i
GEOEKOLOGI KEPESISIRAN DAN KEMARITIMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Muh Aris Marfai
Titiek Suparwati
Editor
Editor
ii
Wiwin Ambarwulan
Suprajaka
Editor
Editor
Th. Retno Wulan
Dwi Sri W.
Kontributor
Kontributor
Farid Ibrahim
Mega Dharma P.
Kontributor
Kontributor
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
Erwin Isna M. Kontributor
Zheni Setyaningsih
Ayu Ratna K. Kontributor
Kontributor
Edwin Maulana
Anggara S. Putra
Kontributor
Kontributor
Gunadi Yunianto
Budi Susanta
Kontributor
Kontributor
Sri Tuti Pujiwati
Tri Raharjo
Kontributor
Cover & Layout Designer
Copyright © Parangtritis Geomaritime Science Park 2016, Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) didukung oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), 2016 228 halaman; 22cm x22 cm ISBN 978-602-9439-79-3
iii
Kata Sambutan
Kepala Badan Informasi Geospasial Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh, Salam sejahtera untuk kita semua, Ketika gagasan Poros Maritim Dunia dikumandangkan oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di awal pemerintahannya maka hal itu mengisyaratkan bahwa orientasi pembangunan nasional akan berfokus kepada pembangunan sektor kemaritiman. Kekayaan sumberdaya kelautan dan segala potensi besar kemaritiman yang dianugerahkan kepada bangsa dan negara ini menunggu untuk dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kompleksitas permasalahan dan pengelolaan kemaritiman hingga isu mempertahankan kedaulatan negara adalah kerja besar yang membutuhkan kerjasama dan peran serta aktif semua komponen bangsa.
iv
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
Dalam konteks kemaritiman, salah satu platform penting yang diusung pemerintah saat ini adalah ingin mewujudkan kedaulatan nasional untuk kemandirian ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya maritim. Harapan salah satu platform tersebut dapat menuju kepada restorasi ekonomi maritim Indonesia, dimana Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan serta hamparan lautan dengan berbagai sumberdayanya, mampu menopang kebangkitan perekonomian negara yang selama ini masih berbasiskan pembangunan wilayah daratan. Hal yang menarik adalah ketika Badan Informasi Geospasial secara khusus menyelenggarakan penyiapan data dan informasi geospasial untuk mendukung gagasan proros maritim dunia, dan bersama dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai bagian dari Indonesia telah menyiapkan langkah penting untuk berpartisipasi dalam pembangunan maritim Indonesia. Pada kesempatan ini, saya menyampaikan penghargaan atas upaya penerbitan buku GEOEKOLOGI KEPESISIRAN DAN KEMARITIMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, yang diinisiasi oleh Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP). Kami berharap, buku ini dapat memberikan inspirasi berupa paradigma shifting mengenai pentingnya pembangunan di sektor kemaritiman di DIY khususnya Kabupaten Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo dan serta dapat memberikan peta kekuatan dan tantangan dalam upaya mewujudkan Visi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Bawono X, yaitu terciptanya sebuah sinergi pemikiran Among Tani Dagang Layar. Semoga Allah Tuhan Yang Maha Esa meridloi langkah kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh. Cibinong, Oktober 2016 Kepada Badan Informasi Geospasial
Dr. Priyadi Kardono, M. Sc
Kata Sambutan : Kepala Badan Informasi Geospasial
v
Kata Sambutan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh Salam sejahtera untuk kita semua Seperti kita ketahui bersama bahwa sejarah kerajaan kerajaan besar dan peradaban maju di Indonesia diawali dari pesisir dan lautan, dengan dibuktikan banyaknya kotakota besar di Indonesia yang berada di kawasan pesisir. Hal ini menandakan bahwa maritim sejak dulu kala merupakan penopang kehidupan masyarakat dan penyangga berlangsungnya peradaban. Potensi sumberdaya kemaritiman yang sangat berlimpah, baik yang terletak di lautan, dasar lautan dan kawasan pesisir merupakan modal penting dalam menjaga keberlangsungan perikehidupan umat manusia. Menyadari pentingnya maritim bagi kehidupan manusia, pemerintah Indonesia mencanangkan Indonesia sebagai negara maritim. Hal ini tentu saja berdasarkan fakta yang sangat sesuai yaitu Indonesia sebagai negara kepulauan, dimana lautan menjadi bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, Daerah Istimewa Yogyakarta telah
vi
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
mengembangkan gagasan dan paradigma pembangunan dengan semangat“among tani dagang layar”. Semangat ini adalah suatu semangat bersama untuk mencapai sinergitas yang selaras, dalam pemanfaatan potensi dan sumberdaya pertanian, dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dan pemanfaatan potensi maritim dalam aspek yang luas, demi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Karakteristik bentang alam dan bentang budaya kawasan kepesisiran Daerah Istimewa Yogyakarta sangat beraneka ragam. Karaktersitik kepesisiran DIY dari segi fisik, biotik dan abiotik berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam harmoni berkeseimbangan serta menyediakan segala macam potensi yang dapat dimanfaatkan manusia. Karakteristik bentang alam dan bentang budaya kawasan kepesisiran tersebut dapat dikaji dan dipelajari melalui paradigma geoekologi. Geoekologi adalah pendekatan yang mampu memberikan penjabaran dan penjelasan karakteristik wilayah kepesisiran DIY, termasuk didalamnya segenap potensi dan tantangan yang ada. Pendekatan geoekologi juga dapat digunakan dalam kaitannya untuk mendukung perencanaan pengembangan wilayah kepesisiran. Secara lebih jauh konsep geoekologi juga mampu memberikan kontribusi pada program-program pengurangan risiko bencana melalui pendekatan Ecosystem based Disaster Risk Reduction (Eco-DRR). Dengan hadirnya buku geoekologi kepesisiran dan kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta ini, diharapkan mampu memberikan gambaran yang komprehensif dan serba cakup tentang kekayaan potensi pesisir sekaligus berbagai peluang dan tantangan yang ada di dalamnya. Saya menyambut baik dan sangat senang dengan hadirnya buku ini, semoga buku ini memberikan manfaat yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh,
Yogyakarta, Oktober 2016 Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Sri Sultan Hamengku Buwono X
Kata Sambutan : Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
vii
Daftar Isi iv Kata Sambutan Kepala Badan Informasi Geospasial vi Kata Sambutan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ix Daftar Isi
12 PROLOG 12 16 16 22
Peluang Keistimewaan Selatan Mengimbangi Kejayaan Utara Geoekologi: Kunci untuk Mengungkap Keistimewaan Kepesisiran dan Kemaritiman DIY Semangat Kebangkitan Maritim DIY dalam Among Tani Dagang Layar Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi
30 Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Seribu Gunung 32 Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih 36 Menggapai Harap Berkemajuan dari Jalur Lintas Selatan 40 Riwayat Sadeng : Riwayat mu Dulu, Hulunya dari Solo, Terkurung Gunungsewu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba Kajian Morfogenesis” 50 Wedi Ombo Satu dari Volcanic Coast yang Memiliki Bekuan Lava Pemecah Ombak 58 Tebing Curam Pemikat di Pantai Siung 68 Sadranan : Bawah Airnya Terdapat Eksotisme Alam Bahari 78 Baron : Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu
viii
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
90 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi 94 98 102 110 114 130 138 146 156
Jembatan Kretek : Merajut Asa Penghidupan Parangtritis Jalur Jalan Lintas Selatan : Peluang dan Tantangan Projotamansari Gumuk Pasir : Bukan Sekadar Butir Pasir Menerjang ombak Tiada Takut Mangrove Baros : Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Bantul Banyu Anyar : Ikan Datang Mencari Kail Kayu Laut : Sampah di Negeri Sendiri, Harta di Negeri nun jauh Wijojo Pengklik : Mangrove Tua Petunjuk Masa Lampau dan Simbol Kearifan Lokal Laguna Purba : Bulak Buntu “Agawe Ijo Royo-Royo”
160 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto” Sejoli Jembatan Srandakan di Atas Aliran Progo : Urgensi Jembatan Penghubung Menapaki Awal “Jalan Pembangunan” DIY dari Pembangunan Jalan Bandar Udara di Bumi Menoreh : Lepas Landas Menuju Tidak Terbatas Pantai Trisik yang Dipilih Si Penyu (Muara Progo Sisi Kulon) Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta 198 Laguna Glagah : Evolusinya Menjadi Pembangunan Maritim 204 Jangkaran Menimbang Mata Pencaharian 212 Pantai Congot: Si Muara Bogowonto 164 173 178 182 190
227 EPILOG 227 Keistimewaan itu Bernama Harmonisasi Semesta Alam DIY
Daftar isi
ix
“
DIY baru menghadap utara dalam fokusnya mengelola sumber daya. Sudah saatnya pembangunan DIY juga menghadap ke selatan, untuk mewujudkan kehidupan yang lebih mapan.
“
10
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
Pelabuhan Sadeng
11
Prolog
Peluang Keistimewaan Selatan Mengimbangi Kejayaan Utara
Pantai Depok
12
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
I
ndonesia sebagai negara kepulauan perlu dimaknai sebagai negara kelautan yang memiliki banyak pulau, bukan dimaknai sebagai negara kepulauan yang dipisahkan oleh lautan1. Laut memiliki nilai strategis dalam perkembangan Indonesia dan telah dibuktikan sejak zaman kerajaan/kesultanan. Urgensi dinamika aktivitas maritim menyebabkan pemindahan pusat pemerintahan dari pedalaman menuju wilayah yang lebih dekat dengan pesisir2. Pemindahan ini bertujuan untuk memperkuat kebijakan pembangunan armada dagang dan armada tempur. Banyaknya kota besar di pesisir adalah bukti sejarah kekuatan maritim Indonesia di zaman dulu, seperti di Kota Aceh, Medan, Banten, Demak, Goa, dan Maluku. Berbagai pelabuhan strategis yang menjadi peninggalan saat ini telah berkembang menjadi pelabuhan modern. Terdapat fakta yang menarik dari peninggalan dan
perkembangan sejarahnya, khususnya untuk Pulau Jawa. Fakta itu adalah distribusi kota pesisir Pulau Jawa hanya berada di sebelah utara. Kota pesisir ini akhirnya berkembang menjadi pelabuhan unggulan di Pulau Jawa dan mendorong pertumbuhan ekonomi kota-kota di utara Pulau Jawa. Lalu, bagaimana dengan selatan Pulau Jawa? Dilihat dari jumlah pelabuhan, jumlahnya jelas lebih banyak utara Pulau Jawa. Kondisi ini tidak lantas menjadikan selatan Pulau Jawa “kalah”. Pelabuhan strategis bukan satu-satunya potensi maritim yang ada. Pengkajian karakteristik masing-masing wilayah pesisir menjadi perlu dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi dan tantangan. Tujuannya adalah untuk menemukan cara pengelolaan terbaik dalam memaksimalkan potensi yang ada dan meminimalisasi dampak yang ditimbulkannya dari pembangunan.
Yuliati, “Kejayaan Indonesia sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe), Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 27, Nomor 2, Agustus 2014, hlm. 130. 2 Dedi S. Adhuri, A. Wiratri, dan A. B. Bismoko, “Interseksi Budaya dan Peradaban Negara-Negara di Samudra Hindia: Perspektif Indonesia, Masyarakat Indonesia, Volume 41 (2), Desember 2015, hlm. 116. 3 “Among Tani Dagang Layar: Konsep Strategis Majukan Perekonomian DIY”, diakses di http://www.jogjaprov.go.id/pebisnis/perluasan/view/amongtanidagang-layar-konsep-strategis-majukan-perekonomian-diy tanggal 22 Agustus 2016 pukul 08:05 WIB. 1
Prolog : Peluang Keistimewaan Selatan Mengimbangi Kejayaan Utara
13
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai bagian dari Indonesia telah menyiapkan langkah penting untuk berpartisipasi dalam pembangunan maritim Indonesia. Melalui Visi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Bawono X, terciptalah pemikiran Among Tani Dagang Layar3. Selama ini, pembangunan ekonomi DIY masih berorientasi di daratan, khususnya utara DIY. Sudah waktunya selatan DIY yang diwakili oleh Kabupaten Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul dikelola mengingat adanya potensi pengembangan kegiatan pesisir dan maritim.
Perencanaan yang matang, mencakup potensi dan tantangan, akan menjadikan keistimewaan selatan Pulau Jawa dapat mengimbangi kejayaan utara Pulau Jawa. Harapan selanjutnya adalah terciptanya sinergi di seluruh Pulau Jawa dalam pengelolaan wilayah pesisir dan potensi di bidang kemaritiman untuk kemakmuran masyarakatnya. Seandainya cita-cita kemaritiman Indonesia ini terwujud, maka sekali lagi kita akan jadi “raksasa di lautan dunia”.
Nelayan gotong-royong merapatkan perahu di Pantai Depok
14
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
“
Ini bukan tentang menang-kalah antara utara-selatan. Ini tentang mewujudkan maritim Indonesia yang siap kembali berjaya.
“
15
Geoekologi
Kunci untuk Mengungkap Keistimewaan Kepesisiran dan Kemaritiman DIY Semangat Kebangkitan Maritim DIY dalam Among Tani Dagang Layar
I
ndonesia membutuhkan waktu untuk kembali mengenali jati diri sebagai negara maritim. Hal ini dikarenakan Indonesia sempat telah cukup lama berfokus pada pembangunan yang berorientasi ke arah darat. Program pembangunan yang berbasis sumber daya daratan seakan telah menghapus ingatan Indonesia tentang potensi bahari yang begitu melimpah.
Pemerintahan di era Presiden ke-7 Republik Indonesia saat ini, Joko Widodo bersama tim pendukung, mencoba mengajak kembali kepada konsep maritim. Hal tersebut tercermin pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Jati diri Indonesia sebagai Negara maritim mulai diaplikasikan lagi dalam beberapa kebijakan yang dibuat. Semuanya itu untuk menjadikan Indonesia sebagai poros Maritim Dunia.
Gelombang dan ombak di selatan kepesisiran Bantul.
16
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
Bagai gayung bersambut, cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia direspon positif dari berbagai daerah di penjuru Indonesia. Pekerjaan rumah yang besar ini harus segera diselesaikan dan bukan hanya tugas bagi pemerintah pusat, melainkan menjadi pekerjaan bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk mengubah orientasi pembangunan. Sinergi dari banyak pihak tentu akan mempercepat terwujudnya Indonesia sebagai poros maritim dunia. Sejalan dengan program tersebut, DIY juga mengusung paradigma baru dalam pembangunan daerah, yaitu Among Tani Dagang Layar. Among Tani Dagang Layar, adalah suatu bentuk harmonisasi antara kegiatan atau usaha di bidang pertanian dengan kegiatan atau usaha di bidang kelautan. Dengan konsep ini, arah pembangunan mulai berorientasi juga pada potensi kemaritiman.
Among Tani Dagang Layar sebagai visi misi DIY menjadi paradigma baru bagi pembangunan perekonomian DIY serta konsep strategis pengembangan wilayah pesisir selatan DIY. Among Tani Dagang Layar memberi arti usaha swadaya pangan yang simultan antara kegiatan pertanian dengan kelautan yang terintegrasi membentuk aktivitas perekonomian dalam upaya pengembangan pesisir selatan DIY. Konsep Among Tani Dagang Layar juga terdorong dari kecenderungan alih fungsi lahan di utara DIY dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Perubahan tersebut semakin menyadarkan semua pihak potensi pesisir selatan DIY yang dapat memberikan kesejahteraan, khususnya bagi masyarakat nelayan. Pesisir selatan DIY pada akhirnya bukan lagi menjadi halaman belakang namun menjadi halaman depan yang menyimpan sumber daya terbarukan.
Geoekologi : Kunci untuk Mengungkap Keistimewaan Kepesisiran dan Kemaritiman DIY
17
‘Putar Kemudi’ yang dilakukan oleh Ngayogyakarta Hadiningrat dari ‘agraris di daratan’ menjadi ‘tebar jala di lautan’ adalah pilihan strategis yang wajib segera diwujudkan. Pilihan strategis ini juga selaras dengan Ekonomi Biru yang sering dikaitkan dengan wilayah kepesisiran. Pada akhirnya, wajah DIY yang baru diharapkan mampu mengoptimalkan industri perikanan, kelautan, dan pariwisata namun tetap mampu memberikan hasil yang berkelanjutan. Sebuah konsekuensi logis dari babak baru DIY dengan paradigma Among Tani Dagang Layar adalah menyiapkan segala kelengkapan yang diperlukan. Salah satu persiapan untuk menyambut keistimewaan maritim DIY adalah terwujudnya akses Jalur Lintas
Selatan DIY yang siap menjadi nadi baru bagi pesisir DIY. Jalur yang membentang dari Karangnongko (Kabupaten Kulonprogo) sampai dengan Jerukwudel (Kabupaten Gunungkidul) diharapkan akan memacu pembangunan di bagian selatan DIY. ‘Putar Kemudi’ ini bukan tanpa dasar, melainkan sebuah usaha DIY untuk kembali pulang pada jati diri yang maritim. Pesisir selatan DIY terdiri dari ekosistem yang merupakan kesatuan dari tiga wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Gunungkidul, Kulonprogo, dan Bantul. Ketiganya memiliki ciri khas yang sangat unik, baik dari segi bentuklahan (landform), keanekaragaman biota, serta kebudayaan yang begitu istimewa.
Torrido, Aryan. 2012. Pengembangan Industri Pariwisata Parangtritis: Studi Dampak Sosial, Ekonomi, dan Budaya. Jurnal Sosiologi Reflektif Volume 7 Nomor 1 Oktober 2012.
4
18
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
Masing-masing daerah memiliki ciri utama yang membedakan satu dengan yang lainnya. Gunungkidul yang berupa wilayah karst memiliki pelbagai pantai unik dengan ornamen alam yang indah. Pesisir Bantul juga tidak kalah karena memiliki pantai paling romantis se-DIY, yaitu Pantai Parangtritis sekaligus pantai yang paling banyak dikunjungi wisatawan4 dan juga bentuklahan gumuk pasir barkhan yang langka di dunia. Kabupaten yang ketiga, Kulonprogo, juga hadir dengan keistimewaan sumber daya yang melimpah. Kulonprogo juga sedang dipersiapkan sebagai ‘Gerbang Maritim’ pesisir selatan DIY.
Hal utama yang penting dan perlu mendapat sorotan adalah cara untuk menyelaraskan potensi yang ada di tiga kabupaten tersebut, tanpa dibatasi administrasi. Setiap pantai tidak bersifat parsial, namun terikat dan saling mengontrol antara satu dengan yang lain sehingga terjadi dinamika alam yang unik. Manusia sebagai salah satu unsur lingkungan pun sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Cita-cita pesisir selatan DIY sebagai ‘halaman depan’ bukanlah masalah yang menjadi beban, melainkan peluang strategis yang perlu segera diwujudkan. Inilah saat yang tepat untuk membangkitkan semangat maritim DIY.
Kondisi JJLS di Kabupaten Kulonprogo.
Geoekologi : Kunci untuk Mengungkap Keistimewaan Kepesisiran dan Kemaritiman DIY
19
20
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
“
Aktivitas manusia mulai mendominasi proses alam dan perlahan manusia mencoba memanipulasi Bumi.
“
Fenomena gelombang besar di Pantai Depok.
21
Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi
F
aktor alam memang memegang peranan yang begitu besar dalam penentuan potensi dan tantangan suatu wilayah. Terbukti bahwa perkembangan pelbagai kota di utara Pulau Jawa lebih pesat ketimbang selatan Pulau Jawa. Kondisi perairan yang lebih tenang dan pesisir yang dominasi landai membuat kondisi perkembangannya lebih kondusif untuk kegiatan manusia beraktivitas. Selanjutnya, aktivitas ekonomi berkembang semakin pesat dan saranaprasarana mulai dikembangkan. Dampaknya adalah kemajuan pembangunan dapat lebih cepat tercapai. Kondisi tersebut menyatakan bahwa alam bertindak sebagai faktor penentu kehidupan manusia. Jika dilihat lebih jauh, faktor alam memang yang mempengaruhi perkembangan sosial yang terjadi. Namun, di saat ini, faktor alam tampaknya bukan hal yang mutlak. Usaha manusia untuk beradaptasi, menolak bahwa kondisi tidak dapat diubah adalah babak
baru dalam pembangunan wilayah. Dengan perkembangan teknologi dan inovasi yang dikembangkan, perlahan manusia mulai menaklukkan alam. Skala waktu geologi menunjukkan bahwa zaman terakhir (saat ini) adalah Holosen. Belakangan, pendapat tersebut mulai disanggah karena zaman telah berganti, dari Holosen menjadi Antroposen. Antroposen ini mencerminkan bahwa bumi telah memasuki zaman baru, yang mana aktivitas manusia mulai mendominasi pembentukan Bumi ketimbang proses alami5. Sebelumnya, faktor manusia bahkan telah diperhitungkan sebagai faktor pembentuk alam yang relatif baru di dalam ilmu geomorfologi6. Dapat dikatakan bahwa manusia mulai mampu memanipulasi Bumi. Alam memang jauh lebih superior ketimbang kekuatan manusia. Namun manusia dapat memegang kendali ketika mengenal karakteristik alam. Dengan begitu, manusia dapat
Eko Haryono. 2016. Dinamika Interelasi Manusia dan Kawasan Karst Kala Pleistosen-Antroposen di Indonesia. Disampaikan dalam Dies Natalis Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada ke-53 1 September 2016. 6 Szabo, Jozsef. 2010. Antrhopogenic Geomorphology: Subject and System dalam Anthropogenic Geomorphology: A Guide to Man-Made Landforms. Jozsef Szabo, Lorant David, dan Denes Loczy (Eds). Springer. 7 Nishanta Rajakaruna and S. Boyd. “Geoecology” Oxford Bibliographies in Ecology (2014). 5
22
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
menentukan rencana yang tepat untuk meminimalisasi dampak kerugian yang timbul dan mengoptimalkan keuntungan yang mampu diperoleh dari alam. Hal ini tentu tidak terlepas dari asas pembangunan yang berkelanjutan sehingga hasil yang diperoleh dapat dinikmati pula oleh generasi mendatang.
beragam jenis substrat yang nantinya akan mempengaruhi biota atau makhluk hidup yang tinggal di atas substrat. Berdasarkan pengertian ini, geoekologi dapat dikatakan sebagai pendekatan yang komprehensif dalam memahami proses yang terjadi di alam, khususnya wilayah pesisir yang memiliki kompleksitas yang menarik.
Pengetahuan akan kondisi alam mutlak diperlukan sebagai syarat bagi manusia untuk dapat bersahabat dengan alam. Dalam hal ini, pendekatan geoekologi pesisir dinilai sebagai pendekatan yang tepat dalam merumuskan kebijakan. Geoekologi adalah pendekatan yang menjabarkan karakteristik wilayah kepesisiran DIY, termasuk di dalamnya potensi dan tantangannya secara komprehensif. Harapannya, melalui geoekologi tercipta inventarisasi data yang mumpuni sehingga kebijakan pembangunan yang dihasilkan mampu jadi yang terbaik.
Geoekologi juga dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan tata ruang yang selanjutnya berbasis Ecosystem Disaster Risk Reduction. Pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem adalah pemanfaatan peran ekosistem untuk meminimalisasi dampak bencana yang mungkin terjadi. Dalam hal ini, ekosistem memiliki setidaknya dua manfaat, yang pertama adalah meningkatkan ketersediaan sumberdaya, dan yang kedua adalah berfungsi sebagai penghalang, pelindung, dan penyangga alami terhadap ancaman fisik. Fungsi ini hanya dapat dilakukan apabila dalam manajemennya dilakukan perlindungan, restorasi, dan perbaikan ekosistem sehingga menciptakan kondisi ekosistem yang sehat. Berbagai ekosistem yang berpotensi berperan sebagai pengurang risiko bencana adalah hutan, mangrove, lahan basah dan bakau, gumuk pasir, dan ekosistem lainnya.
Geoekologi merupakan studi yang mengkaji pelbagai hubungan nyata antara substrat dan biota7. Substrat sendiri mendapat pengaruh dari bahan induk, iklim, topografi, dan waktu. Variasi faktor pengaruh substrat akan menciptakan
Geliat pembangunan Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo.
Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi
23
Tebing di perbatasan Bantul-Gunungkidul.
24
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
Manajemen risiko bencana berbasis ekosistem seringkali menghasilkan rasio manfaat-biaya yang menarik ketimbang solusi-solusi rekayasa teknik konvensional. Pengalaman dari seluruh dunia menunjukkan tren positif dari manajemen risiko bencana berbasis ekosistem untuk berbagai potensi bencana yang terjadi. Salah satu buktinya adalah Kota New York yang telah menginvestasikan US$5,3 milyar dalam infrastruktur hijau untuk mengurangi banjir ketimbang investasi senilai US$6,8 milyar untuk perbaikan pipa dan tangki secara tradisional. Selain biaya yang lebih murah, manfaat
ganda pun akan didapatkan ketika pembangunan berdasarkan infrastruktur hijau. Ruang-ruang hijau akan menyerap lebih banyak air hujan dan mengurangi beban pada sistem pembuangan air limbah. Selain itu, kualitas udara akan cenderung menjadi lebih baik serta biayabiaya air dan energi dapat ditekan. Walaupun demikian, hasil yang diberikan tidak langsung secara instan. Selain itu, sikap meremehkan nilai moneter berbagai layanan ekosistem dalam persepsi umum masih menjadi hambatan dalam penerapan manajemen risiko berbasis ekosistem di berbagai tempat.
Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi
25
Keindahan salah satu sudut Pantai Depok, Parangtritis.
26
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
Kawasan kepesisiran DIY memiliki banyak proses alam di dalam ruangnya, khususnya ditinjau dari proses geomorfologi yang terjadi di dalamnya yang terjadi secara terus menerus. Apabila proses geomorfologi ini terganggu aktivitas manusia, potensi kemunculan bencana akan meningkat. Pada dasarnya, kepesisiran DIY memiliki berbagai potensi bencana seperti tsunami, abrasi, sedimentasi, dan amblesan batuan (rock falling). Kegiatan manusia seyogyanya harus selaras dengan proses alam sehingga potensi bencana yang diketahui dapat diminimalisasi. Berdasarkan pemahaman tersebut, pendekatan pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem dapat digunakan untuk wilayah kepesisiran DIY. Potensi alam yang ada
di DIY dapat dimaksimalkan untuk mengembangkan pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem. Data dan informasi tentang pesisir yang begitu bervariasi, pun demikian masing-masing kabupaten, baik Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo memiliki cara memanajemen yang tersendiri. Harapannya ke depan, sumber daya maritim yang ada tidak hanya dikelola oleh Kabupaten Kulonprogo-BantulGunungkidul, tapi juga melibatkan Kota Yogyakarta serta Kabupaten Sleman, dan jika memungkinkan Provinsi Jawa Tengah sebagai tetangga terdekat dapat menjadi rekan usaha untuk mengembangkan maritim yang ada di DIY-Jawa Tengah.
Mengungkap Potensi dan Tantangan Sumber Daya Pembangunan Maritim Melalui Aspek Geoekologi
27
Seorang nelayan di muara Sungai Progo menebar jala.
28
Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
“
Geoekologi adalah kunci untuk memahami teka-teki alam. Lewat pemahaman yang baik dan menyeluruh, maka kita akan bersahabat dengan Bumi. Hingga kelak anak-cucu kita nanti.
“
29
Gunungkidul Euforia Pasir Putih di Celah Seribu Gunung
Cakrawala biru di gerbang Sadeng
30
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
31
Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih
K
eunikan alam Gunungkidul cukup berbeda apabila dibandingkan dengan Kulonprogo ataupun Bantul. Pasalnya, pembentukan Gunungkidul utamanya dikontrol oleh proses pelarutan (solusional) karst dan inilah yang membuat nilai tambah karena keunikan karakteristiknya. Kedua kabupaten lainnya di pesisir DIY didominasi oleh proses fluvial dan marin. Khusus di bidang pariwisata, Gunungkidul memiliki keunggulan tersendiri dengan karakteristik karst-nya. Ditinjau dari proses pembentukannya, secara umum Gunungkidul mengalami setidaknya empat tahapan pembentukan; 1) pengangkatan Gunungsewu (nama yang mengacu pada banyaknya kubah karst, sering disebut seribu gunung atau gunungsewu) sehingga menciptakan pantai bertebing curam (structurally shaped coast), 2) pembentukan pantai yang terkikis tenaga gelombang (wave erosion coast), 3) pembentukan pantai dari endapan material sedimen (marine deposition coast), dan tahapan terakhir 4) pantai yang didominasi aktivitas manusia. Gunungkidul kemudian menghasilkan berbagai macam bentuk pantai yang bervariasi. Tidak hanya terjal, namun juga pantai berpasir dan lainnya. Saat ini, banyak berkembang pantai baru yang dikembangkan oleh masyarakat Gunungkidul, khususnya pantai berpasir putih. Baik yang telah lebih dulu ataupun yang baru berkembang di celah Gunungsewu, menggeliatnya euforia baru primadona pariwisata DIY kini mulai terasa gaungnya.
Pasir Putih Pantai Gunungkidul
32
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih
33
“
Gunungkidul Handayani, Di selanya tersembunyi eksotisme pasir putih, Nun memandang cakrawala biru berlapis biru. Sebuah kekaguman yang perlu untuk segera disadari.
“
Pantai Sadranan di Celah Bukit Seribu
34
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
35
Menggapai Harap Berkemajuan dari Jalur Lintas Selatan
M
enyusuri tepian pantai DIY untuk menemukan semangat bahari berawal dari sini. Kata sakti “Among Tani Dagang Layar” yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam Rapat Paripurna DPRD DIY 21 September 2012 lalu teruntuk pantai selatan, Gunungkidul, Bantul maupun Kulonprogo. Sebuah gagasan merdeka untuk mewujudkan strategi budaya sang pelaut yang muncul dari Renaisans akan peradaban maritim, kemudian dicetuskan sebagai visi misi DIY. Pantai Selatan bukan lagi halaman belakang, namun menjadi atau lebih tepat menggunakan ungkapan “kembali”, “kembali menjadi halam depan”. Menyongsong peradaban maritim, menggali sumber daya mineral dan nutrisi bahari serta geliat pariwisata diusung untuk mencapai poros maritim dunia bagi Indonesia, paling tidak bermula dari DIY. Kelimpahan sumber daya di laut selatan perlu segera ditadah. Bukan diabaikan bahkan dilupakan. Lewat gagasan ini pencanangan pantai selatan sebagai halaman depan percaturan pembangunan dan perekonomian DIY, perlu dan sudah perlu diberi porsi yang istimewa. Pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas terus didorong untuk mendukung semangat pembangunan DIY.
Masyarakat Panggang Gunungkidul melintasi JJLS
36
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Menggapai harap berkemajuan dari Jalur Lintas Selatan
37
Jalur Lintas Selatan DIY sepanjang 125,125 km dari Jerukwudel, Gunungkidul hingga Karangnongko
38
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Terwujudnya Jalur Lintas Selatan DIY sepanjang 125,125 km dari Jerukwudel, Gunungkidul hingga Karangnongko, Kulonprogo menjadi gayung bersambut. Mungkin DIY mendapatkan pisang terkubak, Semangat Among Tani Dagang Layar dicetuskan, disusul cita-cita Indonesia sebagai poros maritim dunia oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam KTT ke-9 East Asia Summit, 13 November 2014 di Myanmar pada deklarasinya. Menilik kembali, Jalur lintas selatan bagaikan saraf pembangunan pantai selatan. Jalur ini merupakan kawasan strategis pengembangan perekonomian DIY seperti Pelabuhan Pantai Sadeng, kawasan wisata Pantai Wediombo, Pantai Siung, Pantai Sadranan, Pantai Nglambor, serta Pelabuhan Pantai Baron. Mulai bermunculan pantai-pantai sebagai kawasan wisata di Gunungkidul membutuhkan dukungan pembangunan infrastruktur. Jalur lintas selatan akan membuka akses dari dan ke Wonogiri masuk ke DIY khususnya Gunungkidul, daerah di timur Gunungkidul serta kota kota lainnya seperti Pacitan, Ponorogo, Blitar dan daerah lainnya.
Menggapai harap berkemajuan dari Jalur Lintas Selatan
39
Riwayat Sadeng
Riwayat mu Dulu, Hulunya dari Solo, Terkurung Gunungsewu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba Kajian Morfogenesis”
P
antai Sadeng merupakan salah satu kepingan yang menyusun sejarah dinamika Sungai Bengawan Solo (purba), bersama Giribelah dan Giritronto. Ketiga wilayah ini adalah kesatuan dalam ekosistem purba Sungai Bengawan Solo. Giribelah merupakan hulu dari Sungai Bengawan Solo purba dan modern, sementara Giritronto adalah wilayah tengah dari Sungai Bengawan Solo di masa lalu. Sementara itu, Pantai Sadeng berperan sebagai wilayah hilir sehingga muatan yang ada di Sungai Bengawan Solo Purba bermuara ke Samudra Hindia. Masa lalu Pantai Sadeng yang berperan sebagai muara Sungai Bengawan Solo purba adalah kunci untuk menjelaskan pembentukannya saat ini. Peran Pantai Sadeng sebagai muara adalah mengalirkan endapan material sedimen Sungai Bengawan Solo purba. Secara tidak langsung, genesis Pantai Sadeng terpengaruh dari keberadaan material sedimen. Hal ini menyebabkan karakteristik pembentukan Pantai Sadeng termasuk ke dalam klasifikasi pantai tipe sub-aerial deposition coast.
Air Tenang di Pelabuhan Sadeng
40
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Riwayat mu dulu, Hulunya dari solo, terkurung gunung seribu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba kajian Morfogenesis”
41
Sungai Bengawan Solo Purba di antara celah Gunungsewu
42
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
“
Mata air mu dari Solo, Terkurung Gunungsewu. Air mengalir sampai jauh. Riwayat mu dulu~
“
43
Waktu tetap berjalan hingga kini, dan manusia mengkudeta alam sebagai proses yang mendominasi. Pengendapan sudah berkurang signifikan di Pantai Sadeng. Hal tersebut dikarenakan faktor erosi dari gelombang yang begitu intensif, dan saat ini telah diminimalisasi dengan bangunan pemecah gelombang. Faktor manusia memang tidak selalu memberikan pengaruh yang buruk namun apabila tidak terencana dengan baik, manfaat Pantai Sadeng tidak dapat dikelola secara optimal. Kini, Pantai Sadeng memulai cerita baru di bawah kuasa manusia sebagai agen geomorfologi yang paling dominan.
Barier - Pemecah gelombang di Pantai Sadeng
44
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Riwayat mu dulu, Hulunya dari solo, terkurung gunung seribu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba kajian Morfogenesis”
45
Pelabuhan menjadi alternatif pilihan untuk mengembangkan potensi di Pantai Sadeng, di samping pariwisata. Pembangunan pelabuhan di sini dilengkapi dengan balok-balok pemecah gelombang yang berbentuk secara memanjang di mulut teluk sehingga gelombang besar tidak mencapai daratan. Status Pantai Sadeng saat ini telah menjadi pelabuhan bertaraf nasional. Keunggulan pelabuhan ini adalah kemudahan memperoleh air, meskipun masih cenderung payau. Banyaknya bangunan permukiman menunjukkan perkembangan urbanogenik yang begitu pesat, sehingga perhatian lebih banyak perlu ditekankan untuk meminimalisasi dampak potensi tsunami yang ada.
Kapal Bersandar di Pelabuhan Ikan Sadeng
46
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Riwayat mu dulu, Hulunya dari solo, terkurung gunung seribu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba kajian Morfogenesis”
47
Sadeng Merupakan Muara Bengawan Solo Purba
48
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Perkembangan ketiga aspek pendukung pariwisata seperti atraksi, amenitas, dan aksesibilitas di Pantai Sandeng tergolong baik. Pantai Sadeng memiliki sedikit pasir sehingga arena aktivitas bagi wisatawan. Wisatawan juga mendapatkan bonus berupa pemandangan pantai berbentuk teluk yang indah. Terkait fasilitas yang ada di Pantai Sadeng cenderung lengkap bagi wisatawan mulai dari tempat peribadatan, kamar mandi, keamanan, hingga kedai makanan. Aksesibilitas Pantai Sadeng juga cukup mudah dijangkau. Potensi lainnya yang dapat dikembangkan adalah potensi pertanian karena kedalaman tanah yang cukup dalam untuk dikembangkan menjadi pertanian, dan dapat didukung juga dengan adanya usaha peternakan.
Riwayat mu dulu, Hulunya dari solo, terkurung gunung seribu “Sebuah Mulajadi Bengawan Solo Purba kajian Morfogenesis”
49
Wediombo, Satu dari Volcanic Coast yang Memiliki Bekuan Lava Pemecah Ombak
K
awasan Pantai Wediombo merupakan kawasan pantai yang berbentuk teluk. Pada dasarnya kawasan ini terdiri atas pantai, karst dan vulkanik purba sehingga memiliki topografi yang bermacam-macam dari wilayah landai hingga bergunung dengan titik tertinggi yaitu Gunung Batur. Keadaan alam yang kompleks ini menjadi salah satu daya tarik Wediombo sebagai tujuan wisata. Pantai Wediombo merupakan hasil proses yang kompleks dari proses vulkanik purba dan proses erosi. Pasir putih di Pantai Wediombo merupakan hasil erosi material karst dan sedimentasi dari organisme laut. Sedangkan pada bagian lain terdapat lava flow yang merupakan hasil dari proses vulkanik purba. Berdasarkan proses pembentukannya yang kompleks Pantai Wediombo dapat digolongkan sebagai pesisir dengan tipe volcanic coast ataupun land erosion coast.
Batuan breksi vulkanik pantai Wediombo
50
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Wediombo satu dari Volcanic Coast yang memiliki bekuan Lava pemecah ombak
51
Pantai Wediombo berpasir putih
52
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Pantai Wediombo memiliki pasir putih yang memanjakan wisatawan. Pinggiran pantai dikelilingi oleh lava flow yang berasal dari vulkanik purba Batur. Lava flow inilah yang menjadi keunikan Pantai Wediombo dibandingkan dengan pantai lainnya. Kawasan ini beralaskan batuan dasar breksi vulkanik dan di bagian atasnya merupakan batuan gamping yang membentuk bentuklahan karst. Apabila pantai surut, pengunjung dapat menjumpai berbagai macam hewan laut di pinggiran pantai.
Wediombo satu dari Volcanic Coast yang memiliki bekuan Lava pemecah ombak
53
Topografi berbukit ditemui di bagian timur yang merupakan perbukitan karst. Perbukitan ini berbatuan gamping dengan tanah yang tipis. Penggunaan lahan di satuan bentuklahan ini adalah semak belukar dan tegalan serta untuk peternakan. Gua karst juga ditemukan di sebelah timur. Gua karst merupakan bentukan endokarst, sedangkan bukit karst merupakan bentukan eksokarst. Di sekitar wilayah Pantai Wediombo dapat ditemukan beberapa gua yaitu Gua Nggreweng, Gua Macan, Gua Bentis, Gua Banyu Sumurup dan Gua Pertapaan. Ornamen dalam gua beraneka ragam antara lain stalagtit, stalagmit, helectit, gourdyn, tiang (column), flow stone, drip stone dan lainnya. Selain gua, bentukan lainnya yang juga ditemukan adalah sinkhole atau yang biasa disebut luweng, di antaranya adalah Luweng Ngalun-alun dan Luweng Nggreweng.
Teluk Wediombo
54
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Wediombo satu dari Volcanic Coast yang memiliki bekuan Lava pemecah ombak
55
Di sekeliling Teluk Wediombo memiliki topografi bergelombang yang memiliki batuan vulkanik. Batuan vulkanik mengelilingi Teluk Wediombo dari Gunung Batur dan Gunung Manjung. Kedua gunung tersebut merupakan gunungapi purba. Batuan vulkanik tersebut antara lain breksi andesit, tuff dan lava pejal. Satuan bentuklahan ini dimanfaatkan untuk lahan pertanian berupa tegalan. Tanah yang berada di bentuklahan ini merupakan lapukan dari batuan vulkanik. Puncak tertinggi adalah bukit intrusi Gunung Batur.
Perbukitan di sekitar Pantai Wediombo
56
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Satuan bentuklahan bukit intrusi dicirikan oleh bentuk morfologi yang menyerupai kubah dan mempunyai ketinggian tertinggi (+ 208 m) di atas permukaan laut di wilayah ini. Bukit intrusi disusun oleh batuan intrusi andesit (mikrodiorit) yang membentuk Gunung Batur. Gunung Batur merupakan gunungapi purba zaman Tersier. Seperti umumnya gunungapi, Gunung Batur mengalami erupsi dan mengeluarkan lava serta bahanbahan piroklastik. Komposisi magma Gunung Batur menunjukkan potasium rendah (tholeiite series).
Wediombo satu dari Volcanic Coast yang memiliki bekuan Lava pemecah ombak
57
Tebing Curam Pemikat di Pantai Siung
P
antai Siung adalah suatu objek wisata pantai yang terletak di Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Pantai Siung berjarak dengan Kota Yogyakarta sekitar 100 km. Pantai Siung merupakan salah satu objek wisata andalan pesisir Kabupaten Gunungkidul DIY. Menurut sesepuh setempat, kawasan Pantai Siung dulunya merupakan salah satu pusat perdagangan di wilayah Gunungkidul. Tidak jauh dari pantai terdapat sebuah pasar di Daerah Winangun. Saat itu sebagian besar Warga Siung mengandalkan air laut dan kekayaan garamnya dengan berprofesi sebagai petani garam. Sebagian besar penduduk wilayah pesisir Pantai Siung saat ini merupakan warga pendatang dari Jawa Timur dan sebagian merupakan masyarakat Bugis.
Pantai Siung
58
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Tebing Curam Pemikat di Pantai Siung
59
Rumah Limasan di Pantai Siung
60
Meski kaya beragam jenis ikan, masyarakat hanya mencari ikan di tepian karena belum ada yang berani untuk melaut. Namun Pasar Winangun berangsur sepi ketika kegiatan perdagangan dipindahkan ke Kota Yogyakarta dan warga kehilangan mata pencahariannya. Kearifan lokal yang tampak di Pantai Siung ialah bentuk rumah limasan, tidak lain dengan rumah limasan pada umumnya di Gunungkidul, namun arah hadap bangunan di Pantai Suing menjadi menarik karena sisi yang lebih sempit berada menghadap ke pantai, sedangkan sisi yang lebih lebar dan panjang sejajar dengan arah datang angin. Hal ini akan mampu mengurangi hempasan angin laut.
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Tebing Curam Pemikat di Pantai Siung
61
Tebing Pantai Siung
62
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Salah satu daya tarik objek wisata yang memiliki ekosistem karst dengan pesisir bertebing curam memberikan keindahan yang lain pada kawasan pesisir Pantai Siung. Oleh karena itu Pantai Siung terkenal sebagai tempat olah raga panjat tebing yang digemari para climbers. Terdapat lebih 250 jalur pemanjatan, dengan didukung panorama laut. Sekitar tahun 1989, pencinta alam dari Jepang memanfaatkan tebing-tebing karang di Pantai Siung sebagai arena panjat tebing. Sedangkan pada dekade 90-an berlangsung kompetensi Asian Climbing Gathering yang kembali memanfaatkan tebing karang. Sejak itu Pantai Siung mulai dikenal kembali.
Tebing Curam Pemikat di Pantai Siung
63
Hingga saat ini, setidaknya kegiatan olahraga panjat tebing terjadi secara berkelanjutan karena dalam tiga tahun terakhir yaitu tahun 2013 hingga tahun 2015, Indonesian Climbing Gathering telah rutin diselenggarakan di Pantai Siung. Terdapat ekosistem yang masih alami di dataran karst. Dataran karst Pantai Siung memiliki beberapa macam burung dan kera ekor panjang. Beberapa jenis populasi burung di Pantai Siung yaitu Bentet Kelabu, Bondol Jawa dan Bondol Peking, dan beberapa jenis lain.
Pasir Putih Pantai Siung
64
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Tebing Curam Pemikat di Pantai Siung
65
Pantai Siung memiliki tipologi pantai wave erosion coast dan memiliki dominasi material berpasir putih dengan sedikit pasir bewarna gelap. Gambaran umum Pantai Siung adalah hamparan pasir putih yang luas namun pada sebelah barat pantai terdapat bongkahan batu yang berukuran besar. Dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah DIY tahun 2012-2025 yang menjadikan kawasan Pantai Siung sebagai kawasan wisata berbasis keanekaragaman karst.
Karst di Tepi Pantai Siung
66
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Bentangan alam yang indah dan menantang, harusnya Pantai Siung dapat dieksplore lebih dalam. Tetapi kurangnya publikasi menyebabkan Pantai Siung kurang dikenal. Kondisi lainnya adalah adanya anggapan umum bahwa pantai di DIY memiliki ombak yang relatif besar. Pantai Siung seringkali terjadi banjir rob, atau naiknya permukaan air laut yang menggenangi kawasan pantai hingga hampir mencapai pemukiman. Selain itu kawasan Pantai Siung berpotensi abrasi. Tidak adanya bangunan pelindung pantai akan menyebabkan gelombang mengikis wilayah pantai.
Tebing Curam Pemikat di Pantai Siung
67
Sadranan
Bawah Airnya Terdapat Eksotisme Alam Bahari
P
antai Sadranan memiliki tipologi pantai berpasir putih. Sebelah barat pantai dapat ditemukan batu-batu berwarna hitam. Pantai Sadranan adalah salah satu dari deretan pantai eksotis yang berada di Gunungkidul. Pantai ini memiliki titik koordinat 8o 8’ 43,69’’ LS dan 110o 36’ 14,79’’ BT. Pantai Sadranan secara administrasi termasuk dalam Desa Sidoarjo Dusun Pulegundes II Kecamatan Tepus. Kualitas jalan menuju pantai ini tergolong baik dengan material aspal. Keadaan pantai ini sangat bersih dan masih asri dengan beberapa tebing berbatu di sebelah kanan dan kiri pantai. Tebing-tebing berwarna coklat kehitaman tersebut ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan lainnya.
Batuan Kapur di Pantai Sadranan
68
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Sadranan : Bawah Airnya Terdapat Eksotisme Alam Bahari
69
Pantai Sadranan termasuk dalam kategori pantai berpasir dengan warna putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan perlapisan batupasir. Pantai ini tidak memiliki potensi kebencanaan seperti banjir/banjir rob, dan tsunami. Salah satu bencana yang pernah terjadi di Pantai Sadranan adalah erosi pantai yang tergolong kecil karena ombaknya relatif tenang dan tidak mengurangi luasan daratan pinggir pantai.
Pasir putih di Pantai Sadranan
70
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Sadranan : Bawah Airnya Terdapat Eksotisme Alam Bahari
71
Pantai Sadranan memiliki potensi bahaya lainnya berupa tebing runtuh. Masyarakat setempat menyebutkan bahwa tebing setinggi 12 meter longsor karena abrasi. Bebatuan di sekitar pantai selatan termasuk batuan karst yang apabila terus menerus terkena deburan ombak lama-lama akan lapuk dan terjadilah abrasi. Penduduk Pantai Sadranan sebagian besar berprofesi sebagai pedagang sedangkan penduduk desanya berprofesi sebagai petani dan peternak. Tanaman yang biasanya dihasilkan dari bertani adalah padi, jagung, kacang dan kedelai dan hewan yang biasanya digunakan untuk berternak adalah ayam, sapi dan kambing. Sumber mata air di Pantai Sadranan ada dua yaitu berasal dari gua dan sumur bor. Air yang berasal dari gua tidak berbau, berwarna jernih dan memiliki rasa tawar serta hal ini sama dengan air yang berasal dari sumur bor.
Bongkahan Batuan Kapur di Pantai Sadranan
72
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Sadranan : Bawah Airnya Terdapat Eksotisme Alam Bahari
73
Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul mengandalkan wisata budaya dan wisata alam, termasuk di Pantai Sadranan. Wisata budaya terfokus pada peninggalan situs-situs dan budaya adat turun menurun sedangkan wisata alam berupa pantai, goa, tebing, karst, gunung dan laut. Secara khusus, salah satu potensi wisata budaya yang menarik adalah sedekah laut. Sedekah laut merupakan kegiatan rutin berupa sedekah laut untuk meminta keselamatan dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki berupa hasil laut yang diperoleh saat musim panen. Sedekah laut dilaksanakan di hampir semua pantai dengan kenduri dilanjutkan labuhan.
Pulau di Pantai Sadranan
74
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Sadranan : Bawah Airnya Terdapat Eksotisme Alam Bahari
75
Persewaan alat selam di Pantai Sadranan
76
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Pantai Sadranan berkembang menjadi tujuan wisata alam yang populer. Pantai ini menawarkan wisata air yaitu selam dangkal (snorkeling) dengan tersedianya tempat peminjaman alat untuk snorkeling di pinggir pantai. Pantai ini cocok dijadikan tempat berenang dan menikmati keindahan bawah laut melalui snorkeling karena ombak di pantai ini tergolong tenang dan airnya masih jernih memudahkan untuk melihat di bawah permukaan air.
Sadranan : Bawah Airnya Terdapat Eksotisme Alam Bahari
77
Baron
Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu
P
antai Baron adalah salah satu pantai yang ada di Indonesia dan sering dikunjungi oleh wisatawan baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Pantai Baron merupakan pantai selatan yang terletak di Dusun Sumuran, Desa Kemadan, dapat dengan melewati jalan yang cukup ekstrem baik itu berupa belokan-belokan, turunan, dan tanjakan. Tetapi keadaan jalan aspal yang memiliki kualitas baik sehingga untuk sampai kepada lokasi pantai Baron dapat dikatakan relatif mudah. Pantai Baron memiliki morfologi pantai yang menjorok ke darat (teluk). Pantai Baron juga dideskripsikan sebagai pantai berpasir yang luas. Kemiringan lereng pantai yang dimiliki oleh Pantai Baron berbentuk datar bergelombang.
Teluk Pantai Baron
78
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Baron : Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu
79
Pantai Baron memiliki keunikan yang luar biasa. Hal ini dikarenakan keberadaan sungai bawah tanah. Sungai bawah tanah ini juga sekaligus dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai pembangkit listrik. Keberadaan muara sungai sangat berpengaruh terhadap karakteristik sedimen pada pantai dan aliran sungai yang mengalir menuju ke samudra. Adanya muara sungai bawah tanah di bagian utara Pantai Baron mempengaruhi salinitas atau derajat keasinan air laut. Jika dibandingkan dengan pantaipantai lainnya salinitas di Pantai Baron lebih kecil. Pada muara sungai ini terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dengan air laut. Sedimen pada Pantai Baron memiliki ciri khas berpasir lebih halus dan berwarna lebih gelap (hitam) jika dibandingkan dengan pantai lainnya.
Pola Aliran Sungai Bawah Tanah di Celah Batuan Karst Pantai Baron
80
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Baron : Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu
81
Abrasi batuan karst di Pantai Baron
82
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Warna gelap pasir yang ada di Pantai Baron menunjukkan asal sedimen yakni dari sungai yang bermuara di pantainya. Pada Pantai Baron wilayah karst berada di samping kanan dan kiri pantai, sehingga memberi celah di tengahnya untuk ombak masuk. Pengaruh ombak yang tidak adanya halangan pada pantai (barrier) membuat Pantai Baron sangat mudah tererosi walaupun dengan tenaga yang jauh lebih kecil sebagai akibat lereng gisik pantai yang landai. Keunikan setiap pantai yang berada di Negara Indonesia sangat bervariasi. Salah satunya adalah Pantai Baron yang memiliki Keadaan fisik berupa tebing, bebatuan yang besar dan perbukitan yang ditumbuhi oleh vegetasi. Bebatuan yang berada di Pantai Baron ini berjenis Karst yang berasal dari Gunungsewu.
Baron : Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu
83
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar wilayah Pantai Baron. Masyarakat di sekitar wilayah pesisir Pantai Baron memiliki profesi yang beragam namun kebanyakan dari masyarakat berprofesi sebagai nelayan, pedagang dan petani. Walaupun hidup di sekitar wilayah pantai tapi air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk dikonsumsi adalah air yang berasal dari PDAM.
Perahu Nelayan Pantai Baron
84
Pantai Baron memiliki potensi untuk terjadinya banjir Rob. Selain itu juga terdapat potensi untuk terjadi erosi pantai (abrasi). Namun meskipun terletak di pantai selatan, pantai Baron tidak memiliki potensi untuk terjadinya tsunami serta tidak pula berpotensi untuk terjadi longsor pantai. Dengan adanya permasalahan yang terjadi, masyarakat, pemerintah, atau pejabat setempat diharapkan bekerja sama untuk melakukan penanggulangan bencana. Penanggulangan atau upaya yang diharapkan agar mengurangi dampak negatif dan memberikan dampak positif dari terjadinya bencana.
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Baron : Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu
85
Aliran Sungai Bawah Tanah Pantai Baron
86
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Selain Pemerintah, masyarakat diharapkan memiliki andil dalam menanggulangi abrasi. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait dengan penanggulangan bencana, Pemerintah diwajibkan memberikan sosialisasi serta melakukan monitoring hasil dari kegiatan masyarakat. Tujuan dari adanya sosialisasi dan monitoring agar pelaksanaan penanggulangan bencana berjalan secara optimal serta masyarakat dapat memahami bagaimana pentingnya dalam menanggulangi bencana terutama penanggulangan abrasi dan banjir.
Baron : Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu
87
Untuk pembangunan infrastruktur dan penanggulangan bencana telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulan Bencana Pasal 1 (satu) Ayat 2 sebagaimana Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Selain itu pada pasal 20 ayat 3 mengatakan bahwa pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat 2 huruf b, wajib menerapkan aturan standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang. Perahu Sandar Pantai Baron
88
Gunungkidul: Euforia Pasir Putih di Celah Gunung Seribu “Menggeliatnya Wisata Pantai Pasir Putih”
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah, mengatakan bahwa Strategi pengembangan kawasan Pantai Baron dan sekitarnya dengan mengembangkan pantai sebagai rekreasi keluarga, pendidikan, dan kuliner hasil laut. Selain itu dalam fasilitas kepariwisataan yang diatur pasal 18, arah kebijakan pembangunan fasilitas kepariwisataan dalam mendukung perintis pengembangan Pantai Baron dan sekitarnya sebagai kawasan wisata tepi pantai berbasis relaksasi dan keluarga.
Baron : Akhir Muara Sungai Bawah Tanah Gunungsewu
89
Bantul
Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Pantai Parangtritis
90
Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
91
Kapal Nelayan Bersandar di Pantai Depok
92
Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Dia adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya
“
93
Jembatan Kretek Merajut Asa Penghidupan Parangtritis
S
ungai Opak merupakan salah satu sungai besar yang membelah Kabupaten Bantul, hulunya di Gunung Merapi dan bermuara di Pantai Depok, Parangtritis menghadap ke Samudra Hindia. Sungai Opak menjadi pemisah Kabupaten Bantul di sisi barat dengan Kabupaten Gunungkidul di sisi timur, namun ada bagian Kabupaten Bantul yang juga berada di sisi timur Sungai Opak, Seolah bagaikan sepucuk projo taman sari yang terpisah yakni Desa Parangtritis salah satunya. Desa Parangtritis berada disisi Timur Sungai Opak berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul. Wilayah Parangtritis menjadi penting mengingat bahwa salah satu ikon Pariwisata Kabupaten Bantul adalah Parangtritis. Dinamika Wilayah Parangtritis tidak terlepas dari Sungai Opak. Pantai Depok sebagai Muara Sungai Opak, merupakan kesatuan bentangalam Pantai Parangtritis. Di wilayah ini memiliki dinamika aeolin yang khas yaitu Gumuk Pasir Barkhan. Sungai Opak merupakan salah satu kunci Pembentukan Gumuk Pasir Barkhan, yang mana hulu Sungai Opak berasal dari Gunungapi Merapi, dari siniah bermula material pasir sebagai materi utama gumuk pasir, opak mengambil peran sebagai distributor materi pasir tersebut hingga tersedimen di muara.
Sungai Opak, Kretek Bantul
94
Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Opak mengantarkan butir pasir hingga ke muaranya. Ia mengambil peran begitu berani dari hulunya hingga hilir. Lihatlah! Gumuk Pasir di selatan adalah hasil usahanya.
“
Jembatan Kretek : Merajut Asa Penghidupan Parangtritis
95
Nah, sebagaimana Parangtritis berada di sisi lain wilayah Bantul oleh sebab Sungai Opak sebagai pemisahanya maka keberadaan Jembatan Kretek yang menjembatani dua wilayah ini benar benar telah memberi penghidupan bagi masyarakat Desa Parangtritis. Betapa tidak, Jembatan Kretek yang membentang 100 m ini menjadi punggung mobilitas penduduk Parangtritis untuk berinteraksi dengan wilayah “lor kali”. Istilah yang digunakan masyarakat untuk menunjuk daerah di sisi utara Sungai Opak. Daerah di sisi utara Sungai Opak merupakan daerah yang lebih berkembang dibandingkan dengan daerah di sisi selatan Sungai Opak. Pasalnya, sisi utara sungai memiliki akses yang lebih mudah untuk menuju ke Kota Yogyakarta dan Ibu Kota Kabupaten Bantul. Transaksi perekonomian serta komunikasi dan mobilitas lebih berkembang.
Jembatan Kretek, Kretek Bantul
96
Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Kala, pada eranya jembatan Kretek belum dibangun, masyarakat Parangtritis harus menyebrang sungai untuk menuju “lor kali” dalam rangka kegiatan perekonomian dan komunikasi. Masyarakat perlu menggunakan getek untuk menyebrang. Pun dalam keadaan air meluap, atau pilihan lain masyarakat harus memutar sejauh 14 km di daerah Imogiri. Oleh karena itu, benar bila Jembatan Kretek ialah tulang punggung baja, yang menopang perekonomian masyarakat Parangtritis. Apresiasi bagi Jembatan Kretek atas dedikasinya, bahkan dimasa kini geliat pariwisata mulai tumbuh dan semakin berkembang di Pantai Parangtritis dan Pantai Depok. Jembatan Kretek membuka pintu itu. Perlu juga diingat, Tumbuh kembangnya wisata Gunungkidul juga oleh sebab adanya Jembatan Kretek.
“
Opak pernah menjadi hambatan pertumbuhan perekonomian, kini riwayatnya manusia mulai sadar, bukan hambatan yang alam suguhkan melainkan sumberdaya yang tidak nampak di mata.
“
Jembatan Kretek : Merajut Asa Penghidupan Parangtritis
97
Jalur Jalan Lintas Selatan Peluang dan Tantangan Projotamansari
Pembangunan JJLS di Desa Tirtohargo, Kretek Bantul
98
Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
M
ewujudkan Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bukan menjadi citra masa depan yang elusif, melainkan konsep genial yang melahirkan titik temu ramuan untuk memadu padankan kemelimpahan alam raya DIY. Tentunya telah mufakat atas keberlimpahan pesisir selatan perlu dan sudah butuh segera diramu menjadi anugrah unggulan. Kembali menengok Samudra selatan bagi DIY setapak demi tapak tahapan dilalui, dirajut menjadi asa utuh bak Jalur lintas selatan Jeruk wudel hingga Karangnongko. Di sini, Jalur lintas selatan menyambangi Projotamansari Kabupaten Bantul dari Parangtritis hingga Srandakan.
Akan menjadi dua kacamata dalam melihat Jalur lintas selatan di Bantul. Apakah sebuah peluang atau melainkan tantangan berat? Menjadikan pantai selatan sebagai halaman depan berarti mempercantik dan mengokohkan sembada di halaman ini. Pembangunan dan infrastruktur digiatkan. Lain halnya disandingkan dengan Gunungkidul, nun memiliki eksotisme alam yang lebih dari cukup menjadi syarat Gunungkidul disebut sebagai pemilik pantai menawan. Jalur lintasan disana sebagai aksesibilitas pariwisata bahari. Pun digelar koral dan aspal, maka nuansa indah pasir putih akan tetap dirasakan di Gunungkidul. Bantul sendiri, berdiri dengan keunggulan yang berlainan. Projotamansari yang menyimpan nutrisi berlimpah, baik tanahnya juga airnya. Dibangunnya Jalur lintas selatan akan mendorong perubahan penggunaan lahan besar-besaran. Segera perlu disadari!
Jalur Jalan Lintas Selatan : Peluang dan Tantangan Projotamansari
99
Alat berat membangun JJLS di Desa Tirtohargo, Kretek
100 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Bagaimana tidak! Pembangunan jalur lintas tentu akan memicu bangkitan yakni aktivitas soial dan ekonomi. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum. Semakin giatnya alih fungsi lahan ini tentu menjadi bumerang. Bantul yang digadang-gadang sebagai Projotamansari, ijo royo-royo-nya boleh jadi akan diganyang oleh alih fungsi lahan. Semula tanah subur menjadi tanah beton, hingga suburnya daratan mulai pupus sampai lautan
menjadi habis nutrisi. Daratan yang subur ialah burhan, petunjuk laut yang melimpah protein. Kendati demikian, tetap sebuah peluang yang perlu diupayakan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Bantul. Bukankah produktivitas yang tinggi perlu upaya distribusi? Jalur lintas merupakan pintu kemana saja yang dapat menjadi penggerak dan pendorong roda perekonomian Bantul.
Jalur Jalan Lintas Selatan : Peluang dan Tantangan Projotamansari
101
Gumuk Pasir Bukan Sekadar Butir Pasir
M
asing-masing daerah di Indonesia memiliki karakteristik yang khas sebagai jati dirinya. Dari sekian banyaknya karakter yang ada, karakter ‘istimewa’ tampaknya menjadi milik DIY. Keistimewaan DIY telah diakui, setidaknya dengan beragam julukan yang melekat padanya. Beberapa julukan itu di antaranya adalah Kota Pelajar, Kota Gudeg, Kota Budaya, dan berbagai julukan lainnya telah diberikan kepada DIY. Banyaknya keistimewaan DIY tidak selalu didominasi dari perspektif humanis atau sosialnya saja. Perspektif alam secara nyata juga telah membuktikannya. Keindahan alam di DIY telah diakui oleh wisatawan domestik maupun mancanegara, dan mengantarkan DIY sebagai tujuan
pariwisata paling banyak dikunjungi di Indonesia setelah Pulau Bali, meskipun jenis wisata yang berkembang di masing-masing daerah berbeda jenis. Keistimewaan DIY juga diakui oleh kalangan saintis. Ilmu Geomorfologi menjelaskan secara singkat bahwa di dunia terdapat klasifikasi sepuluh jenis bentuklahan (landform)8 dan DIY memiliki sembilan di antaranya yaitu vulkanik, struktural, solusional, denudasional. marin, fluvial, organik, antropogenik, dan aeolin. (kecuali glasial atau es seperti di kutub). Fakta unik dan menarik ini jelas menjadikan DIY sebagai laboratorium alam yang begitu istimewa. Kondisi ini tentu tidak terlalu banyak di dunia yang bisa menyamainya.
8 Klasifikasi Bentuklahan menurut Herman Th. Verstappen 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys for Environmental Development. Elsevier Science Publishing Company Inc: New York.
102 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Senja di kawasan gumuk pasir barkhan, Parangtritis
DIY juga memiliki hal lainnya yang membuat DIY begitu langka dan istimewa. Terkait ekosistem langka, lagi-lagi DIY menjadi tempat yang unik. DIY menjadi tempat spesial yang mana memiliki gumuk pasir (salah satu bentukan asal proses aeolin) terlangka di dunia. Gumuk pasir memiliki beberapa tipe, di antaranya adalah tipe barkhan yang hanya terbentuk di wilayah arid. Anomali pembentukan barkhan terjadi di DIY, khususnya Kabupaten Bantul, karena memiliki iklim tropika basah (dan seharusnya tidak terbentuk barkhan). Gumuk pasir di Kabupaten Bantul, selain memiliki keunggulan sebagai ekosistem gumuk pasir barkhan paling langka, juga memberikan manfaat bagi masyarakat. Beberapa manfaatnya adalah sebagai tempat pariwisata untuk sandboarding, sebagai kawasan resapan air, tembok pelindung tsunami, dan juga sebagai tempat tinggal biota unik khas gumuk pasir. Gumuk pasir juga digunakan
sebagai laboratorium alam yang sering kali dikunjungi oleh mahasiswa dan peneliti, tidak hanya dari Indonesia, tapi juga mancanegara. Namun, kelangkaan ini sedang diuji dengan konflik kepentingan penggunaan lahan yang tumpang tindih, antara kepentingan konservasi dan ekonomi. Keberadaan penghalang angin di gumuk pasir, berupa vegetasi atau bangunan, akan mengurangi kecepatan angin sehingga mempengaruhi pembentukan gumuk pasir. Vegetasi atau bangunan jelas erat kaitannya dengan aktivitas masyarakat di sekitar yang juga membutuhkan penghasilan. Solusinya? Penataan penggunaan lahan di gumuk pasir sedang dilakukan sekitar bulan September 2016. Berbagai kepentingan yang berkaitan dengan aktivitas budidaya di gumuk pasir perlu dikondisikan supaya tidak mengganggu pembentukan gumuk pasir.
Gumuk Pasir : Bukan sekedar butir pasir
103
“
Karena konservasi tidak selamanya adalah reboisasi. Gumuk Pasir membutuhkan perhatian yang berbeda.
“
104 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Gumuk Pasir Parangtritis
105
Diversifikasi kegiatan budidaya juga perlu diperbaharui mengingat kondisi lahan yang tidak bertambah luas namun masyarakat yang tinggal di gumuk pasir semakin bertambah. Diversifikasi kegiatan yang perlu ditekankan adalah peningkatan peluang terjadinya transaksi ekonomi di gumuk pasir sehingga perputaran uang meningkat. Secara tidak langsung, hal ini akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar gumuk pasir. Oleh karena itu, kerja sama sangat diperlukan dari berbagai pihak untuk mewujudkan kegiatan pemberdayaan gumuk pasir yang berkelanjutan tanpa meninggalkan aspek konservasi.
Gumuk pasir barkhan Parangtritis
106 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Khusus untuk konservasi, selain penataan penggunaan lahan, juga diperlukan upaya edukasi lainnya yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Salah satu bentuk usulan kegiatan yang mungkin dilaksanakan adalah pembuatan aplikasi permainan di gawai ponsel pintar. Selain lebih menarik ketimbang sosialisasi konvensional, sasaran yang dapat dijangkau dengan adanya aplikasi permainan khusus untuk konservasi gumuk pasir dapat menjangkau kalangan lebih luas dan lebih mudah diakses mengingat perkembangan teknologi gawai di Indonesia sudah sedemikian maju.
Ketika gumuk pasir telah menjadi sumber ekonomi masyarakat, maka konservasi akan berjalan secara otomatis. Hal ini dikarenakan masyarakat di sekitar gumuk pasir telah teredukasi secara perlahan bahwa yang perlu dikonservasi tidak semata-mata hanya fisik dari gumuk pasir itu sendiri, melainkan fungsi dari gumuk pasir sehingga masyarakat mampu menerima manfaatnya secara berkelanjutan. Dan memang, gumuk pasir DIY memang bukan sekadar butir pasir biasa.
Gumuk Pasir : Bukan sekedar butir pasir
107
Pohon cemara udang Parangtritis
108 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Kelak, konservasi gumuk pasir DIY akan menjadi rujukan bagi lainnya. Harmoni ekologi dan ekonomi terasa begitu istimewa di dalamnya.
“
109
Menerjang Ombak Tiada Takut
M
asih ingatkah, bait-bait yang senantiasa disemangatkan tentang kisah nenek moyang Bangsa Indonesia? Agar pemuda-pemudi bangsa tahu, Bangsa Indonesia ialah bangsa pelaut. Hendak kemana pergi jauh di Indonesia, tentu akan mendapati laut pula. Menggambarkan garis laut yang panjang membentang hingga seluruh provinsi dan setingkatnya (daerah istimewa seperti Aceh dan DIY) pasti memiliki cakrawala biru di lepas pantainya. Sepanjang 99.093 garis pantai dimiliki Indonesia9.
9
SK Kepala BIG No. 20 Tahun 2013
110 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Sebuah tontonan yang asyik untuk disaksikan saat nelayan Pantai Depok menerjang ombak, sesekali kapal terjungkil terbalik. Bukan suatu kecelakaan, tapi hanya sekedar tantangan. Ombak berdebur membangkitkan pemuda melaut. Pantai Depok satu dari pantai yang ada di Kabupaten Bantul, terkontrol oleh aktivitas dan dinamika muara Sungai Opak. Sungai Opak yang mengantarkan sedimen pasir menjadikan Pantai Depok sebagai pantai berpasir.
“
Angin bertiup layar terkembang Ombak berdebur di tepi pantai Pemuda b’rani bangkit sekarang Ke laut kita beramai-ramai
“
Debur Ombak Tantangan Nelayan Pantai Depok
Menerjang ombak Tiada Takut
111
Usaha perikanan laut bersifat komplementer terhadap mata penceharian pokok yaitu kegiatan pertanian dan pariwisata. Kegiatan laut di Pantai Depok dapat dibilang baru saja, tahun 1995 dengan dirintisnya usaha penangkapan ikan di wilayah ini oleh nelayan andon. Kala itu menjadi titik balik alih matapenceharian masyarakat Depok dari petani menggeluiti nelayan, pedagang juga jasa wisata. Ketiga aktivitas ini menjadi pembaharu dalam perekonomian di Pantai Depok10. Pantai yang baru saja berkembang dengan bermacam aktifitas perekonomian melambungkan nama sebagai pantai wisata kuliner bahari. Beragam macam masakan laut disajikan disini. Menjadi salah satu objek wisata wajib kunjung di Kabupaten Bantul.
10 Yulia Asyiawati dan Dinung Rustijarno “Kontribusi Ekonomi Desa-Desa Pesisir Terhadap Pendpatan Wilayah Kabu[aten Bantul” diakses di http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/pwk/article/view/17758/17679 tanggal 19 September 2016 pukul 13:9 WIB
112 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Hendak kemana pergi jauh di Tanah Indonesia, tentu akan mendapati laut pula.
“
Perahu nelayan bersandar di Pantai Depok
Menerjang ombak Tiada Takut
113
Mangrove Baros
Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Bantul Ditetapkannya Keputusan Bupati Bantul Nomor 284 Tahun 2014 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir di Kabupaten Bantul menjadi langkah awal kesuksesan Kelompok Pemuda Pemudi Baros (KP2B) dalam konservasi mangrove di Pantai Baros, Trihargo, Bantul. Kelompok pelestarian mangrove ini merupakan kelanjutan dari rintisan LSM Relung dalam program pembibitan mangrove opak pada tahun 2003. Inisiasi ini membuahkan hasil hingga akhirnya diterbitkan peraturan bupati tersebut sebagai dasar pijakan pengelolaan Kawasan Mangrove. Sebuah ungkapan menyebutkan “Pohon kelapa akan selalu bermanfaat, dari pucuknya hingga akarnya”. Ungkapan ini sepadan saat meneliti ekosistem mangrove. Seluruh unsur pada ekosistem mangrove bermanfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi manusia. Sebuah aliran energi yang lestari terjadi di ekosistem mangrove. Tidak hanya bagi lingkungan sekitar mangrove, namun juga hingga ke lepas pantai pengaruh mangrove dapat dirasakan. Tidak hanya jauh ke lepas pantai, masuk hingga kedaratan pun mangrove memberi peran yang berarti.
Populasi Rhizopora mangrove Baros
114 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Ekosistem mangrove menunjukkan suatu kawasan dengan keragaman dan sumber kekayaan alam. Hutan mangrove kini telah diakui sebagai pelindung utama bagi lingkungan pesisir/pantai dan merupakan sumberdaya ekonomi yang sangat besar.8 Komunitas mangrove tersusun dari banyak unsur biotik seperti hewan, mikroba dan tumbuhan mangrove sendiri, baik mangrove utama maupun mangrove asosiasi. Kendati demikian komunitas mangrove ini tidak akan terbentuk tanpa ada perintis yakni tumbuhan mangrove itu sendiri. Tanaman mangrove sebagai cikal berkembangnya suatu kawasan menjadi ekosistem mangrove yang sinergis.
Akar napas mangrove Baros
Shozo Kitamura, dkk. 1997. Handbook of Mangrove in Indonesia. Volume. Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh: Mangrove Information Center Project. Denpasar: Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah 1, Mangrove Information Center Project.
8
Mangrove Baros : Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Bantul
115
Ekosistem Mangrove Baros
116 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Tumbuhan Mangrove adalah pionir bagi Ekosistem Mangrove. Ianya menjadi perintis untuk berputanya arus energi ekosistem.
“
117
Foto udara ekosistem mangrove Baros
Unik sebuah ungkapan yang disematkan bagi Mangrove Baros. Pasalnya, kawasan ini menjadi khas mengingat bahwa pada umumnya mangrove tumbuh di kawasan berlumpur. Sedangkan material penyusun utama muara opak ialah pasir. Pun demikian, tanaman mangrove dapat tumbuh subur di wilayah ini.
Mangrove menjadi tempat terbaik bagi beberapa jenis ikan untuk melakukan pemijahan dan berkembang biak. Salah satu ikan yang sering singgah ke kawasan Mangrove Baros adalah ikan belanak. Jenis ikan ini bertelur dan berkembang hingga cukup dewasa untuk berenang ke laut lepas. Ikan belanak memilih kawasan mangrove sebagai nursery ground9.
Shozo Kitamura, dkk. 1997. Handbook of Mangrove in Indonesia. Volume. Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh: Mangrove Information Center Project. Denpasar: Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah 1, Mangrove Information Center Project.
9
118 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Fenomena ini menjadi bukti bahwa mangrove memiliki peran penting bagi kehidupan di laut lepas. Ikan-ikan berkembang di kawasan mangrove sedangkan ikan-ikan ini merupakan nutrisi bagi ikan yang lebih besar di tengah laut. Hal ini menjadi aliran energi, sebagai rantai makanan yang bermula dari ekosistem mangrove. Sedangkan pada saat berkembangnya ikan di kawasan mangrove, ikan-ikan tersebut mendapat nutrisi dari jentik dan mikroorganisme yang hidup di kawasan mangrove.
Mangrove memberikan ruang bagi organisme baik hewan darat ataupun hewan laut untuk bermukim dan berkembang biak, seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, serangga dan organisme lainnya yang lebih kecil. Bahkan lumpur mangrove menjadi lumpur dengan jumlah mikroorganisme yang paling banyak dibandingkan dengan lumpur dari tempat lain.
Mangrove Baros : Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Bantul
119
“
Mangrove memberi manfaat bagi makhluk darat maupun yang ada di laut. Mangrove menjembatani keduanya saling bersimbiosis mutualisme.
“
120 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Insectifora Mangrove Baros
121
Bebek Umbaran Laguna Opak
122 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Hewan yang banyak ditemukan di kawasan mangrove Baros selain jenis ikan, juga jenis unggas dan burung. Burung yang kerap ditemukan adalah jenis burung Kuntul, Raja Udang, Budbud, Kuntilanak dan Derkuku. Bagi peternak unggas bebek, hewan ternak sengaja dibiarkan lepas untuk mencari makan di Laguna Opak. Kandungan nutrisi dan rasa yang dihasilkan oleh bebek liar dan bebek kandang akan berbeda. Bebek yang dilepas liar akan mendapatkan nutrisi yang lebih baik di bandingkan dengan bebek kandang karena hanya mendapat pakan.
Mangrove Baros : Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Bantul
123
Sedimen Laguna Pengklik
124 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Akhirnya, Apatah manusia tidak memperhatikan bumi, berapa banyak telah ditumbuhkan di Bumi ini pelbagai macam tetumbuhan yang baik?
“
125
Mangrove Baros sebagai Nursery Groynd
126 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Penduduk mangrove tersebut saling bersimbiosisi mutualisme dalam naungan tumbuhan mangrove. Kawasan mangrove Baros terdiri dari dari Avicennia seluas 60% menjadi jenis mangrove paling banyak tumbuh, jenis lainnya adalah Rizhophora 20% kemudian disusul Burguiera dan Nipha Frutican 10%. Jenis tanaman tersebut beberapa dapat dimanfaatkan sebagai cemilan dan bahan tepung. Avicennia merupakan jenis mangrove yang dapat dijadikan sebagai cemilan kacangkacangan, sedangkan jenis Burgiera dapat dikeringkan untuk kemudian dijadikan sebagai tepung. Buah Nipha dapat dijadikan sebagai bahan minuman agar-agar. Keunikan lainnya dari mangrove Baros ialah tumbuh di Laguna Opak. Secara morfologi, mangrove Baros tidak menghadap langsung ke muka laut akan tetapi dibatasi oleh dua bentuklahan yang pertama adalah tombolo kemudian laguna. Kondisi ini menjadikan mangrove Baros terlindung dari hempasan ombak secara langsung.
Mangrove Baros : Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Bantul
127
Semak di kawasan mangrove Baros
128 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Sekian lama dan sangat banyak, alam melimpahkan kebaikannya bagi manusia. Hingga manusia lupa, alam terlalu baik.
“
129
Banyu Anyar Ikan Datang Mencari Kail
K
lorofil-a yang terkandung dalam perairan bergantung pada letak geografis serta kedalaman perairan. Kebergantungan kekayaan klorofil dipengaruhi intensitas cahaya matahari serta konsentrasi nutrisi yang terdapat di perairan. Konsentrasi sebaran klorofil-a di pesisir pantai lebih tinggi ketimbang dengan yang berada di laut lepas. Hal tingginya klorofil-a di pesisir diakibatkan distribusi nutrisi yang tinggi di tepi pantai akibat dari run-off, lain halnya dengan rendahnya klorofil-a di lepas pantai menimbang bahwa kurangnya suplai nutrisi bagi klorofil-a yang bersumber dari daraan langsung. Kendati di beberapa tempat lepas pantai ditemui klorofil-a yang tinggi disebabkan oleh pengangkatan nutrisi dari dasar laut akibat pengangkatan masa air dari dasar laut bawah laut sehingga seresah dasar laut terangkat13.
Fenomena run-off yang mengantarkan nutrisi sebagai syarat tumbuh klorofil-a umum terjadi di muara sungai. Wilayah Projotamansari yang terkungkung dua aliran, Opak dan Progo ini melimpahkan begitu besar nutrient dari sumber hulu daratan. Bantul projotamansari, menjadi tidak hanya lohjinawi tanahnya melainkan juga kaya nutrisi pada airnya, sehingga mengenyangkan biota di muaranya. Ihwal ini menjadi pranata mangsa bila limpahan hujan terus menerus terjadi menyebabkan nutrisi melimpah di pesisir keluaran dari muara.
13
Suwarman Partosuwiryo. 2015. Pranata Mangsa Penagkapan Ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan. Yogyakarta
130 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Muara Sungai Opak, Kretek Bantul
Banyu Anyar : Ikan Datang Mencari Kail
131
“
Terkadang manusia perlu belajar berbijak sikap dengan alam, tidak perlu menunggu tuntutan alam.
“
132 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Rumput Laut Tergulung Ombak Pantai Depok
133
Saat musim barat datang, hujan mulai turun menyebabkan sungai-sungai mulai mengalir memberi nutrisi dari darat untuk kesuburan muara dan sekitarnya. Curahan hujan pada musim barat ini menyebabkan pula arus vertikal oleh sebab terkjadi penurunan suhu air di permukaan sedangkan suhu air bawah lebih hangat sehingga terjadi pertukaran arus vertikal yang mengangkat nutrisi dasar sehingga menyuburkan permukaan. Penyuburan air permukaan menjadi lahan pangan bagi plankton serta terbentuk rantai energi. Munculnya ikan-ikan di pesisir
Pantai Depok Muara Sungai Opak
134 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
yang bersandingan dengan muara terjadi secara periodik pada awal musim baratan. Musim barat arus datang dari Samudra Hindia berasal dari barat (Andaman) yang merupakan arus yang mengandung banyak nutrisi menyebabkan laut menjadi subur dan meningkatkan produktivitas primer (siklus makanan) . Rantai makanan berlaku disini, suburnya laut akan menciptakan arus energi yang ditunjukkan muculnya ikan-ikan pemakan plankton (konsumen tingkat bawah) yang berurutan pada rantai makanan sampai ikan yang lebih besar.
Musim ikan biasanya terjadi selama musim barat (penghujan) atau lazim terjadi pada bulan Oktober hingga sampai di bulan Maret. Bagaikan ikan yang mencari kail, di kala ini ikan bermunculan menghadirkan kekayaan protein untuk kemudian nelayan menjemputnya. Kal ini kalangan nelayan menyebutnya sebagai Banyu anyar, yaitu sirkulasi akibat arus balik dasar laut serta gelontoran nutrisi dari darat akibat musim hujan di kawasan pesisir.
Banyu Anyar : Ikan Datang Mencari Kail
135
Perahu Terdampar di Pantai Pelangi, Parangtritis
136 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
‘Putar Kemudi’ yang dilakukan oleh Ngayogyakarta Hadiningrat dari ‘agraris di daratan’ menjadi ‘tebar jala di lautan’ adalah pilihan strategis yang wajib segera diwujudkan.
“
137
Kayu Laut
Sampah di Negeri Sendiri, Harta di Negeri Nun Jauh
S
ungai mengambil peran sebagai distributor darat laut, Selain nutrisi yang dihanyutkan sungai, pula kayu yang dibawa arus sungai menjadi kelimpahan tersendiri. Kayu yang terhanyut arus sungai akan bermuara di laut dalam kala yang relative lama, sementara itu kayu tersebut terendam air laut. Air laut dengan salinitas tinggi menjadi bahan pengawet alami bagi kayu. Kayu yang terombang-ambing di laut ini akan terhindar dari pembusukan oleh karena air garam mampu menghindarkan dari bakteri dan serangga. Kayu ini sering disebut oleh masyarakat pesisir sebagai kayu laut. Seolah tumpukan sedimen kayu seperti sampah yang tak bernilai, namun sejatinya menjadi berharga jika berada di tangan kreatif. Kayu laut, lain dengan kayu pada umumnya oleh karena bernilai tinggi pada keawetan kayunya.
Batang Kayu Laut di Laguna Pengklik
138 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Kayu Laut : Sampah di Negeri Sendiri, Harta di Negeri nun jauh
139
“
Bangsa Indonesia perlu tahu, kekayaan Indonesia melimpah ruah, sehingga terlampau mencari yang besar, sedangkan yang kecil diremehkan.
“
Susunan kayu laut untuk dekorasi dinding, Karya tangan masyarakat Tirtohargo
140 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
141
Sungai Opak, yang memiliki daerah aliran sungai bertemu dengan Sungai Oyo melintasi hutan jati di Gunungsewu menambah koleksi kayu yang terhanyut hingga ke muara. Berbagai jenis kayu yang hanyut ini, akan menjadi kayu laut yang khas. Corak warna serta seratnya menambah kesan alami pada kayu. Di negeri sendiri, khususnya di DIY, kayu laut belum diminati sebagai hiasan dinding atau dekorasi ruangan. Namun, lain hal di negara Eropa. Kayu laut justru menjadi dekorasi yang unik, bahkan tanpa menambahkan bahan dan warna kayu. Kayu laut memiliki nilai artistik dari corak dan keawetannya.
Bentuk Kayu Laut khas di Laguna Pengklik
142 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Kayu Laut : Sampah di Negeri Sendiri, Harta di Negeri nun jauh
143
“
Lama dilamun ombak, akhirnya menjadi harta yang mahal.
“
Miniatur perahu dari kayu laut, Tirtohargo
144 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
145
Wijojo Pengklik
Mangrove Tua Petunjuk Masa Lampau dan Simbol Kearifan Lokal
M
elalui tilik morfologi, kawasan Pengklik merupakan dataran banjir muara Sungai Opak. Nampak yang kentara dalam kini, ialah laguna pengklik. Laguna yang menjulur dari Kawasan Baros hingga Pantai Samas menjadi konfirmasi bahwa kawasan pengklik ialah dataran banjir. Hamparan tanaman palawija dan padi yang hijau menggambarkan kawasan pengklik yang subur kaya dengan nutrisi tanah. Ijo royo-royo yang tampak di rawa belakang ini menerangkan sedimen yang kaya akan hara kemudian tanggulnya ialah sedimen pasir yang jauh dari pantai. Pola yang menarik dijumpai di kawasan pengklik. Hamparan hijau berada di antara sedimen pasir. Menarik untuk ditarik mula jadi pembentukan kawasan ini. Kemudian sepokok naungan pohon rindang seolah mengantarkan pada potongan-potongan keterangan di masa lampau. Wijojo Pengklik, demikian tetua ratusan tahun ini berdiri tanpa kruk. Tetap kokoh menjadi saksi rimbanya mangrove di kawasan pengklik samas di kala yang lalu. Sepokok batang Sonneratia saseolaris menunjukkan akar nafasnya di sela-sela seruni padi yang menghampar. Sebuah ketegasan yang ingin disampaikan alam, bahwa silam pernah ada hutan mangrove di Laguna Tua Pengklik.
Sonneratia saseolaris di Pengklik
146 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Wijojo Pengklik : Mangrove Tua Petunjuk masa lampau dan simbol kearifan Lokal
147
Akar nafas Sonneratia Saseolaris Pengklik
148 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Wijojo Pengklik, Sebuah ketegasan yang ingin disampaikan alam, bahwa silam pernah ada hutan mangrove di laguna tua Pengklik
“
149
Mangrove terdiri dari mangrove sejati (true mangrove) dan asosiasi mangrove/mangrove pendamping (mangrove associates). Mangrove sejati merupakan jenis tanaman yang hidup di wilayah pasang surut dan mampu menyerap zat garam sekaligus memiliki sistem adaptasi mengeluarkan kelebihan zat garam yang tidak dibutuhkan melalui batang dan daunnya 8. Mangrove merupakan tumbuhan tropis yang mampu hidup beradaptasi di daerah payau dan mampu mengeluarkan kelebihan kadar garam dalam tanaman hasil penyerapan substrak, akan tetapi mangrove tidak membutuhkan zat garam tersebut. Oleh sebab mangrove hidup di kawasan pasang surut, pada saat akar mangrove menyerap nutrisi, mangrove pun menyerap zat garam namun sistem tumbuhan akan mengeluarkan kelebihan zat garam dalam bentuk butir garam.
Mangrove Sejati : Perisai Melawan Abrasi dan Intrusi. Diakses di http://pgsp.big.go.id/mangrove-sejati-perisai-melawan-abrasi-dan-interusi/ pada 20 September 2016 pukul 02:18 WIB
8
150 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Foto udara wilayah Pengklik
Wijojo Pengklik : Mangrove Tua Petunjuk masa lampau dan simbol kearifan Lokal
151
“
Seresah mangrove dari kala itu menjadi nutrisi di kala kini untuk tumbuhan lain mendapat syarat tumbuh. Mangrove memberi manfaat di kalanya, di masa kini, dan saat nanti bagi seluruh tataran ekosistemnya.
“
Bunga Sonneratia saseolaris, Pengklik Samas
152 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
153
Sonneratia saseolaris merupakan salah satu jenis mangrove sejati pada komponen utama. Tanaman ini menjadi puak garda depan komunitas mangrove dalam mencegah abrasi dan interusi air laut. Tipikalnya memiliki akar nafas yang mampu menjulang keluar di permukaan. Akar nafas selain sebagai alat metabolisme tumbuhan juga sebagai pengikat sedimen. Perannya mengikat sedimen adalah mitigasi abrasi yang dilakukan alam pada ruang pesisir. Bahwa demikian, terkonfirmasi Wijojo Pengklik sang Sonneratia saseolaris adalah manifestasi sejarah keberadaan mangrove dikawasan pengklik. Ekosistem yang bergulir, darinya dahulu ialah hutan mangrove kini menjadi dataran banjir subur bagi rumpun padi. Seresah mangrove di kala itu menjadi nutrisi di kala kini untuk tumbuhan lain mendapat syarat tumbuh.
Buah Sonneratia saseolaris, Pengklik Samas
154 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Wijojo Pengklik : Mangrove Tua Petunjuk masa lampau dan simbol kearifan Lokal
155
Laguna Purba Bulak Buntu “Agawe Ijo Royo-Royo”
L
aguna ialah danau yang terletak di muara sungai akibat terbendungnya aliran sungai oleh tombolo pantai9. Ada kemungkinan Laguna Sungai Opak berada di rawa belakang Pantai Samas, masyarakat yang menggarap lahan dan membuat sumur mendapatkan lapisan lempung berpasir sebagai geoindikator proses geomorfologi masa lampau. Lapisan lempung marin dan keterdapatan gambut menjadi indikator perkembangan bekas zona laut dangkal dan laguna purba yang berkembang menjadi rawa belakang yang berada di belakang beting gisik tua.
9
http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/7572
156 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
Sejarah alam, pun telah lama terjadi di masa silam namun catatan alamnya masih nampak. Bukti kunci yang menunjukkan proses morfologi di kala itu sesuai dengan “Bulak buntu” sebuah laguna di masa lampau. “Bulak buntu” terletak di rawa belakang Pantai Samas. Masyarakat memanfaatkan lahan ini untuk bercocok tanam, masyarakat menyebutkan wilayah ini menjadi tanah yang paling subur dibandingkan dengan yang lainya di rawa belakang Pantai Samas ini.
Bulak buntu, seolah menjadi tabungan hara dari muara opak di kala lampau. Secara morfologi bentuk lahan ini disebut sebagai dataran bekas laguna. Laguna Muara Opak kerap berpindah pindah bergantung pada besarnya luapan sungai dan arus gelombang laut yang membendung muara sungai.
Rawa Belakang Samas
Laguna Purba : Wijojo Pengklik : Bulak Buntu “agawe Ijo royo-royo”
157
Bulak Buntu, Samas
158 Bantul: Taman Pesisir Yang Kelimpahan Nutrisi
“
Pembangunan yang dilakukan hendaknya bijak, berlandaskan kepentingan semua pihak, sehingga imbang antara kewajiban dan hak. Utamanya adalah cintai Pencipta, bukan makhluk-Nya.
“
159
Kulonprogo Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Pelabuhan Ikan Tanjung Adikarto Kulonprogo
160 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
161
“
Kulonprogo Binangun, dari Kota Menoreh berpendar dekorasi halaman muka DIY.
“
Pelabuhan Ikan Tanjung Adikarto Kulonprogo
162 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
163
Sejoli Jembatan Srandakan Urgensi Jembatan Penghubung
U
sai menyisir Giunungkidul yang penuh eksotisme pasir putih, kemudian melaju di Tanah Projotamansari memungut kelimpahan nutrisi yang begitu besar, sekarang tiba di Kuloprogo, melewati Jembatan Srandakan. Tak ubah, Layaknya Jembatan Kretek penghubung antara Gunungkidul Handayani dengan Bantul Projotamansari. Bak jalinan subur niannya Projotamansari dengan panorama indah diperbukitan seribu maka Jembatan Kretek melucuti kejauhan keduanya.
Jembatan Srandakan I tampak dari Jembatan Srandakan II
164 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Sejoli Jembatan Srandakan : Urgensi Jembatan Penghubung
165
Sebelumnya menegaskan kembali, sumbu imajiner yang selurusan dari merapi bertemu Tugu Golong gilig dan tugu bertemu Kraton lantas Panggung krapyak hingga Parangkusumo di Bantul. Ini menjadi mula paradigma DIY yang bersinergi. Lantas kemudian, Bantul yang memiliki Parangkusumo ini menjadi pumpunan di halaman selatan layaknya Merapi di muka utara, maka dari Bantul sinergisitas melaju ke timurnya menikmati keindahan samudra, kemudian ke baratnya menyiapkan pondasi pembangunan yang kokoh bagi eksistensi iktikad Among Tani Dagang Layar. Mengiyakan pembangunan di Kulonprogo, Jembatan Srandakan kembar menjadi titi barat antara Bantul Projotamansari dengan Kulonprogo Binangun.
166 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Kuncup Bunga Simbol Kemakmuran DIY, Srandakan
Sejoli Jembatan Srandakan : Urgensi Jembatan Penghubung
167
Jembatan Srandakan I (patah), Srandakan
168 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
“
Dwi titi di halaman selatan DIY menuju Among Tani Dagang Layar: Jembatan Kretek dan Jembatan Srandakan, Tanpa keduanya, berperai-perai Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo.
“
169
Sejoli Jembatan Srandakan berdiri sejajar di atas Sungai Progo. Kejadian patahnya jembatan srandakan I menuntut dibangunnya Jembatan Srandakan II untuk menghubungkan antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Kulonprogo. Bagaikan sepasang yang saling menguatkan, ketika satu patah maka yang lain hadir menguatkan. Ini menunjukkan urgensi jembatan di daerah ini sebagai penghubung transportasi dan pembangunan di kawasan pantai selatan.
Jembatan II Penghubung Bantul Kulonprogo, Srandakan
170 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Sejoli Jembatan Srandakan : Urgensi Jembatan Penghubung
171
Pembatas jalan lintas selatan di Kulonprogo
172 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Menapaki Awal “Jalan Pembangunan” DIY dari Pembangunan Jalan
K
abupaten Kulonprogo diproyeksikan menjadi ‘gerbang selatan’ untuk mendukung kebijakan maritim DIY. Hal ini diwujudkan dengan pembangunan Pelabuhan Adikarto yang ada di Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo. ‘Gerbang’ yang mampu mendukung kebijakan maritim DIY perlu didukung dengan keberadaan aksesibilitas yang mumpuni sehingga sinergi yang dihasilkan semakin berlipat. Aksesibilitas yang baik juga akan mendukung distribusi barang dan jasa sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat.
Ujung Pembangunan Jalan adalah dari Awal Jalan Pembangunan
173
Aksesibilitas DIY ditingkatkan melalui pembuatan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Pembangunan JJLS akan memberikan dampak yang luas di masa yang akan datang. Sebagian besar masyarakat umumnya setuju dengan adanya pembangunan JJLS namun juga ada sebagian masyarakat yang menentang pembangunan JJLS. Masyarakat yang tidak setuju dengan pembangunan JJLS perlu disikapi secara bijak. Alasan yang melatarbelakangi didominasi karena kekhawatiran kehilangan tempat tinggal, dan sebagian kecil tidak setuju akibat peningkatan angka kecelakaan. Hal ini perlu disikapi secara bijak dan dicari bersamasama solusi terbaiknya.
Kendaraan melintasi Jalur Jalan Lintas Selatan, Kulonprogo
174 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Ujung Pembangunan Jalan adalah dari Awal Jalan Pembangunan
175
Pembangunan JJLS di seluruh kabupaten pesisir DIY merupakan kerja sama antar pemerintah seluruh provinsi di Jawa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan ekonomi, khususnya kawasan Pulau Jawa bagian selatan. Pembangunan JJLS di Kulonprogo menjadi isu sentral bagi DIY karena menghubungkan berbagai kawasan penting. JJLS ini nantinya akan menghubungkan Bantul yang memiliki keunggulan sumber daya secara umum serta pariwisata Gunungkidul yang diharapkan akan semakin meningkat. JJLS juga perlu dibangun di Kulonprogo karena arus keluar-masuk melalui jalur laut.
Pembangunan salah satu segmen JJLS, Kulonprogo
176 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Hakikat pembangunan jalan tidak terbatas pada berapa kilometer jalan yang dibangun karena sejatinya pembangunan jalan akan terus berkembang. Tidak sebatas jarak antara Gunungkidul, Bantul, atau Kulonprogo saja tetapi membentang tidak terbatas menghubungkan berbagai kepentingan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Ujung jalan yang dibangun memang memiliki muara sejati, yaitu pada pembangunan maritim Indonesia yang siap kembali berjaya.
Ujung Pembangunan Jalan adalah dari Awal Jalan Pembangunan
177
Bandar Udara di Bumi Menoreh Lepas Landas Menuju Tidak Terbatas
Pesisir Panjatan bakal lokasi Bandara Kulonprogo
178 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
P
embangunan bandar udara di bumi menoreh, yaitu Kulonprogo menjadi salah satu mega proyek yang sedang dikembangkan oleh Kulonprogo di bawah kepemimpinan Pak Hasto sekaligus Bupati Kulonprogo. Ketiga proyek lainnya adalah Pelabuhan Adikarto, pertambangan pasir besi, dan juga kawasan industri Sentolo. Pengembangan mega proyek bandara Kulonprogo bukan tanpa maksud. Jelas bahwa ini untuk mewujudkan visi dari Sultan untuk Among Tani Dagang Layar sekaligus visi jokowi bahwa Indonesia adalah poros maritim dunia.
Alasan pembangunan di Kulonprogo bukan tanpa sebab. Hal ini telah didahului dengan berbagai pertimbangan. Kulonprogo dipilih karena wilayah ini dekat dengan Purworejo dan daerah lainnya yang belum memiliki aksesibilitas ke bandara yang mudah. Seandainya di bangun di Gunungkidul, maka sudah ada Bandara Adisumarmo di Solo sehingga peluang berkembangnya bandara baru DIY lebih kecil (ketika di Gunungkidul). Pemilihan Kulonprogo jelas lebih tepat. Selain itu, bandara ini juga didukung dengan keberadaan fasilitas umum yang cukup lengkap seperti rumah sakit dan lain sebagainya di sekitarnya.
Bandar Udara di Bumi Menoreh : Lepas Landas Menuju Tidak Terbatas
179
Ketika bandara di Kulonprogo beroperasi, lantas apa yang terjadi pada Bandara Adi Sutjipto? Bandara ini akan tetap beroperasi untuk kepentingan militer. Bandara Kulonprogo juga apabila berhasil berdiri, maka akan tercatat sebagai bandara pertama yang didirikan di Indonesia tanpa menggunakan uang APBN. Hal ini dikarenakan Bandara Kulonprogo dibangun dengan menggunakan biaya korporasi yang menggandeng pihak investor asing, yaitu Grama Vikash Kendra Power & Infrastructure (GVK Group). Saat ini, Bandara Kulonprogo tengah dalam proses pembebasan lahan. Awalnya memang menjadi masalah yang cukup pelik mengingat lahan yang ada di Kulonprogo begitu potensial untuk dikembangkan sebagai pertanian dan juga tempat tinggal masyarakat (mencapai sekitar 500 KK). Namun mengingat 40% memang tanah milik keluarga karaton, dan juga untuk
kepentingan orang banyak, maka proses pembangunan bandara tetap dilanjutkan. Masyarakat yang terkena dampak pembangunan mendapatkan lahan relokasi yang telah disiapkan oleh pemerintah. Diharapkan melalui pembangunan Bandara Kulonprogo akan tercipta lebih banyak potensi yang dapat dikembangkan. Salah satunya adalah terbukanya lapangan pekerjaan yang seharusnya diutamakan bagi warga sekitar. Selain itu, mendongkraknya konsep bandara dengan airport city, peluang perkembangan ekonomi akan semakin cepat. Diharapkan, pembangunan bandara tidak sekadar menguntungkan sebagian pihak. Diharapkan, keberadaan bandar udara ini mampu memberikan pengaruh yang positif bagi banyak pihak dan khususnya mengantarkan kulonprogo lepas landas menuju kebermanfaatan di bumi menoreh yang tak terbatas.
Senja barat dari jendela pesawat
180 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Bandar Udara di Bumi Menoreh : Lepas Landas Menuju Tidak Terbatas
181
Pantai Trisik Yang Menjadi Pilihan “Si Penyu” (Muara Progo Sisi Kulon)
Tebar jala di tambak udang, Trisik
182 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
P
erikanan tangkap di Pantai Trisik telah mengalami perkembangan yang pesat sejak tahun 1998. Usaha penangkapan ikan di Pantai Trisik berkembang dengan adanya penggunaan perahu motor tempel sebagai sarana menangkap ikan serta perubuhan jenis alat tangkap yang digunakan, yaitu dari jaring hanyut menjadi jaring insang (gillnet). Sebelum menggunakan perahu, nelayan hanya menangkap ikan dari tepi pantai dengan menggunakan jarring hanyut (eret). Perkembangan ini tidak terlepas dari adopsi teknologi penangkapan dari nelayan pendatang (andon) terutama Cilacap dan Kebumen.
Pantai Trisik Yang Dipilih Penyu (Muara Progo sisi Kulon)
183
Pantai Trisik direncanakan sebagai sentra perikanan laut bagi Kabupaten Kulonprogo. Wilayah pesisir selatan Kecamatan Galur merupakan wilayah potensial bagi perikanan tangkap di DIY dan telah mengalami perkembangan pesat. Kenaikan harga ikan pada saat krisis ekonomi dan tersedianya peluang lapangan kerja baru sebagai nelayan mendorong penduduk yang sebelumnya bermata pencaharian sebagai petani untuk memaanfatkan sumberdaya perikanan sebagai sumber pendapatan. Kenaiakn jumlah perahu dari semula 4 unit (tahun 1998) menjadi 17 unit (tahun 1999) dan 28 unit pada tahun 2002 sekaligus juga menaikan jumlah nelayan yang secara langsung terlibat dalam kegiatan penangkapan.
Tambak Udang, Trisik
184 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Pantai Trisik direncanakan sebagai sentra perikanan laut bagi Kabupaten Kulonprogo. Wilayah pesisir selatan Kecamatan Galur merupakan wilayah potensial bagi perikanan tangkap di DIY dan telah mengalami perkembangan pesat. Jenis-jenis hasil tangkapan nelayan sebagai besar merupakan ikan demersal dan pelagis kecil. Ikan hasil tangkapan di Pantai Trisik yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan target ekspor antara lain bawal putih/silver pomfret
(Pampus argenteus), bawal hitam/black pomfrets (Formio niger), layur/hairstails (Trichiurus spp.). Jenis lain adalah tenggiri/Spanish mackerel (Scomberomorus commersoni), lemuru/ Indian olisardinella (Sardinella spp.), pari, (Dasyatis spp.), cucut (Carcharinus spp.) manyung (Arius spp.), talang (Charinemus spp.), tongkol (Euthynus spp.) ekor kuning (Caesiotricogaster), kakap merah (Lutjanus spp.) cakalang (Katsuwonus spp.) dan lain-lain.
Pantai Trisik Yang Dipilih Penyu (Muara Progo sisi Kulon)
185
“
Revolusi Membumi-Mengangkasa ala Kulonprogo yang futuristik: Transformasi Kota Bumi Menoreh dengan Kota Airport City.
“
186 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Kincir air di tambak udang, Trisik
187
Usaha penangkapan ikan di Pantai Trisik Kecamatan Galur Kabupaten Kulonprogo layak secara finansial, terlihat dari nilai NPV (Rp 21.439.196), Net B/C rasio (1,85) dan IRR (16,77%) yang menunjukkan bahwa investasi dengan teknologi penangkapan ikan yang diterapkan oleh nelayan di Pantai Trisik layak untuk dikembangkan. Peningkatan produktivitas usaha dapat difasilitasi dengan penyediaan perkreditan untuk meningkatkan kemampuan nelayan dan pembangunan fasilitas penunjang. Keunikan lainnya adalah potensi Pantai Trisik sebagai titik bertelur dan penangkaran beberapa jenis penyu, yakni Penyu Lekang dan Penyu Hijau. Kerjasama dengan pemerintah diperlukan untuk terus mengusahakan pelestarian penyu sekaligus pengembangan potensi di masa yang akan datang.
Kura-kura terdampar di Muara Progo
188 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Pantai Trisik Yang Dipilih Penyu (Muara Progo sisi Kulon)
189
Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY
A
sa mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim bukanlah tugas pemerintah pusat semata, melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh daerah kesatuan NKRI, dan Kulonprogo adalah salah satunya. Sebagai ujung tombak, Kulonprogo di bawah kepemimpinan Dr. Hasto Wardoyo, SP. OG.(K) membangun salah satu infrastruktur untuk menghidupkan asa kemaritiman di DIY, yaitu Pelabuhan Tanjung Adikarto di Desa Glagah Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo.
190 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo
Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY
191
Pelabuhan Tanjung Adikarto dibekali dengan berbagai fasilitas yang mumpuni untuk menunjang kebutuhan dari fungsi yang diharapkan. Beberapa fasilitas yang dimaksud adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI), perkantoran, perbekalan, kolam pelabuhan, dan lain sebagainya. Selain itu, pelabuhan ini sudah didukung dengan JJLS sehingga diharapkan memiliki aksesibilitas tinggi dan mendongkrak kebermanfaatannya.
Fasilitas Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo
192 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Hal yang mengganjal adalah hingga saat ini, Pelabuhan Tanjung Adikarto belum dapat beroperasi. Hal ini dikarenakan belum selesainya pembangunan pemecah gelombang (tripod). Hal ini cukup mengganggu karena beberapa kapal nelayan menerima kerusakan akibat tidak stabilnya tempat mendarat di pelabuhan. Selain itu, tantangan lainnya yang harus diselesaikan adalah proses sedimentasi yang mengganggu aktivitas di pelabuhan.
Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY
193
Secara khusus, proses sedimentasi pada dasarnya memang secara alami terjadi di pesisir Kulonprogo. Hal ini dikarenakan sebagian besar di sekitar Pelabuhan Tanjung Adikarto adalah Marine Depositional Coast. Proses alam yang terjadi di sini terintegrasi mulai dari proses marin dan aeolin. Perpaduan kedua proses ini memungkinkan terjadinya banyak suplai sedimen dari proses aeolin yang dominan memiliki angin kuat, dan proses marin dari gelombang laut yang membawa material pasir.
Sedimen Pantai di timur Pantai Glagah, Kulonprogo
194 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY
195
Belum beroperasinya Pelabuhan Adikarto cukup disayangkan. Padahal, Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan (Diskepenak) Kabupaten Kulonprogo telah memberikan pelatihan bagi nelayan-nelayan yang ada. Hal ini dimaksudkan sebagai persiapan manakala pelabuhan sudah selesai, telah siap SDM yang mampu mengoperasikannya.
kapasitas berhari-hari (besar) sehingga perlu kerja sama juga dengan anggota lainnya. Hal ini agak disayangkan. Bahwasanya among tani dagang layar bukanlah menyulap yang tadinya para petani lalu berubah menjadi para nelayan. Bukan juga tidak boleh dilakukan, hanya saja apabila dipaksakan hasilnya tidak akan maksimal.
SDM nelayan di DIY memang sulit karena pada dasarnya mereka bukan nelayan yang berlama-lama di laut (One day trip) sehingga hanya mau melaut dalam jangka waktu pendek. Padahal untuk memanfaatkan pelabuhan diperuntukkan bagi kapal-kapal dengan
Terlepas dari itu semua, beroperasinya Pelabuhan Adikarto adalah sebuah keniscayaan yang pasti terjadi. Sama halnya dengan kejayaan Indonesia di bidang maritim, yang bukan mustahil akan diawali dari kebangkitan maritim Kulonprogo.
Kapal keruk sedimentasi di Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo
196 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Melabuhkan Apungan Asa Kemaritiman, Menanti Reinkarnasi Keistimewaan Selatan DIY
197
Laguna Glagah
Evolusinya Menjadi Pembangunan Maritim
D
ominasi manusia hadir di Laguna Glagah, batu dan cor beton memisahkan muara Sungai Serang dengan lagunanya. Kala, disini adalah Laguna muara Bogowonto, kini lagunanya telah berubah. Sebagaimana perkembangan pesat pembangunan Pelabuhan Ikan Adikarto Glagah, Panti Glagah sendiri turut berkembang dengan pesatnya pembangunan dan taman rekreasi. Laguna yang kini menjadi kolam ini disulap menjadi rekreasi perahu. Tanggul yang menutup laguna perubah menjadi pasar pesisir, warung kuliner, toko pernak-pernik mulai dibangun. Menjadi salah satu tujuan wisata perahu bagi masyarakat Kulonprogo.
198 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Embarau Laguna Glagah
Laguna Glagah : Evolusinya Menjadi Pembangunan Maritim
199
Tergenangnya bekas laguna di Pantai Glagah
200 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Namun sebagaimana alam mendesain tata ruang lestarinya, maka perubahan apapun yang dilakukan manusia tidak sepadan dengan kealaman. Halnya pantai Glagah yang sedemikian rupa menambak Laguna untuk dijadikan daratan, kala hujan datang kawasan ini selalu tergenang banjir luapan sungai serang. Oleh sebab air menuntut jalannya, sungai menuntut sepadannya untuk luapan airnya. Maka apabila manusia mengambil milik sungai, kealaman tetap memenangkan sungai untuk mengambil lagi dari tangan manusia. Banjir genangan di Laguna Glagah merupakan lazim, sedangkan manusia membangun kegiatan di atasnya. Wajar jika akan selalu tergenang banjir.
Laguna Glagah : Evolusinya Menjadi Pembangunan Maritim
201
Campur tangan manusia juga turut dalam pembuatan bronjong di Pantai Glagah. Bronjong ini dimaksudkan untuk meredam ombak sehingga dapat menjaga arus yang masuk ke Pelabuhan Adikarto, Dampak yang muncul justru sebaliknya. Terjadi perubahan lebeng, yaitu arus balik gelombang yang umum terjadi di pantai selatan. Lebeng memiliki arus yang kuat dari bawah. Masyarakat nelayan umumnya menebar jala di area ini. Namun pembangunan Bronjong di Pantai Glagah justru membuat anomali lebeng serta, hempasan arus yang kuat akibat hantaman bronjong justru memberi pengaruh pada jenis ikan tertentu sehingga tidak dapat berenang mencapai pantai.
Foto udara Laguna Glagah
202 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Laguna Glagah : Evolusinya Menjadi Pembangunan Maritim
203
Jangkaran Menimbang Mata Pencaharian
H
amparan beting gisik sedimen pasir menjadi lahan menjanjikan bagi masyarakat yang ada di Jangkaran. Pasalnya, wilayah ini memiliki ketersediaan air tanah yang melimpah. Kendati dekat dengan laut, namun air tanahnya merupakan air tawar infiltrasi air hujan yang tertampung dalam sedimen lempung sedangkan pasirnya sebagai filter. Tentu ini menjadi resapan air hujan yang baik, bagaikan mangkuk raksasa bagi air tawar. Masyarakat memanfaatkan wilayah ini untuk budidaya palawija, seperti tanaman cabai, bawang merah serta sayur mayur juga tanaman singkong dibudidayakan di sini. Aktivitas ini sebagai alternatif dari berlaut di saat musim timur.
Bibit singkong di Jangkaran, Kulonprogo
204 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Jangkaran Menimbang Mata Pencaharian
205
206 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
“
Sungguh alam dengan tatanan yang rapi, serasi lagi seimbang tidak membutuhkan upah harap kembali, cukup manusia melestarikannya.
“
Petani udang mengambil sampel udang, Pantai Trisik
207
Tambak pasca panen, Jangkaran
208 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Demikian mulanya, beting gisik Pantai Congot merupakan lahan hijau, kala kini pesat perubahan lahan menjadi tambak udang. Masyarakat merasa pertanian sangat bergantung pada musim dengan tempo tanam yang panjang sedangkan pendapatan dari hasil panen tidak selalu menutupi. Alhasil, besar besaran alih fungsi lahan dari lahan hijau menjadi lahan tambak udang. Tambak udang dirasa lebih menguntungkan, kendati hasil produksi udang juga erat berhubungan dengan musim yang hadir. Tatkala hujan terus menerus, bibit udang memiliki potensi yang lebih besar untuk mati. Jenis udang yang biasa ditebar ialah jenis Udang Vaname.
Jangkaran Menimbang Mata Pencaharian
209
Di lain sisi, bilamana tambak merupakan pilihan dibanding dengan ladang. Limbah menjadi masaah baru muncul di kawasan tambak ini. Dulunya, wilayah ini penuh dengan air tanah yang segar dan tawar, limbah tambak menjadi pemicu penurunan muka air tanah ditambah lagi dengan pencemaran air buangan tambak. Pilihan selalu menuntut konsekuensi, demikian pula aktivitas perekonomian di Jangkaran. Belum lagi apabila tambak telah ditanami, pasca panen akan ada masa bero bagi tambak, yaitu pengeringan tambak untuk tidak kembali diisi air hingga kurun waktu tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kandungan limbah pencemar yang akan tumbuh bakteri hingga mengganggu tumbuh kembang udang. Lain hal, dengan lahan pertanian yang senantiasa terus dapat di tanami tanpa ada masa bero, namun demikian bukan mana yang lebih baik dan mana yang lebih menguntungkan. Namun berbijak sikap dalam budidaya haruslah menimbang lestarinya alam dan ekosistem di dalamnya.`
Buah kelapa komoditas utama di Jangkaran
210 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
“
Bukan mana yang lebih menguntungkan, namun memperhatikan lestarinya alam lebih bijak didahulukan dalam aktivitas budidaya apapun.
“
Jangkaran Menimbang Mata Pencaharian
211
Pantai Congot Si Muara Bogowonto
P
antai Congot memiliki relief pantai yang datar dan landai dengan material penyusun utama pasir. Wisata, tegalan, sawah, dan tambak air tawar. Penggunan lahan disana banyak dimanfaatkan sebagaiWisata, tegalan, sawah, dan tambak air tawar. Kenampakan Khusus di Lapangan yakni adanya marin (gelombang), aeolian (angin), dan fluvial (sungai). Pantai Congot adalah pantai yang memiliki substrat pasir hitam. Perairan Pantai Congot di bagian yang dekat daratan relatif keruh. Perairan keruh ini desebakan oleh faktor aktivitas yang ada didaratan baik dari sungai atau aktivitas manusia. Di pantai congot terdapat beberapa bangunan pelindung pantai berupa revertment (sea wall) dan groin. Bangunan pelindung pantai yang berupa susunan batu yang bertujuan untuk melindungi garis pantai dari erosi. Hal ini disebabkan karena pesisir jawa selatan terkenal dengan gelombang yang besarnya.
Kapal Ikan di Pantai Congot
212 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Pantai Congot : Muara Bogowonto
213
“
Alam telah menyiapkan lauk pauk begitu berlimpah, sedangkan manusia kerap memamahnya tidak menyisakan bagi genarasi kelak.
“
Bukti keberadaan biota kepiting di Pantai Congot
214 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
215
Pantai Congot merupakan pantai dengan ekosistem yang kompleks yang terdiri dari ekosistem pesisir, estuari dan Gumuk pasir. Pantai ini memiliki karakteristik spasial yakni; merupakan salah satu pantai berpasir (sandy beach) dengan dominasi warna gelap. Muara Sungai Bogowonto memiliki bentuk lereng Pantai yang landai dengan garis pantai yang panjang dan wilayah pesisir yang luas. Pantai Congot merupakan pantai yang memiliki pohon perindang, namun masih kurang untuk fasilitas penunjang pariwisata. kondisi lainnya di Pantai Congot adalah tingkat abrasi dan sedimentasi yang tinggi.
Muara Bogowonto di Pantai Congot
216 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Pantai Congot : Muara Bogowonto
217
Jalan lokal menuju Pantai Congot
218 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Fauna yang hidup di pantai ini umumnya fauna yang hidup di pantai berpasir seperti Kepiting. Kepiting yang hidup di pantai berpasir memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan kepiting yang hidup di daerah bakau. Hal ini disebabkan keseuaian habitat kepiting, karena kepiting yang hidup di substrat berlumpur biasanya didominasi oleh kepiting bakau. Pantai Congot sebagai destinasi wisata dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kulonprogo dengan retribusi resmi. Sebagai prinsip keberlanjutan dan kelestarian lingkungan, Pantai Congot telah dilakukan penataan dengan membersihkan sebagian besar lapak yang ada di tepi Pantai. Budidaya kawasan pesisir sebagai lahan pertanian buah naga dilakukan juga untuk menjaga kelestarian lingkungan. strategi pengelolaan bersifat keberlanjutan dan paket pengelolaan dengan Pantai Glagah. Secara ekonomi masyarakat memanfaatkan bidang pariwisata dengan banyak membangun penginapan, penyewaan WC dan kamar mandi, tempat parker, penyediaan jasa guide dan penjualan.
Pantai Congot : Muara Bogowonto
219
Di Pantai Congot terdapat Balai Konservasi Sumberdaya alam Yogyakarta yang dikelola oleh Kementerian Kehutanan. Balai Konservasi Sumberdaya Alam Yogyakarta beralamat di Jl. Rajiman Km. 4 Tridadi. Sleman. Fokus dan tujuan balai konservasi ini adalah pada konservasi penyu dan habitatnya. Konservasi satwa penyu dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya. Tumbuhan yang tumbuh di sekitar Pantai Congot banyak didominasi oleh Cemara Udang. Cemara udang ini memang banyak tumbuh di pantai selatan jawa terutama di Pantai DIY. Tak hanya cemara udang, tumbuhan seperti pohon kelapa dan pohon berbatang rendah juga banyak ada di pantai ini. Daratan di pantai ini relatif datar sehingga sejauh berdiri dapat terlihat dari jarak yang jauh.
Perbukitan Menoreh tampak dari Pantai Congot
220 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Pantai Congot : Muara Bogowonto
221
Pemukiman warga dan warung – warung di tepi pantai banyak juga yang berdiri di Pantai Congot. Rumah dan warung ini berdiri di sepanjang jalan wilayah Pantai Congot. Jenis dinding rumah–rumah yang ada tepi pantai bervariasi namun didominasi oleh tembok. Ada beberapa gudang tempat penyimpanan alat penangkapan yang dindingnya menggunakan anyaman bambu. Jenis atap sudah banyak dan hampir semua menggunakan genteng. Untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat Pantai Congot banyak menggunakan air yang berasal dari sumur bor.
222 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Pemukiman warga dan warung, Pantai Congot
Pantai Congot : Muara Bogowonto
223
Selain revertment dan groin di Pantai Congot, terdapat pula tumpukan batu di sekitar garis pantai. Tumpukan batu ini juga ditujukan untuk melindungi garis pantai seperti revertment, hanya saja tumpukan batu ini kurang terstruktur sehingga susunannya pun tidak beraturan. Tingkat abrasi di beberapa titik Pantai Congot tergolong tinggi. Hal ini dipicu oleh faktor gelombang pantai selatan yang besar. Titik yang mengalami abrasi ini adalah wilayah yang tidak dipasangi bangunan pelindung pantai. Di Pantai Congot banyak warga berprofesi sebagai nelayan. Mereka banyak menggunakan kapal– kapal ukuran kecil untuk melaut. Alat tangkap yang digunakan juga masih tergolong alat tangkap tradisional. Mereka menggunakan jaring untuk menangkap ikan. Sepanjang Pantai Congot banyak perahu nelayan yang biasa digunakan untuk melaut. Pantai Congot banyak sampah kayu, kayu dan daundaunan, hanya sedikit sampah plastik.
224 Kulonprogo: Gerbang Pembangunan “Soko Deso Mbangun Ngayogyakarto”
Salah satu sudut pemandangan Pantai Congot
Pantai Congot : Muara Bogowonto
225
Fajar di ufuk Parangtritis Geomaritime Science Park, Parangtritis
226 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta
Epilog
Keistimewaan itu Bernama Harmonisasi Semesta Alam DIY
K
etiga wilayah yang ada, baik Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo, memiliki jalan ceritanya masingmasing. Perjalanan waktu telah mendewasakan masing-masing wilayah menjadi karakter yang khas karena tidak ada yang identik. Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri-sendiri dalam mengembangkan potensi dan menyelesaikan tantangan pembangunan yang ada. Ketimbang berjibaku sendirian menyelesaikan masalah yang ada, atau memamerkan kekayaan masing-masing daerah, mengapa tidak maju bersama, beriringan saling dukung satu dengan lainnya? Jangan lupa bahwa DIY tidak hanya Gunungkidul, Bantul, dan Kulonprogo. Masih ada Sleman dan Kota Yogyakarta. Kendati keduanya bukan kabupaten/kota yang memiliki wilayah laut, bukan berarti tidak dapat berkontribusi dalam pembangunan maritim DIY. Among Tani Dagang Layar hanya dapat diwujudkan melalui sinergitas kelima wilayah.
Sejatinya manusia memang tidak perlu lagi merumuskan konsep untuk mewujudkan sinergitas antarwilayah. Selama kita mampu memahami alam, itu sudah lebih dari cukup. Pemahaman yang menyeluruh mulai dari hulu dan hilir, pemahaman yang holistik mencakup semua aspek kehidupan, serta pemahaman yang benar bahwa seharusnya pembangunan untuk kemakmuran bersama. Jangan sampai obsesi tanpa dasar mencederai Harmonisasi Semesta Alam DIY yang sudah sedemikian rupa begitu indah. Ketika alam sudah membersamai, lalu apalagi yang ditunggu? Karena babak baru telah dimulai: keistimewaan DIY akan tetap berjaya selama harmonisasi alam terjaga.
Epilog : Keistimewaan itu Bernama Harmonisasi Semesta Alam DIY
227
228 Geoekologi Kepesisiran dan Kemaritiman Daerah Istimewa Yogyakarta