EVALUASI PERFORMANSI OLSR (OPTIMIZED LINK STATE ROUTING) PADA MOBILE AD-HOC NETWORK Valentino Lord Sing, S.N.M.P. Simamora, Simon Siregar Program Studi Teknik Komputer Politeknik TELKOM Jl. Telekomunikasi No. 1 Ters. Buah Batu, Bandung 40257 Telp.: +6222-5224137, e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstract The development of information technology is developing faster and faster, so the need for the type of network can be implemented for an emergency condition so that it can help activities at the existing infrastructure can not be used. In Mobile Ad-hoc Network (MANET) routing protocol is needed for each node can communicate with other nodes that are beyond its reach, at this moment a lot of research done from some protocol that is in ad-hoc wireless network to determine the performance of each protocol them. This study used the protocol OLSR (Optimized Link State Routing) in MANET networks for its implementation and to find out the results obtained will be used to measure parameters of end-to-end delay is the amount of time spent by a packet when sent by a sender node and At the destination node is received in the implementation and testing, Packet delivery ratio is the percentage of data packets sent successfully and the throughput is an effective speed of data transfer rates measured in bps, which would be expected, we can determine the performance of OLSR MANET network so it can be implemented in real in assisting the communication of data exchange in a state of emergency in MANET networks. Keywords: MANET, OLSR, end-to-end delay, packet delivery ratio, throughput.
1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi yang saat ini berkembang semakin cepat sehingga di perlukannya suatu jenis jaringan yang dimana jaringan tersebut nantinya dapat diimplementasikan pada saat keadaan darurat sehingga dapat membantu kegiatan pada saat kondisi darurat dimana infrastruktur yang ada tidak dapat digunakan. Jaringan yang dimaksud adalah Mobile Ad-hoc Network (MANET).
Dalam Mobile Ad-hoc Network (MANET) diperlukan protokol routing agar tiap node dapat melakukan komunikasi dengan node lain yang diluar jangkauannya; pada saat ini banyak penelitian yang dilakukan dari beberapa protokol yang ada di dalam Jaringan Wireless Ad-Hoc untuk mengetahui kinerja dari setiap protokol tersebut. Jaringan MANET yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan protokol OLSR (Optimized Link State Routing). Protokol ini merupakan optimalisasi dari algoritma link state klasik untuk memenuhi persyaratan pada Mobile Ad-hoc Network. Beberapa rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana mengimplementasikan protokol routing OLSR pada Jaringan Ad-Hoc. 2) Bagaimana mengukur parameter performansi protokol routing OLSR pada Jaringan Ad-hoc pada saat node diam dan saat node bergerak/mobile. 3) Berapakah rata-rata hasil yang didapat dari parameter yang digunakan yaitu packet delivery ratio, end-to-end delay, dan throughput 4) Menguji performansi OLSR pada Jaringan Ad-Hoc menggunakan layanan pengiriman pesan (message) berupa teks dan suara (sound). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengimplementasikan protokol routing OLSR (Optimized Link State Routing) pada Jaringan Ad-Hoc. 2) Mengetahui hasil performance protokol routing OLSR (Optimized Link State Routing) pada Jaringan Ad-Hoc pada saat node diam dan saat node bergerak/mobile. 3) Mengetahui rata-rata hasil yang didapat dari parameter yang digunakan yaitu packet delivery ratio, end-to-end delay, dan throughput.
Aplikasi Performansi OLSR … (V.L. Sing, S.N.M.P. Simamora, S. Siregar)
177
4) Melakukan pengujian performansi protokol routing OLSR (Optimized Link State Routing) menggunakan layanan pengiriman pesan (message) berupa teks dan suara (sound). Untuk menghindari kesalahan persepsi dan meluasnya pokok pembahasan, maka pengerjaan penelitian ini terbatas pada beberapa hal seperti: 1) Jumlah node yang di gunakan dalam implementasi Jaringan Ad-Hoc ini adalah 3 s.d 5 buah. 2) Parameter yang dibahas adalah packet delivery ratio, end-to-end delay, dan troughput. 3) Tidak membahas sistem keamanan, teknik signalling, dan teknik switching dari Jaringan Ad-Hoc protokol routing OLSR. 4) Mobile-node yang digunakan adalah wireless adapter. 5) Performansi yang akan diuji adalah pada layanan pengiriman message berupa teks dan suara (sound) streaming. 6) Tools yang digunakan untuk mengukur performansi dari OLSR dengan menggunakan Wireshark. 7) Spesifikasi notebook yang digunakan pada tiap node sama. 8) Topologi jaringan menggunakan topologi yang sama dalam kondisi tetap atau tidak bergerak untuk setiap skenarionya. 9) Menggunakan IP Address Versi 4 dalam pengimplementasiannya.
2. METODE Penelitian ini dilakukan dengan metodologi seperti: 1) Studi Literatur: merupakan proses pencarian dan pengumpulan literatur-literatur berupa buku referensi, artikel, serta jurnal-jurnal yang mendukung dalam penyusunan teori dasar dan penjelasaan mengenai Mobile AdHoc Network dan OLSR. 2) Implementasi dan Pengumpulan Data: merupakan proses dilakukan perancangan jaringan dan implementasi yang menggunakan lima buah mobile-node serta mengumpulkan data-data yang terkait dengan objek penelitian dari hasil pengukuran. 3) Analisis: merupakan proses dilakukannya analisis terhadap data yang telah diperoleh dari pengujian, yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan pada saat tahap implementasi dan pengumpulan data. Mobile Ad-Hoc Network Jaringan Ad-Hoc adalah jaringan wireless multihop yang terdiri dari
178
kumpulan mobile-node (mobile-station) yang bersifat dinamik dan spontan, dapat diaplikasikan di mana pun tanpa menggunakan jaringan infrastruktur (seluler ataupun PSTN) yang telah ada[1]; komunikasi berjalan secara ad-hoc menggunakan media gelombang radio untuk mengkoneksikan perangkat satu dengan yang lain, dan selanjutnya akan mengenal peralatan RF (Radio-Frequency) lain dalam cakupan sinyal yang saling berdekatan, sehingga komunikasi dapat dilakukan. Beberapa karakteristik Jaringan Ad-Hoc[2]: Multiple wireless link: setiap node yang mempunyai sifat mobility dapat memiliki beberapa interface yang terhubung ke beberapa node lainnya. Dynamic topology : dikarenakan sifat node yang mobile, maka topologi jaringannya dapat berubah secara random/acak. Sebagai akibatnya routing protokol mempunyai masalah yang lebih kompleks dibandingkan dengan Jaringan Wired dengan node yang tetap. Limited resources : seperti Jaringan Wireless lainnya, Jaringan Ad-Hoc dibatasi oleh masalah daya dan kapasitas memori. Keunggulan Jaringan Ad-Hoc dibanding dengan jaringan seluler ataupun jaringan infrastruktur yang ada sekarang meliputi[3]: 1) Setting Access-Point yang permanen ataupun back-bone dari infrastruktur tidak selalu mudah. 2) Tidak memerlukan dukungan back-bone infrastruktur sehingga mudah diimplementasikan dan sangat berguna ketika infrastruktur tidak ada ataupun tidak berfungsi lagi. 3) Mobile-node yang selalu bergerak (mobility) dapat mengakses informasi secara real-time ketika berhubungan dengan mobile-node lain, sehingga pertukaran data dan pengambilan keputusan dapat segera dilaksanakan. 4) Jaringan Ad-Hoc dapat digunakan untuk waktu yang singkat (short-term usage) ataupun fleksibel terhadap suatu keperluan tertentu karena jaringan ini memang bersifat sementara. 5) Jaringan dapat di-rekonfigurasi dalam beragam topologi baik untuk jumlah user kecil hingga banyak sesuai dengan aplikasi dan instalasi (scalability). Routing adalah mekanisme penentuan link dari node pengirim ke node penerima yang bekerja pada Lapisan ke-3 OSI (Network
Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol. 7 No. 2 Maret 2011: 177-186
Layer)[4]. Protokol routing diperlukan karena untuk mengirimkan paket data dari node pengirim ke node penerima akan melewati beberapa node penghubung (intermediate node), dimana protokol routing berfungsi untuk mencarikan rute link yang terbaik dari link yang akan dilalui melalui mekanisme pembentukan tabel routing. OLSR (Optimized Link State Routing) adalah suatu proactive routing protocol, yang dapat dengan segera menyediakan routing ke semua network tujuan yang ada. Ini adalah optimalisasi dari link state klasik[1]. Optimalisasi ini berdasarkan pada konsep multipoint relays (MPR)[a]. Pertama dengan menggunakan multipoint relay dapat mengurangi ukuran dari control message. Daripada menyatakan semua link, node menyatakan hanya sekumpulan links dengan node tetangganya sebagai “multipoint relay”. Penggunaan MPR juga meminimalisasi flooding dari traffic control. Teknik ini secara signifikan mengurangi jumlah re-transmisi dari broadcast control message. Sistem link state mempunyai cara yang lebih efisien dibanding dengan sistem distance vector. Router dengan tipe ini akan mengirimkan routing table melalui multicast (tidak melalui paket broadcast) setiap periode tertentu. Jika ada proses update, maka hanya update tersebut yang akan dikirimkan. Selanjutnya koleksi jalur terbaik kemudian akan membentuk routing table node. OLSR menyediakan dua fungsi utama yaitu neighbour discovery dan topology dissemination. Parameter yang digunakan dalam mengukur performansi Jaringan MANET[4] yaitu: Packet delivery ratio (PDR): merupakan persentase jumlah paket data yang terkirim dengan sukses. Semakin banyak jumlah paket data yang terkirim dengan sukses maka semakin baik quantitative performance dari network tersebut. End-to-end delay adalah jumlah waktu yang digunakan oleh sebuah paket ketika dikirim oleh sebuah node pengirim dan diterima di node tujuan. End-to-end delay merupakan jumlah dari waktu pengiriman, propagasi, proses dan antrian dari suatu paket pada setiap node di jaringan. Semakin kecil delay yang dialami, maka semakin baik quantitative performance dari network tersebut. Throughput, yaitu tingkat atau level transferrate data efektif yang diukur dalam bit per second (bps). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval
waktu tertentu dibagi oleh interval waktu tersebut.
3. DISKUSI Dalam proses perancangan sebuah sistem, diperlukan sebuah skenario yang terstruktur dengan baik, dan untuk memudahkan proses perancangan implementasi diperlukan flowchart yang membantu dalam memahami proses perancangan yang akan dibuat. Pada gambar 1. terlihat alur perancangan sistem yang akan dibangun.
Gambar 1. Alur-kerja pembangunan sistem Implementasi Sistem Implementasi dilakukan pada kampus Politeknik TELKOM dengan skenario in-door dan out-door. Skema lay-out jaringan yang digunakan ditunjukkan pada gambar 2.
Aplikasi Performansi OLSR … (V.L. Sing, S.N.M.P. Simamora, S. Siregar)
179
Gambar 2. Skema lay-out jaringan Pada gambar 2, percobaan dilakukan di lantai dasar menggunakan lima node yang ditempatkan secara terpisah; masing-masing node terhubung satu dengan yang lain di dalam Jaringan Ad-hoc. Setiap node melakukan pertukaran informasi sesuai dengan skenario yang diujikan, dimana pengujian dilakukan dengan mengirim text dan audio streaming dengan ukuran 1MB untuk teks dengan tipe *.doc/docx dan 5MB untuk suara dengan tipe *.mp3 Pada saat dilakukan pengiriman informasi akan dilakukan perekaman jaringan dengan software Wireshark. Spesifikasi setiap node ditetapkan sebagai berikut: Dua notebook HP. Satu notebook Lennovo b450. Satu notebook Compaq Presario CQ40. Satu notebook Axioo.
Gambar 3. Lay-out skema pengiriman pada skenario-1 Skenario ke-2, pengukuran performansi dengan memakai tiga node dengan kondisi node bergerak dengan mengirimkan paket informasi teks dan suara. Skenario ke-3, pengukuran performansi dengan memakai lima node dalam kondisi diam dengan mengirimkan paket informasi teks dan suara. Skenario ke-4, pengukuran performansi saat lima node dalam kondisi bergerak secara bebas dengan mengirimkan paket informasi teks dan suara.
Software yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut: 1) OLSRD, merupakan software yang digunakan untuk implementasi Jaringan MANET menggunakan protokol OLSR. 2) Wireshark, merupakan software yang digunakan untuk mengamati paket data yang melewati jaringan dan difungsikan sebagai Network Analyzer. Gambar 4. Lay-out skenario-2 kondisi node bergerak Skenario Percobaan Skenario Pertama, pengukuran performansi menggunakan tiga node dalam kondisi diam, dengan mengirimkan paket informasi teks dan suara.
180
Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol. 7 No. 2 Maret 2011: 177-186
4. HASIL Konfigurasi OLSR pada masing-masing node Konfigurasi jaringan setiap node disajikan sebagai berikut:
Gambar 5. Lay-out skenario-3 kondisi node diam Gambar 7. Konfigurasi OLSR pada node-1
Gambar 6. Lay-out skenario-4 dalam kondisi node bergerak bebas Konfigurasi Jaringan Karakteristik perangkat jaringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jaringan Wireless Ad-Hoc dengan standar 802.11 b/g, dengan alamat jaringan setiap node adalah sebagai berikut: 1) Node-1: notebook HP: IP Address: 192.168.0.1 ; Subnet-mask: 255.255.255.0 2) Node-2: notebook Compaq Presario CQ40: IP Address: 192.168.0.2 ; Subnet-mask: 255.255.255.0 3) Node-3: notebook Lennovo b450: IP Address: 192.168.0.3 ; Subnet-mask: 255.255.255.0 4) Node-4: notebook Axiio: IP Address: 192.168.0.4 ; Subnet-mask: 255.255.255.0 5) Node-5: notebook HP: IP Address: 192.168.0.5 ; Subnet-mask: 255.255.255.0
Gambar 8. Konfigurasi jaringan pada node-2
Gambar 9. Konfigurasi jaringan pada node-3
Aplikasi Performansi OLSR … (V.L. Sing, S.N.M.P. Simamora, S. Siregar)
181
Gambar 10. Konfigurasi jaringan pada node-4
Gambar 11. Konfigurasi jaringan pada node-5
Pada gambar 12 menunjukkan hasil yang diperoleh dari pengujian teks dan suara streaming pada masing-masing node, dimana diukur dari node-1, hasil yang diperoleh dari pengujian teks dan suara streaming adalah 3.447 ms dan 136.629 ms, dan diukur dari node-3 hasil untuk pengujian teks dan suara streaming adalah 3.587 ms untuk teks dan 130.5635 ms untuk suara streaming. Dari grafik tersebut terlihat hasil yang diperoleh masing-masing node untuk kedua pengujian cenderung tidak memiliki perbedaan yang signifikan dimana delay node-1 dan node-2 memiliki hasil yang tidak berbeda jauh; dan hasil yang sama di dapat pada pengujian suara streaming dimana hasil pada masing-masing node perbedaan yang dimiliki tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan pada skenario ke-1 tiap-tiap node tidak bergerak dari posisinya, sehingga komunikasi yang terjadi pada skenario ke-1 dianggap baik dengan melihat delay yang didapatkan dari hasil pengujian. Perbandingan Packet Delivery Ratio Pada Skenario Ke-1 Terlihat pada gambar 13 diperoleh hasil Packet Delivery Ratio pada pengujian teks dan suara streaming untuk masingmasing node adalah, node-1 untuk teks 100% dan suara streaming 100%, sedangkan node-3 untuk teks 100% dan suara streaming 100%. Hal ini disebabkan karena Packet Delivery Ratio hanya mengukur paket yang sukses dikirimkan ke node tujuan. sehingga quantitave performance jaringan pada skenario ke-1 adalah bagus dengan alasan hasil memperlihatkan besarnya persentase dari paket yang terkirim sukses.
Perbandingan End-to-End Delay Pada Skenario Ke-1 Dari pengukuran data-data yang diperoleh menggunakan Wireshark pada skenario ke-1 didapatkan grafik end-to-end delay seperti berikut:
Gambar 13. Grafik Packet Delivery Ratio pada skenario ke-1 Gambar 12. Grafik end-to-end delay pada skenario ke-1
182
Perbandingan Throughput Pada Skenario Ke-1 Pada gambar 14 dapat dijelaskan bahwa grafik nilai throughput pada node-1 untuk teks 370.7005
Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol. 7 No. 2 Maret 2011: 177-186
Kbps dan suara streaming 215.45 Kbps; sedangkan pada node-3 untuk teks 339.805 Kbps dan suara streaming 216.967 Kbps. Throughput yang diperoleh untuk node-1 dan node-3 pada pengujian suara streaming hasil yang diperoleh tidak berbeda jauh sedangkan pada teks mengalami penurunan throughput ini terjadi karena beberapa faktor yaitu interferensi gelombang radio karena penggunaan frekuensi, delay antrian akibat routing oleh OLSR, dan beberapa faktor seperti kondisi node, kondisi interferensi.
Perbandingan Packet Delivery Ratio Pada Skenario Ke-2 Pada gambar 16 diperoleh hasil packet delivery ratio untuk skenario ke-2 dari tiap node-nya, yaitu pada node-1 diperoleh masingmasing 100% untuk teks dan 100% untuk suara streaming; sedangkan pada node-3 masingmasing: untuk teks 100% dan suara streaming 100%. Hal ini disebabkan karena Packet Delivery Ratio hanya mengukur paket yang sukses dikirimkan ke node tujuan. sehingga quantitave performance jaringan pada skenario ke-2 adalah bagus karena dilihat dari besarnya persentase dari paket yang terkirim dengan sukses.
Gambar 14. Grafik throughput pada skenario-1 Perbandingan End-to-End Delay Pada Skenario Ke-2 Pada gambar 15 terlihat perbandingan end-to-end delay tiap node-nya pada masing-masing pengujian, dimana end-toend delay yang diperoleh pada node-1 untuk pengujian teks 8.402 ms dan suara 146.879, sedangkan untuk node-3 adalah 7.2775 ms untuk teks dan 134.9775 ms untuk suara streaming. Pada skenario ke-2, node bergerak menjauh sehingga hasil yang didapat berbeda dengan hasil skenario ke-1 dimana delay pada masing-masing pengujian bertambah, sedangkan untuk perbandingan antara node-nya hasil yang diperoleh mengalami sedikit perbedaan karena pergerakan node saat mengirim data; inilah yang mengakibatkan perbedaan delay pada tiap nodenya.
Gambar 16.Grafik packet delivery ratio pada skenario ke-2 Perbandingan Throughput Pada Skenario Ke-2 Pada gambar 17 dapat kita lihat perbandingan throughput antara kedua node pada masingmasing pengujian dalam Kbps untuk skenario ke2. Dari grafik menunjukkan pada node-1 untuk teks 313.2895 Kbps dan suara streaming 215.446; sedangkan node-3 untuk teks 275.367 Kbps dan suara streaming 213.05 Kbps. Throughput yang diperoleh untuk node-1 dan node-3 pada pengujian suara streaming hasil yang diperoleh tidak berbeda jauh, sedangkan pada teks mengalami penurunan throughput. Ini terjadi karena beberapa faktor seperti saat pengiriman berlangsung terjadi interferensi gelombang radio karena penggunaan frekuensi, delay antrian akibat routing oleh olsr, dan pergerakan dari node saat melakukan komunikasi.
Gambar 15. Perbandingan end-to-end delay pada skenario ke-2
Aplikasi Performansi OLSR … (V.L. Sing, S.N.M.P. Simamora, S. Siregar)
183
node-nya, dimana pada node-1 diperoleh 100% untuk teks dan 100% untuk suara streaming. Pada node-3 untuk teks 100% dan suara streaming 100%, node-4 untuk teks 100% dan suara 100%, dan node-5 untuk teks 100% dan suara streaming 100%. Hal ini disebabkan karena packet delivery ratio hanya mengukur paket yang sukses dikirimkan ke node tujuan. sehingga quantitave performance jaringan pada skenario ke-3 adalah bagus dengan alasan dilihat dari besarnya persentase dari paket yang terkirim dengan sukses. Gambar 17. Grafik throughput pada skenario ke-2 Perbandingan End-to-End Delay Pada Skenario Ke-3 Pada gambar 18 merupakan grafik delay dari hasil pengujian teks dan suara pada masing-masing node. Dimana delay yang didapat pada masing-masing node yaitu: node-1 untuk teks 3.6595 ms, dan suara 109.8405 ms; node-3 untuk teks 3.751 ms dan suara streaming 120.575 ms, node-4 untuk teks 2.0895 ms dan suara streaming 126.241 ms, dan node-5 untuk teks 3.954 ms dan suara streaming 127.2795 ms. Hasil yang diperoleh dari kedua pengujian untuk masing-masing node tidak berbeda jauh, bila dibandingkan antara node-1 dan node-3 saat sebagai penerima untuk pengujian teks dan suara streaming yang menghasilkan delay cenderung tidak berbeda jauh dan begitu juga kondisi sama dihasilkan antara node-4 dan node-5. Dengan demikian hasil antara kedua node tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Faktor tersebut disebabkan kondisi eksisting perangkat yang digunakan, serta kondisi jaringan wireless yang baik sehingga perbedaan yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.
Gambar 19. Grafik packet delivery ratio pada skenario ke-3 Perbandingan Throughput Pada Skenario Ke-3 Pada gambar 20 terlihat perbandingan throughput antara kelima node pada masing-masing pengujian dalam Kbps untuk skenario ke-3. Pada grafik memperlihatkan pada node-1 untuk teks 449.3065 Kbps dan suara streaming 315.5835 Kbps, node-3 untuk teks 423.238 Kbps dan suara streaming 375.4015 Kbps, node-4 untuk teks 634.6025 Kbps dan suara streaming 315.824 Kbps dan node-5 untuk teks 441.854 Kbps dan suara streaming 310.122 Kbps. Pada grafik dapat terlihat juga bahwa node-4 memiliki hasil throughput yang berbeda jauh dari node-5 dalam hal pengujian teks; ini disebabkan karena beberapa faktor seperti saat komunikasi berlangsung, jaringan sedang tidak memiliki traffic yang padat sehingga throughput yang diperoleh lebih besar dari node-5, dan tidak adanya interferensi gelombang radio karena penggunaan frekuensi.
Gambar 18. Grafik end-to-end delay pada skenario ke-3 Perbandingan Packet Delivery Ratio Pada Skenario Ke-3 Pada gambar 19 ditunjukkan hasil packet delivery ratio untuk skenario ke-3 dari tiap
184
Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol. 7 No. 2 Maret 2011: 177-186
packet delivery ratio untuk skenario ke-3 dari tiap node-nya, dimana pada node-1 diperoleh 100% untuk teks dan 100% untuk suara streaming, pada node-3 untuk teks 100% dan suara streaming 100%, node-4 untuk teks 100% dan suara 100%, dan node-5 untuk teks 100% dan suara streaming 100%. Hal ini disebabkan karena packet delivery ratio hanya mengukur paket yang sukses dikirimkan ke node tujuan. sehingga quantitave performance jaringan pada skenario ke-3 adalah bagus karena dilihat dari besarnya persentase dari paket yang terkirim dengan sukses. Gambar 20. Grafik throughput pada skenario ke-3 Perbandingan End-to-End Delay Pada Skenario Ke-4 Pada gambar 21 menyajikan grafik delay dari hasil pengujian teks dan suara pada masing-masing node. Dimana delay yang didapat pada masing-masing node yakni: node-1 untuk teks 2.754 ms dan suara 60.4365 ms, node3 untuk teks 3.7545 ms dan suara streaming 56.714 ms, node 4 untuk teks 2.8285 ms dan suara streaming 77.844 ms, dan node-5 untuk teks 3.5905 ms dan suara streaming 126.1825 ms.
Gambar 21. Grafik end-to-end delay pada skenario ke-4 Hasil yang diperoleh dari kedua pengujian untuk masing-masing node memiliki hasil delay yang bervariasi ini disebabkan karena pergerakan dari node yang bergerak secara bebas (acak) sehingga delay yang diperoleh pun bervariasi. Pada saat node bergerak relatif mendekat, maka delay yang didapat pun semakin kecil; sebaliknya jika node bergerak relatif menjauh maka delay yang diperoleh pun semakin besar.
Gambar 22. Grafik packet delivery ratio pada skenario ke-4 Perbandingan Throughput Pada Skenario Ke-4 Pada gambar 23 terlihat perbandingan throughput antara setiap node pada masing-masing pengujian dalam Kbps untuk skenario ke-4. Dari grafik menunjukkan pada node-1 untuk teks 449. 05 Kbps dan suara streaming 420.321 Kbps, node-3 untuk teks 749.2955 Kbps dan suara streaming 301.09 Kbps, node-4 untuk teks 478.063 Kbps dan suara streaming 285.3485 Kbps dan node-5 untuk teks 449.6045 Kbps dan suara streaming 307.822 Kbps. Selanjutnya berdasar grafik terlihat bahwa node-3 memiliki hasil throughput yang berbeda jauh dari node-1 untuk pengujian teks; ini disebabkan beberapa faktor yaitu saat komunikasi berjalan jaringan sedang tidak memiliki traffic yang padat sehingga throughput yang diperoleh lebih besar dari node-1, dan tidak adanya interferensi gelombang radio pada penggunaan frekuensi.
Perbandingan Packet Delivery Ratio Pada Skenario Ke-4 Pada gambar 22 diperoleh hasil
Aplikasi Performansi OLSR … (V.L. Sing, S.N.M.P. Simamora, S. Siregar)
185
secara acak membuat posisi node menjadi tidak tetap. 3) Posisi setiap node dan mobilitas-nya antar node bertetangga mempengaruhi QoS layanan komunikasi data yang berjalan. 4) Jarak optimal agar Line of Sight antar-node bertetangga dalam kondisi baik, pada nilai 50 meter.
5. DAFTAR PUSTAKA Gambar 23. Grafik throughput pada skenario ke-4 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan analisis dari evaluasi performansi OLSR pada Jaringan MANET, bisa diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Pengujian menggunakan text dan audiostreaming menghasilkan QoS yang berbeda. Dari perbandingan kedua pengujian tersebut, untuk pengujian teks cenderung mempunyai delay yang lebih baik dibanding pengujian suara streaming. Dengan demikian, throughput data text-streaming lebih besar dibandingkan audio-streaming; alhasil bandwidth yang dialokasikan untuk data suara lebih besar dibandingkan data teks agar komunikasi data yang berlangsung dapat berjalan dengan baik dan lancar. 2) Pergerakan node untuk skenario ke-2 dapat membuat nilai delay berbeda, karena tiap node menjauh dari posisi semula. Sedangkan untuk pergerakan node pada skenario ke-4 membuat delay yang didapat bervariasi, hal ini disebabkan karena pergerakan node yang
186
[1] Raditya, Implementasi dan Analisis Jaringan Mobile Ad Hoc Network (MANET) Menggunakan Protokol OLSR (Optimized Link State Routing) Untuk Layanan VoIP, Institut Teknologi Telkom, 2010. [2] T. A. Riza, Analisis Performansi Jaringan MONET (Moving Network) dengan Menggunakan Model Trafik TCP, Institut Teknologi Telkom, 2008. [3] Edi S. Mulyanta, Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer, Penerbit Andi, 2005. [4] S.N.M.P. Simamora, ”WLAN Implementation in High-floor Indoor Office Building for Communication Successfull Solution”, Proceeding of International Conference on Open Source for Higher Education (ICOSic), Sebelas Maret University (UNS), Solo, hal. 135-138, 2010. Websites: [a] Eri Sugiantoro, (2010), Evaluasi Performansi dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed, Institut Teknologi Sepuluh November, digilib.its.ac.id/public/ ITS-Undergraduate-9354-2203100002Paper.pdf
Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol. 7 No. 2 Maret 2011: 177-186