HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN TINGKAT ENDEMISITAS MALARIA DI KABUPATEN BULUKUMBA
RELATION BETWEEN ENVIRONMENTAL FACTORS AND COMMUNITY BEHAVIOR WITH MALARIA ENDEMICITY LEVEL IN BULUKUMBA
Suarni.AS1. Hasanuddin Ishak2 . A. Arsunan Arsin3
1
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL-PP) Kelas I Makassar, 2Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Hasanuddin Makassar, 3Bagian Epidemiologi FKM Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi : Suarni.AS,SKM Jl. Wijaya Kusuma Raya No.29-31 Makassar Hp. 08114604274 E-Mail :
[email protected]
ABSTRAK Malaria merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologi dan sosial budaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor–faktor yang berhubungan dengan tingkat endemisitas Malaria di kabupaten Bulukumba. Penelitian ini bersifat ekologi dengan menggunakan wilayah kerja puskesmas sebagai unit analisis. Responden berjumlah 362 pada empat wilayah kerja puskesmas berbeda yang dipilih secara sistematik random sampling, Data primer diperoleh melalui wawancara dan data sekunder diperoleh dari BPS dan Dinkes Bulukumba. Data di analisis secara bivariat dan multivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan berpengaruh terhadap tingkat endemisitas malaria adalah Keberadaan genangan (p=0,000), keberadaan sungai (p=0,000), Keberadaan kandang (p=0,000), Keberadaan vegetasi (p=0,045), Keberadaan sawah (p=0,000), Keberadaan tambak (p=0,035), jenis dinding rumah (p=0,005), dan keberadaan plafon (p=0,003).Faktor perilaku yang berpengaruh adalah penggunaan kelambu (p=0,001), penggunaan obat anti nyamuk (p=0,011), kebiasaan keluar malam (p=0,020), kebiasaan menutup pintu dan jendela (p=0,002) dan mobilitas penduduk (p=0,000). Hasil uji multivariat regresi logistic memperlihatkan faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah keberadaan sungai (nilai wald = 30,315; p=0,000) dan faktor perilaku yang berpengaruh adalah mobilitas penduduk (nilai wald = 36,682; p=0,000). Disimpulkan bahwa keberadaan sungai dan mobilitas penduduk adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat endemisitas malaria di kabupaten bulukumba.
Kata Kunci: Faktor Lingkungan, Perilaku, Tingkat endemisitas malaria.
ABSTRACT Malaria is a disease-based environment that is influenced by the physical environment, biological and sociocultural. The research aims to analyze factorsthat related to the level of malaria endemicity in Bulukumba regency. This research was an ecological study using community health centers working areas as the unit of analysis and carried out from May to June 2014. There were 362 respondent in 4 different working areas in the district health centers of Bulukumba who were selected using systematic random sampling.Primary data were obtained through interviews, and secondary data were obtained from BPS and Bulukumba health office. Data were Analysed using bivariate and multivariate analysis. The research results of bivariate analysis reveals that the environmental factors that affect the level of malaria endemicity is the existence of a pool (p=0.000), streams (p=0.000), cages (p=0.000), vegetation (p=0.045), rice fields (p=0.000), ponds (p=0.035), type of house wall (p=0.005), and ceiling (p=0.003). whereas, the results of the bivariate analysis of the behavior factor is the use of mosquito nets (p=0.001), anti-mosquito drugs (p=0.011 ), the habit of a night out (p= 0.020), the habit of closing doors and windows ( p=0.002) and mobility (p=0.000). Results of multivariate logistic regression test indicated that the most influential environmental factor is the existence of river (Wald=30.315, p=0.000) and behavioral factors influences the mobility of the population (Wald =36.682, p=0.000). It was concluded that the presence of the river and the mobility of the population is the most influential factor on the level of malaria endemicity in Bulukumba.
Keywords: Environmental Factors, Behavior, Level of malaria endemicity
PENDAHULUAN Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria merupakan satu diantara penyakit yang berbasis lingkungan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologi dan sosial budaya (Kemenkes RI, 2012). Kabupaten Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang endemis malaria dimana Pada tahun 2009 sampai tahun 2011 kejadian malaria di Kabupaten Bulukumba lebih tinggi bila dibandingkan Kabupaten lain, walaupun tahun 2012 mengalami penurunan yakni 5544 penderita, positif 49 orang, AMI 13,82 ‰ dan API 0,12 ‰ (Dinkes Bulukumba, 2012). Data terbaru untuk tahun 2013 Kabupaten Bulukumba dilaporkan penderita berdasarkan penemuan secara klinis dengan sediaan darah positif sebanyak 50 spesimen yang positif. Beberapa kecamatan merupakan daerah endemis malaria. Perhitungan Annual Parasite Incindence (API) untuk keseluruhan Kabupaten Bulukumba diperoleh 0,13 < 1/1000 penduduk yaitu wilayah termasuk low case incidence(LCI) (Dinkes Bulukumba, 2013). Peningkatan insidens Malaria dan KLB di beberapa daerah disebabkan adanya perubahan lingkungan serta tingginya mobilitas penduduk yang masuk dari daerah non endemis Malaria ke daerah endemis Malaria atau sebaliknya (Kemenkes RI, 2010). Beberapa penelitian lain sebelumnya telah menganalisis hubungan faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian malaria, Berdasarkan hasil analisis Husin (2007), Pemasangan kawat kasa pada ventilasi akan menyebabkan semakin kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah, menurut (Friaraiyatini dkk., 2005), Risiko untuk terjadinya kejadian malaria pada rumah yang memiliki vegetasi adalah sebesar 32,79 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak adanya vegetasi disekitar rumah responden. Penelitian (Sunarsih dkk., 2009), di Pangkabalam Pangkalpinang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan keluar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria), Mobilitas penduduk telah menyebabkan timbulnya penyakit malaria pada daerah yang awalnya bebas dari penyakit malaria (Susanna, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor–faktor yang berhubungan dengan tingkat endemisitas Malaria di kabupaten Bulukumba.
BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi ekologi, Unit analisisnya adalah wilayah kerja puskesmas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat dalam pengendalian malaria dengan tingkat endemisitas malaria. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 4 Wilayah Kerja Puskesmas pada 4 Kecamatan di Kabupaten Bulukumba, yaitu PKM Bontobahari di Kecamatan Bontobahari, PKM Bontobangun di Kecamatan Rilau Ale, PKM Manyampa di Kecamatan Ujungloe, dan PKM Salassae di Kecamatan Bulukumpa. penelitian berlangsung pada bulan April – Juni 2014. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah Penduduk yang tinggal di wilayah kerja PKM Bontobahari di Kecamatan Bontobahari, PKM Bontobangun di Kecamatan Rilau Ale, PKM Salassae di Kecamatan Bulukumpa dan PKM Manyampa di Kecamatan Ujungloe. Jumlah Populasi sebanyak 6.278 KK (kepala Keluarga). Jumlah responden sebanyak 362 pada 4 wilayah kerja puskesmas berbeda di kabupaten bulukumba, Cara penarikan sampel dilakukan dengan probability sampling yakni dengan cara proporsional random sampling yaitu membagi jumlah sampel berdasarkan jumlah proporsi kepala keluarga di masing-masing desa/kelurahan pada tiap kecamatan. Setelah memperoleh jumlah kepala keluarga secara proporsi maka penarikan sampel di lakukan dengan cara systematic random sampling Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Dan pengamatan langsung atau observasi langsung keadaan lingkungan, Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh petugas puskesmas pada setiap lokasi penelitian, Sebelum turun ke lapangan pewawancara dilatih mengenai pengisian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari puskesmas setempat, Badan Pusat Statistik (BPS) dan dinas kesehatan Kabupaten Bulukumba. Metode Analisis Data Pengolahan data yang dilakukan meliputi penyuntingan data, koding, pemasukan data ke computer dan pembersihan data. Analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Tampilan data kategorik berupa frekuensi dan persentase, analisis bivariat menggunakan chi square dan multivariat dengan regresi berganda logistik. Analisis data menggunakan program SPSS.
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian berupa data telah diolah menjadi informasi sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dideskripsikan dalam bentuk tabel dan penjelasan. Analisis Univariat Tabel 1 menunjukkan Kelompok umur 20–50 tahun adalah responden terbanyak, umumnya berjenis kelamin laki-laki sebanyak 263 orang, dengan Tingkat
Pendidikan
responden yang terbanyak adalah tamat SMA ada 126 orang, dan kebanyakan responden yang bekerja sebagai Petani (sawah, kebun, rumput laut, dan empang) yaitu 158 orang. Tabel 2 umumnya responden tidak menggunakan kawat kasa pada ventilasinya (PKM Bontobahari = 34,2%, PKM Manyampa = 11,9%, PKM Bontobangun = 29,8%, PKM Salassae = 21,3%). Pada umumnya dinding rumah responden sudah masuk kategori baik karena rata-rata terbuat dari semen/dinding tembok (PKM Bontobahari = 12,4%, PKM Manyamp = 6,1%, PKM Bontobangun = 17,4%, PKM Salassae = 8,1%). Umumnya responden tidak menggunakan plafon rumah (PKM Bontobahari=25,1%, PKM Manyampa=9,1%, PKM Bontobangun=25,4%, PKM Salassae=14,6%). Umumnya responden terdapat genangan air di sekitar rumahnya (PKM Bontobahari=13,2%, PKM Manyampa=11,6%, PKM Bontobangun=27,6%, PKM Salassae=18,5%). Lebih banyak responden tidak terdapat sungai disekitar rumahnya (PKM Bontobahari = 33,1%, PKM Manyampa = 2,5%, PKM Bontobangun = 13,3%, PKM Salassae = 11,1%). Umumnya responden tidak memiliki kandang ternak disekitar rumahnya (PKM Bontobahari = 31,8%, PKM Manyampa = 8,8%, PKM Bontobangun = 24,3%, PKM Salassae = 16,6%). Umumnya terdapat vegetasi disekitar rumah responden (PKM Bontobahari=34,0%, PKM Manyampa = 11,6%, PKM Bontobangun = 29,8%, PKM Salassae=20,7%). Keberadaan sawah lebih banyak dari pada yang tidak terdapat sawah disekitar rumahnya
(PKM
Bontobahari=3,0%, PKM Manyampa=7,4%, PKM Bontobangun=28,2%, PKM Salassae = 21,0%). Sedangkan Keberadaan tambak umumnya ada pada responden yang berdomisili di daerah dataran rendah (PKM Bontobahari dan PKM Manyampa). Tabel 3 Menunjukkan telah banyak responden yang terbiasa menggunakan kelambu (PKM Bontobahari = 22,4%, PKM Manyampa = 11,6%, PKM Bontobangun = 26,0%, PKM Salassae =22,1%). Responden juga sudah terbiasa menggunakan obat anti nyamuk (PKM Bontobahari=19,1%, PKM Manyampa =6,3%, PKM Bontobangun=18,8%, PKM Salassae =18,2%).
Umumnya responden tidak terbiasa keluar malam (PKM Bontobahari=21,6%, PKM Manyampa = 10,5%, PKM Bontobangun =17,7%, PKM Salassae =11,3%). Responden di daerah penelitian umumnya mempunyai kebiasaan menutup pintu dan jendela rumah menjelang
malam
(PKM
Bontobahari=20,1%,
PKM
Manyampa
=10,8%,
PKM
Bontobangun=25,7%, PKM Salassae =21,3%). Umumnya responden memiliki mobilitas tinggi (PKM Bontobahari=25,7%, PKM Manyampa =5,2%, PKM Bontobangun=27,1%, PKM Salassae =9,4%). Analisis Bivariat Analisis bivariat menggunakan tabulasi silang dengan uji chi square, Tabel 4 menunjukkan hasil uji variabel lingkungan dan perilaku pada wilayah endemis dan non endemis, di daerah dataran rendah dan dataran tinggi, hasilnya terlihat bahwa pada daerah dataran rendah keberadaan genangan, keberadaan sungai, keberadaan kandang, keberadaan vegetasi, keberadaan sawah, keberadaan tambak Penggunaan kelambu, Kebiasaan keluar malam, dan mobilitas penduduk hasilnya bermakna/berhubungan dengan tingkat endemisitas malaria, sedangkan pada daerah dataran tinggi, jenis dinding rumah, keberadaan plafon, keberadaan
vegetasi,
Penggunaan
kelambu,
dan
mobilitas
penduduk,
hasilnya
bermakna/berhubungan dengan tingkat endemisitas malaria. Analisis Multivariat Hasil analisis regresi logistic terlihat pada tabel 5, dimana variabel lingkungan yang paling berpengaruh terhadap tingkat endemisitas malaria di daerah dataran rendah adalah keberadaan Sungai dengan nilai wald 30,315 dan berpengaruh 0,019 kali terhadap tingkat endemisitas malaria, dan variabel perilaku adalah mobilitas penduduk dengan nilai wald 13.705 dan berpengaruh 4.315 kali terhadap tingkat endemisitas malaria. Sedangkan di daerah dataran tinggi adalah keberadaan plafon rumah dengan nilai wald 9.243 dan berpengaruh 3.109 kali terhadap tingkat endemisitas malaria, dan variabel perilaku mobilitas penduduk dengan nilai wald 36.682 dan berpengaruh 11,009 kali terhadap tingkat endemisitas malaria.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan sungai dan mobilitas penduduk adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat endemisitas malaria di kabupaten bulukumba, faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh adalah jenis dinding rumah, berpengaruh pada daerah dataran tinggi, Hasil analisis multivariat menunjukkan dinding rumah yang dari kayu/papan/ayaman bambu merupakan peluang/potensial terjadinya
endemisitas malaria (p=0,018<0,05), Dengan demikian berpeluang untuk meyebabkan endemisitas malaria dengan nilai wald sebesar 5,572 dan berpengaruh 2,347 kali terhadap tingkat endemisitas malaria, Hal ini sejalan Penelitian (Haque et al., 2013), bahwa malaria dikaitkan hanya dengan memiliki > 0,5% responden yang tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari dinding lumpur. Dinding terbuat dari bata tanah lebih berisiko dibanding beton (OR=1,44, C1.1,101,87) (Kirby et al., 2008). Menurut (Woyessa et al., 2013), Prevalensi infeksi malaria meningkat berhubungan erat dengan adanya lubang pada rumah (OR=1,59). Pendapat Babba (2007), dinding rumah yang terbuat dari kayu/papan (OR: 3,14 ; 95% CI: 1,43 - 6,88) merupakan faktor risiko terjadinya malaria. Variabel keberadaan plafon rumah berpengaruh pada daerah dataran tinggi, Hasil didapatkan rumah yang tidak memiliki plafon merupakan peluang/potensial terjadinya endemisitas malaria (p=0,002<0,05), Dengan demikian orang yang tidak memiliki plafon rumah mempunyai peluang/pengaruh untuk meyebabkan endemisitas malaria dengan nilai wald sebesar 9,243 dan berpengaruh 3109 kali terhadap tingkat endemisitas malaria. Menurut (Lindsay et al., 2003), pintu masuk Anopheles gambie ke dalam rumah berkurang dengan berbagai tipe plafon : tripleks/plywood (berkurang 59 %), jaring sintetis (79%) jarring sintetis berinsektisida (78%) jaring serangga dari plastic (80 % P < 0,001 untuk semua kasus) dan berkurang sebesar 37 % jika ditutup atap. Modifikasi plafon mengurangi pintu masuk ke dalam rumah antara 78-80 % dibandingkan dengan rumah-rumah yang tidak dimodifikasi (Atiele et al., 2009). Variabel keberadaan genangan hasilnya pada daerah dataran rendah (p = 0,004 < 0,05) dan dataran tinggi (p = 0,031 < 0,05), variabel ini berpengaruh, Genangan air yang dijumpai di wilayah responden adalah spal/ comberan, saluran air, kubangan, kolam-kolam, rawa, dan tambak yang tidak terurus merupakan tempat yang potensial untuk perkembangbiakan (breeding places) nyamuk Anopheles spp. Keberadaan breeding places di sekitar rumah tentunya merupakan faktor risiko terjadinya penularan malaria. Penelitian ini sejalan dengan (Alemu et al., 2011), hasilnya adalah tinggal di daerah dimana ada genangan air (P=0,001) lebih mungkin terinfeksi parasite malaria dibandingkan dengan mereka yang tinggal jauh dari genangan air pada jarak lebih dari 1 km. Jarak genangan air (buffers) di sekitar rumah yang optimal untuk karakteristik lingkungan yaitu 100 m untuk P.vivax dan 400 m untuk falciparum (Stefani et al., 2011b). Variabel keberadaan sungai berpengaruh pada daerah dataran rendah, Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa keberadaan sungai di sekitar rumah merupakan
peluang/potensial terjadinya endemisitas malaria (p=0,000<0,05) dengan nilai wald sebesar 30,315 dan berpengaruh 0,019 kali terhadap tingkat endemisitas malaria. Hasil analisis multivariat keberadaan kandang tidak
berpeluang / berpotensial
terjadinya endemisitas malaria (p=0,078>0,05), hipotesis tidak terbukti. Kandang ternak dalam penelitian ini tidak bermakna kemungkinan karena penempatan kandang diwilayah penelitian umumnya lokasi kandang mereka jaraknya > 10 meter dari rumah, mereka pada umumnya menempatkan hewan besar di kebun sehingga kandang tersebut tidak menjadi barier terhadap penularan malaria. analisis multivariat keberadaan vegetasi, hasilnya berpengaruh pada daerah dataran tinggi (p=0,012<0,05), dengan nilai wald 6,289 dan berpengaruh 16,168 kali terhadap tingkat endemisitas malaria. Menurut (Stefani et al., 2011a), rumah yang bersih dari semua vegetasi dalam 50 m dan jarak hutan yang jauh dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah terkena malaria. Berdasarkan analisis multivariat penggunaan kelambu, hasilnya tidak bermakna pada daerah dataran tinggi (endemis dan non endemis), berarti pada penelitian ini belum cukup bukti untuk menyatakan faktor penggunaan kelambu saat tidur malam hari sebagai faktor protektif yang mendukung tidak meningkatnya endemisitas malaria. Justru ada tendensi responden yang menggunakan kelambu saat tidur malam hari mempunyai risiko terkena malaria. Hal ini bisa dijelaskan dengan logika bahwa walaupun orang sudah menggunakan kelambu saat tidur malam hari, tetapi sebelum tidur mereka juga mempunyai kebiasaan berada di luar rumah. Sehingga saat berada di luar rumah sebelum tidur, ada kesempatan mereka digigit nyamuk vektor malaria. Sebaliknya Penelitian ini berpengaruh pada daerah dataran rendah (p=0,002<0,05), Hal ini berarti orang yang tidak mempunyai kebiasaan menggunakan kelambu saat tidur malam, mempunyai peluang/pengaruh untuk meyebabkan endemisitas malaria dengan nilai wald 9,969 dan berpengaruh 6,340 kali terhadap tingkat endemisitas malaria. Faktor risiko terbesar untuk infeksi malaria adalah rendahnya rasio tempat tidur berkelambu per rumah tangga (Haque et al., 2013). Berdasarkan analisis multivariat pada variabel pemakaian obat anti nyamuk hasilnya hanya berpengaruh pada daerah dataran tinggi (p = 0,040 < 0,05), sehingga hipotesis terbukti. Dengan demikian responden yang tidak memakai Obat Anti Nyamuk
mempunyai
peluang/pengaruh untuk meyebabkan endemisitas malaria dengan nilai wald 4,222 dan berpengaruh 2,261 kali terhadap tingkat endemisitas malaria. Menurut (Agomo et al., 2013),
praktek pencegahan yang paling bermakna menurunkan infeksi malaria adalah penggunaan insektisida semprot atau kombinasi dengan kelambu. Berdasarkan analisis multivariat pada variabel mobilitas penduduk
hasilnya
bermakna pada daerah dataran rendah (p=0,000 <0,05) dan dataran tinggi (p 0,000 < 0,05), hipotesis terbukti. Penelitian Santi (2012), juga menunjukkan ada hubungannya dengan mobilitas penduduk yang lebih dari satu bulan tinggal di daerah tujuan. Penelitian Kulle (2013), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kejadian malaria pada masyarakat yang mempunyai mobilitas tinggi (p=0,009). Hasil penelitian di Kecamatan Bonto bahari, didapatkan responden yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai wiraswasta (pedagang), pembuat perahu, dan nelayan yang kebanyakan berdagang dan mencari ikan di luar daerah/desa tempat tinggal mereka sehingga mobilitas mereka cukup tinggi.Sama halnya yang berprofesi sebagai juragan kapal atau pembuat perahu, kebanyakan di antara mereka sering ke Kalimantan dan Irian Jaya untuk mencari kayu untuk bahan membuat perahu. Hasil penelitian di Kecamatan Rilau Ale dimana sebagian besar responden berprofesi sebagai petani yang paling banyak melakukan mobilitas penduduk. Hal ini disebabkan pendidikan responden masih rendah, yakni banyak pendidikan responden yang hanya tamat SD, SMP, dan bahkan tidak pernah sekolah, kurangnya lapangan kerja serta adanya sanak keluarga di daerah tujuan migrasi sehingga responden/warga lebih memilih melakukan mobilitas penduduk seperti Irian Jaya dan Kalimantan bahkan hingga ke Malaysia.
KESIMPULAN DAN SARAN Keberadaan sungai dan mobilitas penduduk adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat endemisitas malaria di kabupaten bulukumba. Disarankan perlu adanya pemberdayaan masyarakat, pembagian kelambu berinsektisida dan proteksi diri jika memiliki mobilitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Agomo C.O & Oyibo W. A. (2013). Factors associated with risk of malaria infection among pregnant women in Lagos, Nigeria, Jurnal Infectious Diseases of Poverty 2013. Alemu A., Tsegaye W., Golassa L., and Abebe G. (2011). Urban malaria and associated risk factors in Jimma town, south-west Ethiopia, Malaria Journal 2011. Atiele H., Menya D., Githeko A., & Scott T. (2009). House design modifications reduce indoor resting malaria vector densities in rice irrigation scheme area in western Kenya. Malaria Journal 2009
Babba I. (2007). Faktor-Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian Malaria (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamada Kota Jayapura) Dinkes Bulukumba. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Bulukumba tahun 2012 Dinkes Bulukumba. (2013). Laporan Kegiatan malaria tahun 2013 Friaraiyatini., Keman S., & Yudahstuti R. (2005), Pengaruh Lingkungan dan Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian malaria di kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol,2, No.2, Januari 2006 Haque U., Glass G., Bomblies E., Hashizume A., Mitra D., & Noman N et al., (2013). Risk Factors Associated with Clinical Malaria Episodes in Bangladesh: A Longitudinal Study, Am J Trop Med Hyg. Apr 3, 2013 Husin H. (2007). Analisis faktor risiko kejadian malaria di puskesmas sukamerindu kecamatan sungai serut kota Bengkulu propinsi Bengkulu. Kemenkes RI. (2010). Rancangan strategi Kementerian Kesehatan, Jakarta. Kemenkes RI. (2011). Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonasia, Ditjen PPPL, Kemenkes RI,Jakarta. Kemenkes RI. (2012). Permenkes RI , Nomor 374 / Menkes / PER / III / 2010 Tentang Pengendalian Vektor, Ditjen PP-PL, Kemenkes RI,Jakarta. Kirby M.J., Green C., Miligan P.M.,Sismanidis C., Jasseh M., Conway D.J et al., (2008). Risk factor for house-entry by malaria vector in a rural town and satellite villages in The Gambia. Malaria Journal 2008, Kulle Y. (2013). Perbedaan malaria pada daerah dataran rendah dengan dataran tinggi di kabupaten Maluku Tenggara Barat. Lindsay S.W., Jawara M., Paine K., Pinder M., Walraven G.E., & Emerson P.M. (2003). Changes in house design reduce exposure to malaria mosquitoes. Tropical Medicine and International Health, volume 8 no 6 2003. Santi M. HR. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan Dengan kejadian Malaria pada Penduduk kecamatan Lengkong Kabupaten Sukabumi Yang pernah Bermigrasi Tahun 2011,Universitas Indonesia Stefani A., Hanf M., Nacher., Girod R., & Carme B. (2011a). Environmental, entomological, socioeconomic and behavioural risk factors for malaria attacks in Amerindian children of Camopi, French Guiana. malaria jurnal 10:1-246 Stefani A., Roux E., Fotsing J.M., & Carme B. (2011b). Studying relationships between environment and malaria incidence in Camopi (French Guiana) through the objective selection of buffer-based landscapecharacterisations, http://www.ijhealthgeographics.com/content/10/1/65, Sunarsih E., Nurjazuli., & Sulistyani. (2009). Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku Yang Berkaitan Dengan Kejadian Malaria di Pangkalbalam Pangkalpinang. [Online]. http://eprints.unsri.ac. id/2751/ Susanna D. (2011). Dinamika Penularan Malaria, UI Press Woyessa A., Deressa W., Ali A., & Lindtjorn B. (2013) Malaria risk factors in Butajira area, south-central Ethiopia: a multilevel analysis. Malaria Journal 2013.
Tabel 1. Distribusi kelompok umur, jenis kelamin,pendidikan dan pekerjaan No
Karakteristik Kelompok umur (thn) Umur < 20 Umur 20-50 Umur >50 2. Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 3 Pendidikan Tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA Sarjana (Tamat PT) 4 Pekerjaan Petani Wiraswasta Supir Tukangkayu/perahu/batu Buruh PNS Lainnya Sumber Data Primer, 2014
N 362
1
Jumlah
%
2 284 76
0,6 78,4 21
263 99
72,7 27,3
25 82 103 126 26
6,90 22,64 28,44 34,80 7,22
158 65 22 20 10 33 54
43,64 17,95 6,07 5,52 2,76 9,11 14,91
362
362
362
Tabel 2. Distribusi variabel lingkungan pada Daerah Endemis dan Non Endemis
Variabel
Kategori
Penggunan ventilasi
1. Menggunakan
Jenis dinding rumah
Dataran rendah Endemis Non Endemis PKM Bt. Bhr PKM Manymp % n % n
Dataran tinggi Endemis Non Endemis PKM Bt.Bgn PKM salassae n % n %
1
0,3
3
0,8
1
0,3
5
1,4
2. T. menggunakan
124
34,2
43
11,9
108
29,8
77
21,3
1. Baik 2. Buruk 1. ada
45 80 34
12,4 22,1 9,4
22 24 13
6,1 6,6 2,4
63 46 17
17,4 12,7 4,7
64 18 29
17,7 5,0 8,1
2. Tidak ada
91
25,1
33
9,1
92
25,4
53
14,6
1. ada 2. Tidak ada 1. Ada 2. Tidak ada 1. Ada 2. Tidak ada 1. Ada Tidak ada 1. Ada 2. Tidak ada 1. Ada
48 77 5 120 10 115 123 2 11 114 27
13,2 21,3 1,4 33,1 2,7 31,8 34,0 0,5 3,0 31,5 7,4
42 4 37 9 14 32 42 4 27 19 18
11,6 1,1 10,2 2,5 3,9 8,8 11,6 1,1 7,4 5,3 5,0
100 9 61 48 21 88 108 1 102 7 0
27,6 2,5 16,8 13,3 5,8 24,3 29,8 0,3 28,2 1,9 0
67 15 42 40 22 60 75 7 76 6 0
18,5 4,2 11,6 11,1 6,1 16,6 20,7 2,0 21,0 1,7 0
2. Tidak ada Sumber Data Primer, 2014
98
27,1
28
7,7
109
30,1
82
22,7
Keberadaan plafon Keberadaan genangan Keberadaan sungai Keberadaan kandang Keberadaan vegetasi Keberadaan sawah Keberadaan tambak
Tabel 3. Distribusi variabel Perilaku pada daerah endemis dan non Endemis
1. T. Menggunakan 2. Menggunakan 1. T. Menggunakan
Dataran rendah Endemis Non Endemis PKM Bt. Bhr PKM Manymp % n % n 44 12,1 4 1,1 81 22,4 42 11,6 56 15,5 23 6,3
2. Menggunakan
69
19,1
23
6,3
68
18,8
66
18,2
1. Keluar malam 2. Tidak K. malam 1. Tidak menutup
47 78 52
13,0 21,6 14,4
8 38 7
2,2 10,5 1,9
45 64 16
12,4 17,7 4,4
41 41 5
11,3 11,3 1,4
2. Menutup
73
20,1
39
10,8
93
25,7
77
21,3
1. Tinggi 2. Rendah Sumber Data Primer, 2014
93 32
25,7 8,8
19 27
5,2 7,5
98 11
27,1 3,0
34 48
9,4 13,3
Variabel Penggunaan Kelambu OAN Keluar malam Menutup P&J
Kategori
Mobilitas
Dataran tinggi Endemis Non Endemis PKM Bt.Bgn PKM salassae n % n % 15 4,1 2 0,6 94 26,0 80 22,1 41 11,3 16 4,4
Tabel 4. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Dengan Tingkat Endemisitas Malaria No
Faktor Lingkungan Penggunan ventilasi Keberadaan plafon Keberadaan genangan Keberadaan sungai Keberadaan vegetasi Keberadaan sawah Penggunaan kelambu
1. Tidak Menggunakan 2. Menggunakan 1. Tidak ada 2. Ada 1. Ada 2. Tidak ada 1. Ada 2. Tidak ada 1. Ada 2. Tidak ada 1. Ada 2. Tidak ada 1. Tidak Menggunakan 2. Menggunakan
8
Kebiasaan keluar malam
1. Keluar malam 2. Tidak Keluar malam
9
Kebiasaan mobilitas
1. Tinggi 2. Rendah
1 2 3 4 5 6 7
Kategori
Sumber Data Primer (diolah, 2014)
Topografi
P
Kesimpulan
Dataran Rendah Dataran Tinggi Dataran Rendah Dataran Tinggi Dataran Rendah Dataran Tinggi Dataran Rendah Dataran Tinggi
0,060 0,086 1,000 0,003 0,000 0,064 0,000 0,614
Tidak bermakna Tidak bermakna Tidak bermakna Bermakna Bermakna Tidak bermakna Bermakna Tidak bermakna
Dataran Rendah Dataran Tinggi Dataran Rendah Dataran Tinggi
0,045 0,022 0,000 1,000
Bermakna Bermakna Bermakna Tidak bermakna
Dataran Rendah
0,001
Bermakna
Dataran Tinggi
0,014
Bermakna
Dataran Rendah
0,020
Bermakna
Dataran Tinggi
0,293
Tidak Bermakna
Dataran Rendah
0,000
Bermakna
Dataran Tinggi
0,000
Bermakna
Tabel 5. Hasil Uji Regresi Logistik Faktor Lingkungan dan Perilaku
Variabel
B
Wald
Nilai p
Exp(B)
95.0%C.I.for Exp(B) Lower
Upper
A.Faktor Lingkungan 1. Dataran Rendah Jenis Ventilasi
2,675
3,175
0,075
14,518
0,765
275,346
Keberadaan Genangan
-2,394
8,214
0,004
0,091
0,018
0,469
Keberadaan Sungai
-3,986
30,315
0,000
0,019
0,004
0,077
Keberadaan Kandang
-1,559
3,112
0,078
0,210
0,037
1,189
Keberadaan Sawah
0,21
0,384
-2,406
10,600
0,001
0,090
Konstanta
5,280
17,779
0,000
196,399
2. Dataran Tinggi Jenis Dinding
0.853
5.572
0.018
2.347
1,156
4,767
Keberadaan Plafon
1.134
9.243
0.002
3.109
1,496
6,459
Keberadaan Genangan
1.045
4.668
0.031
2.842
1,102
7.331
Keberadaan Vegetasi
2.783
6.289
0.012
16.168
1,837
142.337
Konstanta
-1.39
19.119
0
0.249
1.847
9.969
0.002
6.34
2,015
19,951
1.287
7.27
0.007
3.622
1,421
9,234
1,990
9,359
B.Faktor Perilaku 1. Dataran Rendah Penggunaan Kelambu KebiasaanTutup pintu & jendela Mobilitas penduduk Konstanta 2. Dataran Tinggi Penggunaan Kelambu KebiasaanTutup pintu & jendela Mobilitas penduduk Konstanta
1.462
13.705
0
4.315
-4.024
31.886
0
0.018
1.847
9.969
0.002
6.34
2,015
19,951
1.287
7.27
0.007
3.622
1,421
9,234
1.462
13.705
0
4.315
1,990
9,359
-4.024
31.886
0
0.018