HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI PENGAJARAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SANANWETAN KOTA BLITAR THE CORRELATION BETWEEN TEACHING SUPERVISION AND WORK MOTIVATION WITH TEACHER COMPETENCIES AT PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL, SANANWETAN SUBDISTRICT CITY OF BLITAR Titin Wahyu Triningtyas Ahmad Yusuf Sobri Ahmad Nurabadi Email:
[email protected] Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145 Abstract: Research objectives of this study are to find out the correlation between teaching supervision and work motivation with teacher competencies at public elementary school, Sananwetan Subdistrict City of Blitar. The research methodology applied in this study is quantitative approach, i.e. correlational, descriptive research, and the sample are 147 teacher at public elementary school, Sananwetan Subdistrict City of Blitar as respondents. The data is analyzed by multiple correlation. The following are some research finding there is correlation between teaching supervision and work motivation with teacher competencies at public elementary school, Sananwetan Subdistrict City of Blitar. Keywords: teaching supervision, work motivation, teacher competencies Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara supervisi pengajaran dan motivasi kerja dengan kompetensi guru di SD Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu deskriptif korelasional, dengan sampel sebanyak 147 guru SD Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar sebagai responden. Data tersebut dianalisis dengan teknik korelasi ganda (multiple correlation). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara supervisi pengajaran dan motivasi kerja dengan kompetensi guru di SD Negeri SeKecamatan Sananwetan Kota Blitar. Kata kunci: supervisi pengajaran, motivasi kerja, kompetensi guru
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting, karena melalui pendidikan seseorang dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap untuk bekerja secara produktif. Proses pendidikan dikatakan berkualitas jika orang-orang yang mengelola pendidikan juga berkualitas. Kepala sekolah yang baik akan meningkatkan kualitas pendidikan dan mengembangkan apa yang perlu dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai suatu sekolah.
1
2
Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia yang ada di sekolah, terutama meningkatkan kemampuan guru untuk lebih memiliki rasa semangat dan lebih profesional dalam mengajar. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan, bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Upaya yang dilakukan seorang pemimpin dalam menunjang dalam menyelenggarakan pendidikan secara efektif dapat melalui kegiatan yang di dalamnya mencakup pembinaan dan pengembangan dengan melaksanakan supervisi. Sesuai dengan pernyataan Mukhtar dan Iskandar (2009:40) “secara umum istilah supervisi berarti mengamati, mengawasi, atau membimbing dan menstimulir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh orang lain dengan maksud untuk mengadakan perbaikan”. Purwanto (2012:76) supervisi adalah “segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah yang lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan”. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi merupakan tanggungjawab yang dimiliki kepala sekolah dalam kegiatan pembinaan yang mengarah pada kemampuan guru jika memiliki kesulitan atau permasalahan sehingga guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara optimal. Hal ini, perlu adanya pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kepada guru agar dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mengajarnya. Daresh (dalam Fathurrohman dan Suryana, 2011:30) mengemukakan, supervisi pengajaran adalah “upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran”. Supervisi pengajaran adalah bantuan profesional yang diberikan oleh seseorang (supervisor) kepada guru dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalnya, terutama kemampuan mengajar (Imron, 2007:55). Jadi, supervisi pengajaran adalah upaya membantu guru dalam rangka meningkatkan kemampuannya untuk mencapai tujuan mengajar. Kegiatan supervisi pengajaran dilakukan oleh kepala sekolah untuk membantu guru dalam menghadapi
3
hambatan guru dalam mengajar. Selanjutnya, kepala sekolah memberikan solusi dalam permasalahan tersebut. Guru mencatat solusi-solusi yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru memotivasi dirinya sendiri untuk menerapkan solusi tersebut. Handoko (2011:251) mengemukakan, bahwa “motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia”. Robbin (dalam Winardi, 2002:78) mendefinisikan “motivasi sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan untuk memenuhi suatu kebutuhan individual”. Motivasi dalam penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kegiatan seseorang untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi sehingga dapat mencapai tujuan organisasi dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Jika guru tersebut mampu menyelesaikan kendala yang dihadapi maka guru dapat dikatakan kompeten. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spriritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesional (Mulyasa, 2007:26). Dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah guru yang berkompeten dalam menjalankan profesinya. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa tingkat supervisi pengajaran dan motivasi kerja berkaitan dengan kompetensi guru. Supervisi pengajaran sangat penting untuk keberhasilan tujuan mengajar. Peneliti mengadakan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, untuk mengetahui lebih lanjut tentang hubungan tingkat supervisi pengajaran dan motivasi kerja dengan kompetensi guru dalam rangka peningkatan supervisi pengajaran untuk mencapai tujuan mengajar.
4
METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu menggunakan deskriptif korelasional. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui mengenai suatu keadaan berupa keadaan apa, bagaimana, berapa banyak, dan sejauh mana keadaan itu. Penelitian deskriptif ini dalam hal ini untuk mendeskripsikan tingkat kecukupan dan pemanfaatan supervisi pengajaran yang diterima, motivasi kerja, dan kompetensi guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Setelah tingkat kecukupan supervisi pengajaran, motivasi kerja, dan kompetensi guru dideskripsikan, langkah berikutnya ketiga variabel dikorelasikan. Populasi penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar berjumlah 233 orang. Peneliti menggunakan angket tertutup karena jenis ini memberikan kemudahan kepada responden untuk menjawab dengan cepat dan memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data setelah seluruh angket terkumpul. Uji coba intrumen penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam penelitian kuantitatif karena kualitas data yang diperoleh dalam banyak hal ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan. Jika instrumen yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan, data yang diperoleh juga dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti melakukan uji coba penelitian kepada 40 orang responden yang dimiliki karakteristik yang sama dengan calon responden yang diperoleh dari uji coba instrumen selanjutnya peneliti uji dengan persyaratan kualifikasi yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket atau kuesioner. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dimana responden mengisi angket sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan. Teknik analisis data ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi berganda. Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
5
HASIL Supervisi Pengajaran Data tentang supervisi pengajaran diperoleh melalui angket tertutup dengan 21 butir soal yang diberikan pada guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 147 guru. Berdasarkan perhitungan untuk tingkat supervisi pengajaran guru SD diperoleh skor minimum = 50 dan maxsimum = 84. Dengan demikian dapat diketahui bahwa panjang interval dari nilai maxsimum dikurangi nilai minimum (84-50) dibagi banyaknya kelas interval (3) yang hasilnya 11. Secara rinci distribusi tingkat frekuensi supervisi pengajaran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Supervisi Pengajaran No Interval Kategori Frekuensi >72 Tinggi 59 1 61 – 71 Sedang 70 2 50 – 60 Rendah 18 3 147 Jumlah
Persentase 40,14% 47,62% 12,24% 100%
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 147 responden, sebanyak 59 responden atau 40,14% menyatakan bahwa tingkat supervisi pengajaran berada pada tingkat tinggi, sebanyak 70 responden atau 47,62% menyatakan bahwa tingkat supervisi pengajaran berada pada tingkat sedang, dan sebanyak 18 responden atau 12,24% menyatakan bahwa tingkat supervisi pengajaran berada pada tingkat rendah. Berdasarkan paparan data distribusi frekuensi supervisi pengajaran dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat supervisi pengajaran pada guru Sekolah Dasar Negeri SeKecamatan Sananwetan Kota Blitar berada pada tingkat “Sedang” sebanyak 70 responden atau 47,62%. Berikut diagram persentase supervisi pengajaran pada Gambar 1.
6
Persentase Supervisi Pengajaran 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Persentase
Tinggi 40,14%
Sedang 47,62%
Rendah 12,24%
Gambar 1 Diagram Persentase Variabel Seupervisi Pengajaran Sekolah Dasar Negeri SeKecamatan Sananwetan Kota Blitar
Motivasi Kerja Data tentang motivasi kerja diperoleh melalui angket tertutup dengan 17 butir soal yang diberikan pada guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 147 guru. Berdasarkan perhitungan untuk tingkat motivasi kerja pada guru Sekolah Dasar Negeri SeKecamatan Sananwetan Kota Blitar diperoleh skor minimum = 44 dan miximum = 68. Dengan demikian dapat diketahui bahwa panjang kelas interval dari nilai maximum dikurangi nilai minimum (68-44) dibagi banyak kelas interval (3) yang hasilnya adalah 8. Secara rinci distribusi tingkat frekuensi motivasi kerja dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja No Interval Kategori >60 Tinggi 1 52 – 59 Sedang 2 44 – 51 Rendah 3 Jumlah
Frekuensi 62 64 21 147
Persentase 42,18% 43,54% 14,29% 100%
7
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 147 responden, sebanyak 62 responden atau 42,18% menyatakan bahwa tingkat motivasi kerja berada pada tingkat tinggi, sebanyak 64 responden atau 43,54% menyatakan bahwa tingkat motivasi kerja berada pada tingkat sedang, dan sebanyak 21 responden atau 14,29% menyatakan bahwa tingkat motivasi kerja berada pada tingkat rendah. Berdasarkan paparan data distribusi frekuensi motivasi kerja dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat motivasi kerja pada guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar berada pada tingkat “Sedang” sebanyak 64 responden atau 43,54%. Berikut diagram persentase motivasi kerja pada Gambar 2.
Persentase Motivasi Kerja 50,00% 45,00% 40,00% 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% Persentase
Tinggi 42,18%
Sedang 43,54%
Rendah 14,29%
Gambar 2 Diagram Persentase Variabel Motivasi Kerja Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar
Kompetensi Guru Data tentang kinerja guru diperoleh melalui angket tertutup dengan 32 butir soal yang diberikan pada guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 147 guru. Berdasarkan perhitungan untuk tingkat kompetensi guru pada guru Sekolah Dasar Negeri SeKecamatan Sananwetan Kota Blitar, diperoleh skor minimum = 88 dan miximum = 128. Dengan demikian dapat diketahui bahwa panjang kelas interval dari nilai
8
maximum dikurangi nilai minimum (128-88) dibagi banyaknya kelas interval (3) yang hasilnya adalah 13,3 dibulatkan menjadi 13. Secara rinci distribusi tingkat frekuensi kompetensi guru dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kompetensi Guru No Interval Kategori Frekuensi >114 Tinggi 81 1 101 – 113 Sedang 42 2 88 – 100 Rendah 24 3 147 Jumlah
Persentase 55,10% 28,57% 16,33% 100%
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 147 responden, sebanyak 81 responden atau 55,10% menyatakan bahwa tingkat kinerja guru berada pada tingkat tinggi, sebanyak 42 responden atau 28,57% menyatakan bahwa tingkat kompetensi guru berada pada tingkat sedang, dan sebanyak 24 responden atau 16,33% menyatakan bahwa tingkat kompetensi guru berada pada tingkat rendah. Berdasarkan paparan data distribusi frekuensi kompetensi guru dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kompetensi guru pada guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar berada pada tingkat “Tinggi” sebanyak 81 respinden atau 55,10%. Berikut diagram persentase kompetensi guru pada Gambar 3.
Persentase Kompetensi Guru 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Persentase
Tinggi 55,10%
Sedang 28,57%
Rendah 16,33%
Gambar 3 Diagram Persentase Variabel Kompetensi Guru Sekolah Dasar Negeri SeKecamatan Sananwetan Kota Blitar
9
Analisis Korelasi Ganda (Multiple Correlation) Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai Fhitung dengan ≥ Ftabel atau nilai signifikansi F ≤ 0,05 maka hipotesis nol (H0) akan ditolak dan hipotesis alernatif (H1) diterima. nilai Fhitung sebesar 179,571 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai Fhitung (179,571) Ftabel (3,06) dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,05. Disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara supervisi pengajaran dan motivasi kerja dengan kompetensi guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Berdasarkan Tabel “Coefficients” pada kolom “Unstandardized Coefficients” bagian B dapat diketahui besar konstribusi dari masing-masing variavel. Pada Tabel “Model Summary” diperoleh hasil perhitungan koefisien determinan (r2). Nilai R sebesar 0,845 menunjukkan bahwa hubungan X1 dan X2 terhadap Y sebesar 84,5 %. Sedangkan, diperoleh R Square sebesar 0,710. Dapat disimpulkan bahwa variabel X1 dan X2 berpengaruh sebesar 71,4% terhadap Y, sedangkan 28,6% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
PEMBAHASAN Kompetensi Guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar Guru adalah seorang pendidik yang mempunyai tugas penting dalam pelaksanaan pendidikan. Guru harus memegang peran dan tanggungjawab dalam mengajar, sehingga dalam penyampaian materi dapat diterima peserta didik dengan baik. Guru yang berkompeten adalah guru yang mampu melaksanakan tugasnya secara tangggungjawab. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spriritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesional (Mulyasa, 2007:26).
10
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar berada dalam kategori tinggi, yaitu 55,10%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar telah memiliki kompetensi yang cukup baik dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik adalah mereka yang cukup kompeten dalam kemampuan dan penguasaan yang terkait mengajar. Hal ini sependapat dengan Khofiatun, Akbar, dan Ramli (2016:987) bahwa tuntutan memiliki kompetensi yang bagus mendorong guru untuk memperoleh informasi yang dapat memperkaya kemampuan agar tidak mengalami ketinggalan.
Supervisi Pengajaran di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar Supervisi pengajaran adalah kegiatan kepala sekolah sebagai supervisor di lembaga pendidikan dan upaya membantu guru dalam memperbaiki dan pengembangan kualitas guru dalam mengajar. Supervisi pengajaran ini menitikberatkan pemberian bantuan pada saat guru yang mengalami kesulitan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran, agar proses belajar-mengajar yang dapat berjalan dengan optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat supervisi pengajaran kepada guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar berada dalam kategori sedang, yaitu 47,62%. Berdasarkan analisis data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi pengajaran kepada guru dengan cukup baik. Untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi pengajaran kepada guru agar maksimal dengan cara kepala sekolah memberikan bantuan kepada guru dalam mewujudkan layanan profesional untuk meningkatkan kemampuan mengajar, sehingga ketika kepala sekolah melaksanakan supervisi pengajaran berada dalam kategori tinggi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Imron (2007:55) “supervisi pengajaran adalah bantuan profesional yang diberikan oleh seseorang (supervisor) kepada guru dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalnya, terutama kemampuan mengajar”.
11
Motivasi Kerja di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar Motivasi kerja merupakan sebagai pendorong bagi diri guru untuk menggerakkan dan membangun semangat dalam melakukan pekerjaannya dengan baik agar dapat mencapai tujuan organisasi secara optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat motivasi kerja berada dalam kategori sedang, yaitu 43,54%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar telah memiliki motivasi kerja yang cukup baik dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang mempunyai dorongan dan semangat dalam melakukan tugasnya adalah mereka yang termotivasi dalam melaksanakan tugas yang terkait mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Stoke (dalam Kadarisman, 2012:278) “motivasi kerja adalah sebagai pendorong bagi seseorang untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, juga merupakan faktor yang membuat perbedaan antara sukses dan gagalnya dalam banyak hal dan merupakan tenaga emosional yang sangat penting untuk suatu pekerjaan”.
Hubungan antara Supervisi Pengajaran dengan Kompetensi Guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar Supervisi pengajaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan kepala sekolah untuk membantu guru dalam memperbaiki dan pengembangan kemampuannya untuk mencapai tujuan mengajar. Supervisi pengajaran dengan kompetensi guru merupakan hal yang terpenting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa guru yang masih belum menguasai hal-hal yang terkait dengan tugasyang diampu. Kemampuan guru dapat diukur salah satunya melalui kompetensi guru. Sesuai dengan pendapat Imron (2007:55) yang mengemukakan bahwa supervisi pengajaran adalah “bantuan profesional yang diberikan oleh seseorang (supervisor) kepada guru dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalnya, terutama kemampuan mengajar”.
12
Kompetensi merupakan hal yang menggambarkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang secara khusus yang diperoleh guru. Kompetensi guru juga merupakan kemampuan yang dimiliki guru baik berupa pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang digunakan tugas keprofesionalan. Selain itu, kompetensi guru merupakan salah satu untuk mengukur kemampuan guru. Guru yang berkompeten adalah guru yang dapat menjalankan tugasnya dengan menerapkan empat kompetensi yang ada. Sejalan dengan pendapat Murban (2015:48) mengungkapkan bahwa “kompetensi guru diartikan dengan penguasaan terhadap suatu tugas (mengajar dan mendidik), keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan yang dilakukannya”. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama mengatakan, terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi pengajaran dengan kompetensi guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Hasil analisis korelasi product moment pearson dengan menggunakan SPSS for windows versi 21.0 menunjukkan, bahwa rhitung sebesar 0,678 dan nilai signifikansi 0,000. Skor rhitung > rtabel (0,678 > 0,162) dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara tingkat supervisi pengajaran dengan kompetensi guru di Sekolah Dasar Negeri SeKecamatan Sananwetan Kota Blitar.
Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Kompetensi Guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar Besar ataupun kecilnya pengaruh motivasi kerja sesorang tergantung banyaknya motivasi yang diberikan. selanjutnya dalam bidang pendidikan disebutkan motivasi kerja guru adalah suatu proses kegiatan menggerakkan guru agar dapat diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Sejalan dengan pendapat McCormick (dalam Mangkunegara, 2009:94) “motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja”. Fungsi motivasi sendiri sangat penting bagi guru untuk melaksanakna tugasnya. Guru yang mempunyai dorongan yang besar
13
akan mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai tujuan dalam mengajar. Kemampuan guru dapat diukur memalui kompetensi guru. Sesuai dengan pendapat Sunarsih, dkk (2006:166) mengemukakan bahwa “pemberian motivasi merupakan salah satu fungsi dalam manajemen yang perannya cukup besar dalam mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat”. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama mengatakan, terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi pengajaran dengan kompetensi guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Hasil analisis korelasi product moment pearson dengan menggunakan SPSS for windows versi 21.0 menunjukkan, bahwa rhitung sebesar 0,833 dan nilai signifikansi 0,000. Skor rhitung > rtabel (0,833 > 0,162) dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara tingkat supervisi pengajaran dengan kompetensi guru di Sekolah Dasar Negeri SeKecamatan Sananwetan Kota Blitar.
Hubungan antara Supervisi dan Motivasi Kerja dengan Kompetensi Guru di SD Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang dilakukan kepala sekolah untuk membantu guru mengatasi kesulitan yang dihadapi pada saat melaksanakan tugasnya. Supervisi pengajaran juga merupakan kegiatan membantu guru memperbaiki dan mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Glickman (Fathurrohman dan Suryana 2011:30) mendefinisikan“supervisi pengajaran adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran”. Motivasi kerja merupakan sebagai pendorong bagi diri guru untuk menggerakan dan membangun semangat dalam melakukan pekerjaannya dengan baik agar dapat mencapai tujuan organisasi secara optimal. Motivasi juga merupakan faktor yang membuat pembeda sukses dan gagal dalam bekerja dan sebagai tenaga emosional yang penting untuk suatu pekerjaan. Sejalan dengan pendapat yang
14
dikemukakan Stoke (dalam Kadarisman, 2012:278) “motivasi kerja adalah sebagai pendorong bagi seseorang untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, juga merupakan faktor yang membuat perbedaan antara sukses dan gagalnya dalam banyak hal dan merupakan tenaga emosional yang sangat penting untuk suatu pekerjaan”. Kompetensi guru merupakan kemampuan yang dimiliki guru baik berupa pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang digunakan tugas keprofesionalan. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Murban (2015:48) mengungkapkan bahwa “kompetensi guru diartikan dengan penguasaan terhadap suatu tugas (mengajar dan mendidik), keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan yang dilakukannya”. Berdasarkan hasil pengujian nilai Fhitung sebesar 179,571 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai Fhitung (179,571) Ftabel (3,06) dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,05. Disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada hubungan antara supervisi pengajaran dan motivasi kerja dengan kompetensi guru di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Hasil perhitungan koefisien determinan (r2). Nilai R sebesar 0,845 menunjukkan bahwa hubungan X1 dan X2 terhadap Y sebesar 84,5 %. Sedangkan, diperoleh R Square sebesar 0,710. Disimpulkan bahwa variabel X1 dan X2 berpengaruh sebesar 71,4% terhadap Y, sedangkan 28,6% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat kompetensi guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar berada dalam kategori tinggi. Tingkat supervisi pengajaran guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar berada dalam kategori sedang. Tingkat motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar berada dalam kategori sedang. Ada hubungan yang signifikan antara supervisi pengajaran dengan kompetensi guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
15
Sananwetan Kota Blitar. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kompetensi guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Ada hubungan yang signifikan antara supervisi pengajaran dan motivasi kerja berpengaruh secara signifikansi dengan kompetensi guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar.
Saran Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, agar lebih memperhatikan dalam mengadakan program-program yang berkaitan dengan supervisi pengajaran. Kepala Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, agar selalu memperhatikan dalam melaksanakan supervisi pengajaran. Guru Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Sananwetan Kota Blitar, agar kooperatif dalam melaksanakan supervisi pengajaran. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan, agar untuk menambah referensi dan memperkaya ilmu pengetahuan yang relevan guna meningkatkan kualitas perkuliahan, khususnya di bidang supervisi pengajaran karena terkait dengan motivasi kerja dan kompetensi kerja. Peneliti lain, apabila ingin melakukan penelitian yang sejenis sebaiknya dikembangkan pada subjek yang lebih operasional misalnya di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau menggunakan pendekatan kualikatif.
DAFTAR RUJUKAN Fathurrohman, P. & Suryana, A. 2011. Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Handoko, T. H. 2011. Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE. Imron, A. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep, Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan Profesional. Dalam A. Imron, Burhanuddin, Maisyaroh (Ed.), Perilaku Directive Supervisi Pengajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Kadarisman, M. S. P. 2012. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
16
Khofiatun, Akbar, S., & Ramli, M. 2016. Peran Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, (Online), 1 (5): 984-988, (http://www.portalgaruda.org/article), diakses 3 Juli 2017. Mangkunegara, A. P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mukhtar & Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada. Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Murban, F. N. 2015. Kompetensi Guru dalam Peningkatan Prestasi Belajar pada SMP Negeri dalam Kota Banda Aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan, (Online), 3 (1): 45-67, (http://www.portalgaruda.org/article), diakses 3 Juli 2017. Purwanto, N. 2012. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sunarsih, N., Kusmintardjo, & Benty, D. D. N. 2006. Hubungan Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja dengan Kinerja Pegawai. Jurnal Manajemen Pendidikan, 19 (2):161-170. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 2012. Bandung: Citra Umbara. Winardi, 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.