Vol. 3 No. 2 Hal. 1 - 6 Juli – Desember 2015
ISSN (Print) : 2337-6198 ISSN (Online) : 2337-618X
Implementation of Character Education in UISU Liesna Andriany1, Abdul Hakim2, Budianto3 Dosen Kopertis Wilayah I Dpk. FKIP UISU Medan Jl. Sisingamangaraja Medan E-mail:
[email protected],
[email protected], 3
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola-pola implementasi pendidikan karakter di setiap fakultas yang ada di UISU Medan. Data yang dikumpulkan berasal dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Data primer diperoleh melalui teknik wawancara mendalam (indepth interview) dan pengamatan berpartisipasi (participant observation), focus group discussion (FGD) dan diskusi kelompok ahli untuk pendekatan kualitatif. Data sekunder diperoleh dari dokumen, laporan, publikasi, dan sebagainya. Teknik sampling; digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.Validasi data penelitian dilakukan melalui kegiatan member check, Triangulasi,dan Peer teching. Teknik analisis data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data (on going analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa UISU merupakan perguruan tinggi yang sejak berdirinya telah memfokuskan pada pengembangan pendidikan karakter secara sistematis. Implementasi pendidikan karakter di UISU sudah berjalan secara alami dan dosen-dosen UISU menyadari dan memahami pentingnya pendidikan karakter. Walaupun pendidikan karakter tidak harus diajarkan tersendiri, tetapi terintegrasi dengan mata kuliah lainnya dalam proses pembelajaran. Kata kunci: nilai-nilai, pendidikan karakter
I.
Pendahuluan
Fungsi pendidikan nasional dapat tercapai apabila pelaksanaan pendidikan yang diselenggarakan dilakukan secara terencana dan sistematis. Tujuan pendidikan nasional harus dilakukan secara sistematis di setiap jenjang pendidikan, termasuk perguruan tinggi.Tujuan dan fungsi pendidikan nasional dapat tercapai bila karakter peserta didiknya (perguruan tinggi mahasiswa) memiliki karakter yang positif. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dilihat dari kemampuan pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan mengelola dirinya sendiri dan orang lain (soft skill). Pendidikan karakter bangsa, mulai menjadi topik hangat sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidatonya dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2010 tentang perlunya pendidikan karakter. Gerakan nasional yang dicanangkan pemerintah dalam pembangunan budaya dan karakter bangsa inidimulai tahun 2010. Sejak saat itu, pendidikan karakter ramai diperbincangkan di setiap kesempatan di forum-forum nasional. Topik pendidikan karakter ini muncul disinyalir akibat fenomena yang terjadi pada bangsa Indonesia yang menunjukkan perilaku antibudaya dan antikarakter (Marzuku, 2013). Problem karakter bukan hanya melanda pelajar dan mahasiswa di sekolah dan perguruan tinggi lain, UISU juga merasakan dampak yang sama. Terlebih lagi dengan terjadinya 7 tahun konflik internal UISU yang menyebabkan perpecahan dari segala lini. UISU terbagi menjadi dua mulai dari yayasan, rektorat, fakultas, pimpinan, dosen, pegawai sampai mahasiswa. Pengaruh konflik yang terjadi di UISU merupakan penyumbang terbesar menipisnya karakter warga UISU. Hal ini juga berdampak pada proses pendidikan dan pembelajaran di setiap fakultas-fakultas yang ada di UISU. Makalah ini akan menyajikan implementasi pendidikan karakter di 9 fakultas di UISU. Program-program setiap fakultas dicanangkankan untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang
1
Liesna Andriany, Abdul Hakim, Budianto: Implementation of Character Education in UISU
sesuai dengan visi dan misi UISU, khususnya yang disoroti nantinya mengenai pembinaan karakter yang diimplementasikan di setiap fakultas se UISU. II . Tinjauan Pustaka 2.1. Visi dan Misi UISU Visi UISU yang dirumuskan sejak berdirinya tahun 1952 menjadi titik tolak pengembangan karakter di kalangan masyarakat kampus. Visi tersebut adalah ”UISU menjadi Perguruan Tinggi yang Islami, handal, teruji dan bermartabat mulia dicintai oleh masyarakat dan diridhoi Allah SWT”. Sedangkan misinya adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan dakwah Islamiyah secara profesional untuk membentuk sarjana muslim dan nasional yang berkualitas, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu dan beramal sholeh, turut serta berperan dalam pembangunan umat Islam, agama, bangsa dan Negara Republik Indonesia demi kemashlahatan dan kesejahteraan umat manusia. UISU sebagai pendidikan tinggi yang memiliki visi menghasilkan insan yang bernurani, mandiri, dan cendekia, mempunyai tanggung jawab dalam pengembangan manusia yang bermoral baik dalam perilaku dalam kehidupan sehari-hari, cerdas dalam pemikiran, dan mandiri dalam melakukan tugas kehidupan. Pengembangan karakter mulia menjadi tugas yang tidak dapat ditinggalkan oleh UISU apabila mengharapkan mahasiswa yang akan menjadi pemimpin bangsa nantinya memegang amanah masyarakat dalam tugas dan jabatannya. UISU sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki tugas utama untuk mengembangkan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni yang bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan ajaran Islam. 2.2. Konsep Pendidikan Pendidikan merupakan proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat tersebut menjadi beradab. Menurut Soegardo dan Harahap (dalam Abdoellah dan Agusmanadji, 1995:2) pendidikan dalam arti luas adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniahnya. Begitu juga yang dikemukakan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002 : 263) bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik Pendidikan tidak hanya terbatas pada mentransfer ilmu pengetahuan kepada mahasiswa saja, lebih dari itu juga harus mampu mengubah dan membentuk karakter dan watak mahasiswa agar menjadi seorang yang lebih baik, mempunyai keterampilan yang mumpuni, lebih beretika dalam tataran budaya dan estetika dan yang lebih penting adalah berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya nilai ”A” atau seratus saja yang menunjukkan seseorang berhasil dalam pendidikan, tetapi yang lebih mendesak pada saat ini adalah menerapkan secara optimal pendidikan berbasis karakter yang berorientasi kepada nilai-nilai agama dan kultur budaya di lingkungan kampus.
2.3. Konsep Pendidikan Karakter Karakter pada diri seseorang tidak terlepas dariciri khas yang ada pada orang tersebut yang sering juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana ia tumbuh dan berkembang. Namun demikian, perlu diingat bahwa faktor bawaan tidak banyak mempengaruhinya. Hal yang mempengaruhi individu maupun masyarakat adalah faktor
2
Liesna Andriany, Abdul Hakim, Budianto: Implementation of Character Education in UISU
lingkungan. Oleh karena itu, usaha pengembangan atau pembentukan karakter individu dan masayarakat, fokus perhatiannya adalah pada faktor yang bisa dipengaruhi yaitu lingkungan. Philips dalam Muslich (2011:70) memberi pengertian tentang karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan”.Menurut Raka (2007:7) pada pembentukan karakter inilah peran lingkungan pendidikan merupakan hal yang penting, bahkan sangat sentral, karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi seseorang yang terbentuk melalui proses belajar, baik belajar secara formal maupun informal. Menurut T. Ramli (2003) pendidikan karakter memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Dengan demikian pendidikan karakter dapat diartikan membentuk sikap anak didik menjadi kepribadian yang luhur agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan menjadi warga masyarakat yang baik. Untuk dikatakan manusia yang berakhlak mulia dan menjadi warga negara yang baik haruslah memiliki nilai-nilai sosial dan budaya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang ada di masyarakat dan bangsa itu. Pendidikan karakter berarti mendidik nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri kepada anak didik. Pendidikan karakter menurut Elkind dan Freddy Sweet (2004) adalah: Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what theybelieve to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha sadar yang dilakukan dengan memberikan pembelajaran dan pelatihan cara berpikir dan bertingkah laku yang konsisten secara terus menerus untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi individu yang peduli, dan mengimplementasikan nilai-nilai budaya yang luhur, beradab dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter merupakan sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada mahasiswa yang meliputi komponen pengetahuan dan kebiasaan positif. Pendidikan karakter telah dicanangkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) negara Republik Indonesia dari tahun 2005 sampai 2025. Pendidikan karakter tahun 2010 sampai 2015 merupakan program unggulan dan pada tahun 2012 diharapkan 25% sekolah yang ada di Indonesia telah menerapkan pendidikan karakter yang akhirnya tahun 2025 pendidikan karakter telah direalisasikan di semua sekolah yang ada di Indonesia. Menurut Walid (2011:123) fungsi pendidikan karakter perlu dikembangkan pada (1) pembentukan dan pengembangan potensi yaitu usaha dalam membentuk dan mengembangkan peserta didik untuk berpikir , berhati, dan berperilaku sesuai dengan Pancasila, (2) perbaikan dan penguatan yaitu upaya memperbaiki karakter yang bersifat negatif, dan (3) penyaring yaitu upaya memilih nilai-nilai yang positif untuk menjadi masyarakat yang bermartabat. 2.4. Pembentukan Pendidikan Karakter Bangsa Pendidikan karakter bangsa pada dasarnya sudah lama dilakukan di Indonesia. Jauh sebelum Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara telah mencanangkan pendidikan karakter melalui tujuh asas Taman Siswanya yaitu hak seseorang untuk mengatur diri sendiri, pengajaran berarti mendidik, pendidikan harus selaras dengan kehidupan, kultur harus selaras dengan kodrat, bekerja sesuai dengan kekuatan sendiri, hidup berdiri sendiri, dan memberikan pelayanan kepada peserta didik (Mulyasa, 2011:6) Dalam upaya peningkatan pendidikan karakter, Kemendiknas (20120) telah mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jenjang pendidikan. Grand design ini menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan dan penilaian pada psikologis
3
Liesna Andriany, Abdul Hakim, Budianto: Implementation of Character Education in UISU
dan sosial-kultural. Pembentukan karakter dalam diri individu secara psikologis dan sosial kultural merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia yang berupa kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik dan berlangsung selamanya dalam konteks interaksi budaya sosial masyarakatnya. Pembentukan pendidikan karakter sebaiknya pelaksanaannya didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikemukakan Kementerian Pendidikan Nasional (2010:11). Grand design yang menjadi rujukan konseptual dan operasional itu dikelompokkan dalam: Olah hati (spriritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (psysical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development). Dengan adanya grand design yang dibuat oleh Kemendiknas ini, maka semua lembaga pendidikan baik itu pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi dalam pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut. Pembentukan karakter bangsa dapat dikembangkan dari empat karakter yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia.Pertama; olah hati berkaitan dengan pengembangan asset yang berhubungan dengan Tuhan (hablum minallah) sehingga bisa melakukan segala sesuatu dengan ikhlas. Kedua; olah rasa/karsa berkaitan dengan pengembangan asset yang berhubungan dengan antarmanusia (hablum minannas). Ketiga; olah pikir berkaitan dengan pengembangan asset yang berhubungan dengan akal budi sehingga dapat berpikir cerdas dan jernih. Keempat; olah raga berkaitan dengan asset fisik yang menjadikan hidup sehat dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. III. Metode Penelitian 3.1. Lokasi Penelitian ini dilakukan di lingkungan UISU yang terdiri dari 9 fakultas yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, FakultasTeknik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Sastra. Jumlah program studi yang ada di UISU sebanyak 29 program studi. 3.2. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berasal dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Data primer diperoleh melalui teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dan pengamatan berpartisipasi (participant observation), focus group discussion (FGD) dan diskusi kelompok ahli untuk pendekatan kualitatif. Data sekunder diperoleh dari olahan data orang lain, baik berupa dokumen, laporan, publikasi, dan sebagainya. Yang dijadikan informan adalah yayasan, pimpinan fakultas, Ketua Jurusan/Program studi, Dosen, Mahasiswa yang ada di lingkungan UISU, serta alumni UISU sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik sampling; digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (sampling bertujuan). Validasi data penelitian dilakukan melalui kegiatanmember check, Triangulasi, Auditing, dan Peer teching. Tingkat validasi data diperoleh dari hasil penelitian yang diketahui dari data-data yang harus memenuhi kriteria 1) kredibilitas, 2) transferabilitas, 3) realibilitas, 4) konfirmabilitas. Teknik analisis data dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data (on going analysis), Analisis kualitatif ini dilakukan dengan terlebih dahulu mereduksi data, mengklasifikasi data, menyajikan data, memverifikasi data, dan menarik kesimpulan.
4
Liesna Andriany, Abdul Hakim, Budianto: Implementation of Character Education in UISU
IV. Pembahasan Implementasi Pendidikan Karakter UISU Pendidikan karakter di lingkup satuan pendidikan perguruan tinggi dilaksanakan melalui tridharma perguruan tinggi, budaya organisasi, kegiatan kemahasiswaan, dan kegiatan keseharian (Tim Pendidikan Karakter Ditjen Dikti, 2010). Begitu juga dengan UISU yang memiliki caturdarma perguruan tinggi. Selain tridarma perguruan tinggi, ada satu lagi penambahannya yaitu dakwah Islamiyah yang meliputi syiar Islam dan berperan dalam membangun umat Islam dan agama demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat manusia. Pengembangan karakter di UISU dilakukan melalui pengembangan budaya perguruan tinggi, yakni; budaya akademik, humanis, dan religius. Budaya perguruan tinggi itu dikembangkan melalui pembelajaran, ekstrakurikuler, dan pengembangan budaya perguruan tinggi. Melalui pembelajaran, strategi ini dapat diintegrasikan ke setiap mata kuliah bidang keilmuan, teknologi, dan seni. Pada strategi pembelajaran memberikan penguatan pada Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK). Dalam melaksanakan kegiatan akademik, pimpinan perguruan tinggi dapat mengijinkan penggunaan sumber daya yang dimilikinya, sepanjang kegiatan tersebut untuk kepentingan pengembangan pengetahuan. Melalui ekstrakurikuler, dapat diintegrasikan pada organisasi misalnya; pramuka, menwa, olahraga, dan pecinta alam. Budaya perguruan tinggi yang perlu diterapkan adalah keyakinan, nilai-nilai, norma, dan kebiasaan yang di dalam perguruan tinggi telah dibangun dalam waktu yang lama oleh warga perguruan tinggi. Untuk mewujudkan budaya perguruan tinggi diperlukan karakter individu, yang selaras dengan nilai-nilai agama dan Pancasila. Dalam mewujudkan karakter individu, diperlukan pengembangan diri secara holistik, yang bersumber pada olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah karsa. IV. Simpulan Setelah ditelusuri pendidikan karakter yang ada di UISU melalui pengamatan atau observasi, wawancara, dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa: Konsep pendidikan karakter di UISU sudah ada sejak berdirinya. Dan hasil penelusuran dokumen dan kurikulum yang ada di setiap fakultas-fakultas diketahui bahwa konsep pendidikan karakter telah ada di program tahunan. Mata kuliah Pendidikan Agama Islam merupakan mata kuliah yang materi ajarnya langsung memuat pendidikan karakter. Mahasiswa diwajibkan selama 8 semester, dengan harapan akan menjadi pembiasaan pada individu mahasiswa yang akhirnya akan menjadi budaya karakter sehari-hari. Masalahnya tergantung pada bagaimana cara penerapananya di lapangan agar menjadikan warganya dapat menumbuhkembangkan karakter kejujuran, disiplin, tanggung jawab, mandiri, dan berpikir kritis. Karakter ini sesuai dengan visi dan misi UISU dan telah ditanamkan sejak berdirinya UISU. Pengembangan karakter yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diikuti mahasiswa, dosen, dan pegawai sudah direncanakan sejak awal pada kalender akademik dan programprogram tahunan. Kegiatan penunjang kuliah berupa kegiatan ekstra kurikuler diupayakan sarat dengan pengembangan karakter. Penekanan pendidikan karakter ini tidak hanya pada pemahamannya saja tetapi diharapkan sudah mendarah daging sehingga segala perbuatan berlandaskan norma-norma dan ketentuan yang ada. Saran Mata kuliah Pendidikan Agama Islam diberikan 8 semester dan merupakan menu wajib mahasiswa UISU, sudah sewajarnya bila warga UISU lebih baik dari mahasiswa lainnya. Bila penerapannya dilakukan dengan penuh keseriusan bukan tidak mungkin warga UISU merupakan warga yang rahmatanlilalamin. Penelitian ini pun akan sangat diperlukan untuk
5
Liesna Andriany, Abdul Hakim, Budianto: Implementation of Character Education in UISU
dapat menjawab karakter UISU saat ini, yang masih menyimpan berbagai problema pasca kekisruhan. Dengan demikian diperlukan penelitian yang lebih komprihensif dengan fokus dan fenomena berbeda-beda Daftar Pustaka Abddoellah Arma dan Agusmanadji. 1995. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: FIK-UNY Elkind, David dan Freddy Sweet. 2004. Young Person’s CharacterEducation. Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Raka, Gede. 2007. Pendidikan Membangun Karakter. Makalah. Orasi Perguruan Taman Siswa. Bandung: 10 Februari 2007. Walid, Muhammad. 2011. Jurnal El-Qudwah ”Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Agama Islam (Studi tentang Pendidikan Karakter Berbasis Ulul Albab di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang). Volume 5 Edisi April 2011. Marzuki. 2013. Revitalisasi Pendidikan Agama di Sekolah dalam Pembangunan Karakter Bangsa di Masa Depan. Jurnal Pendidikan Karakter. 3 (1): 64-76.
6