DAMPAK TINGKAT PENGUNGKAPAN INFORMASI PERUSAHAAN TERHADAP AKTIVITAS VOLUME PERDAGANGAN DAN RETURN SAHAM (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015)
Imam Baihaqi Ahmad, Afifudin dan M. Cholid Mawardi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang Jl. Mayjend. Haryono 193 Malang 65144 Telp. (0341) 551932, 551822 Fax. (0341) 552249, HP. 085790962557 Email:
[email protected]
Abstract In the modern economy, one source of external funds for the company is the stock market. Capital markets provide ample opportunity for the company or to investors to have a mutually beneficial cooperation. Investors need accurate and relevant information to support decision making for safe and profitable. To support this, then the required disclosure of information that contains information about the performance of the company that can be trusted. This research aims to find out whether there is influence of the level of disclosure of company information against the activity of trading volume and stock return on manufacturing companies registered in IDX 2013 until the year 2015. The population used in this study are all the manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) by 20132015. The selection of the sample using a purposive sampling. Based on the criteria, obtained 60 companies sampled in this study. Based on the results of data analysis can put forward some conclusions as follows: 1) t test results show that for variable levels of disclosure of information the company has significant influence against the Trading Volume of Activity. This is shown by the value of disclosure under 0.05, namely of 0.001. 2) variable level of disclosure of information the company had no significant effects against the return of shares. This is shown by the value of disclosure under 0.05 amounting to 0.767. Keywords: Disclousure level, Trading Volume Activity, Stock Return 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam era persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif, kelangsungan hidup serta kesempatan berkembang bagi suatu perusahaan e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|94
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan adanya akses perusahaan terhadap sumber dana yang tersedia. Dalam perekonomian modern, salah satu sumber dana eksternal bagi perusahaan adalah pasar modal. Pasar modal merupakan suatu tempat transaksi pihak yang membutuhkan dana (perusahaan) dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor). Pasar modal memberikan kesempatan yang luas bagi perusahaan ataupun kepada para investor untuk mengadakan suatu kerjasama yang saling menguntungkan. Perusahaan diberikan kesempatan untuk saling bersaing secara sehat dalam menarik minat investor agar mau menanamkan modalnya di perusahaan mereka, sementara para investor diberikan alternatif investasi untuk berinvestasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi pasar modal menjadi salah satu pertimbangan bagi investor dalam memutuskan pembelian efek (saham) dan informasi yang ada di pasar modal mempengaruhi kepercayaan investor. Investor memerlukan informasi yang relevan dan akurat untuk mendukung pengambilan keputusan yang aman dan menguntungkan. Untuk mendukung hal tersebut, maka diperlukan pengungkapan informasi yang berisi informasi mengenai kinerja perusahaan yang dapat dipercaya (Nuswandari, 2009). Semakin banyak item pengungkapan informasi yang diungkapkan, dapat menjadi sinyal positif bagi investor karena semakin banyak pula informasi perusahaan yang diketahui (Fajar, 2009). Salah satu sumber informasi guna mendapatkan gambaran tentang kinerja perusahaan adalah laporan keuangan (annual report) yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pengungkapan informasi di dalam laporan keuangan akan membantu penggunanya dalam memahami isi dan angka yang dilaporkan di dalam laporan tahunan (Putra, 2011). Dalam perkembangannya, pengungkapan yang dilakukan perusahaan melalui laporan tahunan akan menjadi salah satu bahan rujukan bagi para investor dan calon investor dalam memutuskan apakah akan berinvestasi di dalam perusahaan tersebut atau tidak. Penjelasan tersebut secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa tingkat pengungkapan (disclosure level) yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan akan berdampak kepada pergerakan harga saham yang pada gilirannya juga akan berdampak pada volume saham yang diperdagangkan atau likuiditas saham. Hal tersebut dikarenakan pengungkapan informasi yang diberikan oleh pihak manajemen perusahaan merupakan salah satu cara untuk memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan kepada para stakeholder. Dengan demikian, terlihat bahwa tingkat pengungkapan informasi perusahaan sangat memiliki dampak terhadap indikator-indikator keuangan, seperti cost of equity, cost of debt ataupun likuiditas dan volatilitas harga saham, yang akan dijadikan dasar oleh para investor dalam melakukan investasi. Penelitian ini mereplikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Junaedi (2005) yang meneliti dampak tingkat pengungkapan informasi perusahaan terhadap volume perdagangan dan return saham. Replikasi dilakukan karena peneliti ingin melihat pengaruh item pengungkapan informasi (baik
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|95
pengungkapan wajib maupun pengungkapan sukarela) terhadap Trading Volume Activity dan Share’s Return. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan terhadap aktivitas volume perdagangan saham? 2. Apakah terdapat pengaruh tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan terhadap return saham? 1.3.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan terhadap aktivitas volume perdagangan saham. 2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan terhadap return saham. 1.4.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan wawasan keilmuan mengenai pengaruh tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan terhadap volume perdagangan saham dan return saham. b. Dapat menjadi bahan pembanding penelitian terdahulu dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi manajemen untuk meningkatkan volume penjualan saham melalui peningkatan kualitas pengungkapan informasi. b. Bagi investor, dapat digunakan sebagai salah satu tambahan informasi dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada perusahaan go public. 2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Agency Theory Teori Keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan keagenan antara manajer dan pemegang saham dan antara pemegang saham dan pemberi pinjaman (Cotter et. al, 2011). Pemilik modal mendelegasikan pengambilan keputusan strategis dan operasional kepada manajer sehingga manajer dapat bertindak dan membuat keputusan yang memaksimalkan nilai pemegang saham dan memastikan bahwa hutang akan dibayar. 2.2. Signalling Theory Teori ini menunjukkan bahwa masalah asimetri informasi dapat dikurangi oleh suatu pihak dengan memberikan lebih banyak sinyal informasi ke pihak lain (Cotter et. al, 2011). Sinyal yang diberikan meliputi penyampaian nilai atau kualitas perusahaan melalui channel komunikasi seperti pengungkapan sukarela, garansi produk, atau akun financial. Teori e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|96
ini menganggap bahwa perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi disamping informasi yang diwajibkan. 2.3. Konsep Pengungkapan Menurut Evans (2003), pengungkapan adalah penyediaan informasi dalam statemen keuangan termasuk statemen keuangan itu sendiri, catatan atas statemen keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan. Beberapa manfaat dari pengungkapan antara lain: dapat membangun kepercayaan dari pihak luar, mengurangi biaya modal, dan meningkatkan transparasi dan akuntabilitas perusahaan. Juniarti dan Sentosa (2009) menyatakan bahwa perusahaan harus memiliki inisiatif di dalam mengungkapkan tidak hanya masalah yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal-hal penting lainnya yang dapat menjadi pertimbangan pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya di dalam pengambilan keputusan. Menurut Murni (2004: 193) pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah pengungkapan yang diharuskan dalam laporan tahunan menurut peraturan BAPEPAM, sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) adalah pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh BAPEPAM, dengan kata lain pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan. 2.4. Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya: sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk schedule dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal: informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2009). Laporan keuangan disusun memiliki tujuan untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pembuatan keputusankeputusan ekonomi. Syafri (2008: 201) berpendapat bahwa, laporan keuangan adalah output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sabagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan kuangan disajikan kepada banyak pihak yang berkepentingan termasuk manajemen, kreditur, pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. 2.5. Return Saham
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|97
Motivasi utama investor berinvestasi adalah mendapatkan tingkat pengembalian (return) investasi yang optimal. Menurut Ang (2010) dalam kaitannya dengan investasi, return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati investor atas suatu investasi yang dilakukannya, dan umumnya return saham dapat dijadikan sebagai indikator dari kegiatan transaksi perdagangan di pasar modal. Menurut Jogiyanto (2010: 205) return dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Return realisasi (realized return) Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung dengan menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko dimasa datang. 2) Return ekspektasi (expected return) Return ekspekasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. 2.6. Aktivitas Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa, akan di tafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat apakah saham yang dibeli tersebut merupakan saham yang aktif di perdagangkan di pasar. Saham yang aktif perdagangannya sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang tinggi (Tharun, 2000 dalam Munawarah, 2009). 2.7. Hipotesis H1: Disclosure berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham. H2: Disclosure berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan saham.
3. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian Eksperimental. Penelitian ini dilakukan pada situs www.sahamok.com dan situs www.idx.co.id. Waktu yang digunakan dalam peneletian ini dilakukan mulai bulan Agustus 2016 sampai Februari 2017. 3.2.Populasi dan Sampel Populasi dalam hal penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun metode pengambilan sampel dalam e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|98
penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu atau tujuan tertentu, serta berdasarkan latar belakang masalah. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015 secara berturut-urut. 2. Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang rupiah dalam pembuatan laporannya. 3. Perusahaan manufaktur yang melaporkan harga saham dan volume perdagangan. 4. Perusahaan manufaktur yang selama periode pengamatan tidak melakukan corporate action. 5. Corporate action yang dimaksud pada poin 4, terbatas pada: a. Penggabungan usaha (merger atau akuisisi) b. Pemecahan Saham (Stock split) c. Transaksi perubahan kegiatan usaha utama. 3.3.Variabel Penelitian Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Aktivitas Volume Perdagangan dan Return Saham. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan. 3.4.Definisi Operasional Variabel Tingkat Pengungkapan Informasi (Disclousure Level) Tingkat pengungkapan informasi (disclosure level) merupakan tingkat kelengkapan dan komprehensifitas penyajian informasi perusahaan melalui annual report yang juga menggambarkan tingkat kesesuaian (conformity) penyampaian informasi dengan ketentuan yang berlaku (Junaedi, 2005). Instrument pengukuran pengungkapan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode content analysis dengan dummy variabel, yaitu dengan cara menghitung per-item dari konten yang ada dalam item pengungkapan. Jika setiap instrumen atau item pengungkapan diungkapkan perusahaan maka diberi skor 1, sebaliknya jika tidak mengungkapkan item pengungkapan skornya 0. Rumus penghitungannya adalah sebagai berikut: ∑ XYI DIJ = NI Keterangan : DIJ ∑ XYI NI
= Disclosure Index perusahaan = Dummy variabel, nilai 1 jika item diungkapkan nilai 0 jika item y tidak diungkapkan = Jumlah item pengungkapan informasi
Trading Volume Activity (TVA) Menurut Halim dan Hidayat (2000) volume perdagangan (Vt) sebagai lembar saham yang diperdagangkan pada hari t. Volume perdagangan saham e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|99
merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam análisis teknikal pada penilaian harga saham dan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham. Oleh karena itu, perusahaan yang berpotensi tumbuh dapat berfungsi sebagai berita baik dan pasar seharusnya bereaksi positif. Kegiatan perdagangan saham diukur dengan menggunakan indikator Trading Volume Activity (TVA) yang dinyatakan sebagai berikut : ∑ Saham Perusahaan yang diperdagangkan TVA = ∑ Saham Perusahaan yang Beredar Return Saham Return saham merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya disuatu perusahaan tertentu. Menurut Jogiyanto (2003) return saham dibedakan menjadi dua jenis, yaitu return realisasi (realized return) return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis dan return ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan terjadi dimasa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return realisasi (realized return), yaitu return yang telah terjadi atau return yang sesungguhnya terjadi. Pengukuran return menurut teori pasar dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto, 2003: 110): Rit =
(Pit ) − (Pit−1 ) × 100% (Pit−1)
Keterangan: Rit = Return saham i pada periode ke-t Pit = Harga penutupan saham i periode ke- t Pit-1 = Harga penutupan saham i pada periode sebelumnya
3.5.Sumber dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa annual report perusahaan manufaktur untuk periode 2013-2015. Data mengenai daftar perusahaan manufaktur diperoleh dari situs www.sahamok.com. Sedangkan annual report yang digunakan dalam penelitian ini adalah annual report untuk periode 2013-2015 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan diakses melalui situs www.idx.co.id. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode dengan mengumpulkan dan mempelajari dasar teori, buku, jurnal, dokumen-dokumen atau data lain yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan sebagai acuan penelitian (Indrianto dan Supomo, 2002). Dalam hal ini data yang dimaksud adalah data berupa annual report perusahaan. 3.6.Metode Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|100
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, deviasi standar, nilai minimum, dan nilai maksimum. 2. Uji Normalitas dan Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis regresi, perlu dilakukan pengujian normalitas data dan asumsi klasik. Hal ini dilakukan agar data sampel yang diolah dapat benar-benar mewakili populasi secara keseluruhan. 3. Analisis Regresi Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Regresi Linear Sederhana. Dan persamaan regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut: Y1 = a + β . X + e Y2 = a + β . X + e 4. Uji Hipotesis Untuk mengetahui signifikansi dari hipotesis dalam penelitian ini maka perlu dilakukan beberapa uji sebagai berikut : Uji F, Koefisien Determinasi (R²), Uji t. 3.7. Model Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikembangkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut : Aktivitas Volume Perdagangan Saham (Y1)
Tingkat Pengungkapan Informasi (X) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Return Saham (Y2) 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Gambaran Umum Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 60 perusahaan manufaktur berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Sampel Penelitian Keterangan Jumlah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2013-2015 147 Perusahaan Manufaktur yang tidak terdaftar secara (16) konsisten di BEI 2013-2015 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah (26) pada pelaporannya
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|101
Perusahaan yang dalam annual report tidak mengungkapkan harga saham dan volume perdagangan Perusahaan yang melakukan corporate action selama periode 2013-2015 Jumlah Sampel
(18) (27) 60
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberi informasi mengenai variabel-variabel penelitian seperti pengungkapan informasi perusahaan, aktivitas volume perdagangan saham, dan return saham. Statistik deskriptif untuk variabel-variabel penelitian tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.2 Statistik Descriptive Variabel N Y1 (TVA) Y2 (RETURN) X (DISCLOSURE) Valid N (listwise)
Minimum Maximum
60 60 60 60
.00 -.52 .53
Mean
.50 .76 .93
.0895 -.0235 .7927
Std. Deviation .11005 .22043 .07696
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
4.2.Hasil Pengujian Statistik Inferen dan Pengujian Hipotesis Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu, atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Kolmogorof-Smirnov. Jika data memiliki nilai distribusi lebih besar dari probabilitas yakni 5%, maka dapat disimpulkan berdistribusi normal. Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov RES Model 1 N Normal Parametersa
Mean
60
60
.0000000
Absolute
.100
Positive
.100
Negative
-.082
.0000000 .73034073 .159 .159 -.132
.650
.772
.791
.591
Std. Deviation
Most Extreme Differences
RES Model 2
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.21997016
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Terdapat dua model regresi dalam penelitian ini sehingga dilakukan uji normalitas terhadap masing-masing model.
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|102
Hasil uji normalitas terhadap model regresi yang pertama dengan variabel independen tingkat pengungkapan informasi perusahaan dan variabel dependen Trading Volume Activity mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,791. Hasil ini menunjukkan bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) > Level Of Sifnifican (α = 5%) sehingga model regresi variabel pengganggu atau residual dinyatakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas terhadap model regresi kedua dengan variabel independen tingkat pengungkapan informasi dan variabel dependen return saham mempunyai nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,591. Hasil ini menunjukkan bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) > Level Of Sifnifican (α = 5%) sehingga model regresi variabel pengganggu atau residual dinyatakan berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi linier terpenuhi. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan uji autokorelasi, serta uji heteroskedastisitas. 1. Uji Autokolerasi Asumsi autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah observasi dari residual saling berkorelasi atau tidak. Pengujian asumsi autokorelasi diharapkan observasi residual tidak saling berkorelasi. Pengujian asumsi autokorelasi dilakukan menggunakan uji Durbin Watson. Kriteria pengujian menyatakan apabila nilai uji Durbin Watson (dW) berada pada dU < dW < (4-dU) maka persamaan regresi tidak mengandung masalah autokorelasi atau residual tidak saling berkorelasi atau berhubungan. Kriteria pengujian autokorelasi dapat dilihat melalui tabel berikut.
dL
4dL
Tabel 4.4 Implementasi Uji Durbin Watson dU 4dW dW dU 1 2
1,5 5
2,4 5
1,6 2
2,3 8
1,78 4
1,91 6
Interpret asi Tidak terjadi autokorela si
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil analisis terhadap masing-masing model yang ditunjukkan pada tabel 4.4 diatas diketahui bahwa nilai Durbin berada diantara dU < dW < (4-dU), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang terbentuk. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi katidaksamaan varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heterokedastisitas. e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|103
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas di dalam model regresi dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Ada atau tidaknya gejala heterokedastisitas dapat diketahui dengan dua hal, antara lain: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika ada pola yang tidak jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 dan pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Adapun grafik hasil pengujian heteroskedastisitas model regresi pertama antara variabel X (Disclosure level) terhadap variabel Y (Trading Volume Activity) menggunakan SPSS IBM V.20 for Windows dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Scatterplot
Regression Studentized Residual
Dependent Variable: Y1
2
1
0
-1
Gambar 4.1 Grafik Scatterplot model ke- 1 Hasil analisis pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan dalam penyebarannya tidak membentuk pola Regression Standardized Predicted Value tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi adanya heteroskedastisitas pada model yang diuji, sehingga asumsi ini terpenuhi. -2
-2
-1
0
1
2
3
4
Sedangkan grafik hasil pengujian heteroskedastisitas model regresi kedua antara variabel X (Disclosure level) terhadap variabel Y (Return saham) menggunakan SPSS IBM V.20 for Windows dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Scatterplot
Dependent Variable: Y2
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot model ke- 2
-1
-2
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|104
-3 -4
-3
-2
-1
0
Regression Standardized Predicted Value
1
2
Hasil analisis pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan dalam penyebarannya tidak membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi adanya heteroskedastisitas pada model yang diuji, sehingga asumsi ini terpenuhi. Uji Hipotesis H1 : Disclousure Level berpengaruh signifikan terhadap TVA. 1. Uji Statistik F Uji signifikansi F dalam analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji keberartian regresi (Rochmawaty, 2013). Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik F Model Ke-1 Model 1
Sum of Squares
Mean Square
df
Regression
.028
1
.028
Residual
.136
58
.002
F 11.959
Sig. (a)
.001
.165 59 Total Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji Anova terhadap model regresi pertama dengan variabel independen Disclosure level dan variabel dependen TVA, didapat nilai Sig. sebesar 0,001 (Sig. < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa Disclosure level berpengaruh terhadap Trading Volume Activity. 2. Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai Rsquare. Nilai R-square dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas (independen) dalam menerangkan variabel terikat (dependen). Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Ke-1 Model
R
R Square
(a) .413 .171 1 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Adjusted R Square .157
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa R Square sebesar 0,171. Hal ini berarti sebesar 17,1% Trading Volume Activity dipengaruhi oleh Disclosure level. Sedangkan sisanya 82,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian, seperti umur perusahaan, nilai perusahaan, dan jumlah dewan komisaris. e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|105
3.
Uji Statistik t Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dalam model regresi linier sederhana berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau tidak adalah dengan membandingkan t hitung dan nilai signifikansi t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t Model Ke-1 Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error .043
Beta
T
Sig.
.015
2.802
.007
.471 .136 X Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
.413 3.458
.001
Berdasarkan hasil analisis regresi varibel Disclosure level terhadap TVA, diperoleh nilai t hitung sebesar 3,458 dengan signifikansi sebesar 0,001. Karena sig. t < 5% (0,001 < 0,050), maka dapat disimpulkan bahwa Disclosure level berpengaruh secara signifikan terhadap TVA, sehingga H1 diterima. Model regresi yang dapat dibuat berdasarkan hasil analisis diatas adalah: TVA = 0,043 + 0,471 Disclosure level + e H2 : Disclousure Level berpengaruh signifikan terhadap return saham 1. Uji Statistik F Uji signifikansi F dalam analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji keberartian regresi (Rochmawaty, 2013). Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F Model Ke-2 Model 1
Sum of Squares Regression Residual
Df
Mean Square
.004
1
.004
2.855
58
.049
F .088
Sig. (a)
.767
2.859 59 Total Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Hasil uji Anova Model Regresi ke- dua dengan menggunakan variabel independen Disclosure level dan variabel dependen return saham ditunjukkan oleh tabel 4.8, didapat nilai Sig. sebesar 0,767 (Sig. > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa Disclosure level tidak berpengaruh terhadap Return Saham. 2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|106
Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai Rsquare. Nilai R-square dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas (independen) dalam menerangkan variabel terikat (dependen).
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Ke-2 Model
R
R Square (a)
1
.039
Adjusted R Square
.002
-.016
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Dari tabel 4.9 diketahui bahwa R Square sebesar 0,002. Hal ini berarti sebesar 0,2% Return saham dipengaruhi oleh Disclosure level. Sedangkan sisanya 99,8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian, seperti Return On Asset, margin laba kotor, dan nilai perusahaan. 3. Uji Statistik t Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas dalam model regresi linier sederhana berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Untuk menentukan apakah hipotesis diterima atau tidak adalah dengan membandingkan t hitung dan nilai signifikansi t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t Model Ke-2 Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
-.005
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
T
.070
-.185 .623 X Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
-.039
Sig.
-.067
.947
-.297
.767
Berdasarkan hasil analisis regresi variabel Disclosure level terhadap Return saham, diperoleh t hitung sebesar -0,297 dengan signifikansi sebesar 0,767. Karena Sig. t > 5% (0,767 > 0,050), maka dapat disimpulkan bahwa Disclosure level tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham, sehingga H2 ditolak. Model regresi yang dapat dibuat berdasarkan hasil analisis diatas adalah: Return Saham = -0,005 – 0,185 Disclosure level + e 4. Pembahasan Hasil Penelitian H : Terdapat pengaruh signifikan antara tingkat pengungkapan informasi perusahaan terhadap aktivitas volume perdagangan saham 1 e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|107
Berdasarkan model hasil pengujian tabel 4.7 didapat nilai probabilitas < 0,05 atau probabilitas sebesar 0,001 dengan koefisien 0,471, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan tingkat disclosure satu satuan akan meningkatkan aktivitas volume perdagangan sebesar 0,471 kali, dengan demikian hipotesis pertama terbukti menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan. Berdasarkan hasil uji hipotesis, penelitian ini mendukung teori peneliti sebelumnya, yang dilakukan oleh Junaedi (2005), Grining (2011), Ayu (2013). Hal ini mengindikasikan bahwa dengan semakin lengkap disclosure memberikan tingkat informasi yang berkualitas, dengan tingkat informasi yang berkualitas akan memberikan suatu sinyal bagi investor dalam mengambil suatu keputusan dalam berinvestasi, sehingga dapat memberikan reaksi terhadap investor yang mana reaksi ini dapat menyebabkan pergerakan volume perdagangan saham di pasar bursa menjadi meningkat. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Junaedi (2005) yang terjadi pada kondisi pasar modal Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang relative stabil. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pengungkapan informasi berdasarkan tingkat pergerakan volume perdagangan saham di pasar modal Indonesia baik dalam kondisi normal maupun dipengaruhi oleh keadaan krisis perekonomian, secara global menunjukkan pengaruh positif terhadap pergerakan volume perdagangan saham. Hasil dari hipotesis ini menunjukkan bahwa tingkat disclosure memberikan bukti adanya suatu informasi yang berkualitas. Kualitas informasi yang lebih tinggi memberikan suatu sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi. : Terdapat pengaruh signifikan antara pengungkapan H2 informasi perusahaan terhadap return saham Hasil analisis model dan pembuktian hipotesis Tabel 4.10 menunjukkan bahwa penambahan pengungkapan informasi perusahaan sebesar satu satuan akan menurunkan return saham sebesar 0,185 kali, dengan demikian hipotesis ke dua ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Junaedi (2005), Ayu (2013) serta penelitian Kurniawati dan Rizky (2015) yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan tidak mempengaruhi return secara signifikan, namun tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Healy et al (1999) dan Dedman et. al (2007). Hasil penelitian Healy et. al (1999) dalam Junaedi (2005) menyatakan bahwa peningkatan pengungkapan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan return saham sementara penelitian Dedman et al (2007) dalam Junaedi (2005) menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela informasi non keuangan (drug trialrelated announcement) menimbulkan rata-rata reaksi pasar yang lebih besar berupa adanya abnormal return. Investor dapat melakukan analisis baik analisis fundamental maupun analisis teknikal dalam membuat keputusan investasi. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dapat disebabkan oleh minimnya jumlah investor yang melakukan analisis fundamental seperti melakukan analisis terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Investor di Indonesia e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|108
cenderung memilih untuk melakukan analisis teknikal saja. Perusahaan di Indonesia sama dengan investor, cenderung untuk tidak melakukan pengungkapan sukarela dan lebih memilih untuk melakukan pengungkapan wajib saja. Alasan lain yang dapat menjadi penyebab tidak signifikannya pengaruh tingkat pengungkapan informasi terhadap return saham adalah adanya informasiinformasi lain yang dianggap lebih penting oleh investor. Junaedi (2005) menyatakan bahwa pengungkapan informasi dalam laporan tahunan kemungkinan belum dijadikan sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan menentukan oleh investor yang tercermin dari return saham. Lambatnya reaksi investor dalam menyerap informasi terkait pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela juga dapat menjadi alasan tidak signifikannya pengaruh tingkat pengungkapan informasi terhadap return saham. Informasi dalam laporan tahunan tidak menjadi perhatian utama investor dan tidak diantisipasi oleh investor sehingga tidak mengubah keputusan investasi. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh tingkat pengungkapan informasi perusahaan terhadap aktivitas volume perdagangan dan return saham. Penelitian ini mengambil periode pengamatan dari tahun 2013-2015, dimana jumlah sampel penelitian ada 60 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas volume perdagangan saham dan pengungkapan informasi perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. 5.2. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Periode pengamatan yang terbatas selama tiga tahun pengamatan, yaitu tahun 2013-2015. 4. Sampel yang digunakan pada penelitian ini terbatas pada perusahaan manufaktur sehingga tidak bisa dijadikan generalisasi untuk seluruh perusahaan. 5. Jumlah item dalam daftar item pengungkapan (disclosure checklist) yang digunakan untuk menghitung indeks pengungkapan hanya sebanyak 99 item. Penghitungan indeks pengungkapan wajib hanya dilakukan berdasarkan item utama laporan keuangan saja, sedangkan untuk item pengungkapan sukarela tidak dilakukan pengujian secara mendalam terhadap komponen untuk masing-masing item pengungkapan. 5.3. Saran Saran yang diberikan berdasarkan hasil analisis, pembahasan, keterbatasan penelitian, dan simpulan adalah: 4. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, peneliti berikutnya dapat menambah periode penelitian.
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|109
5. Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian pada sektor industri secara menyeluruh, agar hasil penelitian dapat di generalisasi. 6. Penelitian berikutnya disarankan menggunakan daftar item pengungkapan (disclosure checklist) yang lebih rinci dan melakukan pengujian ulang saat penghitungan indeks pengungkapan, sehingga hasil yang didapat dapat lebih akurat dalam menunjukkan tingkat pengungkapan informasi perusahaan.
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|110
DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert., 2010, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Media Staff Ayu, Maristiana., 2013, pengaruh kualitas pengungkapan informasi terhadap volume perdagangan saham dan return saham, studi empiris terhadap perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3 No. 1. Hal 69-85. Cotter, Julie, et. al, 2011, Voluntary Disclosure Research: Which Theory is Relevant?. The Journal of Theorical Accounting Research, Vol. 6 No. 2: 7795 Evans, Thomas G, 2003, Accounting Theory: Contemporary Accounting Issues. Thomson, South Western, Australia. Fajar, Juniadhi., 2009, Pengaruh Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan Uang Beredar terhadap Harga Saham. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/568/1/92187PEN GARUH%20PENGUNGKAPAN%20LAPORAN%20KEUANGAN,%20L ABA%20AKUNTANSI,%20SUKU%20BUNGA%20SBI,.pdf. 28 Nov 2016. Ghozali, Imam., 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Grinning, Michael., 2011, Capital Market Implicaton Of Corporate Disclosure: German Evidence. Bult Business Research official Open Acces Journal of VHB Volume 4 pp : 48-72. Halim, Abdul dan Hidayat, Nasuhi., 2000, Studi empiris tentang pengaruh volume perdagangan saham dan return saham terhadap Bid-Ask Spread Saham Industri Rokok di BEJ dengan model Korelasi Kesalahan, Jurnal risert Akuntansi Indonesia, Vol. 3 Hal. 69-85. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta, Salemba Empat. Indriyanto, Nur, dan Bambang Supomo, 2002, Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Dan Manajemen, Edisi I, Cetakan Kedua, Yogyakarta: BPFE. Jogiyanto, Hartono., 2003, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Edisi Kelima, Yogyakarta: BPFE --------, 2010, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Yogyakarta: BPFE
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|111
Junaedi, Dedi., 2005, Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan Terhadap Volume Perdagangan Dan Return Saham. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 2, No 2, pp. 1-28. Juniarti dan Sentosa, Agnes Andriyani, 2009, Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Costs of Debt), Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 11 No. 2 Kurniawati, Siska Indah dan Amalia Rizki, 2015, Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Terhadap Return Dan Harga Saham. Symposium Nasional Akuntansi 18, 16-19 September 2015. Universitas Sumatera Utara. Munawarah, 2009, Analisis Perbandingan Abnormal Return dan Trading Volume Activity Sebelum dan Setelah Suspend BEI. (Tesis). Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang. Murni, Siti Aisah, 2004, Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela Dan Asimetri Informasi terhadap cost of capital pada perusahaan publik di indonesia. Jurnal Riset Akuntansi di Indonesia Vol. 7 No. 2 Nuswandari, Cahyani., 2009, Pengungkapan Pelaporan Keuangan dalam Perspektif Signalling Theory. Jurnal Ilmiah Kajian Akuntansi. Vol 1, No 1, pp. 48-57. Putra, Anggy Permana., 2011, Pengaruh Tingkat Pengungkapan Wajib dan Luas Pengungkapan Sukarela terhadap Kualitas Laba serta implikasinya terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia). http://publikasi.umy.ac.id/index.php/akuntansi/article/viewFile/2924/1699. 23 September 2016. Rochmawaty, Vera, 2013, Pengaruh Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Polisi Daerah Jawa Barat (PUSKOPPOLDA), Jurnal Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia. Syafri Harahap, Sofyan, 2008, Analisa Kritis atas Laporan Keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
e_Junal Ilmiah Riset Akuntansi|112