Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Volume 1, Nomor 1, Hal 22-29 Agustus 2016
Hasil Belajar Siswa pada Materi Segiempat melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) di Kelas VII SMP Negeri 18 Banda Aceh Sofia Ningsih*, M. Hasbi, Cut Morina Zubainur Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah *E-Mail:
[email protected] Abstrak Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika yaitu kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru dan kondisi masyarakat.Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam menghitung.Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti buruk terhadap matematika sehingga minat dan hasil belajar siswa menjadi rendah.Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajarsiswa di kelas VII SMP Negeri 18 Banda Aceh melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi segiempat. Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan jenis penelitian Pre Experimental Design. Desain yang digunakan adalahOne Group Pretest-Postest Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswakelas VII SMP Negeri18 Banda Aceh, sedangkan sampelnya seluruh siswakelas VII1 dengan banyak siswa 26 siswa. Teknik pengumpulan data digunakan dengan tes hasil belajar yang dilakukan diawal pembelajaran (pretest) dan diakhir pembelajaran (protest). Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan uji t berpasangan pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 25. Dari perhitungan tersebut thitung>ttabel (4,78> 2,06). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP kelas VII SMP 18 Banda Aceh. Kata kunci: model pembelajaran TPS, Hasil Belajar, materi Segiempat
PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu cabang ilmu yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif dalam memicu ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu juga matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk ilmu lain, terutama sains dan tekhnologi. Sehingga matematika menjadi sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, para siswa dituntut untuk dapat menguasai matematika. Matematika muncul dari hasil pemikiran dan kreatifitas 22
23
Sofia Ningsih, dkk.
yang tinggi, dalam mempelajari matematika siswa diminta untuk memiliki keterampilan dan kemampuan kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Hudojo (1998 : 2) “dalam perkembangan peradaban modern, matematika memegang peranan penting, karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan menjadi sangat sempurna”. Matematika juga dapat membentuk kemampuan berfikir siswa menjadi manusia yang berfikir logis, kritis, kreatif, rasional serta dinamis sehingga mampu membentuk ide-ide baru yang berguna bagi perbaikan hidup manusia. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika yaitu pembelajaran matematika bagi kebanyakan pelajar tidaklah mudah. Marianti (2014 : 4) pada umumnya siswa hanya sebatas mengikuti pelajaran dan sangat jarang untuk mempraktekkan maupun mengaplikasikan materi dan pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dalam kesehariannya, hal ini menimbulkan beberapa permasalahan yang akhirnya menjadi kendala dalam kegiatan pembelajaran. Berbagai kendala tersebut diantaranya adalah kurangnya minat belajar peserta didik untuk mengikuti pelajaran. Ruseffendi (dalam Susanto, 2013: 14) mengatakan bahwa“Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru dan kondisi masyarakat”. Pembelajaran
kooperatif(cooperative
learning)
merupakan
strategi
pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003: 5).Model pembelajaran kooperatif akan membantu siswa untuk aktif dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Sebab keberadaan siswa itu sendiri akan terlihat aktif melalui aktivitas yang dimunculkannya. Siswa akan banyak melakukan aktivitas baik fisik maupun mental dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Think Pair Share (TPS). TPS adalah suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan lebih banyak waktu
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
24
Hasil Belajar Siswa pada Materi Segiempat ...
untuk siswa berfikir (think) secara individu, kemudian secara berpasangan (pair), dan berbagi (share) dengan seluruh siswa dalm kelas. Trianto (2011:81) mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siwa, ini suatu cara yang efektif untuk membantu variasi suasana pola diskusi kelas secara berpasangan. Diharapkan dengan belajar dalam kelompok kecil ini siswa dapat berbagi tanggung jawabnya lebih merata dalam proses belajar dibandingkan dengan kelompok belajar biasa yang terdiri dari 4-5 orang. Hal ini dapat memungkinkan siswa lebih serius dan mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Bangun segi empat merupakan salah satu pokok pembahasan dalam mata pelajaran matematika yang diajarkan pada siswa sekolah menengah pertama (SMP) tepatnya kelas VII semester II dalam Kurikulum 2013. Menurut guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 18 Banda Aceh dilihat dari hasil ulangan harian untuk materi bangun segiempat dalam mengenal sifat-sifat, keliling, dan luas dikelas VII banyak yang dibawah nilai KKM yang telah ditetapkan dan untuk mencukupinya maka guru sering mengadakan remedial agar bisa mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan. Menurut guru tersebut faktor penyebabnya dikarenakan sebagian siswa belum menangkap konsep dari bangun segiempat khususnya jajargenjang dan layang-layang sehingga banyak siswa nampak kebingungan dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam bangun segiempat walaupun ada sebagian siswa yang telah mengerti.
METODE PENELITIAN Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model TPS. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang perhitungannya menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta pengumpulan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12). Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan Pre Eksperimental. Menurut Sugiono (2012:111) “Pre Experimental design
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
25
Sofia Ningsih, dkk.
adalah desain penelitian eksperimen yang terdapat variabel luar ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen, hal ini karena tidak ada variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random”. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental dengan jenis One Group Pretest-Posttest Design (Sugiono, 2012:112), dapat digambarkan sebagai berikut: O1
X
O2
Keterangan: X : Perlakuan yang diberikan, menggunakan model TPSpadamaterisegiempat O1 : Hasil observasi sebelumtreatment O2 : Hasil observasi sesudahtreatment
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa pada suatu kelas. Adapun persiapan penelitian yang dilaksanakan adalah menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS yang disusun untuk tiga kali pertemuan dan menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang penulis kumpulkan dalam penelitian ini berasal dari nilai tes awal (Pre-Test) dan tes akhir (Post-Test) pada materi segiempat. Soal tes dibuat dalam bentuk essay dan berjumlah lima berdasarkan indikator materi jajargenjang, trapesium dan belahketupat. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tes ialah selama 45 menit di awal dan akhir pertemuan. Adapun skor yang diperoleh dari hasil tes hasil belajar siswa SMP Negeri 18 Banda Aceh di kelas VII1, seperti dalam tabel 4.1. Nilai rata-rata postest 49,62 dan pretest 21,73 artinya rata-rata nilai setelah diberi perlakuan (postest) lebih besar dari nilai sebelum diberi perlakuan (pretest).
No 1
Tabel 4.1 Nilai Pretestdan Postest Pengaruh Pre Post Nama perlakuan (O1) (O2) (O2–O1) A 25 25 0
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
26
Hasil Belajar Siswa pada Materi Segiempat ...
No
Nama
Pre (O1)
Post (O2)
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
AK AQ AR AM FS FP HH KA MR MRK M MS MA MF MP MD N ND QM RG SD SA SM TI R
50 20 10 5 50 50 95 5 18 5 8 10 10 10 5 5 8 8 95 8 5 10 25 20 5
50 65 75 25 100 75 75 65 25 25 75 35 75 25 50 10 10 65 75 100 35 5 25 75 25
Pengaruh perlakuan (O2–O1) 0 45 65 20 50 25 -20 60 7 20 67 25 65 15 45 5 2 57 -20 92 30 -5 0 55 20
Hipotesis H0 : kedua rata-rata adalah sama (rata-rata pre-test dan post-test sama) H1 : kedua rata-rata adalah tidak sama (rata-rata pre-test dan post-test tidak sama)
Pengambilan Keputusan Berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel, Statistik hitung > statistik tabel, maka H0 ditolak Statistik hitung <statistik tabel, maka H0 diterima
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
Sofia Ningsih, dkk.
27
Hasil uji thitung adalah 4,783 sedangkan, statistik ttabel sebesar 2,06 dengan tingkat signifikan adalah 0,05 atau tingakt kepercayaan 0,95. Derajat kebebasan n1= 26 – 1 = 25 Keputusan Oleh karena t hitung terletak pada daerah tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa pretest dan posttest adalah tidak sama. Atau berbeda secara nyata, yang berarti bahwa penerapan model pembelajaran TPS yang dilakukan berhasil secara signifikan. Berdasarkan perbandingan nilai probabilitas (sig) Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas (sig)< 0,05 maka H0 ditolak
Keputusan Terlihat bahwa thitung adalah 4,783 dengan nilai probabilitas 0,00. Oleh karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti pre-test dan post-test adalah tidak sama atau berbeda nyata. Dalam output juga disertakan perbedaan sebesar 27,88 yaitu selisih rata-rata pretest dan post-test.
PEMBAHASAN Hasil hasil belajar siswa di kelas VII1 SMP Negeri 18 Banda Aceh pada materi segiempat dengan menerapkan Model Kooperatif tipe TPS adalah meningkat. Data penelitian berupa skor pretes, skor postest, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi segiempat di kelas VII SMP Negeri 18 Banda Aceh. Hal ini sejalan dengan Bariroh dkk (2013) bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII MTS Negeri Ngronggot Nganjuk. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe TPS juga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Nisa dkk (2014) yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari pada hasil belajar siswa
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
28
Hasil Belajar Siswa pada Materi Segiempat ...
matematika yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini juga sesuai dengan Mufidah dkk (2013) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sesuai yang diharapkan. Walaupun pembelajaran dengan model TPS lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, tetapi juga terdapat beberapa kendala dalam mengajarkan siswa menggunakan model pembelajaran TPS, diantaranya faktor dari dalam diri siswa yaitu kurangnya motivasi belajar matematika dan sifat ketergantungan terhadap siswa yang lebih pintar dan juga konsep matematika siswa yang rendah menyebabkan siswa kurang dapat memahami soal-soal matematika yang disajikan dalam bentuk permasalahan yang dialami dalam kehidupan seharihari. Hal ini penulis temukan pada waktu penelitian, dimana pada setiap kelas ada terdapat beberapa siswa yang memiliki kemampuan matematika yang sangat rendah, soal-soal dasar matematika saja masih susah diselesaikan, sehingga model pembelajaran yang diterapkan belum tentu dapat memberi hasil maksimal. Selain itu, kebiasaan siswa selalu mengerjakan soal-soal rutin juga membuat siswa sedikit susah memahami soal-soal yang mengandung permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sudah terbiasa dengan hanya mensubstitusikan unsur-unsur yang diketahui dalam rumus yang telah diberikan. Siswa merasa malas jika harus menelaah dan berpikir serta mengembangkan sendiri pengetahuan yang telah dimiliki dalam menyelesaikan suatu soal yang tidak rutin atau soal yang mengandung permasalahan yang membuat mereka harus mencari sendiri pemecahan masalah dalam soal tersebut.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan, Penerapan model TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP kelas VII SMP 18 Banda Aceh.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Yogyakarta:Rineka Cipta.
Penelitian
Suatu Pendekatan
Praktik.
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016
29
Sofia Ningsih, dkk.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Matematika SMP. Jakarta: Pusat Kurikulum. Hudojo, Herman. 1998. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. Marianti, Oktri. 2014. Identifikasi Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar Siswa Kelas IV dan V di SD Negeri 13/1 Rengas Condong Kabupaten Batang Hari. Artikel Ilmiah Universitas Jambi. http://e-campus.fkip.unja.ac.id/skripsi/data/pdf/jurnal_mhs/artikel/A1D1091 Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Yogyakarta:Rineka Cipta.
Penelitian
Suatu Pendekatan
Praktik.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran. Inofatif-Progresif. Jakarta: Predana Mediana Group
JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016