1
HABITAT DAN RELUNG EKOLOGI VEGETASI TINGKAT POHOH DI KAWASAN HUTAN GUNUNG DAMAR SUB DAS BIYONGA KABUPATEN GORONTALO Fatma Nurita Lamanaku1., Ramli Utina ., Marini Susanti Hamidun., Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jend. Sudirman No 6 Kota Gorontalo Email:
[email protected]
I)
ABSTRAK Fatma Nurita Lamanaku. 2014. “Habitat dan Relung Ekologi Vegetasi Tingkat Pohon di Kawasan Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo”. Skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Prof. Dr. Ramli Utina, M.Pd dan Pembimbing II Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui habiat dan relung ekologi pada vegetasi tingkat pohon di kawasan Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. Metode pada penelitian ini menggunakan metode garis berpetak dengan petak 20x20m dengan jarak antar petak 100m. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian stasiun I dan III berada pada area hutan produksi terbatas, sedangkan stasiun II dan IV berada pada area hutan peruntukkan perkebunan, hasil penelitian jenis pohon yang ditemukan di hutan Gunung Damar yaitu Pinus merkusii, Ficus benjamina, Swietenia mahagoni, Aleurites moluccana, Palaquium obtusifolium, Elmerrillia ovalis habitat dari vegetasi pohon yang ditemukan di hutan gunung Damar Sub DAS Biyonga hidup pada ketinggian antara 120-159 mdpl, topografi datarberbukit, suhu 29-340C, pH tanah 4,3-5,3, intensitas cahaya 37-45,4 Cd, kelembaban 72-89%, jenis tanah alluvial, dengan tekstur tanah liat-lempung berpasir.Fungsi dari keenam jenis pohon di habitatnya (relung) adalah sebagai tempat menempel bagi tumbuhan liana, lichen dan paku-pakuan, tempat bernaung bagi paku-pakuan, Palem-paleman, Pancang dari beberapa tumbuhan, dan semai dari beberapa tumbuhan, tempat mencari makan bagi semut merah, beberapa jenis serangga dan beberapa jenis burung. Kata kunci : Habitat, Relung, Vegetasi, Pohon
1.
Fatma Nurita Lamanaku Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Prof. Dr. Ramli Utina, M.Pd pembimbing I Dosen Jurusan Pendidkan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo 3. Dr. Marini Susanti Hamidun, M.Si Pembimbing II Dosen Jurusan Pendidkan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. 2.
2
HABITAT DAN RELUNG EKOLOGI VEGETASI TINGKAT POHOH DI KAWASAN HUTAN GUNUNG DAMAR SUB DAS BIYONGA KABUPATEN GORONTALO Fatma Nurita Lamanaku1., Ramli Utina ., Marini Susanti Hamidun., Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jend. Sudirman No 6 Kota Gorontalo Email:
[email protected]
I)
ABSTRACT Fatma Nurita Lamanaku. 2014. " Habitat dan Relung Ekologi Vegetasi Tingkat Pohon di Kawasan Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo ". Skripsi, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Science, State University of Gorontalo. Supervisor I Prof. Dr Ramli Utina, M,Pd and Supervisor II Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Sc. This study aims to determine habiat and ecological niches at the level of tree vegetation in the area of Hutan Gunung Damar subzone Biyonga Gorontalo district. This research was conducted at Hutan Gunung Damar subzone Biyonga Gorontalo district. The method in this research line method terraced with 20x20m plots plots spaced 100m. Data were analyzed by descriptive qualitative. Location research station I and III are in limited production forest area, while the station II and IV are in the forest area designated plantation, the results of tree species found in the Hutan Gunung Damar is Pinus merkusii, Ficus benjamina, Swietenia mahogany, Aleurites moluccana, Palaquium obtusifolium, Elmerrillia ovalis vegetation habitat of trees found in hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga live at an altitude of 120-159 meters above sea level, flat-hilly topography, temperature 29-340C, soil pH from 4.3 to 5.3, the light intensity of 37-45 , 4 Cd, humidity 72-89%, alluvial soil types, with the texture of sandy-rocky clay. The function of the six species in its habitat (niches) is attached to the plant as a liana, lichen and ferns, shelter for ferns, palm’s, Stake of some plants, and seedlings of some plants, foraging for red ants, some insects and some species of birds. Keywords: Habitat, Niches, Vegetation tree level
1.
Fatma Nurita Lamanaku Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Prof. Dr. Ramli Utina, M.Pd pembimbing I Dosen Jurusan Pendidkan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo 3. Dr. Marini Susanti Hamidun, M.Si Pembimbing II Dosen Jurusan Pendidkan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. 2.
3
I.
PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup dalam kehidupannya memiliki tempat hidupnya masing-masing, dimana dalam tempat hidupnya tersebut makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat hidup dari makhluk hidup ini dalam ilmu Ekologi lebih dikenal dengan istilah habitat. Habitat merupakan tempat tinggal suatu organisme untuk melaksanakan kehidupannya, yang terdiri atas makro habitat dan mikro habitat. Makro habitat bersifat global dengan kondisi lingkungan yang bersifat umum dan luas, misalnya gurun pasir, pantai berbatu karang, hutan hujan tropika, dan sebagainya, sebaliknya habitat mikro merupakan habitat lokal dengan kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, misalnya, kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya. Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu padang rumput dapat menggunakan habitat padang rumput, untuk hutan rawa dapat menggunakan habitat hutan rawa, dan lain sebagainya. Dalam hal seperti ini, maka habitat sekelompok organisme mencakup organisme lain yang merupakan komponen lingkungan (komponen lingkungan biotik) dan komponen lingkungan abiotik (Resosoedarmo dkk., 1986 dalam Indriyanto 2006). Dalam habitatnya makhluk hidup memiliki cara hidupnya masing-masing dan memiliki fungsinya sendiri dalam habitatnya. Cara hidup dari makhluk hidup dalam habitatnya dalam ilmu Ekologi dikenal dengan istilah Relung Ekologi atau niche. Dalam satu habitat dapat hidup berbagai jenis makhluk. Jika ada dua hewan misalnya mempunyai relung atau niche yang sama maka akan terjadi persaiangan (Irwan 2010). Salah satu habitat dari mahkluk hidup adalah hutan, yaitu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999). Salah satu komponen dalam hutan yang tidak dapat dipisahkan adalah vegetasi. Vegetasi merupakan kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. (Soerianegara dan Indrawan 1978 dalam Bakri 2009). Salah satu kawasan hutan di provinsi Gorontalo adalah Hutan Gunung Damar sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. Sk. 396 / Menhut-II / 2004, hutan ini merupakan hutan dengan tujuan khusus untuk hutan pendidikan yang dikelola oleh Universitas Gorontalo. Kawasan Hutan Gunung Damar terbagi atas Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Perkebunan. HPT dan Perkebunan merupakan kawasan yang telah dialihfungsikan dari hutan yang ada sebelumnya. Alih fungsi ini turut mempengaruhi kondisi vegatasi yang ada pada kawasan tersebut, terutama vegetasi tingkat pohon. Sesuai dengan fungsinya, HPT diperuntukkan untuk tanaman yang dieksploitasi, sedangkan perkebunan untuk tanaman budidaya. BAPPENAS (2011) mengidentifikasi
4
beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan Hutan Gunung Damar diantaranya Aren (Arenga pinnata), Kemiri (Aleurites moluccana), Melinjo (Gnetum gnemon), Nyatoh (Palaquium sp), dan Rotan (Calamus rotang). II. METODE Penelitian ini adalah penilitian kualitatif yaitu pendekatan yang temuantemuan penelitiannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk perhitungan lainnya, prosedur ini menghasilkan temuan-temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana (Suryana, 2007). III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Jenis Pohon Yang Ditemukan di Kawasan Hutan Gunung Damar Kabupaten Gorontalo Tabel 4.1 : Jenis Pohon Yang Ditemukan di Kawasan Hutan GunungDamar Kabupaten Gorontalo N o 1 2 3 4 5 6
Nama Spesies
Nama Lokal
Pinus merkusii Ficus benjamina Swietenia mahagoni Aleurites moluccana Palaquium obtusifolium Elmerrillia ovalis Jumlah
Pinus Beringin Mahoni Kemiri Nantu Cempaka
Jumlah Individu/Stasiun I II III IV 34 23 18 17 0 14 6 0 0 0 0 15 0 0 13 0 14 0 0 0 0 6 0 0 48 43 37 32
JLH 92 20 15 13 14 6 160
Sumber : Data primer 2014 3.2 Data Parameter Lingkungan Tabel 4.2 : Data Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan pada Kawasan Hutan Gunung Damar Kabupaten Gorontalo No 1 2 3 4 5 6 7 8
Parameter Ketinggian Topografi Suhu pH Intensitas Cahaya Kelembaban Jenis Tanah Tekstur Tanah
I 120 m dpl Datar 340C 5,3 45,4 Cd 72% Aluvial Liat Berpasir
Sumber : Data primer 2014
Stasiun II III 123 m dpl 142 m dpl Landai Berbukit 330C 290C 4,2 4,7 38 Cd 37,5 Cd 79% 80% Aluvial Aluvial Lempung Berpasir Liat Berpasir
IV 159 m dpl Berbukit 280C 4,3 37 Cd 89% Aluvial Lempung Berpasir
5
3.3 Data Hasil Interaksi Vegetasi Tingkat Pohon Kawasan Hutan Gunung Damar dengan Spesies Lain (Relung Ekologi) Tabel 4.3 : Data Hasil Interaksi Vegetasi Tingkat Pohon Kawasan Hutan Gunung Damar dengan Spesies Lain (Relung Ekologi) Jenis Interaksi Stasiun I
Jenis Pohon
Pinus merkusii
Tempat menempel Liana Lichen Lichen Paku-pakuan Lichen
Ficus benjamina
Paku-pakuan
Elmerrillia ovalis
Pinus merkusii
Liana Lichen Lichen Liana Liana Lichen Liana Lichen Lichen
Swietenia mahagoni
Liana
Pinus merkusii Palaquium obtusifolium
II
III
Pinus merkusii Ficus benjamina Aleurites moluccana
IV
Tempat bernaung Paku-pakuan Palem-paleman Paku-pakuan Beberapa semai Paku-pakuan Palem-paleman Beberapa pancang Paku-pakuan Palem-paleman Paku-pakuan Beberapa pancang Paku-pakuan Beberapa semai Beberapa semai Beberapa pancang Paku-pakuan Beberapa semai Paku-pakuan Beberapa semai Beberapa semai Beberapa pancang
Tempat mencari makan Semut Merah -
Serangga Burung Burung Serangga Semut merah Burung -
Sumber: Data primer 2014 3.4 Habitat dari Vegetasi Tingkat Pohon di Kawasan Hutan Gunung Damar Pinus merkusii di temukan pada empat stasiun, dengan jumlah individu sebanyak 92 indidividu. Pinus merkusii hidup pada habitat dengan ketinggian antara 120-159 mdpl, topografi datar-berbukit, suhu 29-340C, pH tanah 4,3-5,3, intensitas cahaya 37-45,4 Cd, kelembaban 72-89%, jenis tanah alluvial, dengan tekstur tanah liat - lempung berpasir. Data ini sesuai dengan data dari Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan Bandung tahun 2001, dimana Pinus merkusii tumbuh pada ke-tinggian 30 - 1.800 m dpl, Pinus merkusii dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dan iklim. Dengan suhu antara 18-300C, kisaran pH tanah adalah 4,5-5,5. Ficus benjamina ditemukan pada stasiun II dan III dengan jumlah individu sebanyak 20 individu. Ficus benjamina hidup pada habitat dengan ketinggian 123-142mdpl, topografi landai-berbukit, suhu 29-33oC, pH tanah 4,2-4,7, kelembaban 79-80%, intensitas cahaya 37,5 cd-38 cd, jenis tanah aluvial dengan tekstur tanah lempung - liat berpasir.
6
Swietenia mahagoni di temukan di stasiun IV dengan jumlah individu sebanyak 15 individu, Swietenia mahagoni tumbuh pada habitat dengan ketinggian 159mdpl, topografi berbukit, suhu 28oC, pH tanah 4,3, intensitas cahaya 37 cd, tipe tanah aluvial dengan tekstur tanah Lempung berpasir. Menurut Khaerudin (1999) dalam Sitepu (2007) Swietenia mahagoni tumbuh pada ketinggian berkisar antara 0-1.000 mdpl. Menurut Soerianegara dan Lemmens (1994) dalam Sitepu (2007) Tanaman mahoni tidak memiliki persyaratan tipe tanah yang spesifik, hal ini dikarenakan mahoni secara alami dapat tumbuh pada tipe tanah alluvial, tanah vulkanik, tanah laterik, dan tanah dengan kandungan liat yang tinggi. Aleurites moluccana ditemukan pada stasiun III dengan jumlah induvidu sejumlah 13 individu, Aleurites moluccana hidup pada habitat dengan ketinggian 142mdpl, topografi berbukit, dengan suhu dan kelembaban 29oC dan 80%, intensitas cahaya 37,5 cd, pH tanah 4,7, jenis tanah aluvial, dan tekstur tanah liat berpasir. Menurut Purba (2011) Aleurites moluccana tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 - 800 m diatas permukaan laut. Aleurites moluccana tumbuh pada suhu 8-30oC, pohon Aleurites moluccana dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk lempung merah, liat berbatu, pasir dan batu kapur, jenis ini bisa tumbuh pada tanah yang agak asam dan sedikit basa dengan pH 4–8 (Krisnawati, dkk 2011). Palaquium obtusifolium ditemukan pada stasiun I dengan jumlah individu sebanyak 14 individu. Palaquium obtusifolium tumbuh pada ketinggian 120mdpl, topografi datar, dengan suhu dan kelembaban 34oC dan 72%, pH tanah 5,3,intensitas cahaya 45,4 cd. dengan jenis tanah alluvial dan tekstur tanah liat berpasir. 3.5 Relung dari Vegetasi Tingkat Pohon di Kawasan Hutan Gunung Damar Penelitian dibagi dalam empat stasiun, pada stasiun I diperoleh data Pinus merkusii memiliki fungsi sebagai tempat menempel bagi tumbuhan Liana dan tumbuhan Lichen. Tempat bernaung dari tumbuhan Paku-pakuan, dan tumbuhan Palem-paleman. Tempat mencari makan bagi Semut Merah. Pada stasiun II Pinus merkusii memiliki fungsi sebagai tempat menempel bagi tumbuhan Lichen. Tempat bernaung dari tumbuhan Paku-paku-pakuan, tumbuhan Palem-paleman, dan pancang dari beberapa tumbuhan. Pada stasiun III Pinus merkusii memiliki fungsi sebagai tempat menempel bagi tumbuhan Liana dan tumbuhan Lichen, Tempat bernaung dari tumbuhan Paku-pakuan, dan semai dari beberapa tumbuhan.. Pada stasiun IV Pinus merkusii memiliki fungsi sebagai tempat menempel bagi tumbuhan Lichen, Tempat bernaung dari tumbuhan Paku-pakuan, dan semai dari beberapa jenis tumbuhan. Tempat mencari makan bagi Semut Merah, dan Burung. Frekuensi pembungaan pada Pinus merkusii terjadi pada bulan maret dan berakhir pada bulan juni. Pinus merkusii memiliki fungsi sebagai tempat menempel tumbuhan Liana dan Lichen jenis, tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan epifit dimana tumbuhan ini hidupnya menempel pada batang tumbuhan lain atau bebatuan. Tumbuhan ini mendapatkan sumber hara dari debu, sampah/detritus, tanah yang di bawa ke atas oleh rayap atau semut,
7
kotoran burung dan lain-lain. Dalam komposisi struktur vegetasi terdapat tajuk berlapis-lapis, lapisan-lapisan ini dibedakan atas lapisan tajuk (kanopi), kanopi merupakan atap hutan yang terdiri dari tumbuhan dengan ketinggian rata-rata lebih dari 30m (Ali 2012), Pinus merkusii merupakan salah satu tumbuhan pembentuk kanopi hutan, sehingga terdapat tumbuhan bawah diantaranya semai, pancang, paku-pakuan, dan juga rumput-rumputan yang bernaung dibawahnya sebagai lapisan bawah dalam komposisi struktur vegetasi, tapi tumbuhan dibawah naungan Pinus merkusii tidak banyak hal ini disebabkan pada serasah daun Pinus merkusii yang terdapat pada tanah mengeluarkan zat allelopati yang menghambat pertumbuhan herba. Pinus merkusii memiliki fungsi sebagai tempat mencari makan bagi hewan lain, berdasarkan hasil penelitian di keempat stasiun, Pinus merkusii merupakan tempat mencari makan bagi Semut Merah dan juga beberapa jenis burung. Selain fungsi diatas Pinus merkusii juga memiliki fungsi sebagai pengendali tanah longsor, Indrajaya dan Hamdayani 2008, mengatakan bahwa Sebagai pohon yang memiliki buah besar, pinus secara genetis memiliki perakaran tunggang yang dalam, sehingga akarnya dapat menembus lapisan yang kuat dan dalam. Ficus benjamina hanya ditemui pada stasiun II dan III, pada stasiun II Ficus benjamina memiliki fungsi sebagai tempat menempelnya tumbuhan Paku-pakuan, tempat bernaung dari tumbuhan paku-pakuan dan palem-paleman, dan tempat mencari makan bagi beberapa serangga tanah. Pada stasiun III Ficus benjamina memiliki fungsi sebagai tempat menempelnya tumbuhan liana dan lichen, tempat bernaung dari beberapa jenis semai dan pancang, dan tempat mencari makan bagi beberapa jenis burung. Pada pohon Ficus benjamina terjadi suatu interaksi biotik yang sangat komplek. Interaksi tersebut merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara sesama spesies yang ada di situ. Sehingga oleh beberapa ahli ekologi, pohon beringin sering dijadikan salah satu indikator bahwa hutan yang bervegetasikan tanaman dari jenis Ficus spp. Swietenia mahagoni hanya ditemui pada stasiun II, Swietenia mahagoni memiliki fungsi sebagai tempat menempelnya tumbuhan Liana, tempat bernaung dari beberapa jenis pancang dan beberapa jenis semai, dan tempat mencari makan bagi beberapa jenis burung. Selain fungsi diatas Swietenia mahagoni juga dapat mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air. Ketika hujan turun, tanah dan akar dari Swietenia mahagoni akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air. Aleurites moluccana hanya ditemukan pada stasiun III Aleurites moluccana memiliki fungsi sebagai tempat menempelnya tumbuhan Liana dan Lichen, tempat bernaung dari paku-pakuan dan beberapa jenis semai, dan tempat mencari makan bagi beberapa jenis serangga. Frekuensi pembungaan pada Aleurites moluccana terjadi sepanjang tahun, namun buah masak pada antara bulan juli sampai desember. Fungsi lain dari Aleurites moluccana adalah tanaman ini sering digunakan sebagai tanaman penghijau untuk mencegah erosi tanah dan air di lahan kering karena lingkungan perakaran Aleurites moluccana cukup luas dan dapat mencapai puluhan meter sehingga mampu menarik dan menyerap air tanah serta unsur hara yang jauh dari batang tanaman. Hal ini yang menyebabkan
8
tanaman dapat tumbuh di berbagai jenis dan kondisi tanah, di tanah yang gersang pada kemiringan lebih dari 300 bertebing dan curam. Palaquium obtusifolium hanya ditemukan pada stasiun I, pada stasiun I Palaquium obtusifolium memiliki fungsi sebagai tempat menempelnya tumbuhan Liana dan paku-pakuan, sebagai tempat bernaung dari paku-pakuan dan beberapa jenis semai. Selain itu Palaquium obtusifolium memiliki fungsi sebagai penyerap air sehingga dapat menjadi cadangan air, dan pencegah erosi dan longsor. Hal ini dikarenakan system perakarannya yang kuat dan luas. Elmerrillia ovalis hanya ditemukan pada stasiun II, pada stasiun II Elmerrillia ovalis memiliki fungsi sebagai tempat menempelnya tumbuhan Liana dan Lichen, dan tempat bernaung dari paku-pakuan dan beberapa jenis pancang. Frekuensi pembungaan pada Elmerrillia ovalis terjadi pada bulan oktober sampai desember. Selain fungsi tersebut Elmerrillia ovalis juga memiliki fungsi sebagai pencegah longsor, dan penyerap air. Hal ini karena system perakaran Elmerrillia ovalis yang kuat. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data dimana keseluruhan spesies pohon yang ditemukan pada hutan Gunung Damar tumbuh pada jenis tanah yang sama, yaitu tipe tanah aluvial. Tipe tanah ini merupakan hasil dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian. Kondisi ini memperjelas adanya relung ekologi dari tiap jenis pohon yang ada dalam kawasan tersebut. Relung yang dimaksud adalah kemampuan dari individu pohon dalam mengubah energi, bertingkah laku, bereaksi, mengubah lingkungan fisik maupun biologi dan organisme yang menghambat spesies lain. Keaadan ini menyebabkan persaingan penyerapan unsur hara antara spesies tumbuhan (pohon) yang tumbuh di hutan Gunung Damar, selain itu kondisi ini juga memungkinkan terhambatnya pertumbuhan dari spesies yang tumbuh berdekatan dengan spesies yang memiliki perawakan tajuk (kanopi) yang lebar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa habitat dari Pinus merkusii tumbuh pada ketinggian antara 100-200 mdpl, dengan suhu sekitar 29-350C, pH tanah sekitar 4,3-5,3. Habitat Ficus benjamina tumbuh pada ketinggian antara 123-142mdpl, dengan suhu antara 29-33oC, pH tanah sekitar 4,2-4,7, dengan kelembaban berkisar 79-80%. Habitat Swietenia mahagoni tumbuh pada ketinggian 159mdpl, dengan suhu sekitar 28oC, dengan pH sekitar 4,3, dengan tipe tanah alluvial. Habitat Aleurites moluccana tumbuh pada ketinggian 142mdpl, dengan suhu 29oC, pH tanah 4,7. Habitat Palaquium obtusifolium tumbuh pada ketinggian 120mdpl, dengan suhu dan kelembaban 34 oC dan 72%, pH tanah 5,3. Habitat Elmerrillia ovalis tumbuh pada ketinggian 123mdpl, dengan suhu 33oC, dengan pH tanah 4,2, dengan kelembaban 79%. Fungsi Pinus merkusii, Ficus benjamina, Swietenia mahagoni, Aleurites moluccana, Palaquium obtusifolium dan Elmerrillia ovalis di habitatnya (relung) adalah sebagai tempat menempel bagi tumbuhan Liana, Lichen dan Paku-pakuan, tempat bernaung bagi Paku-pakuan, Palem-paleman, Pancang dari beberapa
9
tumbuhan, dan Semai dari beberapa tumbuhan, tempat mencari makan bagi Semut Merah, beberapa jenis Serangga dan beberapa jenis Burung, sebagai pengendali longsor, penyedia cadangan air, pencengah erosi tanah, dan sebagai filter udara. SARAN Berdasarkan data penelitian habitat dan relung vegetasi tingkat pohon di Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo dan data lingkungan, maka masyarakat dan pemerintah perlu menjaga kelestarian Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang jenis-jenis tumbuhan yang berada dibawah naungan pohon yang ditemukan di Hutan Gunung Damar Sub DAS Biyonga Kabupaten Gorontalo. DAFTAR PUSTAKA Ali Azwar, 2012. Struktur dan Komposisi Hutan. Online tersedia di http://biodiversitas.com/2012/struktur-dan-komposisi-hutan. Diakses tanggal 31 November 2014. Bakri, 2009. Analisis Vegetasi dan Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan Pada Pohon Di Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Tesis. Universitas Sumatra Utara. Medan BAPPENAS, 2011. Limboto Laporan Keadaan Daerah Aliran Sungai. Limboto: BAPPENAS. Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan, 2001. Informasi Singkat Benih Pinus merkusii Jungh. et de Vriese. Bandung : Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara Indrajaya Yonky, Handayani Wuri, 2008. Potensi Hutan Pinus merkusii Jungh. et de Vriese Sebagai Pengendali Tanah Longsor Di Jawa. Vol. 5 (3) : 231240 Irwan, Z. D, 2010. Prinsip-prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan, dan Pelesteriannya. Jakarta: Bumi Aksara Krisnawati, H. Kallio, M. Kanniner, M. 2011. Aleurites moluccana (L.) Willd. Ekologi, Silvikultur, dan Produktivitas. GIFOR : Bogor, Indonesia Purba R. A. 2011. Analisis Finansial Kemiri Rakyat dalam Sistem Agroforestry (Studi Kasus: Desa Perbesi Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo). Skripsi Sitepu M. P. 2007. Pengaruh Arang Sebagai Campuran Media Tumbuh Dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King). Skripsi Suryana, Asep. 2007. Tahap-tahapan penelitian kualitatif. Bahan Ajar. Universitas Indonesia