INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI
OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS
Informasi Praktis Balitkabi No.:2015-12
Disajikan pada: Workshop Optimalisasi Pengembangan Mekanisasi Usahatani Kedelai Serpong, 18-22 Mei 2015
BALAI PENELITIAN TANANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2015
2 PENDAHULUAN Penanganan pascapanen kedelai adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemanenan sampai siap disimpan atau dipasarkan. Kegiatan tersebut membutuhkan teknologi pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil dan mempertahankan mutu biji kedelai (mendekati mutu seperti pada saat panen) agar didapat harga jual yang tinggi. Kehilangan hasil pada usahatani kedelai secara umum masih tinggi. Perkiraan kehilangan hasil kedelai yang dipanen pada kadar air tinggi (30 – 40 % basis basah (bb)) mencapai 15,5 % dan yang dipanen pada kadar air rendah (17 – 20 % bb) sebesar 10%. Disamping kehilangan hasil secara fisik (kuantitas), susut mutu/viabilitas (kualitas) benih kedelai dalam penanganan pascapanen juga cukup tinggi, 2,5 – 8,0% (Purwadaria, 1989). Hal ini disebabkan karena benih kedelai mudah rusak dan cepat turun daya tumbuhnya, sehingga memerlukan cara penanganan yang cepat, tepat dan teliti. Oleh karena itu, tujuan dari penanganan pascapanen kedelai adalah menjaga viabilitas benih kedelai supaya tetap sama seperti pada waktu panen dan mengurangi kehilangan hasil pada semua proses kegiatan yang dilakukan (panen, pengeringan, perontokan dan penyimpanan). Kegiatan penanganan pascapanen kedelai umumnya dilakukan oleh petani, kelompok tani, koperasi, penangkar benih dan pedagang pengumpul. Kegiatan prosesing didukung oleh berbagai lembaga dalam masyarakat (Penyuluh pertanian, Lembaga Penelitian /Perguruan Tinggi, Industri Pangan, Industri Peralatan Bengkel Lokal, Penjual Jasa Alsintan) dan kebijakan pemerintah (perkreditan, pelatihan, harga jual kedelai dll) yang dalam satu kesatuan dapat disebut sebagai sistem penanganan pascapanen kedelai. Dalam perspektif pendekatan sistem, sinergi antara komponen/pelaku sangat menentukan tercapainya tujuan sistem penanganan pascapanen benih kedelai. Hal ini sangat diperlukan, sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai sasaran swasembada kedelai. Salah satu aspek penting untuk menumbuhkembangkan sinergi dalam penjualan jasa alsintan pascapanen kedelai adalah pertimbangan adanya sifat fisik dan panas yang berbeda antara varietas kedelai yang sudah dikembangkan masyarakat. Pengetahuan sifat fisik dan panas kedelai berguna dalam mengoptimalkan kinerja Alsintan pascapanen untuk mengurangi susut mutu benih kedelai. Umumnya varietas kedelai berbiji kecil/sedang lebih tahan terhadap beban mekanis dan deraan suhu dibandingkan dengan varietas kedelai berbiji besar. Untuk itu, putaran mesin perontok untuk kedelai berbiji besar (400-450 rpm) harus lebih kecil dari kedelai berbiji kecil (450-500 rpm). Sementara, suhu pengeringan untuk kedelai berbiji besar (40-45 oC) harus lebih rendah dari kedelai berbiji kecil/sedang (45-50 oC) (Patriyawaty dan Tastra, 2010). Berikut disampaikan informasi praktis penanganan pascapanen kedelai, meliputi hal-hal yang perlu 2 dihindari dan upaya sebaiknya yang perlu dilakukan, untuk mendapatkan biji (benih) kedelai sesuai standar mutu yang ditetapkan pemerintah.
1
SAAT DAN CARA PANEN Panen yang terlambat.
Biji banyak tercecer di lapang akibat pecah polong.
Panen berpedoman pada umur kedelai sesuai deskripsi varietas dan warna kulit polong berwarna kecoklatan >95%.
Panen dengan cara dicabut
Panen sebaiknya dengan sabit bergerigi
Mengurangi kesuburan tanah, karena Rhizobium yang ada di bintil akar terbawa keluar tanah.
Mengurangi resiko pecah kulit polong akibat getaran dan mempercepat waktu panen dibanding sabit biasa.
Hasil panen diangkut tanpa pembungkus
Hasil panen diangkut dalam wadah
Resiko biji tercecer selama pengangkutan cukup besar.
Resiko tercecer biji selama pengangkutan dapat diperikecil bila bagian atas wadah ditutup juga dengan karung glangsi/plastik.
2
Salah satu wadah sederhana dan praktis dari anyaman bambu
PENGERINGAN KEDELAI BRANGKASAN Pengeringan dilakukan di ladang tanpa alas.
Pengeringan kedelai brangkasan dilakukan di lantai jemur.
Pengeringan kedelai dilakukan di atas alas lembaran plastik (akan lebih baik bila menggunakan alas plastik warna hitam).
Resiko tercecer di ladang cukup besar Menumpuk kedelai brangkasan selesai pengeringan siang hari.
Gunakan Rak Pengering dari bambu ukuran 2,5 m x 2,5 m x 2,5 m (kapasitas 250 kg/rak). Untuk 1 ton kedelai brangkasan butuh 4 rak pengering.
3
Contoh ikatan kedelai brangkasan pada rak
(Patriyawaty dan Tastra, 2011).
Tutup tumpukan kedelai berangkasan dibuka besok harinya :
Kedelai brangkasan dihamparkan di bangsal pengering saat panenan musim hujan.
Biji banyak tumbuh akibat menumpuk kedelai panenan musim hujan. Jika tersedia, sebaiknya digunakan mesin pengering untuk pengeringan kedelai brangkasan hingga siap rontok (17-20 % bb).
PERONTOKAN KEDELAI Putaran mesin perontok untuk kedelai berbiji besar disamakan dengan dengan kedelai berbiji kecil/sedang.
Putaran mesin perontok untuk kedelai berbiji besar (400 – 450 rpm) harus lebih kecil dibanding kedelai kedelai berbiji kecil/sedang (450 - 500 rpm).
4
Memakai mesin perontok yang hasil bijinya masih bercampur kotoran.
Gunakan penjual jasa perontokan keliling, dengan hasil biji relatif lebih bersih karena menggunakan saringan/ayakan sederhana.
Prosedur mengoperasikan mesin perontok : 1. Siapkan alas untuk proses perontokan cukup lebar agar biji/benih kedelai tidak banyak yang tercecer.
Alas perontokan kurang lebar sehingga biji tercecer peluangnya besar.
2. Letakkan mesin sedemikian rupa sehingga batang kedelai terlempar keluar alas dan benih kearah tengah-tengah alas. 3. Susun kedelai brangkasan dekat dengan mesin perontok agar memudahkan pengumpanan kedalam mesin secara bergantian dengan menggunakan dua orang operator. 4. Hidupkan mesin pada putaran silinder (400 – 450 rpm) untuk kedelai biji besar dan (450 - 500 rpm) untuk kedelai biji kecil/sedang. 5. Kedelai brangkasan siap diumpankan ke dalam mesin, sampai semuanya habis terontok. 6. Hasil perontokan kedelai brangkasan dengan menyewa mesin perontok yang beroperasi keliling umumnya masih bercampur dengan kotoran, oleh karena konstruksi mesin
5
perontok yang ada tidak dilengkapi komponen pemisah benih. Untuk itu pembersihan benih kedelai masih perlu dilakukan. Pembersihan benih selain berguna untuk meningkatkan efisiensi dalam proses pengeringan benih, juga untuk memudahkan pemilihan benih bernas yang akan dipakai benih. Pembersihan benih kedelai dapat dilakukan dengan cara menampi benih kedelai dengan memanfaatkan arah angin yang ada. Disamping itu, pembersihan benih dapat pula menggunakan alat pembersih tipe Balitkabi yang merupakan bagian komponen pembersih dari alat sortasi benih (Tastra, dkk, 2011).
Alat pembersih biji kedelai sebelum dikeringkan dengan mesin pengering.
PENGERINGAN BIJI/BENIH KEDELAI Suhu pengeringan untuk kedelai berbiji besar disamakan dengan dengan kedelai berbiji kecil/sedang.
Suhu pengeringan untuk kedelai berbiji besar (40 – 45 oC) harus lebih kecil dibanding kedelai berbiji kecil/sedang (45 - 50 oC) (Patriyawaty dan Tastra, 2010).
6
Menggunakan jenis alas berbeda untuk mengeringkan kedelai yang akan dijadikan benih, berdampak pada menurunnya daya berkecambah benih sehingga tak memenuhi standar mutu benih.
Jika tersedia, sebaiknya digunakan mesin pengering untuk pengeringan biji kedelai hasil perontokan (17-20 % bb) hingga kadar air siap simpan (9-12 % bb). Suhu Pengeringan yang optimum untuk Varietas Argomulyo pada kadar air awal benih 16% bb
t hitung : 15.453 > t-tabel(0.1;4) : 2.132
M (%)
TxM
T (oC)
Daya Berkecambah(%)
18
940
50
70
18
720
40
80
SORTASI BIJI/BENIH KEDELAI Sortasi secara manual karena banyak butuh tenaga, relatif mahal (Rp 550/kg) dan mutunya kurang terjamin (keseragaman ukuran biji kurang).
.
PENYIMPANAN BIJI/BENIH KEDELAI
47
7
Penyimpanan biji/benih dalam wadah yang terbuka.
Gunakan wadah yang tertutup untuk penyimpan biji/benih kedelai agar kadar airnya dapat dipertahankan rendah (9-10 % untuk benih, 13-14% untuk konsumsi) dan daya berkecambah memenuhi standard (Departemen Pertanian, 2007).
Kapasitas penyimpanan benih kedelai dengan menggunakan Gentong, Termos dan Kaleng pedaringan adalah sebesar 50 kg, 10-15 kg dan 200 kg (Purwadaria, 1989).
8
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2007. Peraturan Mentri Pertanian No. 28/Permentan/SP.120/3/2007 tentang Pedoman Produksi Benih Kedelai. Leopold, A. C, and Vertuci, C. W. 1989. Moisture as a regulator of physiological reaction in seeds. Crop Science Society of America. In Seed Moisture CSSA Special Publication Number 14: 51-67. USA. Patriyawaty, N.R. dan Tastra, I.K. 2011. Status dan prospek penerapan alat pengering di tingkat penangkar benih kedelai. Buletin Palawija No. 22:96-106. ______________. dan Tastra, I.K. 2010. Studi pendahuluan pengaruh suhu pengeringan, kadar air awal, dan varietas terhadap viabilitas benih kedelai. Bahan seminar internal Balitkabi. 14 Januari 2011. Purwadaria, H.K. 1989. Teknologi penanganan pasca panen kedelai (buku pegangan edisi kedua). Deptan-FAO, UNDP. Development and Utilization of Postharvest tools and equipment, INS/088/007. Tastra, I.K., Uning Budiharti dan N.R Patriyawaty. 2011. Makalah disajikan pada acara Pembahasan Progres dan Evaluasi Hasil Penelitian/Perakayasaan Koordinatif T.A. 2011. Surabaya, 13-14 Oktober 2011. ________ dan N. R. Patriyawaty. 2013. Evaluasi hasil rekayasa Pengering Tipe Bak Kayu Blower Ganda dengan sumber energi Gas LPG untuk pengeringan benih kedelai pada Sistem Jabalsim. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 32(2):126-137.