1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI LOGAM DI BEI ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE MANUFACTURING COMPANY INCOME SMOOTHING METAL INDUSTRY SECTOR IN BEI DEDI RAMDANI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jakarta Abstrak Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan industri logam di BEI pada tahun 2007 sampai 2011. Populasi sasaran diklasifikasikan ke dalam kelompok perataan laba dan bukan peartaan laba. Pengujian hipotesi dengan uji F menunjukkan bahwa secara simultan, keseluruhan variable bebas mempunyai pengaruh terhadap income smoothing. Sedangkan pengujian hipotesis dengan uji t menunjukkan bahwa secara individu hanya fiinasial leverage dan besaran usaha yang berpengaruh pada praktik perataan laba. Target population in this research is an industrial metal in the BEI in 2007 until 2011. Target population is classified into the group and not peartaan income smoothing earnings. Hypothetical testing with F test showed that the simultaneous, independent variable has the overall effect on income smoothing. While testing the hypothesis with the t test showed that only fiinasial leverage individual and businesses that affect the amount of income smoothing practices. Keywords: Earnings Smoothing, Eckel Index Pendahuluan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai arus kas. Perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut, mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba (earning management) atau manipulasi data. Salah satu bentuk manajemen fraud yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah perataan laba (income smoothing). Tindakan perataan laba merupakan tindakan yang disengaja dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi perubahan/perbedaan dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu. Praktik ini dianggap wajar dan logis oleh manajemen, tetapi banyak pihak lain menyatakan praktik ini merupakan bentuk kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.
2
Pentingnya informasi laba disadari oleh manajemen sehingga manajemen cenderung melakukan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya). Disfunctional behaviour tersebut dipengaruhi oleh adanya asimetri informasi dalam konsep teori keagenan. Konflik keagenan akan muncul apabila tiap-tiap pihak, baik principal maupun agent mempunyai perbedaan kepentingan dan ingin memperjuangkan kepentingan masing-masing. Informasi laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar dalam penentuan kompensasi manajemen, kesuksesan perusahaan dalam mencapai tujuan. Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. Tindakan perataan laba adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabel-variabel akuntansi atau dengan melakukan transaksi-transaksi riil. (Nasir dkk, 2002 dalam Budiasih, 2009). Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan nilai perusahaan sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki risiko ketidakpastian yang rendah (Juniarti dan Corolina, 2005), menaikkan harga saham perusahaan (Kirschenheiter dan Melumad, 2002 dalam Juniarti dan Corolina, 2005), dan untuk memuaskan kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi dan mempertahankan posisi jabatan (Juniarti dan Corolina, 2005). Tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan laba menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak eksternal (Jatiningrum, 2000 dalam Budiasih 2009). Praktik perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, 2002 dalam Budiasih 2009). Sehingga investor mengambil keputusan apakah akan melakukan investasi atau tidak. Oleh karena itu, manajer berusaha memberikan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan kualitas manajemen di mata investor. Jadi, perlu diketahui faktor–faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba. Praktik perataan laba yang dilakukan secara artifisial oleh manajemen pada perusahaan–perusahaan yang listing di BEI adalah sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang diperoleh perusahaan. Banyak faktor yang dapat diteliti, dimana hasil dari penelitian itu akan berguna dalam pengambilan keputusan. Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan. Disamping itu ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan dalam persaingan, berkembang, serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya dimasyarakat. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mempunyai karakteristik utama mengolah sumber daya menjadi barang jadi melalui proses pabrikasi. Yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan pembangunan, industri, dan perekonomian di Indonesia. Sektor industri logam merupakan industri
3
strategis karena memproduksi barang-barang dibutuhkan oleh industri lain sehingga sering menjadi perhatian investor dalam menanamkan modalnya. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yussie (2010), yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Variabel independen yang diuji yaitu, Profitabilitas, Financial Leverage, Net Profit Margin. Penulis tertarik untuk meneliti kembali beberapa faktor yang mempengaruhi perataan laba dengan menambahkan variabel ukuran perusahaan dengan memakai metode yang berbeda. Perbedaan selanjutnya adalah sampel yang dipakai merupakan perusahaan manufaktur sektor industri Logam yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tahun penelitian 2007-2011. Metode Penelitian Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto 2002:106). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu variabel bebas (independent variable) yang diberi dengan symbol ‘X’ dan variabel terikat (dependent variable) yang diberi dengan symbol ‘Y’. Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel penyebab atau diduga memberikan suatu pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain (Sudjana 1989:12). Variabel sebagai gejala yang bervariasi baik dalam jenis maupun dalam klasifikasi setingkatnya Hadi (1996:224). Variabel bebas dalam penelitian ini diberi symbol X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah 1. Besaran Usaha (Size) Besaran usaha ditentukan dari jumlah total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Total asset adalah seluruh harta perusahaan yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. 2. Net profit Margin (NPM) Profit margin ini diduga mempengaruhi perataan laba, secara logis marjin ini terkait langsung dengan objek perataan laba. Profit margin digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu Rasio ini dapat dilihat secara langsung pada analisis common size untuk laporan rugi laba perusahaan.
Financial Leverage (FLV) Financial leverage atau disebut juga dengan debt to assets rasio diperoleh melalui total kewajiban dibagi dengan total aktiva. Penggunaan hutang akan menentukan tingkat financial leverage perusahaan. 3.
4
Return on Asset (ROA) Variabel ini diduga dapat mempengaruhi perataan laba karena berkaitan dengan laba bersih sebelum pajak yang sering digunakan sebagai tujuan perataan laba. Return On Asset merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Return On Asset diukur dari laba sebelum pajak dibagi dengan total aktiva. 4.
Variabel Terikat Variabel terikat merupakan variabel yang besar atau kecilnya dipengaruhi oleh variabel bebas (Sudjana 1989:12). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah income smoothing yang diberi dengan simbol Y. Income smoothing akan diukur dengan menggunakan indeks Ekcel dimana sampel akan diklasifikasikan kedalam kelompok perata dan bukan perata laba. Berdasarkan Income Smoothing Indeks, perusahaan yang diklasifikasikan kedalam perata laba ditunjukkan dengan indeks yang kurang dari satu, sedangkan perusaahaan yang diklasifikasikan perusahaan yang bukan perata laba ditunjukkan dengan indeks yang lebih dari satu. Adapun rumus dari indeks perataan laba atau Income Smoothing adalak sebagai berikut:
Dimana : IS : Income Smoothing CVi Sales : Coefficients of Variation of Sales CVi Earnings : Coefficients of Variation of Earnings Untuk Coefficients of Variation (CV) dari sales dan earnings dapat dihitung sebagai berikut: σI Sales σI Earnings CVі Sales = ————— dan CVі Earnings = ——————— Xі Sales | Xі | Earnings Keterangan: σI Sales : Standar deviation of sales σI Earnings : Standar deviation of earnings Xі Sales : Means of sales | Xі | Earnings : Means of sales Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Uji normalitas, Uji asumsi klasik, Uji hipotesis dengan menggunakan software SPSS versi 17. Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, maksimum dan minimum. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan atau mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami
5
Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji ini dapat dilihat dengan memperlihatkan penyebaran data pada normal P-P Plot of regression standardized residual variabel independen, dimana jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data yang normal atau mendekati normal. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk menganalisa hubungan dan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedasitas. Uji Multikolinearitas Uji ini digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel–variabel bebas dalam model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) yaitu: Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10 maka dapat diartikan bahwa terdapat multikolinearitas. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara anggota– anggota serangkaian observasi yang tersususn dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam rangkaian ruang. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan melakukan Uji Durbin Watson (Dw). Jika nilai Durbin–Watson terletak diantara dU dan 4-dU maka disimpulkan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi. Data yang baik adalah data yang memiliki hasil uji tidak terdapat autokorelasi. Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi (DW) sebagai berikut : 1. Jika 0 < DW < dL, maka terdapat positif autokorelasi 2. Jika dL ≤ DW ≤ dU, maka tidak ada keputusan 3. Jika dU < DW < 4-dU, maka tidak terdapat autokorelasi 4. Jika 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL, maka tidak ada keputusan 5. Jika 4-dL < DW <4, maka terdapat negatif autokorelas Uji Heterokedasitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan mengandung variasi residual yang bersifat heteroskedastisitas (varians dari setiap error bersifat heterogen). Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas (bersifat homogen). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji dengan scatterplot.
6
Uji Hipotesis Analisis Regresi Berganda Uji ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat,dengan model sebagai berikut: Y = a +b X 1+b X 2+b X 3+b X4 + e Dimana Y adalah variabel terikat yaitu , perataan laba (income smoothing) dan X adalah variabel bebas, yaitu besaran usaha, net profit margin, operating profit margin dan return on asset. Bila Y dan X diganti dengan nama masing-masing variabel, maka rumus regresi bergandanya akan menjadi: IS = a + Size + NPM + OPM + ROA + e Keterangan : IS : Perataan Laba (income smoothing) a : Konsta Size : Besaran usaha NPM : Net Profit Margin OPM : financial leverage ROA : Profitabilitas e : Koefisien variabel lain yang belum diteliti Uji F (Uji Serentak) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (Size, NPM, OPM dan ROA) mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat (Income smoothing). Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F yaitu dengan membandingkan F table dengan F hitung yang terdapat pada Analisys of Variance. Perumusan hipotesa untuk uji F adalah sebagai berikut: Ho : seluruh variabel bebas secara bersama – sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Ha : seluruh variabel bebas secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat Dasar pengambilan keputusan untuk Uji F adalah : 1. Jika F hitung > F tabel (Ho ditolak : mempunyai pengaruh signifikan) 2. Jika F hitung < F tabel (Ho diterima : tidak mempunyai pengaruh) atau 1. Jika sig. F statistik < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak) 2. Jika sig. F statistik > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima Uji t (Uji individu) Uji ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat, dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai t-tabel. Perumusan hipotesa untuk Uji t adalah: Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
7
Dasar pengambilan keputusan pada Uji-t, yaitu: 1. Jika t-hitung > t-tabel (Ho ditolak : ada pengaruh signifikan) 2. Jika t-hitung < t-tabel (Ho diterima : Tidak ada pengaruh signifikan) atau 1. Jika nilai Sig. < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak) 2. Jika nilai Sig. > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima) Perhitungan Index Eckel Data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data dari 16 perusahaan manufaktur sektor industri logam yang terdaftar di BEI yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan kemudian dilakukan perhitungan indeks eckel terhadap masing-masing perusahaan. Perhitungan indeks eckel dimaksudkan untuk menemukan kategori suatuperusahaan melakukan praktik perataan laba atau tidak melakukan praktik perataan laba. Perusahaan dikategorikan melakukan praktik perataan laba apabila memperoleh nilai indeks eckel kurang dari satu, sedangkan perusahaan yang memperoleh indeks eckel lebih besar atau sama dengan satu dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Berdasarkan data laba (earnings) dan penjualan (sales) dari 16 sampel perusahaan, maka dilakukan perhitungan indeks perataan laba menggunakan indeks eckel terhadap masing-masing perusahaan yang menjadi sampel. Berikut ini adalah tabel dari hasil perhitungan income smoothing: Tabel 2. Hasil Perhitungan Income Smoothing
Dari table di atas dapatdiketahui bahwa dari 16 perusahaan yang dijadikan sampel dalam kurun waktu 5 tahun, terdapat 5 perusahaan melakukan perataan laba
8
(31,25 % dari jumlah sampel) dan 11 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba 68,75 %dari jumlah sampel). Analisis Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diuji pada setiap hipotesis, bagaimana profil perusahaan dan distribusi variabelvariabel tersebut. Tabel 3. Descriptive Statistics
Sumber :Output SPSS 17.0 (data diolah) Variabel besaran perusahaan (size) memiliki nilai minimun sebesar 10.7465 yaitu yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode BTON, yang menunjukkan perusahaan tersebut termasuk ke dalam perusahaan dengan ukuran terkecil karena memiliki total aset terkecil. Dan nilai maximum sebesar 16.8841 yaitu yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode KRAS, yang menunjukkan perusahaan tersebut termasuk ke dalam perusahaan dengan ukuran terbesar karena memiliki total aset terbesar. Adapun nilai rata-rata aktiva perusahaan sebesar 13.036555 dengan standar deviasinya sebesar 1.2726854. Variabel return on asset (ROA) memiliki nilai minimun sebesar -2155 yaitu yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode GDST. Dan nilai maximum sebesar 1.8507 yaitu yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode CTBN. Adapun nilai rata-rata ROA sebesar 139256 dengan standar deviasinya sebesar 3055932. Variabel financial leverage (FLV) memiliki nilai minimun sebesar -2317 yaitu yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode GDST. Dan nilai maximum sebesar 2.5197 yaitu yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode JKSW Adapun nilai rata-rata FLV sebesar 636127 dengan standar deviasinya sebesar 5253517. Variabel net profit margin (NPM) memiliki nilai minimun sebesar -2666 yaitu yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode JKSW. Dan nilai maximum sebesar 5656 yaitu yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode LMSH. Adapun nilai rata-rata NPM sebesar 043531 dengan standar deviasinya sebesar 0894687. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian yang digunakan, memiliki distribusi yang normal atau tidak. Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah dengan memperlihatkan penyebaran data pada normal P-P Plot of regression standardized residual variabel independen, dimana jika data
9
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengolahan data statistik untuk uji normalitas.
Gambar 1. Grafik Normal. P – P plot Dari grafik diatas terlihat bahwa titik– titik menyebardi sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi gangguan normalitas,yang berarti data berdistribusi normal. Uji Asumsi klasik Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya hubungan langsung (korelasi) antar variabel bebas. Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance < 0,10dan VIF > 10 maka dapat diartikan bahwa terdapat multikolinearitas. Sedangkan jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas. Tabel 6. Multikolinearitas Coefficientsa
Sumber :Output SPSS 17.0 (data diolah)
10
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance untuk variabel beba s> 0.1 dan nilai VIF < 10 maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat multikolinearitas. Uji Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara error dengan error periode sebelumnya, dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi.Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin–Watson. Jika nilai Durbin–Watson berkisar diantara nilai batas atas (dU) dan 4-dU maka diperkirakan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi. Tabel 7. Autokorelasi Model Summaryb
Sumber :Output SPSS 17.0 (data diolah) Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilaiDurbin–Watson untuk hipotesa sebesar 1.709.Nilai Durbin–Watson tersebut berada pada daerah dU
Gambar 2. Grafik Scatterplot
11
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa tidak titik–titik yang membentuk terdapat pola–pola tertentu. Maka dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedasitas. Uji Hipotesis Analisis Regresi Berganda Uji Regresi Berganda ini dilakukan untuk menganalisa pengaruhnet profit margin, operating profit margin, return on asset terhadap perataan laba. Pengujian dilakukan dengan tingkat signikansi 5%. Uji F (Uji serentak) Uji F merupakan pengujian yang dipakai untuk menganalisa pengaruh seluruh variabel bebas secara bersama-sama, terhadap variabel terikatnya.Uji F ini membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Perumusan hipotesa untuk uji F adalah sebagai berikut: Ho:seluruh variabelbebas secara bersama–sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Ha: seluruh variabel bebas secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan untuk Uji F adalah : 1. Jika F hitung > F tabel (Ho ditolak :mempunyai pengaruh signifikan) 2. Jika F hitung < F tabel (Ho diterima : tidak mempunyai pengaruh) Atau 1. Jika sig. F statistik< 0,05(signifikan) secara statistik : Ho ditolak 2. Jika sig. F statistik > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima Dibawah ini disajikan Tabel hasil uji F menggunakan software SPSS versi 17.0. Tabel 8. ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression Residual
Df
Mean Square
2463.334
4
624.942
75
F
Sig.
615.834 73.90 .000a 7 8.333
Total 3088.276 79 Sumber :Output SPSS 17.0 (data diolah) Dari table anova diatas diketahui nilai F hitung sebesar 73.907 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Sedangkan untuk mencari F table dengan jumlah sampel (n) = 80 jumlah variabel (k) = 5, dengan taraf sigfnifikasi σ = 5%; degree of freedom df1=5–1=4dandf2=n-k-1=80–5-1=74 diperoleh nilai F table sebesar 2.495. Hasil uji anova antara variable bebas terhadap variable terikat diperoleh F hitung (73,907) > F table (2.495) dan tingkat signifikasi 0.00 < 0.05 maka H0 ditolak.
12
Halini mengindikasikan bahwa secara simultan atau bersama–sama netprofit margin,finansial leverage, return on asset, dan besaran usaha berpengaruh terhadap income smoothing. Uji t (Uji individu) Uji ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara masing-masing variable bebas (Net profit margin ,financial leverage Return on asset, dan Besaran usaha) dengan variable terikat (Perataanlaba), dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Perumusan hipotesa untuk Uji-t, adalah: Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebasterhadap variable terikat. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan pada Uji-t, yaitu: 1. Jika t-hitung > t-tabel (Ho ditolak : ada pengaruh signifikan) 2. Jika t-hitung < t-tabel (Ho diterima : Tidak ada pengaruh signifikan) Atau 1. Jika nilai Sig. < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak) 2. Jika nilai Sig, > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima) Dalam penelitian ini jumlah sampel sebesar (n) = 80; jumlah variabel (k) = 5; taraf signifikan α = 0,05/2=0,025 degree of freedom(df) = n – k-1 = 74 sehingga diperoleh nilai t tabel sebesar 1.993.
13
Tabel 9. Hasil Uji T Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant) Besaran
Std. Error
-7.559
3.732
1.200
.271
.426
Beta
T
Sig.
-2.026
.046
.244
4.432
.000
1.128
.021
.378
.707
-10.559
.711
-.887
-14.854
.000
-5.711
4.277
-.082
-1.335
.186
Perusahaan ( Total Aktiva ) Return on Asset Financial Leverage Net Profit Margin
Sumber :Output SPSS 17.0 (data diolah) • Uji t antara net profit margin terhadap income smoothing Berdasarkan table uji t diatas, hasil perhitungan dengan spss versi 17.0 dapat diketahui bahwa nilai t hitung -1.335 < t table 1.993 dan nilai signifikasi sebesar 0, 186 maka dari hasil uji t ini dinyatakan Ho diterima sehingga dapat dikatakan bahwa secara individu net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing. • Uji t antara financial leverage terhadap income smoothing Berdasarkan table uji t diatas,hasil perhitungan dengan spss tabel versi 17.0 dapat diketahui bahwa nilait hitung -14.854 < t 1.993 dan nilai signifikasi sebesar 0.000, maka dari hasi uji t ini dinyatakan Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa secara individu financial leverage berpengaruh terhadap income smoothing. • Uji t antar vreturn on asset terhadap income smoothing Berdasarkan table uji t diatas ,hasil perhitungan dengan spss versi 17.0 dapat diketahui bahwa nilai t hitung 0,021 < t table 1.993 dan nilai signifikasi sebesar 0,707, maka dari hasil uji t ini dinyatakan Ho diterima sehingga dapat dikatakan
bahwa
secara
individu
returnonasset
terhadapincome smoothing. • Uji t antara besaran usaha terhadapincome smoothing
tidak
berpengaruh
14
Berdasarkan table uji t diatas, hasil perhitungan dengan spss versi 17.0 dapat diketahui bahwa nilai t hitung 4.432 > t table 1.993 dan nilai signifikasi sebesar 0.000 ,maka dari hasil uji t ini dinyatakan Ho ditolaksehinggadapatdikatakan bahwa secara individu besaran usaha berpengaruh terhadap income smoothing. 4.7 Hasil analisis akuntansi Ditinjau secara ekonomi berdasarkan hasil pengujian secara simultan maupun secara parsial dari kelima variabel yaitu net profit margin (NPM), return on asset(ROA) Ukurazn Perusahaan, financial leverage terhadap praktek perataan laba. Hasilnya sebagai berikut: 1. Return On Asset (ROA) Tidak berpengaruhnya ROA terhadap perataan laba diduga karena investor mengabaikan ROA yang ada secara maksimal, membuat manajemen menjadi tidak termotivasi untuk melakukan perataan laba dengan menggunakan variabel tersebut. ROA menggunakan rasio laba sebelum pajak dibagi dengan total aktiva.sedangkan pada perusahaan yang belum melakukan pembayaran pajak akan mudah terdeteksi dari data yang ada di kantor pajak sehingga perusahaan akan mendapatkan sanksi sehingga dalam hal ini manajemen menilai variabel ROA dirasa kurang efektif untuk melakukan perataan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Zuhroh (1996), Jin dan Machfoed (1998), Irawati (2007), Juniarti dan Corolina (2005), Suwito dan Herawaty (2005) dan Syahriana(2006) yang tidak berhasil membuktikan bahwa return on asset faktor pendorong terjadinya praktek perataan laba. 2.
Financial Leverage Hasil penelitian memberikan pengaruh secara signifikan terhadap praktek perataan
laba. Semakin besar hutang suatu perusahaan maka risiko yang akan ditanggung pemilik modal juga akan semakin besar. Maka investor dan kreditur akan takut berinvestasi
untuk
atau meminjamkan dananya kepada perusahaan. Oleh karena kondisi
tersebut menimbulkan keinginan manajemen untuk melakukan praktek perataan laba. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian Jin dan Machfoedz (1998) yang menyatakan financial leverage berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Namun
15
bertentangan dengan penelitian Budiasih (2004) yang tidak dapat membuktikan financial leverage berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. 3.
Besaran Usaha Hasil penelitian memberikan pengaruh secara signifikan terhadap praktek perataan
laba. Hal ini menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan maka praktek perataan laba juga cenderung akan dilakukan oleh pihak manajemen. Hal tersebut disebabkan karena praktek perataan laba dianggap sebagai tindakan yang rasional dimana manajer akan bertindak untuk memaksimalkan kepentingannya sesuai dengan nilai perusahaan (Beattie et al. ,1994 dalam Suranta dan Merdistusi, (2004). Semakin besar nilai perusahaan maka akan semakin besar kepentingan manajer untuk melakukan perataan laba. Moses (1987) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih kuat melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaanperusahaan kecil, karena perusahaan-perusahaan besar mendapatkan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah maupun masyarakat umum. Smith (1976) menjelaskan bahwa manajer perusahaan sangat cenderung melakukan perataan laba. Kesimpulan ini didukung oleh temuan Trueman, et al. (1978) bahwa secara rasional manajer ingin meratakan penghasilan yang dilaporkannya dengan alasan memperkecil tuntutan pemilik perusahaan. 4.
Net Profit Margin Hasil penelitian tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh NPM terhadap
terjadinya praktik perataan laba. Hal ini mungkin disebabkan karena rata-rata perusahaan manufaktur menggunakan utang yang cukup besar. Sehingga struktur modalnyaoptimal dari menghasilkan laba yang relatif rendah. Margin laba yang relatif rendah menunjukan bahwa tidak ada masalah dalam operasi perusahaan sehingga perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi bagi para pemegang saham. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat praktik perataan laba dalam perusahaan industri logam yang ditunjukkan oleh hasil perhitungan dengan menggunakan indeks eckel. khususnya perusahaan Indal Alumunium Industry Tbk,
16
Jakarta Kyoei Steel Tbk.[S], Lionmesh Prima Tbk.[S], Pelangi Indah Canindo Tbk, Tira Austenite Tbk. 2. Secara simultan atau bersama-sama variabel bebas Besaran usaha, Finasial Leverage, Net Profit Margin, Return On Asset yang berpengaruh terhadap income smoothing. 3. Secara individu hanya variabel Finansial Leverage dan besaran usaha saja yang berpengaruh terhadap income smoothing. Saran Beberapa saran yang disarankan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Penulis menyarankan untuk penelitian berikutnya dalam melakukan penelitian perataan laba memasukan perusahaan dari sektor lain (asuransi,transportasi,perdagangan,pertambangan, dan sebagainya) agar hasil penelitian nantinya mampu menggambarkan secara menyeluruh keadaan perusahaan go public di Indonesia Perlu juga dilakukan pengujian terhadap factor-faktor pendorong perataan laba seperti harga saham, kebijakan akuntansi,kompensasi bagi manajemen, dan faktor lain. 2. Perlunya menambah periode pengamatan agar dapat meningkatkan kualitas penelitian selanjutnya. 3. Perlunya menambah variabel penelitian agar dapat meningkatkan hasil penelitian berikutnya. 4. Kepada investor agar lebih teliti dalam menilai laporan keuangan perusahaanperusahaan khususnya yang berkaitan dengan informasi laba sehingga keputusan investasi yang diambil tidak akan menimbulkan penyesalan. DAFTAR PUSTAKA Ashari, N., H. C. KOH, S.L Tan dan W. H. Wong (1994), “Faktor Affecting Income Smooothing Among Listed Companies in Singapore”, Journal of Accounting andBussines Research, Autumn, 291-301 Belkaouli, Ahmed, 2007, Accounthing Theory, Universityof Illinois at Chicago,Illinois,USA DuwiPriyato. 2009. PraktekLangsung SPSS17. C.V ANDI OFFSET: Yogyakata Eckel, N. (1981), “The Income Smoothing Hypothesis Revesited,” Abocus, Juni:28-40. Igan Budiasih. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal. Universitas Udayana. 2009. Juniarti. Analisis Faktor – Faktor Ynag Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan – Perusahaan GO Publik, Universitas Kristen Petra. Kustituanto.Bambangdan Rudy Badrudin.1994 .Statistika 1.Gunadarma : Jakarta Kirschenheiter, M. & N Melumad. 2002, June.“Earning Quality and Smoothing”.http://www.mgmt.purdue.edu/events/bkdspeakers/paper03/pdf,(online), diakses 2004,4 agustus). Moses, O.D. 1981 .”Income Smoothing and Incentives: Empirical Tests Using Accounting Changes”. The Accounting Review.Vol 62 (2). Hal 358-377. Muhammad Yusuf. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan LabaPada Perusahaan Asingdan Non Asing di Indonesia. JAAT Volume 8 No 1.Juni. 2004. Nani Syahriani. Analisis Perataan Laba dan Faktor – Faktor Ynag Mempengaruhi Pada Perusahaaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.Skripsi Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta. 2006.
17
Scoott, W. R. 1997. Financial Accounting Theory. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall. www.finance.yahoo.com www.idx.com