FORMULASI ETIKA PERANG DALAM ISLAM (Study Perang Yang Dilakukan Oleh Nabi Muhammad SAW)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Aqidah Dan Filsafat (AF)
Oleh FUAD HASAN ( 4 1 0 1 1 0 6)
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2007
ABSTRAKSI Fuad Hasan (NIM: 4101106). Penulisan tentang REFORMULASI ETIKA PERANG (Studi Perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW), menjadi tema besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh dan besar moral yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad dalam situasi perang dan memimpin sebuah negara Dengan memakai metode penelitian historis sebagai bahan cross-check utama, tentunya setelah melakukan kajian literatur (library-research) terlebih dahulu. Sehingga data-data yang telah terkumpul dalam literature, kemudian penulis mengolahnya dengan melewati tiga tahapan, yaitu deskripsi, interpretasi, dan analisis kritis demi menjaga validitas dan faktualitas apa yang dihasilkan dari kegiatan penelitian ini dalam perspektif akademis. Melalui ragam-proses tersebutlah, penulis mencoba menyimpulkan (meski sebenarnya bukan “final-result”) demi menjawab pokok masalah dalam skripsi ini, yang terdiri dari bagaimanakah etika perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW? aspek apa yang menjadi muatan dari prinsip etika peang tersebut? Dari kedua rumusan masalah tersebut, penulis dapat mengemukakan garis besar kesimpulan sebagai berikut, secara umum bahawa etika perang yang dimainkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah perang yang didasari dengan tiga alasan yang sangat urgen dalam HAM, pertama, perang dilaksanakan karena membela aqidah dan moral umat, kedua, demi membela harga diri, nagara harta benda, dan kepemilikan lainnya, ketiga, memberi pelajaran terhadap penghianat dan penentang Islam. Dari ketiga alasan itulah kita diperbolehkan untuk berperang, setelah perang dilakukan masih ada kode etik yang harus ditaati diantraranya adalah kita dilarang membunuh para wanita dan anak-anak, dan para pendeta, kita dilarang memerangi orang yang tidak terlibat dalam peperangan, tidak membakar rumahrumah penduduk, dan pohon. Adapun perang yang tidak dilandasi alasan-alasan yang telah saya sebutkan di atas bukanlah dinamakan perang akan tetapi kejahatan yang berperan disana, hanya pemuasan nafsu dan keinginan untuk membunuh. Disinilah peran tulisan yamg kami buat ini yang gunanya untuk meluruskan kembali mereka yang salah paham terhadap jihad, dan mereka yang sengaja maupun tidak melakukan tindakan kejahatan yang hanya memuaskan nafsu ingin menguasiai orang lain sehingga mereka rela mengorbankan nyawa seseorangh. Tujuan tulisan ini adalah mencoba menjaga perdamaian di dunia ini.
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Satu hal yang harus diakui betapapun pahitnya bahwa perang sepanjang kehidupan manuasia akan selalu terjadi silih berganti corak dan ragamnya. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa perang memang telah menjadi tabiat dalam sejarah kehidupan manusia di dunia, dan merupakan Sunatullah yang telah ada sejak diciptakan sejarah manusia pertama dan turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya sepanjang zaman. Mickel Raner pernah mengatakan: jika anda menginginkan perdamaian, bersiap-siaplah untuk berperang.1 Menurut perkiraan antara tahun 1945 sampai 1989 terdapat 138 perang yang mengakibatkan 23 juta orang meningal, dan perang Vietnam, yang membunuh dua juta penduduk, adalah pertikaian-pertikaian yang mematikan. Mickel Ranner mengatakan, bahwa frekwensi dan instensitas perang semakin meningkat dengan mantap sejak masa Romawi dan seterusnya, dan pengaruh yang merusak pun telah meningkat. Tiga perempat korban perang yang tewas sejak zaman Julius Caesar justru terjadi pada abad 20 ini. Jumlah kematian akibat perang telah membengkak mulai dengan kurang dari 1 juta jiwa dalam abad keempat belas sampai sekitar 110 juta jiwa sampai sejauh abad ini jauh lebih cepat dari laju pertambahan penduduk. Jadi perang dan berbagi konflik lainnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia di bumi ini. Dalam hal ini al-Qur’an telah menegaskan dalam surat al-Baqarah; (2): (30):
1
Deby Nasution, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa Rasulullah SAW, Yogyakarta: Tiara Wacana, IKAPI, 2003), hlm. 1
߉šøム⎯tΒ $pκÏù ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ Ÿω $tΒ ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( y7s9 â¨Ïd‰s)çΡuρ x8ωôϑpt¿2 ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ u™!$tΒÏe$!$# à7Ïó¡o„uρ $pκÏù tβθßϑn=÷ès? Mereka (Malaikat) berkata: apakah engkau (Allah) akan menjadikan orang yang akan berbuat kerusakan (kekacauan) dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? Tuhan berfirman: sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.2 (QS. Al-Baqarah: 30) Sebagian mufasir mengatakan bahwa yang dimaksud berbuat kerusakan adalah melakukan perbuatan maksiat atau melanggar hukum-hukum Allah. Sedangkan menumpahkan darah adalah melakukan kecurangan dan permusuhan. Jazirah Arab pada waktu itu merupakan negeri yang paling buruk dalam peribadatan berhala, dalam mempertautkan hawa nafsu, adat istiadat yang picik dan buas, zalim dan curang, gandrung pada peperangan, membunuh, dan mengubur anak perempuannya hidup-hidup tanpa rasa bersalah,3 bahkan perempuan, seperti budak, tidak mempunyai hak asasi manusia atau hak hukum, tetapi hanya diangap barang yang bergerak.4 Tiap-tiap kabilah terkenal dengan angkara murka, masing-masing membangkitkan fanatisme kabilah dan golongan sehingga tiap-tiap kabilah menentukan berhala sesembahannya masing-masing supaya tidak ditundukkan oleh kabilah lainnya.5 Mereka juga merampas hak anak yatim dan janda, merebut harta warisan, dan tidak mempedulikan angota suku
2
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan terjemahnya, Semarang: CV. Alwaah, 1989), hlm. 13 3 Asy Syekh Khalil Yasien, Muhammad Dimata Cendikiawan Barat, ( cetakan, kota, tahun tidak diketahui), hlm. 38 6 Karen Amstrong, Muhammad Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto, judul asli; Muhammad a Biography The Prophet, Yogyakarta: Jendela, 2001), hlm. 77 5 Asy Syekh Khalil Yasien, op-cit, hlm. 38
2
yang lemah atau miskin sebagimana disyari’atkan etos lama.6 Namun, etika seperti itu tetap merupakan etika yang kejam. Hanya yang kuat yang sanggup bertahan hidup dan berarti bahwa yang lemah disisikan dan biasa diperas habishabisan. Situasi dan kondisi demikian berjalan lama, generasi demi generasi diliputi kegelapan, kekuasaan, kesesatan berhala, tradisi kekejaman, permusuhan, peperangan yang memusnahkan dan tiada mengenal ampun, bahkan pada waktu itu dunia seluruhnya diliputi penyembahan pada berhala secara terang-terangan, atau pada trinitas dan penjelmaan Tuhan atau kepada gambar dan patung. Apabila awan gelap gulita itu sudah merata menutupi dunia, kabut kelabu sudah dapat dipastikan akan menyesatkan semua, maka terjadilah tindak keganasan, haus kekuasaan, lupa daratan dan lain-lain. Dalam suasana gelap gulita jahiliyah itu tampillah Muhammad SAW. bin Abdullah sebagai generasi muda merasa kecewa dan mencari solusi spiritual dan politik baru terhadap malaise dan kegaduhan kota. Pada awal abad ke 7, ketika suku Quraisy dan sebagian bangsa Arab mulai meningalkan hidup mengembara dan menyadari masalah-masalah sosial yang ditimbulkan dari pola hidup menetap, Muhammad membawa pesan agama baru kepada bangsa Arab,7 dengan risalah dari langit, untuk menyeru umat manusia kembali kepada ajaran Allah yang dibawanya, yaitu Islam.8 Ia tampil dari tengah-tengah kegelapan jahiliyah sebagai juru selamat. Berakhlak baik, ramah-tamah, mengasihi yang lemah dan lapang dada terhadap tetangga dan kerabat dapat dilakukan kelompok atau umat mana saja ketika damai, betapapun primitifnya umat tersebut. Akan tetapi, berlaku baik dalam peperangan, bersikap lembut terhadap musuh, mengasihi kaum wanita, anak-anak dan orang tua serta bermurah hati kepada pihak yang kalah, tidak setiap umat melakukannya dan tidak setiap panglima perang bersifat seperti itu. 6
Karen Amstrong, op.cit.,hlm. 90 Ibid, hlm. 92 8 Asy Syekh Khalil Yasien, op-cit, hlm. 39 7
3
Permusuhan mengobarkan api dendam dan amarah serta mabuk dalam kemenangan biasa memabukkan para panakluk sehingga menjerumuskan mereka ke dalam cara-cara pembalasan dendam yang paling keji. Itulah sejarah negara-negara, baik klasik maupun modern, bahkan dalam awal sejarah manusia yakni sejak Qobil menumpahkan darah saudaranya, Habil, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 30
ö≅¬6s)tFムöΝs9uρ $yϑÏδωtnr& ô⎯ÏΒ Ÿ≅Îm6à)çFsù $ZΡ$t/öè% $t/§s% øŒÎ) Èd,ysø9$$Î/ tΠyŠ#u™ ó©o_ö/$# r't6tΡ öΝÍκön=tã ã≅ø?$#uρ t⎦⎫É)−Fßϑø9$# z⎯ÏΒ ª!$# ã≅¬7s)tGtƒ $yϑ¯ΡÎ) tΑ$s% ( y7¨Ψn=çFø%V{ tΑ$s% ÌyzFψ$# z⎯ÏΒ “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qobil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil): “Aku pasti membunuhmu” berkata Habil: “Sesunguhnya Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertaqwa”.9 Di sini sejarah menaruh mahkota keabadian kepada para pemimpin peradaban yang dibangun Rasulullah Muhammad SAW., militer dan sipil serta kepada penakluk dan penguasa karena mereka dijadikan unik di antara tokohtokoh setiap pradaban oleh kemanusiaan yang penyayang dan adil dalam peperangan yang paling sengit dan dalam kondisi-kondisi yang sebenarnya memaksa pembalasan dendam dan penumpahn darah. Sebisa mungkin kita harus menjauhi perang, setiap agama apapun terutama agama Islam mengajarkan kita untuk menjauhi peperangan dan mengadakan perdamaian, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat AlAnfal ayat 8:
šχθãΒÌôfßϑø9$# oνÌx. öθs9uρ Ÿ≅ÏÜ≈t7ø9$# Ÿ≅ÏÜö7ãƒuρ ¨,ysø9$# ¨,ÅsãŠÏ9
9
Debby Nasution, op.cit hlm. 163
4
“Dan perbaikilah perhubungan antara kamu yang bersengketa dan taatilah olehmu akan Allah dan Rasulnya jika kamu memang orang-orang yang beriman.” (QS. al-Anfal 1: 8) Rasulullah juga bersabda dalam hadist riwayat Turmudzi: Apakah tidak lebih baik saya kabarkan kepadamu suatu hal yang lebih utama dari derajat puasa, sembahyang dan sedekah? Para sahabat menjawab: “baik benar kabarkan kepada kami”. Nabi bersabda: memperbaiki persengketaan; karena sesungguhnya rusak perhubungan umat lantaran persengketaan itulah yang mencukur (menghancur leburkan) ummat. Dari ayat dan hadist di atas bahwa ummat Islam tidak boleh membiarkan persengketaan itu berjalan terus;10 para ummat Islam tidak boleh berdiam diri membiarkan melihat persengketaan memainkan rolnya di hadapannya. Para umat diwajibkan berusaha menghilangkan persengketaan dan menghidupkan kembali hubungan yang baik antara orang-orang bersengketa dan berselisih itu. Dasar utama dakwah yang diamanatkan Allah SWT. kepada Rasul-Nya adalah agar disampaikan dengan damai, menyingkirkan semua permusuhan dan sengketa. Namun bila ada yang terang-tarangan dan terus “menteror” dan kalau memang perang tidak bisa kita hindari terpaksa kita harus berperang untuk membela hak-hak kita yang telah terampas, walaupun perang bukan tujuan kita, itupun dengan syarat, ada kode etik yang harus kita patuhi ketika kita berperang. Apa yang dihadapi Rasulullah SAW. dan para sahabatnya sejak dakwah Islam dilancarkan di Mekah merupakan saksi hidup kesabaran, ketabahan dan perjuangan mereka menghadapi kaum musyrikin, dan sudah selayaknya sukses fakta sejarah ini menjadi sumber keteladanan kita.
10
Hasbi As-Shiddeiqy, Islam, (Jakarta, Mutiara, cet. II, 1952), hlm. 449
5
Dari latar belakang di atas yang penulis paparkan, penulis berusaha memformulasikan etika perang, dengan mengambil contoh etika perang yang pernah di bangun oleh Rasulullah SAW. Dari itu pula penulis ingin lebih jauh mengkaji tentang etika perang dan sejarah kehidupan Nabi melalui karya-karya yang telah ditulis oleh sarjan-sarjana Islam. Di antaranya sirah Nabawi yang ditulis oleh Ibnu Ishak, Karen Amstrong, M. Husain Haikal. Serta buku-buku lain yang berkaitan.
B. Rumusan Masalah Barangkat dari kerangka pikir dan latar belakang masalah di atas, maka timbul beberapa permasalahn sebagi berikut: 1. Bagaimanakah etika perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.? 2. Aspek apa yang menjadi muatan dari prinsip etika perang tersebut?
C. Tujuan Dan Manfaat Tujuan penulisan ini sebagai usaha akademik untuk menggali lebih jauh bagaimana sebenarnaya etika perang yang secara moral dapat dibenarkan, dengan kita mempelajari etika perangnya Nabi Muhammad, dan melakukan pendalaman tentang arti jihad yang selama ini disalah pahami dengan melakukan tindakantindakan kekerasan. Adapun penulisan ini di antaranya adalah: 1. Dapat memberikan sumbangan kerangka pikir, 2. Untuk melengkapi literatur Islam terutama dalam bidang filsafat Islam 3. Dapat memberikan informasi masyarakat secara luas (dunia) 4. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya kita dalam menghadapi musuh dengan jalur yang secara moral dapat dibenarkan.
6
D. Telaah Pustaka Pembahasan mengenai perang atau militer yang merujuk pada peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, telah banyak dicontoh, baik dalam negeri maupun luar negeri, di samping itu juga banyak yang mengkaji dan mengamati sejarah perang Nabi Muhammad. Sejauh kemampuan penulis, penelususran terhadap kajian-kajian terdahulu, terdapat beberapa kajian yang secara serius mengkajinya, di antaranya adalah: Pertama, adalah karya yang pernah ditulis oleh Drs. Imam Yahya, M.Ag., yang berjudul Tradisi Militer Dalam Islam, buku ini diterbitkan anggota Logung Pustaka Yogyakarta, pada tahun 2003. Buku ini membahas tentang beberapa hal mengenai militer terutama pada fungsi militer itu sendiri. Kajian militer ini termasuk kajian baru dalam wacana politik kontemporer yang bermula dari runtuhnya ideologi besar, yaitu sosialis-komunisme di negara –negara Eropa Timur dan Unisoviet pada perang dingin, dan munculnya negara-negara merdeka yang menampilkan para perwira militer sebagai penegak kediktatoran baru.11 Kedua, karya yang ditulis oleh oleh Jamal Yusuf al-Khulafat. Karya yang berjudul Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah. Karya ini merupakan terjemahan dengan judul asli Askariyatu al-Islamiyah, yang diterbitkan oleh anggota Izzan Pustaka Yogyakarta pada tahun 2002. buku ini membahas bagaimana konsep kepemimpinan dalam Islam, serta seni dan strategi perang yang diterapkan untuk mengalahkan musuh-musuhnya serta kisah keteladanan yang patut diidolakan dari para pemimpin-pemimpin dan panglima–penglima perang Islam.12 Ketiga, karya yang ditulis oleh Muhammad Nasution Debby. Sebuah karya yang berjudul, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa Rasulullah SAW. Diterbitkan pada tahun 2003 oleh anggota Tiara Wacana, 11
Imam Yahya, Tradisi Militer Dalam Islam, (Logung Pustaka, Yogyakarta, 2003), hlm.1 Jamal Yusuf Al-Khulafat, Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah, (terj. Ahmad Assahili, Izzan Pustaka Yogayakarta, 2002), hlm. 8 12
7
Yogyakarta. Buku ini membahas di antaranya adalah profesi sebagai seorang militer dalam mempertahankan Negara bagsa dan agamanya. Keempat, karya yang ditulis oleh Yuna Ryan Tresna. Sebuah karya yang berjudul Art Of War, Menejemen Strategi Di Balik Kemenangan Rasulullah SAW, buku ini diterbitkan pada tahun 2007, oleh angota Progression, Bandung. Buku ini membahas tentang menejemen sebagai aktifitas kepemimpinan dalam kontek yang lebih khusus lagi, yaitu dalam konteks perang yang dialami oleh Rasulullah SAW.13
E. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu metode yang menggunakan cara dengan riset kepustakaan baik melalui membaca, meneliti, memahami buku-buku, majalah maupun literatur lain yang sifatnya pustaka, terutama yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam rangka memperoleh data.14 Dengan kata lain, pengumpulan data ini adalah dengan menelusuri atau me-recover buku-buku atau tulisan-tulisan yang sesuai dengan tema kajian. Syarat yang paling utama dalam pengumpulan data adalah ketepatan dalam menggunakan metode, apabila seseorang mengadakan penelitian kurang tepat atau tidak terlalu diminati, maka untuk memilih metode apa yang digunakan tentunya akan kesulitan, bisa-bisa malah tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Untuk mendapatkan data-data atau informasi sebagai bahan penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bermaksud untuk mengungkap etika perang dalam sejarah yang pernah dilakukan oleh 13
Yauana Ryan Tresna, Art Of War, Menejemen Strategi Dibalik Kemenangan Rasulullah saw, (Bandung : Progresso, 2007), hlm. vii 14 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm.16.
8
Nabi Muhammad, sehingga penulis biasa memformulasikan kembali etika perang yang pernah di praktekkan oleh Nabi Muhammad. 2. Sumber data Adapun data-data yang tersedia akan dipilah berdasarkan kriteria sumber primer dan sumber sekunder dan literatur a. Sumber Data Primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya.15 Adapun yang termasuk sumber data primer adalah kitab tafsir al-Kasyif karya Imam Muhammad Jawad Mughniyyah b. Sumber data sekunder, yaitu data yang biasanya dalam bentuk dokumendokumen yang lebih dikenal dengan data-data pendukung.16Adapun Sebagai sumber sekunder adalah kitab-kitab yang mendukung karya ini. Sementara yang tidak terhitung sebagai sumber primer dan sekunder dipandang sebagai penunjang literatur biasa. 3. Metode pengumpulan data Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu metode yang menggunakan cara dengan riset kepustakaan baik melalui membaca, meneliti, memahami buku-buku, majalah maupun literatur lain yang sifatnya pustaka, terutama yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam rangka memperoleh data.17 Dengan kata lain, pengumpulan data ini adalah dengan menelusuri atau me-recover bukuDalam pengumpulan data penulis menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (library research), yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni.18 Dan metode ini mengkaji sumber- sumber tertulis yang
15
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), hlm. 93. Ibid, hlm. 93 17 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hlm.16. 18 Sutrisno Hadi, Metode Riset, (Yogykarta: Fakultas Spikologi Unifersitas Gajah Mada, 1987), hlm. 9 16
9
telah dipublikasikan.19 Misalnya kitab, buku dan sebagainya yang ada kaitannya dengan yang diteliti penulis. 4. Metode analisis data Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis deskriptif kritis, dan metode histories. Adapun metode-metode yang dipakai dalam menganalisis data sebagai berikut: a. Metode Deskriptif Analisis Metode Deskriptif Analisis yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data kemudian diadakan analisis interpretasi terhadap data tersebut sehingga memberikan gambaran yang komprehensif.20 Sanapiah Faisal mendefinisikan metode deskriptif adalah berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada dari pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung dan sedang berkembang.21 Sedangkan menurut Ibnu Hajar, metode diskriptif adalah memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang material atau fenomena yang diselidiki.22
Metode
ini
digunakan
untuk
mendeskripsikan
dan
menginterpretasikan dan sekaligus menganalisis etika perang yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad. b. Metode Historis Metode historis adalah prosedur-prosedur pemecahan masalah dengan mempergunakan data atau informasi masa lalu, yang bernilai sebagai peninggalan.23 Menurut G. J. Ranier, metode sejarah disamakan dengan
19
20
Suharsimi Kunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, , 1991), hlm. 10 Nugroho Noto Susanto, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 32. 21 Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, , 1982)
hlm. 119 22
Ibnu Hadjar, Dasr-Dasar Metodologgi Penelitian Kuantitatif Dan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 274 23 Hadlir Nawawi, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 1996), hlm. 214
10
filsafat sejarah formal (geschichtsphilosophie). Bidang ini meliputi tentang logika dan epistimologi sejarah sebagai disiplin.24 Metode penelitian sejarah menurut Ernt Bernheim, terdiri atas heuristic (mencari dan menemukan sumber-sumber sejarah), kritik (menilai otentitas dan kredibilitas atau tidaknya suatu sumber), auffklarung (sintesis fakta yang diperoleh melalui kritik sumber); dan dersterllung (penyajian dalambentuk tertulis).25
E. Sistematika Penulisan Skripsi Sebelum menginjak bab pertama dan berikutnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sistematika penulisan skripsi ini diawali dengan moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan abstraksi yang selanjutnya bab pertama. BAB I
: Pendahuluan merupakan bab yang memuat tentang pembuka dari
seluruh rangkaian penulisan skripsi ini. Bab satu ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian skripsi, telaah pustaka, pendekatan dan metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi BAB II
: Pada bab ini meupakan landasan teori dari penulisan skripsi yang berisi tentang sub-sub pembahasan, yakni gambaran umum mengenai etika perang, di antaranya pertama, pengertian etika perang, yang terdiri beberapa sub bab antara lain, penguasa yang mampu, dan tujuan yang tepat. Kedua, basis etika perang. Ketiga, etika perang dalam pandangan Islam. Keempat, hukum perang, yang terdiri dari, dibolehkannya perang, kewajiban berperang, dan alasan perang. Dan yang kelima adalah hakekat jihad yang terdiri dari, makna jihad dalam
24
G.J. Renier, History; Its Purpose End Mothod (dikutip, misri A. Muchsin,. Filsafat Sejarah Dalam Islam, Yogyakarta: Khasanah Pustaka Indonesia 2002), hlm. 35 25 Teuku Ibrahim Al-fian Metode Dan Metodologi Sejarah, makalah, tt, hlm. 1-2, begitu juga yang diuraikan oleh Nugroho Notosusantom, Hakekat Sejarah Dan Model Sejarah (Jakarta: Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata, 1964), hlm.22-29
11
al-Qur’an, jihad dengan pengertian kontak fisik dalam al-Qur’an, hukum jihad, serta motif dan tujuan jihad. BAB III
: Pada bab ketiga ini merupakan biografi dari seorang tokoh di antarannya adalah, sejarah kehidupan Muhammad SAW. dan kemenangan umat Islam yang terdiri dari, pertama biografi Muhammad SAW., kedua berdakwah menyeru manusia kepada tuhan, ketiga, hijrah ke Madinah, keempat, kemenangan sejati, dan kelima, dunia baru yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.
BAB IV
: Pada bab ini merupakan analisis dari penulisan skripsi, yang terdiri dari, pertama, nilai utama dalam perang dan yang kedua adalah aspekaspek muatan dari prinsip-prinsip etika perang.
BAB V
: Pada bab ini merupakan bagian penutup sebagai akhir dari keseluruhan proses penulisan yang berisi kesimpulan (menerangkan hasil-hasil penulisan), saran-saran (dari penulis yang terkait dengan pembahasan), dan rekomendasi, serta kata penutup sebagai tanda berakhirnya suatu proses kegiatan penulisan ini.
12
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ETIKA PERANG A. Pengertian Perang Dalam Islam Perang dalam bahasa Arab disebut qital (membunuh), gozhwah (peperangan yang dipimpin oleh panglima perang secara langsung), harb. (perlawanan secara fisik)1 Sedangkan secara Istilah, menurut Clauzzewits dalam diktumnya menyatakan bahwa perang adalah politik yang dilanjutkan dengan cara lain.2 Dalam Islam perang diartikan sebagai qitalu al kuffari fi sabilillahi li i’lai kalimatillah, yaitu ”memerangi orang-orang kafir dijalan Allah dalam rangka meninggikan kalimat Allah”.3 Berdasarkan istilah syar’i itulah, perang memiliki makna yang spesifik yang berbeda dengan makna bahasanya. Jadi perang adalah mengangkat senjata untuk melawan atau memerangi orang-orang kafir dalam rangka membela kehormatan islam dan kaum Muslimin. Dengan kalimat lain, perang haruslah dilakukan semata-mata dengan niat untuk menegakkan kedaulatan islam, bukan untuk hal yang lain, seperti berniat menguasai negara lain, kemudian merampas semua yang bukan menjadi haknya, atau untuk mendapatkan kedudukan, pujian dan lain sebagainya. Dari sini menunjukkan bahwa, perang diperbolehkan untuk melawan dengan fisik dan mengangkat senjata bila terjadi sebuah kekuatan luar yang mengganggu teritorial anggota-anggota komunitas teritorial Muslim atau teritorial yang disepakati kaum muslim sebagai negeri perjanjian dengan komunitas lain. Jadi disini perang mengangkat senjata adalah untuk mempertahankan teritorioal.
1
Debby M. Nasution, Kedudukan Militer dalam Islam, dan Peranannya Pada Masa Rasulullah, (Yogyakarta, Tiara Wacanan Yogya, 2003), hlm. 1 2 Ibid, hlm. 1 3 Yuana Ryan Tresna, Muhammad on the Art of War, Menejemen Strategi Dibalik Kemenangan Rasulullah, (Bandung, Progressio, 2007), hlm. 7
Tidak dibenarkan penyerangan dilancarkan, sementara tidak ada gangguan dari pihak luar atas teritorial komunitas Muslim, atau komunitas dimana kelompok Muslim mengikat perjanjian dengan komunitas-komunitas lain satu teritorial negara itu.4 Perlawanan tidak dibenarkan di tempat yang tidak menjadi teritorial komunitas yang saling berperang. Sebab dalam keadaan seperti itu bisa mengganggu dan melibatkan kelompok-kelompok lain yang tidak ikut bersengketa. Perlawanan secara fisik ini juga hanya menjadi salah salah satu alternatif di dalam menegakkan teritorial komunitas Muslim atau teritorial dimana komunitas Muslim terikat perjanjian dengan komunitas lain dalm sebuah negara. Jadi, bukan satu-satunya alternatif . sebab, dalam hal ini, Rasulullah pernah juga melakukan ”jalan perdamaian”, seperti yang tercermin dalam kasus ”perjanjian hudaibiyyah”.5 Oleh karena itu perang dalam Islam harus dilakukan sesuai dengan tuntunan hukum Islam tentang masalah tersebut. Tidak boleh perang berjalan tanpa aturan atau sekedar mengikuti kehendak pribadi atau kelompok.
B. Pengertian Etika Perang Kebanyakan pembenaran untuk perang dimulai dengan suatu acuan tentang prinsip membela diri.6 Seseorang secara moral di benarkan untuk mempertahankan diri dari serangan sehinga dipertimbangkan bahwa negara dibenarkan mempertahankan dirinya dari serangan dengan penggunaan kekuatan yang kejam. Jalan lain seringkali dibuat untuk prinsip yang lain pula yaitu bahwa kita semua diminta untuk membantu orang-orang tidak bersalah yang menderita. Seperti pada kasus membela diri, seringkali perlu digunakan kekerasan untuk menghalangi serangan pada orang yang tak berdosa. Akhirnya banyak orang yang percaya bahwa dibenarkan untuk mengunakan 4
Nur Nhalik Ridwan, detik-detik pembongkaran agama, mempopulerkan agama kebajikan, menggagas pluralisme-pembebasan, (Yogyakarta, Arruz Book Gallery,2003), hlm. 209 5 Ibid, hlm. 210 6 May Larry, etika terapan; sebuah pendekatan multi cultural, (terj. Sinta Carolina, judul asli, Applied etick; a multicultural approach, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001), hlm.313
14
kekuatan untuk mencegah kejahatan yang lebih besar dari pada pengunaan kekerasan. Perang yang adil perang yang secara moral baik – bukan saja perang perang yang ditentukan dengan prinsip-prinsip keadilan. Perang yang adil adalah perang yang dapat dibenarkan secara moral setelah keadilan, hak asasi, kebaikan umum, dan semua konsep yang relevan lainnya telah dikonsultasikan dan dipertimbangkan terhadap fakta-fakta dan terhadap satu sama lain.7 Para teoritis perang yang adil terkadang gagal untuk melihat bahwa teori perang yang adil menggambarkan dua jenis perang yang adil, perang yang secara moral diizinkan dan perang yang secara moral diwajibkan secara meyakinkan dapat ditunjukkan pada tingkat pribadi. Misalnya, “jika saya diserang saya mempunyai hak untuk mengunakan kekuatan, untuk membela diri saya sendiri – dengan mengasumsikan bahwa saya tidak mempunyai jalan lain”. Namun karena selalu terbuka bagi pemegang hak untuk melepaskan hak tersebut, saya tidak wajib mengunakan kekuatan untuk diri saya sendiri. Namun andaikan saya berjanji untuk melindungi seseorang, bahwa seseorang sekarang terbuka di serang secara tidak adil dan perang tersebut meminta pertolongan pada saya, dalam kasus semacam itu, saya wajib membela orang tersebut. Pada tingkat negara, perbedaan antara perang yang diizinkan dan perang yang diwajibkan mempunyai konsekwensi-konsekwensi penting terhadap kebijakan. Para analis kebijakan menunjukkan bahwa menggunakan kekuatan tertentu lulus dari tes perang yang adil, dan kemudian mengambil kesimpulan bahwa perang adalah wajib, dan “keadila menuntutnya”. Hal kecil lainnya dalam logika teori perang yang adil patut mendapat pehatian. Dalam perang yang adil, istilqah “adil” dan “tidak adil” adalah kebalikan-kebalikan yang logis. Hal itu berarti bahwa dalam perang, hanya satu pihak yang dapat menjadi pihak yang adil. Namun tidak mustahil kalau kalau kedua pihak tidak adil dan menjadi salah untuk berfikir bahwa, jika satu pihak dapat terbukti tidak adil, pihak lain pasti dapat terbukti adil. Jika mush anda jahat, bukan berarti anda baik. 7
Ibid, hlm. 318
15
Dalam melakukan penialain moral tentang perang, lazimlah untuk membedakan aturan-aturan kapan diizinkan atau diwajibkan untuk memulai perang atau diwajibkan untuk mulai perang (jus ad bellum ) dari aturan-aturan yang menentukan bagaimana perang yang seharusnya yang diperjuangkan begitu perang telah dimulai (jus in bello). Aturan-aturan jus ad bellum terutama berlaku pada pemimpinpemimpin politk; aturan-aturan jus in bello terutama berlaku bagi para tentara dan perwira-perwira mereka. Perbedaan tersebut tidaklah sulit diubah, karena ada situasi-situasi ketika tidak ada jalan yang diizinkan secara moral untuk berperang.yang dalam kaus itu berarti perang tidak dilakasakan sebelumnya. 1. Penguasa Yang Mampu Dari masa Agustin, para teoritisi telah mempertahankan bahwa perang yang adil dapat dilaksanakan hanya oleh “penguasa yang mampu.” Agustine menganggap penggunaan kekuasaan oleh perorangan secara pribadi tidak bermoral; sebagai akibatnya satu-satunya penggunaan kekuatan yang diizinkan adalah penggunaan-penggunaan kekuatan yang disetujui oleh penguasa publik. Kekuatan yang adil bagi para pangeran yang kewenangan dan perlindungannya disetujui oleh Tuhan. Dengan adanya akar-akar skolastik ini, pertimbangan-pertimbangan mengenai penguasa yang mampu mungkin kelihatan kolot, namun masih berguna bagi tujuan-tujuan penilaian moral untuk membedakan perang dari pemberontakan spontan, dan membedakan tentara, dan perwira dari pembajak dan perampok. Perang yang adil, pertamatama haruslah perang. Untuk memulai, banyak sarjana menyetujui bahwa perang adalah pengunaan kekuatan yang terkontrol, yang dilakukan oleh orang-orang yang terorganisir dalam rantai komando yang berjalan.8 Pembunuhan yang terisolir tidak dapat berperang, maka dalam beberapa hal, perang adalah kebalikan dari kekerasan. Kedua, penggunaan kekuatan dalam perang harus ditujukan pada hasil politik yang dapat diidentifikasi, hasil politik yang dapat diidentifikasi adalah suatu perubahan dalam kebijakan pemerintah, suatu perubahan dalam 8
May Larry, ibid, hlm.319
16
bentuk pemerintahan, atau suatu perluasan atau pembatasan jangkauan kekuasaannya.9 Pemusnahan suatu masyarakat bukanlah hasil politik yang diidentifikasi. Definisi kita tentang perang sebagai penggunaan kekuatan yang terkendali untuk tujuan politik tidak menunjukkan bahwa perang dapat dilakukan hanya oleh pemerintah-pemerintah Negara –bangsa. 2. Tujuan Yang Tepat Dalam iklim modern realisme politik, banyak penulis cenderung memperlakukan standar tujuan yang tetap sebagi peningalan yang pelik dari masa yang lebih idialis, juga berdasarkan bahwa alasan-alasan moral membuat hasil-hasil yang mendatangkan malapetaka dalam politik internasional atau berdasarkan bahwa alasan-alasan bersifat subyektif dan tidak dapat diamati. Kesulitan yang sesunguhnya dengan tuntutan akan alasan-alasan idealistik adalah orang biasanya mempunyai lebih dari satu alasan bagi setiap tindakan yang meraka yang membuatnya sulit untuk menetapkan alasan tersebut. Meskipun ada kesulitan dengan alasan-alasan yang banyak, pentinglah untuk mempertahankan suatu versi dari aturan tentang tujuan yang tepat sebagai bagian dari teori parang yang adil. Tidak ada orang bijaksana yang bisa tidak terganggu oleh praktek international. Di mana para pemimpin membuat keputusan-keputusan kebijakan tanpa memperhatikan pertimbanganpertimbangan moral. Jika keinginan akan kebenaran harus dimasukkan sebagai salah satu alas an untuk perang yang adil. Banyak penulis menegaskan bahwa perang yang adil tidak dapat dimotivasi oleh kecintaan terhadap kekerasan atau kebencian terhadap musuh. Bahkan dalam abad ke lima Agustine menulis. “kejahatan yang sebenarnya dalam perang adalh kecintaan terhadap kekerasan, kekejaman yang penuh dendam, ras permusuhan yang dahsat dan tak tergoyahkan, perlawanan yang liar, nafsu akan kekuasaan.” Kebanyakan orang setuju bahwa seorang pemimpin yang memiliki kecintaan terhadap kekerasan
9
Ibid, hlm. 321
17
atau kebencian terhadap musuh. Sebagi motivasi satu-satunya atau utama untuk perang mempunyai tujuan yang buruk.
C. Basis Etika Perang dalam Islam Kenapa manusia menggandrungi perang? Al-Qur’an memberikan jawaban terbuka dalam banyak ayat yang diturunkan dalam berbagai kurun waktu, dan bisa dirangkum sebagai basis etika dalam menegakkan kedamaian dan menghentikan peperangan.10 Pertama, fitrah dasar manusia adalah keadaan tidak bersalah secara moral (moral innocence), yakni bebas dari dosa. Dengan kata lain, Islam tidak mengenal istilah "dosa bawaan". Lebih dari itu, setiap individu dilahirkan dengan pengetahuan tentang ketentuan Tuhan, yaitu aspek paling esensial mengenai perilaku yang benar. Namun, kesadaran moral ini dapat terkikis dan mengalami erosi, karena setiap individu berhadapan dengan pengaruhpengaruh buruk dan merusak dari lingkungan masyarakatnya di dalam surat Ar-Rum di jelaskan:
È,ù=y⇐Ï9 Ÿ≅ƒÏ‰ö7s? Ÿω 4 $pκön=tæ }¨$¨Ζ9$# tsÜsù ©ÉL©9$# «!$# |NtôÜÏù 4 $Z‹ÏΖym È⎦⎪Ïe$#Ï9 y7yγô_uρ óΟÏ%r'sù tβθßϑn=ôètƒ Ÿω Ĩ$¨Ζ9$# usYò2r& ∅Å3≈s9uρ ÞΟÍhŠs)ø9$# Ú⎥⎪Ïe$!$# šÏ9≡sŒ 4 «!$# “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.11 (QS. Ar-Rum: 30).
10
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=122561&kat_id=105 &kat_id1=147&kat_id2=291 11
Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
18
Kedua, watak manusia adalah untuk hidup di atas bumi dalam keadaan harmonis dan damai dengan makhluk hidup lain. Inilah makna teragung tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai khalifah di atas bumi
⎯tΒ $pκÏù ã≅yèøgrBr& (#þθä9$s% ( Zπx‹Î=yz ÇÚö‘F{$# ’Îû ×≅Ïã%y` ’ÎoΤÎ) Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 š•/u‘ tΑ$s% øŒÎ)uρ $tΒ ãΝn=ôãr& þ’ÎoΤÎ) tΑ$s% ( y7s9 â¨Ïd‰s)çΡuρ x8ωôϑpt¿2 ßxÎm7|¡çΡ ß⎯øtwΥuρ u™!$tΒÏe$!$# à7Ïó¡o„uρ $pκÏù ߉šøムtβθßϑn=÷ès? Ÿω “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30). Karenanya, kedamaian yang sejati (salam) bukan sekadar berarti tidak adanya perang, tapi eliminasi faktor-faktor yang mendasari terjadinya percekcokan atau konflik, dan pada akhirnya akan menyebabkan kesia-siaan dan kerusakan (fasad). Perdamaian, bukan perang atau kekerasan, merupakan tujuan sejati Tuhan untuk kemanusiaan dalam surat Al-Baqoroh ayat 208 dijelawskan:
ÅV≡uθäÜäz (#θãèÎ6®Ks? Ÿωuρ Zπ©ù!$Ÿ2 ÉΟù=Åb¡9$# ’Îû (#θè=äz÷Š$# (#θãΖtΒ#u™ š⎥⎪Ï%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ ×⎦⎫Î7•Β Aρ߉tã öΝà6s9 …絯ΡÎ) 4 Ç⎯≈sÜø‹¤±9$# “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.(QS. Al-Baqarah: 208)
19
Ketiga, dengan adanya kemampuan manusia untuk berbuat salah, maka akan selalu ada orang yang memilih melanggar watak dirinya dan melampaui batas-batas ketentuan Tuhan. Adam menjadi manusia seutuhnya hanya ketika ia memilih untuk menuruti godaan setan dan tidak taat pada Tuhan. Sebagai akibat ketidaktundukan itu, manusia diusir dari surga dan diturunkan ke bumi sebagai "musuh satu terhadap yang lain" dalam surat AlBaqoroh ayat 36, 7, 24 membicarakan hal ini dengan jelas:
ö/ä3àÒ÷èt/ (#θäÜÎ7÷δ$# $uΖù=è%uρ ( ϵŠÏù $tΡ%x. $£ϑÏΒ $yϑßγy_t÷zr'sù $pκ÷]tã ß⎯≈sÜø‹¤±9$# $yϑßγ©9y—r'sù &⎦⎫Ïm 4’n<Î) ìì≈tFtΒuρ @s)tGó¡ãΒ ÇÚö‘F{$# ’Îû ö/ä3s9uρ ( Aρ߉tã CÙ÷èt7Ï9 “Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."(QS. Al-Baqarah: 36)
ë>#x‹tã öΝßγs9uρ ( ×οuθ≈t±Ïî öΝÏδÌ≈|Áö/r& #’n?tãuρ ( öΝÎγÏèôϑy™ 4’n?tãuρ öΝÎγÎ/θè=è% 4’n?tã ª!$# zΝtFyz ÒΟŠÏàtã “Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang amat berat”. (QS.Al-Baqarah: 7)
ôN£‰Ïãé& ( äοu‘$yfÅsø9$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ ©ÉL©9$# u‘$¨Ζ9$# (#θà)¨?$$sù (#θè=yèøs? ⎯s9uρ (#θè=yèøs? öΝ©9 βÎ*sù t⎦⎪ÌÏ≈s3ù=Ï9 “Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir”.(QS. AlBaqarah: 24)
20
Dengan demikian, perang dan kejahatan yang berasal dari mereka, ditegaskan Alquran, sebagai konsekwensi tak terelakkan dari keunikan kemampuan manusia untuk memiliki pilihan moral itu. Namun, drama jatuhnya manusia bukanlah sesuatu yang tak dapat ditarik kembali, karena Tuhan begitu cepat menolong Adam dan memberinya hidayah. Tentu saja hidayah terbesar adalah diturunkannya wahyu Illahi untuk kemanusiaan melalui pengutusan nabi-nabi. Jadi, kehadiran para Nabi bisa dimaknai sebagai manifestasi rahmat Allah, karena manusia berpotensi untuk menjadi korban godaan setan. Ketika manusia membentuk unit sosial, maka potensi itu menjadi sangat serius karena bisa memfasilitasi setiap individu berebut kekuasaan, kekayaan, prestise, dan segala bentuk ambisi yang tak terhingga. Kekerasan merupakan akibat tak terhindarkan dari keinginan manusia untuk mewujudkan kebesaran dirinya (self-aggrandizement). Berdasarkan basis etika di atas, Islam mengutuk perang karena di balik itu terselubung motivasi untuk menghancurkan demi kekuasaan, kekayaan, prestise, dan ambisi lainnya. Sebaliknya, Islam menjadikan salam sebagai kata kunci untuk setiap kebajikan tertinggi, bahkan tujuan yang diimpikan setiap insan. Surga yang menjadi dambaan setiap manusia disebut Al-Quran sebagai "Darus Salam" atau rumah kedamaian.
C. Etika Perang dalam pandangan Islam Islam adalah agama perdamaian.12 Nyawa dalam Islam adalah suci dan harus di hormati dan untuk perlindungannya diperlukan keamanan.13 Oleh karena itu, Islam memajukan perdamaian sebagai prinsip kehidupan. Perang hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa, di mana tidak ada lagi jalan yang dapat ditempuh.14 Kebanyakan pembenaran untuk perang dimulai dengan
12
Abdul Aziz, Perang Dan Damai Dimasa Pemerintahan Rasulullah, (terj. H. Syalim Basyarahil, Judu Asli, Muhammad Bainal Harbi Wssalami, gema insani press, 1991), hlm 23 13 Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagi Seorang Pemimpin Militer, (terj. Annas Siddik, judul asli, Muhammad As Military Leader, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm.15 14 Ibid, 11
21
suatu acuan tentang prinsip membela diri.15 Oleh karena itu, Islam memajukan perdamaian sebagai prinsip kehidupan yang asasi dan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk mencapai dan memepertahankannya. Tetapi masyarakat tidak terdiri dari malaikat yang tentu saja melakukan kesalahan. Ada manusia perorangan atau kelompok manusia (masyarakat) yang kasar dan agresif dan tidak suka melihat orang lain hidup tenang dan damai. Mereka merobek-robek semua ikatan ikatan moral, etika dan memperkosa hak orang lain tanpa sebab yang pantas. Orang dan kelompok seperti itu harus dikendalikan sehingga orang lain dan masyarakat dapat hidup dengan aman dan damai. Kalau ada orang durhaka seperti itu yang tidak mau membiarkan orang lain hidup dalam kedamaian dan menjalankan keprcayaan mereka yang seperti mereka yakini, dan orang durhaka tersebut bermaksud membinasakan mereka termasuk agama mereka dan dapat menimbulkan kekacauan dalam negeri, maka perlawanan bukan suatu hal yang wajar tetapi merupakan sesuatu hal yang wajib bagi kaum Muslim.16 Perang diharuskan; pertama, untuk mengakhiri perburuan, penindasan dan memulihkan keamanan dan ketertiban sehingga rakyat biasa dapat hidup dengan tenang dan damai dan dapat menjalankan kepercayaan tanpa campur tangan
dan rintangan dari siapapun juga; kedua, diharuskan untuk
menegakkan hukum,17 dan keadilan sehingga semua orang, kaya dan miskin, kuat dan lemah, dapat memperoleh perlindungan hukum dan hak-hak mereka atas dasar yang sama tanpa ada perbedaan. Dalam hal itu, orang Muslim diharuskan berperang untuk membantu kaum yang lemah dan tertindas untuk
15
May Larry, etika terapan; sebuah pendekatan multi cultural, (terj. Sinta Carolina, judul asli, Applied etick; a multicultural approach, (Yogyakarta, Tiara Wacana, 2001), hlm. 313 16
Afzalur Rahman, op-cit, hlm. 16 Di Mekah Muhammad memulai tugasnya pertama kali dengan mematuhi sendiri hukum Tuhan dan kemudian mengajak keluarganya dan orang lain untuk mengikutinya dan masuk kedalam pangkuan Islam. Ajakan yang disampaikan Muhammad adalah ajakan untuk semua orang, disampaikan dengan cara baik tanpa ada paksaan. Ibid, hlm. 16 17
22
mengembalikan kemerdekaan yang dirampas oleh orang yang mungkar dan tidak adil.18 Dan orang yang memberikan bantuan dalam rangka menegakkan suatu system keadilan dan ketertiban di muka bumi, bahkan mereka juga berperang dan mengorbankan nyawanya, disebut mujahidin, berjuang di jalan Allah, dan orang yang berperang untuk melakukan penindasan dan ketidakadilan disebut teman setan dalam surat Annisa’ ayat 75-76 dijelaskan:
Ï™!$|¡ÏiΨ9$#uρ ÉΑ%y`Ìh9$# š∅ÏΒ t⎦⎫ÏyèôÒtFó¡ßϑø9$#uρ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû tβθè=ÏG≈s)è? Ÿω ö/ä3s9 $tΒuρ ≅yèô_$#uρ $yγè=÷δr& ÉΟÏ9$©à9$# Ïπtƒös)ø9$# ÍνÉ‹≈yδ ô⎯ÏΒ $oΨô_Ì÷zr& !$oΨ−/u‘ tβθä9θà)tƒ t⎦⎪Ï%©!$# Èβ≡t$ø!Èθø9$#uρ ’Îû tβθè=ÏG≈s)ム(#θãΨtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# .#·ÅÁtΡ šΡà$©! ⎯ÏΒ $oΨ©9 ≅yèô_$#uρ $|‹Ï9uρ šΡà$©! ⎯ÏΒ $uΖ©9 ( Ç⎯≈sÜø‹¤±9$# u™!$u‹Ï9÷ρr& (#þθè=ÏG≈s)sù ÏNθäó≈©Ü9$# È≅‹Î6y™ ’Îû tβθè=ÏG≈s)ム(#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$#uρ ( «!$# È≅‹Î6y™ $¸ŠÏè|Ê tβ%x. Ç⎯≈sÜø‹¤±9$# y‰øŠx. ¨βÎ) “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orangorang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau. Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”. (QS. AnNisa’: 75-76) Dengan demikian, orang Muslim bercita-cita untuk menciptakan kedamaian dan ketenangan. Tetapi kalau ketenangan dan kedamain itu tidak dapat diperoleh dengan jalan biasa, maka mereka harus berperang untuk mempertahankan prinsip dasar Islam ini, karena tanpa adanya kedamaian dan ketenangan kehidupan yang aman tentram dan bahkan kelangsungan hidup itu 18
Ibid, hlm. 19
23
sendiri, tidak mungkin akan tercipta. Jadi, segala usaha harus dilakukan meski harus mengunakan kekuatan yang kejam.19 untuk membela diri dan menghilangkan penindasan atau menghapuskan rintangan yang menghalangi umat melaksanakan kewajibannya dan menikmati kehidupan tenang dan damai. Segera setelah keadan dapat dipulihkan, semua pertempuran harus dihentikan, karena perdamaian merupakan ketentuan umum sedangkan perang hanyalah pengecualian yang hanya dipergunakan sebagai suatu keharusan dalam rangka menciptakan kedamaian untuk kepentingan semua orang. Perang hanya boleh mengganggu prdamaian dalam usaha untuk memperoleh tujuan kemanusiaan yang sebenarnya, memulihkana keadilan dan perdamaian untuk semua orang menurut hukum Tuhan.
D. Hukum Perang Ketika Allah SWT. memberikan tugas kenabian kepada hambanya yang terpilih, Muhammad SAW maka diutuslah Malaikat Jibril untuk menyampaikan risalah kenabian kepada Muhammad SAW, dan turunlah ayat pertama yang menyeru kepada Muhammad SAW untuk membacanya. Didalam surat Al-Alaq dijelaskaan:
t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$# ”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. AlAlaq : 1) Risalah itu hanya untuk dirinya sendiri, tidak perlu disampaikan kepada orang lain, maka turunlah ayat
ö‘É‹Ρr'sù óΟè% . ãÏoO£‰ßϑø9$# $pκš‰r'¯≈tƒ ”Wahai orang yang berselimut! Bangunlah lalu beri peringatan”.(QS. AlMudastir: 1-2) Ayat kedua ini memerintahkan Nabi Muhammad SAW. Untuk menyampaikan risalah kenabiannya dalam memberi peingatan kepada kerabat 19
May Larry, op.cit., hlm. 313
24
dekatanya, kemudian kepada kaumnya, dan secara pelan tetapi pasti memberi peringatan kepada seluruh bangsa Arab, yang akhirnya untuk seluruh penghuni jagad raya ini. Allah SWT. Berfirman dalam surat Al-A’raf:
ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# Ûù=ãΒ …çµs9 “Ï%©!$# $·èŠÏΗsd öΝà6ö‹s9Î) «!$# ãΑθß™u‘ ’ÎoΤÎ) ÚZ$¨Ζ9$# $y㕃r'¯≈tƒ ö≅è% Çc’ÍhΓW{$# Äc©É<¨Ψ9$# Ï&Î!θß™u‘uρ «!$$Î/ (#θãΨÏΒ$t↔sù ( àM‹Ïϑãƒuρ ⎯Ç‘ósムuθèδ ωÎ) tµ≈s9Î) Iω ( ÇÚö‘F{$#uρ šχρ߉tGôγs? öΝà6¯=yès9 çνθãèÎ7¨?$#uρ ⎯ϵÏG≈yϑÎ=Ÿ2uρ «!$$Î/ Ú∅ÏΒ÷σム”Ï%©!$# ”Katakan; hai manusia sesunguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu semua.” (QS Al-A’raf : 158). Dan Nabi Muhammad saw. bersabda lewat hadistnya: Seorang Nabi hanya diutus untuk kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia. Rasulullah SAW menyampaikan dakwah dan risalah kenabian di kota Mekah berlangsung selama tiga belas tahun. Beliau menyampaikan pesan moral Al-Qur’an dan menyerukan bangsa Arab lewat metoed ”dakwah bil hikmah dan ma’izhatul hasanah” (dakwah penuh kebijaksanaan dan peringatan yang sangat baik).20 Dengan harapan agar bangsa Arab (umat manusia) mengikuti terhadap risalah yang disampaikan. Beliau bersama para pengikutnya tidak pernah berperang yang hanya bertujuan untuk mengajak orang-orang agar masuk Islam yang ketika itu sering mendapat siksaan dan cercaan, baik secara fisik maupun psikis, yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy, tapi beliau mengajarkan mereka untuk selalu bersabar dan menerimanya dengan lapang dada. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Ahqaaf yang berbunyi:
20
Jamal Yusuf , Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah saw , (terj. Ahmad Assahili, judul asli; Askariyatu al-Islamiyah , Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2002), hlm. 48
25
$tΒ tβ÷ρttƒ tΠöθtƒ öΝåκ¨Ξr(x. 4 öΝçλ°; ≅Éf÷ètGó¡n@ Ÿωuρ È≅ß™”9$# z⎯ÏΒ ÏΘ÷“yèø9$# (#θä9'ρé& uy9|¹ $yϑx. ÷É9ô¹$$sù ãΠöθs)ø9$# ωÎ) à7n=ôγムö≅yγsù 4 Ô≈n=t/ 4 ¤‘$pκ¨Ξ ⎯ÏiΒ Zπtã$y™ ωÎ) (#þθèVt7ù=tƒ óΟs9 šχρ߉tãθムtβθà)Å¡≈xø9$# ”Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tingal di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan kecuali kaum yang fasik.” (QS. al-Ahqaaf : 35)
1. Dibolehkannya Perang Semasa Rasulullah saw berjuang mendakwahkan ajaran Islam kepada bangsa Arab di Mekah, para pengikut Nabi SAW tidak sedikit mendapatkan teror dan intimidasi yang bertubi-tubi dari orang-orang kafir Qurisy. Kondisi umat Islam pada waktu itu sangat memprihatinkan, menjalani kehidupan sehari-hari tidak tenang, tegang dan selalu ada ancaman.penderitaan dan penyiksaan yang diberikan oleh kaum Quraisy sudah menjadi makanan empuk sehari-hari. Mereka mengintimidasi, menyiksa, menawan kaum Muslaimin, merampas harta milik mereka dan profokasi dari orang-orang Quraisy atau mengiming-imingi dan memikat mereka dengan serta budak perempuan yang cantik.21 Orang Quraisy menggunakan setiap metode dan sarana untuk menghentikan mereka, namun tidak membuat iman para pengikut Nabi saw menurun, bahkan selalu mengalami grafik naik dalam jiwanya. Sehinga mereka lebih bersemangat mengerjakan perintah agama tanpa ragu-ragu sedikit pun. Menyembah Allah secara terbuka dihadapan setiap manusia, apakah beriman ataukah tidak, tanpa dianiaya disiksa atau ditekan marupakan
21
Tahia al- Ismail, Tarikh Muhammad saw; Teladan Perilaku Ummat, (terj. A.. Nasir Budiman, Judul Asli, The Life Of Muhammad: His Life Based On The Earliest Sources, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 133
26
impian kaum muslim Mekah, setelah tiga belas tahun perjuangan,22 kini menjadi kenyataan setelah kaum Muslimin berhijrah ke Madinah. Meliahat hal ini, orang-orang kafir Quraisy bingung dan tak habis pikir. Maka mereka sepakat untuk membunuh Nabi Muhammad saw karena beliau dianggap sebagai biang keroknya. Maka Allah SWT mengijinkan Nabi Muhammad SAW agar secepatnya berhijrah bersama para sahabatnya ke kota Madinah
dijadikan
tempat
berlindung
dan
dinilai
strategis
untuk
mengembangkan syi’ar Islam di masa-masa mendatang, di samping itu penduduknya sangat mencintai Nabi SAW dan beliau juga mencintai mereka. Setelah Nabi Muhammad SAW menetap di kota Madinah, bersama para sahabatnya (kalangan Ansor dan Muhajirin) hidup tenang dalam menjalankan perintah agama dan menyiarkannya lebih leluasa. Maka musuhmusuh beliau dari kalangan Musyrikin merayu orang-orang yang berlindung kepada Nabi SAW agar kembali kepada kepercayaan semuala namun misi mereka tidak berhasil, dan mereka memproklamasikan untuk berperang. Sejak itulah Allah SWT mengijinkan Nabi SAW bersama kaum Muhajirin berperang melawan orang-orang Musyrik Quraisy, sebagaimana yang tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj:
t⎦⎪Ï%©!$# . íƒÏ‰s)s9 óΟÏδÎóÇtΡ 4’n?tã ©!$# ¨βÎ)uρ 4 (#θßϑÎ=àß öΝßγ¯Ρr'Î/ šχθè=tG≈s)ムt⎦⎪Ï%©#Ï9 tβÏŒé& }¨$¨Ζ9$# «!$# ßìøùyŠ Ÿωöθs9uρ 3 ª!$# $oΨš/u‘ (#θä9θà)tƒ χr& HωÎ) @d,ym ÎötóÎ/ ΝÏδÌ≈tƒÏŠ ⎯ÏΒ (#θã_Ì÷zé& «!$# ãΝó™$# $pκÏù ãŸ2õ‹ãƒ ߉Éf≈|¡tΒuρ ÔN≡uθn=|¹uρ Óìu‹Î/uρ ßìÏΒ≡uθ|¹ ôMtΒÏd‰çλ°; <Ù÷èt7Î/ Νåκ|Õ÷èt/ ̓tã :”Èθs)s9 ©!$# χÎ) 3 ÿ…çνçÝÇΨtƒ ⎯tΒ ª!$# χuÝÇΖuŠs9uρ 3 #ZÏVŸ2 “Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi sebab sesunguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesunguhnya Allah, benar-benar maha kuasa menolong mereka itu. Yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampong halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, “Tuhan kami hanyalah Allah.” Dan sekiranya Allah tiada menolak 22
Ibid . hlm. 133
27
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang yahudi, dan masjidmasjid, yang di dalamnya disebut nama Allah. Sesunguhnya Allah pasti menolong orang-orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar maha kuat lagi maha perkasa.” (QS. Al- Hajj 39-40). Setelah Allah SWT memberi izin kepada Rasulullah SAW berperang, maka Allah SWT memerintahkan beliau untuk memerangi orang-orang yang menentang untuk berperang, sedangkan orang-orang yang berdiam diri dan suka berdamai serta mengedepankan kehidupan bermusyawarah harus dibiarkan hidup tenang.23 Allah juga memerintahkan memerangi orang-orang Musyrik secara keseluruhan sehingga agama ini hanya milik Allah. Hal ini berlandaskan pada firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah:
=ÅsムŸω ©!$# χÎ) 4 (#ÿρ߉tG÷ès? Ÿωuρ óΟä3tΡθè=ÏG≈s)ムt⎦⎪Ï%©!$# «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#θè=ÏG≈s%uρ öΝä.θã_t÷zr& ß]ø‹ym ô⎯ÏiΒ Νèδθã_Ì÷zr&uρ öΝèδθßϑçGøÉ)rO ß]ø‹ym öΝèδθè=çFø%$#uρ . š⎥⎪ωtG÷èßϑø9$# öΝä.θè=ÏF≈s)ム4©®Lym ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡pRùQ$# y‰ΖÏã öΝèδθè=ÏG≈s)è? Ÿωuρ 4 È≅÷Gs)ø9$# z⎯ÏΒ ‘‰x©r& èπuΖ÷FÏø9$#uρ 4 Ö‘θàxî ©!$# ¨βÎ*sù (#öθpκtJΡ$# ÈβÎ*sù . t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# â™!#t“y_ y7Ï9≡x‹x. 3 öΝèδθè=çFø%$$sù öΝä.θè=tG≈s% βÎ*sù ( ϵŠÏù tβ≡uρô‰ãã Ÿξsù (#öθpκtJΡ$# ÈβÎ*sù ( ¬! ß⎦⎪Ïe$!$# tβθä3tƒuρ ×πoΨ÷FÏù tβθä3s? Ÿω 4©®Lym öΝèδθè=ÏG≈s%uρ . ×Λ⎧Ïm§‘ t⎦⎫ÏΗÍ>≈©à9$# ’n?tã ωÎ) “Dan perangilah di jalan Allah orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai, mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika memreka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu),
23
Jamal Yusuf, op.cit, hlm. 51
28
maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang Kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka, maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang zalim.” (QS. Al-Baqarah : 190-193) Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa, peperangan dalam Islam hanya suatu keterpakasaan yang tidak bisa dihindari lagi dan tidak boleh direntang panjangkan. Allah SWT melarang kaum Muslimin mengadakan agresi dan mencegah membunuh musuh berlebihan.24 2. Kewjiban Berperang Seorang yang membenarkan agresi dan ketidakadilan semata-mata untuk kesenangan dan kegembiraan atau karena cinta kepada orang yang dekat dengannya dan mengabaikan kebenaran adalah orang yang sangat rendah martabatnya.25 Sesungguhnya, kelemahan ini adalah kelemahan hati dan kepercayaan dan bukan kelemahan fisik, dan kalau kelemahan ini mengendalikan pikiran seseorang, pikiran ini menghancurkan semua rasa keadilan dan kebajikan dan semua kehormatan dan keagungan dalam diri mereka. Para teoritis perang yang adil terkadang gagal untuk melihat bahwa teori perang yang adil menggambarkan dua jenis perang yang adil, perang yang secara moral diizinkan dan perang yang secara moral diwajibkan secara meyakinkan dapat ditunjukkan pada tingkat pribadi.26 Islam telah mengajarkan kesabaran dan ketabahan dalam segala hal, tetapi tidak berdiam diri kalalu kebenaran dihancurkan. Islam memerintahkan mereka secara khusus bahwa kalau hak-hak- asasi mereka dilanggar kalau mereka ditindas dan tidak dibenarkan untuk hidup sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya sendiri dan diusir dari rumah mereka, mereka tidak boleh menunjukkan sedikitpun kelemahan pada musuh, tetapi harus menghimpun 24
Abdul Aziz, op.cit., hlm. 25 Afzalur Rahman, op.cit.t, hlm. 300 26 May Larry, op.cit., hlm. 318 25
29
semua kekuatan mereka untuk menghapuskan agresi ini dalam surat An-Nisa’ telah dijelaskan:
£#ä3tƒ βr& ª!$# ©|¤tã ( t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σçRùQ$# ÇÚÌhymuρ 4 y7|¡øtΡ ωÎ) ß#¯=s3è? Ÿω «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû ö≅ÏF≈s)sù WξŠÅ3Ζs? ‘‰x©r&uρ $U™ù't/ ‘‰x©r& ª!$#uρ 4 (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# }¨ù't/ ”Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. ”Kobarkanlah semangat kaum Mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orangorang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat besar siksaan-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 84) Perintah berperang itu harus dilakukan oleh nabi Muhammad s.a.w Karena yang dibebani adalah diri beliau sendiri. ayat Ini berhubungan dengan keengganan sebagian besar orang Madinah untuk ikut berperang bersama nabi ke Badar Shughra. Maka turunlah ayat Ini yang memerintahkan supaya nabi Muhammad s.a.w. pergi berperang walaupun sendirian saja.
Pentingnya pertahanan dapat dilihat dari ini, bahwa pertahanan bukan bukan hanya salah satu bentuk ibadah dan wajib dalam Islam, melainkan wajib untuk
mempertahankan kepercayaan Islam melawan agresi musuh,
maka perlawanan tersebut menjadi satu-satunya tanda dan standar untuk menilai kepercayaan dan iman manusia.27 Persiapan perang untuk mengganyang musuh ini bukan saja untuk menghancurkan musuh atau bukan semata-mata untuk menegaskan negara yang kuat, melainkan didasarkan pada suatu kearifan yang dalam. Kearifan dan keharusan tersebut dikatakan oleh Tuhan dalam firman-Nya surat AlImran sebagai berikut:
27
Afzalur Rahman, op.cit., hlm. 301
30
Ìx6Ζßϑø9$# Ç⎯tã šχöθyγ÷Ψs?uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ tβρâß∆ù's? Ĩ$¨Ψ=Ï9 ôMy_Ì÷zé& >π¨Βé& uöyz öΝçGΖä. ãΝßγ÷ΖÏiΒ 4 Νßγ©9 #Zöyz tβ%s3s9 É=≈tGÅ6ø9$# ã≅÷δr& š∅tΒ#u™ öθs9uρ 3 «!$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σè?uρ tβθà)Å¡≈xø9$# ãΝèδçsYò2r&uρ šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$# “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orangorang yang fasik”.(QS. Al-Imran: 110). Dalam firman ini, orang Muslim diperingatkan bahwa orang telah ditunjuk untuk memimpin dunia dari tangan anak-anak Israel yang telah dicabut karena mereka tidak cakap. Orang Muslim ditunjuk untuk menjalankan kewajiban tersebut karena mereka memiliki sifat moral yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang adil.28 Ini merupakan suatu sistem kebaikan, kebajikan dan keadilan yang ditugaskan Tuhan untuk ditegakkan oleh umat manusia. Tugas ummat Islamlah
untuk menegakkan sistem ini di muka bumi dan kemudian
melindunginya dari semua bahaya dengan segala kekuatan yang dimilikinya. Dengan perkataan lain, ummat Islam harus bekerja keras untuk mengajak seluruh ummat manusia memeluk sistem kehidupan di mana kebaikan, kebajikan dan keadilan berkembang, sedangkan kekuatan setan, ketidakadilan dan korupsi dihapuskan. Demikianlah Islam menyajikan suatu standar kebaikan bersama secara kolektif, bebas dan rasa nasionalisme, rasionalisme, kedaerahan dan kesukuan yang picik. 3. Alasan Perang 28
Tugas tersebut, adalah untuk menegakkan kebajikan, untuk menghapuskan kejahatan,
mempercayai bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan menjalankan kewajiban kepercayaan ini. Oleh karena itu, mereka harus memahami tanggung jawab pekerjaan yang telah dipercayakan pada mereka dan menghindari kesalahan yang telah dibuat oleh pendahulunya. Ibid, hlm.309
31
Ibnu Khaldun, dalam magnum opus-nya Muqaddimah, menyebutkan bahwa "sejarah perang dan segala bentuk pertengkaran seumur dengan dunia. Perang terjadi semenjak Tuhan menciptakan dunia". Karena itu, perang merupakan endemik bagi eksistensi manusia. Pernyataan Ibnu Khaldun di atas mengisyaratkan betapa perjuangan untuk menghindari dan menolak perang juga seumur dengan manusia. Perang dan antiperang menjadi dua entitas kontradiktif, tapi saling terkait. Dalam pandangan Ibnu Khaldun, sebagaimana juga Ibnu Rusyd, wacana legitimasi perang dalam literatur Islam klasik didasarkan pada pemisahan dunia ke dalam dua ruang: dar al-Islam (daerah di mana hukum Islam diterapkan) dan dar alharb (daerah perang).29 Ibnu Rusyd menulis risalah yang cukup panjang lebar mengenai konsep jihad. Dalam kitab Bidayah al-Mujtahid, Ibnu Rusyd mengelaborasi pandangan-pandangan ulama klasik seputar alasan perang, dan berupaya merekonsiliasi antara "ayat-ayat damai" dan "ayat-ayat perang". Menarik dicatat, Ibnu Rusyd juga menganalisis konteks historis mengapa konsepsi jihad para ulama klasik cenderung mengesankan ofensif, bukan defensif. Padahal, kata Ibnu Rusyd, Alquran mengizinkan perang sebagai "perjuangan defensif", yakni perang dilakukan semata untuk melindungi jiwa dan harta kaum Muslim dari agresi luar. Jika dikembangkan lebih lanjut, teori zaman pertengahan tentang jihad sudah tidak lagi relevan. Sebab, pemisahan dunia menjadi dar al-Islam dan dar al-harb saat ini tak lebih dari fiksi belaka. Dunia Islam sekarang mengalami disintegrasi ke dalam sejumlah negara yang saling berselisih (rival states), bahkan sebagian negara Islam bersekutu dengan negara-negara yang bisa dikategorikan dar al-harb dalam memerangi sesama agama. Lagi-lagi, Ibnu Rusyd menegaskan, sebagian besar ulama sebenarnya berpandangan bahwa "ayat-ayat perang" harus dibaca dalam konteks "ayat-ayat damai", sehingga jihad semata-mata dimaksudkan sebagai perjuangan defensif. 29
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=122561&kat_id=105 &kat_id1=147&kat_id2=291
32
Sikap ini diamini oleh Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam (1985). Ulama kharismatik ini menyebut satu ayat yang dapat dijadikan pegangan dalam membina hubungan harmonis lintas agama. Yakni ayat "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil" dalam surat An-Nur telah dijelaskan:
š⎥⎫Î/É‹≈s3ø9$# z⎯Ïϑs9 …絯ΡÎ) «!$$Î/ ¤N≡y‰≈pκy− yìt/ö‘r& y‰pκô¶s? βr& z>#x‹yèø9$# $pκ÷]tã (#äτu‘ô‰tƒuρ “Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta”. (QS. An-Nur: 8). Tafsir lain dikemukakan oleh mantan Syeikh al-Azhar, Jadul Haq Ali Jadul Haq. Dalam karya dua volume yang dijadikan text book di Al-Azhar, Bayan Ila al-Nash, Jadul Haq menekankan bahwa terminologi jihad tidak berarti perang (harb). Jika kita hendak berbicara tentang perang, seharusnya kita menyebut jihad musallah (jihad bersenjata) agar dapat dibedakan dari jihad dalam pengertian sehari-hari. Yaitu, jihad melawan kebodohan, jihad melawan kemiskinan, jihad melawan penyakit, dan seterusnya. Dan, mencari ilmu merupakan tingkatan jihad tertinggi. Lebih lanjut, Jadul Haq menguraikan bahwa jihad bersenjata tidak begitu penting, karena dahwah itu sendiri dapat dilakukan tanpa perang.
E. Hakekat Jihad Jihad adalah sebuah kata yang dijadikan istilah oleh Islam untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi, dan secara rinci dijelaskan sebagai salah satu dakwah untuk menyebarkan akidah Islamiyah.30 Karena itu, Islam tidak menggunakan kata harb yang mempunyai arti perang, tetapi menggunakan kata jihad yang mempunyai arti yang cakupannya sangat luas,
30
Jamal Yusuf, op.cit., hlm. 35-36
33
yaitu mencurahkan segala perjuangan dan usaha yang bernuansa improvisasi dan pembangunan. Sedangkan kata harb, secara mutlak mempunyai arti perang yang konotasinya merusak, bernuansa material dan semata-mata duniawi. Disamping itu, sebab-sebab terjadinya perang biasanya yang dipertentangkan adalah masalah yang berkaitan dengan ekonomi, social, idiologi, bahkan urusan pribadi.. Jihad merupakan pengertian yang mencangkup setiap usaha dan perjuangan yang bersungguh-sungguh dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Oleh karena itu, jihad harus dilakukan sesuai dengan tuntunan hukum Islam. Tidak dibolehkan jihad berjalan tanpa aturan atau sekedar mengikuti kehendak pribadi atau kelompok. Jihad dalam panddangan Islam dimasukkan ke dalam wacana ibadah. Dilihat dari segi kewibawaan melaksanaannya.
1. Makna Jihad Dalam Al-Qur’an Ada beberapa makna jihad dalam Al-Qur’an tentang jihad, apabila di cari rujukannya dari visi besar Al-Qur’an tentang jihad; pertama kata jihad dalam Al-Qur’an banyak sekali, dan memiliki variasi penyebutan misalnya juhd, al-jihad, yujahidu, jahada, al-mujahidin, dan seterusnya yang disebut sebanyak 41 kali.
bahwa dalam pemaknaan bahasa, akar kata jihad adalah
“bersungguh-sungguh” dalam berbagai variasinya. Dalam Islam, arti kata Jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan Din Allah atau menjaga Din tetap tegak, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.31 31
Diperoleh dari, http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad
34
Ketika dipakai dalam berbagai versi ayat-ayat Al-Qur’an, “sungguhsungguh” memiliki konteks yang berbeda. Misalnya, dalam (QS. Al- Hajj [22]: 78) jihad dimaknai bersungguh-sungguh di jalan Allah, dan konteksnya adalah bersungguh-sungguh dalam mengikuti agama Ibrahim.32
Dengan
mendasarkan pada pengertian bahasa tesebut, oleh sebagaian tokoh agama dan intelektual, kata jihad diimplementasikan dalam banayak aspek. Maka menurut, mereka, “semua kegiatan kebaikan yang dilakukan dengan sungguhsungguh” adalah jihad. Menurut ilmu, bekerja atau berbagai kegiatan lain , dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertujuan baik, sumua adalah jihad. Jihad mestilah dimaknai secara sungguh-sungguh dalam artian, misalanya; menelaani agama Ibrahim; menolak secara sungguh-sunguh dalam keimanan untuk mengabdi para penindas, dan memegang teguh janji yang telah diikrarkan dengan sumpah nama Allah atau Tuhan yang maha Esa. Makna-makna ini, adalah makna jihad yang menjadi visi besar dalam AlQur’an.33 Bahkan jihad terbesr adalah melawan potensi yang menjadikan manusia menjadi penindas atas kelompok-kelompok lemah, sebagai nafsu setan (QS. al-Ankabut : 7. hadis –hadis nabi yang berkaitan dengan jihad juga menempatkan jihad yang seperti ini adalah jihad yang terbesar diantara keseluruhan makna jihad yang ada dalam Islam, seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW setelah pulang dari perang badar. Jihad yang berkaitan dengan perlawanan fisik, dipandang sebagai jihad kecil.34 Versi lain, dalam QS. Al-Maidah [5]: 53 jihad atau sungguh-sungguh dimakanai sebagai keteguhan dalam bersumpah dalam menyebut nama Allah. Sumpah disini kaitannya dengan janji dan keteguhan, di mana ketika besumpah dengan nama Allah, dengan sendirinya ia akan memiliki
32
Nur Khalik Ridwan, Detik-Detik Pembongkaran Agama; Mempopulerkan Agamankebajikan, Menggagas Pluralisme-Pembebasan, (Yogyakart: Naskah Nusantara, 2003), hlm. 206 33 Ibid, hlm. 213 34 Nur Khalik Ridwan, op.cit., hlm. 213
35
konsekwensi bahwa sumpah itu mestilah ditepati dengan teguh. Sebab di manapun sumpah, ia berarti ia telah mengikat janji yang harus dipegang teguh. Sedangkan dalam QS. al-Ankabut: 8, jihad dimaknai sebagai upaya orang tua untuk menekan dan memaksa seorang anak agar mengabdi kepada penindas (Musyrik). Disini kata jihad digunakan untuk sesuatu yang tidak terpuji, sebagai pemaksaan orang tua kepada anak. Kemudian, diakhir ayat, jihad yang berarti pemaksaan orang tua agar anak mengabdi kepada para penindas, anak tidak boleh taat. Dengan sendirinya kalau jihad digunakan untuk suatu pengabdian kepada para penindas, dalam ayat ini anak disuruh menolak.35 Masih banyak lagi variasi makna tentang jihad ini dalam AlQur’an. Di antara variasi-variasi ini, memang ada makna dimana Al-Qur’an menggunakan kata jihad untuk konteks sungguh-sunguh dengan menggunakan harta, jiwa dan raga di jalan Allah.
Lebih spesifik lagi ada beberapa ayat Al-
Qur’an yang menggunakan ini untuk melawan orang-orang Kafir dan Munafiq seperti dalam surat QS. at-Taubah: 73, QS. at-Tahrim: 99, dan QS. al-Furqan: 53. hanya makna ini memiliki konteksnya tersendiri, yang tidak bisa digunakan untuk kseluruhan kasus. Sebab, tidak semua kasus kemudian diasumsikan bisa diperangi. 2. Jihad dengan Pengertian kontak Fisik dalam Al-Qur’an. Memahami jihad dalam pengertian perlawanan fisik dengan keseluruhan pengertian mestilah dipahami dalam konteks peperangan yang dilakukan Rasul. Ketika di Mekah, Rasulullah jelas-jelas menempatkan jihad sebagai jalan spiritual.36 Rasul sama sekali tidak menggunakan kekuatan senjata atau pun fisik. Pengikut Raul justru menepi dan hijrah ke Habsyah. Hal ini adalah periode di mana Rasulullah sebagai seorang Nabi dan Rasul semata, yang melakukan kecaman-kecaman moral kepada kelompok-kelompok borjuis Mekah yang menindas orang-orang miskin. Barulah jihad dalam artian mengangkat senjata terjadi di Madinah dengan begitu jihad yang pertama-tama adalah untuk mempertahankan 35 36
Nur Khalik Ridwan, ibid, hlm. 207 Ibid, hlm. 207
36
territorial Madinah, seperti yang tercantum dalam piagam Madinah bahwa “Masing-masing anggota yang mengikat perjanjian berkewajiban untuk mempertahankan bersama-sama dari serangan musuh” Jihad di sini, yang dilawan adalah bukan kekuatan komunita agama lain. Sebab orang-orang kufar Mekah yang artinya adalah penindas. Seandainya mereka tidak memerangi Nabi dan mengejar-ngejar, maka pertarungan itu sangat mungkin tidak menjadi konfrontai senjata.37 Jihad dalam bentuk perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang membahayakan eksistensi ummat (antara lain berupa serangan-serangan dari luar). Jihad tidak bisa dilaksanakan kepada orang-orang yang tunduk kepada aturan Allah atau mengadakan perjanjian damai maupun ketaatan.38 Ketika kelompok-kelompok penindas Mekah tersebut, di Madinah mencoba untuk menghancurkan sekuat tenaga, maka sangatlah logis bahwa mempertahankan Madinah adalah bagian dari kewajiban anggota-anggotanya. Penjelasan ini menunjukkan bahwa jihad, diperbolehkan untuk melawan dengan fisik bila terjadi kekuatan luar yang mengganggu toritoprial anggota-angota komunitas territorial Muslim atau territorial yang disepakati kaum Muslim sebagai negeri perjanjian dengan komunitas lain. Keperluannya, kekuatan luar justru ingin menghancurkan kekuatan-kekuatan yang ada di territorial komunitas Muslim atau negeri perjanjian. Jadi, disini jihad dalam konteks menggunakan fisik adalah untuk mempertahankan territorial. Selanjutnya,
memepertahankan
territorial
diasumsikan
melindungi
kepentingan agama kelompok-kelompok yang mengikat perjanjian dalam territorial itu. Pengertian jihad disini bermakna ganda: politik dan mempertahankan kepercayaan atau agama komunitas yang mengikat perjanjian dalam sebuah Negara. Jihad disini dibebankan kepada anggota komunitas Negara yang mengikat perjanjian dalam sebuah negara. Jihan disini dibebankan kepada anggota komunitas Negara yang mengikat perjanjian itu.
37
38
Ibid, hlm. 2008
http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad
37
Dengan
demikian,
tidak
dibenarkan
jihad
dilakukan
dengan
melancarkan penyeranagn, sementara tidak ada ganguan dari pihak luar atas territorial komunitas Muslim, atau komunitas di mana kelompok Muslim mengikat perjanjian dengan komunitas-komunitas lain satu territorial Negara itu. Jihad juga dalam artian melakukan perlawanan, tidak dibenarkan ditempat yang tidak menjadi teritorial komunitas yang saling beperang. Sebab dalam keadaan seperti itu biasa mengganggu dan melibatkan kelompok-kelompok lain yang tidak ikut bersengketa. Jihad juga tidak dibenarkan, dengan mengambil sasaran mereka yang tidak ikut terlibat dalam senketa peperangan, misalnya anak-anak atu warga sipil yang tidak tahu menahu. 3. Hukum jihad Pada mulanya peperangan itu dicegah, lebih dari 70 ayat dalam AlQur’an mencegah kita melakukan peperangan. Akan tetapi musuh-musuh Islam kian hari kian bertambah buruknya, bertambah kasar dan ganas, barulah untuk membela agama dan menangkis keganasan musuh maka diturunkanlah ayat yang mengizinkan perang. Seperti dalam surat Al-Hajji ayat 40.39 Hukum jihad adalah fardu kifayah,40 apabila keadaan tidak genting atau tidak membahayakan bagi eksistensi negara Islam, dan kalau sudah ada umat Islam yang sudah terjun terlebih dahulu maka umat Islam yang lain sudah gugur kewajibannya. Sedangkan apabila musuh telah menghamburkan diri dalam negara Islam dan menginjak-injak martabat dan kehormatan serta harga diri umat Islam, maka dalam keadaan seperti ini bukan merupakan fardhu kifayah lagi tatapi sudah berubah menjadi fardhu’ ain bagi kaum laki-laki, wanita, tua, muda dan anak-anak. Mereka wajib berjihad di jalan Allah dan menghalau orang-orang yang melampaui batas. Hal ini berdasarkan firman Allah swt. Dalam Al- Qur’an surat An-Nisa’:
39 40
Hasbi Ash-Siddieqy, Al- Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 544 Jamal Yusuf, op.cit., hlm. 59
38
£#ä3tƒ βr& ª!$# ©|¤tã ( t⎦⎫ÏΖÏΒ÷σçRùQ$# ÇÚÌhymuρ 4 y7|¡øtΡ ωÎ) ß#¯=s3è? Ÿω «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû ö≅ÏF≈s)sù WξŠÅ3Ζs? ‘‰x©r&uρ $U™ù't/ ‘‰x©r& ª!$#uρ 4 (#ρãxx. t⎦⎪Ï%©!$# }¨ù't/ ”Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. ”Kobarkanlah semangat kaum Mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orangorang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat besar siksaan-Nya.” (QS. An-Nisaa’: 84) 4. Motif Dan Tujuan Jihad Dalam peperangan yang pernah dilalui oleh umat Islam pada masa silam, musuh-musuh umat Islam yang berhadapan dengan pasukan jihad merasa aneh dengan mental “nekad” pasukan Muslimin. Dalam catatan sjarah, pasukan jihad adalah pasukan yang rindu akan kematian;41 suatu hal yang bertolak belakang dengan mental musuh-musuhnya. Tidak heran, ketika ada panggilan jihad, umat Islam pada waktu itu menyambut dengan gagap gembira dan merasa senang hati tanpa imbalan apapun. Fakta inilah yang memperkuat ada anggapan bahwa ada motif dan tujuan luhur dalam aktivitas perang dalam Islam. Motif aktivitas jihad adalah dalam rangka keinginan kuat untuk melaksanakan perintah Allah SAW. Karena jihad adalah akativitas ibadah seseorang hamba kepada Rabb-nya dan perang untuk membela hak adalah bagian dari ibadah. Motif inilah yang menentukan kualitas nilai dari ibadah yang dilakukannya dan motif spiritual inilah yang tidak dimengerti oleh kebanyakan orang kafir. Jihad adalah penampakan lain dari kasih sayang umat Islam kepada seluruh umat manusia agar mereka menerima keluhuran tata nilai publik Islam diterapkan ditengah-tengah mereka. Motif semacam ini jelas tidak pernah ada dalam aktivitas imperialisme yang dilakukan oleh negara-negara barat. Imperialisme yang dilakukan oleh
41
Yunan Ryan Tresna, op.cit., hlm. 11
39
barat kering dari aktivitas spiritual; yang ada hanyalah hawa nafsu dan keserakahan untuk mengeksploitasi negara atau bangasa lain. Adapun tujuan jihad adalah untuk menyebar luaskan ajaran Islam kepada seluruh manusia keseluruh penjuru dunia agar umat manusia dapat merasakan kebaikan Islam. Beberapa tujuan yang dijelaskan oleh Allah dan dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1.
Meninggikan kalimat Allah Swt. Dan melenyapkan segala macam kekufuran. (dalam Q.S Al-Baqoroh, 2: 193)
2.
Menghilangkan kezhaliman yang menimpa umat Islam (dalam Q.S. Al-Hajj, 22: 39)
3.
Menggetarkan musuh Allah dan siapa saja yang ada di belakangnya hingga mereka tunduk kepada umat Islam (dalam Q.S. Al-Anfal, 8: 60) Sementara itu, tujuan imperialisme (penjajahan) adalah keinginan
untuk merampas kekayaan alam negeri yang dijajah, mendominasi, dan menindas manusia-manusia yang ada di dalamnya. Semangat imperialaisme tidak bisa dilepaskan dari idiologi kapitalisme yang mendasarinya. Sebagaimana kita ketahui, imperialisme merupakan strategi kebijakan luar negeri negara kapitalis. Hubungan yang dibangun oleh negara imperialis dengan negara yang lain adalah hubungan superior-inferior; superior bagi negara tuan dan inferior bagi negara budak. Dalam perjalanan sejarah, negara kapitalis
senantiasa
menggunakan
menggunakan
strategi
penjajahan,
kolonialisme dan imperialisme dalam rangka membuka peluang kebijakan ekonominya, seperti menambah modal, menemukan pasar baru tempat dipasarkannya produk mereka, dan menemukan bahan baku murah untuk memasok kebutuhan produksi dalam negeri. Motif dan tujuan yang didasarkan pada nafsu penjajahan atas umat manusia akan melahirkan cara yang berbeda dengan yang di dasarkan pada nilai spiritual yang luhur. Bagi penganut idiologi kapitalisme, apapun akan menjadi sah dilakukan demi meraih tujuan imperialismenya. Penipuhan, pembohongan, sampai pembunuhan atas umat manusia akan menjadi hal yang
40
sah dan lumrah. Kita akan mendapati bahwa perjalanan sejarah Islam senantiasa dihiasi dengan keagungan yang keberadaban. Berbeda dengan kapitalisme, catatan sejarahnya dihiasi dengan sejarah dan tangisan negara yang dijajahnya. Perbedaan dalam hal dan motif tujuan ini terbukti meniscayakan perbedaan pada tataran praktek pelaksanaannya. Islam menjalankan aktivitas peperangannya didasarkan pada perintah dan petunjuk dari Allah Swt. Perang adalah pilihan terakhir setelah Islam mengajak mereka terlebih dahulu untuk memeluk Islam. Kalau tidak bersedia, mereka ditawari masuk dalam kekuasan Islam dengan jalan membayar jizyah (upeti bagi pemerintahan Islam atas perlindungan yang diberikan Islam kepada mereka) meskipun mereka tetap pada agama mereka. Jihad bukan merupakn suatu kebrutalan. Perang dalam rangka membebaskan suatu wilayah bukanlah legitimasi atas pembunuhan terhadap penduduk sipil. Pihak yang diperangi adalah penghalang fisik, seperi penguasa yang menghalangi masuknya Islam secara damai pada daerah tersebut. Perang dalam Islam tidak boleh membunuh anak-anak kecil, para wanita, orang tua renta, dan rahib-rahib digereja. Adapun bagi musuh-musuh yang tertawan, Islam memperlakukan mereka secara baik. Demikian juga dengan penggunaan senjata penghancur massal, Islam dibolehkan membolehkan senjata tersebut jika musush menggunakan senjata yang sama. Alasannya karena jihad diarahkan alam rangka membebaskan suatu negeri, bukan dalam rangka menghabisi penduduk sipil. Berbeda dengan negara-negara kapitalisme, mereka menggunakan cara yang ketika mempraktekkannya betapa banyak korban yang berjatuhan yang diakibatkan oleh penjajahan kapitalisme atas daerah yang dijajahnya. Menurut negara-negera penganut idiologi tersebut, cara apapun menjadi sah demi apa yang akan didapatkannya.sebagai contoh, kolonialisme yang dipraktekkan barat telah memakan jutaan korban jiwa dan penderitaan bagi mereka yang masih hidup akibat perang dunia I dan perang dunia II. Imperialisme hanya akan melahirkan ketidak adilan global. Sebaliknya Islam, sepanjang sejarahnya dipenuhi dengan ketentraman, ketentraman
41
tersebut bukan hanya dirasakan oleh orang-orang Islam semata, melainkan juga oleh non-muslim. Inilah kenyataan bahwa dari hasil jihad jauh berbeda dengan imperialisme yang dibawa oleh barat, baik dari segi tujuan maupun motifnya. Secara historis, kondisi itu telah di buktikan oleh sejarah Islam sepanjang 800 tahun ketika Sepanyol hidup dalam naungan Islam. Taiga agama basar, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi bisa hidup bedampingan. Masing-masing pemeliknya bebas menjalankan syari’at agamanya dan dijamin oleh negara. Dengan demikian sepatutnya kita menoleh masyarakat Islam yang jaya, mulia, makmur di Spanyol.42 Keadilan pun dirasakan secara merata oleh semua rakyatnya. Ketika rumah seorang yahudi hendak digusur oleh Amr bin Ash untuk pembangunan masjid, yang berarti menasionalisasi hak milik pribadi, Umar bin Khattab marah dan meminta gubernurnya untuk mengembalikan hak milik pribadi orang Yahudi tersebut. Juga kisah Ali bin Abi Thalib yang bersengketa dengan orang Yahudi soal baju besi. Kasus itu dimenangi oleh orang Yahudi yang merupakan rakyat jelata. Inilah jaminan yang diberikan Islam kepada rakyatnya. 5. Antara Jihad Dan Imperialisme Sekarang tibalah saatnya kita pada pembahasan untuk membedakan dua konsep yang seakan sama, yaitu jihad dan imperialisme. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab pembahasan sebelumnya, jihad adalah perang, baik terlibat secara langsung maupun tidak. Dalam hal ini dapat dipahami bahawa negara dalam konsep Islam sah untuk melakukan kekerasan.43 Namun, kekerasan tersebut berbeda dengan kekerasan yang dilakukan negara dalam konteks imperialisme. Perbedaan antara jihad dan imperialisme terletak pada dasar penggunaan kekerasan, tujuannya, dan cara merealisasikannya.
42 43
Tan Malaka, Pandangan Hidup, (Yogyakarta: CV. Adipura, cet I), hlm. 23 Yunan Ryan Tresna, op.cit., hlm. 10
42
6. Dasar Idiologi Negara yang beridiologi Islam dengan negara yang beridiologi kapitalisme akan berbeda pandangannya atas perang, demikian juga jika kita bandingkan dengan negara yang menganut idiologi komunisme, tentu persoalannya akan lebih berbeda lagi. Jadi, idiologi yang dianut oleh suatu negara negara akan memengaruhi pandangannya terhadap pengelolaan sesuatu, termasuk terhadap masalah perang.44 Faktanya, tidak ada satu negarapun di dunia ini yang tidak menggunakan kekerasan dalam dalam meraih tujuan-tujuannya. Amerika Serikat, misalnya, sebagai negara kapitalis yang saat ini memiliki kekuatan super power, dalam prakteknya banyak menggunakan kekerasan dalam rangka menyebar luaskan ide-ide kapitalisnya dan mencapai kepentingan nasionalnya (nation interest). Demikian juga negara yang berbasis idiologi sosialisme komunisme. Mereka melakukan hal yang sama. Sejarah telah mencatat bahwa Rusia, semasa perang dingin, telah banyak melakukan pembantaian bukan hanya dinegaranya, tetapi juga di negara-negara lain. Rasanaya, penggunaan kekerasan sulit dihilangkan mengingat dunia ini di huni oleh banyak orang dan negara yang berbeda satu sama lain dari sisi pemikiran, idiologi atau kepentingan. Selain itu, bisa jadi negara negara melakukan kekerasan dalam rangka mencegah terjadinya tindak kejahatan pihak lain mengingant tidak setiap orang atau negara berperilaku baik dan dapat disadarkan hanya dengan kata-kata lembut atau kasar sekalipun. Penjelasan jihad di atas, menanndakan bahwa konep jihad mestilah tidak disalahartikan oleh agama-agama lain sebagai konsep Islam untuk mengancam agama mereka. Sebaliknya, konsep ini juga menegaskan bahwa , jihad tidak boleh ditafsirkan secara serampanagn oleh kelompok muslim untuk melakukan kekerasan dan terorisme, meskipun dengan dalih menegakkan agama Allah. Apalagi membunuh warga sipil sebagai tujuan politik sangatlah menjijikkan. Praktek seperti ini tidak ada kaitannya dengan jihad. Itu adalah
44
Ibid,, hlm. 10-11
43
persoalan pembunuhan tujuan politik, sama seperti komunitas apapun bias melakukan hala yang sama.
44
BAB III SEJARAH KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD SAW DAN KEMENANGAN UMAT ISLAM
A. Biografi Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad SAW. Lahir di Mekah, disuatu tempat yang dikenal dengan suqul lail, pada hari senin pagi, hari ketujuh belas bulan Rabiul awal. Ada pula yang mengatakan hari kedua belas bulan rabiul awal pada tahun gajah, yaitu tahun kedatangan pasukan gajah ke Mekah di bawah pimpinan Abrahah Al-Asyram, raja Yaman untuk menghancurkan Ka’bah.1 Nabi Muhammad SAW lahir sekitar tahun 570 miladiah dari klan Hasyim yang telah berkurang kekuasaannya dan merasa tersingkir. Hasyim Ibn Abdi Manaf, cucu laki-laki Qushai, adalah sosok penting di Mekah semasa hidupnya. Abdi Manaf adalah orang pertama yang mempunyai dua kafilah yang setiap tahun hilir mudik dari Mekah ke Syiria dan yaman, dan disebutkan mempunyai hubungan baik dengan Najjasyi dari Abisinia dan raja Bizantium. Awalnya klan yang didirikannya itu berhasil. Anak lelaki Hasyim, yaitu Abdul Muthalib adalah tokoh karismatik yang diyakini telah menemukan kembali mata air suci Zamzam yang pernah ditimbun leluhur Quraisy mereka di Mekah. Sehinga klan Hasyim memiliki hak istimewa membagikan air dari Zamzam kepada para peziarah saat melakukan ibadah haji. Abdul Muthalib adalah seorang saudagar kaya yang untanya menunjukkan bahwa ia meneruskan sebagian dari tradisi hidup mengembara. Ia mempunyai sepuluh putra dan enam putri, mereka berparas tampan dan cantik. Sejarawan Ibnu Sa’d menyebutkan kesan yang dirasakan penduduk mekah dari anak-anak Abdul Muthalib: ”di antara penduduk Arab tidak ada sesosok yang lebih mulia, tidak ada tokoh yang lebih luhur. Hidung mereka begitu mancung sehingga melebihi bibirnya. Abdullah adalah putra terkecil 1
Asy Syekh Khalil Yasien, Nabi Muhammad saw Dimata Cendikiawan Barat, ( cetakan, kota, tahun tidak diketahui), hlm. 24
kesayangan Abdul Muthalib yang lebih tampan dari saudara-saudaranya : Abdullah inilah ayah Nabi Muhammad SAW. 2 Keadaan masa kecil Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa keluarganya berada dalam situasi sulit. Ketika tiba waktunya bagi Abdullah untuk menikah, Ia menikah dengan Aminah bint Wahab, ibu Nabi Muhammad SAW, yang merupakan kerabat saudagar terkemuka klan Zuhrah.3 Abdullah meningal ketika Aminah tengah mengandung dan keluarga itu berada dalam kesusahan sebab Abdullah hanya meninggalkan lima ekor unta dan budak perempuan muda yang bernama Ummu Aiman, konon Aminah merasakan ketidak nyamanan saat mengandung Nabi Muhammad SAW. Meskipun ia pernah mendengar suara yang mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung raja Arab dan menyaksikan cahaya keluar dari perutnya sehingga terlihat puri-puri Basrah di Syria, wilayah yang kemudian menerima Islam.4
Sesudah
beliau
dilahirkan,
ia
mengirimkan
utusan
untuk
pemberitahuan hal itu kepada kakeknya, Abdul Muthalib. Sesudah sang kakek datang untuk menjenguk cucunya, maka kata sang ibu, ”wahai Abal Harist! Aku melahirkan untuk anda seorang yang aneh.” maka tanya sang kakek tibatiba, ”apakah ia bukan seorang yang sempurna? Jawabnya, ” bukan tetapi saya melihatnya tiba-tiba bersujud!” lalu sang ibu berkata suatu kelak bayi itu akan menjadi orang besar. Karena gembira dan bersyukur kemudian si kakek membawa cucunya ke Ka’bah dan diberiny nama Nabi Muhammad SAW,5 seraya berucap ”aku berharap ia akan dipuji seluruh bumi ini. Ia sendiri sudah mengetahui masa depan Nabi Muhammad SAW yang gemilang: seorang kabin meramalkan bahwa salah seorang keturunannya akan menguasai dunia dan samalam ia bermimpi menyaksikan sebuah tanaman tumbuh dari punggung cucunya; pucuknya menggapai langit dan cabang-cabangnya
2
Karen Amstrong, Nabi Muhammad saw Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto, judul asli; Nabi Muhammad saw a Biography The Prophet, Yogyakarta: Jendela, , 2001), hlm. 103-104 3 Ibid, hlm.106 4 Ibid, hlm. 106 5 Asy Syekh Khalil Yasien, op.cit., hlm. 25
46
merentang ketimur dan barat. Dari tanaman itu memunculkan seberkas cahaya yang disembah oleh bangsa Arab dan Persia yang kelak menerima Islam.6 1. Keturunan Dan Nasab Rasulullah SAW Kebanggaan terbesar dari bangsa Arab dan keistimewaan mereka adalah bahawa mereka sngat gemar menghaflkan silsilah keturunan mereka. Mereka sangat membangga-banggakan akan kemuliaan nenek moyang mereka.maka tidaklah heran, apabila mereka bisa menghafal silsilah Rasulullah, sejak dari bapk sampai kepada neneknya, yaitu Nabi Ibrahim, yang juga menjadi nenek dari sebagian besar nabi-nabi dan rasul-rasul. Silsilah rasul adalah sebagai berikut:7 Nabi Muhammad saw bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qusayy bin Hakim bin Kaab bin Luayy bin Ghalib bin fihr bin Malik bin Nadr bin Kinanah bin Khazaimah bin Madrikah bin Mudhar bin Nazar bin Ma’ad bin Adnan.8 Demikian silsilah keturunan Raulullah dari pihak Ilyas bin bapaknya. Adapun dari pihak ibunya, yaitu Aminah bin binti Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah bin Hakim yang bergelar Kilab. Dari sini bertemulah silsilahnya dengan nenek Raulullah yang keenam. Jadi, baik dari pihak bapak, dan dari pihak ibu, adalah sama-sama keturunan Nabi Ibrahim nelalui anaknya Nabi Ismail a.s. Bangsa Quraisy dipandang bangsa Arab kabilah yang berkuasa dikalangan bangsa Arab, karena merekalah yang menjaga Ka’bah dan kota Mekah, sedangkan ka’bah itu dianggap suci oleh seluruh banga Arab sejak zaman nabi Ibrahim dan Ismail.9 Karena kesuciannya, Ka’bah itu selalu merupakan tempat yang aman bagi orng yang ketakutan. Mereka berlomba6
Karen Amstrong, op.cit., 106 Abdul Hamid Al- Khatib, Ketinggian Risalah Nabi Nabi Muhammad saw Saw, (Jakarta: Bulan Bintang, Jilid I, Cetakan Pertama, 1976), hlm 92 8 Adanan adalah termasuk anak Ismail bin Ibrahim, Allah telah memilihnya sebagai Nabi dari kabilah yang paling bersih, keturunan yang paling suci dan utama. Tak sedikitpun dari kerebat-kerabat jahiliyah yang menyusup kedalam naasabnya. Nabi Muhammad said Ramadhan, Sirah Nabawiyah; Analisis Ilmuah Manhajiah Terhadap Sejarah Pergerakan Islam Di Masa Rasulullah Saw, (kota, penerbit, tahun tidak diketahui), hlm. 43 9 Abdul Hamid Al- Khatib, op.cit.,, hlm. 93 7
47
lomba bertempat tinggal disekitarnya. Karena keturunan Ismail yang memegang kekuasaan atas Ka’bah itu, maka keturunan Islmail dianggab keturunan yang mulia dan terhormat. Bentuk kekuasan itu adalah:10 a. Yang memegang kunci-kunci Ka’bah dan yang mengurusinya b. Yang berwenang membagi-bagi air minum dari telaga zam-zam bagi orang Yang datang berziarah di tempat suci itu (Ka’bah) c. Yang menyediakan jamuan bagi para utusan yang datang, sebagai tuan rumah dan yang menentukan setiap nilai pelayanan. d. Yang memimpin darun Nadwah (tempat pertemuan) yang dibangun
di
samping
Ka’bah
sebagai
tempat
berkumpul
(berunding) tahunan e. Yang menyimpan bendera perang dan mengibarkannya sebagai perintah perang f. Yang memimpin perang atau tentara di medan perang. Semua kekuasaan dan kehormatan tersesebut ini dipegang oleh Abdul Muthalib bin Hasyim. Ia berharta dan berwibawa atas kaumnya dikota Mekah. Ia mempunya sepuluh orang anak yang paling dicintainya ialah yang paling bungsu, abdullah namanya. Abdullah dipelihara dan dididik secara istimewa. Ketika berumur 24 tahun, Abdulullah dikawinkan dengan Aminah anak Wahab, yang nantinya akan lahir seorang bayi laki-laki yang bernama Nabi Muhammad SAW.
2. Pengasuh Nabi Muhammad SAW dan Hidupnya Ketika Masih KanakKanak Ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan ayahnya sudah tiada, ayahnya meningal duni di Madinah dan dikebumikan disanan ketika beliau masih dalam kandungan 2 bulan.11 Dalam kehidupan sosial masyarakat Arab, berkembang sebuah tradisi yang berlaku dikalangan bangsawan Arab yang biasa menusukan bayinya kepada orang lain dan membawa bayi itu kedaerah 10 11
Ibid., hlm. 93 Asy Syekh Khalil Yasien, op.cit., hlm. 25
48
pedalaman. Hala yang sama juga berlaku dengan bayi Nabi Muhammad SAW. Namun sebelum mendapatkan wanita tukang menyusui yang bersifat tetap, maka Nabi Muhammad SAW disusui sementara waktu oleh Syu’aibah, budak perempun milik salah seorang paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abu Lahab. Kemudian datanglah Halimah untuk menyusui Nabi Muhammad SAW dan membawa bayi itu ke desa pedalaman tempat tinggal Halimah.12 Ditempat inilah Nabi Muhammad SAW tumbuh dan dibesarkan dalam susana pedesaan yang udaranya masih bersih. Salain halimah, Nabi Muhammad SAW juga diasuh oleh putri Halimah sendiri yang bernama Syaima. Udara sahara yang bersih dan kehidupan pedalaman yang kasar ini menyebebkan perkembangan fisik Nabi Muhammad SAW tumbuh secara cepat. Bersamaan dengan itu, sikap mental Nabi Muhammad SAW juga berkembang pesat, sehingga ia menjadi anak yang cepat dewasa. Masa pengasuhan dan penyusuan Nabi Muhammad SAW oleh Halimah berlangsung dua tahun. Setelah dua tahun berlalu, Halimah kemudian mengembalikan Nabi Muhammad SAW kepada Ibunya, Aminah. Akan tetapi, atas kehendak Aminah, Nabi Muhammad SAW lalu dikembalikan lagi kerumah Halimah dengan harapan agar pertumbuhan dan perkembangan Nabi Muhammad SAW lebih matang. Selama dua tahun kemudian Nabi Muhammad SAW ditinggal di Sahara sambil menikmati udara pedalaman yang jernih dan bebas serta tifdak terikat oleh sesuatu ikatan apapun, baik ikatan jiwa maupun ikatan materi. Dengan demikian, hampir berlangsung selama 5 tahun, Nabi Muhammad SAW tinggal bersama keluarga halimah dan ia belajar bahasa Arab yang murni dari kabilah ini. Masa 5 tahun inilah merupakan masa yang penuh dengan kenangan yang indah yang terpatri secara kekal dalam jiwanya. Setelah 5 tahun kembali, Nabi Muhammad saw dikembalikan lagi kepangkuan Ibunya di Mekah. Sejak saat itu, kakek Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdul Muthalib-seorang pemimpin seluruh
12
Wafiyah Awaluddin Pimay, Sejarah Dakwah, (Semarang: RaSAIL cet. I, 2005), hlm.
60
49
Quraisy dan pemimpin Mekah bertindak sebagai pengasuh Nabi Muhammad SAW. Pada usia 6 tahun, Nabi Muhammad saw dibawa oleh ibunya untuk melihat peristirahatan terakhir ayahnya di Madinah (yang ketika itu masih bernama Yatsrib). Itulah saat-saat yang mengharukan yang pertama kali dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai seorang anak yatim. Sebulan mereka tingggal di Yatsrib untuk berziarah kemakam ayahnya serta untuk menengok familinya. Kemudian mereka kembali Kemekah menmpuh gurun yang panas dan ganas. Dalam perjalanan pulang ke Mekah, ibundanya wafat dan dikebumikan di Abwa`, sebuah daerah yang terletak antara Makkah dan Madinah.13 Sejak saat itu Nabi Muhammad SAW menjadi anak yatim piatu. Peristiwa ini merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi Nabi Muhammad saw kecil, sebab baru berapa hari yang lalu ia mendengar keluhan dan duka ibunya yang kehilangan suami (ayah Nabi Muhammad SAW) semasa Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan. Akan tetapi, ia kini melihat sendiri suatu kenyataan bahwa ibunya telah pergi untuk selamanya seperti yang dialami ayahnya dulu. Tubuh ibunya lalu di kebumikan di asebuah kampung yang jauh dari keluarga dan tempat kelahirannya. Setelah Nabi Muhammad SAW ditinggal ibunya, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh kakeknya, yaitu Abdul Muthalib. Limpahan kasih sayang dari kakeknya ini sedikit mengobati luka hati Nabi Muhammad SAW akan tetapi, kakek yang merupakan tempat mengadu bagi Nabi Muhammad SAW ini meninggal dunia setelah dua tahun mengasuhnya.14 Sebelum meninggal Ia berwasit kepada Abu Thalib (yang merupakan paman Nabi Muhammad SAW) agar memelihara Nabi Muhammad SAW kecil, Abu Thalib tidaklah dalam keadaan berada.15 Di samping itu ia juga mempunyai banyak anak dan tanggungan pula. Sedangkan pamannya yang bernama Abbaslah yang paling berada. Sungguhpun begitu, Abu Thaliblah yang diwasiatkan ayahnya, untuk memelihara Nabi Muhammad SAW. Itu adalah disebabkan keudukan Abu 13
http://ical88.Wordpress.com/2007/11/01/biografi-Nabi-Nabi Muhammad-saw/ Wafiyah Awaluddin Pimay, op.cit., hlm, 61 15 Abdul Hamid Al- Khatib, op.cit., hlm. 102 14
50
Thalib di tengah masyarakat Quraisy, seorang yang terpandang dan disegani, yang diserahi Abdul Muthalib memimpin kaumnya, dan untuk memelihara cucunya yang masih kecil samapai besarnya. Sebab itulah Nabi Muhammad saw yang masih kanak-kanak, berusaha meringankan beban pamannya dengan menerima upah mengembalakan kambinga kaumnya disamping mengembalakan kambing pemannya sendiri. Menegembalakan menimbulkan
kambing
perhatiannya
ditengah-tengah untuk
memikirkan
sahara(padang alam
dan
pasir),
keajaiban-
keajaibannya, sehingga ia dapat merasakan dan menginsafi kebesaran sang pencipta, disamping sebagai hiburan terhadap dirinya sendiri. Kemudian terasa benar kepadanya, bahwa tugas ini terlalu sedikit mendatangkan rejeki. Akhirnya ia mulai berfikir untuk berdagang. Karena tak ada pengalaman dalam dagang, ia berteman dengan seorang laki-laki bernama Saib, seorang pedagang. Selama mengikuti saib dalam berdagang, Nabi Muhammad SAW menjadi terkenal sebagai seorang yang paling dipercaya, sehingga ia diberi gelar al-Amin. Pada suatu hari, Abu Thalib berkata kepada Nabi Muhammad SAW yaitu ”hai anak saudaraku, Kahdijah binty Khuwailid, seorang bengsawan yang kaya dan baik (berbudi) sudah dua kali kawin dngan keluarga bani Makhzum, sehingga telah bertambah-tambah harta kekayaannya.” Tetapi ia sudah berzuhud tak suka bersuami lagi. Ia sekarang ingin memperkerjakan beberapa laki-laki untuk mejalankan perdagangannya ke Syam. Maukah gerangan engkau berpergian ke Syam. Dengan perdagangannya ini? kalau engkau suka, akan saya bicarakan denga Khadijah. Nabi Muhammad SAW menjawab: ”tak apa (mau)”. Abu Thalib lalu mendatangi Khadijah dan berkata: ”sukakah eangakau hai Khadijah memberi gaji kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjalankan perdagangan engkau, dan mengirimnya kesyam, sedang engakau tahu bahwa ia adalah orang yang terpercaya?”. ”tetapi saya takkan ijinkan ia kalau engkau tidak beri upah dengan empat ekor unta yang masih muda”.
51
Khadijah menjawab: ”sekiranya engakau meminta kepada saya untuk memeperkerjakanseorang laki-laki yang aku benci dan jauh, pasti aku terima, apalagi yang engkau usulkan itu seorang yang dikasihi dan dekat”. Abu Thalib segara menyampaikan kabar gembira ini kepada Nabi Muhammad SAW dengan berkata: ”inilah rezki yang dikendalikan Allah menuju engkau”.16
3. Menikah Dengan Khadijah Nabi Muhammad SAW berangkat ke Syam disertai budak laki-laki Khadijah yang bernama Maisaroh melalui Wadi I-Qura dan perkampungan bangsa Tsamud dan Mad-yan. dengarnyalah cerita-cerita hebat tentang siksa Allah yang menimpa kaum itu di jaman dahulu, karena kecurangankecurangan dalam perdagangan dan mencari rizki. Kalbunya penuh dengan rasa takut akan Allah, dia berikhtiyar membersihkan jalan yang ditempuhnya, dapat menjual barang-barang dagangannya dengan harga yang baik. Akhirnya ia kembali dengan keuntungan yang lebih besar dari keuntungan-keuntungan yang di peroleh Khadijah sebelumnya. Setibanya di Mekah
dia
setelah
Khadijah
tahu
keuntungan
dagangannya yang melimpah, yang tidak pernah dilihatnya sebanyak itu sebelumnya,
Maisaroh menceritakan kepada Khadijah apa saja yang
dilihatnya dari ketinggian dan kemuliaan budi pekerti serta sifat-sifatnya yang indah, kecerdikan dan kejujuran Nabi Muhammad SAW keterangan Maisaroh menimbulkan rasa penghargaan, hormat dan cinta dalam kalbu Khadijah terhadap Nabi Muhammad SAW, sekalipun Khadijah sudah menzuhudkan diri dari perkawinan (laki-laki). Ia mulai melamun: ”alangkah bahagia hidup saya sekiranya aku dapat kawin dengan pemuda yang tampan, berbudi luhurdan terpercaya itu, yang dapat menambah kekayaan dan mengurus perdaganganku itu!”. ”tetapi, dapatkah gerangan saya yang sudah janda dan mencapai 40 tahun ini. Tiba-tiba saja dia teringat seorang rekannya, Nafisah binti Munyah. Dia meminta agar rekannya ini menemui Nabi Muhammad SAW dan 16
Ibid, hlm. 103
52
menemukan jalan agar Nabi Muhammad SAW mau menikah dengan Khadijah. Ternyata Nabi Muhammad SAW menerima tawaran itu, lalu Nabi Muhammad SAW menemui paman-pamannya. Kemudian paman-pamannya menemui paman Khadijah untuk mengajukan lamran. Setelah semuanya dianggap beres, maka perkawinan siap dilksanakan. Yang ikut hadir dalam pelakasnaan akad nikah adalah Bani Hasyim. Dan para pemuka Bani Mundar.17 Hal ini terjadi dua bulan sepulang beliau dari Syam.18 Maskawin beliau dua puluh ekor onta muda. Usia Khadijah sendiri empat puluh tahun, yang pada masa itu dia meupakan wanita yang paling terpandang, cantik pandai dan sekaligus kaya dia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah SAW. Putra pertama dari hasil pernikahan Nabi Muhammad SAW dan Khadijah Al-Qasim, dan dengan nama ini pula Nabi Muhammad SAW dijuluki (Abul Qasim), kemudian zainab, At-Tayib dan At-Tahir. Semua putra beliau meninggal dunia selagi masih kecil. Sedangkan putra beliau sempat menjumpai Islam, dan mereka masuk Islam serta ikut hijrah. Hanya saja mereka semua meninggal dunia ketiaka Nabi Muhammad SAW masih hidup, kecuali Fatimah.19 Dia meninggal dunia selang enam bulan sepeninggal Nabi Muhammad SAW
B. Berdakwah Menyeru Manusia Kepada Tuhan Setelah menerima wahyu pertama di gua hira, terputus wahyu beberapa lama,20 pada waktu terputusnya wahyu, Ibnu Sa’ad, Rasulullah SAW diam dan menjadi sangat sedih. Rasa kaget dan bingung melingkupi diri beliau. kalau Tuhan marah kepadanya disebabkan kejadian di gua hira. Sebab itu ia kembali ber’iktikaf di gua Hira satu bulan lamanya, kemudian ia kembali kerumahnya dalam keadaan menderita batin karena sedih. Dalam
17
Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, (tej. Khatur Syuhardi., judul asli. Ar-Rahiqul Makhtum, Jakarta: pustaka kaustar, 1997) hlm. 83 18 Ibid, hlm. 84 19 Ibid, hlm.84 20 Ibid, hlm. 94
53
perjalanan pulang itu, ia mendengar seruan. Ia menoleh kedepa, kebelakang, kekanan, dan kekiri, tetapi tidak melihat siapapun. Ia lalu mengangkatkan kepalanya
kelangit.
Tampaklah
kepadanya
malaikat
yang
pernah
mendatanginya digua hira satu bulan yang silam, duduk di atas kursi dantara langit dan bumi. Kembali ia merasa takut dan terkejut. Kemudian berlari ke arah Khatijah seraya berkata: ”Selimuti Aku, Selimuti Aku”. Di kala ia berselimut itu turunlah wahyu yang berbunyi: . öàf÷δ$$sù t“ô_”9$#uρ . öÎdγsÜsù y7t/$u‹ÏOuρ . ÷Éi9s3sù y7−/u‘uρ . ö‘É‹Ρr'sù óΟè% . ãÏoO£‰ßϑø9$# $pκš‰r'¯≈tƒ
çÏYõ3tGó¡n@ ⎯ãΨôϑs? Ÿωuρ ”Hai orang yang berselimut. Berdirilah dan beri peringatan dan akan Tuhanmu besarkanlah. Bersihkanlah pakaianm. Jahuilah maksiat. Jangan engkau memberi karena mengharapkan balasan. Dan karena tuhanmu hendaklah engkau bersabar”. (Al-Muddastir: 1-6) Dengan turunnya wahyu ini, Nabi Muhammad SAW menjadi gembira. Kemudian itu berturut-turut tunlah wahyu kepadanya . kadang-kadang ia mendngar suara seperi bunyi lonceng, lalu diikuti dengan wahyu yang amat terang. Dan kadang-kadang tampak Malaikat berbentuk manusia (laki-laki) yang berbicara kepadanya, yang segara dapat diketahuinya bahwa itu adalah Jibril. Ia sangat ingat segala kata-katanya. Dengan wahyu-wahyu itu, Allah menentukan cara yang harus ditempuhnya, tingkat demi tingkat, agar sukses dalam tugasnya. Tingkattingkat tersebut adalah sebagai berikut:21 Pertama, menyampaikan risalah (wahyu) disaat diterimanya wahyu itu, tidak boleh ditunda. Kedua, memberi peringatan kepada manusia akan siksaan Allah bila mereka tidak berhenti menyembah berhala.
21
Ibid, hlm. 130
54
Ketiga, menyeru manusia untuk mengenal Allah dan kebesaran-Nya. Ia maha besar, tidak ada yang disembah selain dia Keempat, membersihkan diri dari segala kekejian. Sebab di dalam kebesihan badan dan baiknya tingkah laku terletak penghormatan dan penghargaan dari manusia. Kelima, menjahui dari perbuatan dosa dan apa-apa yang dibenci oleh Allah Keenam, sabar dalam menghadapi masalah, dan dari segala kesulitan dan kesukaran yang dihadapi, tidak mudah putus asa.
Menyeru Kepada Kerabat Dekat Kemudian Rasululullah SAW mulai berdakwah mengajak kerabatnya menuju kepada pengesaan Allah SWT yang meniupakan asal-usul dari segala yang wujud. Khadijah, istrinya merupakan orang pertama dari kalangan kaum wanita yang mempercayai kenabiannya. Sedang laki-laki pertama yang mengikuti dan mengimani ajarannya adalah, Ali bin Abi Thalib a.s. 22 Selama tiga tahun Rasululullah SAW berdakwah secara diam-diam di kalangan keluarganya dan setelah turun ayat 94 dari Surah Al-Hijr yang berbunyi:
“Maka siarkanlah apa-apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang Musyrik”, Rasulullah SAW mulai berdakwah secara terang-terangan. kemudian Rasulullah lalu naik ke bukit shafa memberi peringatan kepada orang-orang Quraisy, mendengar seruan itu, kaum Quraisy berdatangan, lebih-lebih pemuka-pemukanya. Sebagian manusia datang kepadanya minta diperlihatkan mu’jizatmu’jizat sebagaimana yang pernah diperlihatkan oleh Nabi Musa a.s dan Nabi Isa kepada kaumnya. Rasulullah tidak meladeni permintaan yang demikian itu. Ia mencoba agar mereka jangan sampai menerima ajaran ini semata-mata 22
http://ical88.Wordpress.com, loc-cit
55
karena kejadian luar biasa, tetapi harus berdasarkan pemikiran dengan akal yang sehat tentang tanda-tanda kebesaran Allah. Karena syari’at yang diajarkan Nabi Muhammad SAW berdasarkan pemikiran. Yang ia inginkan ialah agar manusia beriman dengan Allah dengan keimanan yang benar, berdasarkan pengakuan akan risalah. Tidak berdasarkan taqlit, tetapi dengan jalan memikirkan apa yang diciptakan Allah,23 ia ingin setiap setiap pria danperempuan Mekah mengetahui kebaikan Allah yang bisa mereka lihat di jagad raya. Allah telah menciptakan dan membimbing mereka serta melindungi seluruh tatanan alam semesta demi kebaikan mereka.24 sehingga terasa bagi mereka, hanya Allah lah yang memang pantas disembah. Dengan merenungkan ”tanda-tanda” kekuasaan Allah di dunia yang diakui suku Quraisy telah diciptakannya, mereka akan memahami kemurahan Tuhan dan rasa tidak terimakasih mereka. Namun, teryata kaum Quraisy menolak ajakan suci dari Rasulullah SAW, bahkan pamannya sendiri, Abu Lahab, termasuk salah seorang yang memusuhinya. Melihat permusuhan kaum Qurasy pada beliau SAW, pamannya, Abu Thalib, berkata: “Bagaimana rencanamu dalam menghadapi permusuhan ini, wahai kemenakanku? Akankah engkau menghentikan misimu?”. Dengan pantas Rasulullah SAW menjawab: “Wahai pamanku! Andai matahari diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan misi ini, sungguh aku tidak akan menghentikannya, hingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya”.25 Bagi Nabi Muhammad SAW demi kehendak Allah apapun boleh terjadi. Gangguan demi gangguan, penderitaan demi penderitaan. ejekan, fitnahan, cemoohan serta penganiayaan, telah mewarnai kehidupannya. Kaum Quraisy bukan hanya mengganggu Rasulullah SAW akan tetapi para 23
Ibid, hlm. 131 Karen Amstrong, Nabi Muhammad saw; Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto, jdl asli; Nabi Muhammad saw, a Biography Of The Prophet, Yogyakarta: Jendela, 2004), hlm. 138 24
25
http://ical88.Wordpress.com, loc.cit
56
sahahatnya seperti, Amar serta kedua orang tuanya, Bilal dan yang lainnya juga tidak luput dan penyiksaan dan penganiayaan. Melihat tingkah laku umatnya, khususnya kaum Qurays, Rasulullah SAW sangat sedih sekali. Beliau yang dikenal sebagai pembawa rahmat, penuh belas kasih, terhiasi dengan kasih sayang, merasa sedih karena beliau tahu bahwa penolakan dan gangguan kaumnya itu tidak lain hanya akan mengakibatkan kesengsaraan dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat. Kesedihan itu semakin bertambah ketika pada tahun kesepuluh dari kenabiaannya, istrinya, Khadijah, yang sangat menyayanginya, yang membantu penyebarkan misi Allah dengan harta dan jiwanya, yang selalu menghibur dan membahagiakan Rasulullah SAW di saat beliau diganggu dan dianiaya oleh kaumnya, meninggal dunia. Tidak hanya itu, pamannya, Abu Thalib, yang memelihara sejak kecil hingga dewasa, yang selalu membela dengan jiwa dan raganya, juga meninggal dunia pada tahun yang sama.26 Setelah wafatnya dua orang terkemuka, pembela Rasululah SAW dalam segala keadaan, gangguan kaum kafir Quraiys semakin menjadi-jadi. Dan pada tahun ke-13 dari kenabiannya, Rasulullah SAW berhijrah ke kota Madinah, setelah kaum kafir Quraisy bersepakat untuk membunuhnya. Di tempat hijrahnya itulah Rasulullah SAW mulai mendapat sambutan, sehingga beliau mampu menyebarkan misi Allah dengan lebih luas dan mendirikan negara Islam di bawah pimpinan beliau sendiri. Bianasalah manusia; alangkah besar kekafirannya? Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya dan menentukannya; Kemudian memudahkan jalannya; Kemudian dia mematikannya dan memasukkan kedalam kubur; Maka bila dia menghendaki, dia membangkitkannya kembali. Sekali-kali tidak! Manusia belum melaksanakan perintah Allah. 26
loc.cit.
57
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya, kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit); Kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, dan kami tumbuhkan biji-bijian dimuka bumi itu. Anggur dan sayur-sayuran; Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat; Dan buah-buahhan serta rumput-rumputan; Demi kesenanganmu dan binatang-binatang ternakmu.27 Namun tetap saja mereka menolak untuk hidup di jalan yang diridhai Allah. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW tidak mengeluarkan bermaammacam persyaratan. Pada dasarnya, ia bermaksud mengubah tradisi Arab lama yang sudah dikenal suku Quraisy. Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa pria maupun wanita harus berjuang keras untuk menciptakan masyarakat yang adil, di mana yang lemah diperlakukan secara layak. Inilah landasan pesan AlQur’an.28
C. Hijrah Ke Madinah Para penulis biografi Nabi Muhammad SAW kadang-kadang menyebut tahun 619 sebagai tahun kesedihan. Segera setelah pemboikotan berakhir, Khadijah wafat: ia sudah berusia 60-an dan kesehatannya merosot akibat kekurangan pangan. Khadijah adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW
dan
sepeninggalnya
tidak
ada
seorangpun
yang
mampu
menggantikannya. Bahkan Abu Bakar yang setia atau Umar yang bersemangat tidak sanggup memberikan dukungan yang setara kepada Nabi Muhammad SAW, dan kematian itu sangat mempengaruhinya. Tidak lama kemudian, kematian kedua menyusul dan memberikan dampak yang lebih nyata. Abu Thalib sakit parah dan kondisinya tidak mungkin bakal pulih. Sebelum Abu Thalib meninggal, suku Quraisy memberikan tawaran damai yang terakhir. 27 28
Surat Abasa: hlm. 17-32 Karen Amstrong, op.cit., hlm. 139-140
58
Meskipun menekan sedemikian, mereka sadar bahwa Abu Thalib bertindak layaknya seorang sayid Arab sejati yang memberikan dukungan terus menerus kepada klannya dan Abu Jahl mengirim delegasi keranjangnya untuk membujukknya melakukan rekonsiliasi: jika Nabi Muhammad SAW bersedia mengakui agama mereka, mereka tidak akan mengusiknya. Namun, Nabi Muhammad SAW sudah mempertimbangkan persoalan ini dua tahun sebelumnya dan mengatakankepada suku Quraisy, bahwa Allah adalah satusatunya Tuhan. Mereka marah dan pergi seraya menegaskan bahwa Allah sendiri yang akan mengadili mereka dan Nabi Muhammad SAW. Setelah mereka pergi, Nabi Muhammad SAW heran tatkala Abu Thalib mengatakan kepadanya bahwa tindakannya menolak berkompromi sudah tepat. Nabi Muhammad SAW pun meminta pamannya untuk melangkah setapak lagi dan berserah diri kepada Allah. Dengan halus Abu Thalib menjawab kalau ia membuat pernyataan keimanan semacam itu, ia akan melakukannya demi menyenangkan Nabi Muhammad SAW. Ia ingin mati, sebagaimana menjalani hidup, dalam kepercayaan nenek moyangnya. Akan tetapi, pada saat terakhir, Abbas mengamati bahwa bibir Abu Thalib yang sekarat tampak bergerak dan memberi tahu Nabi Muhammad SAW bahwa Abu Thalib melafalkan kalimat syahadat, namun, Nabi Muhammad SAW menggelengkan kepala: ia tahu bahwa Abu Thalib tidak pernah masuk Islam.29 Pemimpin baru klan Hasyim adalah Abu Lahab yang sangat serius terhadap Nabi Muhammad saw, namun awalnya Abu Lahab memberi perlindungan. Perlindungan itu diharapkan dirinya karena menjadi pemimpin; namun, tidak seefekif perlindungan Abu Thalib sebab setiap orang tahu bahwa perlindungan itu diberikan dengan berat hati. Mereka memenfaatkan rapuhnya Nabi Muhammad SAW. Tetangga-tetangganya mulai mengolok-oloknya dengan menggunakan usus domba: mereka biasa menumpuk Nabi Muhammad SAW dengan benda menjijikkan ini ketika ia sedang shalat. Suatu hari, ketika Nabi Muhammad SAW sedang berjalan di kota, seorang pemuda Quraisy 29
Ibid, hlm. 222
59
melempari dengan kotoran. Putri Nabi Muhammad SAW menangis ketika Nabi Muhammad SAW pulang dengan keadaan seperti itu dan terus menangis saat ia mencucia pakaiannya. ”jangan menangis putriku,” hibur Nabi Muhammad SAW, ”karena Allah akan melindungi ayahmu.” akan tetapi, Nabi Muhammad SAW berkata lirih kepada dirinya sendiri: ”Orang-orang Quraisy tidak pernah memperlakukanku seburuk ini ketika Abu Thalib masih hidup.” Nabi Muhammad SAW harus mencari pelindung baru dan ketika ia berupaya mencari pelindung di Taif, tempat suci Latta itulah tanda keputusannya. Taif adalah kota perdagangan seperti Mekah, kendati belum terlalu makmur Taif terletak di wilayah Arab yang lebih subur dan saat Nabi Muhammad SAW mendekati kota yang dikelilingi tembok di atas bukit itu,30 beberapa anggota klan Abdi Syiams dan Hasyim memiliki rumah peristirahatan disan sehingga Nabi Muhammad SAW sudah memiliki kenalan di kota itu akan tetapi, upayanya tadi beresiko sebab klan Tsaqif, penjaga suci kuno itu, amat sakit hati dengan kecaman Nabi Muhammad SAW atas penyembahan Latta. Nabi Muhammad SAW mengunjungi tiga kerabatnya dan meminta mereka menerima agamanya dan memberinya perlindungan namun permintaannya ditampik dengan kasar ketika orang Tsaqif itu amat murka dengan kelancangan Nabi Muhammad SAW yang berani mengajukan permintaan seperti itu sehingga mereka menyuruh budak untuk mengejar Nabi Muhammad SAW sampai kejalan. Untuk meloloskan diri dari kejaran mereka, Nabi Muhammad SAW bersembunyi di kebun buah milik Utbah bin Rabiah dan saudaranya, Syahibah yang saat itu sedang duduk di kebun dan menyaksikan seluruh kejadian tadi. Keduanya tergolong penentang utama Nabi Muhammad SAW di Mekah, namun juga figur yang adil dan merasa sedih menyaksikan seorang Quraisy lari terbirit-birit. Lalu Nabi Muhammad SAW memohon perlindungan kepada Allah:31
30 31
Ibid, hlm. 227 Ibid, hlm. 227-228
60
”Ya Allah, kepadamu aku mengeluhkan kelemahan, ketidakberdayaan, dan kerendahan diriku dihadapan manusia. Ya Rahim, engkaulah perlindunganku
dan
Tuhanku.
Kepada
siapa
engkau
akan
mempercayakan
kepercayaanku!
Kepada
siapa
engkau
akan
mempercayakan keselamatanku? Kepada orang asing yang akan mencelakakanku? Atau kepada musuh yang lebih kuasa dari diriku? Bial engkau tidak murka kepadaku, aku pasti tidak merasa cemas. Kemurahan-Mu lebih lusa daripada diriku. Aku berlindung dibawah naungan cahaya-Mu yang sanggup menerangi kegelapan dan semua di dunia ini dan sesudahnya tertata dengan tertip, sepanjang murkaMu tidak turun kepadaku atau amarah-Mu membakarku. Segalanya demi kepuasa-Mu hingga engkau benar-benar puas tidak ada kekuatan dan tidak ada yang bisa lolos dari-Mu.” Tuhan segera menjawab doannya dengan ”tanda” tatkala Addas, budak muda yang disuruh membawakan anggur tiba dihadapannya. Addas adalah pengenut kristen dari Niniveh (termasuk Irak sekarang ini) dan heran menyaksikan lelaki arab ini mengucapkan ”Bismillah” sebelum menyantap hidangan. Nabi Muhammad SAW terkejut dan senang setelah tahu bahwa Addas berasal dari Niniveh kota nabi Yunus, maka ia memberi tahu addas bahwa dirinya juga seorang nabi ehingga masih ” saudara Yunus. Namun ”berlindung kepada Allah” bukan berarti bahwa Nabi Muhammad
SAW
mengabaikan
perlindungan
manusia.
Al-Qur’an
menjelaskan agar kaum Muslimin memanfaatkan segala daya upayanya untuk melindungi diri dan tidak dan tidak menyerahkan semua urusan kepada Tuhan: sesungguhnya, Tuhan tiadak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mengubah nasib mereka sendiri. Akan tetapi, perlindungan itu bukan solusi jangka panjang, dan pada saat itu Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah kepada para peziarah badui
61
yang datang untuk ibadah haji dengan harapan untukmenemukan pelindung yang lebih tetap di antara mereka.32 1. Pertemuan Aqobah Pertama Selama ibadah haji Nabi Muhammad mengunjungi para peziarah ketika sedang berkemah selama tiga hari yang sudah ditentukan dilembah mina.33 Ia berkunjung dari satu kemah ke kemah lain. Dengan cara ini, ia bertemu dengan enam orang penyembah berhala Arab dari Yatsrib selama ibadah haji pada 620. mereka berkemah di Aqobah dilembah yang terdekat dengan Mekah Nabi Muhammad duduk bersama mereka, menyampaikan misisnya, dan membacakan Al-Qur’an, namun alih-alih mendapatkan permusuhan dan penolakan, mereka justru menyimak dengan penuh perhatian dan merasa senang. Setelah Nabi Muhammad berlalu, merekla saling bertatapan dan berkata dialah nabi yang senantiasa dibicarakan kaum Yahudi Yatsrib. Bertahun-tahun mereka menyampaikan kisah nabi yang akan menghancurkan berhala tetangga-tetangganya di Yatsrib, sebagaimana bangsa Ad dan Iram bangsa arab kuno yang telah dibinasakan. Ketika Nabi Muhammad SAW bertemu enam peziarah dari Yatsrib dalam ibadah haji pada 620, mereka menyadari baha sebagai Rasulullah, Nabi Muhammad SAW akan menjadi seorang pemimpin yang lebih adil daripada Ibnu Ubay. Mereka tidak terkejut dengan pesan yang disamaikannya . mereka telah hidup lama dengan dengan kaum Yahudi dan terbiasa dengan gagasan bahwa hanya ada satu Tuhan serta menganggap dewi-dewi lama sebagai jin dan malaikat. Selama waktu yang cukup lama mereka merasa rendah diri di hadapan kaum Yahudi karena tidak memiliki kitab suci sendiri dan menjadi manusia tanpa penegtahuan sehingga mereka tergetar dengan klaim Nabi Muhammad SAW bahwa ia adalah Nabi SAW bagi bangsa Arab dan membawa kitab Al-Qur’an. Mereka segera menyatakan keimanannya kepada Allah dengan harapan besar bagi Yatsrib. Pada pertemuan ini, yang dikenal dengan nama perjanjian Aqabah pertama, agama lebih ditekankan daripada 32 33
Ibid, hlm. 229 Ibid, hlm. 238
62
politik. Paganisme kuno gagal mengatasi krisis di Yatsrib dan penduduknya siap menerima idiologi baru. Ketentuan agama Nabi Muhammad SAW membantu kaum Muslim mengembangkan rasa hormat kepada orang lain sebagai individu dengan hak asasi yang tidak bisa dicabut. Adapun isi dari Perjanjian Aqabah pertama pada 621 Masihi ialah: 34 a.Tidak menyekutukan Allah. b.Tidak membunuh anak. c.Tidak berzina. d.Tidak mencuri. e.Tidak membuat dan menyebar fitnah. Mereka sepakat akan kembali memberi kabar kepada Nabi Muhammad SAW setahun lagi. Sungguh penting bagi Nabi Muhammad SAW untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas di Yastrib jika ia akan behijrah kesana bersama sahabat-sahabatnya. 2. Pertemuan Aqobah Kedua Dalam ibadah haji pada 221, enam orang mualaf dari Yatsrib kembali ke Mekah dan membawa serta tujuh orang lain, dua orang diantaranya dalah suku Aus. Mereka kembali berjumpa dengan Nabi Muhammad di Aqabah dan berjanji untuk hanya menyembah Allah dan mematuhi segala perintah-Nya. Kemudian salah seorang dari mereka berkata:35 ”Kami menyatakan kesetiaan kepada Rasulullah bahwa kami tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berbuat zina, tidak membunuh keturunan kami, tidak memfitnah tetangga-tetangga kami mematuhi
[Nabi
Muhammad]
karena
dia
benar,
jika
kami
melaksanakannya maka surga akan menjadi milik kami: jika kami melakukan
perbuatan
dosa,
hanya
Tuhanlah
yang
sanggup
menghukum atau mengampuni kami sebagaimana kehendaknya.”
34 35
http://members.tripod.com/~Dipintusepi/hijrah2. Karen Amstrong, op.cit., hlm. 244-245
63
Pada 622, rombongan besar peziarah meninggalkan Madinah menuju Mekah pada musim haji. Beberapa diantaranya masih menyembah berhala, namun 73 pria dan dua wanita adalah Muslim dan mereka mewakili keluargakeluarga paling berpengaruh di Madinah. Pada persinggahan ritual di lembah Mina, diselenggarakan pertemuan lain di Aqabah, namun kali ini berlangsung ditengah malam. Ikrar yang mereka rumuskan pada tahun itu selanjutnya dikenal sebagai perjanjian perang (perjanjian Aqabah kedua): ”kami berjanji kepada diri kami sendiri untuk membela Rasulullah, dalam suka maupun duka, dalam kemudahan maupun kesusahan; bahwa kami tidak akan menyalahkan orang lain; bahwa kami akan selalu berkata jujur dan dalam beribadah kepada Tuhan kami tidak akan takut pada siapapun. Perjanjian perang bukan berarti bahwa Islam menjadi agama perang yang agresif; perjanjian itu diperlukan guna mendukung langkahlangkah yang hendak diambil Nabi Muhammad SAW.36 Ia mendorong sahabat-sahabatnya untuk melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah, namun hijrah bukan sekedar perubahan geografis. Kaum Muslim Mekah segera meninggalkan suku Quraisy dan menerima perlindungan permanen dan suku yang tidak memiliki ikatan darah dengan mereka. Sementara kaum Muslim Madinah berjanji bahwa mereka akan memberikan perlindungan dan pertolongan tetap kepada mereka yang bukan keluarga. Sejak itulah, mereka disebut kaum Ansar, pemberi pertolongan kepada Nabi SAW dan para sahabatnya.37 D. Kemenangan Sejati Allah berulang-di dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa hanya Allah sajalah yang memiliki kemenangan itu. Bila seseorang mendapat kemenangan, maka kemenangan yang diperolehnya adalah pemberian Allah semata. Untuk mendapat kemenangan dari Allah, Allah memerintahkan kepada hambahambanya untuk memprsiapkan segala sesuatu yang membawa kepada 36
Ibid, hlm. 251 Ansar biasanya diartikan sebagai penolong, namun memberikan kesan lemah pada makna keseluruhannya: nasr berarti harus siap memberikan. 37
64
kemenangan itu, seperti kekuatan fisik, bilangan yang banyak, pemikiran (estimate) yang rieel dan kemampuan watak. Begitu juga segala bahan-bahan prisipil untuk mencapai kemenagan itu, yang semuanya merupakan hal-hal yang nyata. Allah juga memberikan kemenangan dan pertolongan-Nya yang merupakan pertolongan-pertolongan yang tak nyata. Seperti menumbuhkan rasa takut terhadap musuh-musuh, menyebarkan wabah dan penyakit dikalangan tentara Musuh, mengirimkan bantuan yang merupakan petir, angin (badai), hujan dan petaka-petaka alamiyah, yang semuanya terajdi sematamata karena qodrat dan irodat Allah.38 Atau dengan mengirimkan pasukan yang terdiri dari malaikat-malaikat yang tak dapat dilihat dari manusia. Itulah yang dimaksudkan firman oleh Allah al-Mudatstir 31: ”Tidak ada yang mengetahui akan tentara Tuhanmu, kecuali ia”. Sebab itu dengan tegas sekali Allah
tegaskan dalm kitab-Nya yang mulia, Surat Al-Imran 127: ”Dan
tidaklah kemenangan kecuali dari Allah yang maha kokoh dan bijaksan”. Bila
Allah
memerintahkan
kita
mengadakan
persiapan
dan
perlengkapan-perlengkapan yang merupakan perlengkapan-perlengkapan fisik dan materiel di dalam menghdapi peperangan, bukanl;ah itu untuk menjamin kemenangan, tetapi itulah adalah semata-mata termasuk pertolongan Allah yang masih ghaib bagi kita, yang di dalam Al-Qur’an dikatakan agar kita selalu awas dan waspada terhadap serangan Musuh dan juga untuk sematamata untuk menkut-nakuti musuh. Seperti dalam surat al-Anfal: 60:
¨ρ߉tã ⎯ϵÎ/ šχθç7Ïδöè? È≅ø‹y⇐ø9$# ÅÞ$t/Íh‘ ∅ÏΒuρ ;ο§θè% ⎯ÏiΒ ΟçF÷èsÜtGó™$# $¨Β Νßγs9 (#ρ‘‰Ïãr&uρ ⎯ÏΒ (#θà)ÏΖè? $tΒuρ 4 öΝßγßϑn=÷ètƒ ª!$# ãΝßγtΡθßϑn=÷ès? Ÿω óΟÎγÏΡρߊ ⎯ÏΒ t⎦⎪Ìyz#u™uρ öΝà2¨ρ߉tãuρ «!$# šχθßϑn=ôàè? Ÿω óΟçFΡr&uρ öΝä3ö‹s9Î) ¤∃uθム«!$# È≅‹Î6y™ †Îû &™ó©x«
38
Abdul Hamid Al- Khatib, op.cit., hlm. 346
65
”Persiapkanlah untuk menhadapi mereka (Musuh) apa saja yang kamu sanggupi (semaksimal mungkin)berupa kekuatan, kuda-kuda yang dapt menakutkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kamu, musuh yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahui mereka. Karena apa-apa yang kamu belanjakan dijalan Allah, Allah akan sempurnakan pahalanya kepada kamu, dan kamu tidak akan dianiaya(dirugikan)”.39 Allah memerintahkan para Mu’min menyiapkan segala perangkat peperangan yang diperlukan untuk menangkis dan menolak serangan musuh serta untuk memelihara kebenaran dan keutamaan.40 Dengan firman ini Allah menyuruh kita menyiapkan apa yang kita sanggupi yang sudah barang tentu berbeda-beda keadaannya sesuai dengan perkembangan masa. Seperti mengawal tapal batas agar tak dapat diserbu musuh. Siapkan olehmu segala perlengkapan perang itu dan pengawalan tapal batas untuk kamu menakutkan musuh Allah yang mengingkari-Nya dan mengingkari kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan musuhmu yang terus menerus mencari peluang untuk membinasakanmu. Firman ini menerangkan hal-hal menyebabkan kita harus memperkuat pertahanan negara. Kamu mempertakutkan dengan senjatamu, orang-orang selain musuh-musuhmu yang telah kamu kenal, yang kamu tiada mengetahuinya sedang Allah mengetahuinya. Tujunnya, membanyakkan alat-alat persenjataan sehinga menyebabkan musuh-musuh tidak berani menyerang, baik musuh-musuh yang telah dikenal atupun yang belum.dan sesuatu bangsa dapat mempersiapkan persenjataan dengan anggaran yang besar. Dan tak dapat negara memnyiapkan dana untuk pertahanan tanpa pajak yang dipungut dari setiap warga negara.41 Tetapi bagaimanapun juga hebat dan besarnya persediaan yang merupakan kekuatan perang itu, Allah anjurkan kepada hamba-hambanya agar jangan menggantungkan diri kepada persediaan kekuatan-kekuatan nyata itu, 39
Tengku Nabi Muhammad Sawhasby As-Sidiqy, Tafsir al-Qur’anul Majid, (Semarang: Pustaka Rizki cet. II, 1995), hlm. 1543 40 Ibid, hlm. 1544 41 Ibid, hlm. 1545
66
tetapi selalu dan tetap menggantungkan diri kepada Allah semata, sebab kemenangan itu semata-mata dari Allah. Setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasulullah SAW, 13 tahun lamanya beliau menyebarkan ajaran-ajaran yang berisi pemikiranpemikiran tentang dan peristiwa-peristiwa yang berlaku atasnya secara ceramah-ceramah ilmiyah, untuk mempertegaskan dakwah (seruan) dan syari’at yang beliau bawa kepada manusia semua menuju satu tujuan (target), yaitu agar manusia percaya (iman) terhadap satu Tuhan yang menjadi satu sumber semua kehendaki, ”Yang tak dapat ditangkap oleh penglihatan dan melihat segala, Yang Maha Teliti, maha mengetahui.” Setelah Rasulullah berhijrah ke Madinah dan berkuasa atasnya, ajaranajaran tersebut diteruskan dan ditambah dengan ajaran yang lain sifatnya dari yang sudah-sudah. Kalau yang sudah-sudah bersifat bersifat penyelidikan, pemikiran-pemikiran yang bersifat ilmiyah, sekarang ditambah dengan ajaranajaran yang bersifat amaliyah atau perbuatan-perbuatan, yaitu mengatur hidup manusia dan masyrakat sesuai dengan keselamatan
mereka.42 Menjaga
keamanan dan keselamatan umat pada umumnya, dan pengikut-pengikut beliau yang masih sedikit jumlahnya tetapi mendapat penganiayaan dari musuh-musuh mereka. Beliau memperoleh kemenangan demi kemenangan. Kemenangan dapat merebut kota Mekah adalah pelajaran yang terbesar yang menambah teguhnya kepercayaan orang-orang beriman kepada Allah dan penyerahan diri terhadap-Nya.
E. Dunia Baru Yang Dibangun Oleh Nabi Nabi Muhammad SAW Tidak diragukan lagi, bahwa pada hakekatnya perputaran zaman yang kita hidup ini, pergantiannya dari masa lalu, mrupakan buah dari diutusnya nabi Muhamamd SAW. Buah dari dakwahnya yang menyeluruh dan abadi, serta kesungguhan dari dakwah tersebut. Pada pertama kalinya, beliau menghindarkan kekerasan dalam mendidik manusia, kemudian membekalinya dengan anugerah yang mahal 42
Abdul Hamid Al- Khatib, op.cit, hlm. 349
67
dan abadi, serta hadiah-hadiah yang indah dan baru.43 Beliau mengajarkan tentang kehidupan dan semangatnya, tentang keinginan dan hasrat yang kuat, tentang kemuliaan dan tujuan yang baik dan menepati janji. beliau mengajarkan kebuadayaan dan kemajuan, mengajari cara menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan ikhlas, yang dapat membangun manusia, membentuk akhlak dan kehidupan sosialnya. Sekarang kita uraikan enam perubahan yang penting, suatu pemberian yang sangat berharga, yang memiliki peran besar dalam memperbaiki dan mengarahkan manusia, dalam memberi petunjuk baginya, sebagai jalan kebangkitan dan perkembangan. 1. Akidah Taukhid Yang Bersih Dan Jelas Perubahan yang pertama adalah aqidah taukhid yang bersih dan mahal. Itulah akidah yang menggemparkan, yang tercurah dengan kekuatan dan kehidupan yang mengubah, yang menghancurkan tuhan-tuhan yang batil. Belum pernah dan takakan pernah didapat selain Nabi SAW. Rasulullh SAW mencukupi kita dengan akidah yang bersih dan mudah, bersungguh-sungguh demi keinginan dan memberikan semangat hidup. Mereka akan terbebas dari segala ketakutan dan kecemasan, sehingga tidak takut kecuali kepada Allah. Beliau mengajarkan dengan keyakinan yang sebenarnya bahwa Allah adalah maha esa lagi maha suci. Dialah yang memberi madharat dan manfaat, yang memberi dan menahan, dan hanya Dialah yang memenuhi semua kebutuhan manusia. Pandangan dunia seluruhnya berubah dengan pengetahuan yang baru, yang terpelihara dari segala sesembahan yang lain, terpelihara dari segala harapan dan ketakutan kepada makhluk, terpelihara dari sesuatu yang meluukai hati dan menggangu pikiran, hingga dia tidak mersa sendirian dalam keramaian dan paling dekat diantara makhluk kepada Allah. Sesungguhnya sebagaian agama basar yang menumbuhkan kesyirikan dan
penyembahan
pada
Tuhan-Tuhan
yang
banyak,
sebagaimana
43
Abul Hasan Ali Al-Hasani An-nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Nabi Muhammad Saw , (Yogyakarta: Mardiyyah press, 2006), hlm. 567
68
bercampurnya antara daging dan darah, pada akhirnya memaksa untuk mengetahui bahawsa Allah adalah satu-meski dengan suara yang takut dan pelan di telinga tidak ada sekutu baginya. Dan memaksa untuk menakwilakan kepercayaan-kepercayaannya yang musyrik denbgan takwil falsafati, yang membebaskannya dari syirik dan bid’ah, sehingga menjadikannya mirip dengan akidah taukhid dalam Islam.44
2. Prinsip Persatuan Dan Persamaan Derajat Manusia terbagi ke dalam kabilah-kabilah, umat, generasi, dan kaum, yang sangat jelas perbedaannya, seperti perbedaan antara manusia dan hewan. Di antara orang-orang merdeka dan budak, dan adtara orang-orang yang menyembah dengan yang disembah, tidakterbatik sama sekali pada waktui itu pemikiran untuk menyatukan dan meyamakan derajat. Setelah berabad-abad lamanya hal ini didiamkan, maka Nabi Muhammad SAW mengumumkan revolusi yang mengejutkan akal dan mengubah keadaan: ”Wahai manusia sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu, dan ayah kalian adalah satu. Setiap kalian adalah dari adam, sedangkan Adam berasal dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling taqwa; tiada perbedaan antara orang-orang Arab dan bukan Arab kecuali taqwa.” Seruan dalam Al-qur’an ini memuat dua hal, yaitu dua penyangga, yang mendasari rasa aman dan selamat. Atas kedua hal tersebut Islam kokoh dan berdiri di setiap zaman dan di setiap tempat yaitu persatuan dalam konsep kemanusia. Oleh karena itu seorang manusia adalah saudara manusia yang lain dari dua tinjauan, pertama, bahwa Tuhan itu satu dan kedua, bahwasanya nenek moyang manusia itu satu, dalam surat an-Nisa’ dijelaskan:
44
Ibid, hlm. 567
69
$pκ÷]ÏΒ t,n=yzuρ ;οy‰Ïn≡uρ <§ø¯Ρ ⎯ÏiΒ /ä3s)n=s{ “Ï%©!$# ãΝä3−/u‘ (#θà)®?$# â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ ⎯ϵÎ/ tβθä9u™!$|¡s? “Ï%©!$# ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 [™!$|¡ÎΣuρ #ZÏWx. Zω%y`Í‘ $uΚåκ÷]ÏΒ £]t/uρ $yγy_÷ρy— ∩⊇∪ $Y6ŠÏ%u‘ öΝä3ø‹n=tæ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 4 tΠ%tnö‘F{$#uρ “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu”. (QS.An-Nisa’:1).45 Maksud dari ayat diatas menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.
4 (#þθèùu‘$yètGÏ9 Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4©s\Ρé&uρ 9x.sŒ ⎯ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $¯ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ ×Î7yz îΛ⎧Î=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r& «!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ)
45
Departemen Agama Republik Indonesia , Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Alwaah, 1989), hlm. 114
70
”Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal” (QS.Al- Hujurat:13).46 Kalimat itu adalah kalimat abadi yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW saat haji wada’ pengumuman akan sejarah agung, yang tidak ada seorang ’alim pun yang berperangai tenang mampu mengucapkan kata-kata yang tegas yang selalu diucapkan dan dikuatkannya.
3. Pemberitaan Tentang Kemuliaan Dan Keluhuran Manusia Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, manusia berada dalam jurang kehinaan dan kenistaan, tidak ada di atas bumi yang lebih hina darinya sebagian hewan dan pepohonan, yang disucikan dan disembah para penganutnya adalah lebih mulia dibanding hamba-hambanya, dan lebih banyak dipelihara daripada manusia, meskipun harus dengan membunuh yang tak bersalah dan merupakan darah. Mereka mempersembahkan daerah dan daging manusia, tanpa merasa hina dan tanpa menghiraukan kata hati. Telah kita lihat sebagian contoh dan gamabaran yang buruk dinegara-negara terdahulu yang maju, seperti India pada abad ke 20. Nabi Muhammad SAW ingin mengembalikan kemuliaan dan harga diri manusia. Beliau mengumumkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan paling berharga di dunia ini, tidak ada yang lebih terhormat dan lebih mulia darinya. Sungguh Allah telah meninggikan kedudukannya, yaitu dengan mengangkatnya menjadi Khalifah Allah dan wakilnya di bumi ini alam semesta diciptakan untuknya dan dia diciptakan hanya untuk Allah yang esa.
46
Ibid, hlm. 847
71
”Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (Al-Baqorah: 29).47 4. Memberantas Pesimisme Dan Pikiran Yang Negatif, Dan Membangkitkan Cita-Cita, Harapan Kepercayaan Dan Kemuliaan Dalam Jiwa Manusia Banyak manusia yang berputus asa dari rahmat Allah, dengan berprasangka buruk terhadap fitrah manusia yang suci. Hal ini telah menjadi atmosfir dan keadaan akal yang khas. Dalam hal ini sebagian agama agama timur yang dahulu dan agama amsehi yang telah berubah di Eropa dan di sebalah timur Arab memiliki peran yang besar. Agama –agama dahulu di India meyakini rainkarnasi dan filsafatnya, yakni tidak ada ruang bagi manusia untuk berkehendak atau menolak secara mutlak. Setiap manusia berada dalam bahaya, tidak mustahil ia akan mendapatkan siksa dari sesuatu yang ia perbuat di dunia. Bentuk dari siksa itu bisa berupa penampakan diri (rainkarnasi) sebagai hewan liar pemangsa, binatang ternak, hewan yang hina, atau manusia yang menderita dan selalu disiksa. Ketika agama Kristen menyerukan bahwa setiap manusia berdosa sejak lahir, Yesus menjadi tebusan dan jaminan untuk dosa-dosa ini, maka akidah Islam telah menumbuhkan simpati dalam diri jutaan orang dalam dunia yang beragam dan makmur. Sebelumnya mereka memeluk Kristen, yang membawa prasangka buruk terhadap diri sendiri, berputus asa dengan kehidupan mereka di masa yang akan datang, dan berputus asa dari rahmat Tuhan. Di sinilah Nabi SAW. Mengumumkan dengan segala kekuatan dan kejelasan, bahwa fitrah manusia itu bagaikan hamparan yang bersih, yang sama sekali belum tertulis apapun, yang memungkinkan untuk diukir atau ditulis dengan tulisan yang indah, dan bisa diperbaiki dengan sebaik-baiknya. Dan bahwa manusia dapat bebas berbuat atau dapat memandang hidupnya sendiri, memperoleh pahala dan hukuman, atau memperoleh surga dan neraka
47
Ibid, hlm. 13
72
dengan amalnya. Dia tidak bertanggung jawab dengan amal orang lain selamanya. ”Yaitu bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan sepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS. An-Najm:38-41).48 Sesungguhnya Nabi Nabi Muhammad SAW. Tel.ah memberitahukan bahwa maksiat, dosa dan kesalahan serta kekeliruan adalah sesuatu yang pasti dilalui dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya Nabi Nabi Muhammad SAW telah membuka pintu taubat yang luas bagi orang-orang yang berbuat dosa dan kesalahan. Beliau menyeru manusia dengan seruan yang menyeluruh untuk siapa saja. Beliau menerangkan keutaman taubat dengan keterangan yang sangat jelas. Beliau menjadikan jalan yang mudah dalam waktu singkat untuk mencapai derajat yang paling tinggi. 5. Memadukan Antara Agama Dan Dunia, Menyatukan Barisan Yang Berselisih Dan Pasukan Yang Saling Berperang Agama-agama terdahulu, khususnya Kristen talah membagi kehidupan manusia menjadi dua bagian: bagian untuk agama dan bagian untuk dunia. Dan membagi manusia yang tinggal di bumi ke dalam dua golongan: yang berkecimpung dalam agama dan dunia. Kedua golongan ini tidak hanya berbeda akan tetapi diantara mereka terdapat jurang yang dalam dan bentenga yang tebal, dan mereka saling berselisih dan memerangi. Perubahan dari pengutusan Nabi Nabi Muhammad SAW adalah bahwasanya beliau telah memenuhi ruang yang luas antara agama dan dunia. Beliau menjadikan dua hal yang bermusuhan dan berjahuan bagi mereka yang hidup dalam permusuhan yang terus menerus dan kedengkian menjadi kelembutan dan cinta kasih. Sehingga hidup dalam keselamatan dan keselarasan.
48
Ibid, hlm. 874
73
Sesungguhnya beliau adalah rasul pemersatu pemberi kabar gembira dan sekaligus pemberi peringatan. Beliau menyelamatkan manusia yang saling berperang menjadi satu persaudaraan dalam iman, kasih sayang terhadap manusia, dan untuk mencari ridha Allah. ”Ya Tuhan kami, berilah kamu kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS. Al-Baqarah: 201).49 Hal itu menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul pemersatu, yang mencurahkan segala daya upaya menuju kesempurnaan. Beliau juga adalah pembawa kabar gembira sekaligus peringatan. Beliau tidak memisahkan antara dunia dengan agama, semuanya adalah ibadah, dan menjadikan bumi keseluruhannya adalah masjid. 6. Menerangkan Tujuan Dan Maksud Dalam Medan Amal Dan Perjuangan Nabi Muhammad SAW telah menunjukkan kepada manusia tempat yang cocok sebagai wadah kekuatan, kemudoian mengangkat kekuatan itu ke langit yang luas lagi tinggi. Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, manusia masih bodoh dengan tujuan hidupnya, ia tidak tahu kemana harus pergi dan keman harus kembali, dan bagaimana menggunakan segala kemampuan dalam hidupnya? Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah menetapkan untuk dirinya tujuan dan nilai penting perbuatannya, membatasi nafsunya pada lingkup yang sempit dan terbatas, beliau telah mengerahkan segala kekuatan, kemampuan dan kecerdasannya. Terdapat teladan yang agung dalam diri beliau, seorang yang sukses, seorang yang luas pengaruh dan kekuasaannya, seorang yang berwibawa dan bijaksana dikalangan manusia.50 Nabi Muhammad SAW menjadikan tujuan hidup yang terakhir menjadi menyenangkan. Yaitu dengan mengetahui pencipta langit dan bumi, mempelajari sifat-sifatnya, kodrat dah hikmahnya keagungan serta keabadianNya sampai pada keimanan, keyakinan dan kemenangan bersana ridha Allah yang maha esa. 49 50
Ibid, hlm. 17 Abul Hasan Ali Al-Hasani, op.cit., hlm. 584
74
Nabi Muhammad SAW menyeru agar manusia rela dengan kodratnya, selalu berusaha menyatukan yang tercerai berai, menumbuhkan kekuatan batinnya, dan menambah kekuatan spiritualnya untuk sampai kepada derajat kedekatan dan keyakinan. Beliau juga mengajak untuk membantu kepada sesama manusia, mengasihi dan menjaganya. Dengan demikian manusia akan sampai kepada suatu tempat yang tidak dapat dicapai oleh malaikat sekalipun. Itulah kebahagiaan yang hakiki bagi manusia, dan akhir dari kesempurnaannya, yang menjadi naungan hati dan ruhnya.
75
BAB IV REFORMULASI DAN APLIKASI ETIKA PERANG A. Nilai Utama Dalam Perang Setiap orang kadang kala memiliki tujuan yang berbeda yang melatar belakangi dilakukannya sebuah perbuatan (action). Tujuan inilah yang kemudian biasa disebut sebagai qimatul ‘amal (nilai perbuatan [value of action].1 Bahakan merupakan hal yang pasti bahwa setiap perbuatan telah memiliki nilai-nilai tertentu yang ingin diraih dan dicapai oleh seseorang ketika ia melakukan suatu perbuatan kalau tidak demikian, tentulah perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang sia-sia; perbuatan yang tidak mengandung suatu nilai. Ini menjadi hal yang tidak pantas dilakukan seseorang terlebih seorang Muslim. Justru menjadi kewajiban baginya untuk senantiasa memperhatikan tercapai tidaknya nilai-nilai perbuatan yang dilakukannya. Dorongan nilai-nilai inilah yang mempengaruhinya melakukan atau tidak melakukan suatu aktivitas pekerjaan atau suatu perbuatan. Selain nilai perbuatan, dikenal pula istilah tujuan akhir (supergoal) dari seluruh perbuatan manusia. Dengan demikian, dalam melakukan aktivitas jihad, setiap Muslim pasti didorong oleh suatu motivasi tertentu (certainty motive) baik berupa nilai maupun tujuan akhir perbuatan. Nilai tersebut akan tampak ketika manuasia melakukan perbuatan. Setiap perbuatan (action) ternyata hanya memiliki satu nilai tertentu saja. Nilai tersebut adalah qimah madiyah (niali materi), qimah insaniyah (nilai kemanusiaan), qimah khulukiyah (niali moral/akhlak), dan qimah ruhiyah (nilai spiritual). Niali perbuatan yang sifatnya materi berarti keuntungan (profit) material semata. Orientasi qimah insaniyah berarti dapat memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan social (shadaqoh), dan bantuan lainnya. qimah khuluqiyah mengandung pengertian
1
Yuana Ryan Tresna, Art of war, menejement strategi dibalik kemenangan Rasulullah, (Bandung, Progresio, 2007), hlm. 23
bahwa niali-nilai akhlaqul karimah (akhlaq mulia) menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam aktivitas yang dilakukan manusia. Sementara qimah ruhiyah berarti perbuatan tersebut dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dari sisi tujuan akhir (supergoal) perbuatan manusia, tujuan akhir dari tujuan jihad adalah dalam rangka mngharap rindho dari Allah Swt. Dari pandangan inilah, dapat dipahami bahwa motivasi seorang Muslim dalam melakuakan atau meninggalakan suatu perbuatan adalah karena keridhaan Allah. Kebahagiaan bagi seorang Muslim adalah ketika ia mampu menempatkan ketentuan Allah (aturan Islam) menjai standart pijakan dalam melakukan seluruh aktivitas peperangan (karena perang di dalam Islam merupakan ibadah), tidak sekedar berperang atau bertempur tanpa acuan yang dibenarkan Islam. Perang yang dibangun Rasululullah ini jelas berbeda budaya perang orang-orang kafir. Norma, keyakinan, tata nilai, standar, ritual struktur, nuansa dan tipe interaksi yang ada dikalangan Muslim akan berbeda seratus delapanpuluh derajad dengan yang ada pada pasukan tempur kafir, baik Yahudi maupun Quraisy. Budaya organisasi dari pasukan Islam tidak akan lepas dari tujuan jihad. Tujuan jihad adalah dalam rangka meningikan kalimat Allah swt. dan menggetarkan musuh Allah swt. nilai yang ada adalah nilai Islam, yaitu nilai ibadah; niali taqqarub kepada Allah swt. Yahudi memerangi Islam karena kemunafikannya yang tidak mau menerima kebenaran. Ada pun kuraisy dan kabilah yang ada disekitarnya memerangi Rasul karena kebencian dan arogansi mereka terhasdap Rasulullah. Mereka tidak mau menerima kerasulan Muhammad bin Abdillah.2 Pandangan
Khalid
bin
walid
merupakan
pandangan
yang
menunjukkan keluhuran tujuan akhir yang dikejar oleh para sahabat dalam
2
Fredrick, Post, dan Devis, mengatakan bahwa nilai individual dan karakter moral memainkan sebuah pean penting dalam meningkatkan kinerja dan etika tim. Belasn abad yang lalu kaum Muslimin telah berhasil menunjukkan pola ini dalam tataran praktek. Sosok para sahabat pada zaman Rasul adalah generasi terbaik sepanjang masa. Dalam diri mereka masing-masing memiliki kekhasan tersendiri yang menonjol. Yuana Ryan Tresna, Art of war,Ibid, hlm. 113
77
berperang. Pada suatu hari, ia berkata : tidak ada suatu malampun- tidak malam pengantin, tidak pula malam lahirnya anak laki-laki yang dapat menandingi kegembiaraanku daripada malam ketika aku dengan ekspedisi para mujahidin melakukan serangan fajar terhadap orang musyrik.3 Artinya penilaian terhadap perbuatan yang baik dan buruk, terpuji dan tercela, tidak boleh menggunakan sebab yang diberikan oleh manusia. Manusia bergantung, dalam penentuan ini, hanya kepada Allah Swt. Dalam konteks peperangan, Allah Swt. pernah menegaskan bahwa perang itu adalah hal yang baik walau manusia menganggapnya buruk. kemudian, dalam surat Al- Baqarah diterangkan:
öΝà6©9 ×öyz uθèδuρ $\↔ø‹x© (#θèδtõ3s? βr& #©|¤tãuρ ( öΝä3©9 ×νöä. uθèδuρ ãΑ$tFÉ)ø9$# ãΝà6ø‹n=tæ |=ÏGä. ∩⊄⊇∉∪ šχθßϑn=÷ès? Ÿω óΟçFΡr&uρ ãΝn=÷ètƒ ª!$#uρ 3 öΝä3©9 @Ÿ° uθèδuρ $\↔ø‹x© (#θ™6Åsè? βr& #©|¤tãuρ ( “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. al-Baqarah: 216). Perlu di pahami bahwa sesungguhnya tidak ada perang jika mereka menolak masuk Islam, tetapi bersedia taat dalam kekuasaan Islam karena memang tidak ada paksaan dalam hal keyakinan agama. Mereka tergolong sebagai ahlu dzimah yang harus tunduk pada seluruh hukum-hukum Islam, keuali yang menyangkut perkara ibadah, pakaian makanan, minuman, serta yang terkait dengan keyakinan mereka. Jadi, apabila mereka menolak dan menghalangi dakwah, serta tidak mau tunduk sebagai ahlu dzimah, mereka akan diperangi. Peperangan terhadap mereka atau dalam kasus yang seperti itu termasuk dalam jihad ofensif, sebagaimana keterangan di bab dua. Inilah jihad sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:
3
Ibid. hlm. 24
78
ª!$# tΠ§ym $tΒ tβθãΒÌhptä† Ÿωuρ ÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$$Î/ Ÿωuρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σムŸω š⎥⎪Ï%©!$# (#θè=ÏG≈s% (#θäÜ÷èム4©®Lym |=≈tFÅ6ø9$# (#θè?ρé& š⎥⎪Ï%©!$# z⎯ÏΒ Èd,ysø9$# t⎦⎪ÏŠ šχθãΨƒÏ‰tƒ Ÿωuρ …ã&è!θß™u‘uρ šχρãÉó≈|¹ öΝèδuρ 7‰tƒ ⎯tã sπtƒ÷“Éfø9$# “Perangilah oleh kamu sekalian orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan mereka tidak mengharamkan apa yang apa yang diharamkan Allah dan Rasulnya, dan tidak beragama dengan agama yang haq (Islam), yaitu dari orang-orang yang diberi Al-Kitab kepada mereka hinga mereka membayar jizyah4 dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk”. (QS. At –Taubah: 29). Dari ayat-ayat di atas sebenarnya, jihad adalah penampakan lain dari kasih sayang umat Islam kepada seluruh umat manusia agar mereka mau menerima keluhuran tata nilai publik Islam diterapkan di tengah-tengah mereka, sehingga bentuk ketidak adilan, penindasan, pemerasan pembunuhan, kekufuran, kemunafikan, dan segala bentuk kejahatan dapat dihilangkan, diganti dengan tatanan nilai publik Islam yang luhur. Dari sisi nilai perbuatan manusia, nilai perbuatan jihat tiada lain adalah nilai spiritual, bukan atas dasar kemanfaatan materi. Memahami jihad dalam pengertian perlawanan fisik. dengan keseluruhan kemampuan mestilah dipahami dalam konteks peperangan yang dilakukan Rasul. Ketika di Makkah, Rasulullah jelas-jelas menempatkan jihad sebagai jalan spiritual.. Rasul sama sekali tidak menggunakan kekuatan senjata ataupun fisik. Pengikut rasul justru menepi dan hijrah ke Habsyah. Hal ini adalah periode di mana Rasulullah sebagai seorang Nabi dan Rasul semata, yang melakukan kecaman-kecaman moral kepada kelompok-kelompok borjuiz Makkah yang menindas orangorang miskin. Di Mekah ini, Muhammad SAW tidak menggabungkan posisi
4
Jizyah ialah pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan islam, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka.
79
Rasul dan pribadinya sebagai seorang pemimpin sebuah negara.5 Hal itu didasarkan karena jihad merupakan aktivitas ibadah, aktivitas untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dalam aktivitas setiap peperangan, seorang Muslim harus berusaha meraih nilai yang dituju dan dilakukan sesuai dengan aturan Islam.6 Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah Al-Qur’an mulai mendesak kaum Muslimin Madinah untuk berpartisipasi dalam jihad. Partisipasi itu akan mencakup perang dan pertumpahan darah, namun akar kata jihad menyiratkan lebih dari sekedar dari “perang suci”. Jihad menunjukkan uapaya fisik, moral, spiritual, dan intelektual. Ada banyak kata Arab yang mengacu pada pertempuran bersenjata, seperti harb (perang), sira’a (penyerangan), yang digunakan Al-Qur’an bila perang merupakan cara utama kaum Muslimin dalam menjalankan upaya ini. Justru Al-Qur’an memilih kata-kata yang lebih samara dan kaya makna dengan jangkauan konotasi yang luas. Jihad bukanlah salah satu rukun Islam. Jihad bukan tiang utama Islam. Jiahad sudah dan masih merupakan kewajiban bagi kaum Muslimin untuk terlibat dalam perjuangan disemua ranah – moral, spiritual, dan politik – untuk menciptakan masyarakat yang adil dan beradab, tempat mereka yang miskin dan lemah tidak diperas, dan berada di jalan yang diridhai Tuhan. Pertempuran dan peperangan memang kadang-kadang memang diperlukan, namun hanya sebagian kecil dari seluruh jihad atau perjuangan. Sebuah hadis yang tekenal meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda setelah sekembalinya dari pertempuran, “kita kembali dari jihad kecil menuju jihad yang lebih besar, yakni upaya yang lebih sulit dan lebih penting untuk menaklukkan kekuatan-kekuatan jahad dalam diri manusia dan masyarakat, dalam setiap sisi kehidupan sehari-hari. Segera setelah kaum Muslimin melaksanakan hijrah, mereka tahu bahwa mereka harus siap untuk mengangkat senjata. Kaum Ansor telah membuat perjanjian perang dalam perjanjian aqobah kedua, dan setelah 5
Nur Khalik Ridwan, Detik-detik pembongkaran agama, gallery, 2003), hlm.206-208 6 Yuana Ryan Tresna, Art of war, op.cit., hlm. 24
(Jogjakarta; Arruzz book
80
kedatangannya dari Makkah, Muhammad menerima wahyu yang memberi izin kepada kaum Muhajirin untuk berperang:
t⎦⎪Ï%©!$#
íƒÏ‰s)s9 óΟÏδÎóÇtΡ 4’n?tã ©!$# ¨βÎ)uρ 4 (#θßϑÎ=àß öΝßγ¯Ρr'Î/ šχθè=tG≈s)ムt⎦⎪Ï%©#Ï9 tβÏŒé&
}¨$¨Ζ9$# «!$# ßìøùyŠ Ÿωöθs9uρ 3 ª!$# $oΨš/u‘ (#θä9θà)tƒ χr& HωÎ) @d,ym ÎötóÎ/ ΝÏδÌ≈tƒÏŠ ⎯ÏΒ (#θã_Ì÷zé& «!$# ãΝó™$# $pκÏù ãŸ2õ‹ãƒ ߉Éf≈|¡tΒuρ ÔN≡uθn=|¹uρ Óìu‹Î/uρ ßìÏΒ≡uθ|¹ ôMtΒÏd‰çλ°; <Ù÷èt7Î/ Νåκ|Õ÷èt/ ̓tã :”Èθs)s9 ©!$# χÎ) 3 ÿ…çνçÝÇΨtƒ ⎯tΒ ª!$# χuÝÇΖuŠs9uρ 3 #ZÏVŸ2 “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang Telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali Karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah Telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al- Hajj 39-40).7 Al-Qur’an mulai mengembangkan teologi perang yang adil: kadangkadang memang diwajibkan untuk berperang demi melestarikan nilai-nilai yang luhur. Jika umat beragama tidak siap untuk menghindari serangan, seluruh tempat ibadah mereka akan hancur. Tuhan akan memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin hanya jika mereka “mendirikan shalat dan membayar zakat”, membuat hokum yang adil dan dihormati, dan menciptakan masyarakat yang adil.8 7
Jamal Yusuf , Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah SAW, (terj. Ahmad Assahili, judul asli; Askariyatu al-Islamiyah , Yogyakarta, Izzan Pustaka, 2002), hlm. 50 8
Karen Amstrong, Muhammad Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto, jdl asli; Muhammad, a Biography of the Prophet, Yogyakarta, Jendela, 2004), hlm. 289-290
81
Barulah jihad dalam artian mengangkat senjata terjadi di Madinah. Tesis yang mengatakan bahwa jihad di Madinah ini ada kaitannya dengan mempertahankan Islam semata seperti yang dipahami selama ini, adalah distortif . sebab mereka yang melakukan perang bukan hanaya tentara Islam, tetapi juga orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen yang telah mengikat perjanjian di Madinnah. Ketiga kelompok ini yang umumnya dikenal dalam sejarah sebagai angota-angota Negara Madinah. Dengan
begitu
jihad
yang
pertama-tama
adalah
untuk
mempertahankan territorial Madinah. Seperti yang tercantum dalam piagam Madinah
(bahwa
masing-masing
anggota
yang
mengikat
perjanjian
berkewajiban untuk mempertahankan bersama-sama dari serangan musuh), meskipun pada wktu itu konsep territorial masih bercampur dengan kesukuan. Mereka yang berperang adalah untuk melindungi kepentingan Madinah secara keseluruhan, dan tujuannya Islam sebagai agama, Yahudi dan Kristen tidak ditundukkan oleh orang-orang Makkah. 9 Jihad di sini, yang dilawan adalah bukan kekuatan komunitas agama lain. Sebab orang-orang Kuffar Mekah adalah kelompok penindas. Seandainya mereka tidak memerangi Nabi dan mengejar-ngejar, maka pertarungan itu sangat mungkin tidak menjadi konfrontasi senjata. Ketika kelompokkelompok penindas kuffar Mekah tersebut, di Madinah mencoba untuk menghancurkan sekuat tenaga, maka sangatlah logis bahwa mempertahankan Madinah adalah bagian dari kewajiban angiota-angotanya. Dari sini dapat dijelaskan bahwa yang bisa membangkitkan perang dalam Islam adalah berkaitan erat dengan landasan-landasan yang utama, perlunya suatu pembelaan dan adanya akidah yang tinggi agar tidak tercemar.10 Menurut hemat penulis, factor-faktor di atas belum cukup untuk menyanjung roh peradaban kita yang berdamai dalam perang. Kalau begitu
9
Lihat teks perjanjian Madinah ini dalam, Munawwir Sadzalis, Islam dan Tata Negara; Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, (Jakarta, UI Press, 1993). 10 Jamal Yusuf , op.cit., hlm. 5
82
marilah kita perhatikan bagaimana kenyataan praktek prinsip ini dalam peradaban Islam.
B. Contoh Keteladanan Moral perang Rasulullah Rasulullah adalah pelopor peradaban Islam dan peletak fondasi dan aturan permainannya. Beliau ungkapkan secara nyata tentang moral, tujuan dan misinya. Selama tiga belas tahun di Makkah Rasul dan pengikutnya menghadapi maker, gagnguan cacian, dan penyiksaan. Kehidupan beliau dan para sahabatnya sealu diancam marabahaya. Sepuluh tahun di Madinah adalah perjuangan dan pertempuran berantai yang sambung menyambung. Peradaban Islam datang ketika seluruh dunia berjalan di atas hukum rimba. Perang merupakan permainan aturan yang diakui dikalangan semua syariat, agama, uamat, dan bangasa tanpa ikatan dan batasan dan tanpa pembedaan antara perang yang dibolehkan dan perang yang lalim. Peradaban Islam, peradaban yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ini, tidak mengakui aturan permainan yang zalim ini, yang biasa menjerumuskan kemanusiaan
ketingkat
kebinatangan
yang
buas
bahkan
Rasulullah
mengajarkan dan memproklamasikan bahwa pangkal hubungan antar umat adalah saling mengenal dan menolong sebagimana dijelaskan dalam surat alHujurat ayat 13:
4 (#þθèùu‘$yètGÏ9 Ÿ≅Í←!$t7s%uρ $\/θãèä© öΝä3≈oΨù=yèy_uρ 4©s\Ρé&uρ 9x.sŒ ⎯ÏiΒ /ä3≈oΨø)n=yz $¯ΡÎ) â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ ×Î7yz îΛ⎧Î=tã ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä39s)ø?r& «!$# y‰ΨÏã ö/ä3tΒtò2r& ¨βÎ) “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengena”. (QS. Al-Hujurat: 13) Jika suatu umat hanya mau berperang dan menyerang umat lain, maka umat kita harus bersiap-siap menghadapi serangan itu karena meninggalkan persiapan mendorong dan mempercepat terjainya serangan.
83
¨ρ߉tã ⎯ϵÎ/ šχθç7Ïδöè? È≅ø‹y⇐ø9$# ÅÞ$t/Íh‘ ∅ÏΒuρ ;ο§θè% ⎯ÏiΒ ΟçF÷èsÜtGó™$# $¨Β Νßγs9 (#ρ‘‰Ïãr&uρ ⎯ÏΒ (#θà)ÏΖè? $tΒuρ 4 öΝßγßϑn=÷ètƒ ª!$# ãΝßγtΡθßϑn=÷ès? Ÿω óΟÎγÏΡρߊ ⎯ÏΒ t⎦⎪Ìyz#u™uρ öΝà2¨ρ߉tãuρ «!$# šχθßϑn=ôàè? Ÿω óΟçFΡr&uρ öΝä3ö‹s9Î) ¤∃uθム«!$# È≅‹Î6y™ †Îû &™ó©x« ”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmudan
orang-orang
selain
mereka
yang
kamu
tidak
mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 60) Jika umat itu mengurungkan niatnya untuk menyerang dan menyukai perdamaian maka umat lain harus condong dan antusias terhadap perdamaian itu.
ãΛ⎧Î=yèø9$# ßìŠÏϑ¡¡9$# uθèδ …çµ¯ΡÎ) 4 «!$# ’n?tã ö≅©.uθs?uρ $oλm; ôxuΖô_$$sù ÄΝù=¡¡=Ï9 (#θßsuΖy_ βÎ)uρ ”Dan jika mereka condong kepada perdamaian maka condonglah kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dia lah yang maha mendengar lagi maha mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 61) Jika ia tetap memilih alternatif perang maka kekuatan bisa menolak kekuatan dan serangan harus dilawan dengan serangan yang serupa sebagaiman diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an:
=ÅsムŸω ©!$# χÎ) 4 (#ÿρ߉tG÷ès? Ÿωuρ óΟä3tΡθè=ÏG≈s)ムt⎦⎪Ï%©!$# «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#θè=ÏG≈s%uρ š⎥⎪ωtG÷èßϑø9$#
84
”Dan perangilah dijalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. al- Baqarah 190) 1. Perlakuan Terhadap Orang Yang Takluk Nabi mempelakukan semua orang yang dikalahkan dengan baik dan ramah. Sesungguhnya, Nabi selalu mempelihatkan kemurahan hati dalam kemenangannya. Dan kemenangan terbesar adalah kemenangan di Mekah, tanpa menumpahkan setetes darah. Para pemimpin Quraisy telah melakukan banyak kejahatan terhadap dirinya dan para sahabatnya selama tiga belas tahun di Mekah ternyata ketika kota mekah bisa ditaklukkan oleh Nabi, beliau berkata, ”hai orang-rang Quraisy, apa yang akan aku lakukan terhadap kalian setelah kalian aku taklukkan, ”hari ini tidak ada penyesalan ditimpakan padamu; Tuhan akan mengampunimu. Pergilah, kalian bebas”. Begitu juga, beliau mempelakukan suku lain yang dikalahkannya dengan ramah dan membebaskan mereka semua 2. Tawanan Perang Islam telah menetapkan prinsip umum mengenai tawanan perang. Muhammad melarang keras membunuh tawanan perang bahkan
memerintahkan
kepada para sahabatnya untuk mempelakukan mereka dengan baik. Nabi selalu menasehati pengikutnya untuk ramah dan sayang pada tawanannya. Para tawanan perang badar yang selama bertahun-tahun sebelumnya menindas orang Muslim dan menyebabbkan kesengsaraan yang amat berat pada sebagian mereka, mreka perlakukan dengan baik.11 Al-Qur’an menganjurkan kepada orang beriman untuk membebaskan tawanan dengan tebusan atau memperlakukan mereka dengan baik, oleh karena itu, kalau kamu berjumpa dengan orang yang tidak beriman (dalam pertempuran), pukullah tengkuknya; kalau kamu telah menggiringnya, kemudian ikatlah tawanan tersebut; setelah itu perlakukan mereka dengan baik atau lepaskan mereka dengan tebusan sampai perang melepaskan bebannya (47:4). Nabi memperlakukan mereka
11
Afzalurrahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer ,(Jakarta, Bumi Aksara, 1991), hlm. 295
85
dengan baik sekali dan sering memerdekakan mereka, seperti tawanan perang Hunain dan banyak lagi tawanan lainnya.
Perang hanya boleh mengganggu perdamaian dalam usaha untuk memperoleh tujuan kemanusiaan yang sebenarnya, memulihkana keadilan dan perdamaian untuk semua orang menurut hukum Tuhan. Ringkasnya, perang baru dilakukan karena beberapa hal alasan di bawah ini;12 Pertama, untuk mengamankan dan melindungi idiologi dalam hal ini Islam yang menjadi dasar sitem keadilan dan kedamaian. Musuh ingin menghancurkannya sama sekali, dan satu-satunya cara untuk melindungi Islam adalah mempertahankannya dengan kekuatan yang sama. Kedua, perang baru dilakukan untuk mempertahankan Madinah dimana Nabi SAW dan para sahabat dan para sahabat mencari perlindungan untuk menjalankan kepercayaannya dengan bebas tanpa takut akan campur tangan dari luar. Ketiaga, untuk menggertak, jika perlu untuk menghentikan atau menghancurkan setiap kekuatan agresif dan bermusuhan yang merupakan sumber bahaya terhadap Negara dan menggagu tercapainya tujuan tersebut. Keempat, untuk menghancurkan setiapa kekuatan agresif, baik yang brsifat politik, ekonomi, agama atau social yang merintangi perkembangan dan pertumbuhan Islam dan kebudayaan dan peradaban Islam.
B. Aspek-Aspek Muatan Dari Prinsip-Prinsip Etika Perang Di
sini
prinsip-prinsip
peradaban
yang
memproklamasikan
pengharaman peperangan yang bertujuan untuk menyerang, merampas harta benda dan menghinakan kehormatan bangsa-bangsa. Perang yang sah hanyalah perang yang bertujuan untuk: 1. Membela Aqidah dan moral umat 2. Membela kebebasan, kemerdekaan dan keselamatan umat. 13
12
Afzalur Rahman, Nabi Muhammad Sebagi Seorang Pemimpin Militer, (terj. Annas Siddik, judul asli, Muhammad As Military Leader, Bumi Aksara, 1991), hlm. 20 13 Mustafa As-Siba’I, Pearadaban, Islam Dulu, Kini Dan Esok. (kota pnerbit tahun: tidak diketahui), hlm. 110
86
3. Memberi pelajaran terhadap penghianat dan penentang Islam.14
’n?tã ωÎ) tβ≡uρô‰ãã Ÿξsù (#öθpκtJΡ$# ÈβÎ*sù ( ¬! ß⎦⎪Ïe$!$# tβθä3tƒuρ ×πoΨ÷FÏù tβθä3s? Ÿω 4©®Lym öΝèδθè=ÏG≈s%uρ t⎦⎫ÏΗÍ>≈©à9$# “ Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orangorang yang zalim”. (QS. Al-Baqoroh 193). Jika tujuan perang yang diajarkan Rasulullah SAW memang begitu, maka ketika mengumumkan perang untuk kebenaran dan kebaikan itu, kita tidak boleh berbalik menjadikan perang sebagai alat yang membuat kebatilan dan kejahatan. Karena itu diantara prinsip perang yang diajarka Rasul SAW adalah hanya berperang dengan pihak-pihak yang memerangi dan menyerang kita.
(#ρ߉tFôã$$sù öΝä3ø‹n=tæ 3“y‰tGôã$# Ç⎯yϑsù 4 ÒÉ$|ÁÏ% àM≈tΒãçtø:$#uρ ÏΘ#tptø:$# Ìöꤶ9$$Î/ ãΠ#tptø:$# ãöꤶ9$# t⎦⎫É)−Fßϑø9$# yìtΒ ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=ôã$#uρ ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 öΝä3ø‹n=tæ 3“y‰tGôã$# $tΒ È≅÷VÏϑÎ/ ϵø‹n=tã “Bulan Haram dengan bulan haram,15 dan pada sesuatu yang patut dihormati,16 berlaku hukum qishaash. oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al- Baqoroh 194)
14
Jamal Yusuf, op-cit, hlm. 61 15 Kalau umat Islam diserang di bulan Haram, yang Sebenarnya di bulan itu tidak boleh berperang, Maka diperbolehkan membalas serangan itu di bulan itu juga. 16
Maksudnya antara lain ialah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah Haram (Mekah) dan ihram.
87
Dari sini dapat dijelaskan bahwa perang yang sah hanyalah perang yang disebabkan karena tiga faktor di atas yang akan penulis jelaskan satu persatu dibawah ini: 1. Membela Aqidah Dan Moral Umat Aqidah Islamiyah (aqidah yang berlandaskan ajaran agama Islam) adalah sebuah nama yang harus dijadikan tuntunan hidup setiap individu uamat Islam. Juga dijadikan pedoman dalam gerak-gerik sehari-hari dan benar-benar menjadi pegangan hidup, meskipun banyak godaan yang bisa melunturkan ketebalan imannya. Godaan-godaan itu bisa berupa siksaan fisik maupun psikis yang sangat berat, diusir dari negaranya dan diancam keberadaan agamanya. Dalam hal ini umat Islam harus bertindak tegas karena godaan semacam ini lebih besar perjuangannya daripada perang, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menjaga eksistensi umat manusia dmi tetap berlangsungnya kehidupan. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt:
|MΡr& !$tΒ ÇÙø%$$sù ( $tΡtsÜsù “Ï%©!$#uρ ÏM≈uΖÉit7ø9$# š∅ÏΒ $tΡu™!%y` $tΒ 4’n?tã x8tÏO÷σœΡ ⎯s9 (#θä9$s% !$u‹÷Ρ‘$!$# nο4θuŠptø:$# ÍνÉ‹≈yδ ©ÅÓø)s? $yϑ¯ΡÎ) ( CÚ$s% “Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang Telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang Telah menciptakan Kami; Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu Hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja”. (QS. Thaha (20): 72) Fitrah dalam agama dan fitrah dalam akidah adalah dua ungkapan yang bisa mempengaruhi seorang muslim untuk memperoleh suatu kebahagiaan di dunia dan di akherat, sedangkan kebahagiaan yang didapat akan kekal untuk selamanya. Allah SWT. menjadikan surga yang diperuntukkan buat orangorang yang bertaqwa dari hamba-hambanya yang selalumengerjakan amal shaleh. Dari sinilah juga Allahswt. Mensyariatkan jihad menghadapi orang-
88
orang yang suka membuat fitnah berkaitan dengan agama dan aqidah, karena samdngan orang-orang yang suka berperang. Allah berfirman:
=ÅsムŸω ©!$# χÎ) 4 (#ÿρ߉tG÷ès? Ÿωuρ óΟä3tΡθè=ÏG≈s)ムt⎦⎪Ï%©!$# «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû (#θè=ÏG≈s%uρ ∩⊇®⊃∪ š⎥⎪ωtG÷èßϑø9$# ”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas karena sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al-Baqarah: 190)
‘‰x©r& èπuΖ÷FÏø9$#uρ 4 öΝä.θã_t÷zr& ß]ø‹ym ô⎯ÏiΒ Νèδθã_Ì÷zr&uρ öΝèδθßϑçGøÉ)rO ß]ø‹ym öΝèδθè=çFø%$#uρ öΝä.θè=tG≈s% βÎ*sù ( ϵŠÏù öΝä.θè=ÏF≈s)ム4©®Lym ÏΘ#tptø:$# ωÉfó¡pRùQ$# y‰ΖÏã öΝèδθè=ÏG≈s)è? Ÿωuρ 4 È≅÷Gs)ø9$# z⎯ÏΒ t⎦⎪ÍÏ≈s3ø9$# â™!#t“y_ y7Ï9≡x‹x. 3 öΝèδθè=çFø%$$sù “Dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka Telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah17 itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka Bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah: 191) Orang-orang yang suka berbuat fitnah dan suka menindas harus diperangi agar tindakan mereka tidak merajalela dan umat Islam dilarang keras pergi berperang bersama-sama orang zalim. Rasulullah SAW tidak membenarkan umat Islam ikut serta berperang melawan bangsa Romawi, karena yang mengajak adalah orang-orang Syam yang menolak keberadaan umat Islam. Tetapi setelah bangsa Romawi melampaui batas terhadap hak-hak asasi umat Islam, barulah Rasulullah SAW 17
fitnah (menimbulkan kekacauan), seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.
89
memerintahkan umatnya memerangi mereka. Rasulullah SAW juga pernah mengutus salah satu sahabat menemui raja Kisra, Qushaira, Muqaiqis, dan raja-raja Arab lainnya agar mereka masuk Islam dan diikuti rakyat mereka masing-masing dengan kesadarannya sendiri, kecuali orang-orang yang fanatik dari penduduk Syam. Tabiat dan watak meeka suka berperang dan menyiksa orang-orang yang suka berdamai. Melihat kenyataan ini Rasulullah tidak tingal diam untuk memerangi penduduk Syam agar tindakan mereka tidak merajalela dan penyiksaan-penyiksaan tidak mendapat tempat di muka bumi. Dibolehkan menggunakan kekuatan untuk melakukan pembelaan; membela tanah air, memepertahankan hak bagi orang lain, memberikan hak orang lain untuk memilih akidah mereka.18 Bukan hanya kebebasan Akidah saja yang dituntut kepada umat yang mengumumkan perang, tapi juga harus menjamin seluruh kebebasan akidah dan melindungi tempat iabadah masing-masing agama. ”Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; sesungguhnya telah jelas jalan yang yang benar daripada jalan yang salah.” (QS. Al-Baqarah: 256). Dari sini dapat dijelaskan bahwa yang bisa membangkitkan perang dalam agama Islam adalah berkaitan erat dengan landasan-landasan yang utama, perlunya suatu pembelaan dan adanya akidah yang tinggi agar tidak tercemar.19 Jadi perang untuk membela akidah, kemerdekaan dan perdamaian inilah perang yang sah. 2. Membela Harga Diri, Negara, Harta Benda, Dan Kepemilikan Lainnya Berperang mempunyai dasar hukum yang kuat dalam Islam, dan wajib bagi umat Islam berperang bila bertujuan untuk membela harga diri, negara,
18
James Turner Johnson, Perang Suci Atas Nama Tuhan: Dalam Tradisi Barat Dan Islam, (terj. Ilyas Hasan, jdl. Asli; The Holy War Idea In Western And Islmamic Tradition, Bandung; pustaka hidayah, 1997), hlm. 90 19 Jamal Yusuf, op-cit, hlm. 53
90
harta kekayaan dan barang-barang yang dimiliki lainnya. Apabila terjadi penganiayaan terhadap terhadap seorang muslim maka ia wajib membela dirinya dengan segala kemampun yang dimiliki, dan Islam mengharamkan umat Islam menyerah kepada musuh tanpa perlawanan yang berarti. Islam mewajibkan juga kepada pemeluknya untuk membela sanak saudaranya yang terancam, baik jiwa maupun harta bendanya. Orang yang terbunuh karena membela anak, keluarga, dan harga dirinya atau menjaga kehormatannya maka dia mati dalam keadaan syahid. Hal ini diperkuat oleh hadis Nabi saw. melalui sabdanya ”barang siapa yang terbunuh karena (mempertahankan) hartanya, dia mati syahid. Barang siapa yang terbunuh karena (membela) darahnya, dia mati syahid. Barang siapa mati terbunuh karena (membela) agamanya, dia mati syahid. Barang siapa mati terbunuh karena (membela) keluarganya, dia mati syahid.” (HR. Bukhari Muslim) Islam memerangi orang-orang Yahudi karena ada perintah dari Allah SWT, sebab mereka suka menyandra orang-orang Islam dari kalangan anakanak kecil, kaum wanita dan orang tua, serta mereka merampas bumi palestina (di dalamnya terdapat Masjidil Aqsha). Allah SWT berfirman: ”Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa yang ada dalam surat An-Nisa’:
ÉΑ%y`Ìh9$# š∅ÏΒ t⎦⎫ÏyèôÒtFó¡ßϑø9$#uρ «!$# È≅‹Î6y™ ’Îû tβθè=ÏG≈s)è? Ÿω ö/ä3s9 $tΒuρ $yγè=÷δr& ÉΟÏ9$©à9$# Ïπtƒös)ø9$# ÍνÉ‹≈yδ ô⎯ÏΒ $oΨô_Ì÷zr& !$oΨ−/u‘ tβθä9θà)tƒ t⎦⎪Ï%©!$# Èβ≡t$ø!Èθø9$#uρ Ï™!$|¡ÏiΨ9$#uρ ∩∠∈∪ #·ÅÁtΡ šΡà$©! ⎯ÏΒ $oΨ©9 ≅yèô_$#uρ $|‹Ï9uρ šΡà$©! ⎯ÏΒ $uΖ©9 ≅yèô_$#uρ “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orangorang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!" (QS. An-Nisa’: 75).
91
Apabila ada sekelompok orang yang mencoba merampas harta orangorang kaya dan terjadi di negara Islam, maka umat Islam wajib mencegah dan memerangi mereka, kerena mereka pantas dianggap musush Islam. Harta benda adalah suatu sandaran yang kuat untuk dijadikan salah satu sarana dalam menciptakan kedamaian, pemerataan pembangunan, mengadakan pergerakan untuk memperoleh keberhasilan sebuah perjuangan. Orang Islam yang memiliki harta yang banyak dan dipergunakan dengan semestinya, dia tidak akan mendapat kesulitan untuk mewujudkan apa yang dikehendaki, dan apabila dia terbunuh karena membela harta bendanya, dia mati syahid.dalam suatu hadis yang bersumber dari abu hurairah ditegaskan: ”seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya, ”wahai Rasulullah! Bagaimana menurutmu, jika seseorang mau mengambil hartaku?” Beliau menjawab: ”jangan berikan apa yang ada padamu.” Dia bertanya: ”bagaimana menurutmu jika ia memerangiku?” ” beliau menjawab: ”perangi dia.” Dia bertanya: ”Bagaimana, jika ia membunuhku?” Beliau menjawab: ”kamu mati syahid.” dia tanya lagi: ”bagaimana jika aku membunuhnya?” Beliau menjawab: ”Dia masuk neraka.” (HR.Bukhari Nasa’i).
3.
Memberi Pelajaran Terhadap Penghianat Dan Penentang Islam Allah SWT. memerintahkan agar umat Islam memikirkan sifat jujur
dalam mengarungi pergaulan hidup dan selalu menepati janji serta menyempurnakan kewajiban-kewajiban. Sifat ini harus dimiliki oleh setiap Muslim, tidak berbuat dosa dan tidak berkhianat karena agama Islam memerintahkan kepada pemeliknya untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf serta melarang perbuatan yang mungkar dan keji. Allah SWT berfirman:
t⎦÷⎫t/ ΟçFôϑs3ym #sŒÎ)uρ $yγÎ=÷δr& #’n<Î) ÏM≈uΖ≈tΒF{$# (#ρ–Šxσè? βr& öΝä.ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ) * #ZÅÁt/ $Jè‹Ïÿxœ tβ%x. ©!$# ¨βÎ) 3 ÿ⎯ϵÎ/ /ä3ÝàÏètƒ $−ΚÏèÏΡ ©!$# ¨βÎ) 4 ÉΑô‰yèø9$$Î/ (#θßϑä3øtrB βr& Ĩ$¨Ζ9$#
92
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”. (QS An-Nisa’(4):58)
( ωôγyèø9$$Î/ (#θèù÷ρr&uρ 4 …çν£‰ä©r& xè=ö7tƒ 4©®Lym ß⎯|¡ômr& }‘Ïδ ©ÉL©9$$Î/ ωÎ) ÉΟŠÏKuŠø9$# tΑ$tΒ (#θç/tø)s? Ÿωuρ Zωθä↔ó¡tΒ šχ%x. y‰ôγyèø9$# ¨βÎ) ”Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 34) Di antara musuh-musuh Islam adalah kaum Yahudi, di mana mereka suka memperlakukan umat Islam dengan penuh kebohongan, penghinaan, tipu muslihat dan selalu memata-matai dunia Islam. Ketika Rasulullah SAW hijrah kekota Madinah Al- Munawarah, harta kekayaan mereka Jika perang berkobar, jangan sampai melupakan prinsip- prinsip yang telah di bangun oleh Rasulullah. Perang kemanusiaan yang murni karena Allah SWT harus tetap manusiawi, dalam wasilah-wasilahnya dan ketika gencarnya jalan peperangan.20 Dari sini lahir wasiat-wasiat yang tak pernah ada duanya dalam sejarah, seperti wasiat yang disampaikan Abu Bakar. Semasa kepemimpinan Muhammad dan Khulafaur Rasyidin antara lain diriwayatkan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq sebelum mengirim pasukan untuk berperang melawan pasukan Romawi, memberikan pesan pada pasukannya , yang kemudian menjadi etika dasar dalam perang yaitu:21 * Jangan berkhianat. * Jangan berlebih-lebihan. * Jangan ingkar janji. 20 21
Ibid, hlm. 112 Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad"
93
* Jangan mencincang mayat. * Jangan membunuh anak kecil, orang tua renta, wanita. * Jangan membakar pohon, menebang atau menyembelih binatang ternak kecuali untuk dimakan. * Jangan mengusik orang-orang Ahli Kitab yang sedang beribadah. Perang kemanusiaan yang disyariatkan di jalan Allah, bukan untuk kejahatan dan kezaliman. Perang ini terus terikat dengan prinsip-prinsip kemanusiaan yang penyayang hingga berakhir dengan damai atau menang, jika damai, semua perjanjian di dalamnya dihormati dan isi dari perjanjian itu wajib dilaksanakan. Hal ini telah diperintahkan oleh Allah dalam firmannya:
ô‰s%uρ $yδω‹Å2öθs? y‰÷èt/ z⎯≈yϑ÷ƒF{$# (#θàÒà)Ζs? Ÿωuρ óΟ›?‰yγ≈tã #sŒÎ) «!$# ωôγyèÎ/ (#θèù÷ρr&uρ šχθè=yèøs? $tΒ ÞΟn=÷ètƒ ©!$# ¨βÎ) 4 ¸ξŠÏx. öΝà6ø‹n=tæ ©!$# ÞΟçFù=yèy_ “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpahsumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”. (QS. An-Nahl, 91) Jika menang maka kemenangan itu merupakan kemenangan kelompok yang marah demi kebenaran dan mati syahid di jalan itu. Ketika memperoleh kemenangan maka yang hanya akan diperbuat mengokohkan tonggak-tonggak kebenaran di muka bumi serta menolak kerusakan dan keangkaraan ditengahtengah manusia. Inilah manusia dan peradaban yang dikatakan Allah dalam Al-Qur’an:
Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ (#ρãtΒr&uρ nο4θŸ2¨“9$# (#âθs?#u™uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r& ÇÚö‘F{$# ’Îû öΝßγ≈¨Ψ©3¨Β βÎ) t⎦⎪Ï%©!$# Í‘θãΒW{$# èπt6É)≈tã ¬!uρ 3 Ìs3Ζßϑø9$# Ç⎯tã (#öθyγtΡuρ
94
”Yaitu orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi, niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakt, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencgah dari perbuatan ang mungkar; dan kepda Allah lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj: 41) Ini merupakan pembatasan bagi perbuatan negara yang menang. Misinya setelah kemenangan adalah meningikan roh, mengangkat keadilan dalam masyarakat, tolong menolong untuk kebaikan dengan kemanfaatan manusia serta mencegah kejahatan dan kerusakan di bumi. Inilah prinsip-prinsip perang yang diajarkan Rasulullah, yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kasih sayang dan pemenuhan perjanjian, sebagi bentuk pesan moral etika perang Islam. Menutup bab ini, kita dapat mengambil simpulan bahwa formulasi etika perang sebenarnya adalah upaya untuk mempertahankan diri dalam lingkungan perang yang menantang dan dinamis. Termasuk di dalamnya adalah upaya-upaya untuk meraih keberhasilan dan aktivitas peperangan yang dilakukan.
95
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Inilah tujuan terbesar dari etika perang, dalam praktek yang telah dicontohkan Muhammad SAW yaitu: membebaskan manusia dari perbudakan manusia agar mereka menghamba hanya kepada Allah. Perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah perang yang dilakukan karena terpaksa, Nabi Muhammad SAW tidak menjadikan perang sebagai tujuan, bahkan tidak mengizinkan kepada pemeluknya kecuali untuk satu tujuan yang besar, yaitu perdamaian dan ketentraman. Perdamaian merupakan tujuan Islam yang utama, Jadi, peperangan dalam Islam hanya suatu keterpakasaan yang tidak bisa dihindari lagi dan tidak boleh direntang panjangkan. Allah SWT melarang kaum Muslimin mengadakan agresi dan mencegah membunuh musuh berlebihan. Kemudian yang menjadi muatan dari prinsip etika perang dalam Islam adalah: Yang pertama, prinsip membela aqidah atau kebebasan dalam menjalankan ibadah yang didasarkan bedasarkan ayat-ayat da Allah SWT. Kedua, membela kemerdekaan dan kebebasan umat atau negara juga didasarkan denga ayat-ayat Allaah SWT. Ketiga, Memberi pelajaran terhadap penghianat dan penentang Islam juga didasarkan dengan ayat-ayat Allah SWT.
B. Saran-Saran Setelah penulis menyelesaikan karya skripsi ini, maka ada hal-hal yang harus diperhatikan, pertama jangan melupakan isi pesan perang yang disampaikan
oleh Abu bakar saat perang, kedua dibolehkan berperang jika keadaan terpakasa yang tidak bisa di hindari lagi. Jika terjadi konflik seperti kekerasan ataupun perang, maka karya ini bias dijadikan rujukan, bagaimana hendaknya yang harus dilakukan jika kekerasan atau perang terjadi, dan langkah apa yang harus diambil jika perang berlangsung Jadi sebelum berperang, ataupun jika perang sedang berlangsung hendak jangan melupakan prinsip-prinsip dasar perang dan aspek muatan dari prensipprinsip perang itu sendiri, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yakni perang karena keterpakasaan yang tidak dapat dihindari lagi dan yang secara moral dapat bolehkan.
C. Penutup Demikian skripsi yang yang saya susun, yang mungkin jauh dari kesempurnaan, karena sebagai manusia pasti melakukan kesalahan dan mempunyai banyak kekurangan. Namun paling tidak, tulisan saya ini bisa ikut mewarnai kegiatan intelektual, sehingga tulisan ini dianggap suatu langkah awal untuk memikirkan ulang strategi pertahanan untuk keamanan dunia khususnya Indonesia. Kajian yang dilakukan di sini dimaksudkan untuk membuka gerbang bagi pengembangan suatu strategi pertahan dan perang yang menempatkan aspek moralitas sebagai pertimbangan primer, lebih mengutamakan eksplorasi alternatif-alternatif resolusi konflik sebelum memikirkan penggunaan instrumen perang dan terutama, tidak lagi melibatkan masyarakat sipil dalam aplikasi pertahanan tarjed operasi perang tanpa mempertimbangkan dampak-dampak fisik dan psikis yang mungkin terjadi akibat meletusnya kekerasan terorganisir. Untuk itu saran dan kritik yang membangun, saya harapkan demi riset dan penelitian lebih jauh dan bisa menjadi lebih baik lagi.
83
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Inilah tujuan terbesar dari etika perang, dalam praktek yang telah dicontohkan Muhammad SAW yaitu: membebaskan manusia dari perbudakan manusia agar mereka menghamba hanya kepada Allah. Perang yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah perang yang dilakukan karena terpaksa, Nabi Muhammad SAW tidak menjadikan perang sebagai tujuan, bahkan tidak mengizinkan kepada pemeluknya kecuali untuk satu tujuan yang besar, yaitu perdamaian dan ketentraman. Perdamaian merupakan tujuan Islam yang utama, Jadi, peperangan dalam Islam hanya suatu keterpakasaan yang tidak bisa dihindari lagi dan tidak boleh direntang panjangkan. Allah SWT melarang kaum Muslimin mengadakan agresi dan mencegah membunuh musuh berlebihan. Kemudian yang menjadi muatan dari prinsip etika perang dalam Islam adalah: Yang pertama, prinsip membela aqidah atau kebebasan dalam menjalankan ibadah yang didasarkan bedasarkan ayat-ayat da Allah SWT. Kedua, membela kemerdekaan dan kebebasan umat atau negara juga didasarkan denga ayat-ayat Allaah SWT. Ketiga, Memberi pelajaran terhadap penghianat dan penentang Islam juga didasarkan dengan ayat-ayat Allah SWT.
B. Saran-Saran Setelah penulis menyelesaikan karya skripsi ini, maka ada hal-hal yang harus diperhatikan, pertama jangan melupakan isi pesan perang yang disampaikan
oleh Abu bakar saat perang, kedua dibolehkan berperang jika keadaan terpakasa yang tidak bisa di hindari lagi. Jika terjadi konflik seperti kekerasan ataupun perang, maka karya ini bias dijadikan rujukan, bagaimana hendaknya yang harus dilakukan jika kekerasan atau perang terjadi, dan langkah apa yang harus diambil jika perang berlangsung Jadi sebelum berperang, ataupun jika perang sedang berlangsung hendak jangan melupakan prinsip-prinsip dasar perang dan aspek muatan dari prensipprinsip perang itu sendiri, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yakni perang karena keterpakasaan yang tidak dapat dihindari lagi dan yang secara moral dapat bolehkan.
C. Penutup Demikian skripsi yang yang saya susun, yang mungkin jauh dari kesempurnaan, karena sebagai manusia pasti melakukan kesalahan dan mempunyai banyak kekurangan. Namun paling tidak, tulisan saya ini bisa ikut mewarnai kegiatan intelektual, sehingga tulisan ini dianggap suatu langkah awal untuk memikirkan ulang strategi pertahanan untuk keamanan dunia khususnya Indonesia. Kajian yang dilakukan di sini dimaksudkan untuk membuka gerbang bagi pengembangan suatu strategi pertahan dan perang yang menempatkan aspek moralitas sebagai pertimbangan primer, lebih mengutamakan eksplorasi alternatif-alternatif resolusi konflik sebelum memikirkan penggunaan instrumen perang dan terutama, tidak lagi melibatkan masyarakat sipil dalam aplikasi pertahanan tarjed operasi perang tanpa mempertimbangkan dampak-dampak fisik dan psikis yang mungkin terjadi akibat meletusnya kekerasan terorganisir. Untuk itu saran dan kritik yang membangun, saya harapkan demi riset dan penelitian lebih jauh dan bisa menjadi lebih baik lagi.
83
Daftar pustaka Amstrong Karen, Muhammad Biografi Sang Nabi, (terj. Joko Sudaryanto, judul asli; Muhammad a Biography The Prophet, Jendela, Yogyakarta, 2001) As-Shiddeiqy Hasbi, al-Islam, (Jakarta, Mutiara, cet. II, 1952) Aziz Abdul, Perang Dan Damai Dimasa Pemerintahan Rasulullah, (terj. H. Syalim Basyarahil, Judu Asli, Muhammad Bainal Harbi Wssalami, Jakarta: Ngema Insani Press, 1991) As-Sidiqy Tengku Muhammad sawhasby, Tafsir al-Qur’anul Majid, (Semarang: Pustaka Rizki cet. II, 1995) Ali Abul Hasan Al-Hasani An-nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw,(Yogyakarta: Mardiyyah press, 2006)
As-Siba’I Mustafa, Pearadaban, Islam Dulu, Kini Dan Esok. (kota pnerbit tahun: tidak diketahui) Departemen agama republic Indonesia , (Jakarta: CV. Alwaah, 1989)
Al-Qur’an dan terjemahannya,
Faisal Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, (usaha nasional, Surabaya, 1982) Hadi Sutrisno, Metode Riset, (Fakultas Spikologi Unifersitas Gajah Mada, 1987) Hamid Abdul Al- Khatib, Ketinggian Risalah Nabi Muhammad saw Saw, (Jakarta: Bulan Bintang, Jilid I, Cetakan Pertama, 1976) http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=122561&ka t_id=105&kat_id1=147&kat_id2=291 http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=122561&ka t_id=105&kat_id1=147&kat_id2=291 http://id.wikipedia.org/wiki/Jihad Hadjar Ibnu, Dasr-Dasar Metodologgi Penelitian Kuantitatif Dan Pendidikan, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996) http://ical88.Wordpress.com/2007/11/01/biografi-Nabi-Muhammad-saw/ http://members.tripod.com/~Dipintusepi/hijrah2.html Ibrahim Teuku Al-fian, Metode Dan Metodologi Sejarah, makalah, ________ )
84
Ismail Tahia al-, Tarikh Muhammad saw; Teladan Perilaku Ummat, (terj. A.. Nasir Budiman, Judul Asli, The Life Of Muhammad: His Life Based On The Earliest Sources, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996) Johnson James Turner, Perang Suci Atas Nama Tuhan: Dalam Tradisi Barat Dan Islam, (terj. Ilyas Hasan, jdl. Asli; The Holy War Idea In Western And Islmamic Tradition, Bandung; pustaka hidayah, 1997) Kunto Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Rineka Cipta, Jakarta, 1991) Komarudin, Kamus Riset, (Angkasa, Bandung, 1984), hlm. 120 Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan terjemahnya, CV. Alwaah, Semarang, 1989) Larry May, Etika Terapan; Sebuah Pendekatan Multi Cultural, (terj. Sinta Carolina, judul asli, Applied etick; a Multicultural Approach, Yogyakarta: Tiara Wacana, , 2001)
Muhadjir Nueng, Yogyakarta, 1992)
Metodologi
Penelitian
Kualitatif,
(Rake
Sarasian,
Muliong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Remaja Rodakarya, Bandung, 2001) Malaka Tan, Pandangan Hidup, Yogyakarta: CV. Adipura, cet I Nasution Deby, Kedudukan Militer Dalam Islam Dan Peranannya Pada Masa Rasulullah Saw, Tiara Wacana, IKAPI, Yogyakarta, 2003) Nazir Moh, Metode Penelitian, (Ghalia Indonesia, Jakarta 1998), hlm. 62
Nawawi Hadlir, Penelitian Terapan, (Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta, 1996) Pimay Wafiyah Awaluddin, Sejarah Dakwah, (Semarang: RaSAIL cet. I, 2005)
Renier G.J., History; Its Purpose End Mothod (dikutip, misri A. Muchsin,. Filsafat Sejarah Dalam Islam, Khasanah Pustaka Indonesia 2002) Rahman Afzalur, Nabi Muhammad Sebagi Seorang Pemimpin Militer, (terj. Annas Siddik, judul asli, Muhammad As Military Leader, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
85
Ramadhan Muhammad said, sirah nabawiyah; analisis ilmuah manhajiah terhadap sejarah pergerakan Islam di masa rasulullah saw, (kota, penerbit, tahun tidak diketahui) Ridwan Nur Khalik, Detik-Etik Pembongkaran Agama; Mempopulerkan Agamankebajikan, Menggagas Pluralisme-Pembebasan, (Yogyakart: Naskah Nusantara, 2003) Siddieqy Hasbi Ash-, Al- Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) Sadzalis Munawwir, Islam dan tata Negara; ajaran sejarah dan pemikiran, (Jakarta, UI Press, 1993) Shafiyyurahman Syaikh Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, (tej. Khatur Syuhardi., judul asli. Ar-Rahiqul Makhtum, Jakarta: pustaka kaustar, 1997) Tresna Yauana Ryan, Art Of War, Menejemen Strategi Dibalik Kemenangan Rasulullah saw, (progresso, bandung, 2007)
Tholfson Trygve R., Historical Thingking, (dikutip, Misry A. Muchsin, Filsafat Sejarah Dalam Islam, Khazanah Pustaka Indonesia, 2002)
Yasien Asy Syekh Khalil, Muhammad Dimata Cendikiawan Barat, ( cetakan, kota, tahun tidak diketahui) Yahya Imam, Tradisi Militer Dalam Islam, (Logung Pustaka, Yogyakarta, 2003) Yusuf Jamal Al-Khulafat, Seni Dan Strategi Perang Masa Rasulullah, (terj. Ahmad Assahili, Izzan Pustaka Yogayakarta, 2002)
86