PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IX F PADA SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ilyas SMP Negeri 2 Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia Sur-el:
[email protected]. Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di IX F SMP Negeri 2 Pekuncen, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX F SMP Negeri 2 Pekuncen. Fokus penelitian pada penerapan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw. Pelaksanaan penelitian melibatkan guru Bahasa Indonesia yang lain sebagai kolaborator. Melalui data yang ada dan refleksi awal, prosedur penelitian tindakan kelas ini meliputi 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi dalam setiap siklus. Data diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan tes tertulis/kuis. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa, dan minat belajar bahasa Indonesia dapat dicapai dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw. Peningkatan pada siklus I ke siklus II ditunjukkan dengan adanya peningkatan aspek keaktifan siswa mengikuti pelajaran dari 80% menjadi 100%, aspek keberanian bertanya dari 63% menjadi 76.63%, aspek mengajukan pendapat dari 73% menjadi 83.3%, aspek menjawab pertanyaan dari 56.6% menjadi 66.6%, dan aspek bekerja sama dari 80% menjadi 93.3%. Peningkatan hasil belajar juga dibuktikan pada kemampuan siswa melengkapi isi laporan dari 86.66 menjadi 90, aspek pilihan kata dari 81.66 menjadi 8.66, aspek pelafalan dari 72.5 menjadi 76.6, aspek jeda dari 66.66 menjadi 72.5, dan aspek gerak/mimik dari 64.16 menjadi 65.8. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa, dan meningkatkan partisipasi siswa belajar berbicara. Kata kunci:
cooperative learning, jigsaw, keterampilan berbicara.
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH JIGSAW TECHNIQUE TO IMPROVE STUDENTS’ SPEAKING SKILL IN CLASS IX F SMP N 2 PEKUNCEN AT THE FIRST SEMESTER 2013/2014 Abstract: This research classroom action was conducted in IX F grade students of SMP Negeri 2 Pekuncen, the aims to improve students' speaking skills through the application of cooperative learning model with Jigsaw technique. The research subjects is IX F grade students of SMP Negeri 2 Pekuncen. This study focused on the application of cooperative learning model with Jigsaw technique. The conduct 139
Volume 1 No 2 April 2015
of research involving other Indonesian teachers as collaborators. Through the existing data and early reflection, the procedures of this research include, 1) Planning, 2) Action, 3) Observation, and 4) Reflection in every cycle. The data obtained through observation, questionnaires, interviews, written tests/quizzes. This research was done in two cycles. The results show that the efforts to improve student's speaking skills and the interest to learning Indonesian can be achived by applying the cooperative learning model with Jigsaw technique. An increase in the first cycle to second cycle is shown by increase in student activity aspect to pursue the lesson 80% to 100%, aspect of courage to ask from 63% to 76.63%, aspect of argues from 73% to 83.3%, aspect of answered questions from 56.6% to 66.6%, aspect of working together from 80% to 93.3%. improve the learning outcomes also demonstrated the ability of students to complete the contents of the report from 86.66 to 90, aspect of the choice of words from 81.66 to 8.88, aspect of pronunciation from 72.5 to 76.6, aspects of respite from 66.66 to 72.5, aspect of motion/mimic from 64.16 to 65.8. Thus, by implemented the application of cooperative learning model with Jigsaw technique can improve students' speaking skills and increase the participation of students learning to speak. Key words: cooperative learning, jigsaw, speaking skill Kemampuan
PENDAHULUAN Menurut Haray (http://makalah
berbicara
bagi
seorang siswa merupakan kemampuan
dan skripsi. Blogspot.com/2009/03)
yang sangat strategis agar
berbicara adalah ekspresi kreatif yang
mampu menangkap dan meraih nilai
dapat memanifestasikan kepribadian-
bahasa
nya yang tidak sekadar alat mengko-
baiknya.
munikasikan ide belaka, tetapi juga
penilaian
alat utama untuk menciptakan dan
berpidato, drama, membaca puisi,
memformulasikan ide baru. Berda-
memberi komentar, dan wawancara,
sarkan
kemampuan
menuntut siswa mampu menguasai
berbicara seseorang akan memberi arti
keterampilan berbicara. Keterampilan
dan manfaat yang sangat besar di era
berbicara
globalisasi ini. Adanya kompetisi di
penguasaan isi, diksi, intonasi, dan
berbagai aspek kehidupan, tentu saja
berekspresi di depan massa.
pendapat
menuntut
ini,
seseorang
untuk
siap
Indonesia Hal
dengan
tersebut
aspek
siswa
mereka
sebaik-
disebabkan
berbicara
meliputi
seperti
aspek
Rendahnya kualitas dan hasil
menghadapi segala tantangan yang
belajar
ada.
Indonesia telah terjadi di SMP Negeri
Salah
satunya
dengan
cara
meningkatkan kompetensi berbicara. Volume 1 No 2 April 2015
mata
pelajaran
bahasa
2 Pekuncen, khususnya siswa kelas 9 140
F. Fakta di atas dapat dilihat dari
learning. 2) meningkatkan partisipasi
perolehan hasil ulangan harian siswa.
belajar
siswa
melalui
model
pembelajaran cooperative learning.
Tabel 1. Jumlah Nilai Nilai Rata Siswa Terendah Tertinggi Rata 30 50 80 67.83
Menurut Tarigan (2006: 6880) pada dasarnya ada lima landasan yang
dapat
digunakan
dalam
Hasil ulangan tersebut masih dianggap
mengklasifikasi-kan berbicara, yaitu:
gagal karena jauh di bawah KKM
(1)
yang telah ditetapkan, yaitu 75 untuk
informal, (2) tujuan, yaitu menghibur,
mata pelajaran bahasa Indonesia. Berangkat tersebut,
dari
pada
ditawarkan meningkatan
persoalan ini
alternatif
untuk
belajar
bahasa
hasil
terdiri
menginformasikan,
penelitian
satu
situasi
Indonesia melalui model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw. Model pembelajaran ini dipilih atau dilakukan karena dipandang mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam suasana yang menggem-birakan (funny), kompetitif, menarik (atracti-
dari
berbicara
mensti-mulasi,
meyakinkan, dan menggerakkan, (3) jumlah pendengar, yaitu antarpribadi, dalam kelompok kecil, dan dalam kelompok besar, (4) peristiwa khusus, yaitu pidato presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi, penyampaian
dan
(5)
meliputi
metode mendadak
(impromptu), tanpa persiapan (ekstemporant), naskah serta menghafal. Tarigan (1985: 15) menyatakan
ve), dan tidak membosankan. Dalam teknik jigsaw terdapat kegiatan siswa
bahwa berbicara adalah mengucapkan
yang
member
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
penjelasan kepada teman lainnya. Hal
untuk mengekspresikan, menyatakan,
ini sama halnya dengan melatih siswa
serta menyampaikan pikiran, gagasan,
tersebut untuk terampil berbicara. Oleh
dan perasaan.
sebabagi
tim
ahli
karena itu, berdasarkan fenomena
Sebagai perluasan dari gagasan
tersebut tujuan yang akan dicapai
ini dapat dikatakan bahwa berbicara
dalam
1)
merupakan suatu sistem tanda-tanda
meningkatkan hasil belajar siswa pada
yang dapat didengar (auditor) dan
aspek keterampilan berbicara melalui
yang
model
memanfaatkan
141
penelitian
ini
pembelajaran
adalah
cooperative
kelihatan
(visible)
sejumlah
otot
yang dan
Volume 1 No 2 April 2015
jaringan otot tubuh manusia demi
pembelajaran yang sudah ditetapkan
maksud dan tujuan gagasan-gagasan
Dick dan Carai dalam (Hamzah B.
atau ide-ide yang dikombinasikan.
Uno, 2007).
Lebih jauh lagi, berbicara merupakan
Michaels (dalam Etin, 2008:5)
suatu bentuk perilaku manusia yang
mengatakan model belajar cooperative
memanfaatkan
learning
faktor-faktor
fisik,
mendorong
peningkatan
psikologis, neurologis, semantik, dan
kemampuan siswa dalam memecahkan
linguistik sedemikian intensif, secara
berbagai permasalahan yang ditemui
luas sehingga dapat dianggap sebagai
selama pembelajaran karena siswa
alat manusia yang paling penting bagi
dapat bekerja sama dengan siswa lain
control sosial. Berdasarkan pendapat-
dalam
pendapat di atas dapat disimpulkan
pemecahan masalah pelajaran yang
bahwa berbicara merupakan kegiatan
dihadapi.
manusia
dalam
menemukan
alternatif
Menurut Anita Lie (2004: 12)
mengungkapkan
gagasan, pikiran, ide, dan perasaan
cooperative
kepada
pembelajaran gotong royong adalah
orang
lain,
atau
kepada
learning
masyarakat yang ada di sekitarnya
sistem
untuk
yang
kesempatan kepada anak didik untuk
diharapkan. Semakin intensif sese-
bekerja sama dengan sesama siswa
orang berlatih berkomunikasi akan
dalam tugas-tugas yang terstruktur.
mencapai
tujuan
yang
memberi
Dari kedua pendapat tersebut
semakin mahir pula ia berkomunikasi dapat
dengan sesamanya.
pengajaran
atau
disimpulkan
bahwa
bekerja
student
sama sesama sisiwa dalam mencapai
centered peserta didik merupakan
tujuan pembelajaran merupakan salah
pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal
satu
ini dikenal dengan istilah cara belajar
dilakukan oleh guru di kelas.
Berdasarkan
prinsip
siswa aktif, terjemahan dari student
soluasi
yang
tepat
untuk
Isjoni (2011: 69) menyim-
maksudnya
pulkan bahwa jigsaw merupakan tekik
adalah bahwa proses pembelajaran
guru memperhatikan latar belakang
akan lebih berhasil apabila peserta
pengalaman siswa, dan menciptakan
didik secara aktif melakukan latihan
kerja sama dalam suasana gotong
langsung, dan relevan dengan tujuan
royong untuk mengolah informasi, dan
active
training,
yang
Volume 1 No 2 April 2015
142
meningkatkan
keterampilan
berko-
bergabung dengan anggota kelompok lain untuk menjelaskan topik yang
munikasi siswa. Di dalam model Cooperative
dipelajarinya.
Kemudian
siswa
Learning dengan model Jigsaw, siswa
kembali ke kelompoknya masing-
dibagi menjadi kelompok-kelompok
masing menjelas-kan apa yang telah
kecil yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.
ditemukan dari kelompok lain. Pada
Materi yang akan dipelajari juga
akhir
dibagi menjadi beberapa topik. Setiap
mengerjakan kuis mengenai seluruh
kelompok mempelajari topik yang
topik yang ada. Pembagian kelompok
berbeda sehingga anggota kelompok
teknik Jigsaw dapat dilihat pada
menjadi seorang ahli dari satu topik.
gambar di bawah ini.
pembelajaran,
siswa
akan
Sebagai seorang ahli dari dia akan
1
1
2
2
1
2
3
4
3
4
3
4
1
2
1
2
1
2
3
3
4
4
3
4
Gambar 1. Kelompok Jigsaw
1
2
1
1
1 1
3
3 3
3
3
2
2
1
3
2
2
2
4
4 4
4 4
4
Gambar 2. Kelompok Ahli 143
Volume 1 No 2 April 2015
Untuk pelaksanaan cooperateve learning
model
Jigsaw,
sedangkan objek penelitiannya adalah
disusun
kegiatan selama proses pembelajaran
langkah-langkah pokok sebagai beri-
dan hasil belajar. Ragam desain yang
kut: (1) pembagian tugas, (2) pembe-
diajukan adalah desain Action research
rian lembar ahli, (3) mengadakan
model Kemmis dan Mc Taggart yang
diskusi, (4 ) mengadakan kuis. Setelah
terdiri dari empat komponen, yaitu (a)
kuis dilaksanakan, maka dilakukan
perencanaan (planning), (b) tindakan
perhitungan skor peningkatan individu
(acting), (c) pengamatan (observa-
dan skor kelompok. Skor individu
sing), dan (d) refleksi (reflecting). Data
setiap kelompok memberi sumbangan pada skor kelompok, berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada nilai sebelumnya atau skor kuis sebelumnya dengan skor terakhir.
dikumpulkan dengan teknik pengamatan/ observasi, dokumentasi, angket, wawan-cara dan tes. Teknik observasi dilakukan Instrumen
Pada kondisi awal, hasil belajar dan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar masih rendah. Pada pembelajaran siklus I dan siklus II. Guru menerapan model pembelajaran cooperative learning yang diharapkan akan meningkatkan hasil belajar dan
pengamatan
dengan yang yang
menggunakan
berwujud
lembar
berisi
kisi-kisi
pengamatan agar pencatatan pengamatan lebih sistematis. Dokumen-tasi yang digunakan adalah nilai siswa dari pra-siklus s.d. siklus II dan dokumen peningkatan partisipasi siswa dalam mengikuti KBM. Angket digunakan
partisipasi siswa. Berdasarkan kajian pustaka dan
untuk mengetahui minat siswa dan
kerangka pikir di atas, diasumsikan
kemandirian belajar siswa. Dalam
penerapan
penelitian
model
pembelajaran
ini
digunakan
angket
cooperative learning akan meningkat-
tertutup, dengan memilih jawaban ya
kan hasil belajar, dan partisipasi siswa
atau
dalam pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai cross check apabila ada hal-hal
tidak.
Wawancara
digunakan
yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat observasi maupun
METODE PENELITIAN adalah
hasil angket. Tes unjuk kerja/presentasi
siswa kelas IX F SMP Negeri 2
digunakan untuk mengukur pening-
Pekuncen tahun pelajaran 2013/2014,
katan kemampuan hasil belajar.
Subjek
Penelitian
Volume 1 No 2 April 2015
ini
144
Validitas data diperoleh dari
perencanaan, guru dibantu kolaborator
pengamatan terhadap aktivitas siswa,
menyusun jadwal penelitian, silabus,
hasil belajar siswa pra-siklus, siklus I,
RPP,
dan siklus II. Nilai-nilai tersebut
wawancara, sarana/ media, dan mem-
kemudian
untuk
bentuk kelompok jigsaw; 2) pelaksana-
ditentukan seberapa jauh peningkatan
an tindakan, guru melaksanakan pem-
yang dicapai setelah pembelajaran
belajaran,
berbicara meng-gunakan cooperative
melaksanakan tes lisan setiap akhir
learning.
siklus; 3) observasi, kegiatan observasi
dibandingkan
lembar
observasi,
observasi,
angket,
refleksi,
dan
Analisis data dilakukan dengan
ini dilaksanakan bersamaan dengan
beberapa tahap: 1) Tahap seleksi dan
pelaksanaan pembelajaran baik terha-
pengelompokan data. Data diseleksi.
dap proses tindakan, efek tindakan,
Data yang tidak penting direduksi/
maupun terhadap hasil belajar siswa;
dibuang. 2) Tahap pemaparan dan
4) refleksi, dalam refleksi ini, peneliti
deskripsi data. Data diorganisir lalu
mengkaji secara menyeluruh tindakan
dideskripsikan dalam bentuk narasi,
yang telah dilakukan berdasarkan data
tabel, sehingga memiliki makna. 3)
yang telah terkumpul baik yang berupa
Tahap penyimpulan atau pemberian
hasil belajar, maupun data hasil angket.
makna. Setelah data dideskripsikan
Observasi, wawancara, dan catatan
dibuatlah
lapangan.
simpulan
dalam
bentuk
pernyataan atau uraian singkat.
Proses
Penelitian
Siklus
II
Indikator keberhasilan ditun-
terdiri dari 1) perencanaan, dalam hal
jukkan jika 1) rata-rata partisipasi
ini guru menyusun RPP, menyiapkan
siswa 75% terlibat secara aktif, baik
lembar observasi, angket, soal, kunci
fisik, mental, maupun sosial, 2) secara
jawaban, dan norma penilaian; 2)
individu siswa memperoleh nilai 75,
pelaksanaan tindakan, dalam hal ini
atau siswa secara klasikal (85%)
guru memberi penguatan kepada siswa,
dinyatakan mencapai KKM.
melaksanakan
pembelajaran,
dan
Prosedur penelitian terdiri dari
melaksanakan tes lisan; 3) observasi,
dua proses yaitu proses penelitian
kegiatan observasi ini dilaksanakan
siklus I dan proses penelitian siklus II.
bersamaan
Proses penelitian siklus I terdiri dari 1)
pembelajaran baik terhadap proses
145
dengan
pelaksanaan
Volume 1 No 2 April 2015
tindakan,
efek
terhadap
hasil
tindakan, belajar
maupun
siswa;
rata-rata mencapai 80.33. Jika diban-
4)
dingkan dengan hasil pembela-jaran
refleksi, dalam hal ini guru mengkaji
siklus 1 yang skornya hanya mencapai
secara menyeluruh tindakan yang telah
2.235, dengan rata-rata nilai siswa 74,5
dilakukan berdasarkan data yang telah
maka hasil pembelajaran pada siklus II
terkumpul seperti pada siklus I.
mengalami peningkatan yang sangat baik, yaitu rata-rata nilai sebesar 5,83.
HASIL DAN PEMBAHASAAN Hasil pembelajaran siklus I telah mengalami peningkatan baik
Tabel 2: Pencapaian Skor Rata-Rata Tiap Aspek Siklus II Skor Rata Jml Rata
No
Aspek
1
Kelengkapan isi Pilihan kata Pelafalan Jeda dan intonasi Gerak/ mimik
pada aspek partisipasi siswa, maupun hasil
belajar
penerapan
siswa. model
Akan
tetapi,
pembelajaran
cooperative learning teknik jigsaw masih belum memenuhi target secara
2 3 4 5
keseluruhan. Hanya aspek kelengkapan
Nilai RataRata
108
3.6
90
101 92
2.36 3.0
84.6 76.6
87
2.9
72.5
79
2.63
65.8
yang sudah
Pencapaian siklus 1I menunjuk-
melampau batas minimal KKM guru.
kan semua aspek keterampilan berbi-
Aspek kelengkapan isi mencapai nilai
cara
86.66, sedangkan aspek diksi mencapai
melampai
81.66. Aspek pelafalan mencapai 72.5.
sekolah, yaitu 75. Aspek kelengkapan
Aspek
isi menempati rangking tertinggi, yaitu
isi dan aspek diksi
jeda/intonasi
dan
aspek
mimik/ekspresi hanya mencapai 66.66, dan 64.16. Pada siklus I semua kelompok sudah mendapatkan penghargaan. Tiga kelompok yang memperoleh penghargaan great team, sedangkan empat kelom-pok memperoleh penghargaan good team. Hasil belajar siswa pada siklus 1I mencapai skor 2.410, dengan nilai Volume 1 No 2 April 2015
siswa
kelas KKM
IX yang
F
berhasil ditetapkan
rata-rata 90, sedangkan aspek terendah terjadi pada aspek gerak/mimik yang hanya mencapai nilai rata-rata 65.8. Tabel 3: Penghargaan Kelompok N O 1 2 3 4 5 6 7
NAMA SIKLUS 1 KELP GREAT TEAM A GOOD TEAM B GREAT TEAM C GREAT TEAM D GOOD TEAM E GOOD TEAM F GOOD TEAM G
SIKLUS II GOOD TEAM GOOD TEAM GREAT TEAM GOOD TEAM GREAT TEAM GREAT TEAM GREAT TEAM
146
Hasil observasi kegiatan siklus II menunjukkan bahwa tingkat partisipasi
SIMPULAN Berdasarkan
siswa pada pertemuan ke-1 mencapai
penelitian
70.52%
menerapkan
dan pada pertemuan ke-2
analisis
data
kelas
yang
tindakan model
pembelajaran
mengalami kemajuan, yakni 83.96%.
cooperative learning teknik jigsaw ini
Tingkat pencapaian partisipasi siswa
dapat disimpulkan sbb.:
pada aspek keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran
cooperative
learning
teknik jigsaw mencapai angka 100%. Artinya,
dampak
pembelajaran
positif
tersebut
model
benar-benar
dirasakan oleh siswa dan guru. Aspek keterampilan
dalam
menjawab
pertanya-an baru mencapai angka 66.6 persen. penera-pan
Rangkaian
keberhasilan
model
pembelajaran
1. Penerapan
model
pembelajaran
cooperative learning teknik jigsaw terbukti
dapat
meningkatkan
keterampilan berbicara siswa dari siklus I sampai siklus II berakhir. Pada siklus II keterlibatan siswa mencapai bertanya
100%, 76.6%,
pendapat
83.3%,
pertanyaan
66.6%,
keberanian mengajukan menjawab kerja
sama
cooperative learning teknik jigsaw dari
93.3% sehingga rata-rata partisipasi
kegiatan pra survei, kegiatan siklus I,
siswa mencapai 77.24%.
dan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
2. Hasil presentasi siswa pada saat menyampaikan laporan mengalami kemajuan yang cukup signifikan.
PENINGKATAN NILAI KETERAMPILAN PRASIKLUS s.d. SIKLUS II
a. Skor rata-rata yang diperoleh pada pra survei 67.83. Pada
85 Rerata
80 -
siklus I skor rata-rata yang diperoleh 74.5. Peningkatan yang
75 -
dicapai pada siklus II adalah
70 -
80,33. b. Skor
65 -
rata-rata
pada
aspek
kelengkapan isi pada pra survei 60 Awal Sklus 1 penelitian
Siklus 2
Gambar 3. Histogram Peningkatan Nilai Keterampilan Berbicara dari Awal Penelt. - Siklus II
147
mencapai 75, skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 86.66, sedangkan pada siklus II mencapai 90. Volume 1 No 2 April 2015
c. Peningkatan skor rata-rata aspek
(26.6%) siswa menyatakan se-
diksi pada pra survei mencapai
nang, dan 2 (6.6%) siswa menya-
74. Skor rata-rata yang diperoleh
takan tidak senang.
pada siklus I mencapai 81.66. Pada siklus II skor rata-rata yang
DAFTAR PUSTAKA
diperoleh 84.6. d. Peningkatan skor rata-rata aspek pelafalan
pada
pra
survei
mencapai 68. Skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 72.5. Pada siklus II skor rata-rata yang diperoleh 76.6. e. Peningkatan skor rata-rata pada aspek jeda dan intonasi pra survei mencapai 64, skor ratarata siklus I mencapai 66.66, dan pada siklus II mencapai 72.5. f. Peningkatan siswa pada aspek
mimik mencapai hasil kurang baik. Pada pra survei skor ratarata yang dicapai adalah 58, skor rata-rata siklus I mencapai 64.16,
Anita, Lie. (2004). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Penerbit Grasindo. Etin Solihatin & Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno. (2007). Model pembelajaran, menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Caray. (2009). Makalah http://makalah danskripsi.blogspot.com/2009/0 3/ pengertianberbicara.html. Diakses pada tanggal 25 Januari 2015. Daryanto. (2014). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. (cetakan ke2).Yogyakarta: Gaya Media.
dan pada siklus II skor yang dicapai adalah 65,8. g. Menurut pendapat siswa penerapan model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw sebanyak 20 (66.6%) menyatakan sangat senang, sebanyak 8
Volume 1 No 2 April 2015
Isjoni.
(2011). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta didik (cetakan ketiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, H.G.(1985). Berbicara sebagai Suatu Sistem Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
148