habitat flora dan fauna yang mendekati keadaan semula. 3. Perubahan kualitas air. Kegiatan pembukaan lahan serta penggalian dan pengelolaan batuan penutup dapat mempengaruhi kualitas air yang disebabkan munculnyasedimen dan bahan penghasil asam, dimana ada kemungkinan dapat masuk ke dalam aliran air. Hal ini akan mempengaruhi biota perairan dan pengguna air lainnya. Dengan dilakukannya kegiatan reklamasi dan pemantauan oleh perusahaan penambang, diharapkan akan mengurangi dampak tersebut. 4. Kebisingan Kebisingan dihasilkan dari beroperasinya alat berat yang terkait dengan pembukaan lahan dan pengelolaan tanah pucuk. Untuk wilayah pemukiman, dengan masih adanya vegetasi hutan sebagai buffer zone, maka akan meredam kebisingan hingga intensitasnya menurun. 5. Penurunan kualitas udara karena meningkatnya konsentrasi polutan di udara. Menurunnya kualitas udara untuk sementara waktu dialami sebagai akibat dari hilangnya vegetasi dan pembukaan lahan Hal ini terutama karena timbulnya debu don pengaruh sementara dari emisi buangan kendaraan yang secara teoritis dapat mempengaruhi kesehatan manusia, hewan, serta vegetasi di sekitarnya. Gangguan ini hanya bersifat sementara dan terjadi dalam areal yang jauh dari pemukiman (sifatnya lokal). Usaha-usaha Pengelolaan Lingkungan Untuk meminimalisasi terjadinya dampak terhadap lingkungan maka harus dilakukan usaha-usaha pengelolaan lingkungan oleh perusahaan penambang.
104
Rencana Pengembangan Batubara Peranap (M. Ariyon) a. Pemantauan Tujuan dari program pemantauan lingkungan adalah menyediakan informasi bagi manajemen mengenai efektivitas pengendalian lingkungan dan membantu dalam mengidentifikasi kesempatan untuk meningkatkan unjuk kerja di bidang lingkungan, serta mematuhi peraturan pemerintah. Adapun fokus dari program pemantauan ini adalah pemantauan kualitas air, udara, kebisingan, vibrasi akibat peledakan, dan pemantauan flora don fauna yang mengacu pada standar baku yang tertuang dalam peraturan pemerintah yang ada. b. Rehabilitasi Semua lahan yang terganggu oleh kegiatan penambangan harus direhabilitasi, artinya diusahakan dikembalikan ke keadaan yang aman dan produktif. Rehabilitasi lahan ini bertujuan agar ekosistem lahan yang telah terganggu dikembalikan sama dengan ekosistem yang asli. Kegiatan Reklamasi Lahan harus dikembangkan dengan menanam jenis pohon lokal, mampu hidup pada kondisi marginal dan mampu mengembangkan fungsi ekologis dan hidrolis. c. Pengendalian Air Asam Tambang Air asam tambang berasal dari timbunan batuan penutup di pertambangan yang mengandung sulfida alami. Apabila mineral-mineral ini terkena oksigen selama penambangan, maka akan mulai teroksidasi sehingga menghasilkan asam sulfat. Apabila terjadi hujan, asam tersebut akan meninggalkan timbunan batuan sebagai suatu larutan. Air asam tambang juga dapat berasal dari proses pencucian batu bara. Untuk mengendalikan dampak potensial dari air asam tambang, perusahaan harus melakukan berbagai usaha yang dimulai sejak tahapan eksplorasi untuk memahami potensi berbagai jenis batuan yang berpotensi menghasilkan asam. Pengelolaan selanjutnya dilakukan penempatan batuan tersebut pada saat operasi tambang sehingga pembentukan air asam tambang dapat diminimalkan. Pengelolaan terhadap batuan yang berpotensi menghasilkan air asam tambang juga dilakukan pada saat akhir sebelum rehabilitasi dilakukan. d. Pengendalian Endapan Kemungkinan adanya material halus (pasir, lumpur, dan tanah liat) yang terhanyut ke dalam aliran air bisa saja terjadi. Walaupun hal ini secara alamiah mungkin terjadi, namun perusahaan harus melakukan upaya agar sedimen dari kegiatan pertambangan tidak bertambah secara signifikan. Untuk mengendalikan sedimen, upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan stabilisasi tempat penambangan secara cepat dengan menggunakan tanaman penutup dan membuat kolam-kolam pengendap agar kualitas air yang keluar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pemerintah. e. Pengelolaan Hidrokarbon Yang tercakup dalam hidrokarbon adalah bahan bakar, oli, clan gemuk (grease). Upaya-upaya yang dilakukan dalam pengelolaan hidrokarbon mencakup penanganan dan penyimpanan, penanggulangan tumpahan, dan pembuangan limbah ke pengelola limbah yang memiliki ijin pemerintah.
105
J. Saintis, Vol. 13. No.1, 2013: 102-113 B. Pertambangan Batubara sebagai Pemicu dan Pemacu Pertumbuhan Ekonomi 1.
Batubara sebagai Lokomotif Perekonomian Daerah
Kabupaten Indragiri Hulu relatif masih rendah dibandingkan dengan perekonomian kabupaten lainnya di Propinsi Riau. Telah lama Kabupaten Indragiri Hulu merindukan lokomotif untuk menggerakkan roda perekonomiannya dan harapan ada pada batubara yang cadangannya besar dan belum dimanfaatkan. Dari penelitian dilapangan diketahui bahwa Kabupaten Indragiri Hulu memang belum memiliki lokomotif ekonomi. Selama ini Kabupaten Indragiri Hulu selalu menumpang lokomotif daerah disekitarnya untuk menarik gerbong ekonominya sendiri. Kalau tak ada lokomotif ekonomi dari daerah lain yang lewat, gerbong ekonomi Kabupaten Indragiri Hulu bisa dikatakan sulit bergerak. Perekonomian Kabupaten Indragiri Hulu selama ini menitikberatkan pada sektor perkebunan seperti Kelapa Sawit. Akan tetapi kegiatan perkebunan Kelapa Sawit sampai saat ini terbatas pada menghasilkan Kelapa Sawit. Pemrosesannya dilakukan diluar kawasan perkebunan di luar Kabupaten. Sehingga dampak terhadap pengembangan pusat kegiatan ekonomi di Kabupaten ini tidak besar. Kegiatan jasa pelayanan yang ditimbulkan oleh perusahaan perkebunan itu belum berkembang. Dukungan terhadap peningkatan kebutuhan para pekerjanya yang hampir sepenuhnya tenaga tidak terlatih masih dapat dilayani oleh kegiatan usaha yang sudah ada di masyarakat. Kegiatan usaha pertambangan batubara diperkirakan akan memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Indragiri Hulu baik pertumbuhan fisik maupun sosial ekonomi. Usaha pertambangan ini akan diikuti oleh pembangunan PLTU yang terletak di kawasan yang sama. Dengan demikian, hadirnya PLTU tersebut, sebagai dampak tidak langsung dari usaha pertambangan akan meningkatkan pasokan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi regional disamping untuk memenuhi ekspor energi listrik ke Malaysia. Sesungguhnya persediaan energi/bahan bakar inipun bila mungkin dapat dipasok oleh usaha pertambangan ini, dalam bentuk batubara sebagai energi alternatif. Hal ini akan mendorong pertumbuhan industri rumah tangga dan industri kecil yang dapat melayani pasar regional/wilayah. Oleh karena itu kegiatan penambangan ini akan mempunyai “multiplier effect” yang besar terhadap pengembangan wilayah. Konsep pertambangan Indonesia adalah bahwa kegiatan pertambangan itu harus menjadi pusat pertumbuhan (growth center) dari suatu wilayah. Ia harus menjadi motor untuk mengembangkan wilayah itu. Dalam istilah ekonomi sering disebut sebagai lokomotif pembangunan. Batubara ini akan dijadikan uap yang selain dapat dikonsumsi dalam negeri, juga dapat di ekspor ke Malaysia. Pengembangan batubara di Indragiri Hulu, diharapkan dapat menjadi lokomotif pembangunan di Kabupaten Indragiri Hulu.
106
Rencana Pengembangan Batubara Peranap (M. Ariyon) Kegiatan pertambangan batubara di Kabupaten Indragiri Hulu khususnya Kecamatan Peranap berpotensi sebagai katalis bagi pengembangan wilayah yang mencakup pengembangan fisik dan menciptakan sarana dan prasarana bagi kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Pada umumnya kegiatan pada tahap penyelidikan umum dan eksplorasi serta studi kelayakan belum terlihat secara langsung keterlibatan sektor lain. Namun pada kegiatan tahap konstruksi dan operasi penambangan, semakin banyak keterlibatan sektor lain untuk mendukung kegiatan dimaksud seperti sektor jasa konstruksi, energi, perdagangan/supplier, transportasi, telekomunikasi, finansial dan lain sebagainya. Oleh karena itu kegiatan operasi penambangan bukan hanya bermakna untuk perusahaan penambangan itu sendiri, tetapi juga menciptakan peluang-peluang pekerjan bagi sektor ekonomi lainnya bahkan dapat meningkatkan status daerah (desa Semelinang Kecamatan Peranap) menjadi daerah perkotaan yang pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. 2. Pertambangan Batubara sebagai Sumber Pendapatan Daerah Menurut UUD 45 pasal 33 maka sumber daya alam seperti batubara, menjadi milik negara. Dengan demikian, sebagai pemilik SDA pemerintah berhak atas sebagian keuntungan dari SDA tersebut. Dari sebuah perspektif ekonomi, manajemen SDA yang sustainable dan equitable mensyaratkan bahwa rente ekonomi SDA tersebut dikembalikan oleh pemerintah melalui pajak yang pantas dan menggunakannya untuk kesejahteraan penduduk. Untuk pertambangan batubara besarnya pajak dan iuran yang harus dikeluarkan (posisi tahun 1998) antara lain : PBB sebesar nilai jual obyek pajak x 20% x 5% (SK Menkeu No 273 tahun 1995), Pajak atas jasa 10%x nilai jasa, PPh Badan 30% x laba kena pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPn) 10% x nilai transaksi, Bea masuk impor bilamana ada, Iuran produksi 0,5 US$/ton produksi, Iuran KP Eksplorasi Rp 200 sampai Rp 1000 perhektar, Iuran KP eksploitasi Rp 1500/hektar dan retribusi air permukaan Rp 20/m3. Berdasarkan laporan studi kelayakan yang telah dilakukan oleh LPPM ITB, 1999 diketahui bahwa operasi penambangan batubara yang akan dilakukan oleh PT Bukit Asam di Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu adalah selama 37 tahun dan akan dinvestasikan modal sebesar US$ 1.157.494.490. Dengan demikian, dari nilai investasi ini ada bagian yang akan diterima oleh Pemerintah Pusat dan Propinsi dan Kabupaten Indragiri Hulu dalam bentuk Bea masuk, PPn, Royalitas atas penjualan batubara, Pajak dan Retribusi Daerah (Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten) dan Pajak Bumi dan Bangunan. Besarnya penerimaan dari bea masuk ditentukan oleh jenis barang/peralatan harga impor dan total nilai barang / peralatan yang diimpor. Dalam studi kelayakan proyek ini tidak dijelaskan rincian barang/peralatan yang diimpor tersebut. Perkiraan nilai investasi tetap (diluar modal kerja) yang akan dibelanjakan sebesar US$ 1.146.871.238,-.
107
J. Saintis, Vol. 13. No.1, 2013: 102-113 Besarnya PPh yang dipungut Pemerintah atas laba selama lima tahun pertama diperkirakan Rp 775.606.000.000,00. Lima tahun berikutnya sekitar Rp 2.853.540.000.000,00. Pungutan atas penjualan batubara dalam bentuk Royalties pada lima tahun pertama sebesar Rp 1.329.250.000.000,00 dan pada lima tahun kedua besarnya Rp 3.201.220.000.000,00. Nilai pungutan PPh dan Royalties ini, dengan asumsi harga jual batubara US$ 35.00/ton, ditentukan oleh besarnya produksi batubara. (Kurs yang digunakan US$ 1 = Rp 9.000,00) 3. Pertambangan Batubara sebagai Modal PendorongPembangunan Berkelanjutan di Kabupaten Indragiri Hulu. Potensi batubara yang besar yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu merupakan modal untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Indragiri Hulu. Kekayaan sumber daya alam yang cukup besar ini harus dapat ditransformasikan menjadi potensi sosial yang riil seperti kesejahteraan dan kemajuan daerah. Penerapan asas kesinambungan pembangunan terhadap sektor pemanfaatan batubara perlu dilakukan dengan hati-hati. Sebagaimana diketahui sumberdaya batubara adalah sumber daya yang habis dipakai (depleting). Maka pengertian yang sempit dari asas tersebut jelas tidak mungkin diterapkan terhadap usaha pemanfaatan sumber daya batubara ini. Konsep pembangunan berkelanjutan pada industri pertambangan mangandung arti roda pembangunan dimasyarakat dan daerah serta nasional terus berlanjut karena mendapatkan manfaat dari sumber daya mineral. Pembangunan berkelanjutan yang terjadi dalam masyarakat, daerah dan nasional yaitu akibat pernah adanya usaha pertambangan. Secara umum memang belum disadari bahwa dampak negatif dari usaha pemanfaatan batubara terhadap fungsi-fungsi lingkungan hidup pada dasarnya hanya bersifat sementara, mengingat bahwa usaha pertambangan batubara menyangkut eksploitasi sumber daya alam yang habis pakai. Setelah penambangan selesai dilakukan, langkah-langkah reklamasi dan rehabilitasi lahan diwajibkan untuk dilaksanakan oleh perusahaan penambang, sehingga sejauh mungkin (dalam batas-batas teknologi dan keekonomian), lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan kembali. Dikebanyakan kasus, dapat direncanakan dengan baik agar lahan bekas tambang dibuat menjadi lahan yang produktif untuk perkebunan, pertanian, pariwisata ataupun hutan lindung. Dengan perencanaan yang cermat, tidak jarang terjadi bahwa dalam masa pasca tambang, sesuatu lahan justru memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding sebelum kehadiran usaha pertamabngan. Agar proses pembangunan di Indragiri Hulu dapat terus berkelanjutan maka kegiatan pertambangan batubara harus dilaksanakan berdasarkan konsep good mining practices. Dalam good mining practices setelah dilakukan penambangan maka harus dilakukan reklamasi lahan. Dengan prencanaan reklamasi yang cermat, maka setelah pasca tambang tidak akan menimbulkan dampak yang drastis terhadap aktivitas perekonomian.
108
Rencana Pengembangan Batubara Peranap (M. Ariyon) Bahkan diatas tanah/lahan yang tereklamasi itu secara bertahap dapat dijadikan hutan lindung ataupun usaha perkebunan/pertanian yang mempunyai nilai ekonomi yang besar. Contoh, PT Kelian Equatorial Ming (KEM), yang sudah mau tutup tambang. Perusahaan tersebut melakukan mine closure, melakukan revegetasi. Revegetasi ini akan menumbuhkan pohonpohon besar yang justru menjadikannya hutan lindung. Dana yang digunakan untuk kegiatan reklamasi berasal dari dana yang disisihkan khusus menurut perundang-undangan. Dalam jangka waktu lima tahun pertama diperkirakan akan terkumpul dana sebesar Rp 4.556.250.000,00 (FS Lapangan batubara Peranap). Dalam periode selanjutnya angka ini akan meningkat sesuai dengan peningkatan nilai produksi penambangan. Sejalan dengan kebijakan pengembangan usaha pertanian/perkebunan di atas tanah yang telah direklamasi, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat akan meningkat pula. Salah satu program pertambangan yang menganut pola sustainable development adalah community development yang sudah mencakup prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Community Development pada dasarnya adalah mengubah industri tambang menjadi pusat perekonomian baru dimana aktifitas perekonomian tidak ditentukan lagi oleh karena adanya pertambangan tetapi oleh karena pernah hadirnya industri tambang disuatu wilayah. Program pemberdayaan masyarakat dalam program community development harus mampu meningkatkan kreatifitas masyarakat dan daerah di wilayah tambang secara nyata dengan memberikan peluang-peluang yang baik dalam mengembangkan usahanya, juga dalam mendistribusikan produk-produk usahanya ke apsar dalam negeri dan luar negeri. Berdasarkan studi kelayakan diketahui bahwa operasi penambangan di Kecamatan Peranap dapat berlangsung selama 37 tahun, ini merupakan waktu yang cukup lama untuk mengembangkan aktivitas ekonomi masyarakat lebih mandiri dan berkembang, sehingga pembangunan di Indragiri Hulu dapat berlangsung secara berkelanjutan. Dengan prinsip sustainable development dan community development yang sesuai dengan karakteristik dan kekhasan daerah, penegakan HAM dan demokratisasi serta stabilitas keamanan dan kepastian hukum maka ekonomi masyarakat kabupaten Indragiri Hulu akan berkembang dan wilayah pasca tambang akan menjadi pusat aktifitas ekonomi baru. 4. Batubara sebagai Sumber Energi Peran energi dalam pembangunan nasional sangat penting untuk menggerakkan roda pembangunan dan industri hulu dan hilir serta kebutuhan runah tangga yang tujuannya bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan bangsa agar dapat setara dengan kemajuan bangsa-bangsa lain di dunia. Pengembangan sumber daya batubara di Indonesia pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan energi nasional yaitu menjamin kesinambungan penyediaan kebutuhan energi yang dapat mendorong pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Untuk itu batubara diharapkan dapat berperan sebagai sumber energi pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. 109
J. Saintis, Vol. 13. No.1, 2013: 102-113 Salah satu hal yang mendesak untuk segera dimanfaatkannnya batubara adalah krisis energi yang terjadi di Propinsi Riau. Hal ini terindikasi dari pemadaman listrik secara bergiliran yang terjadi setiap dua hari sekali selama enam jam di setiap daerah Kabupaten dan Kota di Propinsi ini. Berdasarkan Statistik PLN, pada tahun 2012 rasio elektrifikasi di Propinsi Riau baru mencapai 37 persen, sementara rasio desa terlistriki pada tahun 2011 baru mencapai 47,22 persen. Seiring dengan pertumbuhan pembangunan daerah Kabupaten Indragiri Hulu, maupun pembangunan sektor-sektor, maka permintaan akan energi khususnya listrik akan terus meningkat. Demikian juga dalam beberapa tahun ke depan dengan adanya proses transisi masyarakat perkotaan akan mendorong kebutuhan akan energi. Kebutuhan akan energi diperkirakan akan terus meningkat mengingat rumah tangga yang memanfaatkan energi listrik PLN telah mencapai 25.350 rumah tangga, dan listrik non PLN sebanyak 13.351 rumah tangga. Walaupun demikian, masyarakat yang masih belum terlayani oleh PLN masih cukup besar. Ini dapat dilihat dari jumlah rumah tangga yang masih memanfaatkan lampu petromak sebanyak 2.366 rumah tangga, Pelita 18.083 rumah tangga, dan lainnya sebanyak 169 rumah tangga (Susenas Kabupaten Indragiri Hulu, 2002). Dengan semakin meningkatnya pengembangan ekonomi kerakyatan (ekonomi pedesaan), kebutuhan akan energi di pedesaan diperkirakan akan semakin meningkat pula. Permasalahan pembangunan energi / perlistrikan di Kabupaten Indragiri Hulu adalah bagaimana pemerintah mampu mengusahakan dan mengolah potensi energi yang ada untuk pemenuhan kebutuhan listrik khususnya pengembangan industri serta listrik pedesaan yang setiap tahun terus meningkat. Mengingat cadangan minyak dan gas bumi yang kian menipis, perlu diupayakan membangun pembangkit listrik yang tidak berbahan bakar minyak dan gas bumi. Menilik potensi batubara Peranap, kiranya pembangunan PLTU batubara mulut tambang merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk dikembangkan. PLTU sebagai salah satu alternatif pembangkit membutuhkan waktu pembangunan sekitar 5 tahun (lebih singkat dari PLTA), biaya yang dibutuhkan untuk investasi relatif lebih murah dari PLTA, selain itu tinjauan dampak lingkungan yang harus dilakukan tidak seluas pembangunan PLTA. PLTU mempunyai efisiensi thermal sampai 40 persen untuk jenis energi batubara, dengan Derating 1 persen pertahun. Skala kapasitas PLTU relatif besar dan bervariasi mulai dari 50 MW sampai 600 MW, dan biaya untuk operasional dengan bahan bakar batubara relatif lebih murah dibandingkan PLTGU pembangkit jenis ini digunakan untuk Base Load. 5. Pertambangan Batubara Sebagai Peluang Kerja dan Peningkatan Taraf Hidup Pengusahaan batubara Peranap di Kabupaten Indragiri Hulu memberikan peluang kesempatan kerja baru bagi masyarakat. Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh LPPM ITB pada pengembangan lapangan batubara Peranap, secara kuantitatif jumlah pekerja yang langsung terlibat dalam operasi penambangan ini diperkirakan memang lebih kecil daripada pekerja pada perkebunan. 110
Rencana Pengembangan Batubara Peranap (M. Ariyon) Pada perusahaan perkebunan disamping beberapa pegawai dan staf tetap, dikerjakan pula sekitar 1000 tenaga harian lepas yang yang bertugas untuk membersihkan kebun dan memelihara pohon Kelapa Sawit. Upah tenaga kerja harian lepas ini Rp 5000,- perhari dan dibayar setiap minggu. Pada perusahaan pertambangan, tenaga kerja tetap sebanyak 236 orang dengan gaji terendah sebesar Rp 600.000,00/bulan dan tertinggi Rp 3.500.000,-/bulan. Upah dan gaji dalam lima tahun pertama operasi penambangan sebesar US$ 532.118,00 atau sekitar Rp 4,8 Milyar. Bila diperhitungkan forward effect dan backward effect dampak kesempatan kerja dari kegiatan penambangan ini sejalan dengan pertumbuhan aktivitas ekonomi daerah, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat yang terjadi akan lebih besar dari dampak kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit. Usaha-usaha Penanggulangan Dampak Negatif Ekonomi Akan tetapi rencana pengembangan lapangan batubara Peranap ini juga akan menghilangkan peluang kerja disektor perkebunan yang beberapa tahun terakhir telah mampu memberikan kesempatan kerja. Untuk itu maka sebaiknya dilakukan usaha-usaha penanggulangan dampak negatif di bidang ekonomi ini seperti: 1. Membuka seluas-luasnya kesempatan kerja dan kesempatan usaha bagi anggota masyarakat setempat untuk terlibat dalam semua tahap kegiatan penambangan batubara. 2. Melaksanakan perundang-undangan dan peraturan ketenaga kerjaan dengan baik dan tepat agar tercipta kesepakatan kerja bersama antara para pekerja dengan pihak perusahaan. 3. Memanfaatkan secara optimum barang-barang dan komponen lokal dalam membangun sarana dan prasarana penambangan. Berpartisipasi dalam pengembangan usana ekonomi masyarakat setempat baik yang menjadi rekanan maupun bukan rekanan, sebagai program pembinaan lingkungan usaha (community development). 4. Meredam dampak gejolak harga di pasar lokal/setempat pada saat pekerja menerima upah melalui, pembentukan koperasi di Iingkungan perusahaan dan memperlancar arus barang yang diperlukan daerah itu. 5. Menyelesaikan sebaik-baiknya dengan pihak perusahaan perkebunan yang ada di lokasi penambangan, baik yang menyangkut : ganti rugi tanaman Kelapa Sawit, cara, dan mungkin waktu,pembukaan lahan untuk penambangan-masalah ketenagakerjaan. 6. Menjaga adat dan tetap memfungsikan adat dalam perundingan/ musyawarah dengan masyarakat. 7. Mempersiapkan penggunaan serta pengelolaan lahan yang telah direklamasi sedini mungkin, baik dalam bentuk pengusahaan sendiri atau kerja sama dengan pihak lain.
111
J. Saintis, Vol. 13. No.1, 2013: 102-113 C.
Rencana Pengembangan Lapangan Batubara Peranap dan Beberapa Perubahan Sosial Tidak dapat dihindari bahwa kegiatan pertambangan yang mengubah kondisi awal lingkungan, ikut mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat. Perubahan lingkungan ini mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitarnya dalam beberapa hal antara lain, 1. Semakin banyaknya pendatang ke Peranap untuk bekerja di tambang atau sekitarnya, 2. Pengangguran karena tidak semua tertampung bekerja, 3. Munculnya kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial, 4. Perubahan tatanan kehidupan masyarakat lokal yang menggantungkan hidupnya dari alam. Kunci utama pengendalian dampak terhadap masalah sosial, pada dasarnya adalah upaya penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, pengelolaan dampak perlu diutamakan pada : 1. Mengupayakan secara maksimal peluang kerja langsung dan tidak langsung bagi penduduk lokal. 2. Mengupayakan peluang usaha dan rekanan kerja secara bertahap pada pengusaha lokal. 3. Melakukan pemecahan dan atau musyawarah sesuai dengan tata aturan adat yang berlaku (melibatkan ninik-mamak) 4. Dan membantu mendorong swadaya masyarakat dalam penyediaan air bersih.
D.
Pengembangan Lapangan Batubara Peranap dan Kebijaksanaan Tata Ruang Propinsi Riau Wilayah Kuasa Pertambangan (KP) eksploitasi Peranap berdasarkan rencana alokasi pemanfaatan ruang wilayah Propinsi Riau termasuk dalam kawasan budidaya yang salah satu arahan pengembangan sektoralnya berupa sektor pertambangan, sehingga pengembangan tambang batubara Peranap sudah sesuai dengan kebijaksanaan alokasi pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten Indragiri Hulu 2001 - 2011.
SIMPULAN Rencana Pengembangan Lapangan Batubara Peranap akan memberikan manfaat yang besar terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Indragiri Hulu antara lain : 1. 2.
Menambah Devisa Negara dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Memenuhi kebutuhan energi listrik di Sumatera Tengah, yaitu ikut berperan dalam pengembangan segitiga SIJORI, bekerjasama dengan PT Indonesia Power dan PT Bukit Asam untuk membangun PLTU mulut tambang. 112
Rencana Pengembangan Batubara Peranap (M. Ariyon) 3. Memenuhi kebutuhan energi, bahan baku industri dan lainnya yang akan terus berkembang. Terutama dalam menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam bidang energi yaitu diversifikasi. Dengan adanya sumber energi yang besar dan murah akan dapat menghidupkan industri-industri kecil. 4. Memacu pertumbuhan industri, aktivitas ekonomi dan pengembangan wilayah khususnya di Kabupaten Indragiri Hulu dan Propinsi Riau pada umumnya. 5. Berkembangnya daerah Peranap sehingga terbuka kesempatan usaha dan kesempatan kerja untuk pengembangan batubara dan kegiatan ikutan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hulu, Indragiri Hulu Dalam Angka 2012, Pematang Reba, 2012 Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hulu, Pendapatan Regional Indragiri Hulu, Pematang Reba, 2012 Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Riau, Informasi dan Profil Pertambangan dan Energi Propinsi Riau, Pekanbaru, 2010 Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FE-UI., Laporan Penelitian Analisis Dampak Ekonomi PT Kaltim Prima Coal (KPC), Jakarta, 2000 Laporan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Rencana Penambangan Batubara Daerah Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, PT Tambang Batubara Bukit Asam, 1999 Laporan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Rencana Penambangan Batubara Daerah Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, PT Riau Baraharum, 2004 Sudirman, Faktor Yang Menentukan Arahan Penggunaan Lahan Untuk Dijadikan Lahan Usaha Tambang Dalam Kaitannya Dengan Penggunaan Lahan, Departemen Pertambangan dan Energi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung, 200
113