FAKTOR-FAKTOR FINANCIAL RATIOS DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2011-2014)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: RITA SUGIARTI NIM: 1112082000038
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M i
1437 H/2016 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Rita Sugiarti
No. Induk Mahasiswa
: 1112082000038
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 22 Maret 2016
Rita Sugiarti
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Rita Sugiarti
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Indramayu, 12 Januari 1994
3. Alamat
: Jl. Anggrek No. 46 Rt. 003/005, Kel. Petukangan Utara, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12260
4. Telepon
: 087880347474
5. Email
:
[email protected] [email protected]
II. PENDIDIKAN 1. SD Negeri Srengseng 1
Tahun 2000-2006
2. MTs Annajah
Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 47 Jakarta
Tahun 2009-2012
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Kerohanian Islam (Rohis) SMA N 47 Jakarta
Periode 2010-2011
2. Anggota Divisi Data dan Informasi HMJ Akuntansi
Periode 2013-2014
UIN Jakarta 3. Koordinator Divisi Data dan Informasi HMJ Akuntansi UIN Jakarta
vi
Periode 2014-2015
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Seminar Motivasi dan Kewirausahaan ―Burn Your Spirit! Be A Super Student 2. Bedah Buku dan Seminar Islami 3. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi 2012 4. Sekolah Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia
V. KEPANITIAAN 1. Dekan Cup 2012 2. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi 2013 HMJ Akuntansi 3. OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) 2013/2014 4. OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik) 2014/2015
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Agus Muksin
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Cirebon, 17 Agustus 1974
3. Ibu
: Sanirih
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Indramayu, 29 September 1977
5. Alamat
: Jl. Anggrek No. 46 Rt. 003/005, Kel. Petukangan Utara, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12260
6. Anak Ke-, dari
: 1 dari 3 bersaudara
vii
ABSTRACT
Factors of Financial Ratios and Good Corporate Governances that Affect Practice of Income Smoothing This research aimed to get empirical evidence of factors in Financial Ratios (return on equity, net profit margin, and dividend payout ratio) and good corporate governance (independent board of comittee, and public ownership structure) that affect practice of income smoothing. This research uses purposive sampling as sampling method. There are 13 corporates from 30 corporates that listed in Jakarta Islamic Index (JII) during 4 (four) years observation started from 2011 to 2014, thus 52 research samples were being collected. Agency Theory is the base theory used in the research to explain the relation between variables. Income smoothing measured with Eckel Index (1981). Statistical tool used to test the hyphothesis is Binary Logistic Regression. This result discovers that net profit margin has effect on practice of income smoothing, whereas return on equity, dividend payout ratio, independent board of committee and public ownership structure have no effect in practice of income smoothing.
Keywords: Income smoothing, financial ratios, return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, good corporate governance, independent board of commitee, public ownership structure
viii
ABSTRAK Faktor-Faktor Financial Ratios dan Good Corporat Governance yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktorfaktor Financial Ratios (return on equity, net profit margin, dan dividend payout ratio) dan good corporate governance (dewan komisaris independen, dan struktur kepemilikan publik) yang mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing) Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam menentukan pemilihan sampel. Sebanyak 13 perusahaan dari 30 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) dengan 4 tahun pengamatan yaitu mulai 2011 sampai 2014, sehingga diperoleh 52 sampel penelitian. Agency Theory merupakan teori dasar yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel. Perataan laba diukur dengan menggunakan indeks Eckel (1981). Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis Regresi Binary Logistic. Hasil penelitian ini menemukan bahwa net profit margin memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan return on equity, dividend payout ratio, dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan publik tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba.
Kata kunci : Perataan laba (income smoothing), financial ratios, return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, good corporate governance, dewan komisaris independen, struktur kepemilikan public
ix
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil‘alamin, segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kemudahan dan kelancaran selalu penulis rasakan, serta sholawat yang senantiasa penulis junjung kepada Rasullah SAW, sehingga skripsi yang berjudul ―Faktor-Faktor Financial Ratios dan Good Corporate Governance yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing)‖ ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang dialami penulis sehingga penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, bantuan, serta doa tulus yang tiada henti-hentinya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Mama tercinta yaitu Ibu Sanirih (alm), terima kasih untuk doa yang tidak pernah penulis dengar tetapi selalu penulis rasakan sehingga penulis selalu termotivasi untuk terus menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak dan ibu yang selalu mencurahkan kasih sayang melalui doa, dukungan, dan nasihat, terutama untuk bapak terima kasih untuk pertanyaan ―rita kapan wisuda?‖ yang benar-benar dirasakan penulis, sehingga selalu menjadi motivasi kedua bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Adik-adikku tersayang Lucki Anjani dan Raffy Ramadhan yang selalu ikut mendoakan dan memberikan dukungan, motivasi, dan hiburan kepada penulis saat penulis merasa jenuh dalam penyelesaian skripsi ini. x
4. Keluarga besar di Indramayu dan Cirebon, Minu dan Uwa di Jakarta yang sudah penulis anggap orang tua sendiri yang tidak pernah bosan memberikan dukungan dan doa kepada penulis 5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC.,MA selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Ibu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak selaku ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 8. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin,MBA selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini 9. Ibu Putriesti Mandasari, SP.,M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak Ibu atas segala bantuan, dukungan, perhatian, bimbingan, saran, dan waktu yang selalu Ibu luangkan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 10. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya dan karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 11. Sahabat-sahabat kesayangan ABDR, Ani, Chika, Arum, Bety, Dwi, Nana, terima kasih banyak semangat, motivasi, dan bantuannya serta ilmu yang telah dibagi kepada penulis. 12. Keluarga AKUNTANSI B 2012 Galih, Fai, Ajay, Dara, Dina, Dita, Dwi, Fadil, Farid, Fitri, Hery, Ilman, Ida, Jian, Kia, Latul, Mayeda, Nisa, Randi, Revam, Seren, Vivi, Yudhi, Nindy, Intan dan Abel terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis, terutama untuk yang masuk grup ―KITA‖ terima kasih semangat yang tidak pernah berhenti dari kalian.
xi
13. Ahmad Rifai, terima kasih atas semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih telah menjadi pendengar yang baik saat penulis sedang jenuh ditengah-tengah penulisan skripsi ini, dan terima kasih karena tidak pernah bosan untuk menemani dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat diselesaikan. 14. Teman-teman seperjuangan Elsa, Inayah, Nida, Rifan, dan Yudhi. Terima kasih telah berjuang bersama, dan tidak pernah bosan untuk saling mendoakan dan mendukung satu sama lain. Kalian luar biasa. 15. Teman-teman AKUNTANSI 2012 yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 16. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa hormat, dan terima kasih penulis atas masukan dan bantuannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengatahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 22 Maret 2016
Rita Sugiarti
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi ABSTRACT ...................................................................................................................... viii ABSTRAK .......................................................................................................................... ix KATA PENGANTAR........................................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1 A.
Latar Belakang Penelitian ......................................................................................... 1
B.
Perumusan Masalah .................................................................................................. 9
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................................ 10 1.
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 10
2.
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 13 Tinjauan Literatur ................................................................................................... 13
A. 1.
Teori Keagenan .................................................................................................. 13
2.
Perataan Laba (Income Smoothing) ..................................................................... 15
3.
Financial Ratios ................................................................................................. 21
4.
Good Corporate Governance .............................................................................. 24 Keterkaitan Antarvariabel ....................................................................................... 30
B. 1.
Hubungan antara return on equity dengan praktik perataan laba .......................... 30
xiii
2.
Hubungan antara net profit margin dengan praktik perataan laba ......................... 31
3.
Hubungan antara dividend payout ratio dengan praktik perataan laba ................. 33
4.
Hubungan antara komisaris independen dengan praktik perataan laba ................. 34
5.
Hubungan antara struktur kepemilikan publik dengan praktik perataan laba ........ 35
C.
Penelitian Terdahulu ............................................................................................... 38
D.
Kerangka Pemikiran ............................................................................................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 50 A.
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 50
B.
Metode Penentuan Sampel ...................................................................................... 50
C.
Jenis Data ............................................................................................................... 51
D.
Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................................................... 52 1.
Variabel Dependen (Y) ....................................................................................... 52
2.
Variabel Independen ........................................................................................... 53 Metode Analisis Data ............................................................................................. 58
E. 1.
Regresi Logistik.................................................................................................. 58
2.
Tahapan Regresi Logistik.................................................................................... 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 64 A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 64
B.
Hasil Uji Analisis Data Penelitian ........................................................................... 65 1.
Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................................... 66
2.
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ................................................................... 68
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 81 A.
Kesimpulan ............................................................................................................ 81
B.
Implikasi ................................................................................................................ 82
C.
Saran ...................................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................................. 92
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 39 Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel................................................................................... 56
Tabel 4. 1 Pengambilan Sampel .............................................................................. 64 Tabel 4. 2 Sampel Penelitian ................................................................................... 65 Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif .................................................................................. 66 Tabel 4. 4 Block 0: Beginning Block ....................................................................... 68 Tabel 4. 5 Block 1:Method= Enter .......................................................................... 69 Tabel 4. 6 Hosmer and Lemeshow Test ................................................................... 70 Tabel 4. 7 Nagelkerke‘s R Square ........................................................................... 70 Tabel 4. 8 Hasil Uji Regresi Logistik ...................................................................... 71 Tabel 4. 9 Hasil Uji simultan ................................................................................... 79 Tabel 4. 10 Ringkasan Hasil Penelitian ................................................................... 80
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nama-nama Perusahaan Sampel ...................................................................... 93 Lampiran 2 Perhitungan Return On Equity ......................................................................... 94 Lampiran 3 Perhitungan Net Profit Margin......................................................................... 96 Lampiran 4 Perhitungan Dividend Payout Ratio ................................................................. 98 Lampiran 5 Perhitungan Persentase Komisaris Independen ................................................. 99 Lampiran 6 Perhitungan Persentase Struktur Kepemilikan Publik ..................................... 100 Lampiran 7 Perhitungan Praktik Perataan Laba ................................................................ 102 Lampiran 8 Hasil Output SPSS 22 .................................................................................... 104
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1, Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam membuat keputusan
ekonomi.
pertanggungjawaban
Laporan manajemen
keuangan atas
juga
penggunaan
menunjukkan
hasil
sumber
yang
daya
dipercayakan kepada mereka. Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan laba rugi merupakan salah satu fokus utama dari pengguna laporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam periode waktu tertentu. Penilaian atas kinerja yang dijalankan perusahaan tercermin dari perolehan laba atau rugi yang dihasilkan dalam periode tersebut (Yatulhusna, 2015). Dari seluruh laporan keuangan, laporan laba rugi merupakan laporan yang paling banyak diperhatikan, karena di dalam laporan laba rugi terdapat informasi laba, dimana biasanya laba dijadikan tolok ukur kualitas suatu perusahaan (Christiana, 2012). Karena pentingnya laba
1
sebagai pengukur kinerja dan pertanggungjawaban operasional perusahaan, maka manajemen berusaha memilih prosedur akuntansi yang menghasilkan angka laba yang menguntungkan bagi kinerjanya, tetapi tetap sesuai dengan target yang dikehendaki oleh pemilik perusahaan. Oleh karena penyusun laporan keuangan adalah pihak manajemen, manajer perusahaan dapat dengan leluasa melakukan berbagai alternatif tindakan untuk mengubah kebijakan akuntansi sesuai dengan kepentingan perusahaan dan memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih satu dari sekumpulan kebijakan akuntansi tersebut. Kondisi ini yang mendorong manajer untuk secara oportunistik memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya (Setiawan, 2011). Perusahaan memiliki tujuan selain memperoleh keuntungan tentu harus mampu memaksimumkan kekayaan bagi para pemegang saham (investor). Namun, seringkali para manajer sebuah perusahaan membuat keputusan yang bertentangan dengan tujuannya yaitu memaksimumkan kekayaan bagi para pemegang saham (investor). Selain itu, berdasarkan kenyataan yang ada, sering kali pengguna laporan keuangan terutama investor hanya ditunjukkan dan lebih menyenangi data mengenai informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan (Damayanti, 2013). Kecenderungan untuk memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan laba rugi dilakukan oleh banyak pihak. Situasi ini didasari oleh manajemen terutama dari kalangan manajemen yang kinerjanya diukur
berdasarkan
informasi tersebut,
sehingga
mendorong
timbulnya
disfunctional behavior. 2
Manajer sebagai pengelola perusahaan sekaligus yang diberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan, tentunya lebih banyak mengetahui informasi internal perusahaan dan kondisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Hal tersebut dikarenakan para manajer yang mengelola perusahaan dan melaksanakan kegiatan operasionalnya, sehingga mereka mengetahui seluk beluk perusahaan, yang menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara manajer dengan pemilik. Asimetri informasi inilah yang nantinya bisa mendorong terjadinya management opportunistic behavior. Selain itu, Mohebi et. al (2013) menyatakan bahwa para pemegang saham tidak memiliki alat lain selain laporan keuangan tahunan untuk mengetahui bagaimana aset yang mereka tanamkan dalam perusahaan tersebut dikelola, dan para pemegang saham hanya bisa memastikan kinerja, efisiensi, dan produktivitas manager melalui laporan keuangan tersebut. Salah satu penyebab mengapa pemegang saham sangat terikat pada laporan keuangan karena pemegang saham dibatasi atau tidak semua pelaporan akuntansi perusahaan dapat diakses oleh pemegang saham (Saringat et. al, 2013). Walaupun manajer adalah perantara dari pemilik, pengalaman menyatakan bahwa manajer tidak selalu bertindak dalam kepentingan terbaik bagi pemilik. Motivasi para manajer, kadang-kadang berbeda dengan pemilik (Keown et. al, 2011). Namazi (2011) menyatakan bahwa manajer memiliki informasi tersendiri tentang kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya, sedangkan pemegang saham tidak. Selain itu, manajer seringkali lebih mengutamakan kepentingannya 3
dibandingkan dengan kepentingan pemilik (pemegang saham), dan dengan informasi yang dimilikinya, manajer berupaya memenuhi kepentingannya tersebut dengan melakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan manipulasi angka-angka keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan manajemen laba (earnings management). Earnings Management terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan yang dapat menyesatkan pemangku kepentingan mengenai kondisi yang mendasar yang ada dalam suatu perusahaan dan mempengaruhi kontrak-kontrak yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Kamran dan Shah (2014) menyatakan bahwa manajemen laba mengarah pada tindakan yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk memanipulasi angka-angka akuntansi, dengan demikian akan membuat laporan keuangan menjadi kurang transparan. Salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan manajer perusahaan adalah praktik perataan laba (Income Smoothing). Perataan laba merupakan fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Tindakan perataan laba ini telah dianggap tindakan yang logis dan rasional, namun bisa merugikan pihak lain (Pradana, 2013). Jelas saja, karena tindakan perataan laba bisa membohongi pihak-pihak yang menggunakan informasi yang diberikan, sehingga bisa menyesatkan dalam pengambilan keputusan terkait informasi tersebut. 4
Manajemen perusahaan memiliki beberapa alasan untuk melakukan praktik perataan laba, (1) rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi utang pajak; (2) tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor karena mendukung kestabilan laba sesuai dengan keinginan; (3) tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah oleh karyawan; (4) tindakan perataan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian, sebab akan menurunkan harapan yang terlalu optimistik dan menaikkan harapan yang terlalu pesimistik (Pradipta dan Susanto, 2012). Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menilai kinerja dan pertanggungjawaban manajemen (Pradana, 2013). Hal tersebut pulalah yang mendorong manajemen untuk melakukan praktik perataan laba dengan tujuan agar kinerja dan tanggungjawab manajemen terlihat baik dimata pemilik (pemegang saham). Sehingga, ketika kinerja dan tanggungjawab pihak manajemen dinilai baik, maka akan memberikan nilai tambah yang mana akan menguntungkan pihak manejemen itu sendiri. Praktik manajemen laba merupakan fenomena yang umum dan banyak dilakukan oleh berbagai negara. Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain perusahaan Enron. Sebelum bangkrut pada akhir 2001, Enron
mempekerjakan
sekitar
21.000
orang
pegawai
dan
mengaku
penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah $101 milyar. Penghasilan yang besar 5
tersebut berasal dari kutak-katik laporan keuangan, penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Dikenal juga dengan istilah financial engeneering. Kebangkrutan Enron tersebut menyebabkan dibubarkannya Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen, yang berdiri sejak tahun 1913, sehingga karyawannya sebanyak 85.000 kehilangan pekerjaan. Kesalahan yang ditimpakan kepada Athur Andersen, KAP yang mengaudit Laporan Keuangan Enron karena memberikan Opini Wajar, tidak menemukan atau bahkan dengan sengaja menutupi kecurangan penipuan akuntansi yang dilakukan Enron (http://www.kompasiana.com, 2010). Selain itu, praktik perataan laba juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti Merck, WorldCom, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett et al, 2006) Di Indonesia sendiri pernah terjadi kasus terkait dengan praktik perataan laba antara lain terjadi pada PT. Waskita Karya. Pada penghujung 2009, Waskita Karya menjadi sorotan karena kasus manipulasi laporan keuangan. Dimana terjadi kelebihan pencatatan pada laporan keuangan 2004-2007. Pada rentang waktu itu Waskita seharusnya mencatat rugi namun dalam laporannya malah terlihat untung. Hal ini disebabkan karena direksi melakukan rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2007 dengan memasukkan proyeksi multitahun kedepan sebagai pendapatan tertentu. Pemalsuan keuangan perusahaan ini terdeteksi sejak Agustus 2009 dan menyebabkan Waskita mengalami defisit modal sebesar Rp 475 miliar. Rekayasa laporan keuangan BUMN bidang jasa konstruksi ini hanya bersifat 6
administratif (accounting). Oknum direksi yang terlibat, diakui tidak secara sengaja memalsukan laporan keuangan guna kepentingan pribadi. Ini hanya pelangaran standar sisi akuntansi saja. Kondisi perusahaan yang sulit menyebabkan
mereka
mencari
jalan
dengan
memalsukan
laporan
(http://finance.detik.com, 2014). Selain itu, kasus serupa juga terjadi pada PT Katarina Utama Tbk. Kasus tersebut terjadi ketika manajemen Katarina Utama yang seluruhnya ekspatriat asal Malaysia diduga telah menyelewengkan perolehan dana IPO, penggelembungan aset serta memanipulasi laporan keuangan auditan 2009. Dari perolehan dana IPO sebesar Rp 33,6 miliar, manajemen diduga menggelapkan sebesar Rp 29,6 miliar. Akibatnya, kas perusahaan pun bolong dan manajemen tidak dapat menyelesaikan kewajiban kepada karyawan. Saat ini, hampir seluruh kegiatan operasi Katarina Utama berhenti, sehingga tidak ada pemasukan (http://finance.detik.com, 2010). Berdasarkan banyak kasus perataan laba yang dilakukan perusahaan, sudah banyak juga penelitian yang dilakukan terkait dengan perataan laba itu sendiri, namun hasil yang disimpulkan menunjukkan ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya untuk variabel yang sama. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba, beberapa diantaranya adalah return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dividend payout ratio (DPR), komisaris independen dan struktur kepemilikan publik. Saeidi (2012), Lubis (2012), dan Siregar (2015) menyatakan bahwa variabel independen profitability ratio yang diproksikan 7
dengan ROA dan ROE berpengaruh terhadap perataan laba, sedangkan Monalisa (2015) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas yang di proksikan dengan ROE bukan merupakan faktor yang mempengaruhi perataan laba. Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa variabel net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan Sherlita dan Kurniawan (2013) dan Mohebi et. al (2013) menyatakan bahwa variabel net profit margin tidak mempengaruhi perataan laba. Budiasih (2009) menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba. Sedangkan Santoso dan Salim (2012) menyatakan bahwa variabel dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap tindakan perataan laba. Hal tersebut berbeda dengan Manuari dan Yasa (2015), Monalisa (2015), dan Supriastuti dan Warnanti (2015) yang menyatakan bahwa variabel dividend payout ratio tidak mempengaruhi perataan laba. Gaganis et al (2015) dan Dewantari dan Badera (2015) menyatakan bahwa corporate governance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap income smoothing. Namun, Ghader dan Muhsen (2014) menyatakan bahwa size dan board independence pada perusahaan yang melakukan praktik perataan laba lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, hal tersebut berarti size dan board independence mempengaruhi perataan laba. Sedangkan Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Akhooridnejad et al (2013) menyatakan bahwa public ownership memiliki 8
pengaruh terhadap perataan laba, sedangkan Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan ketidakkonsistenan sehingga menarik untuk dikaji kembali, maka penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (Income Smoothing) dengan mengambil judul
“FAKTOR-FAKTOR
FINANCIAL
RATIOS
DAN
GOOD
CORPORATE GOVERNANCE YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING); (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 20112014)” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah return on equity berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)? 2. Apakah net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)? 3. Apakah dividend payout ratio berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)?
9
4. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)? 5. Apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)? 6. Apakah return on eqity, net profit margin, dividend payout ratio, komisaris independen dan kepemilikan publik secara simultan berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui apakah return on equity berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing) b. Untuk mengetahui apakah net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing) c. Untuk mengetahui apakah dividend payout ratio berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing) d. Untuk mengetahui apakah proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing) e. Untuk mengetahui apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing)
10
f. Untuk mengetahui apakah return on eqity, net profit margin, dividend payout ratio, komisaris independen dan kepemilikan publik secara simultan berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing). 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak dibawah ini: a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana pengembangan kemampuan untuk peneliti dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang diperoleh dari bangku kuliah, serta memberikan informasi tambahan untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih terutama mengenai perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dibidang Ekonomi. Khususnya akuntansi dan manajemen terkait praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. c. Bagi emiten Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan dan menjadi informasi yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai praktik perataan laba. Karena apabila
11
masyarakat mengetahui bahwa perusahaan melakukan praktik perataan laba dalam membuat laporan keuangannya, maka perusahaan bisa dianggap memberi laporan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, dan laporan keuangan tersebut bisa saja menyesatkan dalam pengambilan keputusan. d. Bagi investor Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para investor dalam mengambil keputusan dalam hal investasi saham terutama dalam hal menilai kualitas laba yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan. e. Bagi pembaca Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para pembaca, yang nantinya bisa memberikan tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian untuk lebih memahami dalam kaitannya tentang praktik-praktik perataan laba di dalam suatu perusahaan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur 1.
Teori Keagenan Hubungan keagenan didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam
Godfrey (2010) sebagai kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Walaupun terdapat kontrak, agen tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini karena agen juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan utilitasnya sendiri. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269) hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa, principal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Pada teori keagenan yang disebut principal adalah pemegang saham dan yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Principal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan.
13
Konsep teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya (Salno dan Baridwan, 2000). Dalam konteks perilaku oportunis (the opportunistic behaviour), manajer diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran pribadinya, yang mana kemakmuran tersebut sangat tergantung pada seberapa besar kinerja yang dicapai terkait dengan bonus tunai (the bonus plan). Sama halnya dengan agen, prinsipal juga memiliki kepentingan yaitu menginginkan laba perusahaan selalu stabil agar dana yang telah diinvestasikan di perusahaan tersebut tetap aman (safety) dan dapat menghasilkan tingkat return yang diharapkan. Konflik antara principal dan agent diperparah oleh adanya asymmetry information, yaitu ketika manajer sebagai agent mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
14
melakukan tindakan disfunctional behavior (adverse selection dan moral hazard) (Wulandari, 2013). Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja yang selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah informasi akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada informasi lainnya. Informasi akuntansi juga digunakan oleh para principal untuk menilai kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian reward (biasanya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai satu-satunya dasar dalam pemberian reward tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan (smoothing) dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar kinerjanya tampak bagus (Dewi, 2010). 2.
Perataan Laba (Income Smoothing)
a. Pengertian Laba Belkaoui (2007) menyatakan bahwa laba adalah hal yang mendasar dan penting bagi laporan keuangan dan memiliki banyak kegunaan diberbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai dasar untuk perpajakan, penentu dari kebijakan pembayaran dividen, panduan dalam melakukan investasi dan pengambilan keputusan, dan satu elemen peramalan. Menurut Harahap (2009) Laba adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang bersifat insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kegiatan lainnya yang
15
mempengaruhi entity selama satu periode tertentu, kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik. Sedangkan menurut Kurniawan (2012) laba akuntansi (accounting income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Kasmir (2011) laba dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Laba kotor (gross profit) artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang pertama sekali perusahaan peroleh. 2. Laba bersih (net profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak. Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif. Hal ini didukung FASB yang menerbitkan SFAC No.1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba dimasa yang akan datang (Yusuf dan Soraya, 2004). Informasi laba di laporkan oleh perusahaan dalam laporan Laba Rugi. Menurut Hery (2009) tujuan keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi 16
dan kredit. Sehingga, informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil oleh pihak-pihak yang berkepentingan. b. Manajemen Laba Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi (Belkaoui, 2007). Menurut Molenaar (2009) manajemen laba didefinisikan sebagai penggunaan penilaian dalam pelaporan dan penataan transaksi keuangan untuk mengubah laporan keuangan sehingga menunjukkan angka yang menguntungkan.
Penelitian
empiris
sebelumnya
menyimpulkan
bahwa
manajemen laba terjadi karena alasan-alasan seperti persepsi pasar keuangan, kompensasi manajemen, perjanjian utang, dan menghindari intervensi pemerintah (biaya politik). Scoot (2000) mengidentifikasi adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan manajemen laba yaitu sebagai berikut: 1. Taking a Bath
Pola ini terjadi selama periode tekanan organisasi berkaitan dengan reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Jika perusahaan harus melaporkan kerugian, maka manajemen berusaha menutupinya dengan cara menangguhkan aset, menyediakan biaya yang dapat diperkirakan dimasa depan, dan secara umum ―clear the decks. ― Hal ini diharapakan dapat meningkatkan laba dimasa depan. 17
2. Income Minimization
Pola ini dilakukan saat perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, sehingga jika pada periode mendatang laba diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengalokasikan laba periode sebelumnya. 3. Income Maximization
Manajer yang terlibat dalam income maximization memiliki tujuan bonus. Perusahaan yang mendekati pelanggaran perjanjian hutang juga dapat memaksimalkan laba. 4. Income Smoothing
Merupakan upaya yang dilakukan manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan akan terlihat stabil dan tidak berisiko tinggi. Seringkali manajer melakukan satu atau kombinasi dari empat strategi ini pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen. Dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut tentang praktik perataan laba.
c. Perataan Laba (Income Smoothing) Menurut Belkaoui (2007), pengertian terbaik tentang perataan laba adalah yang disajikan oleh Beidleman yang didefinisikan sebagai pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian ini, perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi yang abnormal 18
dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik. Sedangkan menurut Kustono (2009), perataan laba dapat didefinisi sebagai suatu cara yang dipakai manajemen untuk mengurangi variabilitas laba di antara deretan jumlah laba, yang timbul karena adanya perbedaan antara jumlah laba yang seharusnya dilaporkan dengan laba yang diharapkan (laba normal). Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu pola dari manajemen laba dan dapat dipandang sebagai proses manipulasi waktu terjadinya laba yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan income (laba) agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil dan diharapkan mempunyai pengaruh yang bermanfaat bagi evaluasi kinerja manajemen. Tindakan tersebut sengaja dilakukan manajemen guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Di samping itu laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberikan rasa lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasaan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku (Yulfita, 2014). Perataan laba dilakukan oleh manajer
menggunakan teknik-teknik
tertentu. Berikut adalah berbagai teknik yang digunakan manajer dalam melakukan praktik perataan laba (Sugiarto, 2003):
19
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu. 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba. 3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan nonoperasi. Perataan laba
meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk
memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah periode sebelumnya. Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan
20
jumlah laba periode sebelumnya. Namun, usaha ini bukan untuk membuat laba suatu periode sama dengan jumlah laba tahun sebelumnya, karena dalam mengurangi fluktuasi laba itu juga dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal yang diharapkan pada periode tersebut. Dapat disimpulkan bahwa praktik perataan laba meliputi usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual (laba yang direalisasikan) lebih besar dari laba normal, dan usaha untuk memperbesar laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih kecil dari laba normal (Yulianto, 2007). 3. Financial Ratios Menurut Harahap (2006) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Sedangkan menurut Van Horne (2005), Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri. Menurut Keown et.al (2011), rasio keuangan adalah penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara bagaimana membuat perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti: (1) dapat meneliti rasio antar-waktu untuk meneliti arah pergerakannya; (2) dapat
21
membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya. Dua kelompok yang ditemukan dalam penggunaan rasio keuangan. Pertama, terdiri atas para manajer yang biasa menggunakan rasio keuangan untuk mengukur dan mengetahui kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Fokus analisis mereka sering dihubungkan dengan berbagai ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dari perspektif pemilik. Kelompok pemakai rasio keuangan yang kedua meliputi penganalisis diluar perusahaan yaitu seorang yang dikarenakan satu alasan atau lainnya, tertarik dengan kesejahteraan ekonomi suatu perusahaan. Rasio keuangan bisa digunakan untuk menjawab empat pertanyaan: (1) seberapa likuid suatu perusahaan, (2) apakah manajemen cukup efektif untuk menghasilkan laba usaha atas aktiva perusahaan, (3) bagaimana perusahaan didanai, (4) apakah tingkat pengembalian yang didapatkan oleh pemegang saham biasa sesuai dengan investasi yang mereka tanamkan. Terdapat banyak rasio keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan untuk menilai likuiditas, proftitabilitas, solvabilitas dan tingkat pengembalian. Berikut adalah rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini: a. Return On Equity Menurut Brigham & Houston (2010) rasio yang paling penting adalah pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang
22
tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat yang mereka peroleh. Return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri (Kasmir, 2011). Tingkat pengembalian saham biasa menunjukkan rata-rata penghitungan pengembalian atas investasi pemegang saham yang diukur dengan membandingkan pendapatan bersih terhadap ekuitas saham biasa (Keown et al, 2011). Sedangkan menurut Irham (2012), ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. b. Net Profit Margin Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan
yang
diterapkan
perusahaan
dan
kemampuannya
untuk
mengendalikan beban usaha. Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan. Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih (Kasmir, 2011)
23
c. Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan. DPR yang mengecil dapat berakibat merugikan para investor tetapi dari aspek keuangan di dalam perusahaan tentunya akan semakin tangguh (solid) (Ginantra dan Putra, 2015). Menurut Simatupang (2010) Dividend Payout Ratio adalah rasio perbandingan antara dividen yang dibagikan dibandingkan dengan laba perlembar saham yang diperoleh perusahaan. Dengan mengetahui dividend payout ratio ini, investor akan dapat mengetahui berapa besar rasio laba yang dibagikan dari laba per-lembar saham yang diperoleh perusahaan. Menurut Gitman (2003) Dividend payout ratio menunjukkan persentase dari setiap dolar yang diterima yang didistribusikan kepada pemilik dalam bentuk uang tunai. Hal ini dihitung dengan membagi dividen kas perusahaan per saham dengan laba per saham perusahaan. 4. Good Corporate Governance Corporate governance menurut Turnbull Report dalam Effendi (2009) adalah: “Corporate governance is a company system of internal control, which has an its principal aim the management of risk that are significant to the fulfillment of its business objectives, with a view to safeguarding the company’s assets and enhancing over time the value of the shareholders investment”
24
Berdasarkan pengertian diatas, corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham (Effendi, 2009). Organization of Economic Corporation and Development (OECD, 2004) mendefinisikan corporate governance merupakan suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggungjawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari Corporate Governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertangungjawabkan dan dilakukan dengan baik. Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG (2006) menyatakan bahwa setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip-prinsip pokok GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsipprinsip pokok tersebut adalah :
25
1. Transparasi (Transparency) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
dan
sesuai
dengan
kepentingan
perusahaan
dengan
tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
26
4. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Good Coporate Governance merupakan komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika yang mengatur hubungan antara shareholder dengan stakeholders untuk menciptakan nilai tambah (Value Added) bagi perusahaan. Pada awalnya corporate governance lahir sebagai prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh perusahaan agar tetap survive. Karena menyangkut prinsip dan nilai tersebut maka dalam praktiknya corporate governance muncul di setiap Negara dengan isu yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan sistem ekonomi yang ada disetiap Negara. Selain itu untuk dapat dilaksanakan, prinsip dan nilai corporate governance harus disesuaikan dengan kondisi yang ada pada suatu perusahaan dan sangat tergantung dengan bentuk perusahaan, jenis perusahaan, dan komposisi kepemilikan modal perusahaan (Wulandari, 2009).
27
Mekanisme good corporate governance yang dapat mengontrol tindakan perataan laba diantaranya adalah komisaris independen dan kepemilikan publik. a. Komisaris Independen Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pasal 1, Dewan Komisaris (Dewan Pengawas) adalah organ perusahaan yang menjalankan tugas pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar yang telah ditetapkan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Keberadaan komisaris maupun komisaris independen tidak hanya sebagai pelengkap, karena dalam diri dalam komisaris melekat tanggung jawab secara hukum (yuridis). Oleh karena itu, peranan komisaris sangatlah penting. Namun, dalam praktik yang selama ini terjadi di Indonesia, terdapat kecenderungan bahwa komisaris sering kali melakukan intervensi terhadap direksi dalam menjalankan tugasnya. Sementara, disisi lain, kedudukan direksi biasanya tidak kuat, bahkan ada direksi yang enggan membagi wewenang serta tidak memberikan informasi yang memadai kepada komisaris. Selain itu, terdapat kendala yang cukup menghambat kinerja komisaris yang masih lemahnya kompetensi dan integritas mereka. Hal ini dapat terjadi karena pengangkatan komisaris biasanya hanya didasarkan pada penghargaan, hubungan keluarga, atau hubungan dekat lainnya (nepotisme). Masalah independensi dan kapablitas komisaris merupakan sesuatu yang
28
sifatnya sangat mendasar (fundamental). Oleh karena itu, dalam merekrut anggota komisaris, kedua hal ini menjadi prioritas utama agar GCG di perusahaan dapat terwujud (Effendi, 2009). b. Struktur Kepemilikan Publik Struktur kepemilikan adalah struktur kepemilikan saham yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan (Sugiarto, 2009). Struktur kepemilikan menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Yunitasari (2014) dibedakan menjadi tiga, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik. Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal. Sumber pendanaan eksternal diperoleh dari saham masyarakat (publik) (Yunitasari, 2014). Menurut Wijayanti (2009) kepemilikan publik adalah proporsi atau jumlah kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat umum yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Sedangkan
29
Febriantina (2010) menyatakan bahwa kepemilikan publik adalah kepemilikan saham perusahaan oleh masyarakat umum atau oleh pihak luar.
B. Keterkaitan Antarvariabel 1. Hubungan antara return on equity dengan praktik perataan laba Hanafi (2009) menyebutkan bahwa Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu yang merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham diduga mempengaruhi tindakan perataan laba. ROE sering kali menjadi rasio pertimbangan investor dalam memilih beberapa pilihan untuk berinvestasi. ROE ini merupakan bagian dari keuntungan (return) dalam berinvestasi. Secara teoritis, return on equity merupakan ukuran profitabilitas dari segi investor dan alat ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu, return on equity seringkali menjadi pertimbangan investor dalam menentukan pilihan untuk berinvestasi (Munawir, 2007).
Lubis (2012) dan Siregar (2015) menyatakan bahwa ROE berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Karena return on equity merupakan salah satu faktor penentu dasar dalam penentuan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan yang merupakan indikator yang dapat mencerminkan kinerja keuangan yang berkorelasi dengan earning perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan yang profitabilitasnya lebih rendah akan cenderung melakukan 30
praktik perataan laba karena untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik walaupun profitabilitasnya rendah (Haryadi, 2011). Tingkat profitabilitas yang stabil (smooth) akan memberikan keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba, karena investor lebih menyukai tingkat profitabilitas yang stabil disetiap tahunnya (Amanza, 2012). Hal ini senada Aini (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan. Berdasarkan uraian diatas, maka: Ha1 : return on equity berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing).
2. Hubungan antara net profit margin dengan praktik perataan laba Net profit margin diduga mempengaruhi perataan laba karena secara logis marjin ini terikat langsung dengan obyek perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus kepada pihak manajemen. Diduga pihak manajemen akan melakukan praktik perataan laba untuk mendapatkan bonus yang mereka inginkan (Salno dan Baridwan, 2000).
31
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio antara rupiah laba yang dihasilkan perusahaan dibagi oleh setiap satu rupiah penjualan. Ginantra dan Putra (2015) dan Manuari dan Yasa (2014) menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Karena apabila rasio NPM yang dihasilkan manajemen stabil, hal ini akan memperlihatkan bahwa kinerja manajemen tersebut baik dibanding dengan kinerja manajemen yang menghasilkan rasio NPM yang berfluktuatif. Hal ini akan memberikan keyakinan pada calon investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Ketika rasio NPM yang dihasilkan suatu perusahaan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen, maka manajemen cenderung melakukan praktik perataan laba untuk menurunkan tingkat NPM, dan apabila NPM lebih rendah dibandingkan dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen, maka manajemen akan melakukan praktik perataan laba untuk menaikkan NPM sampai dengan tingkat NPM yang dianggap normal oleh manajemen. Berdasarkan uraian diatas, maka: Ha2 : net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba (income smoothing).
32
3. Hubungan antara dividend payout ratio dengan praktik perataan laba Investor memilih perusahaan untuk investasi dengan pertimbangan dividendnya. Perusahaan menentukan jumlah dividen (dividen per share) yang akan dibagikan kepada pemegang saham dengan membuat kebijakan dividen. Untuk meningkatkan kepercayaan investor, perusahaan berusaha menunjukkan laba yang stabil yang akan menghasilkan dividen yang stabil juga. Oleh karena itu, manajer dapat melakukan tindakan perataan laba untuk menstabilkan laba (Mukhtaruddin dan Abukosim, 2013). Selain itu, manajer akan meratakan laba yang dilaporkan dalam GAAP untuk meningkatkan kepuasan pemegang saham, karena tingkat
laba yang stabil akan
meningkatkan dividen dan meningkatkan harga saham (Monalisa, 2015). Budiasih
(2009)
menyatakan
bahwa
Dividend
Payout
Ratio
berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini terjadi karena besar kecilnya dividen tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh sehingga perusahaan cenderung melakukan perataan laba. Selain itu, investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang dapat memberikan dividen yang besar. Tidak hanya dividen yang besar, investor juga akan cenderung menanamkan modal pada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil karena akan membuat dividen yang dibagikan kepada investor juga akan stabil. Jika kucuran dari hasil keuntungan perusahaan stabil tentunya akan berakibat pada dukungan dividen dengan tingkat yang lebih besar daripada kucuran hasil keuntungan yang lebih 33
bervariasi, maka dapat memacu manajemen untuk melakukan perataan laba (Ginantra dan Putra, 2015). Berdasarkan uaraian diatas, maka: Ha3 : Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap praktik perataan laba (Income Smoothing)
4. Hubungan antara komisaris independen dengan praktik perataan laba Siallagan dan Machfoedz (2006) menyebutkan bahwa Dewan komisaris mampu mengurangi tingkat perataan laba atas pelaporan keuangan melalui fungsi pengawasan. Ghader dan Mohsen (2014) juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan jumlah board independence antara perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, yang mana perusahaan yang melakukan perataan laba memiliki jumlah board independence yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Ukuran dewan yang lebih besar akan lebih memungkinkan untuk mendapatkan masalah agensi, karena akan lebih banyak orang yang berada dibawah aktivitas manajemen. Ketika ukuran dewan lebih besar, akan memungkinkan lebih banyak anggota independen dengan keahlian yang berharga.
Keahlian anggota dewan
diharapkan bisa lebih baik untuk mencegah atau membatasi perilaku oportunitis manajemen (income smoothing). Menurut Haryadi (2011)
34
Komisaris independen berpengaruh negatif terhadap perataan laba, karena semakin banyak anggota komisaris independen dalam perusahaan maka proses pengawasan oleh komisaris independen akan semakin berkualitas sehingga dapat mencegah tindakan kecurangan terhadap laporan keuangan. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan berfungsi sebagai penyeimbang dalam proses pengambilan keputusan yang memihak kepada pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan. Komisaris independen diharapkan dapat menciptakan good corporate governance melalui fungsinya dan tanggungjawabnya atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan (Kharisma dan Agustina, 2015). Berdasarkan uraian diatas, maka: Ha4 : Komisaris Independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba 5. Hubungan antara struktur kepemilikan publik dengan praktik perataan laba Kepemilikan publik merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar (outsider ownership). Tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan maka diperlukan pendanaan yang diperoleh
35
baik melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal. Sumber pendanaan eksternal diperoleh dari saham masyarakat (publik) (Yunitasari, 2014). Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda terkait dengan hubungan antara struktur kepemilikan publik dengan praktik perataan laba. Menurut Ginantra dan Putra (2015) Proporsi kepemilikan publik yang tinggi dalam suatu perusahaan membuat manajemen selalu dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Hal ini dilakukan agar investor tetap menginvestasikan dana pada perusahaan, karena kondisi tersebut manajemen cenderung melakukan perataan laba agar selalu dapat menampilkan kinerja yang terbaik dalam perusahaan. Kinerja perusahaan yang selalu baik akan mempengaruhi para keputusan investor untuk berinvestasi. Pengelolaan laba dapat bersifat efisien, tidak selalu oportunis. Jika pengelolaan laba efisien maka kepemilikan publik yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba (berhubungan positif). Proporsi kepemilikan publik yang besar, menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan tinggi karena itu manajemen cenderung untuk melakukan perataan laba untuk menunjukkan tingkat laba dan kinerja perusahaan yang baik (Nur‘aeni, 2010). Semakin tinggi kepemilikan publik dalam struktur 36
kepemilikan perusahaan, maka perusahaan cenderung melakukan perataan laba agar menghasilkan variabilitas laba yang rendah yang mengindikasikan risiko yang rendah. Risiko yang rendah ini lah yang direspon positif oleh investor (Noviana dan Yuyetta, 2011). Mohebi et al (2013) dan Akhooridnejad et al (2013) menyatakan bahwa kepemilikan publik mempengaruhi perataan laba. Kepemilikan publik yang besar cenderung membuat perusahaan untuk tidak melakukan praktik perataan laba karena semakin besar kepemilikan saham oleh publik maka semakin banyak informasi yang diketahui oleh masyarakat (Setyani dan Liffa, 2012). Namun, berbeda dengan Mohebi et. al (2013) dan Akhooridnejad et. al (2013), Witjaksono dan Tediyanto (2011) menyatakan bahwa struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba tetapi memiliki hubungan yang positif yaitu semakin kecil struktur kepemilikan publik, semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk melakukan perataan laba. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan publik yang kecil akan mengakibatkan pengawasan yang dilakukan oleh publik menjadi tidak ketat. Berdasarkan uraian diatas, maka: Ha5 : Struktur Kepemilikan Publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
37
C.
Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Praktik
Perataan Laba ternyata menunjukkan hasil yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini ditampilkan pada Tabel 2.1.
38
No. 1.
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu Variabel dan Metode Penelitian Persamaan
Regulations,
Gaganis, Iftekhar
institutions, and
independen
The institutional
institutional characteristics,
Hasan, and Fotios
income smoothing
corporate
development dan the
e.g., the rule of law,
Pasiouras (2015)
by managing
governance
regulatory condition
common law legal origin,
2. Menggunakan
1. Variabel independen
Hasil
Chrysovalantis
technical reserve:
1. Variabel
Perbedaan
2. Objek penelitian
The paper also finds that
economic freedom, and
international
variabel Dependen
menggunakan 770
regulations relating to
evidence from the
Income Smoothing
perusahaan asuransi
technical provisions and
insurance
yang beroperasi di
supervisory power constrain
industry.
87 negara untuk
income smoothing but other
tahun 2000-2009
factors such as capital requirements, tax deductibility of provisions, auditing, and corporate governance do not have a significant effect.
Bersambung pada halaman selanjutnya 39
Tabel 2.1 (Lanjutan) No. 2.
Peneliti (Tahun) Monalisa (2015)
Variabel dan Metode Penelitian
Judul Penelitian Income
Persamaan 1. Variabel
Hasil
Perbedaan 1. Menggunakan
1. 60% of the company
Smoothing in
independen
variabel independen
smooth their income.
India – An
dividend rate paid
size of the company
2. The other objective is to
Empirical study of
out.
BSE 200 Index Companies
2. Menggunakan variabel independen
2. Menggunakan
analyze the factors
variabel independen
affecting the income
the degree of debt
smoothing behavior like
3. Objek penelitian
the company size,
profitability yang
yang digunakan
profitability, degree of
diproksikan dengan
adalah BSE 200
debt and dividend rate.
ROE
index perusahaan in
It was found that there
India tahun 2002-
are other factors that
2012
influence the income
3. Variabel dependen income smoothing
smoothing behavior among the sample under study.
Bersambung pada halaman selanjutnya 40
Tabel 2.1 (Lanjutan) Judul
Variabel dan Metode Penelitian
No.
Peneliti (Tahun)
3.
Fatemeh Mohebi,
The investigation
Mohammad
of the effect of
variabel
variabel independen
negatif dan signifikan
Mahmoodi, dan
firm-spesific
Profitability yang
firm size
antara firm size dan
Naser Ail
accounting
diproksikan dengan
Yadollahzadeh
variables on
Net Profit Margin
Tabari (2013)
income smoothing
Penelitian
Persamaan 1. Menggunakan
2. Menggunakan
of companies:
variabel dependen
evidence from
income smoothing
Tehran Stock Exchange
Hasil
Perbedaan 1. Menggunakan
1. Terdapat hubungan
2. Menggunakan variabel independen
income smoothing 2. Terdapat hubungan
debt ratio
positif dan signifikan
3. Menggunakan
antara ownership
variabel ownership
structure dan income
structure
smoothing.
4. Objek penelitian
3. Tidak melihat hubungan
menggunakan
yang signifikan antara
perusahaan yang
variabel debt ratio dan
terdaftar diTehran
profitability ratio
Stock Exchange
dengan income
tahun 2010
smoothing 4.
Bersambung pada halaman selanjutnya 41
Tabel 2.1 (Lanjutan) No. 4.
Peneliti (Tahun)
Variabel dan Metode Penelitian
Judul Penelitian
Persamaan
Ghader,
The effect of
Dadashzadeh dan
board structure
variabel
Mohsen, Zakeri
and information
independence
(2014)
asymmetry on
board
firm income
1. Menggunakan
2. Menggunakan
smoothing:
variabel income
evidence from
smoothing
Hasil
Perbedaan 1. Menggunakan variabel board size 2. Menggunakan
The results of testing hypotheses show that the size and board
variabel information
independence (board
asymmetry
structure measure) is firm
3. Objek penelitian
income smoothing less than
menggunakan
firm non income smoothing
listed companies
perusahaan
and information asymmetry
in Iranian
manufaktur yang
in firm income smoothing is
terdaftar di Tehran
more than firm non income
Stock Exchange
smoothing.
tahun 2004-2011 5.
Jeren
Political costs
1. Menggunakan
Akhoondnejad,
factors affecting
variabel
variabel independen
signifikan antara firm size,
Dr. Mansoor
income smoothing
independen public
firm size
number of employee, public
Garkaz, dan Dr.
evidence from
ownership
Mohammadreza
Tehran Stock
2. Menggunaka
Shoorvarzi (2013)
Exchange (TSE)
variabel dependen
1. Menggunakan
2. Menggunakan variabel independen
Terdapat hubungan yang
ownership, dan income tax terhadap income smoothing
number of employee
Bersambung pada halaman selanjutnya 42
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Persamaan income smoothing
Perbedaan
Hasil
3. Menggunakan variabel independen income tax 4. Objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange untuk lima periode yaitu tahun 2006-2011
6.
Parviz Saeidi
The relationship
(2012)
between income
variabel
variabel independen
signifikan antara income
smoothing and
independen
profitability ratio
smoothing, tax income, dan
income tax and
profitability ratio
yang diproksikan
profitability ratio
profitability ratio
yang diproksikan
dengan ROA
in Iran Stock
dengan ROE
Market
1. Menggunakan
2. Menggunakan
1. Menggunakan
Terdapat hubungan yang
2. Menggunakan variabel independen
Bersambung pada halaman selanjutnya 43
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
Peneliti (Tahun)
Variabel dan Metode Penelitian
Judul Penelitian
Persamaan variabel dependen income smoothing
Perbedaan
Hasil
tax income 3. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di iran stock market tahun 2001-2007
7.
Sri Supriastuti dan Ukuran
1. Variabel
1. Menggunakan
1. Ukuran perusahaan dan
Asri Warnanti
Perusahaan,
independen
variabel independen
winner/loser stock
(2015)
Winner/Loser
dividend payout
ukuran perusahaan
berpengaruh secara
Stock, Debt To
ratio
Equty Ratio, Dividend Payout Ratio pengaruh
2. Variabel dependen
2. Menggunakan variabel independen
perataan laba winner/loser stock Tabel 2.1 (Lanjutan) 3. Menggunakan
signifikan terhadap perataan laba 2. Debt to equity ratio dan dividend payout ratio
terhadap Perataan
variabel independen
tidak berpengaruh
Laba
debt to equity ratio
secara signifikan
4. Objek penelitian
terhadap perataan laba.
yang digunakan Bersambung pada halaman selanjutnya 44
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Persamaan
Perbedaan
Hasil
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling 8.
Akbar Kharisma
Pengaruh
dan Linda
mekanisme
independen
Agustina (2015)
corporate
corporate
governance dan
governance
ukuran
1. Variabel
2. Variabel
1. Variabel independen ukuran perusahaan 2. Objek penelitian
institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh
yang digunakan
negatif terhadap dan
adalah menggunakan
signifikan terhadap perataan laba
perusahaan
independen
perusahaan yang
terhadap praktik
perataan laba
terdaftar di JII tahun
perataan laba
1. Kepemilikan
2011-2013
2. Kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit, dan
Bersambung pada halaman selanjutnya 45
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
Peneliti (Tahun)
Variabel dan Metode Penelitian
Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Hasil kualitas audit tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba
9.
Ida Ayu Ratih
Praktik perataan
1. Menggunakan
Manuari dan
laba dan faktor-
variabel
variabel independen
margin berpengaruh
Gerianta Wirawan
faktor yang
independen
profitabilitas
terhadap parktik
Yasa (2015)
mempengaruhinya
dividend payout ratio 2. Menggunakan variabel
1. Menggunakan
2. Menggunakan
1. Variabel net profit
perataan laba,
variabel independen
sedangkan variabel
financial leverage
dividend payout ratio,
3. Objek penelitian ini
profitabilitas, financial
independen net
menggunakan
leverage, dan
profit margin
perusahaan
kepemilikan publik
manufaktur yang
tidak berpengaruh
variabel
terdaftar di BEI
terhadap praktik
independen
periode 2008-2012.
perataan laba.
3. Menggunakan
kepemilikan publik 4. Menggunakan variabel dependen Bersambung pada halaman selanjutnya 46
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
Variabel dan Metode Penelitian
Judul
Peneliti (Tahun)
Penelitian
Persamaan
Hasil
Perbedaan
income smoothing 10.
Ni Putu Santi
Good Corporate
Dewantari dan I
Governance,
variabel
Dewa Nyoman
ukuran
independen Good
Badera (2015)
perusahaan, dan
Corporate
variabel independen
berpengaruh pada
Financial
Governance
Financial Leverage
probabilitas perataan
Leverage sebagai
11.
1. Menggunakan
2. Menggunakan
1. Variabel ukuran perusahaan 2. Menggunakan
3. Objek penelitian
1. Good corporate governance dan ukuran perusahaan tidak
laba.
predictor perataan
variabel dependen
menggunakan
laba
perataan laba
perusahaan yang
berpengaruh negative
terdaftar di BEI yang
dan signifikan pada
masuk dalam CGPI
probabilitas praktik
tahun 2010-2012
perataan laba
I Komang Gede
Pengaruh
Ginantra dan I
profitabilitas,
independen
variabel independen
berpengaruh positif
Nyoman Wijana
Leverage, ukuran
dividend payout
profitabilitas
terhadap perataan laba
Asmara Putra
perusahaan,
ratio
(2015)
kepemilikan
2. Variabel
publik, dividend
1. Variabel
independen good
1. Menggunakan
2. Financial Leverage
2. Menggunakan
1. Variabel NPM
2. Variabel profitabilitas,
variabel independen
financial leverage,
leverage
ukuran perusahaan,
Bersambung pada halaman selanjutnya 47
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
Judul
Peneliti (Tahun)
Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Persamaan
Hasil
Perbedaan
payout ratio, dan
corporate
net profit margin
governance yang di
adalah perusahaan
DPR tidak berpengaruh
terhadap perataan
proksikan dengan
manufaktur yang
positif terhadap perataan
laba
kepemilikan publik
terdaftar di BEI
laba.
3. Menggunakan
3. Objek penelitian ini
tahun 2007-2012.
variabel
Sampel dipilih
independen net
menggunakan
profit margin
metode purposive
4. Variabel dependen
kepemilikan public dan
sampling
perataan laba Sumber: Diolah dari berbagai referensi.
48
D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Financial Ratios dan Good Corporate Governance terhadap praktik perataan laba (income smoothing); studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic index (JII) tahun 2011-2014 Terdapat beberapa kasus perataan laba, seperti PT. Waskita Karya 2004-2007, dan PT. Katarina Utama tahun 2009. Perataan laba menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak kredibel dan memberikan informasi yang tidak sebenarnya sehingga menyesatkan dalam pengambilan keputusan (Dewantari dan Badera, 2015). Selain itu, penelitian sebelumnya terkait dengan perataan laba menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
.
Teori Dasar: Teori Keagenan
Financial Ratios
Return on Equity (X1)
Net profit margin (X2)
Good Corporate Governance
Dividend payout ratio (X3)
Komisaris Independen (X4)
Struktur kepemilikan publik (X5)
Perataan Laba (income smoothing) (Y)
Uji Regresi Logistik
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan, Saran, dan Keterbatasan 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) periode 2011-2014 yaitu berjumlah 30 perusahaan go public. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2011-2014. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisis pengaruh variabel independen yaitu financial ratios yang diproksikan dengan return on equity, net profit margin, dividend payout ratio dan good corporate governance yang diproksikan dengan proporsi komisaris independen dan struktur kepemilikan publik terhadap variabel dependen perataan laba (Income Smoothing). B. Metode Penentuan Sampel Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Purposive sampling adalah metode untuk memperoleh informasi dari sasaran-sasaran sampel tertentu yang disengaja oleh peneliti, karena hanya sampel tersebut saja yang mewakili (Zulganef, 2008). Pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada jenis kriteria tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, baik karena satu-satunya yang dimiliki atau
50
memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2011). Pertimbangan atau kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini, yaitu : 1. Perusahaan terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) berturut-turut pada tahun 2011 hingga tahun 2014. 2. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian selama periode 2011-2014. 3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah 4. Menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk periode 2011, 2012, 2013, dan 2014 serta mempunyai laporan keuangan lengkap sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Pertimbangan-pertimbangan di atas dibuat untuk menghasilkan sampel yang dapat mewakili kondisi populasi yang sebenarnya. C. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder menurut Istijanto (2008) adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain bukan oleh peneliti sendiri untuk tujuan yang berbeda. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan dan catatan atas laporan keuangan. Kedua data tersebut dapat diakses dan di-download pada website www.idx.co.id atau bisa diakses melalui website resmi perusahaan yang bersangkutan.
51
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, komisaris independen, dan struktur kepemilikan publik sebagai variabel independen dan variabel perataan laba (Income Smoothing) sebagai variabel dependen. 1.
Variabel Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah praktik perataan laba yang diukur dengan skala nominal. Tindakan perataan laba diuji dengan Indeks Eckel (1981). Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 1, sedangkan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0.
Menurut Saeidi (2012), perusahaan melakukan perataan laba jika nilai indeks eckel kurang dari 1, indeks eckel dirumuskan sebagai berikut: CV ΔI CV ΔS
CVΔI =
CVΔS =
∑ Δ𝐼i−∆𝐼 2 /𝑛−1 ∆𝐼 ∑ Δ𝑆i−∆𝑆 2 /𝑛−1 ∆𝑆
Keterangan : CV
= Coefficient of Variation
ΔI
= Perubahan laba pada periode i
ΔS
= Perubahan penjualan pada periode i
52
2.
I
= Rata-rata laba
S
= Rata-rata penjualan
Variabel Independen a. Return On Equity Menurut Fahmi (2011:137), rasio return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity (ROE) adalah : ROE
=
net income equity
b. Net Profit Margin Menurut Keown et al (2011) net profit margin (NPM) dapat dihitung dengan menggunakan rumus: NPM =
Laba bersih setelah pajak Penjualan
Menurut Weston dan Copeland (1998), semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya.
53
c. Dividend Payout Ratio Dividend payout ratio merupakan ratio perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat untuk mengukur persentase besarnya dividen yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham (Supriastuti dan Warnanti, 2015). Devidend payout ratio diukur dengan rumus sebagai berikut : DPR =
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
X 100%
d. Komisaris Independen Definisi komisaris independen dalam Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance Bab II adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Proporsi komisaris independen yaitu persentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris (Boediono, 2005). Rumus perhitungan proporsi komisaris independen adalah:
jumlah komisaris independen total jumlah anggota dewan komisaris
X 100%
54
e. Struktur Kepemilikan Publik Menurut Abraham and Cox (2007), struktur kepemilikan publik dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Kepemilikan saham oleh publik X 100% Total saham
55
Variabel
Income Smoothing
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel Indikator The company is artificial smoothing if : CV ΔI <1 CV ΔS Dimana: ∑ Δ𝐼i−∆𝐼 2 /𝑛−1 CVΔI = ∆𝐼 ∑ Δ𝑆i−∆𝑆 2 /𝑛−1 CVΔS = ∆𝑆 Perusahaan yang melakukan praktik perataan laba diberi nilai 1, dan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba diberi nilai 0
Return on equity
ROE
Net profit margin
NPM =
Dividend payout ratio
Komisaris Independen
=
net income
Laba bersih setelah pajak Penjualan 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
Nominal
Rasio
equity
DPR =
Skala
X 100%
jumlah komisaris independen X 100% total jumlah anggota dewan komisaris
Rasio
Rasio
Rasio
Bersambung pada halaman selanjutnya 56
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel Struktur kepemilikan publik
Indikator Kepemilikan saham oleh publik Total saham
Skala
X 100%
Rasio
57
E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Binary Logistic dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Package For Social Sciences) versi 22 sebagai alat untuk menguji data tersebut. Uji Regresi Binary Logistic dilakukan karena variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel dummy. Tujuan dilakukan regresi logistik ini adalah untuk pembuatan sebuah model regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel binary menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2015). 1.
Regresi Logistik Regresi Logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya terbagi menjadi dua bagian atau kelompok (biner), walaupun formulanya bisa saja lebih dari dua kelompok. Regresi logistik binary adalah regresi logistic dimana variabel depedennya berupa variabel dikotomi atau variabel biner (Aelia, 2015). Regresi logistik binari digunakan untuk menemukan persamaan regresi dimana variabel dependennya bertipe dua pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua pilihan seperti: tidak setuju, setuju, sangat setuju. Dalam penelitian ini, variabel dikotominya adalah perusahaan yang melakukan perataan laba (diberi nilai 1) dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba (diberi nilai 0).
58
Menurut Ghozali (2013:333) Regresi Logistik pada dasarnya sama dengan analisis diskriminan yaitu menguji apakah model probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Namun, yang membedakan adalah pada jenis data dari variabel dependen. Jika pada analisis diskriminan variabel dependennya adalah data rasio, maka pada regresi logistic variabel dependen adalah data nominal. 2.
Tahapan Regresi Logistik Dalam penelitian ini, tahapan dengan menggunakan uji regresi logistik adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian. a. Statistik Deskriptif Menurut Sugiyono (2009:206) Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik Deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang terlihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (ghozali, 2013:19).
59
b. Pengujian Hipotesis Penelitian Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation (MLE). Ho = b1 = b2 = b3 = ... = bi = 0 Ho ≠ b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ ... ≠ bi ≠ 0 Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Nilai α dinyatakan sebagai besarnya tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Umumnya, untuk ilmu sosial, termasuk ekonomi dan keuangan, besarnya α adalah 5% (Nachrowi dan Usman, 2006:15). Kaidah pengambilan keputusan adalah: a. Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif didukung. b. Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak didukung. 1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Menurut Ghozali (2013:340) langkah pertama dalam melakukan analisis Regresi Logistic adalah menilai overall Model fit terhadap data. Hipotesis yang diberikan untuk menilai model fit adalah: H0
: Model yang dihipotesakan fit dengan data
H1
: Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data.
60
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa nol agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan Likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2013:340). 2. Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti adanya perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Godness Fit Model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2013: 341).
61
3. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square). Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nagelkerke’s R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2013:341). 4. Model Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis Regresi Logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh rasio return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, komisaris independen, dan struktur kepemilikan publik terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Model yang digunakan adalah sebagai berikut: 𝑰𝑺
LOGIT 𝟏−𝑰𝑺 = α + β1ROE + β2NPM + β3DPR + β4DKI + β5SKP + е Keterangan:
62
𝑰𝑺
Logit 𝟏−𝑰𝑺 = Variabel dummy, dimana angka 1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba, dan angka 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba α
= Konstanta
β
= Koefisien regresi
ROE
= return on equity
NPM = net profit margin DPR
= dividend payout ratio
DKI
= Dewan komisaris independen
SKP
= Struktur kepemilikan publik
63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) mulai tahun 2011-2014 yaitu berjumlah 30 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Dari 30 perusahaan, yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan peneliti untuk dijadikan sampel berjumlah 13 perusahaan. Seleksi pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
No.
Tabel 4. 1 Pengambilan Sampel Kriteria
1.
Jumlah perusahaan yang terdaftar di JII
2.
Perusahaan yang tidak berturut-turut terdaftar di JII
Sampel 30 (16)
periode 2011 sampai 2014 3.
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan
(1)
keuangannya dalam mata uang rupiah Jumlah perusahaan yang menjadi sampel
13
Sumber: Laporan Keuangan perusahaan yang terdaftar di JII tahun 20112014 yang diolah. Berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang telah ditentukan pada tabel 4.1, dapat diketahui jumlah perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian adalah 13 perusahaan atau 52 unit analisis (13 perusahaan x 4 tahun
64
pengamatan). Adapun perusahaan-perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4. 2 Sampel Penelitian No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1. AALI Alam Sutera Realty Tbk 2. ASII Astra Agro Lestari Tbk 3. ASRI Astra International Tbk 4. CPIN Charoen Pokphan Indonesia Tbk 5. INTP Indo Tambangraya Megah Tbk 6. KLBF Kalbe Farma Tbk 7. LPKR Lippo Karawaci Tbk 8. LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk 9. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 10. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk 11. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 12. UNTR United Tractors Tbk 13. UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber: Data sekunder diolah B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model penelitian regresi logistic (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai faktor-faktor variabel independen yaitu Financial Ratio (return on equity, net profit margin, dan dividend payout ratio) dan Good Corporate Governance (komisaris independen dan struktur kepemilikan publik) yang mempengaruhi variabel independen yaitu perataan laba (income smoothing).
65
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROE
52
.09
1.26
.3012
.27397
NPM
52
.06
.50
.2013
.08627
DPR
52
.13
1.00
.4702
.22095
DKI
52
.30
.80
.4425
.14047
SKP
52
.15
.82
.4213
.15287
Valid N (listwise)
52
Sumber: Hasil output SPSS 22
Tabel
4.3
menunjukkan
statistik
deskriptif
masing-maisng
variabel
independen dalam penelitian ini. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 52 (13 perusahaan dengan 4 tahun pengamatan). Dari 52 pengamatan ini, nilai rata-rata untuk variabel return on equity (ROE) adalah 0,30 dengan nilai terendah 0,09, nilai tertinggi 1,26 dan memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,27. Nilai terendah untuk variabel ROE adalah perusahaan LPKR pada tahun 2011, sedangkan yang tertinggi adalah perusahaan UNVR tahun 2013. Variabel net profit margin (NPM) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,20 dengan nilai terendah 0,06, nilai tertinggi 0,50, dan nilai standar deviasinya sebesar 0,09. Nilai terendah untuk variabel NPM adalah perusahaan CPIN tahun 2014, sedangkan perusahaan dengan nilai NPM tertinggi adalah ASRI tahun 2012. Untuk variabel dividend payout ratio (DPR) nilai rata-rata sebesar 0,47 dengan nilai terendah 0,13, nilai tertinggi 1,00 dan standar deviasinya sebesar 0,22. Perusahaan
66
dengan nilai DPR terendah adalah ASRI tahun 2014, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai DPR tertinggi adalah UNVR untuk tahun 2011 hingga tahun 2014. Nilai rata-rata untuk variabel Dewan Komisaris Independen (DKI) 0,44 dengan nilai terendah 0,30, nilai tertinggi 0,80 dan nilai standar deviasinya adalah sebesar 0,14. Perusahaan yang memiliki jumlah dewan komisaris independen paling sedikit adalah ASII tahun 2013, sedangkan perusahaan yang memiliki jumlah dewan komisaris independen paling banyak adalah UNVR berturut-turut mulai tahun 2011 sampai 2014. Untuk variabel Struktur Kepemilikan Publik (SKP) memiliki nilai ratarata sebesar 0,42, dengan nilai terendah 0,15, nilai tertinggi 0,82 dan nilai standar deviasi sebesar 0,15. Kepemilikan saham oleh publik yang paling sedikit adalah pada perusahaan UNVR tahun 2011 sampai 2014, sedangkan kepemilikan saham oleh publik yang paling banyak adalah LPKR berturut-turut mulai tahun 2011 hingga 2014. Berdasarkan Tabel 4.3 juga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang memiliki penyebaran data yang paling baik adalah variabel net profit margin. Hal tersebut dikarenakan nilai standar deviasi variabel NPM memiliki nilai yang terkecil, semakin kecil nilai standar deviasi maka semakin baik penyebaran datanya.
67
2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit). Menurut Ghozali (2013:340) Keseluruhan Model (Overall Model Fit) dapat dinilai dengan melihat nilai -2LogL pada beginning block (block = 0 dan Block 1: Method = Enter. Jika terjadi penurunan, maka hipotesis nol tidak ditolak. Hasil uji Keseluruhan Model ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 4 Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
56.334
1.077
2
56.181
1.200
3
56.181
1.204
4
56.181
1.204
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 56.181 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
68
Tabel 4. 5 Block 1: Method=Enter a,b,c,d
Iteration History
Coefficients
-2 Log Iteration
likelihood
Constant
ROE
NPM
DPR
DKI
SKP
Step 1 1
47.733
.519
-1.621
-5.274
.156
2.491
2.212
2
43.614
-1.222
-2.934
-7.243
.136
6.629
4.908
3
41.696
-4.026
-4.820
-8.300
.140
12.678
8.128
4
41.506
-5.049
-5.768
-8.900
.128
15.355
9.244
5
41.504
-5.155
-5.885
-8.981
.127
15.664
9.356
6
41.504
-5.156
-5.886
-8.982
.127
15.667
9.357
7
41.504
-5.156
-5.886
-8.982
.127
15.667
9.357
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 56.181 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil output SPSS 22 Berdasarkan tabel 4.6, terlihat bahwa nilai -2LogL adalah sebesar 56.181, sedangkan pada tabel 4.7 nilai -2LogL sebesar 41.504 yang mana terjadi penurunan sebesar 14.667. Penurunan ini, dimana Likelihood pada regresi binary mirip dengan pengertian sum of squared error pada model regresi, menunjukkan model regresi yang lebih baik (Santoso, 2015).
69
b. Hasil Pengujian Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square
Df
14.233
Sig. 8
.076
Sumber: Hasil output SPSS 22 Berdasarkan tabel 4.8, menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 14,233 dengan nilai signifikannya 0,076 atau > 0,05. Hal tersebut berarti hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Maka model regresi ini bisa digunakan untuk analisis selanjutnya atau dengan kata lain mampu memprediksi nilai observasinya. c. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square) Pengujian Koefisien Determinasi menggunakan Cox and Snell dan Nagelkerke’s R Square. Hasil pengujian ini ditunjukkan dalam tabel 4.9 berikut ini: Tabel 4. 7 Nagelkerke's R Square
Step
Model Summary Cox & Snell R -2 Log likelihood Square a
Nagelkerke R Square
1 41.504 .246 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
.372
Sumber: Hasil output SPSS 22 70
Nagelkerke’s R2 merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell‘s R2 dengan nilai maksimumnya (Ghozali, 2013:341). Berdasarkan tabel 4.9, menunjukkan nilai Nagelkerke’s R2 sebesar 0,372 yang berarti bahwa variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 0,372 atau 37,2%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,628 atau 62,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
d. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 4. 8 Hasil Uji Regresi Logistik Variables in the Equation B Step 1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
ROE
-5.886
3.729
2.491
1
.114
.003
NPM
-8.982
4.556
3.886
1
.049
.000
DPR
.127
2.675
.002
1
.962
1.135
DKI
15.667
8.012
3.824
1
.051
6371417.491
SKP
9.357
4.824
3.762
1
.052
11581.313
-5.156
3.719
1.922
1
.166
.006
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: ROE, NPM, DPR, DKI, SKP.
Sumber: Hasil output SPSS 22
71
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilka model berikut ini: 𝑰𝑺
LOGIT 𝟏−𝑰𝑺 = -5.156 – 5.886 ROE – 8.982 NPM + 0,127 DPR + 15.667 DKI + 9.357 SKP + 3.719 Berdasarkan model tersebut, interpretasinya adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh return on equity (ROE) terhadap praktik perataan laba (income smoothing) Variabel ROE menunjukkan koefisien regresi negatif yaitu -5.886 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,114, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ke-1 ditolak. Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa ROE berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Natalia (2009), Haryadi (2011), Santoso dan Salim (2012) dan Monalisa (2015). Praktik perataan laba yang dilakukan oleh manajemen tidak berdasarkan informasi profitabilitas (yang diproksikan dengan ROE). Hal tersebut disebabkan ada kecenderungan pemakai laporan keuangan aware terhadap informasi profitabilitas sehingga praktik perataan laba tetap dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa mempedulikan besar atau kecilnya profitabilitas (ROE) (Natalia, 2009). Menurut Haryadi (2011) ROE bukanlah satu-satunya tolak ukur dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, tetapi dapat pula diukur berdasarkan pada tingkat penjualan dan tingkat jumlah asset tertentu.
72
Selain itu, keefisienan manajemen juga turut berperan penting dalam proses pengukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Hal ini berarti perusahaan belum mampu memanfaatkan modal yang diinvestasikan oleh investor selaku stakeholder perusahaan dengan baik dalam meningkatkan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, tidak berpengaruhnya ROE diduga karena investor cenderung mengabaikan informasi ROE yang ada secara maksimal, sehingga manajemen menjadi tidak termotivasi melakukan perataan laba melalui variabel tersebut.
2. Pengaruh net profit margin (NPM) terhadap praktik perataan laba (income smoothing) Variabel net profit margin (NPM) menunjukkan koefisien regresi negatif yaitu sebesar -8.982 dengan tingkat signifikan sebesar 0,049 atau lebih kecil dari α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 maka hipotesis ke-2 diterima. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa NPM berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiawan (2011), Wulandari (2013), Manuari dan Yasa (2014) dan Ginantra dan Putra (2015). Net Profit Margin (NPM) merupakan bagian dari rasio profitabilitas. Menurut Masodah (2007) net profit margin merupakan variabel yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
73
Net
Profit
Margin
(NPM)
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu (Wulandari, 2013). Ketika rasio net profit margin memiliki nilai yang besar, maka dapat terlihat bahwa kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan pada tingkat penjualan tertentu juga semakin besar. Selain itu, NPM juga dapat diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Net profit margin merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, NPM juga digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumbersumber yang dimilikinya (Rahmawati dan Muid, 2012). Karena hal tersebut, pada saat NPM perusahaan menurun perusahaan akan melakukan perataan laba karena dengan melakukan perataan laba perusahaan dapat mempercepat pengakuan laba pada periode dimana perusahaan tidak dapat menghasilkan laba dengan baik sehingga laba perusahaan tidak berfluktuasi dan berada pada posisi yang dianggap baik oleh pihak perusahaan (Budiasih, 2009). Selain itu, menurut Setiawan (2011) berpengaruhnya variabel net profit margin terhadap praktik perataan laba disebabkan karena pihak manajemen perusahaan berusaha untuk mendapatkan bonus yang diinginkan, dimana diterima atau tidaknya dan besar kecilnya bonus berdasarkan jumlah penjualan perusahaan yang dapat mereka hasilkan. Jumlah penjualan yang dihasilkan tersebut akan mempengaruhi jumlah laba yang
74
didapatkan. Oleh karena itu, pihak manajemen berusaha menampilkan laba yang baik agar keinginan pribadinya untuk mendapatkan bonus terpenuhi.
3. Pengaruh dividend payout ratio (DPR) terhadap praktik perataan laba (income smoothing) Variabel dividend payout ratio (DPR) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,127 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,962 atau lebih besar dari α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ke-3 ditolak. Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa DPR berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kustono (2009), Monalisa (2015), dan Supriastuti dan Warnanti (2015). Menurut Kustono (2009) dividend payout ratio terbukti tidak mempengaruhi praktik perataan laba dikarenakan kebijakan dividend payout merupakan keputusan rapat umum pemegang saham (principal) yang belum tentu dapat terdeteksi oleh manajemen. Hal tersebut juga didukung oleh Manuari dan Yasa (2014) dan Supriastuti dan Warnanti (2015) yang menyatakan bahwa besar kecilnya pembayaran dividend tidak membuat manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba. Hal tersebut dimungkinkan karena pembayaran dividen merupakan hasil keputusan RUPS.
75
4. Pengaruh dewan komisaris independen (DKI) terhadap praktik perataan laba (income smoothing) Variabel dewan komisaris independen (DKI) menunjukkan nilai koefisien regresi positif sebesar 15,667 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,051 atau lebih besar dari α = 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 0,05 maka hipotesis ke-4 ditolak. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa variabel dewan komisaris independen berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haryadi (2011), dan Kharisma dan Agustina (2015). Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Ada beberapa penjelasan atas hal tersebut. Pertama, pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Kedua, ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30% untuk pengangkatan komisaris independen mungkin belum cukup tinggi untuk menyebabkan para komisaris independen tersebut dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris, sehingga peran komisaris independen menjadi kurang efektif dalam menjalankan peran monitoring perusahaan. Apabila komisaris independen merupakan pihak mayoritas (> 50%) maka mungkin dapat lebih efektif dalam menjalankan peran
76
monitoring dalam perusahaan. Tetapi jika pengangkatannya belum dilandasi kebutuhan perusahaan tapi hanya sebatas pemenuhan regulasi saja, maka proporsi dewan komisaris mungkin tidak perlu diperbanyak, tetap sesuai peraturan yang ada (minimal 30%), dan dilihat keefektifan dewan dalam jangka waktu yang lebih panjang (Haryadi, 2011). Menurut Kharisma dan Agustina (2015) praktik perataan laba yang terjadi bukan didasarkan atas sifat dasar manusia yang akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya dalam hal ini manajer. Perspektif Stewardship Theory menggambarkan pemisahan antara fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan perusahaan berkaitan dengan hadirnya komisaris independen menjadi sebuah skema dimana investor dalam hal ini principal mempercayakan pengelolaan sumber daya perusahaan kepada pihak lain yang berperan sebagai steward yang lebih capable dan siap. Steward tidak memiliki motivasi untuk melakukan praktik perataan laba yang merugikan principal, oleh karena itu mekanisme pengawasan melalui komisaris independen tidak mampu mempengaruhi praktik perataan laba yang terjadi.
5. Pengaruh struktur kepemilikan publik (SKP) terhadap praktik perataan laba (income smoothing) Variabel struktur kepemilikan public (SKP) menunjukkan nilai koefisien regresi positif yaitu sebesar 9,357 dengan nilai signifikansi sebesar 0,052 atau lebih besar dari α = 0,05. Karena tingkat signifkansi lebih besar dari α = 0,05
77
maka hipotesis ke-5 ditolak. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Azlina, 2010), Noviana dan Yuyetta (2011), dan Setyani dan Liffa (2012). Variabel struktur kepemilikan publik tidak mempengaruhi tindakan perataan laba disebabkan kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik pada perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 masih cenderung kecil. Sehingga, menurut Azlina (2010), jika saham yang dimiliki oleh publik cenderung kecil, maka hal kepemilikan saham publik tersebut belum dapat menjadi alat monitoring dan intervensi, atau belum dapat memberikan pengaruh terhadap kedisiplinan manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
6. Pengaruh return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dividend payout ratio (DPR), dewan komisaris independen (DKI), dan struktur kepemilikan publik (SKP) terhadap praktik perataan laba (income smoothing) Tujuan dalam penelitian ini juga untuk mengetahui apakah return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan publik secara simultan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut:
78
Tabel 4. 9 Hasil Uji Simultan Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
14.677
5
.012
Block
14.677
5
.012
Model
14.677
5
.012
Sumber: Hasil Output SPSS 22 Jika pada Regresi Berganda, untuk menguji signifikansi simultan menggunakan uji F, sedangkan pada regresi logistik menggunakan nilai ChiSquare dari selisih -2Log likelihood sebelum variabel independen masuk model dan -2Log likelihood setelah variabel indpenden masuk model. Pengujian ini disebut juga dengan pengujian Maximum Likelihood (www.statistikian.com). Berdasarkan tabel 4.12 nilai Chi-Square 14,677 > dari chi-square tabel pada df 5 (jumlah variabel independen 5) yaitu 11,0705 atau dengan signifikansi sebesar 0,012 (< 0,05) sehinga dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan variabel return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.
79
Ringkasan hasil penelitian ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 4. 10 Ringkasan Hasil Penelitian Variabel Independen ROE NPM DPR DKI SKP
Variabel Dependen X X X X
Keterangan: : Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis diterima X : Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak.
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor financial ratios yang meliputi return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, dan good corporate governance meliputi dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan publik yang mempengaruhi praktik tindakan perataan laba. Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai berikut: 1. Return on equity tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2009), Haryadi (2011), Santoso dan Salim (2014), dan Monalisa (2015). 2. Net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2011), Wulandari (2013), Manuari dan Yasa (2014), dan Ginantra dan Putra (2015). 3. Dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kustono (2009), Monalisa (2015), dan Supriastuti dan Warnanti (2015). 4. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Haryadi (2011) dan Kharisma dan Agustina (2015).
81
5. Struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hasil tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Azlina (2010), Novianna dan Yuyetta (2011), dan Setyani dan Liffa (2012) 6. Return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, dewan komisaris independen, dan struktur kepemilikan publik secara simultan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.
B. Implikasi Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang akuntansi terkait tentang tindakan-tindakan yang umum dilakukan oleh manajemen suatu perusahaan yakni tindakan manajemen laba yang salah satu bentuk kecurangannya adalah praktik perataan laba itu sendiri. Serta diharapkan pula dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tindakan tersebut, dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah return on equity, net profit margin, dividend payout ratio, dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan publik. Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan di bawah ini sebagai berikut:
82
1. Bagi perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu perusahaan khususnya para pemegang saham terkait dengan praktik perataan laba yang banyak dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Para pemilik atau pemegang saham diharapkan lebih kritis dalam menilai kinerja yang dilakukan oleh manajemen, agar dapat meminimalisir pratik perataan laba ini. 2. Bagi investor Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi para investor terkait dengan praktik perataan laba yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Sehingga para investor dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam hal berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memang memiliki kinerja yang baik. 3. Bagi pembaca Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca bahwa praktik perataan laba ini masih banyak dilakukan oleh perusahaan, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
83
C. Saran Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang dirasakan peneliti selama penyusunan penelitian ini, maka peneliti memberikan saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya khususnya terkait dengan topik praktik perataan laba (income smoothing) yang dilakukan perusahaan, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya mampu memberikan hasil penelitian yang lebih baik dengan mempertimbangkan saran dibawah ini: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas sampel yang digunakan yakni bisa menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau minimal menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan tahun pengamatan yang lebih banyak, misalnya 5 atau 7 tahun terkhir. 3. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan proksi yang lain, misalnya saja untuk financial ratios bisa diproksikan dengan return on investment (ROI) atau rasio laba terhadap beban bunga, sedangkan untuk variabel good corporate governance bisa diproksikan dengan struktur kepemilikan institusional atau keberadaan komite audit di suatu perusahaan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Akhoondnejad, Jeren, Mansoor garkaz, dan Mohammadreza Ahoorvarzi. 2013. Political Costs Factors Affecting Income Smoothing Evidence From Tehran Stock Exchange (TSE). Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business.Vol. 5, No. 2 Aliya, Angga. 2014. Dulu BUMN ‗Sakit‘, Kini Waskita Garap Tol Atas Laut di Kalimantan.http://finance.detik.com/read/2014/05/30/064840/2594956/4/dulu -bumn-sakit-kini-waskita-garap-tol-atas-laut-di-kalimantan. Diakses pada tanggal 09 November 2015 pukul 20.33 Amanza, Arya Hagaganta. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro (Anonim). 2010. Bangkrutnya Perusahaan Amerika, Penyebabnya Sederhana. http://www.kompasiana.com/reflus/bangkrutnya-perusahaan-amerikapenyebabnya-sederhana_55004b06a33311a8725109d2. Diakses pada tanggal 09 November 2015 pukul 19:50 Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Maanajemen. Jakarta: Salemba Empat Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba. Pekbis Jurnal. Volume 2 No. 3 Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Jakarta: Salemba Empat Belkaoui, Ahmed Riahi. 2007. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat Brigham, Eugene F dan Joel Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Budiasih, Igan.2009. Faktor-faktor yang mempengauhi praktik perataan laba. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana Christiana, Lusi. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktek perataan laba pada Perusahaan manufaktur di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 4
85
Copeland E.Thomas dan Weston J.Fred. 1998. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga Damayanti, Fitria Astrid. 2013. Pengaruh Free Cash Flow, Financial Leverage, Profitability, dan Peran Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Daniel, Wahyu. 2010. Bapepam Lemah Lindungi Investor Pasar Modal. http://finance.detik.com/read/2010/10/23/114734/1472978/6/bapepam-lemahlindungi-investor-pasar-modal. Diakses pada tanggal 09 November 2015 pukul 19.49 Dewantari, Ni Putu Santi dan I Dewa Nyoman Badera. 2015. Good corporate governance, ukuran perusahaan, dan financial leverage sebagai prediktor perataan laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Volume 10 No. 2 Dewi, Diastiti Okkarisma. 2010. Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, dan Financial Leverage Terhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang Effendi, Muhammad Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance; Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat Fahmi, Irham. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABETA Faizah. 2009. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tindakan perataan laba (income smoothing) pada perusahaan yang termasuk dalam Jakarta Islamic Index (JII). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Fengju, Xu, Rasool Yari Fard, Leila Ghassab Maher, dan Nader Akhteghan. 2013. The relationsip Between Financial Leverage and Profitability with an Emphasis On Income Smoothing in Iran‘s capital market. Europe online journal of natural and Social Sciences. ISSN 1805-3602. Vol. 2, No.3 Gaganis, Chrysovalantis, Iftekhar Hasan, dan Fotios Pasiouras. 2015. Regulations, institutions and Income Smoothing by Managing Technical: International Evidence From The Insurance Industry. Discussion Papers. Bank of Finland Research 15
86
Ghader, Dadashzadeh dan Zakeri Mohsen. 2014. The Effect of board Structure and Information Asymmetry on Firm Income Smoothing: Evidence from Listed Companies In Iranian. International Journal of Current Life Sciences. Vol. 4, Issue 2, pp. 754-759 Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro Ghozali, Imam dan A. Chariri. 2006. Teori Akuntansi. Semarang: UNDIP. Ginantra, I Komang Gede dan I Nyoman Wijana Asmara Putra. 2015. Pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan public, dividend payout ratio, dan net profit margin pada perataan laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.2 (2015) : 602-617 Gitman, Lawrence. 2003. Principles of Manajerial Finance. International Edition, 10th edition, Pearson Education, Boston. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010. Accounting Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers Haryadi, Andy Sri. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan, dan Komisaris Independen Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2009. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang Hery. 2009. Teori Akuntansi. Jakarta: Kencana Hidayat, Anwar. 2015. Interpretasi Regresi Logistik dengan http://www.statistikian.com/2015/02/interprestasi-regresi-logistikdengan.html. Diakses pada tanggal 30 November 2015 pukul 03.01
SPSS.
Irham, Fahmi. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta
87
Kamran dan Attaullah Shah. 2014. The impact of Corporate Governance and Ownership structur on Earnings Management Practices: Evidence from Listed Companies in Pakistan. The Lahore Journal of Economics 19:2 pp. 27-70 Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Kharisma, Akbar dan Linda Agustina. 2015. Pengaruh Mekasnisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba. Accounting Analysis Journal. Volume 4 No. 2 ISSN 2252-6765 Keown, Arthur J, John D. Martin, J.William Petty, dan David F.Scott. 2011. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Jakarta: PT Indeks Kurniawan, Toni. 2012. Pengaruh Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, dan Financial Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kustono, Alwan Sri. 2009. ―Perataan Laba, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan‖. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen. Vol. VIII No. 1/2009. Hal. 41-57. Manuari, Ida Ayu Ratih dan Gerianta Wirawan Yasa. 2014. Praktik Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.3 (2014): 614-629 Masodah. 2007. Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT. Vol.2, hal 16-23. Mohebi, Fatemeh, Mohammad Mahmoodi, dan Naser Ail Yadollahzadeh Tabari. 2013. The Investigation of the Effect of Firm-Specific Accounting Variables on Income Smoothing of Companies: Evidence from Tehran Stock Exchange. World of Sciences Journal. ISSN: 2307-3071 Vol. 01 Molenaar JA.2009. Accounting conservatism and earnings management in the banking industry. Master's Thesis Accounting, Auditing & Control FEM 11032, Erasmus School of Economics. Dept. Accounting Auditing & Control Monalisa. 2015. Income Smoothing in India – An empirical studi of BSE 200 Index Companies. International Journal of Business, Management, and Allied Sciences. E-ISSN 2349-4638. Vol. 2
88
Mukhtaruddin, Emilia Nurhuda dan Abukosim. 2013. The Relationship Between Financial Leverage, Debt Covenant and Dividend Payout Ratio to Income Smoothing Practice. Jurnal Universitas Sriwijaya Palembang Munawir, 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. Namazi, Mohammad dan Ehsan Khansalar. 2011. An investigating of The Income Smoothing Behavior of Growth and Value Firms (Case Study: Tehran Stock Exchange Market). International Business Research. Vol. 4 No. 4 Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Volume 8/No. 1/November 2011: 1-94 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pradana, Ariawan. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktek Perataan Laba pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ―Veteran‖ Pradipta, Arya dan Yulius Kurnia Susanto. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Jurnal STIE Trisakti Rahmawati, Dina dan Dul Muid. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Praktik Perataan Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007—2010). Jurnal Akuntansi. Vol.1 No.2 Hal.1-14. Saeidi, Parviz. 2012. The Relationship between Income Smoothing and Income Tax and Profitability Ratios in Iran Stock. Asian Journal of Finance & Accounting. ISSN 1946-052X Vol. 4, No. 1 Salno, Hanna Meilani dan Zaki Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing) Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi. Vol.3 Santoso, Eko Budi dan Sherly Novia Salim. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, Dividen, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, dan Kelompok Usaha Terhadap Perataan Laba Studi Kasus Pada Perusahaan NonFinansial yang Terdaftar Di Bei. Proceedings of conference in Business, Accounting and Management (CBAM) Vol. 1 No. 1
89
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Multivariat: Konsep Dasar dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Saringat, Siti Masnah, Rosmawati Haron dan Henny Hazlina Mohd Tahir. 2013. Income Smoothing and Islam: an Evidence from Malaysian Shariah Compliant Companies. International Journal of Social Science and Humanity. Vol. 3 No. 2 Scoot, Wiliam R. 2000. Financial Accounting Theori. 2nd edition. Prentice Hall Canada Inc. Sekaran, Uma. 2011. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat Setyani, Astuti Yuli dan Rikha Liffa. 2012. Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset dan Akuntansi Keuangan. Volume 8, No.2 Agustus 2012 Setiawan, Andreas Dwi. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba (income smoothing) pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Jember Sherlita, Erly dan Putri kurniawan. 2013. Analysis of Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Indonesia. Jurnal Teknologi. eISSN 2180–3722 | ISSN 0127–9696 Siallagan, Hamonangan dan Mas‘ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi IX Simatupang, Mangasa. (2010). Pengetahuan Praktik Investasi Saham dan Reksa Dana. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sugiarto. 2009. Struktur modal, struktur kepemilikan, permasalahan keagenan dan informasi asimetri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Supriastuti, Sri dan Asri Warnanti. 2015. Ukuran perusahaan, winner/loser stock, debt to equity ratio, dividend payout ratio pengaruh terhadap perataan laba. Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 01
90
Van, Horne 2005. Accounting Economics. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum Wijayanti, Ngestiana.2009.Pengaruh profitabilitas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan kepemilikan public terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Witjaksono, Armanto dan Tediyanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada emiten dalam industry manufaktur dan indeks LQ45 yang terdaftar Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Jakarta: Jurnal Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Nusantara Wulandari. 2013. ―Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011‖. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Wulandari, Rindi. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur dan Sektor Agrikultur yang Listing di BEI. Jurnal Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Vol 1 No. 1 Yatulhusna, Najmi. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Yulfita, Dewi. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Padang Yulianto, Agus. 2007. Analisis Perataan Laba: Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yunitasari, Dwimayanti. 2014. Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manjerial, dan agency cost terhadap kebijakan hutang pada sektor otomotif yang listing di bursa efek Indonesia periode 2008-2012. Skripsi. Universitas Widyatama Bandung Zulganef. 2009. Metodologi Penelitian Sosial & Bisnis.Yogyakarta: Graha Ilmu.
91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
92
Lampiran 1 Nama-nama Perusahaan Sampel
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kode Perusahaan AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP
Nama Perusahaan Alam Sutera Realty Tbk Astra Agro Lestari Tbk Astra International Tbk Charoen Pokphan Indonesia Tbk Indo Tambangraya Megah Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk
9. 10. 11. 12. 13.
PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk
93
Lampiran 2 Perhitungan Return On Equity No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perusahaan AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
Tahun 2011
Tahun 2012
Net income
Equity
ROE
Rp 2,498,565,000,000 Rp 21,077,000,000,000 Rp 602,736,609,457 Rp 2,362,497,000,000 Rp 3,601,516,000,000 Rp 1,522,956,820,292 Rp 814,094,348,926 Rp 1,701,513,000,000 Rp 3,088,067,000,000 Rp 3,955,272,512,000 Rp 15,470,000,000,000 Rp 5,899,506,000,000 Rp 4,164,204,000,000
Rp 8,426,158,000,000 Rp 75,838,000,000,000 Rp 2,786,871,914,380 Rp 6,189,470,000,000 Rp 15,733,951,000,000 Rp 6,515,935,058,426 Rp 9,409,018,194,454 Rp 5,839,424,000,000 Rp 8,165,002,000,000 Rp 14,615,096,979,000 Rp 60,981,000,000,000 Rp 27,503,948,000,000 Rp 3,680,937,000,000
30% 28% 22% 38% 23% 23% 9% 29% 38% 27% 25% 21% 113%
Net income Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2,520,266,000,000 22,742,000,000,000 1,216,091,539,000 2,680,872,000,000 4,763,388,000,000 1,775,098,847,932 1,322,847,018,938 1,115,539,000,000 2,909,421,000,000 4,926,639,847,000 18,362,000,000,000 5,753,342,000,000 4,839,145,000,000
Equity Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
ROE
9,365,411,000,000 89,814,000,000,000 4,731,874,734,000 8,176,464,000,000 19,418,738,000,000 7,371,643,614,897 11,470,106,390,475 6,279,713,000,000 8,505,169,000,000 18,164,854,648,000 66,978,000,000,000 32,300,557,000,000 3,968,365,000,000
27% 25% 26% 33% 25% 24% 12% 18% 34% 27% 27% 18% 122%
Bersambung pada halaman selanjutnya
94
Perhitungan ROE (Lanjutan) No
Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
Tahun 2013 Net income Equity Rp 1,903,088,000,000 Rp 10,267,859,000,000 Rp 22,297,000,000,000 Rp 106,188,000,000,000 Rp 889,576,596,000 Rp 5,331,784,694,000 Rp 2,528,690,000,000 Rp 9,950,900,000,000 Rp 5,012,294,000,000 Rp 22,977,687,000,000 Rp 1,970,452,449,686 Rp 8,499,957,965,575 Rp 1,592,491,214,696 Rp 14,177,573,305,225 Rp 768,625,000,000 Rp 6,614,046,000,000 Rp 1,854,281,000,000 Rp 7,551,569,000,000 Rp 5,354,298,521,000 Rp 21,803,975,875,000 Rp 20,402,000,000,000 Rp 77,424,000,000,000 Rp 4,798,778,000,000 Rp 35,648,898,000,000 Rp 5,352,625,000,000 Rp 4,254,670,000,000
ROE Net income 19% Rp 2,621,275,000,000 21% Rp 22,125,000,000,000 17% Rp 1,176,955,123,000 25% Rp 1,746,644,000,000 22% Rp 5,274,009,000,000 23% Rp 2,121,090,581,630 11% Rp 3,135,215,910,627 12% Rp 916,695,000,000 25% Rp 2,019,214,000,000 25% Rp 5,573,577,279,000 26% Rp 21,446,000,000,000 13% Rp 4,839,970,000,000 126% Rp 5,738,523,000,000
Tahun 2014 Equity Rp 11,837,486,000,000 Rp 120,324,000,000,000 Rp 6,371,193,934,000 Rp 10,943,289,000,000 Rp 24,784,801,000,000 Rp 9,817,475,678,446 Rp 17,646,449,043,205 Rp 7,218,834,000,000 Rp 8,670,842,000,000 Rp 25,002,451,936,000 Rp 86,125,000,000,000 Rp 35,576,734,000,000 Rp 4,598,782,000,000
Sumber: Data sekunder diolah
95
ROE 22% 18% 18% 16% 21% 22% 18% 13% 23% 22% 25% 14% 125%
Lampiran 3 Perhitungan Net Profit Margin
Tahun 2011 Tahun 2012 No Perusahaan Net income Sales NPM Net income Sales NPM 1 AALI Rp 2,498,565,000,000 Rp 10,772,582,000,000 23% Rp 2,520,266,000,000 Rp 11,564,319,000,000 22% 2 ASII Rp 21,077,000,000,000 Rp 162,564,000,000,000 13% Rp 22,742,000,000,000 Rp 188,053,000,000,000 12% 3 ASRI Rp 602,736,609,457 Rp 1,381,046,263,518 44% Rp 1,216,091,539,000 Rp 2,446,413,889,000 50% 4 CPIN Rp 2,362,497,000,000 Rp 17,957,972,000,000 13% Rp 2,680,872,000,000 Rp 21,310,925,000,000 13% 5 INTP Rp 3,601,516,000,000 Rp 13,887,892,000,000 26% Rp 4,763,388,000,000 Rp 17,290,337,000,000 28% 6 KLBF Rp 1,522,956,820,292 Rp 10,911,860,141,523 14% Rp 1,775,098,847,932 Rp 13,636,405,178,957 13% 7 LPKR Rp 814,094,348,926 Rp 4,189,580,354,855 19% Rp 1,322,847,018,938 Rp 6,160,214,023,204 21% 8 LSIP Rp 1,701,513,000,000 Rp 4,686,457,000,000 36% Rp 1,115,539,000,000 Rp 4,211,578,000,000 26% 9 PTBA Rp 3,088,067,000,000 Rp 10,581,570,000,000 29% Rp 2,909,421,000,000 Rp 11,594,057,000,000 25% 10 SMGR Rp 3,955,272,512,000 Rp 16,378,793,758,000 24% Rp 4,926,639,847,000 Rp 19,598,247,884,000 25% 11 TLKM Rp 15,470,000,000,000 Rp 71,253,000,000,000 22% Rp 18,362,000,000,000 Rp 77,143,000,000,000 24% 12 UNTR Rp 5,899,506,000,000 Rp 55,052,562,000,000 11% Rp 5,753,342,000,000 Rp 55,953,915,000,000 10% 13 UNVR Rp 4,164,304,000,000 Rp 23,469,218,000,000 18% Rp 4,839,145,000,000 Rp 27,303,248,000,000 18%
Bersambung pada halaman selanjutnya
96
Perhitungan Net Profit Margin (Lanjutan)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perusahaan AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
Tahun 2013 Tahun 2014 Net income Sales NPM Net income Sales NPM Rp 1,903,088,000,000 Rp 12,674,999,000,000 15% Rp 2,621,275,000,000 Rp 16,305,831,000,000 16% Rp 22,297,000,000,000 Rp 193,880,000,000,000 12% Rp 22,125,000,000,000 Rp 201,701,000,000,000 11% Rp 889,576,596,000 Rp 3,684,239,761,000 24% Rp 1,176,955,123,000 Rp 3,630,914,079,000 32% Rp 2,528,690,000,000 Rp 25,662,992,000,000 10% Rp 1,746,644,000,000 Rp 29,150,275,000,000 6% Rp 5,012,294,000,000 Rp 18,691,286,000,000 27% Rp 5,274,009,000,000 Rp 19,996,264,000,000 26% Rp 1,970,452,449,686 Rp 16,002,131,057,048 12% Rp 2,121,090,581,630 Rp 17,368,532,547,558 12% Rp 1,592,491,214,696 Rp 6,666,214,436,739 24% Rp 3,135,215,910,627 Rp 11,655,041,747,007 27% Rp 768,625,000,000 Rp 4,133,679,000,000 19% Rp 916,695,000,000 Rp 4,726,539,000,000 19% Rp 1,854,281,000,000 Rp 11,209,219,000,000 17% Rp 2,019,214,000,000 Rp 13,077,962,000,000 15% Rp 5,354,298,521,000 Rp 24,501,240,780,000 22% Rp 5,573,577,279,000 Rp 26,987,035,135,000 21% Rp 20,402,000,000,000 Rp 82,967,000,000,000 25% Rp 21,446,000,000,000 Rp 89,696,000,000,000 24% Rp 4,798,778,000,000 Rp 51,012,385,000,000 9% Rp 4,839,970,000,000 Rp 53,141,768,000,000 9% Rp 5,352,625,000,000 Rp 30,757,435,000,000 17% Rp 5,738,523,000,000 Rp 34,511,534,000,000 17%
Sumber: Data sekunder diolah
97
Lampiran 4 Perhitungan Dividend Payout Ratio
Tahun 2011 No
Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM
DPS (Rp) 995.00 1,980.00 6.13 42.10 293.00 95.00 7.72 100.00 803.56 330.89 371.05
12 UNTR 13 UNVR
635.00 546.00
EPS (Rp)
DPR
1,527.59 4,393.00 33.68 144.00 977.00 158.00 32.00 249.00 1,339.00 662.00 559.67
65.14% 45.07% 18.20% 29.24% 29.99% 60.13% 24.13% 40.16% 60.01% 49.98% 66.30%
1,657.00 38.32% 546.00 100.00%
DPS (Rp) 685.00 216.00 14.60 46.08 450.00 19.00 11.85 66.00 720.75 367.74 436.19
Tahun 2012 EPS (Rp) 1,530.57 480.00 61.19 164.00 1,293.00 37.00 46.00 164.00 1,262.00 817.00 669.19
DPR 44.75% 45.00% 23.86% 28.10% 34.80% 51.35% 25.76% 40.24% 57.11% 45.01% 65.18%
620.00 1,549.00 40.03% 634.00 634.00 100.00%
DPS (Rp) 515.00 216.00 7.00 46.00 900.00 17.00 14.05 46.00 462.97 407.42 102.40
Tahun 2013 EPS (Rp) 1,143.93 480.00 44.62 154.00 1,361.00 41.00 54.00 113.00 822.00 905.00 147.40
DPR 45.02% 45.00% 15.69% 29.87% 66.13% 41.46% 26.02% 40.71% 56.32% 45.02% 69.47%
515.00 1,296.00 39.74% 701.00 701.00 100.00%
Tahun 2014 EPS DPS (Rp) (Rp) 716.00 1,589.91 216.00 474.00 7.00 55.85 18.00 107.00 1,349.55 1,432.00 19.00 44.00 16.47 112.00 53.00 134.00 324.00 927.00 375.34 938.00 89.46 149.80
DPR 45.03% 45.57% 12.53% 16.82% 94.24% 43.18% 14.71% 39.55% 34.95% 40.01% 59.72%
740.00 1,440.00 51.39% 752.00 752.00 100.00%
Sumber: Data sekunder diolah
98
Lampiran 5 Perhitungan Persentase Komisaris Independen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perusahaan AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
JKI 3 5 2 2 3 2 4 3 2 2 2 3 4
Tahun 2011 JDK %DKI 7 42.86% 11 45.45% 5 40.00% 5 40.00% 7 42.86% 6 33.33% 7 57.14% 9 33.33% 6 33.33% 6 33.33% 5 40.00% 6 50.00% 5 80.00%
JKI 3 4 2 2 3 2 5 4 2 3 2 3 4
Tahun 2012 JDK %DKI 7 42.86% 11 36.36% 5 40.00% 5 40.00% 7 42.86% 6 33.33% 7 71.43% 8 50.00% 6 33.33% 6 50.00% 5 40.00% 6 50.00% 5 80.00%
JKI 3 3 2 2 3 2 6 3 2 2 2 3 4
Tahun 2013 JDK %DKI 7 42.86% 10 30.00% 5 40.00% 6 33.33% 7 42.86% 6 33.33% 8 75.00% 8 37.50% 6 33.33% 6 33.33% 6 33.33% 7 42.86% 5 80.00%
JKI 2 4 2 2 3 2 6 3 2 3 3 3 4
Tahun 2014 JDK %DKI 6 33.33% 11 36.36% 5 40.00% 6 33.33% 7 42.86% 6 33.33% 9 66.67% 8 37.50% 6 33.33% 7 42.86% 7 42.86% 7 42.86% 5 80.00%
Sumber: Data sekunder diolah
99
Lampiran 6 Perhitungan Persentase Struktur Kepemilikan Publik
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perusahaan AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
Saham Publik 319,673,235 20,180,708,100 8,464,291,888 7,291,614,590 1,324,015,602 4,065,193,405 18,951,069,711 2,764,438,955 806,044,350 2,906,114,000 9,065,868,608 1,510,817,778 1,145,122,500
Tahun 2011 Total saham 1,574,745,000 40,483,553,140 17,863,101,888 16,398,000,000 3,681,231,699 9,375,024,422 23,077,689,619 6,822,863,965 2,304,131,850 5,931,520,000 19,386,339,319 3,730,135,136 7,630,000,000
SKP 20.30% 49.85% 47.38% 44.47% 35.97% 43.36% 82.12% 40.52% 34.98% 48.99% 46.76% 40.50% 15.01%
Saham Publik 319,913,912 20,180,658,100 8,751,173,388 7,291,614,590 1,324,015,602 20,325,967,025 18,951,069,711 2,764,438,955 806,044,350 2,906,114,000 8,828,598,108 1,510,817,778 1,145,122,500
Tahun 2012 Total saham 1,574,745,000 40,483,553,140 19,649,411,088 16,398,000,000 3,681,231,699 46,875,122,110 23,077,689,619 6,822,863,965 2,304,131,850 5,931,520,000 19,149,068,819 3,730,135,136 7,630,000,000
SKP 20.32% 49.85% 44.54% 44.47% 35.97% 43.36% 82.12% 40.52% 34.98% 48.99% 46.10% 40.50% 15.01%
Bersambung pada halaman selanjutnya
100
Perhitungan Persentase Struktur Kepemilikan Publik (Lanjutan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Perusahaan AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
Saham Publik 319,913,912 20,180,708,100 9,469,455,888 7,291,614,590 1,324,015,602 20,293,467,025 18,951,069,711 2,761,538,955 806,044,350 2,906,114,000 45,498,500,040 1,508,677,173 1,145,122,500
Tahun 2013 Total saham 1,574,745,000 40,483,553,140 19,649,411,888 16,398,000,000 3,681,231,699 46,875,122,110 23,077,689,619 6,819,963,965 2,304,131,850 5,931,520,000 97,100,853,599 3,730,135,136 7,630,000,000
SKP Saham Publik 20.32% 319,913,912 49.85% 20,183,683,100 48.19% 9,533,621,524 44.47% 7,291,614,590 35.97% 1,324,015,602 43.29% 20,290,617,025 82.12% 17,738,789,711 40.49% 2,761,538,955 34.98% 805,985,321 48.99% 2,906,114,000 46.86% 46,573,500,040 40.45% 1,508,677,173 15.01% 1,145,122,500
Tahun 2014 Total saham 1,574,745,000 40,483,553,140 19,649,411,888 16,398,000,000 3,681,231,699 46,875,122,110 23,077,689,619 6,819,963,965 2,304,131,850 5,931,520,000 98,175,853,599 3,730,135,136 7,630,000,000
SKP 20.32% 49.86% 48.52% 44.47% 35.97% 43.29% 76.87% 40.49% 34.98% 48.99% 47.44% 40.45% 15.01%
Sumber: Data sekunder diolah
101
Lampiran 7 Perhitungan Praktik Perataan Laba tahun Perusahaan 2011 AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR 2012 AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
Income ΔI 2,498,565 21,077,000 602,737 2,362,497 3,601,516 1,522,957 814,094 1,701,513 3,088,067 3,955,272 15,470,000 5,899,506 4,164,304 2,520,266 22,742,000 1,216,092 2,680,872 4,763,388 1,775,099 1,322,847 1,115,539 2,909,421 4,926,640 18,362,000 5,753,342 4,839,145
394,913 4,073,000 311,841 142,636 376,835 179,158 219,573 668,184 1,089,130 296,158 (400,000) 2,024,991 779,656 21,701 1,665,000 613,355 318,375 1,161,872 252,142 508,752 (585,974) (178,646) 971,367 2,892,000 (146,164) 674,841
Sales ΔS CVΔI/th CVΔS/th IS Status 10,772,582 1,928,861 1,749,676 1,313,717 1.33 0 162,564,000 33,526,000 6,631,034 24,962,327 0.27 1 1,381,046 590,112 555,055 480,326 1.16 0 17,957,972 28,801,500 (582,594) 502,596 -1.16 1 13,887,892 2,750,087 321,302 1,279,940 0.25 1 10,911,860 685,071 39,413 357,552 0.11 1 4,189,580 1,064,268 213,655 996,983 0.21 1 4,686,457 1,093,799 (12,749,994) 2,690,008 -4.74 1 10,581,570 2,672,416 190,500,851 2,703,902 70.45 0 16,378,794 2,034,605 210,127 811,069 0.26 1 71,253,000 2,624,000 (405,876) 901,455 -0.45 1 55,052,562 17,728,690 10,614,344 43,429,241 0.24 1 23,469,218 3,778,979 230,331 174,117 1.32 0 11,564,319 791,737 96,147 539,239 0.18 1 188,053,000 25,489,000 2,710,697 18,978,248 0.14 1 2,446,414 1,065,368 1,091,728 867,163 1.26 0 21,310,925 3,352,953 (1,300,396) 585,101 -2.22 1 17,290,337 3,402,445 990,649 1,583,559 0.63 1 13,636,405 2,724,545 55,469 1,421,993 0.04 1 6,160,214 1,970,633 495,039 1,846,048 0.27 1 4,211,578 (474,879) 11,181,299 (1,167,882) -9.57 1 11,594,057 1,012,487 (31,247,156) 1,024,416 -30.50 1 19,598,248 3,219,454 689,192 1,283,393 0.54 1 77,143,000 5,890,000 2,934,487 2,023,465 1.45 0 55,953,915 901,353 (766,144) 2,208,007 -0.35 1 27,303,248 3,834,030 199,366 176,653 1.13 0
Bersambung pada halaman selanjutnya 102
Perhitungan Praktik Perataan Laba (Lanjutan) tahun Perusahaan 2013 AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR 2014 AALI ASII ASRI CPIN INTP KLBF LPKR LSIP PTBA SMGR TLKM UNTR UNVR
Income ΔI 1,903,088 22,297,000 889,577 2,528,690 5,012,294 1,970,452 1,592,491 768,625 1,854,281 5,354,299 20,402,000 4,798,778 5,352,625 2,621,275 22,125,000 1,176,955 1,746,644 5,274,009 2,121,091 3,135,215 916,695 2,019,214 5,573,577 21,446,000 4,839,970 5,738,523
(617,178) (445,000) (326,515) (152,182) 248,906 195,353 269,644 (346,914) (1,055,140) 427,658 2,040,000 (954,564) 513,480 718,187 (172,000) 287,378 (782,046) 261,715 150,638 1,542,724 148,070 164,933 219,279 1,044,000 41,192 385,898
Sales ΔS CVΔI/th CVΔS/th 12,674,999 1,110,680 (2,734,429) 756,467 193,880,000 5,827,000 (724,481) 4,338,587 3,684,240 1,237,825 (581,173) 1,007,538 25,662,992 4,352,067 621,584 759,450 18,691,286 1,400,949 212,225 652,027 16,002,131 2,365,725 42,976 1,234,719 6,666,214 506,000 262,375 474,010 4,133,679 (77,899) 6,619,661 (191,579) 11,209,219 (384,838) (184,555,625) (389,372) 24,501,241 4,902,993 303,427 1,954,514 82,967,000 5,824,000 2,069,970 2,000,792 51,012,385 (4,941,530) (5,003,514) (12,105,062) 30,757,435 34,541,870 151,696 159,151 16,305,831 3,630,832 3,181,953 2,472,902 201,701,000 7,821,000 (280,024) 5,823,252 3,630,914 (53,326) 511,513 (43,404) 29,150,275 3,487,283 3,194,251 608,543 19,996,264 1,304,978 223,147 607,360 17,368,532 1,366,401 33,139 713,151 11,655,042 4,988,827 1,501,140 4,673,428 4,726,539 592,860 (2,825,407) 1,458,035 13,077,962 1,868,743 28,848,601 1,890,760 26,987,035 2,485,794 155,580 990,929 89,696,000 6,729,000 1,059,337 2,311,697 53,141,768 2,129,383 215,915 5,216,261 34,511,534 3,754,099 114,004 172,970
IS Status -3.61 1 -0.17 1 -0.58 1 0.82 1 0.33 1 0.03 1 0.55 1 -34.55 1 473.98 0 0.16 1 1.03 0 0.41 1 0.95 1 1.29 0 -0.05 1 -11.78 1 5.25 0 0.37 1 0.05 1 0.32 1 -1.94 1 15.26 0 0.16 1 0.46 1 0.04 1 0.66 1
Sumber: Data sekunder diolah 103
Lampiran 8 Hasil Output SPSS 22
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROE
52
.09
1.26
.3012
.27397
NPM
52
.06
.50
.2013
.08627
DPR
52
.13
1.00
.4702
.22095
DKI
52
.30
.80
.4425
.14047
SKP
52
.15
.82
.4213
.15287
Valid N (listwise)
52
Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 52
100.0
0
.0
52
100.0
0
.0
52
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
BUKAN PERATA LABA
0
PERATA LABA
1
104
Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
56.334
1.077
2
56.181
1.200
3
56.181
1.204
4
56.181
1.204
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 56.181 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b Predicted IS BUKAN Observed Step 0
IS
Percentage
PERATA LABA
PERATA LABA
Correct
BUKAN PERATA LABA
0
12
.0
PERATA LABA
0
40
100.0
Overall Percentage
76.9
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
1.204
S.E. .329
Wald 13.380
df
Sig. 1
.000
Exp(B) 3.333
105
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
ROE
2.434
1
.119
NPM
2.793
1
.095
DPR
1.823
1
.177
DKI
.056
1
.813
SKP
4.881
1
.027
9.478
5
.091
Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Iteration Historya,b,c,d Coefficients Iteration Step 1
-2 Log likelihood
Constant
ROE
NPM
DPR
DKI
SKP
1
47.733
.519
-1.621
-5.274
.156
2.491
2.212
2
43.614
-1.222
-2.934
-7.243
.136
6.629
4.908
3
41.696
-4.026
-4.820
-8.300
.140
12.678
8.128
4
41.506
-5.049
-5.768
-8.900
.128
15.355
9.244
5
41.504
-5.155
-5.885
-8.981
.127
15.664
9.356
6
41.504
-5.156
-5.886
-8.982
.127
15.667
9.357
7
41.504
-5.156
-5.886
-8.982
.127
15.667
9.357
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 56.181 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
14.677
5
.012
Block
14.677
5
.012
Model
14.677
5
.012
106
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood a
1
41.504
.246
.372
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
Df
Sig.
14.233
8
.076
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test IS = BUKAN PERATA LABA Observed Step 1
Expected
IS = PERATA LABA Observed
Expected
Total
1
3
3.610
2
1.390
5
2
2
2.563
3
2.437
5
3
5
1.859
0
3.141
5
4
0
1.258
5
3.742
5
5
0
.916
5
4.084
5
6
1
.721
4
4.279
5
7
0
.540
5
4.460
5
8
1
.335
4
4.665
5
9
0
.155
5
4.845
5
10
0
.045
7
6.955
7
107
Classification Table
a
Predicted IS BUKAN Observed Step 1
IS
Percentage
PERATA LABA
PERATA LABA
Correct
BUKAN PERATA LABA
4
8
33.3
PERATA LABA
4
36
90.0
Overall Percentage
76.9
a. The cut value is .500
Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) B Step 1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
ROE
-5.886
3.729
2.491
1
.114
.003
.000
4.150
NPM
-8.982
4.556
3.886
1
.049
.000
.000
.950
DPR
.127
2.675
.002
1
.962
1.135
.006
214.945
15.667
8.012
3.824
1
.051
6371417.491
.965
9.357
4.824
3.762
1
.052
11581.313
-5.156
3.719
1.922
1
.166
.006
DKI
SKP Constant
420597434090 06.190
.907 147950566.388
a. Variable(s) entered on step 1: ROE, NPM, DPR, DKI, SKP.
Correlation Matrix Constant Step 1
Constant
ROE
NPM
DPR
DKI
SKP
1.000
.544
-.098
-.417
-.713
-.749
ROE
.544
1.000
.116
-.369
-.846
-.058
NPM
-.098
.116
1.000
.190
-.213
-.194
DPR
-.417
-.369
.190
1.000
.041
.187
DKI
-.713
-.846
-.213
.041
1.000
.312
SKP
-.749
-.058
-.194
.187
.312
1.000
108
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 8 + + I I I I F I I R 6 + + E I I Q I PI U I PI E 4 + P P P+ N I P P PI C I P P P P PI Y I P P P P PI 2 + B P P P P P P P P P+ I B P P P P P P P P PI I B P P B B B PPP B BB B B P P PP PPPPBPP P PPB P PPPI I B P P B B B PPP B BB B B P P PP PPPPBPP P PPB P PPPI Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Group: BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP Predicted Probability is of Membership for PERATA LABA The Cut Value is .50 Symbols: B - BUKAN PERATA LABA P - PERATA LABA Each Symbol Represents .5 Cases.
109