Pengaruh Variasi Penambahan 0—10% Partikel Carbon Black Jenis ISAF N220 Terhadap Karakteristik Pelat Bipolar Berbasis Nano Komposit Epoksi/Grafit Maya Ayu Wulandari* dan Yunita Sadeli Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *
e-mail:
[email protected] Abstrak
Pelat bipolar merupakan komponen utama dalam Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC). Pada penelitian ini pelat bipolar dibuat dari grafit komposit yang terdiri dari matriks grafit Electric Arc Furnace (EAF), carbon black sebagai pengisi, dan resin epoksi sebagai pengikat. Semua bahan dicampur dengan menggunakan high speed mixer dengan variabel komposisi dari carbon black ISAF N220 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, dan 10% . Metode compression moulding dilakukan dalam pembuatan pelat bipolar dengan menggunakan tekanan 55 MPa selama 4 jam pada temperatur 100oC. Material dikarakterisasi melalui pengujian tarik, pengujian fleksural, pengujian densitas, pengujian porositas, pengujian konduktivitas listrik, dan pengujian Field Electron Scanning Electron Microscope (FESEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada komposisi carbon black 10% menghasilkan pelat bipolar dengan karakteristik optimum dengan nilai konduktivitas tertinggi sebesar 7,07 S/cm. Kekuatan fleksural sebesar 51,34 MPa. Namun demikian, densitas terendah sebesar 1,96 gr/cm3 diperoleh dengan melakukan pencampuran carbon black 0% , dan porositas terkecil 0,49% diperoleh pada komposisi carbon black 10%. Pengamatan visual menunjukkan bahwa seluruh pelat bipolar mempunyai penampakan yang baik, tidak retak, dan permukaan yang rata.
Kata kunci: PEMFC, pelat bipolar, grafit komposit, carbon black ISAF N220,konduktivitas listrik, fleksural, densitas, porositas, dan FESEM
Abstract Bipolar plate is a major component in Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC). In this study bipolar plates made of graphite composite consisting of a matrix of graphite Electric Arc Furnace (EAF), carbon black as filler, and epoxy resin as a binder. All the ingredients are mixed using a high speed mixer with variable composition of carbon black ISAF N220 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, and 10%. Methode of compression molding is done in the manufacture of bipolar plates
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
using a pressure of 55 MPa for 4 hours at a temperature of 100oC. The results showed that the composition of 10% carbon black produce bipolar plates with optimum characteristics with the highest conductivity value of 7.07 S / cm. Fleksural strength of 51.34 MPa. However, the lowest density of 1.96 gr/cm3 obtained by mixing carbon black 0%, and the smallest porosity of 0,49% is obtained on the composition of 10% carbon black. Visual observations showed that all bipolar plates have a good appearance, no cracks, and a flat surface.
Keywords: PEMFC, bipolar plates, graphite composites, Carbon Black ISAF N220, electrical conductivity, fleksural, density, porosity, and FESEM
1.
Pendahuluan Sel tunam adalah perangkat konversi energi listrik yang mengubah hidrogen dan oksigen
menjadi energi listrik, air dan panas. Penggunaan sel tunam ini menjadi menarik karena tidak menggunakan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Sedangkan hidrogen dapat ditemukan pada gas alam, propana, butana, serta metanol. Sedangkan oksigen berasal dari udara. Dengan ini sel tunam tidak memerlukan pengisian ulang seperti baterai, tetapi akan terus mengalirkan listrik selama terdapat suplai bahan bakar terus diberikan [1]. Sel Tunam berkerja berdasarkan proses oksidasi pada bahan bakar dan proses reduksi pada oksigen yang menghasilkan listrik dan air. Pada proses reduksi, bahan bakar berubah menjadi proton dan elektron yang bermuatan listrik. Melalui sebuah elektrolit, proton akan berdifusi dari anoda (kutub negatif) ke katoda (kutub negatif). Sedangkan elektron tidak dapat melalu elektrolit tersebut dan akan mengalir melalui suatu rangakaian dengan beban eksternal dan memberikan energi listrik [2]. Reaksi yang terjadi pada anoda adalah: 2H2à 2H+ + 4e-
(1.1)
Setiap molekul atom hidrogen terpecah menjadi atom H+ dan elektron. Proton ini bergerak menuju katoda melewati membran, sedangkan elektron yang dihasilkan merupakan energi listrik tidak dapat melewati membran, tetapi akan dialirkan melalui rangkaian listrik menuju katoda. Reaksi pada katoda adalah: O2 + 4H+ +4e-à 2H2O
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
(1.2)
Oksigen yang ada pada katoda akan bergabung dengan empat elektron yang selanjutnya akan bergabung dengan proton menghasilkan air [3]. Penggunaan sel tunam sebagai sumber penghasil listrik memiliki banyak keuntungan, antara lain[4]: a) Penggunaan energi fosil yang persediaannya semakin terbatas dapat dikurangi sehingga ketergantungan akan kebutuhan energi fosil pun dapat dikurangi. b) Dapat meningkatkan ketersediaannya energi listrik. c) Biaya operasi yang lebih rendah dibandingkan dengan penghasil energi listrik konvensional. d) Menghasilkan energi listrik dengan jumlah yang tetap. e) Bahan bakar yang digunakan tersedia dalam jumlah yang banyak (gas hidrogen dan oksigen). f) Emisi yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan (hanya berupa air) g) Tidak menghasilkan polusi bunyi pada saat operasi. h) Memiliki efisiensi yang tinggi hingga 90%, sehingga penggunaan bahan bakar pun lebih efisien. Pelat bipolar atau flow field plate merupakan komponen yang penting dalam sel tunam. Dimana pelat bipolar ini memiliki fungsi sebagai jembatan distribusi gas hidrogen menuju diffusion layer, air yang merupakan hasil samping dari sel tunam keluar dari sistem, dan elektron dari anoda menuju katoda [5]. Kontribusi pelat bipolar terhadap sel tunam yang mencapai 80% volume, 70% berat total, dan 60% biaya [6] membuat pelat bipolar terus diteliti untuk dapat ekonomis dan efisien. Gambar 2.5 adalah gambar pelat bipolar yang disertai dengan flow channel. Pelat bipolar yang telah banyak digunakan dan dikembangkan pada sistem PEMFC adalah pelat berbasis grafit, yang memberikan beberapa keuntungandalam hal ketahanan terhadap korosi, menghasilkan konduktivitas panas dan listrik yang baik, dan memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan pelatlogam [7]. Namun, sifat mekanis yang dihasilkan buruk, karena pelat ini sangatgetas dan berpori. Sehingga perlu dilakukan penambahan material lain untukmemperbaiki sifat mekanis, seperti carbon black sebagai pengisidan polimer sebagai pengikat. Oleh karena itu, pengembangan material grafit kompositini diharapkan untuk mendapatkan sifat yang sesuai dengan fungsi dan aplikasi pelat bipolar.
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
2.
Metode Penelitian
2.1
Bahan Penelitian Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah grafit EAF, carbon black ISAF
N220, Epoksi, dan pengeras. 2.2
Proses Pembuatan Proses pembuatan pelat bipolar berbasis grafit/epoksi ini diawali dengan crushing dan
milling grafit EAF (44µm) kemudian dilakukan pengayakan setelah itu dilakukan pencampuran antara grafit EAF dan carbon black ISAF N220 dengan komposisi 0—10% dengan high speed mixer 28000rpm selama 10s. setelah pencampuran awalah maka dilakukan pencampuran kedua dengan high speed mixer selama 90s dengan penambahan pengeras(50%)
dan resin (50%).
Sampel kemudian dibentuk dengan metode compression molding dengan tekanan 55 MPa selama 4 jam pada suhu 100oC. Pelat bipolar ini lalu akan dikarakterisasi untuk mengetahui formula optimal dari variasi komposisi penambahan partikel carbon black ISAF N220 seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Formulasi Penelitian Variabel Penambahan Komposisi 0—10% Carbon Bla Pelat Bipolar Komposit (100%wt = 180gr)
Kode Sampel
Graphite [gr]
Penguat
Matriks polimer
(80%wt = 144gr)
(20%wt = 36gr)
% Carbon Black (%wt)
Berat carbon black [gr]
A
144
0
0
B
140.4
2.5
3.6
C
136.8
5
7.2
D
133.2
7.5
10.8
E
129.6
10
14.4
Epoksi
Pengeras
(50%wt)
(50%wt)
[gr]
[gr]
18
18
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
Karakterisasi pelat bipolar meliputi pengujian konduktivitas listrik, pengujian fleksural,pengujian densitas, dan pengamatan permukaan patahan menggunakan FESEM. Pengujian konduktivitas listrik dilakukan dengan menggunakan alat Veeco FPP 5000 four point probe test. Pengujian fleksural pelat bipolar dilakukan dengan alat Chatillon type LF Plus berdasarkan standar pengujian ASTM D790 (Test Methods for Flexural Properties of Unreinforced and Reinforced Plastics and Electrical insulting MaterialsI). Pengujian densitas mengacu pasa ASTM D792 yang berjudul Test Methods for Density and Specific Gravity (Relative Density) of Plastics by Displacement. Prinsip pengujiannya dengan membandingkan massa material di udaran dan massa material di dalam air (Gaya Archimedes). Pengujian porositas mengacu pada standar ASTM C20 yaitu Test Methods for Apparent Porosity, Water Absoption, Apparent Specific Gravity, and Bulk Density of Burned Refractory Brick and Shapes by Boiling Water. Prinsip pengujiannya adalah perbandingan massa antara sampel yang telah dikeringkan di oven, massa didalam air dan massa di udara setelah direndam air dengan suhu 1000C. Pengamatan permukanaan patahan fleksural menggunakan FESEM dilakukan dengan alat FEI Inspect 50. 3.
Hasil dan Pembahasan
3.1
Hasil Uji Konduktivitas Pengujian konduktivitas listrik dilakukan selain untuk melihat besarnya nilai konduktivitas
namun juga untuk melihat distribusi konduktivitas listrik tersebut di dalam pelat bipolar. Data mengenai distribusi ini penting untuk mengetahui persebaran atau dispersi dari pengisi dalam menentukan sifat material komposit. Masing-masing formulasi penelitian mengambil tiga belas titik dalam sampel pelat bipolar secara scattered sesuai dengan pembagian posisi sampel pengujian pada Gambar 1.
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
Gambar 1. Skema Pemotongan Sampel Pelat Bipolar Adanya peningkatan nilai konduktivitas listrik dari sampel dengan komposisi carbon black 0%— 10% . Gambar 2 menunjukkan distribusi nilai konduktivitas listrik pelat bipolar variabel komposisi carbon black. Nilai konduktivitas listrik tertinggi untuk setiap formulasi memiliki nilai sebesar 0.48, 0.51, 3.59, 4.63 dan 7.07 S/cm berturut-turut pada sampel komposisi carbon black 0%—10%.
8
7.07
Konduk'vitas (S/cm)
7 6 4.63
5 3.59
4 3 2 1
0.48
0.51
0 0
2.5 5 black (%) 7.5 Komposisi carbon
10
Gambar 2. Pengaruh Komposisi Carbon Black Terhadap Konduktivitas Grafit dengan ukuran partikel lebih besar (50 µm) dan carbon black yang berukuran nano berperan sebagai pengisi utama pada sistem komposit pelat bipolar. Pada saat fabrikasi pelat bipolar, partikel-partikel grafit ini akan memadat (compact) karena proses compression molding. Proses compression ini akan menghasilkan void di antara partikel grafit sehingga mengurangi nilai
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
konduktivitas listriknya. Material carbon black dengan ukuran partikel lebih kecil memiliki kemampuan untuk mengisi celah antara grafit sehingga membentuk conductive network akibat kontak antar partikel di dalam komposit. Penelitian yang dilakukan oleh Chunhui [8] menunjukkan bahwa penggunaan material konduktif dengan ukuran partikel yang sama akan menghasilkan void yang lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan partikel berukuran berbeda (bervariasi). Nilai konduktivitas listrik dari komposit dipengaruhi oleh akumulasi dari partikel-partikel konduktif sehingga ukuran conductive pengisi yang tepat akan meningkatkan kepadatan dari komposit dan mengurangi resistivitasnya. Penelitian yang dilakukan oleh Balberg [9] menunjukkan bahwa struktur carbon black menentukan komposisi optimal pengisi ini di dalam komposit dengan pengikat polimer. Carbon black diklasifikasikan menjadi low structure dan high structure particle. Pada Gambar 3 memperlihatkan hasil penelitian dengan menggunakan alat FESEM dengan perbesaran 50.0000x dengan variabel komposisi carbon black 0%—10% dan pada Gambar 4 memperlihatkan perbesaran hasil FESEM untuk komposisi carbon black 10% dengan konduktivitas tertinggi sebesar 7,07 S/cm. a
b
d
c
e
Gambar 3 Pengamatan FE-SEM terhadap Pembentukan Struktur Carbon Black pada Komposit Pelat Bipolar Variabel Komposisi Carbon Black Hasil, (a) 0%; (b)2,5%; (c) 5%; (d) 7,5%; dan (e) 10%
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
Gambar 4. Pembentukan High Structure Carbon Black pada sampel E (10%)
Pengamatan terhadap pembentukan struktur carbon black dalam komposit pelat bipolar dilakukan dengan menggunakan alat FE-SEM seperti yang terlihat pada Gambar 4 Berdasarkan pengamatan ini dapat diketahui bahwa sampel pelat bipolar gambar 4.16 (a) memiliki komposisi paling sedikit (0% CB) sampai Gambar 4 (e) memiliki komposisi paling banyak (10%CB). Semakin banyaknya komposisi carbon blacksesuai pada Gambar 4 (b) (2,5%), (c) (5%), (d) (7,5%), dan (e) (10%) memungkinkan terbentuknya carbon black dengan high structure sehingga meningkatkan kontak antar partikelnya. Kontak atau interaksi partikel yang tinggi akan sekaligus meningkatkan nilai konduktivitas listriknya. Secara umum, sampel dengan komposisi carbon black 10% merupakan sampel dengan nilai konduktivitas listrik tertinggi (7.07 S/cm) dibanding formula lainnya. 3.2
Hasil Pengujian Fleksural Hasil pengujian kekuatan fleksural menunjukkan adanya kenaikan nilai
kekuatan fleksural komposit dari 18,49 MPa pada komposisi carbon black 0% hingga mencapai 51,34 MPa pada komposisi carbon black 10%. Nilai kekuatan fleksural dengan komposisi carbon black 2,5%—10% telah memenuhi kriteria kekuatan fleksural yang telah ditetapkan oleh DOE, yaitu lebih besar dari 25 MPa. Nilai kekuatan fleksural pelat bipolar dengan variasi komposisi ukuran partikel carbon black Gambar 5.
Universitas Indonesia
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
Kekuatan Fleksural (MPa)
70 60 45.31
50 40 30 20
29.62
51.34
32.43
18.49
10 0 0
2.5 5 Black (%) 7.5 Komposisi Carbon
10
Gambar 5 Pengaruh Komposisi Carbon Black Terhadap Kekuatan Fleksural
Kenaikan nilai kekuatan fleksural dari komposisi carbon black 0% hingga 10%
disebabkan oleh proses pembasahan yang baik antara pengikat epoksi
dengan komponen pengisi, yaitu grafit dan carbon black. Sampel dengan komposisi carbon black 0%—10%
mengalami kenaikan jumlah komposisi
partikel carbon black berukuran besar sehingga memperbesar pembentukan high structure carbon black. Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada bagian analisis konduktivitas listrik, kenaikan komposisi partikel berukuran besar akan meningkatkan pembentukan high structure carbon black di dalam komposit. Selain memiliki sifat kontak antar partikel yang lebih baik, carbon black dengan high structure memiliki sifat dispersability yang baik serta lebih mampu mengisi void di dalam komposit dibandingkan dengan low structurecarbon black [10]. Dengan berkurangnya jumlah void, maka distribusi beban akan merata antara pengikat dengan pengisi. Namun, hal ini tidak terjadi pada sampel dengan komposisi carbon black 0% dimana nilai kekuatan fleksuralnya turun menjadi 18,49 MPa dan berada sedikit di bawah standar DOE (25 MPa). Hasil pengamatan FE-SEM terhadap permukaan patah sampel komposisi carbon black 0% sampai dengan 10% dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat terlihat bahwa pada sampel komposisi carbon black 2,5% memiliki voidyang berkurang ukurannyadan tidak terbentuk lagi pada sampai dengan komposisi carbon black 10%. Pada sampel dengan komposisi carbon black 0% terbentuk agregat dari carbon black yang menghasilkan
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
beberapa void sebagai inisiasi patahan pada komposit. Struktur carbon black yang porous juga dapat menurunkan sifat mekanis komposit sehingga ada batas komposisi carbon black di dalam pengikat polimer. Berdasarkan teori mekanika perpatahan, adanya fasa kedua atau agregat dalam suatu struktur material akan menginisiasi proses kegagalan (failure) dari material. Keberadaan agregat carbon black pada 0% akan menghasilkan void yang berperan sebagai crack initiation pada komposit sehingga menurunkan nilai kekuatan fleksuralnya. Teori tentang fasa kedua yang dapat menurunkan nilai kekuatan fleksural juga terbukti dengan nilai pengujian fleksural terhadap sampel pelat bipolar yang hanya mengandung carbon black :grafit (10%:90%) yang memiliki kekuatan fleksural lebih tinggi (51.34 MPa) jika dibandingkan dengan komposit berpenguat grafit dan carbon black dengan komposisi carbon black 0—7,5%.
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
Gambar 6 Pengamatan FE-SEM terhadap Permukaan Patahan Fleksural Pelat Bipolar Variabel Komposisi Carbon Black, (a) 0%; (b) 2,5%; (c) 5%; (d) 7,5%; dan (e) 10%
3.3
Hasil Pengujian Densitas Nilai densitas komposit pelat bipolar sangat ditentukan oleh dispersi
carbon black di dalam komposit. Semakin besar komposisi carbon black secara umum dapat meningkatkan nilai densitasnya. Kenaikan nilai densitas disebabkan oleh pembentukan high structure carbon black yang mampu mengisi void diantara partikel grafit, sehingga menjadikan komposit lebih padat (compact). Rendahnya nilai densitas pada sampel dengan komposisi carbon black 0% terjadi karena terbentuknya agregat carbon black yang menyebabkan ketidakseragaman dispersi, sekaligus membentuk void di dalam komposit. Carbon black dengan low structure (agregat yang compact) lebih sulit terdispersi daripada high structure (berstruktur kompleks) [11]. 4
Densitas (gr/cm3)
3.5 2.79
3 2.5 2
3.07
3.15
5
7.5
3.29
1.96
1.5 1 0.5 0 0
2.5
10
Komposisi Carbon Black (%) Gambar 7 Pengaruh Komposisi Carbon Black Terhadap Densitas
Berdasarkan Gambar 7 diatas terlihat bahwa semakin besar jumlah carbon black yang ditambahkan maka nilai densitas yang dimiliki oleh pelat bipolar yang dihasilkan juga akan semakin menurun. Nilai densitas tertinggi terdapat pada penambahan carbon black sebesar 10% yaitu sebesar 3,29 gr/cm3, sedangkan nilai densitas terendah terdapat pada penambahan carbon black sebesar 0% dengan nilai densitas yang didapatkan sebesar 1,96 gr/cm3. Penurunan nilai
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
densitas yang dimiliki oleh pelat bipolar yang dihasilkan akan semakin menurun seiring dengan penambahan carbon black [12].
3.4
Hasil Pengujian Porositas Untuk dapat menghantarkan listrik dengan baik, sebuah pelat bipolar
haruslah memiliki porositas yang rendah. Hal ini dikarenakan rongga kosong yang ada tidak dapat menghantarkan arus listrik yang mengakibatkan konduktivitas menurun. Salah satu sifat penting yang dimiliki oleh pelat bipolar adalah memiliki impermeabilitas yang baik, sifat ini merupakan suatu kemampuan pelat bipolar untuk mencegah gas lain agar tidak masuk kedalam sistem sel tunam. Agar mempunyai sifat impermeabilitas yang baik pelat bipolar harus memiliki nilai porositas yag rendah. Porositas merupakan suatu rongga (void) yang terbentuk dalam suatu material akibat senyawa gas yang umumnya berasal dari luar sistem. Pada Gambar 9 dibawah terlihat bahwa dengan penambahan carbon black akan menurunkan persentasi nilai porositas pada pelat bipolar. Nilai porositas tertinggi terdapat pada pelat bipolar dengan komposisi 0% carbon black yaitu sebesar 1,03%. Sedangkan nilai porositas terendah terdapat pada pelat bipolar dengan penambahan carbon black sebesar 10%, yaitu sebesar 0,94%. Penurunan porositas tersebut disebabkan oleh partikel carbon black yang berukuran nano. Ukuran carbon black yang sangat kecil tersebut dapat mengisi celah-celah antara grafit dan juga carbon black sehingga dapat menurunkan nilai porositas dari pelat bipolar. Pada Gambar 8 dibawah terlihat bahwa partikel yang mempunyai ukuran lebih kecil dapat mengisi kekosongan dan menyisakan rongga yang lebih kecil. Porositas pada pelat bipolar tidak hanya berpengaruh terhadap konduktivitas listrik. Semakin tinggi porositas dari suatu pelat bipolar maka nilai konduktivitas listrik yang dihasilkan akan semakin rendah. Hal ini diakibatkan sulitnya membentuk electron conductivity path yang menjadi jalan bagi elektron untuk mengalir.
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
Gambar 8 Skematik Perbedaan Ukuran Partikel: (a) Loose Compaction (b) High Compaction[13].
1.2
1.03
porositas (%)
1
0.98
0.92
0.88
0.8 0.6
0.49
0.4 0.2 0 0
2.5
5
7.5
10
Komposisi Carbon Black (%)
Gambar 9 Pengaruh Komposisi Carbon Black Terhadap Porositas.
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
4.
Kesimpulan •
Nilai densitas terkecil adalah 1,96 gr/cm3 yang dimiliki oleh pelat bipolar dengan komposisi carbon black 0%. Densitas terbesar adalah 3,29 gr/cm3 dimiliki oleh pelat dengan komposisi carbon black 10%.
•
Persen porositas terkecil adalah 0,49% dan yang terbesar adalah 1,03%. Persen porositas terkecil terjadi pada pelat bipolar dengan komposisi carbon black 10% dan yang terbesar adalah pada pelat bipolar dengan komposisi carbon black 0%.
•
Kekuatan fleksural paling tinggi adalah 51,34 MPa (pada pelat bipolar dengan komposisi carbon black 10%) dan yang paling rendah adalah 18,49 MPa (pada pelat komposisi carbon black 0%).
•
Nilai konduktivitas listrik terbesar dimiliki oleh pelat bipolar dengan komposisi carbon black 10% dan yang terkecil dimiliki oleh pelat dengan komposisi carbon black 0%. Konduktivitas terbesar adalah 7,07 S/cm dan yang terkecil adalah 0,28 S/cm.
•
Hasil analisa permukaan perpatahan menggunakan FESEM menunjukkan bahwa masih banyak carbon black yang membentuk aglomerat dan tidak terdispersi secara merata.
•
Hasil komposisi carbon black terbaik yaitu pada komposisi 10% carbon black dan 90% Grafitmenghasilkan densitas sebesar 3,29 gr/cm3, porositas 0,49%, kekuatan fleksural 51,34 MPa, dan konduktivitas listrik sebesar 7,07 S/cm.
Daftar Rujukan: 1. [1] Hermann, Allen, Tapas Chaudhuri, and Priscila Spagnol. Bipolar plates for PEM
Fuel Cells : A Review. Golden National Renewable Energy Laboratory:University of Colorado, 2005. 2. Stambouli, A. Boudghene and E. Traversa. Fuel cells, an Alternative to Standard
Sources of Energy. University of Roma. ‘Tor Vergata’, Departmentof Chemical Science and Technology. Roma, Italy, 2001. 3. Chicago Argonne. Just the Basics. 2009. 4. US. Department of Energy. Fuel Cell Handbook 7th Edition. EG & G Technical
Services Inc., Morgantown, West Virginia, 2004.
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013
5. Prahastio, Renanto. Proposal Penelitian: Perancangan Komposit Bipolar Plate untuk
Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) dengan Variabel Aditif Resin Tembaga. Departemen Metalurgi dan Material, FakultasTeknik Universitas Indonesia, 2009. 6. Viswanathan, B. An Introduction to Energy Sources. National Center for Catalysis
Research, Department of Chemistry, Indian Institute of Technology, Madras, 2006. 7. Ling Du. Highly Conductive Epoksi/Graphite Polymer Composite Bipolar Plates In
Proton Exchange Membrane (PEM) Fuel Cells. 2008. 8. Wahyu, Desto, Skripsi: Pengaruh Penambahan Tekanan Compression Moulding
Terhadap Karakteristik Pelat Bipolar Komposit (Epoksi/Carbon EAF-10%CB) untuk Aplikasi PEMFC. Departemen Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Juli 2009. 9. Xiao Zi Yuan, et al., ed. Bipolar Plates for PEM Fuel Cells – From Materialsto
Processing. Vancouver: University of British Columbia, 2006. 10. Heinzel, A., F. Mahlendorf, and C. Jansen. Bipolar Plates. Duisburg:University of
Duisburg-Essen, Duisburg, Germany, 2009. 11. ASM International Comittee. Composites. ASM Handbook Vol. 21. 2001. 12. Callister, William D., Jr. Materials Science and Engineering. 7th ed. UnitedStates of
America: University of Utah, 2007. 13. Yeetsorn, Rungsima. Thesis: Development of Electrically ConductiveThermoplastic
Composites for Bipolar Plate Application in PolymerElectrolyte Membrane Fuel Cell.University of Waterloo, Ontario, Canada,2010.
Pengaruh Variasi..., Maya Ayu Wulandari, FT UI, 2013