Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
EVALUASI KINERJA PROYEK RESID FLUID CATALYTIC CRACKING (RFCC) PADA KILANG PERTAMINA UP IV CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN KURVA S MODIFIKASI Vidhita Parama Isvari1) dan Nugroho Priyo Negoro2) 1) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia e-mail:
[email protected] 2) Jurusan Manajemen Bisnis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK Proyek RFCC merupakan sebuah proyek instalasi unit yang berfungsi merengkah feed atmospheric residue menggunakan katalis. Instalasi unit ini menghasilkan Unsaturated Gas, Cracked LPG, Unstabilized Gasoline, Cracked Distillate (LCO), dan Bottom Oil. Proyek yang dimulai pada bulan September 2011 dan berdurasi 39 bulan ini mengalami ketidaksesuaian pada perencanaan dan target. Manajer proyek mengharapkan dengan kondisi proyek seperti ini mampu menghasilkan kinerja yang baik pada akhir proyek nantinya. Oleh karena itu dilakukan analisis kinerja proyek untuk membandingkan kondisi aktual dengan rencana proyek berdasarkan aspek biaya, kualitas, waktu dan risiko dalam bidang manajemen proyek. Dalam penelitian ini, digunakan metode earn value, cost of quality dan identfikasi risiko digunakan untuk menganalisis pencapaian kinerja proyek RFCC hingga bulan Maret 2014, bulan ke - 30 masa konstruksi. Hasil analisis dari aspek biaya, kualitas, waktu dan risiko digambarkan pada satu grafik kurva S modifikasi. Tahapan dalam membuat kurva S modifikasi, pertama menggambarkan kurva S standar yang terdiri dari aspek biaya dan waktu. Tahap kedua menggambarkan kurva S koreksi 1 dengan menambahkan aspek kualitas. Tahap ketiga menggambarkan kurva S koreksi 2 dimana merupakan hasil akhir kurva S modifikasi dengan menggabungkan aspek risiko dalam kurva S koreksi 1. Dengan adanya evaluasi kinerja proyek berdasarkan kurva S, maka dapat terlihat perbandingan aspek biaya dan waktu jika dipengaruhi oleh aspek biaya dan kualitas. Sehingga dapat diketahui apa saja penyebab dan antisipasi yang perlu dilakukan dengan melihat grafik kurva S kombinasi empat aspek. Kata kunci: Evaluasi Kinerja Proyek, Identification
Cost of Quality, Earn Value, Kurva S , Risk
PENDAHULUAN Proyek Resid Fluid Catalytic Cracking (RFCC) merupakan proyek konstruksi yang sedang dijalankan Pertamina pada Kilang Unit Pengolahan IV Cilacap. Proyek yang sedang dijalankan yaitu menambah unit proses yang terdiri dari beberapa instalasi untuk menunjang peningkatan produksi bahan bakar minyak. Teknologi catalytic cracking digunakan sebagai inovasi baru untuk meningkatkan margin kilang. Pembangunan konstruksi dilaksanakan sebagai upaya pemenuhan sarana dan prasarana di beberapa kilang minyak yang ada di Indonesia. Selain itu, adanya tuntutan pasar atas kualitas produk bahan bakar minyak (BBM) turut menjadi alasan dibentuknya proyek ini. Proyek RFCC pada awalnya memiliki durasi proyek selama 39 bulan. Namun karena adanya kendala pada persiapan lokasi tanah, maka jadwal konstruksi mundur menjadi 45 bulan. Dengan kinerja proyek yang seperti ini, ISBN : 978-602-70604-0-1 A-52-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
perusahaan mengharapkan kinerja proyek dapat mencapai angka yang baik pada akhir periode kontrak nantinya. Setiap perusahaan yang melaksanakan proyek konstruksi di Indonesia menerapkan sistem yang berbeda pada evaluasi kinerjanya. Evaluasi kinerja merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan pantauan terus menerus untuk mempertahankan tingkat evaluasi dari sejumlah aspek organisasi (Hua, 2010). Di dalam evaluasi kinerja, salah satu objek yang akan dievaluasi yaitu bidang manajemen proyek. Manajemen proyek merupakan analisis sistematis dan evaluasi objektif dari manajemen. Integrasi pengetahuan, keterampilan, alat dan teknik dalam aktifitas-aktifitas proyek digunakan untuk memenuhi kebutuhan proyek. Dalam pelaksanaannya sebuah proyek dibatasi oleh tiga batasan yaitu lingkup pekerjaan, biaya dan waktu dimana ketiga batasan tersebut akan menentukan kualitas dari suatu proyek (PMI, 2004). Berbagai integrasi metode pengukuran dilakukan untuk menghasilkan evaluasi kinerja proyek yang lebih baik. Menurut Chan (2004) kesuksesan sebuah proyek dapat diukur berdasarkan pemilihan kriteria tertentu. Pengembangan kerangka pengukuran dengan penjabaran indikator kriteria dilakukan berdasarkan pendapat beberapa ahli. Keberhasilan suatu proyek dalam mencapai tujuan yang diinginkan dapat dilihat dari segi biaya dan waktu. Salah satu pendekatan yang digunakan yaitu Earn Value. Teknik Earn Value menggabungkan aktivitas rencana, definisi tugas, wewenang kerja, penganggaran, pelaporan, dan penjadwalan ke dalam satu sistem pengendalian (Ervianto, 2007). Evaluasi yang dilakukan berupa identifikasi biaya, waktu, kualitas dan risiko proyek sehingga dapat mengintegrasikan keempat elemen tersebut yang mengacu pada kurva S. Selain Earn Value dilakukan pula perhitungan menggunakan Cost of Quality untuk mengetahui kualitas pada Proyek RFCC serta identifikasi risko hingga tahap mitigasi. Penelitian ini akan menilai tingkat pencapaian proyek berdasarkan indikator yang telah ditetapkan agar sesuai dengan sasaran kinerja yang diharapkan. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan hasil kinerja dari keempat aspek dalam satu grafik kurva S. METODE Dalam melakukan sebuah penelitian tahap awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi masalah yang akan dijelaskan penyebabnya serta bagaimana langkah penyelesaiannya. Dari perumusan masalah kemudian ditetapkan tujuan penelitian agar penelitian menjadi jelas dan terarah. Selanjutnya dilakukan studi literatur dan studi lapangan untuk mencari referensi serta penelitian terdahulu yang kemudian dapat dijadikan perbandingan mengenai gap yang ditemukan. Survei pustaka dilakukan untuk mencari referensi yang berhubungan dengan evaluasi kinerja proyek. Beberapa informasi yang terkait dengan evaluasi kinerja proyek maupun teori – teori penunjang dijadikan acuan dalam penelitian ini. Referensi yang digunakan dapat berupa buku maupun jurnal ilmiah dimana referensi tersebut dapat menjawab gap yang ada saat perumusan masalah. Pengumpulan data sebagai bahan pendukung hipotesa dari penelitian. Data yang akan diolah berikaitan dengan evaluasi kinerja proyek sebagai bahan analisis dan kondisi eksisting dari perusahaan. Data yang perlu dipersiapkan berupa laporan bulanan proyek, Project Management Plan, dan Risk Register. Menurut Chan (2004) terdapat 4 dimensi kesuksesan proyek yaitu efisiensi proyek, dampak kepada pelanggan, kesuksesan bisnis dan persiapan masa depan. Selanjutnya dilakukan survey lapangan untuk menyesuaikan data laporan dengan kondisi lapangan. Melalui pengumpulan data proyek maka dapat dilakukan perekapan data. Beberapa pendekatan dilakukan dengan mengintegrasikan aspek biaya dan waktu dengan Earn Value Management. Aspek lain yaitu biaya dan kualitas dapat dihitung melalui pendekatan Cost of Quality sedangkan rari segi risiko dilakukan identifikasi risiko proyek. ISBN : 978-602-70604-0-1 A-52-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Pengolahan data kriteria biaya dan waktu dimulai dengan menganalisis BCWS, BCWP dan ACWP. Analisis didapat dari rencanan anggaran, daftar aktivitas, dan laporan progress pekerjaan. Selanjutnya dilakukan perhitungan variansi kinerja, indeks performansi, nilai Estimate at Completion serta Time Estimated. Pengolahan data kriteria kualitas dilakukan dengan membuat laporan yang terdiri dari rincian biaya kualitas proyek. Berdasarkan pengolahan data kemudian digambarkan menggunakan grafik Kurva S untuk menilai kualitas proyek secara visual. Analisis dilakukan pada hasil pengolahan data dimana mengintegrasikan aspek biaya, kualitas, waktu dan risiko yang mengacu pada kurva S. Hasil integrasi ini kemudian digambarkan pada kurva S Proyek RFCC yang mencakup hasil kinerja proyek dari sisi biaya, kualitas, waktu dan risiko. Dari hasil pencapaian tersebut dapat terlihat aspek mana yang memiliki pencapain tertinggi dan terendah yang memiliki kelebihan serta kekurangan masing – masing. HASIL DAN PEMBAHASAN Cost Performance Index (CPI) didapatkan dari hasil pembagian biaya yang seharusnya dikeluarkan (BCWP) terhadap biaya yang telah dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah terlaksana (ACWP). Sedangkan Schedule Performance Index (SPI) didapatkan dari hasil pembagian biaya yang seharusnya dikeluarkan (BCWP) terhadap biaya yang dianggarkan untuk pekerjan tersebut (BCWS). Bila angka indeks kinerja biaya CPI < 1, maka pengeluaran lebih besar dari anggaran. Sedangkan pada indeks kinerja jadwal SPI < 1, waktu pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang direncanakan, begitu pula sebaliknya. Tabel 1 Hasil Perhitungan CPI dan SPI
Bulan Ke 1 s.d. 6 7 s.d. 12 13 s.d. 18 19 s.d. 24 25 s.d. 30
Rata - Rata CPI 1.543 2.141 2.001 2.190 2.075
Rata - Rata SPI 1.021 0.975 0.781 0.766 0.857
Berdasarkan data yang diolah dari bulan ke – 1 hingga bulan ke – 30, nilai CPI secara keseluruhan memiliki angka indeks kinerja diatas satu. Pada kondisi aktual biaya yang seharusnya keluar lebih besar daripada biaya yang telah keluar. Hal tersebut menjelaskan bahwa biaya yang telah dikeluarkan lebih sedikit. Nilai SPI pada bulan ke – 1, 2, 5, 6, 7, dan 10 memiliki angka indeks kinerja diatas satu, sedangkan pada bulan selanjutnya rata-rata nilai SPI dibawah satu. Hal ini dikarenakan pada sepuluh bulan pertama realisasi proyek terhadap rencana tepat waktu. Bahkan pada bulan ke – 5 target proyek melampaui 0.12% dari target. Namun mulai pada bulan ke – 10 proyek mulai mengalami ketidaksesuaian rencana dengan target. Kendala pada persiapan lokasi tanah lah yang menyebabkan jadwal pekerjaan konstruksi yang sudah direncanakan mundur hingga membutuhkan waktu setidaknya lima bulan lagi. Time Estimated (TE) merupakan perkiraan waktu penyelesaian proyek berdasarkan indeks kinerja jadwal (SPI) dan waktu yang telah ditempuh dalam pengerjaan proyek, Actual Time Expected (ATE). Hingga bulan ke – 39 diasumsikan waktu pengerjaan proyek selama 820 hari. Nilai 820 kemudian digunakan sebagai waktu rencana (OD). Bila nilai indeks kinerja jadwal dibawah satu, maka pengerjaan proyek mengalami keterlambatan dari jadwal
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-52-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
yang telah direncanakan. Oleh karena itu, nilai perkiraan waktu penyelesaian proyek lebih besar dari waktu proyek aktual. Tabel 2 Hasil Perhitungan Time Estiamted
Bulan Ke 1 s.d. 6 7 s.d. 12 13 s.d. 18 19 s.d. 24 25 s.d. 30
Rata - Rata TE (hari) 816.09 842.43 1,051.83 1,074.96 966.50
ATE (hari) 21 s.d. 128 147 s.d. 254 276 s.d. 378 400 s.d. 502 522 s.d. 622
Rata - Rata SPI 1.021 0.975 0.781 0.766 0.857
Berdasarkan data yang diolah dari bulan ke – 1 hingga bulan ke – 30, nilai SPI secara keseluruhan memiliki angka indeks kinerja dibawah satu. Pada kondisi aktual biaya yang seharusnya keluar lebih besar daripada anggaran. Nilai SPI pada bulan ke – 1, 2, 5, 6, 7, dan 10 memiliki angka indeks kinerja diatas satu, sedangkan pada bulan selanjutnya rata-rata nilai SPI dibawah satu. Pada enam bulan pertama dan kedua rata - rata nilai SPI cenderung naik turun dari 0.939 hingga 1.090. Sedangkan mulai enam bulan ketiga hingga kelima nilai SPI mulai stabil pada kisaran 0.7 hingga 0.9. Pada kondisi aktual biaya yang telah keluar hanya 52% biaya yang seharusnya keluar pada bulan ke – 30. Oleh karena itu, dengan nilai SPI pada bulan ke – 30 sebesar 0.963 maka proyek akan selesai lebih cepat satu bulan. Nilai SPI terendah sebesar 0.682 ada pada bulan ke – 24 dengan nilai TE sebesar 4.91 tahun. Sedangkan nilai SPI tertinggi sebesar 1.1 ada pada bulan ke – 2 dengan nilai TE sebesar 3.3 tahun. Pada bulan ke – 5, 6, 7, dan 10 nilai TE rata – rata lebih cepat 0.5 tahun dari waktu proyek aktual. Estiamted at Comppletion (EAC) merupakan perkiraan biaya penyelesaian proyek berdasarkan indeks kinerja biaya (CPI) dan biaya yang telah dikeluarkan (ACWP). Biaya penyelesaian proyek merupakan hasil penjumlahan Forecast Cost to Completed (FCTC), perkiraan biaya yang dibutuhkan dengan nilai ACWP. FCTC didapat dari hasil pembagian antara nilai total rancangan anggaran biaya proyek (BAC) dikurangi biaya yang seharusnya keluar dibagi dengan indeks kinerja biaya (CPI). BAC Proyek RFCC menggunakan asumsi nilai investasi proyek sebesar USD 1.2 Milyar. Tabel 3 Hasil Perhitungan Estiamted at Comppletion
Bulan Ke 1 s.d. 6 7 s.d. 12 13 s.d. 18 19 s.d. 24 25 s.d. 30
EACRibu (Ribu USD) 856,805 568,250 600,985 550,354 583,780
Rata - Rata CPI 1.543 2.141 2.001 2.190 2.075
Berdasarkan data yang diolah dari bulan ke – 1 hingga bulan ke – 30, nilai CPI secara keseluruhan memiliki angka indeks kinerja diatas satu. Pada enam bulan pertama, rata - rata nilai CPI cenderung naik fluktuatif pada kisaran 1.8 hingga 2.5. Pada bulan ke – 1 dengan nilai CPI terendah sebesar 1.0 makan nilai EAC sebesar USD 1,200,000 ribu, sesuai dengan perencanaan. Sedangkan nilai CPI tertinggi sebesar 2,581 ada pada bulan ke – 28 dengan nilai EAC sebesar USD 465,020 ribu. Kondisi aktual perkiraan biaya penyelesaian proyek pada bulan ke – 30 telah mencapai 52% dari USD 1.2 Milyar.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-52-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Konsep cost of quality pada Proyek RFCC sedikit berbeda dengan konsep yang dijelaskan oleh Hansen dan Mowen (2000). Hansen dan Mowen mengkategorikan cost of quality dalam control activity dan failure activity. Selain itu, JM. Juran (1986) mengklasifikasikan cost of quality ke dalam empat kelompok yaitu preventive cost, appraisal cost, internal failure cost dan eksternal failure cost. Proyek RFCC menerapkan cost of quality pada tahap procurement, tepatnya pada home office cost. Home office cost merupakan kategori biaya yang terdiri dari inspection cost dan vendor supervision. Bobot home office cost pada tahap procurement sebesar 1.04%. Bobot ini terbagi menjadi inspection cost 0.42% dan vendor supervision 0.61%.
Gambar 1 Progres Cost of Quality
Alokasi inspection cost dan vendor supervision di dalam negeri sebesar USD 12,534.40 dari total contract price home office cost USD 74,449.44. Sampai dengan bulan ke – 30 persentase biaya yang telah dikeluarkan Proyek RFCC untuk cost of quality sudah mencapai 67%, yaitu sebesar USD 8,411.92. Pada awal bulan dimulainya tahap konstruksi hingga bulan ke -14, November 2012 tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk cost of quality. Hal ini dikarenakan adanya kendala dalam persiapan lokasi tanah, sehingga jadwal mundur sekitar 15 bulan. Proyek RFCC mengakategorikan empat macam risiko yang terjadi pada kondisi aktual. Kategori risiko tersebut terdiri dari risiko HSE, risiko teknikal, risiko, manajemen proyek, dan risiko eksternal. Kategori risiko HSE, teknikal, manajemen proyek dan eksternal berada pada zona kuning dan hijau.Setelah dilakukan identifikasi adanya potensi risiko pada Proyek RFCC, maka dilakukan mitigasi risiko untuk mencegah agar potensi risiko yang mungkin terjadi dapat ditangani seminim mungking. Mitigasi risiko yang dilakukan membutuhkan biaya yang disesuaikan dengan kodisi proyek saat ini. Tabel 4 Hasil Perhitungan Biaya Mitigasi Risiko
Bulan Ke 1 s.d. 5 6 s.d. 10 11 s.d. 15 16 s.d. 20 21 s.d. 25 26 s.d. 30
Rata - Rata Biaya Mitigasi (Ribu USD) 282.03 379.72 437.64 655.38 953.90
Biaya tersebut dialokasikan karena adanya potensi terjadi kecelakaan kerja saat proses konstruksi. Kategori Risiko Teknikal mengalokasikan biayanya untuk menangani
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-52-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
keterlambatan pelaksanaan konstruksi. Alokasi biaya ini cukup besar dibandingkan dengan biaya mitigasi lainnya,dikarenakan sebagai pendukung proses audit engineering, joint review dengan kontraktor, dan monitoring status progress detil engineering dan procurement. Kategori Risiko Eksternal mengeluarkan biaya mitigasi risiko untuk menambah sumber daya agar dapat mempercepat pekerjaan instalasi akibat adanya potensi keterlambatan akibat penggantian komponen. Modifikasi aplikasi aspek biaya dan waktu pada kurva S dilakukan untuk memberikan gambaran berdasarkan tujuan tertentu. Kurva S modifikasi merupakan hasil koreksi sumbu Y sebagai nilai biaya yang dikoreksi aspek kualitas dan risiko. Aspek kualitas dan risiko dipertimbangkan dalam kurva S modifikasi karena evaluasi yang dilakukan dilihat dari segi biaya. Aspek kualitas memiliki persentase 1.04% dari nilai inestasi proyek, sedangkan aspek risiko memiliki persentase 0.08% dari nilai investasi proyek. Tahapan dalam membuat kurva S modifikasi yaitu dengan membuat kurva S standar terlebih dahulu. Kurva S standar ini terdiri dari progress biaya aktual mulai bulan ke – 1 hingga bulan ke – 30. Kurva S Standar 600,000 500,000
Ribu USD
400,000 300,000 200,000 100,000 Biaya -
M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18 M19 M20 M21 M22 M23 M24 M25 M26 M27 M28 M29 M30
Biaya 480
1,1
2,5
8,3
8,3
10,
14,
20,
26,
26,
26,
38,
45,
52,
52,
59,
77,
89,
89,
111 121 152 175 175 225 268 415 415 474 531
Bulan ke -
Gambar 1 Kurva S Standar
Tahapan selanjutnya yaitu membuat kurva S revisi 1 dimana pada tahap ini nilai biaya dikoreksi aspek kualitas. Hasil selisih antara nilai biaya dengan nilai cost of quality kemudian digambarkan dalam satu grafik kurva S baru. Aspek kualitas pada dasarnya digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan agar kinerja proyek tetap terjamin. Hal ini terukur melalui parameter yang harus dicapai salah satunya adalah pemenuhan spesifikasi. Proyek RFCC mengkategorikan aspek kualitas ke dalam aktivitas testing and inspection dan vendor supervision. Cost of quality digunakan untuk meninjau material yang dibeli sudah sesuai dengan spesifikasi dan meyakinkan apakah material sudah sesuai dengan spesifikasi. Cost of Quality dilihat dari sudut pandang biaya ini ada karena adanya aktivitas penjaminan dan peninjauan yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Oleh karena itu, semakin besar nilai proyek maka nilai cost of quality semakin kecil karena secara tidak langsung dengan nilai proyek yang besar maka kualitas akan terjamin.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-52-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Kurva S Koreksi 1 600,000 500,000
Ribu USD
400,000 300,000 200,000 100,000
Bia ya Bia ya - Kua lita s
-
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18 M19 M20 M21 M22 M23 M24 M25 M26 M27 M28 M29 M30
Biaya
48
1,
2,
8,
8,
10
14
20
26
26
26
38
45
52
52
59
77
89
89
11
12
15
17
17
22
26
41
41
47
53
Biaya - Kualitas
48
1,
2,
8,
8,
10
14
20
26
26
26
38
45
52
47
54
71
83
82
10
11
14
16
16
21
26
40
40
46
52
Bulan ke -
Gambar 2 Kurva S Koreksi 1
Tahap terakhir yaitu menggabungkan aspek risiko ke dalam grafik kurva S yang terkoreksi oleh aspek kualitas dan waktu sebelumnya. Hasil selisih antara nilai biaya dengan nilai risiko kemudian digambarkan dalam grafik kurva S koreksi 2. Hasil akhir kurva S modifikasi menggambarkan nilai biaya yang sudah terkoreksi aspek kualitas dan risiko yang dilihat dari segi waktu. Nilai biaya yang ditampilkan memiliki selisih bobot untuk masing – masing biaya kualitas dan biaya risiko tidak lebih dari 1.04% dari total nilai investasi. Aspek risiko menjadi aspek terkhir yang dimasukkan pada Kurva S Koreksi 2. Risiko merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Kurva S Koreksi 2 600,000
Ribu USD
500,000 400,000 300,000 Biaya 200,000 Biaya - Kualitas 100,000 -
Biaya - Risiko M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18 M19 M20 M21 M22 M23 M24 M25 M26 M27 M28 M29 M30
Biaya
48
1,
2,
8,
8,
10
14
20
26
26
26
38
45
52
52
59
77
89
89
11
12
15
17
17
22
26
41
41
47
53
Biaya - Kualitas
48
1,
2,
8,
8,
10
14
20
26
26
26
38
45
52
47
54
71
83
82
10
11
14
16
16
21
26
40
40
46
52
Biaya - Risiko
48
1,
2,
8,
8,
10
14
20
26
26
26
37
45
52
47
54
71
82
82
10
11
14
16
16
21
25
40
40
46
52
Bulan ke -
Gambar 3 Kurva S Koreksi 2
Prinsip dasar risiko dalam Kurva S Modifikasi ini sebagai biaya yang dikeluarkan atas kejadian yang tidak pasti. Proyek RFCC dipilih menjadi objek penelitian salah satunya dikarenakan lingkup pekerjaan proyek memiliki risiko yang tinggi. Kategori risiko yang telah teridentifkasi terdiri dari kategori HSE, teknikal, manajemen proyek dan eksternal. Untuk menanggulagi timbulnya dampak risiko tersebut maka Proyek RFCC mengeluarkan sejumlah biaya. Aspek risiko merupakan aspek probabilistik dimana angka ketidakpastian sangat tinggi. Oleh karena itu dengan adanya biaya risiko, setidaknya jika risiko tersebut terjadi maka dampak dapat di respon dengan dihidari, dipindahkan, dikurangi atau diterima. KESIMPULAN DAN SARAN Nilai CPI secara keseluruhan memiliki angka indeks kinerja lebih dari satu, sedangkan nilai SPI memiliki angka indeks kinerja kurang dari satu. Pada kondisi aktual biaya yang sudah keluar lebih kecil daripada biaya yang dianggarkan. Hal ini dikarenakan proyek mengalami kendala pada persiapan lokasi tanah, sehingga jadwal pekerjaan konstruksi yang
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-52-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
sudah direncanakan mundur beberapa bulan. Nilai SPI pada bulan ke – 30 sebesar 0.963 maka proyek akan selesai dalam waktu 38 bulan. Sedangkan nilai CPI pada bulan ke – 30 sebesar 1.910 maka perkiraan biaya penyelesaian proyek sebesar USD 628 juta. Konsep cost of quality diterapkan pada tahap procurement tepatnya pada home office cost. Home office cost merupakan kategori biaya yang terdiri dari inspection cost dan vendor supervision. Pada bulan ke – 30 persentase biaya yang telah dikeluarkan Proyek RFCC untuk cost of quality sudah mencapai 67%, yaitu sebesar USD 8,411.92 ribu. Proses identifikasi risiko Proyek RFCC menghasilkan empat kaegori risiko yang terdiri dari risiko HSE, risiko teknikal, risiko, manajemen proyek, dan risiko eksternal. Rata – rata keempat kategori risiko tersebut berada di zona kuning dan zona hijau. Mitigasi risiko membutuhkan biaya yang rata – rata meningkat tiap bulannya hingga mencapai USD 953 ribu. Hasil analisis aspek biaya, kualitas, waktu dan risiko digambarkan pada satu grafik kurva S melalui tiga tahap. Tahap pertama, membuat kurva S standar pada aspek biaya dan waktu. Tahap kedua, membuat kurva S koreksi 1 dengan menggabungkan aspek kualitas. Tahap ketiga, membuat kurva S koreksi 2 dengan menggabungkan aspek risiko. Biaya yang timbul pada aspek kualitas dan risiko pada dasarnya merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menangani kemungkinan yang terjadi dan jaminan pada Proyek RFCC. Kurva S modifikasi menggambarkan perbandingan grafik kurva S standar jika dipengaruhi oleh aspek kualitas dan risiko. Jika proyek berjalan lancar sesuai rencana maka seharusnya tidak memiliki pengaruh pada aspek kualitas dan risiko. DAFTAR PUSTAKA Chan, A. P. (2004). Key performance indicators for measuring construction success. Benchmarking: an international journal, 11(2), 203-221. Ervianto, w. I. (2007). Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta: Andi. Hansen, & Mowen. (2004). Management Accounting. Jakarta: Salemba Empat. Hua, G. (2010). A Fuzzy-ANP Approach to Project Management Performance EvaluationIndices System. 1-5. Juran, J. M. (1986). Juran on Quality by Design. New York: The Free Press. Project Management Institute (PMI), (2004). A Guide To The Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide), 4th ed., PMI, U.S. Wibisono, D. (2006). Manajemen Kinerja : Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Zhang, Q., & Fu, Q. (2009). Performance Evaluation Model of Engineering Project Management Based on Improved Wavelet Neural Network. Journal of Service Science and Management, 2(1), 10-14.
ISBN : 978-602-70604-0-1 A-52-8