1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya bioteknologi, terdapat kecenderungan bahwa masyarakat lebih mengutamakan makanan yang bebas dari pencemaran bahan kimia sintetik dan antibiotik karena dapat menimbulkan efek karsinogenik dan menyebabkan timbulnya penyakit yang berbahaya. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya efek tersebut, yaitu dengan mengkonsumsi probiotik.
Probiotik merupakan makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang yang mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada hewan inang dengan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan (Fuller, 1997).
Sumber probiotik yang dapat digunakan sebagai campuran untuk pakan ternak yaitu dalam bentuk inokulum. Inokulum merupakan biakan mikroba yang dapat diperoleh dari ragi. Mikroba yang digunakan di dalam inokulum umumnya terdiri atas fungi (khamir dan kapang) dan bakteri (Dwidjoseputro, 2009). Inokulum probiotik diperoleh dari beberapa komponen, yaitu inokulum khamir, inokulum kapang dan bakteri. Inokulum probiotik mengandung berbagai mikroba yang menguntungkan terutama bagi ternak, salah satunya adalah bakteri amilolitik.
2
Viabilitas merupakan kemampuan hidup suatu individu yang sangat tergantung dengan kondisi lingkungan. Untuk mengetahui kemampuan hidup suatu mikroba yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain temperatur, pH dan kelembaban, maka perlu dilakukan uji viabilitas. Syarat-syarat yang harus dimiliki supaya viabilitas mikroba tetap terjaga yaitu dengan menyediakan nutrisi bagi mikroba untuk tetap hidup dan menyediakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan mikroba.
Faktor lingkungan memiliki dampak yang besar terhadap viabilitas mikroba, terutama pada suhu. Supaya viabilitas tetap terjaga, maka suhu penyimpanan perlu disesuaikan dengan mikroba dalam bahan pangan yang akan disimpan. Suhu yang digunakan sebagai penyimpanan inokulum probiotik adalah suhu ruang dan suhu 37 0C. Suhu ruang merupakan suhu yang biasa digunakan sebagai penyimpanan bahan makanan kering. Suhu ruang berkisar antara 2530 0C (Tjasyono, 2004). Suhu penyimpanan 37 0C yang digunakan merupakan suhu yang disesuaikan dengan suhu tubuh dan disesuaikan dengan kondisi saat transportasi yang biasa dilakukan pada siang hari.Suhu di luar ruangan berkisar antara 28-34 0C (Tjasyono, 2004).
Faktor lain yang mempengaruhi viabilitas mikroba adalah pengemasan. Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi suatu bahan pangan. Pengemasan dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pangan dan menambah lama umur simpan (Coles, Dowell dan Kirwan, 2003).
3
Beberapa penelitian yang menggunakan berbagai jenis kemasan sebagai media penyimpanan antara lain: penelitian yang dilakukan Rahayu dan Widajati (2007) tentang pengaruh kemasan, kondisi ruang simpan dan periode simpan terhadap viabilitas benih caesin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan alumunium foil, plastik polyprophylene dan kertas sebagai media penyimpanan benih caisin memberikan pengaruh tidak nyata terhadap viabilitas benih yang tetap terjaga hingga 15 minggu.
Inokulum probiotik mengandung berbagai mikroba yang menguntungkan, salah satunya adalah bakteri amilolitik.. Viabilitas bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik belum diketahui, sehingga perlu dilakukan uji viabilitas. Uji viabilitas bakteri amilolitik dari inokulum probiotik dilakukan menggunakan berbagai jenis kemasan seperti alumunium foil, plastik zipack, plastik tahan panas dan kertas sampul. Dari keempat jenis kemasan belum diketahui jenis kemasan seperti apa yang dapat mempertahankan viabilitas bakteri amilolitik.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui viabilitas bakteri amilolitik dari inokulum probiotik terhadap berbagai jenis kemasan 2. Mengetahui kemasan yang paling tepat digunakan sebagai penyimpanan dari inokulum probiotik
4
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi peneliti dan masyarakat mengenai kemasan yang tepat digunakan untuk menyimpan inokulum probiotik sehingga viabilitas bakteri amilolitik tetap terjaga dan inokulum probiotik dapat digunakan sebagai pakan tambahan yang bermanfaat untuk ternak
D. Kerangka Pemikiran
Probiotik merupakan pakan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang menguntungkan. Probiotik dapat dibuat dalam bentuk inokulum. Inokulum merupakan kultur mikroba yang diinokulasikan pada media pengikat mikroba. Inokulum dapat dibuat dari bahan-bahan yang mengandung mikroba. Bahan-bahan yang mengandung mikroba antara lain: ragi tape mengandung khamir dan jamur Mucor, ragi tempe mengandung kapang dan jamur Rhizopus, juga dapat ditambahkan dengan bakteri khusus non patogen seperti Bacillus. Bakteri Bacillus menghasilkan berbagai enzim yang dapat merombak zat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak (Buckle, Edwards, Fleed dan Wooton, 2007).
Inokulum probiotik mengandung berbagai mikroba yang bermanfaat dan menguntungkan, terutama untuk ternak. Salah satu mikroba yang terdapat pada inokulum probiotik adalah bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik memiliki kemampuan dalam memecah pati menjadi glukosa (Ahmad, 2006).
5
Untuk menjaga bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik tetap hidup dan tidak terkontaminasi, maka perlu ditambahkan zat antimikroba yang didapatkan dari bahan alami, antara lain lengkuas, cabe jawa, lada putih, bawang putih, jeruk nipis. Disamping menghindari pertumbuhan bakteri kontaminan, viabilitas bakteri amilolitik perlu dijaga. Viabilitas bakteri amilolitik dari inokulum probiotik dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang sesuai antara lain suhu, pH, kelembaban. Apabila faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan suatu mikroba untuk tetap hidup tersedia, maka viabilitas mikroba tersebut tetap terjaga.
Dalam menjaga viabilitas bakteri amilolitik dari inokulum probiotik diperlukan kemasan yang dapat mempertahankan kondisi lingkungan agar bakteri amilolitik tetap hidup. Karakter yang dimiliki setiap jenis kemasan yang digunakan berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan kemampuan kemasan dalam mempertahankan kondisi lingkungan.
Alumunium foil memiliki karakteristik tahan terhadap oksigen dan uap air, tidak mudah terbakar karena berbahan dasar logam (Lee, 1991) yang dapat melindungi inokulum probiotik dari bahaya kontaminan dan menjaga viabilitas bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik. Plastik tahan panas memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan tahan terhadap suhu tinggi, melindungi produk terhadap cahaya, udara atau oksigen dan kontaminasi, serta mengurangi kecenderungan bahan pangan
6
mengeras (Coles et al., 2003 ) yang dapat menjaga viabilitas bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik.
Plastik zipack memiliki sifat bahan yang jernih kenampakannya, mudah ditarik, tahan terhadap gas dan uap air yang dapat menjaga viabilitas bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik.
Kertas sampul merupakan kemasan dengan bahan baku serat kayu yang mengandung selulosa. Kertas sampul tahan terhadap panas dan gas (Tjahjadi dan Herlina, 2011) yang dapat menjaga viabilitas bakteri amilolitik dalam inokulum probiotik. Penggunaan suhu ruang dan suhu 37 0C diharapkan mampu menjaga viabilitas bakteri amilolitik yang terdapat pada inokulum probiotik. Suhu ruang merupakan suhu yang biasa digunakan sebagai penyimpanan bahan makanan kering. Suhu ruang berkisar antara 25-30 0C (Tjasyono, 2004). Suhu penyimpanan 37 0C yang digunakan merupakan suhu yang disesuaikan dengan suhu tubuh dan disesuaikan dengan kondisi saat transportasi yang biasa dilakukan pada siang hari. Suhu di luar ruangan berkisar antara 28-34 0
C (Tjasyono, 2004).
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah memperoleh kemasan yang mampu mempertahankan viabilitas bakteri amilolitik dari inokulum probiotik pada suhu ruang dan suhu 37 0C.