HUBUNGAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI BKIA DAUH PURI DENPASAR BARAT
Christin Abednego NPM : 09.8.03.81.41.1.5.066
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014
HUBUNGAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI BKIA DAUH PURI DENPASAR BARAT
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh : Christin Abednego NPM : 09.8.03.81.41.1.5.066
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Ni Luh Pt. Sri Maryuni A., drg.,M. Biomed. NPK.827 203 220
ii
I Pt. Yudhi Astaguna W., drg.,M. Biomed. NPK. 826 794 201
Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul :“Hubungan Gingivitis pada Ibu Hamil Trimester III terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat” yang telah dipertanggungjawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 27 Februari 2014. Maka atas nama Tim Penguji Skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan. Denpasar, 27 Februari 2014 Tim Penguji Skripsi FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar Ketua,
Ni Luh Pt. Sri Maryuni A., drg.,M. Biomed. NPK. 827 203 220
Anggota :
Tanda Tangan
1. I Pt. Yudhi Astaguna W., drg., M. Biomed. NPK. 826 794 201 2. Hervina, drg. NPK. 828 307 369
1. ………………….. 2. ……………….....
Mengesahkan, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Maharaswati Denpasar
Putu Ayu Mahendri Kusumawati, drg., M. Kes., FISID NPK. 19590512 198903 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kasih setia dan kemurahan Sang Pencipta sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan penulis untuk memenuhi satuan kredit semester (SKS) dalam rangka mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada : 1. Drg. Ni Putu Sri Maryuni A., M. Biomed. selaku Dosen Pembimbing I dan Drg. I Putu Yudhi Astaguna W., M. Biomed. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bermurah hati serta banyak meluangkan waktu dalam membimbing, memberi semangat, mendukung, mengarahkan, dan memberi petunjuk kepada penulis hingga selesainya skripsi ini dengan baik. 2. Drg. Hervina selaku Dosen Penguji yang telah bermurah hati bersedia menguji, mengoreksi, dan memberikan masukan kepada penulis. 3. Seluruh staf pengajar bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar yang telah mendukung kelancaran skripsi ini. 4. Kepala dan staf Puskesmas II Denpasar Barat yang telah bersedia mengijinkan dan membimbing dalam proses penelitian. 5. Pemimpin dan staf BKIA Dauh Puri Denpasar Barat yang telah bersedia bekerjasama, membantu, dan mendukung penelitian.
iv
6. Responden penelitian yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menyempatkan waktu untuk penelitian. Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang terdalam kepada orang tua, kakak, nenek, tante, dan sahabat yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai, kepada seluruh keluarga, temanteman Carabelli dan kakak tingkat yang telah membantu dan menyemangati. Semoga kiranya Sang Maha Pengasih memberkati Bapak, Ibu, serta rekan-rekan semua. Akhir kata penulis memohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.
Denpasar, 27 Februari 2014
Penulis
v
Hubungan Gingivitis pada Ibu Hamil Trimester III terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat
Abstrak
BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak) merupakan tempat yang sebagian besar pengunjungnya adalah pasien yang memeriksakan kandungannya, pasien yang akan bersalin, dan pasien yang memeriksakan kesehatan bayinya. BKIA Dauh Puri Denpasar Barat merupakan salah satu tempat yang dikunjungi oleh sebagian besa rmasyarakat yang kurang memahami pentingnya perawatan gigi dan mulut sehingga berpeluang terjadinya gingivitis pada ibu hamil khususnya yang telah menginjak trimester III. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional (cohort) dengan mengambil 28 sampel gingivitis dan 28 sampel non gingivitis. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat.
Kata Kunci : BKIA Dauh Puri, ibu hamil trimester III, gingivitis, berat badan bayi baru lahir
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………….... i Halaman Persetujuan Pembimbing …………………………………………….. ii Halaman Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan ………………………….. iii KATA PENGANTAR …………………………………………………………... iv ABSTRAK ………………………………………………………………………. vi DAFTAR ISI …………………………………………………………………... . vii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… viii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….... ix DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….. x DARTAR SINGKATAN ………………………………………………………. xi I. PENDAHULUAN …………………………………………………………... 1 1.1 Latar Belakang ……………………..…………………………………..... 1 1.2 Rumusan Masalah ..…………………………………..………………….. 4 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 5 1.4 Hipotesis ……………………………………………………………… …. 5 1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………………….…. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………… 7 2.1 Gingiva ………………………………………………………………….... 7 2.2 Gingivitis …………………………………………………………………. 9 2.3 Kehamilan ……………………………………………………………… 15 2.4 Kehamilan pada Trimester Tiga ……………………………………… .. 18 2.5 Hubungan Kehamilan dengan Pregnancy Gingivitis …………………… 19 2.6 Berat Badan Bayi Baru Lahir …………………………………………... 21 2.7 Hubungan Pregnancy Gingivitis Ibu Hamil terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir ………………………………………………………………. 25 III. METODE PENELITIAN ………………………………………………… … 29 3.1 Rancangan Penelitian …………………………………………………... 29 3.2 Populasi dan Sampel ………………………………………………….... 29 3.3 Lokasi dan Waktu ……............................................................................ 31 3.4 Variabel Penelitian ………………………………………………………31 3.5 Definisi Operasional ………………………………………………….....32 3.6 Alat dan Bahan ………………………………………………………… 32 3.7 Jalan Penelitian …………………………………………………………..33 3.8 Alur Penelitian …………………………………………………………...33 3.9 Analisis Data ……………………………………………………………..34 IV. HASIL PENELITIAN ………………………………………………………...36 4.1 Deskriptif Data …………………………………………………………... 36 4.2 Uji Normalitas …………………………………………………………… 37 4.3 Pengujian Hipotesis ……………………………………………………… 37 V. PEMBAHASAN …………………………………………………………….. 38 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………... 41 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 4.1.1
Tabel 4.2.1 Tabel 4.3.1
Skor Indeks Gingiva …………………………………………….. 15 Seluruh berat badan bayi baru lahir dan skor gingivitis yang diderita ibu hamil trimester III yang ditemukan di BKIA DauhPuri Denpasar Barat ……………………………………….. 36 Hasil uji normalitas data berat badan bayi baru lahir antara ibu hamil menderita gingivitis dan non gingivitis ………………….. 37 Perbedaan rerata berat badan bayi baru lahir antara ibu hamil menderita gingivitis dan non gingivitis dengan menggunakan independent T-Test……………………...………... 37
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Pregnancy Gingivitis……………………………...……………….. 14
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ………… Tabel jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh ibu hamil trimester III Tabel pekerjaan ibu hamil trimester III Tabel rutinitas gosok gigi ibu hamil trimester III setiap hari selama kehamilan Tabel Skor Gingivitis Tabel hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir di BKIA DauhPuri Denpasar Barat Tabel kunjungan ibu hamil ke dokter gigi selama kehamilan Lampiran 2 ………… Tabel uji komparasi data kuantitatif menggunakan Independent Sample T-test Tabel hasil uji komparasi data kuantitatif menggunakan Independent Sample T-test Lampiran 3 ………… Lampiran Gambar Lampiran 4 ………… Surat-surat ijin penelitian
x
DAFTAR SINGKATAN
1.
BB
: Berat Badan
2.
BBL
: Berat Badan Lahir
3.
BBLR
: Berat Badan Lahir Rendah
4.
BKIA
: Balai Kesehatan Ibu dan Anak
5.
CRL
: Crown-rump length
6.
GI
: Gingiva Indeks
7.
IL-1
: Interleukin-1
8.
IL-6
: Interleukin-6
9.
IL-1β
: Interleukin-1β
10.
LPS
: Lipopoli-sakarida
11.
MMP
: Matriksmetaloproteinase
12.
PGE2
: Prostaglandin E2
13.
PMN
: Polimorfonuklear
14.
Pustu
: Puskesmas Pembantu
15.
RT
: Rumah Tangga
16.
TNF
: Tumor Necrotic Factor
17.
TNF-α
: Tumor Necrotic Factor-α
18.
WHO
: World Health Organization
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penduduk di Negara Indonesia sebanyak 60%, yang di desa maupun di
kota memiliki masalah penyakit gigi dan mulut. Berdasarkan survei salah satunya ialah penyakit periodontal sebesar 87,84%. Terjadinya peningkatan prevalensi ini seiring dengan meningkatnya usia dan gejala yang dijumpai pada seluruh populasi (Ekaputri dan Sjahruddin 2005). Menurut Ekaputri dan Sjahruddin (2005) salah satu populasi yang rentan terhadap penyakit periodontal ialah populasi ibu hamil. Secara klinis pada populasi ibu hamil terdapat perubahan inflamatori pada gingiva. Inflamasi ini ditemukan pada 30%-100% ibu hamil dan keadaan ini disebut sebagai pregnancy gingivitis. Gingivitis pada ibu hamil tidak akan timbul tanpa adanya faktor lokal atau keradangan gingiva karena akumulasi plak dan bakteri pada gingiva yang mendahului sebelum kehamilan, sedangkan faktor sistemik yaitu meningkatnya kadar hormon gonadotropin, estrogen, dan progesteron selama masa kehamilan merupakan faktor sekunder yang memperparah peradangan gingiva. Kehamilan bukanlah penyebab langsung dari pregnancy gingivitis, melainkan tergantung pula pada tingkat kebiasaan kebersihan mulut pasien (Hasibuan 2004). Penelitian Habashneh dkk. (2005) melaporkan bahwa terdapat kurangnya pengetahuan, mengenai hubungan kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut, dimana hanya 49% responden yang melakukan kunjungan ke dokter gigi. Perilaku kunjungan ke
1
2
dokter gigi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti faktor personal, status ekonomi dan pengetahuan mengenai hubungan kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut. Gingivitis ini pada umumnya terjadi pada trimester kedua kehamilan dan secara progresif meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Ibu hamil dengan gingivitis memiliki faktor resiko terjadinya bayi lahir dengan berat badan rendah (Hartati, Rusmini, dan Waluyo 2011). Kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah (BBLR) masih menjadi masalah di negara maju maupun di negara berkembang. Kelahiran bayi BBLR kurang bulan merupakan penyumbang besar pada kematian perinatal dan kesakitan neonates jangka pendek maupun jangka panjang (Santoso, Aditya, dan Retnoningrum 2009). Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Sebanyak 29% kematian bayi secara langsung di Indonesia dikarenakan BBLR (Proverawati dan Ismawati 2010). Berdasarkan penelitian yang dipaparkan oleh Peterson (2007) sebanyak 60% hingga 75% kebanyakan dari ibu hamil menderita gingivitis. Survei Kesehatan Nasional tahun 2002 menyebutkan 67% dari ibu hamil yang menderita gingivitis melahirkan bayi secara prematur. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mencatat gingivitis merupakan masalah mulut dan gigi yang sering menimpa ibu hamil dimana 5%-10% mengalami pembengkakan gusi. Catatan PDGI diperkuat temuan Journal of Periodontology yang diterbitkan tahun 1996. Riset itu mencatat 7 dari 10 perempuan hamil yang menderita radang gingiva
3
berpotensi besar memiliki anak yang lahir secara prematur. PDGI mencatatat bahwa 7 dari 10 wanita hamil yang menderita gingivitis berpotensi besar memiliki anak yang lahir prematur (Republika 2009). Kejadian kelahiran bayi BBLR kurang bulan tahun 2003 di Indonesia sebanyak 90 dari 1000 kelahiran (Santoso, Aditya, dan Retnoningrum 2009). Penelitian Sularko pada tahun 1973 di Bandung terhadap 895 ibu hamil terdapat kelainan gigi dan mulut yaitu radang gigi menahun 67% , radang akut 5%, hiperplasia gingiva 1,1%, atropi gingiva 0,1%, sedangkan yang bebas dari kelainan hanya 27,3% (Manuaba 2000). Perubahan jasmani terjadi pada masa kehamilan ibu hamil menyebabkan kelahiran bayi prematur. Perubahan ini dapat berupa infeksi daerah gigi dalam bentuk gingivitis karena kebersihan mulut yang kurang dijaga serta kurangnya kalsium dalam makanan yang diasup. Kurangnya kebersihan mulut pada ibu hamil karena terjadinya mual dan muntah, hipersalivasi, regurgitasi sehingga mulut terasa asam, dan hipersalivasi pada beberapa orang yang meningkatkan kesulitan ibu hamil untuk makan (Manuaba 2006).
4 Kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena terjadinya bayi yang terlahir dengan BBLR mungkin dikarenakan penyakit maternal dan fetal sebagai faktor yang diduga, bayi dengan BBLR mempunyai risiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi, dampak psikologis dan neurologis setelah hidup akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya,masih ada peluang untuk memberikan terapi sehingga upaya menurunkannya dapat dilakukan, serta diagnosis dugaan akan terjadinya kelahiran dengan BBLR cukup sulit bahkan perlu menggunakan alat canggih (Manuaba 2003). Menurut penelitian Retnoningrum (2006) dalam jurnalnya yang berjudul Gingivitis pada Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko Terjadinya Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kurang Bulan di RS. Dr. Kariadi Semarang menyimpulkan bahwa ada hubungannya pregnancy gingivitis pada ibu hamil terhadap berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dengan risiko gingivitis pada ibu hamil 8,75 kali mengalami kelahiran bayi BBLR kurang bulan (POR=8,75 95 % CI=2,56 – 29,94) dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami gingivitis, dengan tingkat kemaknaan p=0,000.
1.2
Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, permasalahan yang timbul adalah
apakah ada hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir?
5 1.3
Tujuan Adapun tujuan penelitiaan ini adalah untuk mengetahui apakah ada
hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir.
1.4
Hipotesis Hipotesis yang dapat diajukan ialah adanya hubungan gingivitis pada ibu
hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir di Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat, dimana ibu yang mengalami gingivitis memiliki resiko kelahiran bayi dengan berat badan rendah lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak mengalami gingivitis.
1.5
Manfaat Penelitian hubungan gingivitis ibu hamil trimester III terhadap berat badan
bayi baru lahir ini memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat aplikasi : a. Sebagai bahan tambahan dalam penyuluhan agar masyarakat tahu pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta hubungannya terhadap kehamilan. b. Memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat khususnya ibu hamil untuk menjaga kebersihan mulut sehingga dapat menurunkan angka kelahiran bayi dengan berat badan lebih rendah.
6
2. Manfaat Ilmiah : a. Memberikan informasi mengenai hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir. b. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan bagi para ahli di bidang medis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Gingiva Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi linger (ridge alveolar), yang merupakan bagian dari apparatus pendukung gigi, periodonsium, dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan. Jaringan rongga mulut terpapar terhadap sejumlah besar stimulus, temperatur, dan konsistensi makanan dan minuman, komposisi kimiawi, asam dan basa sangat bervariasi. Gingiva yang sehat berwarna merah muda, tepinya seperti pisau sesuai dengan kontur gigi geligi (Manson dan Eley 1993).
2.1.1
Bagian-bagian gingiva Fedi, Vernino, dan Gray (2005) mengungkapkan beberapa istilah
mengenai gingiva sebagai berikut : 1. Marginal gingiva / gingival bebas, merupakan bagian gingiva yang mengelilingi leher gigi, tidak melekat secara langsung pada gigi dan membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Bagian gingiva ini meluas dari tepi gingiva hingga ke ceruk (groove) gingiva. 2. Ceruk gingiva, yaitu garis dangkal atau lekukan pada permukaan gingiva yang memisahkan gingiva bebas dan gingiva cekat. Biasanya
7
8
ceruk gingiva ini dikaitkan dengan lokasi dasar sulkus gingiva, walaupun tidak selalu sama. Ceruk ini tidak selalu ada pada setiap orang. 3. Gingiva berkeratin, ialah bagian gingiva berkeratin yang meluas dari tepi gingiva ke permukaan mukogingiva. Lebar gingiva berkeratin ini bervariasi antara kurang dari 1mm hingga 9 mm. Lebar gingiva cekat cukup dapat dikatakan sebagai banyaknya jaringan berkeratin yang penting untuk mempertahankan tepi gingiva dalam posisi stabil dan kondisi yang sehat. 4. Gingiva cekat, ialah bagian gusi yang meluas ke apikal dari daerah ceruk gingiva bebas (free gingival groove) ke arah pertemuan mukogingiva. Secara normal, gingiva cekat dilapisi oleh epitel ke jaringan ikat. 5. Pertemuan mukogingiva yaitu garis berlekuk-lekuk yang memisahkan antara gingiva berkeratin dengan mukosa alveolar. 6. Ceruk interdental, adalah ceruk vertikal, sejajar dengan sumbu panjang gigi yang terdapat pada daerah interdental gingiva cekat. 7. Papilla interdental, ialah bagian gingiva yang mengisi ruang interproksimal antara dua gigi yang bersebelahan. Bagian ini berbentuk konkaf, melekuk seperti sadel dan dinamakan col bila dilihat dari arah fisio-lingual. 8. Sulkus gingiva (krevis), merupakan ruang / celah yang dibatasi oleh gigi dan gingiva bebas serta didasari oleh epitelium jungsional (penghubung).
9 9. Epitel
gingiva,
yaitu
epitel
pipih
berlapis,
berkeratin
atau
berparakeratin, kecuali bagian yang melapisi sulkus gingiva. 10. Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coralpink) hal ini disebabkan oleh adanya suplai darah, tebal dan derajat lapisan keratin epithelium serta sel-sel pigmen. Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneus. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna kulit yang gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna pada alveolar mukosa lebih merah, hal ini disebabkan oleh karena alveolar mukosa tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis (Daliemunthe 2008). 11. Kontur dan besar gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan susunan gigi geligi pada lengkungan, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan dimensi embrasure (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papil menutupi bagian interdental, sehingga tampak lancip (Daliemunthe 2008). 12. Gingiva melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal (Daliemunthe 2008).
2.2
Gingivitis Gingivitis ialah inflamasi pada gingiva di mana tidak terjadinya
kehilangan perlekatan. Pemeriksaan klinis gingivitis mendapati gambaran kemerahan di margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi,
10 perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva (pseudopockets / poket semu). Sebagian besar tipe gingivitis disebabkan oleh plak meskipun faktor sekunder dapat berpengaruh terhadap manifestasi klinis (Fedi, Vernino, dan Gray 2005). Gingivitis atau peradangan pada gingiva, menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal. Gingivitis sering terjadi dan bisa timbul kapan saja setelah timbulnya gigi dengan salah satu gejalanya ialah gingiva tampak merah. Peradangan pada gusi dapat terjadi pada satu atau dua gigi. Gingiva menjadi mudah berdarah karena rangsangan kecil seperti saat menyikat gigi, atau bahkan tanpa rangsangan, perdarahan pada gingiva dapat terjadi kapan saja (Ubertalli 2008). Gingivitis merupakansuatu inflamasi pada gingiva yang biasanya disebabkan oleh akumulasi plak. Secara klinis gingivitis seringkali ditandai dengan adanya perubahan warna, perubahan bentuk, dan perubahan konsistensi (kekenyalan), perubahan tekstur, dan perdarahan pada gusi. Gingivitis sering dijumpai pada masyarakat, karena dapat menyerang
semua umur dan jenis
kelamin (Retnoningrum 2006).
2.2.1
Pregnancy Gingivitis Kehamilan merupakan proses alamiah yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada wanita yang mencakup perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan-perubahan saat kehamilan dapat memengaruhi kesehatan sistem didalam tubuh dan mengakibatkan terjadinya perubahan pada beberapa bagian tubuh termasuk rongga mulut. Salah satu perubahan yang terjadi pada masa
11
kehamilan yaitu terjadinya perubahan hormonal yang menyebabkan terjadinya respon plak berlebih dan mengakibatkan terjadinya pregnancy gingivitis (Yoto, H. dkk. 2013). Wanita yang menderita gingivitis menjadi lebih parah apabila wanita tersebut dalam keadaan hamil atau disebut pregnancy gingivitis atau radang gusi selama kehamilan (Retnoningrum 2006). Istilah pregnancy gingivitis dibuat untuk menggambarkan keadaan klinis peradangan gingiva yang terjadi pada kebanyakan ibu hamil (Hartati, Rusmini, dan Waluyo 2011). Pregnancy gingivitis ditemukan pada 80 - 100% ibu hamil, terjadi pada trimester dua dan tiga masa kehamilan, meningkat pada bulan kedelapan dan menurun setelah bulan kesembilan (Yoto, H. dkk. 2013). Barber dan Graber (1974); Pin borg(1994); Scully dan Cawson (1995) memaparkan bahwa perubahan gingiva mulai terlihat sejak bulan kedua dari kehamilan. Keadaan ini ditandai dengan gingiva yang membengkak, merah dan mudah berdarah, sering terjadi pada regio molar, terbanyak pada regio anterior dan interproximal (Susanti 2003).
12
Fedi, Vernino, dan Gray (2005) menyebutkan pregnancy gingivitis disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon seks wanita yang meningkat dan vaskularisasi gingiva sehingga terjadi perubahan permeabilitas kapiler dan meningkatkan retensi cairan di jaringan sehingga memberikan respon yang berlebihan terhadap faktor iritasi lokal. Faktor iritasi lokal dapat berupa rangsangan lunak, yaitu plak, bakteri dan sisa-sisa makanan, maupun berupa rangsang keras seperti kalkulus, tepi restorasi yang tidak baik, gigi palsu dan permukaan akar yang kasar. Kehamilan bukanlah menjadi penyebab langsung dari pregnancy gingivitis, tetapi juga tergantung pada tingkat kebiasaan kebersihan mulut pasien. Secara klinis, pregnancy gingivitis ditandai dengan warna merah pada tepi gingiva dan papilla interdental. Pada waktu yang sama, gingiva membesar, disertai pembengkakan yang terutama menyerang papilla interdental. Gingiva memperlihatkan kecenderungan yang meningkat terhadap pendarahan terutama pada saat menyikat gigi. Kadang-kadang penderita mengalami sedikit rasa sakit (Hasibuan 2004).
2.2.2
Tanda-tanda gingivitis Menurut Be Kien Nio (1987), gingivitis merupakan tahap awal dari
penyakit periodontal, gingivitis biasanya disertai dengan tanda-tanda sebagai berikut :
13
1. Gingiva biasanya berwarna merah muda menjadi merah tua sampai ungu
karena
adanya
vasodilatasi
pembuluh
darah
sehingga
terjadisuplai darah berlebihan pada jaringan yang meradang. 2. Bila menggosok gigi biasanya pada bulu sikat ada noda darah oleh karena adanya perdarahan pada gingiva di sekitar gigi. 3. Terjadinya perubahan bentuk gingiva karena adanya pembengkakan. 4. Timbulnya bau nafas tidak enak. 5. Pada gingivitis yang lebih parah tampak adanya nanah di sekitar gigi dan gingiva.
2.2.3
Proses terjadinya gingivitis Plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di region interdental yang
terlindung, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil pada lesi awal, di sebelah apikal dari epithelium fungsional khusus yang merupakan perantara hubungan antara gingiva dan gigi yang terletak pada dasar leher gingiva, tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap ini. Perubahan inflamasi awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva bila deposit plak masih ada.
14 Tanda-tanda klinis pada tahap ini dari inflamasi makin jelas terlihat. Papilla interdental menjadi sedikit lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah pada sondase, dalam waktu dua sampai seminggu akan terbentuk gingivis yang lebih parah. Gingiva sekarang berwarna, bengkak dan mudah berdarah (Manson dan Eley 1993).
Gambar 2.1.Pregnancy Gingivitis
2.2.4
Indeks untuk mengukur gingivitis Gingivitis diukur dengan gingiva indeks. Indeks adalah metode untuk
mengukur kondisi dan keparahan suatu penyakit atau keadaan pada individu atau populasi. Indeks digunakan pada praktek di klinik untuk menilai status gingiva pasien dan mengikuti perubahan status gingiva seseorang dari waktu ke waktu, pada penelitian epidemiologis, gingiva indeks digunakan untuk membandingkan prevalensi gingivitis pada kelompok populasi, dan untuk menilai efektifitas suatu pengobatan atau alat (Swastini, I. A. A. Pt. 2011). Menurut Retnoningrum (2006) gingiva indeks pertama kali diusulkan pada tahun 1963 oleh Loe H. dan Silness J. untuk menilai tingkat keparahan dan
15
banyaknya inflamasi gingiva pada seseorang atau pada subjek di kelompok besar populasi. Menurut metode ini keempat area gingiva pada masing-masing gigi (fasial, mesial, distal, dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi skor dari 0 sampai 3. Penilaiannya adalah : 0 = Gingiva normal, tidak ada peradangan, tidak ada perubahan warna, dan tidak ada perdarahan. 1 = Peradangan ringan : terlihat ada sedikit perubahan warna dan sedikit edema, tetapi tidak ada perdarahan saat probing. 2 = Peradangan sedang : warna kemerahan, adanya edema, dan terjadi perdarahan saat probing. 3 = Peradangan berat : warna merah terang atau merah menyala, adanya edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan. Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor gingiva. Tabel 2.1 Skor Indeks Gingiva Skor Indeks Gingiva Kondisi Gingiva 0,1-1,0 Gingivitis ringan 1,1-2,0 Gingivitis sedang 2,1-3,0 Gingivitis parah
2.3
Kehamilan Kehamilan merupakan peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang
wanita dan keluarganya untuk memperoleh keturunan. Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan adalah suatu proses fisiologis
16
yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada tubuh perempuan, baik fisik maupun psikis. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Hamilton 1995). Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan : 1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih / spermatozoa pria. 2. Pembelahan sel (zigot) hasil pembuahan tersebut. 3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal : implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri). 4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot - embrio - janin menjadi bakal individu baru. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena adanya perubahan jumlah hormon estrogen dan progesteron yang mengalami peningkatan sehingga mempengaruhi kondisi ibu. Biasanya selama kehamilan ibu mengalami berbagai keluhan seperti nyeri, mual, muntah, termasuk keluhan sakit gigi dan mulut. Kondisi gigi dan mulut ibu hamil terutama terlihat pada gingiva yang seringkali ditandai dengan adanya pembesaran gusi yang mudah berdarah karena perubahan pada sistem hormonal dan vaskuler bersamaan dengan faktor iritasi lokal dalam rongga mulut (Adyatmaka 1992). Wanita hamil biasanya merasa lesu, mual dan kadang- kadang mengalami muntah-muntah pada kehamilan trimester pertama (Adyatmaka 1992). Perubahan vaskular pada masa kehamilan ditandai dengan meningkatnya volume darah
17 sekitar 30% dan kardiak output sekitar 20 - 40%. Terjadi sedikit penurunan tekanan darah dengan kemungkinan terjadinya kehilangan kesadaran dan postural hipotension pada trimester pertama. Perkembangan janin selama tiga bulan pertama dari kehamilan merupakan suatu proses
yang kompleks dari
organogenesis. Semua sistem utama organ terbentuk dan janin sangat sensitif terhadap injuri pada masa ini (Hasibuan 2004).. Selama trimester kedua pembesaran perut mulai terlihat dari gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu (Adyatmaka 1992). Trimester kedua dan ketiga adalah untuk pertumbuhan selanjutnya dan kematangan janin (Hasibuan 2004). Kehamilan trimester ketiga adalah trimester terakhir pada kehamilan, dimulai dari minggu ke-28 sampai minggu ke-40. Periode ini adalah fase yang penting untuk pertambahan berat bayi, juga periode dimana masalah obstetri (perawatan selama kehamilan) danmedis dapat berkembang. Beberapa masalah obstetrik yang dapat terjadi antara lain perdarahan antepartum (saat melahirkan) yang disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, prematuritas, pertumbuhan janin terhambat dan kehamilan serotinus (Destaria 2011). Rasa lesu,mual dan muntah-muntah biasanya menghilang pada akhir trimester ini. Detak jantung janin dapat didengar dengan menggunakan stetoskop. Perubahan hormonal yang dapat mempengaruhi rongga mulut terjadi juga dapat terjadi pada trimester ketiga. Pembesaran perut, pergerakan janin dan detak jantung janin menjadi lebih jelas (Adyatmaka 1992).
18 2.4
Kehamilan pada Trimester Tiga Kehamilan trimester tiga ibu hamil terjadi pada minggu ke-28 sampai
dengan minggu ke 38-42. Karakteristik utama perkembangan intrauterin pada trimester ketiga adalah penyempurnaan struktur organ khusus / detail dan penyempurnaan fungsi berbagai sistem organ. Satu karakteristik perkembangan akhir masa janin adalah perlambatan pertumbuhan kepala relatif terhadap pertumbuhan badan. Awal bulan ke-3, ukuran kepala merupakan separuh ukuran kepala-bokong (crown-rump length / CRL), tetapi sejak awal bulanke-5, ukuran kepala relatif berkurang menjadi sepertiga dari CRL,sampai pada saat lahir ukuran kepala hanya seperempat dari CRL.Hal ini disebabkan peningkatan pertumbuhan badan dan ekstremitas, bersama dengan penurunan pertumbuhan kepala.
2.4.1
Perubahan Setiap Bulan Kehamilan Trimester Tiga Tanu (2008) menyebutkan adanya perubahan pada janin sebagai berikut : 1. Minggu ke 25-26 Janin sudah bisa bernafas, mengatur temperatur tubuhnya, semakin tanggap terhadap suara, gerakan bola mata semakin sering, panjang janin mencapai 29-35 cm, dan beratnya mencapai 1500-2500 gram.
2. Minggu ke 27-32 Ukuran janin 2/3 dari ukuran bayi saat lahir, kulit dari transparan menjadi buram, banyak kerutan, terbentuk zat surfactant dalam paru-
19
paru, lapisan lemak-lemak di bawah kulit, paru-paru dan saluran pencernaan sudah sempurna, sudah mengisap jempol, panjangnya mencapai 35-40 cm dan beratnya mencapai 2500-3000 gram.
3. Minggu ke33-34 Seluruh bagian rahim terisi oleh janin sehingga janin susah bergerak, panjang janin mencapai 40-45 cm, dan beratnya mencapai 3000-3500 gram.
4. Minggu ke 35-36 Posisi janin telah menurun masuk ke dalam panggul ibunya, panjangnya mencapai 46-49 cm dan beratnya mencapai 3500-4000 gram.
5. Minggu ke 37-38 Perkembangan dan pertumbuhan janin sudah dianggap sempurna, kepalanya sudah di bawah mengarah tulang panggul untuk persiapan lahir.
2.5
Hubungan Kehamilan dengan Pregnancy Gingivitis Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang dapat menimbulkan
perubahan-perubahan pada tubuh ibu hamil, baik fisik maupun psikis. Perubahanperubahan yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena adanya perubahan
20
jumlah hormon estrogen dan progesteron yang mengalami peningkatan sehingga mempengaruhi kondisi ibu hamil (Hartatidkk. 2011). Selama kehamilan biasanya ibu mengalami berbagai keluhan seperti nyeri, mual, muntah, termasuk keluhan sakit gigi dan mulut. Kondisi gigi dan mulut ibu hamil terutama terlihat pada gingiva yang seringkali ditandai dengan adanya pembesaran gusi yang mudah berdarah karena perubahan pada sistem hormonal dan vaskuler bersamaan dengan faktor iritasi lokal dalam rongga mulut (Hartatidkk. 2011). Bakteri berlebihan yang merupakan penyebab gingivitis dapat masuk ke dalam aliran darah, bila hal ini terjadi maka bakteri dapat berpindah ke rahim, memicu produksi senyawa kimia prostaglandin yang menyebabkan terjadinya kontraksi uterus sehingga menginduksi kelahiran prematur. Pregnancy gingivitis juga dapat menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan bayi dan bahkan kematian bayi. Penelitian Offenbacher pada ibu hamil mendapati faktor risiko terjadinya bayi BBLR kurang bulan, dimana status gingiva dari ibu yang melahirkan bayi BBLR kurang bulan lebih buruk dari ibu yang melahirkan bayi normal yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai hubungan kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut sehingga ibu hamil tidak berkunjung ke dokter gigi. Perilaku kunjungan ke dokter gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor individu, status ekonomi, dan pengetahuan mengenai hubungan kehamilan dengan kesehatan gigi dan mulut (Yoto, H. dkk. 2013). Ada tiga faktor lain yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor psikologis serta faktor sosial budaya dan ekonomi. Faktor fisik seorang ibu
21
hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi BBLR kurang bulan antara lain infeksi ibu, malnutrisi, riwayat kelahiran prematur, ruptur membran prematur, terkena bahan toksik (obat, rokok, alkohol), stres maternal, status sosio-ekonomi rendah, perawatan prenatal kurang dan sebagian tidak diketahui penyebabnya (Retnoningrum 2006).
2.6
Berat Badan Bayi Baru Lahir Pengukuran antropometri pada bayi baru lahir seperti berat badan perlu
dilakukan, dimana berat badan yang normal adalah 2500-3500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) (Hidayat 2008). Surasmi dkk. (2003) menyebutkan bahwa bayi baru lahir yang berat badannya 2500gram atau kurang dahulu disebut bayi prematur. Morbiditas dan mortalitas neonates tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah, BBLR). Definisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas sebagai bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi (Meadow dan Newel 2005):
22
a. Preterm infant atau bayi prematur, yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan tidak mencamai 37 minggu. b. Term infant atau bayi cukup bulan (maturelaterm), yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan lebih daripada 37-42 minggu. c. Post term infant atau bayi lebih bulan (posterm / postmature), yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan sesudah 42minggu. Berdasarkan pengelompokan tersebut di atas, bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan menjadi prematuritas murni dan dismaturitas. Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan usia kehamilan (berat badan terletak antara persentil ke-10 sampai persentil ke-90 pada intrauterine growth curve Lubchenko). Dismaturitas, yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin. Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi prematur.
23 2.6.1
Tanda dan Gejala Bayi Prematur Menurut Surasmi (2003) bayi prematur memiliki tanda dan gejala sebagai
berikut : a.
Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
b.
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c.
Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46cm.
d.
Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
e.
Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
f.
Lingkar kepala sama dangan atau kurang dari 33cm.
g.
Kepala relatif lebih besar dari badannya.
h.
Kepala tidak mampu tegak atau mengarah ke satu sisi.
i.
Ubun-ubun dan sutu lebar.
j.
Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm.
k.
Rambut lanugo masih banyak.
l.
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
m. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga. n.
Letak daun telinga menurun.
o.
Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
p.
Sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
q.
Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
24
r.
Tonus otot lemah (hipotonik), sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
s.
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan tekan refleks isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, tangisnya lemah dan jarang.
t.
Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang.
u.
Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
v.
Sering tampak peristaltik usus.
w. Pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea (gagal nafas). x.
Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi atau lurus.
y.
Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama.
z.
Frekuensi nadi berkisar antara 100-140 per menit.
aa. Frekuensi pernafasan antara 40-50 per menit.
2.6.2
Menimbang Bayi Menurut Supariasa, dkk. (2002) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menimbang bayi adalah : 1. Pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju / pakaian yang cukup tebal harus ditanggalkan. 2. Kantong celana timbang tidak dapat digunakan. 3. Bayi ditidurkan dalam kain sarung.
25 4. Geserlah anak timbang sampai tercapai keadaan seimbang, kedua ujung jarum terdapat pada satu titik. 5. Lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukkan berat badan bayi. Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka desimal. Misalnya 7,5 kg. Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain : 1. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan. 2. Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat. 3. Ketelitian dan ketepatan cukup baik. Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Dacin dengan kapasitas 50 kg dapat dapat digunakan juga, tetapi hasilnya agak kasar karena angka ketelitiannya 0,25 kg (Supariasa, Bakri, dan Fajar 2002).
2.7
Hubungan Pregnancy Gingivitis pada Ibu Hamil terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir
Peningkataan aliran darah pada jaringan gingiva, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan respon inflamasi yang berlabihan terhadap terjadinya penumpukan plak. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya pregnancy gingivitis dan biasa terjadi pada trimester 2 dan 3 pada masa kehamilan, meningkat pada bulan ke 8 dan menurun setelah melalui bulan ke 9. Keadaan ini ditandai
26 dengan keadaan gingivayang membengkak, merah dan mudah berdarah. Keadaan ini sering terjadi pada region molar, terbanyak pada region anterior dan interproximal (Susanti 2003). Menurut Santosodkk. (2009) di dalam rongga mulut terdapat beberapa barier untuk mencegah penetrasi bakteri dari plak gigi ke jaringan: 1) barier fisis pada permukaan epitel mukosa; 2) peptida pada epitel mukosa mulut; 3) barier elektrik dimana terdapat beda muatan pada dinding sel antara pejamu dan mikroba; 4) barier imunologik dari sel-sel pembentuk antibodi; 5) sistem retikuloendotelial (barier fagosit). Saat keadaan normal, sistem barier ini akan bekerja bersama-sama untuk mencegah dan mengurangi penetrasi bakteri. Penurunan daya tahan tubuh secara sistemik atau gangguan mikrobial lokal, misalnya kebersihan mulut buruk, maka bakteri dan produknya yang merupakan antigen dan faktor virulen (lipopoli-sakarida=LPS) mengadakan interaksi dengan epitel saku gusi, dengan mekanisme invasi, eksotoksin, endotoksin dan enzim. Tubuh mengadakan respons imunologis dengan aktivasi sel B, sel T dan polimorfonuklear-leukosit (PMN). Sel epitel yang teraktivasi akan melepaskan
mediator
inflamasi
IL-1,
IL-8,
prostaglandin
E2
(PGE2),
matriksmetaloproteinase (MMP) dan tumornecrotic factor (TNF), yang merupakan respons paling awal terhadap stimuli bakteri dan menyebabkan gangguan metabolisme jaringan ikat dan tulang yang tampak sebagai tanda klinis awal radang jaringan gingiva atau gingivitis (Santosodkk. 2009). Proses inflamasi dapat menjalar ke jaringan di bawahnya, terjadi peningkatan permeabilitas vaskular dan pembebasan agen aktivasi leukosit spesifik sehingga menyebabkan peningkatan kerusakan komponen plasma dalam
27
cairan saku gusi dan terjadi ekstravasasi leukosit. Sel endotel mikro-sirkulasi teraktivasi, pembuluh mengalami inflamasi, vasodilatasi dan aliran darah menjadi lambat dengan adanya LPS atau IL-1 dan TNF. Hubungan sel endotel terbuka dan cairan kaya protein keluar, tertimbun pada matriks ekstraselular. Peningkatan leukosit, monosit dan aktivasi makrofag menghasilkan mediator respons imun dan respons radang jaringan penyangga gigi, serta substansi kemotaktik, dan selanjutnya proses radang ini akan menyebar secara sistemik ke seluruh tubuh (Santosodkk. 2009). Proses penyebaran infeksi pada ibu hamil dengan peningkatan mediator proinflamasi pada sirkulasi secara imunologik dapat melewati barier plasenta, menyebabkan meningkatnya kadar IL-1β, TNF-α, IL-6, PGE2 dalam cairan amnion pada darah tali pusat dan cairan krevikular gingiva sebagai mediator inflamasi, yang dapat menyebabkan perubahan besar pada bentuk plasenta, terutama pada daerah yang berfungsi krisis dalam pertukaran zat gizi antara ibu dan janin, yang pada akhirnya merusak pertumbuhan janin dan kelangsungan hidup janin sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Sumidarti, A. 2007). Susanti (2003) menyebutkan adanya hubungan antara kelahiran prematur, bayi dengan berat badan yang rendah pregnancy gingivitis. Adanya bakteri dalam jumlah banyak dapat masuk ke dalam aliran darah melalui rongga mulut, khususnya gingiva. Jika hal ini terjadi, bakteri dapat masuk ke dalam uterus dan meningkatkan kadar prostaglandin (PGE2) sebelum bulan kesembilan masa kehamilan. PGE2 adalah suatu protein yang bertanggung jawab pada proses kelahiran bayi. Jika hal ini terjadi, dapat merangsang terjadinya kelahiran prematur
28
dan keadaan ini tentu saja dapat menyebabkan rendahnya berat badan bayi yang dilahirkan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian observasional dengan pendekatan cohort yang dilakukan dengan pemeriksaan langsung dengan melihat dan mengukur keparahan gingivitis menggunakan gingiva indeks yang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir. Penelitian ini dilakukan dengan observasi tanpa memberi perlakuan terhadap sampel penelitian dengan mengikuti dari saat ibu hamil trimester III mengalami gingivitis hingga saat bayi lahir.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi Populasi dari penelitian ini ialah ibu hamil yang melahirkan bayinya di
Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat, dengan rata-rata banyaknya ibu hamil yang melahirkan di Puskesms BKIA Dauh Puri Denpasar Barat sekitar 38 orang setiap bulan.
29
30 3.2.2
Sampel Sampelpenelitian ini diambil dari populasi ibu hamil yang melahirkan
bayinya di Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat dengan penghitungan jumlah sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus Slovin :
n = N/N(d)2 + 1 Keterangan: n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 90% atau sig. = 0,1. Maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : n
= 38 / 38 (0,1)2+ 1 = 38 / 1,38 = 27,536 = 28 orang
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 28 orang ibu hamil trimester III yang menderita gingivitisdan 28 orang ibu hamil trimester III yang tidak menderita gingivitis selama kehamilan.
3.2.2.1 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah umur ibu hamil 18-35 tahun, pada kehamilan kedua sampai kehamilan kelima, ibu hamil trimester III sehat jasmani dan rohani, dan bersedia mengikuti penelitian.
31 3.2.2.2 Kritera Eksklusi Kriteria eksklusi penelitian ini ialah ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilannya di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat.
3.3
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat pada
: Bulan
: November 2013 – Januari 2014
Pukul
: 08.00 – selesai
Lamanya penelitian antara 1-3 bulan yaitu dimulai dari ibu hamil trimester III terpapar gingivitis hingga saat kelahiran.
3.4
Variabel Penelitian a.
Variabel independen (bebas) Variabel independen dalam penelitian ini adalah gingivitis ibu hamil trimester III.
b.
Variabel dependen (terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah berat badan bayi baru lahir dengan satuan gram.
c. Variabel tidak terkendali Variabel tidak terkendali dalam penelitian ini ialah status sosial ekonomi ibu hamil dan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh ibu hamil.
32 3.5
Definisi Operasional a. Gingivitis pada ibu hamil trimester III adalah keradangan gingiva pada ibu hamil trimester III yang dinilai dengan menggunakan indeks gingiva (0 = tidak ada gingivitis, 1 = gingivitis ringan, 2 = gingivitis sedang, 3 = gingivitis berat). b. Berat badan bayi baru lahir rendah adalah berat badan bayi baru lahiryang ditimbang sesaat setelah bayi lahir. c. Kehamilan trimester tiga ibu hamil adalah kehamilan yang terjadi pada trimester terakhir pada kehamilan, dimulai dari minggu ke-28 sampai minggu ke-40 (Destaria 2011). d. Status sosial ekonomi adalah pekerjaan ibu hamil yang mempengaruhi perekonomian keluarganya. e. Jenjang pendidikan terakhir adalah tingkat pendidikan yang terakhir ditempuh oleh ibu hamil trimester III (SD, SMP, SMA, Diploma, Sarjana).
3.6
Alat dan Bahan 1.
Alat OD (masker, hand scone, kaca mulut, pinset, dan eksavator)
2.
Probe periodontal
3.
Kapas
4.
Betadine
5.
Form penelitian
6.
Pulpen
7.
Timbangan bayi
33 3.7
Jalan Penelitian a. Peneliti meminta dan mencatat data ibu hamil trimester III di Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. b. Peneliti memeriksa gingivitis ibu hamil trimester III mencatat serta menggunakan indeks gingiva kemudian menunggu hingga bayi tersebut lahir. c. Setelah bayi lahir, catat berat badan bayi baru lahir tersebut berdasarkan catatan data berat badan bayi baru lahir dari Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat. d. Menyajikan hasil data tersebut dalam bentuk tabel kemudian melakukan analisis data untuk mengetahui ada tidaknya hubungan gingivitis ibu hamil terhadap berat badan bayi baru lahir di Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat.
3.8
Alur Penelitian
Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat
Mencari data ibu hamil trimester III (kehamilan 28-40 minggu) yang mengalami dan yang tidak mengalami gingivitis, pada kehamilan kedua sampai kelima, dengan usia 18-30 tahun.
Memeriksa gingivitis ibu hamil trimester III
34
Mencatat hasil pemeriksaan
Penilaian dengan Indeks Gingiva
Mencari data berat badan bayi baru lahir di Puskesmas BKIA Dauh Puri Denpasar Barat
Membandingkan data bayi baru lahir ibu yang selama kehamilan trimester III ada mengalami gingivitis dengan yang tidak mengalami gingivitis
Analisis Data
3.9
Analisis Data 1. Uji Normalitas Menurut Santoso (2010) uji normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui distribusi suatu data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Uji normalitas pada multivariat sebenarnya sangat kompleks, karena harus dilakukan pada seluruh variabel secara bersama-sama. Santoso (2010) menyebutkan uji ini bisa juga dilakukan pada setiap variabel, dengan logika bahwa jika secara individual masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara bersama-sama (multivariat) variabel-variabel tersebut juga bisa dianggap memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas bisa dilakukan dengan grafik dan
35 melihat besaran Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria pengujian sebagai berikut : a.
Angka signifikansi (SIG) > 0,05, maka data berdistribusi normal, Ho diterima.
b.
Angka signifikansi (SIG) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal, Ho ditolak.
2. Analitis Deskriptif Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan adanya hubungan gingivitis ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir dengan menggunakan Mann-Whitney U.
3. Uji Komparasi Permasalahan komparasi bertujuan untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (Purwoto 2007). Uji komparasi data kuantitatif : internal / rasio dengan uji t dan untuk data peringkat dengan uji MannWhitney / Wilcoxon (Nursalam 2008).
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Deskripsi Data Penelitian yang telah dilakukan dari bulan November 2013 sampai dengan
bulan Januari 2014 dengan mengambil 28 orang sampel sebagai kelompok yang terpapar dan 28 orang sampel sebagai kontrol di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat, maka didapatkan hasil sebagai berikut ini : Tabel 4.1.1
Seluruh berat badan bayi baru lahir dan skor gingivitis yang diderita ibu hamil trimester III yang ditemukan di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat Skor Gingiva N BB bayi baru lahir (gram) 0 1 2850 0 3 2900 0 7 3000 0 5 3100 0 5 3200 0 3 3300 0 2 3400 0 1 3650 0 1 4500 2 2 2500 2 2 2550 2 1 2600 2 5 2700 2 4 2800 2 1 2850 2 2 2900 2 1 3000 2 4 3100 2 1 3300 2 2 3500 3 1 2200 3 1 2650 3 1 2500
36
37 4.2
Uji Normalitas
Tabel 4.2.1
Hasil uji normalitas data berat badan bayi baru lahir antara ibu hamil menderita gingivitis dan non gingivitis Kelompok N P Gingivitis 28 0,203 Non Gingivitis 28 0 Total 56
Uji normalitas data di atas menggunakan Shapiro Wilk test, didapatkan hasil uji data adalah data terdistribusi normal dengan ketentuan asym sig. 0,203> 0,05.
4.3
Pengujian Hipotesis
Tabel 4.3.1
Perbedaan rerata berat badan bayi baru lahir antara ibu hamil menderita gingivitis dan non gingivitis dengan menggunakan independentT-Test Kelompok N Rerata BBL P Gingivitis 28 2825 ± 86,603 0,028 Non Gingivitis 28 3166 ±294,507
Analisis data di atas menggunakan uji parametrik independent T-test. Dari hasil uji data di atas maka diketahui tidak ada hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat.
BAB V PEMBAHASAN
Pemeriksaan gingivitis dilakukan dengan memeriksa warna, kontur, dan konsistensi gingiva. Jaringan gingiva yang mengalami peradangan berwarna merah terang sampai kebiruan, kadang-kadang berwarna merah tua. Pemeriksaan kontur gingiva dilakukan dengan mengamati reaksi peradangan yang lebih banyak terlihat di daerah sela-sela gigi dan pinggiran gingiva terlihat membulat. Daerah yang diamati untuk pemeriksaan konsistensi ialah sela gigi dan pinggiran gingiva yang terlihat bengkak, halus dan mengkilat. Bagian gingiva yang membengkak akan melekuk bila ditekan, lunak, dan lentur. Perdarahan dinilai dengan cara menelusuri dinding margin gingiva pada bagian dalam saku gusi dengan probe periodontal. Daerah yang mengalami gingivitis dinilai menggunakan probe periodontal berdasarkan gingiva indeks. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan independent T-Test diketahui bahwa asymp sig.lebih dari 0,05. Hasil analisis data tidak sesuai dengan hipotesis yang dinyatakan pada bab pendahuluan, dengan jumlah kelahirannya hanya 3,5% yang mengalami kelahiran dengan berat badan di bawah 2500 gram. Adanya dugaan dimana gingivitis yang dialami oleh ibu hamil trimester III di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat tidak dialami dari trimester awal menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap rendahnya pengaruh gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir sehingga rata-rata bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir normal. Faktor lainnya
38
39
berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pertumbuhan, perkembangan, dan pentingnya nutrisi bagi janin sudah baik sekalipun pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulutnya masih kurang. Ibu hamil mengkonsumsi makanan sehat dengan teratur walaupun mengalami gingivitis, rajin memeriksakan berat badannya, serta rutin memeriksakan keadaan janin dan berat badannya untuk menjaga kondisi tubuh dan janin. Hasil penelitian mengungkapkan pekerjaan yang dijalani ibu hamil yang mengalami gingivitis sebagai ibu rumah tangga sebanyak 18 orang (64%), penjahit 1 orang (3,5%), dan 9 orang (32%) wiraswasta, sedangkan ibu yang tidak mengalami gingivitis bekerja sebagai ibu rumah tangga ada 18 orang (64%), wiraswasta 5 orang (18%), penjahit 2 orang (7,2%), karyawan 1 orang (3,5%), admin 1 orang (3,5%), dan bidan 1 orang (3,5%). Pendidikan terakhir yang dikenyam oleh ibu hamil yang mengalami gingivitis di SD sebanyak 6 orang (21%), SMP ada 8 orang (29%), 10 orang (36%) mengenyam pendidikan sampai SMA, 3 orang (11%) Diploma, dan 1 orang (3,5%) Sarjana. Ibu hamil yang tidak mengalami gingivitis mengeyam pendidikan terakhir SD sebanyak 6 orang (21%), SMP ada 8 orang (29%), SMA sejumlah 12 orang (43%), dan Diploma ada 2 orang (7%). Sebanyak 3 orang ibu hamil yang mengalami gingivitis( 11%) menggosok gigi lebih dari dua kali sehari, 9 diantaranya (32%) menggosok gigi dua kali sehari dan 19 orang ibu hamil (67%) yang makan lagi setelah menggosok gigi pada malam / sore hari tanpa menggosokkan giginya kembali. Sejumlah 22 orang (79%) ibu hamil mengeluh sakit gigi dan mulut selama kehamilan.
40 Ibu hamil yang tidak mengalami gingivitis menggosok gigi lebih dari dua kali sehari dan tidak makan lagi 12 orang (43%) lebih banyak dibandingkan dengan yang menggosok gigi dua kali sehari yaitu 10 orang (36%) dan 10 orang (25%) yang makan lagi setelah menggosok gigi pada malam / sore tanpa menggosokkan giginya kembali. Sejumlah 5 orang (18%) ibu hamil mengeluh sakit gigi dan mulut selama kehamilan. Sebagian besar ibu hamil baik yang mengalami gingivitis maupun yang tidak mengalami gingivitis memiliki penyakit gigi dan mulut seperti karies, kalkulus, sisa akar, dan halitosis, hanya 2 orang (7%) yang bebas dari penyakit gigi dan mulut. Enam orang ibu hamil atau 21% yang mengalami gingivitis telah melakukan pemeriksaan gigi selama kehamilan. Sejumlah 22 orang (79%) ibu hamil yang mengalami gingivitis belum berkunjung ke dokter gigi selama kehamilan dengan alasan takut; perawatan gigi selama kehamilan berbahaya bagi janin; gusi berdarah, gusi bengkak, gigi yang patah, gusi terasa panas, dan halitosis merupakan hal normal yang terjadi selama kehamilan; biaya perawatan gigi yang kurang terjangkau; anggapan menggosok gigi saja cukup; kurangnya himbauan dari tenaga kesehatan kepada ibu hamil untuk berkunjung ke dokter gigi; serta kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut. Semua ibu hamil yang tidak mengalami gingivitis tidak berkunjung ke dokter gigi dengan alasan yang serupa.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Tidak ada hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat.
2.
Gingivitis yang dialami ibu hamil trimester III tidak terjadi dari awal kehamilan.
3.
Ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi untuk nutrisi janin.
4.
Rendahnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut.
6.2
Saran Dari hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat diberikan saran sebagai
berikut : 1.
Tenaga kesehatan baik yang bekerja sebagai dokter umum, dokter spesialis kandungan, dokter gigi, bidan, dan perawat yang bekerja di Puskesmas, Pustu, RS, ataupun klinik swasta perlu menghimbau ibu hamil untuk memeriksakan gigi dan mulutnya ke dokter gigi dan merawat kesehatan gigi dan mulut.
41
42 2.
Perlunya penyuluhan bagi ibu hamil mengenai pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
Daftar Pustaka
Adyatmaka, A. 1992. Buku Pegangan Materi Kesehatan Gigi Mulut untuk Kegiatan Kia di Posyandu (UKGMD). Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Aziz Aimul, Hidayat. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta. Barber, HRK dan Graber, EA. 1974. Surgical Diseases in Pregnancy. WB Saunders Company: Philadelphia. Bathla, Shalu. 2011. Periodontics Revisited. Jaypee New: Delhi. Be, K.N. 1987. Preventive Dentistry. Bandung: Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia. Daliemunthe dan Saidina, Hamzah. 2008. Periodonsia. Universitas Sumatra Utara, Medan. Daliemunthe. 2004. Terapi periodontal 2nd. Medan: USU Press. Destaria. 2011. Perbandingan Luaran Maternal dan Perinatal Kehamilan Trimester Ketiga antara Usia Muda dan Usia Reproduksi Sehat. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Ekaputri dan Sjahruddin. 2005. Hubungan Perilaku Wanita Hamil dalam Membersihkan Gigi dan Mulut dengan Kedalaman Poket Periodontal selama Masa Kehamilan. M.I. Kedokteran Gigi. Fedi, P.F. dkk. 2008. The PeriodonticnSyllabus. 5th ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta. Habashneh et al. 2005. Factors Related to Utilization of Dental Services During Pregnancy. J Clin Periodontal. Hamilton, P.M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. EGC: Jakarta. Hartati, dkk. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gingivitis pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Tegal. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3. Hasibuan S. 2004. Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi-Mulut pada Masa Kehamilan. USU digital library. Hasibuan, S. 2007. Kehamilan dan Manifestasi Kehamilan dengan Mulut. Bagian Ilmu Penyakit Mulut. FakultasKedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara : Medan. Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta. http://books.google.co.id/books?id=FLb1B_Z_WtcC&pg=PA43&dq=gingivitis+tr imester+ketiga&hl=en&sa=X&ei=pqaAUZWiGs7orQeWx4G4Aw&redir_e sc=y#v=onepage&q=gingivitis%20trimester%20ketiga&f=false http://kti-munir.blogspot.com/2011/05/berat-bayi-lahir-rendah-bblr.html http://risawisuda.blogspot.com/2012/11/populasi-dan-sampel.html https://www.google.com/#q=tanda+kehamilan+(+Wiknjosastro+2005).
http://www.scribd.com/doc/21110298/Cakul-Obgyn-Plus-Fkui Indrastinim Nur Pebri. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di RSUD Kota Surakarta Tahun 2012. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. Manson JD, Eley BM. 1993. Buku Ajar Periodonti. Hipokrates: Jakarta. Manuaba, I. B. G. 2000. Penuntun Kepaniteraaan Klinik Obstetri & Ginekologi Edisi 2. EGC: Jakarta. Manuaba, I. B. G. dkk. 2003. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta. Manuaba. 2006. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC: Jakarta. Meadow dan Newel. 2005. Lecture Notes Pediatrika Edisi Tujuh. Erlangga. Melissa, dkk. 2012. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan dengan Terjadinya Gingivitis Kehamilan Ibu Hamil Trimester Ketiga di Rumah Sakit Bersalin Pemkot Malang. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKUB. Nursalam.
2003.
Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam.
2008.
Konsep
dan
Penerapan
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. Proverawati, A. dan Ismawati, C. S. 2010. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah. Nuha Medika : Yogyakarta. Purwoto, Agus. 2007. Panduan Laboratorium Statistik Inferensial. Grasindo.
Republika. 2009. Kesehatan. Republika newsroom. Rashad, R. 2002. Metoda Statistik Deskriptif Untuk Umum. Grasindo. Retnoningrum, Dwi. 2006. Gingivitis pada Ibu Hamil sebagai Faktor Resiko Terjadinya Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kurang Bulan di RS. Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Santoso, O. dkk. 2009. Hubungan Kebersihan Mulut dan Gingivitis Ibu Hamil Terhadap Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kurang Bulan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan Jejaringnya. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Volume 43, Nomor 6. Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat. PT. Alex Media Komputindo: Jakarta. Scully, C. Crowson, RA.1993. Medical Problems in Dentistri. Ed. Ke-3. Oxford. Wright. Scully, C; Cawson, RA. 1995. Atlas Bantu Kedokleran Gigi Penyakit Mulut, alih bahasa Lilian Yuwono. Jakarta: Hipokrates. Stoopler, E. T. dkk. 2012. Pregnancy Gingivitis and Pregnancy Tumour. JOGC: Philadelphia. Supariasa dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta. Surasmi dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC: Jakarta. Susanti, Evy F. X. 2003. Pengaruh Kehamilah pada Kesehatan Gigi dan Mulut Serta Modifikasi Perawatan yang Diperlukan. J. Ked. Gigi. Mahasaraswati (JKGM). No 1(1).
Sumidarti, Andi.2007. Penyakit Periodontal Ibu: Faktor Risiko Terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah. Program pasca sarjana – Unhas. Hal. 22. 26-27.64-67 Sumidarti, Andi. 2011. Membangun Kerjasama dalam Pengembangan Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Ibu Hamil. Fakultas Kedokteran Gigi – Universitas Hasanuddin. Swastini, I. A. A. Pt. 2011. Pemberian Lendir Bekicot (Achatina Fulica) secara Topical Lebih Cepat Menyembuhkan Gingivitis Grade 3 karena Calculus daripada Povidone Iodine 10%. Universitas Udayana : Denpasar. Tanu, Suwardi. 2008. How to Create a Superbaby. Grasindo: Jakarta. Ubertalli,
J.T.
2008.
Gingivitis,
Available
at
(online):
http://www.merck.com/mmpe/sec08/ch095c.htm (21 Agust 2010). Wahana Komputer. 2009. Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk Pengolahan Data Statistik. PT Alex MEdia Komputindo: Jakarta. Yeo,B.K. dkk. 2005.Periodontal Disease The Emergence of a Risk for Systemic Conditions: Pre-term Low Birth Weight. Ann Acad med Singapore. Yoto, H. dkk. 2013. Gambaran Gingivitis pada Ibu Hamil di Puskesmas Tuminting Kecamatan Tuminting Kota Menado. Studi Kedokteran Gigi Fakultas KedokteranUniversitas Sam Ratulangi : Sulawesi Utara.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh ibu hamil trimester III SD SMP SMA Diploma Sarjana Gingivitis 6 8 10 3 1 Non Gingivitis 6 8 12 2 0 Total 12 16 22 5 1
Gingivitis Non Gingivitis Total
Tabel pekerjaan ibu hamil trimester III Ibu RT wiraswasta penjahit karyawan 18 9 1 0 18 36
5 14
2 3
1 1
admin 0 1 1
bidan 0 1 1
Tabel rutinitas gosok gigi ibu hamil trimester III setiap hari selama kehamilan 2x sehari >2x sehari makan lagi setelah sikat gigi malam Gingivitis 6 3 19 Non Gingivitis 10 12 7 Total 16 15 26
Non Gingivitis Gingivitis Total
Skor 0 28 0 28
Tabel Skor Gingivitis Skor 0,1-1 0 0 0
Skor 1,1-2 0 25 25
Skor 2,1-3 0 3 3
Tabel hubungan gingivitis pada ibu hamil trimester III terhadap berat badan bayi baru lahir di BKIA Dauh Puri Denpasar Barat BBL ≤ 2500 gr BBL >2500 BBL >3000 gr ≤ 3000 gr Non Gingivitis 0 10 18 Gingivitis 6 15 7
Tabel kunjungan ibu hamil ke dokter gigi selama kehamilan Pernah ke Dokter Gigi Tidak ke Dokter Gigi selama kehamilan selama kehamilan Gingivitis 6 22 Non Gingivitis 0 28 Total 6 50
Lampiran 3
Gambar1. Pemeriksaan sampel (pasien) di ruang tunggu pasien BKIA Dauh Puri Denpasar Barat
Gambar 2. Pemeriksaan sampel yang mengalami gingivitis namun kehilangan gigi dan belum menggantikannya dengan gigi tiruan
Gambar 3. Pemeriksaan sampel yang tidak mengalami gingivitis
Gambar 4. Pemeriksaan sampel yang tidak mengalami gingivitis namun terdapat kalkulus dan halitosis
Gambar 5. Pemeriksaan sampel yang tidak mengalami gingivitis namun terdapat kalkulus dan halitosis
Gambar 6. Pemeriksaan sampel yang mengalamigingivitis , dan kehilangangigi namun belum digantikan dengan gigi
Gambar 7. Pemeriksaan sampel yang mengalami gingivitis dan karies halitosis
tiruan
Gambar 8. Pemeriksaan sampel mengalami gingivitis dan halitosis
Gambar 9. Pemeriksaan sampel yang yang mengalami gingivitis dan karies
Gambar10. Pemeriksaan sampel yang mengalami gingivitis dan karies
Gambar 11. Pemeriksaan sampel yang tidak mengalami gingivitis
Lampiran 4