Energi Mengatasi Krisis Energi dimulai dengan memberantas Buta Energi
Maurice R. Adema
i
200,000 tahun silam sebuah spesies baru menjelajahi bumi:
Karena sumber energi tersedia berlimpah, burnivore tidak pernah termotivasi untuk menjadi sadar energi... inilah nantinya yang akan menyebabkan kepunahannya.
ii
Daftar Isi: • Pendahuluan
2
• Apakah kita sedang mengalami Krisis Energi?
3
• Memberantas Buta Energi
4
• Berantas Watt dan perkenalkan Joule
10
• Kita tidak butuh Energi Terbarukan
13
• Keenam Pembawa Energi
16
• Neraca Energi
19
• Yang kita gunakan bukanlah yang kita butuhkan
22
• Akhir dari Burnivora
25
• Masa depan Elektrivora
27
• Polinomics
29
Lampiran • Daftar Harga Energi
34
• Daftar Kebutuhan dan Biaya Energi
35
oleh Maurice Adema Jakarta, November 2007 copyright ©2007-2012 1
Pendahuluan Ketika Anda menyaksikan saluran berita televisi atau membaca suratkabar, Anda akan dihujani kata-kata seperti: Energi, Harga Minyak, Emisi Karbon, Pemanasan Global, Perubahan Iklim, dan sebagainya... Apa yang sedang terjadi? Apakah benar minyak bumi sudah sampai puncaknya, benarkah Pemanasan Global disebabkan Emisi Karbon, dan apakah permukaan laut betul akan naik enam meter? Setiap orang mempunyai pendapat berbeda untuk masalah diatas; tetapi yang jelas topik-topik tersebut hangat diperdebatkan dan itu merupakan pertanda sesuatu sedang mencapai titik mendidih. Ingat bahwa ketika Anda merebus air, suhu tidak akan naik lebih dari 100�C selama mendidih, tapi perubahan drastis akan terjadi saat airnya sudah habis menguap. Kita sebaiknya bersiap-siap sebelum seluruh “air”nya sudah menguap… Setahun yang lalu, saya mulai mengembangkan suatu program pendidikan mengenai energi untuk sekolah menengah dan lanjutan di Indonesia. Meskipun saya memiliki pengalaman18 tahun di bidang yang disebut energi “terbarukan”, untuk pengembangan ini saya memaksakan diri meluangkan banyak waktu untuk memahami apa yang kini saya sebut “fenomena energi”, dan ini membawa saya kepada beberapa pemikiran baru yang menakjubkan. Dalam buklet ini saya tuangkan beberapa pemikiran baru tersebut, yang saya harap dapat membantu membuka mata banyak orang terhadap perihal energi dan lingkungan. Kesimpulan yang paling penting yang saya dapatkan adalah bahwa manusia bukan mahluk Omnivora seperti yang kita diajarkan di sekolah, melainkan mahluk Burnivora (burn = bakar), dan hal ini adalah akar dari berbagai permasalahan dunia sekarang. Tugas utama manusia dalam mencegah bencana dunia adalah mengurangi gaya hidup Burnivoranya, sambil menanam kembali hutan dan bukan tanaman bertujuan bahan bakar, dan mulai menjalani gaya hidup Elektrivora. Melalui perubahan gaya hidup ini, akan memungkinkan untuk mengendarai kendaraan yang lebih kencang dan lebih kuat daripada sekarang (kalaupun itu yang kita idamkan), menghirup udara bersih dan menikmati jalan-jalan di hutan yang rindang. Semoga buku ini membuka wawasan baru bagi Anda... Maurice R. Adema Managing Director Sundaya International Pte Ltd 2
Apakah kita sedang mengalami Krisis Energi? Perhatikan apa yang terjadi pada cadangan minyak dunia
150 tahun terakhir 400 juta tahun silam
selama kurun waktu 400 juta tahun? Ya, memang benar kita dalam krisis energi yang serius! 1. 40% dari energi kita berasal dari Minyak Bumi 2. Produksi Minyak dunia sedang mencapai puncaknya, • Yang berarti tidak ada lagi “minyak murah”, • Banyak perang diadakan untuk mengamankan sumber-sumber “murah” terakhir, berselubung “Perang melawan Teror” 3. Kita masih jauh dari meninggalkan gaya hidup burnivora yang mengakibatkan kerusakan besar lingkungan dunia 4. Lebih dari 99% penduduk dunia mengalami “kebutahurufan” energi, 5. Ini kemudian menyebabkan pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang salah, dan hanya memperparah krisis lebih lanjut. Sebenarnya, krisis dunia dalam energi dan lingkungan tidak diakibatkan kekurangan sumber energi, melainkan karena memanfaatkan sumber yang salah. Dan itu sendiri diakibatkan karena kebutaan tentang energi, yang dialami oleh publik, tokoh politik dan pembuat keputusan.
Memberantas Buta Energi berarti harus menjadi langkah pertama dalam mengatasi Krisis Energi. Tanya: Apa yang pertama kali perlu dilakukan saat berada dalam krisis? Jawab: Saya sarankan: Buatlah sebuah neraca! T: Bagaimana akuntan keuangan membuat sebuah neraca? J: Pasti dalam satu mata uang! T: Bagaimana para “ahli energi” membuat Neraca Energinya? J: Dalam satuan barel, meter kubik, metrik ton, kiloliter, MTOE, Watt dan Gigawatt, Solar-Watt, Wind-Watt... dan daftarnya semakin panjang… 3
T: Aneh bukan, bila orang jarang sekali memakai satuan yang benar ketika sedang bicara atau melaporkan soal energi. J: Ya, sangat aneh. Jadi sudah tepat waktunya untuk mengkonversi semua bentuk hitungan ke satuan yang benar untuk energi, yaitu Joule (atau alternatifnya kalori dan BTU, untuk negara yang tidak pakai sistim metrik) sehingga semua orang dapat membicarakan angka energi yang sama, dan bisa melihat jelas apa yang sedang terjadi. Dapatkah Anda mengerti anggaran negara bila dilaporkan sebagai 500 meter kubik uang kertas untuk dana pendidikan dan 1000 ton uang logam untuk biaya kesehatan? Anda ingin mengetahui berapa jumlah dananya, bukan dalam bentuk apa ia diterbitkan. Yang menyebabkan orang enggan tertarik untuk mengetahui berapa banyak energi yang terkandung dalam suatu jenis energi, adalah karena sejak lama ia telah mendapatkannya dengan mudah dan murah. Tentu pula ia tidak mungkin mengisi tangki dengan listrik bila biasa mengisinya dengan diesel, jadi segala jenis energi bagi dia sepertinya tidak saling terkait. Tapi banyak perubahan yang sedang terjadi. Energi akan menjadi sangat mahal, jadi kita harus mulai memikirkan pemberantasan buta energi dari sekarang. Sebanarnya dunia terjebak dalam krisis energi, bukan karena kekurangan sumber energi, melainkan karena konsumen, tokoh politik, dan pembuat keputusan semuanya buta energi. Jadi, krisis terbesar kita adalah Krisis Buta Energi.
Memberantas Buta Energi Buta energi pada masyarakat konsumen energi dunia menjadi sebuah masalah yang menghambat penyelesaian krisis energi. Sebagian besar masyarakat tidak mengenal satuan energi, dan lebih parah lagi kebanyakan produk yang mengkonsumsi energi (mobil dan alat listrik) bahkan tidak memberikan informasi konsumsi energi pada labelnya. Di banyak negara yang ingin membantu konsumennya menjadi lebih sadar energi, berbagai macam sistim label telah diperkenalkan, seperti Energy-star di Amerika dan EU-energy-label di Eropa. Semua standar label ini sangat membingungkan, dan sebenarnya “menutupi” informasi sebenarnya yang seharusnya ada pada produk. Daripada menggunakan standar label yang membingungkan ini, mengapa tidak kita memberdayakan konsumen dengan segala pengetahuan tentang satuan energi, lalu mewajibkan para produsen untuk mencantumkan konsumsi energi pada peralatan listrik buatan mereka? 4
Energy
Washing machine
Manufacturer Model More efficient
A B C D E F G
B
Less efficient
Energy consumption kWh/cycle (based on standard test results for 60°C cotton cycle) Actual energy consumption will depend on how the appliance is used
Washing performance A: higher G: lower
Spin drying performance A: higher G: lower Spin speed (rpm)
Capacity (cotton) kg Water consumption Noise Washing (dB(A) re 1 pW) Spinning Further information contained in product brochure
1.75 A B
BCDEFG
A
CDEFG 1400 5.0 5.5 5.2 7.6
Mungkin Anda kini bingung dan berpikir: “bukankah ada keterangan pada semua produk listrik, pada lampu misalnya ada label yang menyatakan 100Watt, pada blender ada label 150W, pada microwave 2200W, dan sebagainya?” Ya, benar ada. Tapi permasalahannya adalah tidak ada yang tahu apa Watt itu. Kalau kita misalnya mengatakan ada sebuah keluarga yang sangat efisien air, mereka hanya mengkonsumsi 1000 liter air. Anda mungkin langsung bertanya: “1000 liter per satuan waktu apa?” Kita bisa menentukan efisien atau tidak hanya setelah mengetahui kurun waktu disaat 1000 liter itu terkonsumsi. Kalau dalam setahun, berarti benar sangat efisien, tapi kalau per jam, tentu tidak. Mengapa kita tidak mengajukan pula pertanyaan “per-satuan-waktu-apa” dengan alat listrik? Sebuah lampu misalnya dikatakan mengkonsumsi 100W, mengapa tidak ada “per”? dalam dunia kelistrikan, peran “per” digantikan oleh kWh, yang sebagian besar masyarakat menganggap artinya “kilowatt per hour” atau kilowatt/jam... dan disitulah semua orang membuat kesalahan. Coba pilih lemari es yang mengkonsumsi energi paling sedikit dan hitung biaya listriknya per hari untuk menghidupkannya.
1 kWh = Rp 720
1
Power Consumption Konsumsi Daya
70 Watt
2
Power Consumption Konsumsi Daya
80 Watt
3
Power Consumption Konsumsi Daya
100 Watt
4
Power Consumption Konsumsi Daya
75 Watt
Mungkin Anda pilih lemari es No. 1, karena “Konsumsi Daya” terendah. Mungkin pula Anda bergumul menghitung biaya per harinya. Meskipun Anda berhasil menemukan sebuah angka jawaban, sebenarnya semua keterangan diatas tidak cukup untuk menentukan lemari es mana yang paling efisien ataupun menghitung biaya per harinya. Watt adalah satuan Daya (Power) dan bukan satuan Energi. Nah, sekarang saya sampai pada masalah berikutnya, yaitu masyarakat umum, dan bahkan sebagian para insinyur, tidak tahu perbedaan Daya and Energi. Mereka mungkin 5
sudah lupa karena sehari-hari semua orang mencampur baur pengertian Daya dan Energi. Kata “Power” juga sudah menjadi sinonim dari Energi Listrik. Kalau orang bilang “I have no power”, yang dimaksud adalah mereka tidak ada akses ke energi listrik. Jadi kata “Konsumsi Daya” masuk ke dalam kehidupan kita sehari-hari dan muncul di spesifikasi teknis dan label peralatan listrik. Ini membuat semua orang mengira Daya (Power) dan Energi adalah sama. Yang salah dari kata “Konsumsi Daya” adalah Daya tidak bisa dikonsumsi! Daya hanya bisa digunakan, dan sambil menggunakan daya Anda mengkonsumsi energi. (Penjelasan: bedanya menggunakan dan mengkonsumsi ialah ketika mongkonsumsi sesuatu, yang dikonsumsi itu menjadi berkurang. Ketika menggunakan sesuatu, yang digunakan tidak menjadi berkurang). Hubungan antara Energi dan Daya adalah sebagai berikut:
Energi = Joule Joule detik
Daya = Watt Energi itu bagaikan sebuah jarak (km) dan daya adalah kecepatan (km/jam). Mengapa pengertian jarak dan kecepatan tidak pernah rancu, adalah karena kecepatan memakai satuan yang sama seperti jarak lalu dibagi satuan waktu yang dibutuhkan dalam menempuh jarak itu, sehingga tidak ada salah paham. Juga mengapa kita menggunakan km (kilo-meter) sebagai satuan umum dalam perjalanan, dan bukan m (meter) atau Mm (Mega-meter), ialah karena itu merupakan ukuran yang paling “ramah pengguna” sebab perjalanan sehari-hari umumnya terjadi antara 1 dan 100 km. Yang sama juga berlaku untuk satuan berat. Kita pakai kg (kilo-gram) dan bukan g (gram) atau Mg (Mega-gram) sebab berat dari kebanyakan barang yang kita beli atau gunakan sehari-hari adalah antara 1 dan 100 kg, jadi kg adalah yang paling praktis untuk kegunaan sehari-hari. Baik km maupun kg telah “terprogram” ke dalam kosakata kita, dan satuan-satuan tersebut telah menjadi tolok ukur perbandingan berbagai angka 6
baru yang kita dengar. Kalau seseorang ke kantor tiap hari menempuh 150 km, Anda tahu itu jarak yang besar, apalagi kalau rumah Anda hanya 5 km dari kantor. Anda bisa bayangkan arti 150 km dari segi waktu perjalanan. Karena Anda tahu kecepatan mobil di jalan tol mampu 100 km/jam, berarti jarak 150 km bila ditempuh lewat jalan tol butuh 1,5 jam, dan seterusnya. Kenyataan bahwa km luas digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari telah membuat kita “sadar jarak”. Begitu pula dengan kg, yang juga kita gunakan sehari-hari dan telah membuat kita “sadar berat”. Penyebab utama mengapa penduduk dunia “buta energi” adalah karena kita tak pernah bicara soal energi dalam satuan yang benar. Untuk energi listrik umumnya orang hanya tahu jumlah yang biasa dibayar tiap bulannya kepada perusahaan listrik (kalau tagihan digabung untuk air, gas dan listrik, mereka hanya tahu jumlah total dan bukan rinciannya, sehingga ketika didebit langsung dari rekening bank, mereka sama sekali tak punya gambaran atas biaya energi mereka). Jangan coba tanya satuan listrik apa yang mereka bayar, maupun berapa harga per satuan listrik, masyarakat umumnya tidak tahu hal ini. Mereka yang mengemudi hanya tahu berapa liter BBM yang dibeli, dan kira-kira berapa km bisa ditempuh dengan tangki penuh. Namun, hanya sebatas itu saja... Semua pengetahuan “dangkal” ini mengenai konsumsi energi bisa disebut kebutaan energi, dan buta energi ini bisa dengan mudah diberantas melalui pengenalan “Standar Joule”. Dengan cara yang sama orang menjadi sadar berat dan jarak, yakni penggunaan kg dan km bagi hal yang berkaitan dengan berat dan jarak, masyarakat bisa menjadi sadar energi dengan memakai Joule sebagai acuan satuan energi, lalu merubah semua perhitungan energi di sekitar kita menjadi J, kJ atau MJ (Joule, kilo-Joule atau Mega-Joule, dimana MJ akan menjadi yang paling “ramah pengguna”). Ketika MJ digunakan dalam pengukuran segala bentuk energi yang kita kenal setiap hari, kita mulai bisa mengkaitkan satu konsumsi energi dengan yang lain, serta mampu menilai besar kecilnya suatu konsumsi, juga mengetahui dimana bisa lebih menghemat atau bisa mengambil tindakan supaya lebih efisien. Contoh: Orang dewasa membutuhkan energi (makanan) sekitar 6-8 MJ/hari. Seliter bensin mengandung energi 34,6 MJ, dan bila mobil Anda bisa menempuh 10 km dengan 1 liter bensin, berarti 1 km mengkonsumsi 3,5 MJ energi bensin. Kesimpulannya, mobil Anda mengkonsumsi energi per 2 km sebanyak Anda sendiri mengkonsumsi dalam sehari. Mengantarkan anak Anda ke sekolah 5 km jauhnya, mobil mengkonsumsi 2 x 5 x 3,5 = 35 MJ, yaitu sekitar 6 kali kebutuhan harian energi Anda sendiri. Mencuci 5 kg pakaian mengkonsumsi 5-10 MJ listrik, setara dengan mengendarai mobil Anda 2-3km. Nah, kalau semua energi yang dikonsumsi Anda maupun peralatan dan kegiatan di sekitar Anda, dikonversi ke satuan yang sama, Anda mulai mendapat gambaran 7
bagaimana mereka saling berkaitan... secara bertahap Anda menjadi Sadar Energi, berlandaskan sebuah satuan energi yang menyatukan semuanya. Setelah Anda menjadi sadar energi, Anda mampu menilai sendiri apakah sebuah produk itu efisien energi, dan berapa biaya mengoperasikannya, tentunya jika harga energi juga dihitung per MJ. Contoh: Jenis mobil keluarga paling populer di Indonesia tersedia dalam versi diesel dan bensin, bahkan model yang bensin bisa dimodifikasi untuk pakai gas/BBG. Di jalan raya, mobil yang diesel bisa mencapai 11 km per liter diesel, sedangkan yang bensin 10 km per liter bensin dan pakai BBG bisa 6,4 km per liter gas. Mari kita rubah semua menurut perhitungan energi: 1 Liter Diesel mengandung 38,7 MJ 38,7 MJ untuk 11 km = 3,5 MJ/km 1 Liter Bensin mengandung 34,6 MJ 34,6 MJ untuk 10 km = 3,5 MJ/km 1 Liter Gas LPG mengandung 22,2 MJ 22,2 MJ untuk 6,4 km = 3,5 MJ/km Kini terlihat bahwa tidak penting jenis pembawa energi yang digunakan, energi yang diperlukan untuk “mendorong” mobil itu supaya maju 1 km, selalu sama, pada contoh tadi adalah 3,5 MJ/km. Satu liter Bio-diesel mengandung energi 30,5MJ, yakni 21% lebih sedikit dari diesel yang berasal dari fosil. Jadi jangan heran bila setelah pindah ke Biodiesel kebutuhan liter membengkak sekitar 25%. Jika Anda tahu mobil Anda memerlukan 3,5 MJ/km, Anda juga bisa menghitung seliter Bio-Diesel yang hanya 30,5 MJ/liter cuma mampu membuat mobil itu menempuh 30,5/3,5 = 8,7 km per liter. Di banyak negara, perusahaan minyak telah mulai menjual bio-diesel tapi dalam komposisi berbeda, sehingga kandungan energinya tergantung pada campuran bahan yang diterapkan. Saya yakin Anda kini sudah mulai mengerti bahwa lebih penting mengetahui harga bahan bakar per MJ, daripada per liter. Malahan sebaiknya kandungan MJ/liter dan harga per MJ wajib diinformasikan pada tiap SPBU. Di berbagai negara, harga gas LPG 30-40% lebih rendah dari harga bensin, yang memikat banyak orang untuk mengkonversi mobilnya ke penggunaan BBG, karena dikira akan lebih murah (mereka asumsikan seliter gas menggantikan seliter bensin), yang dari contoh di atas jelas tidaklah benar. Mengertikah Anda kini betapa pentingnya menjadi sadar energi? Terutama kini ada kelangkaan pasokan pembawa energi seperti minyak dan gas, harga-harga akan naik drastis. Semakin penting orang memberdayakan dirinya dan sadar energi, agar tak terkecoh perusahaan energi dan pembuat peralatan yang konsumsi energi. Anda bisa maklum bila perusahaan minyak tidak tertarik menceritakan berapa kandungan energi dalam produk yang mereka jual, karena akan membuat 8
orang jadi semakin sadar energi, dan suatu saat akan menunjukkan perbedaan besar antara mobil BBM dan mobil listrik. Misalnya, terungkap bahwa mobil hidrogen (mobil listrik dengan hidrogen sebagai penyimpanan energinya) yang begitu diharapkan ternyata tidak efisien energi sama sekali. Perusahaan minyak mentargetkan Hidrogen untuk menggantikan BBM yang semakin langka, bukan demi solusi yang efisien, melainkan karena hidrogen bisa disalurkan eksklusif melalui jaringan penjualan SPBU, dll., yang tetap di bawah kendali mereka. Sedangkan kalau mobil listrik bisa di-charge sendiri di rumah. Mobil Listrik dengan Baterai Efisiensi Jaringan-Motor = 86% Charger efisiensi 93%
Jaringan Listrik PLN
Produksi Hidrogen Efisiensi Jaringan-Motor = 25% Jaringan Listrik PLN
Elektrolisis Air efisiensi 70%
Kompresor H2 efisiensi 90%
Baterai Li-ion efisiensi 93%
Inverter & Motor Listrik dalam Mobil
Mobil Fuel-Cell Fuel Cell H2 efisiensi 40%
Inverter & Motor Listrik dalam Mobil
Bagan di atas membandingkan efisiensi proses energi pada mobil listrik dengan teknologi penyimpanan Li-ion, dan penyimpanan hidrogen. Mobil listrik keluarga dengan teknologi baterai Li-ion rata-rata mengkonsumsi sekitar 0,5 MJ/km energi listrik dari jaringan, sedangkan sebuah mobil listrik hidrogen mengkonsumsi 3,6x lebih besar = 1,8 MJ per km. Hidrogen memang lebih efisien daripada membakar BBM, tapi ada berbagai teknologi penyimpanan listrik lainnya yang lebih efisien dan siap diluncurkan ke pasar. Lagipula, teknologi hidrogen masih belum matang. Saya tidak mengatakan hidrogen tidak mempunyai masa depan. Yang saya katakan adalah, mulailah meningkatkan kesadaran energi masyarakat sehingga mereka bisa memilih sendiri teknologi mana yang menjadi andalan mereka untuk masa depan. Energi akan menjadi sangat mahal, dan masyarakat harus kenal baik satuan energi, berbagai jenis energi yang mereka bisa pilih, dan harganya masing-masing dalam satuan yang sama. Dalam kondisi pasar 9
kini, satu MJ BBM harganya setara dengan satu MJ listrik, sedangkan listrik bisa melakukan pekerjaan apapun hingga 200x lebih efisien daripada BBM, dengan keunggulan bebas polusi dan tidak dapat terbakar. Sebuah kendaraan listrik dengan kemampuan sama dengan (atau lebih baik daripada) mobil BBM, membutuhkan 10x lebih sedikit MJ per km, dan bisa diisi ulang di rumah. Demikian juga dengan teknologi baru berdasarkan angin tekanan tinggi. Mobil bertenaga angin juga membutuhkan energi MJ/km sampai 10x lebih sedikit, dan dapat diisi di rumah dengan kompresor angin yang digerakkan listrik juga. Keunggulan performa yang menakjubkan ini tentu sebuah mimpi buruk bagi perusahaan minyak. Kalau perusahaan-perusahaan minyak dapat menawarkan solusi yang lebih unggul berdasarkan hidrogen, bio-fuel atau pembawa energi apapun, silakan saja. Tapi mulailah bersikap terbuka dan biarkan konsumen memilih yang terbaik bagi masa depan mereka dan keturunan mereka. Pelanggan sanggup mengambil keputusan bijaksana perihal energi, hanya kalau mereka sudah sadar energi. Sudah merupakan tugas pemerintah untuk meningkatkan kesadaran energi warganegaranya, dan semua itu bisa tercapai dengan memperkenalkan Standar Joule.
Berantas Watt dan perkenalkan Joule Watt telah membohongi publik selama lebih dari 100 tahun, sudah tiba saatnya untuk membuang dia! Banyak orang takut membuang Watt, karena mereka sudah begitu akrab dengannya dan menggunakannya sejak lama. Tapi sayangnya mereka tidak menyadari betapa tak bergunanya dan membingungkan sebenarnya satuan Watt dan si temannya, kWh. Berhubung Watt tidak punya “per” sedangkan semua bentuk konsumsi lainnya selalu pakai “per” (liter air per hari, liter bensin per km, km per jam, dsb.), orang mengasumsikan kWh artinya kilowatt per hour, guna mengisi kekosongan tidak ada “per”. Itu adalah asumsi yang salah... Kami menyingkapkan “rahasianya”: satu Watt didefinisikan sebagai satu Joule per detik. Jadi di situlah letak “per”nya. Lalu insinyur listrik umumnya menyangkal: tidak…tidak...tidaaak…Watt adalah arus dikalikan tegangan. Ya, itu juga benar, dan inilah mengapa ada begitu banyak insinyur yang buta energi. Mereka tidak pernah berhadapan dengan satuan-satuan energi... dan mereka hampir selalu mengucap kWh sebagai kilowatt per hour, dimana seharusnya itu kilowatt dikalikan hour. Kalau ada alat yang mengkonsumsi 2 kWh per hari orang menyimaknya sebagai 2 kilowatt per hour per hari…..???? Apakah itu per hour (jam), atau per hari??? Sangat membingungkan, bukan? Siapa peduli, toh tagihan listrik selalu terbayar lunas diakhir bulan... dan itu pun hanya sebagian kecil dari total pengeluaran Anda. Kini kita tahu bahwa W = J/dtk kita bisa cari tahu apakah kWh sebenarnya: 10
1 kWh 1.000 x J/dtk x 3.600dtk = 3.600.000 Joule = 3,6 MJ 1 kWh singkatnya adalah 3,6 MJ energi, jadi samasekali tidak berurusan dengan waktu! Kini kita lihat lagi bagaimana Watt bisa menipu Anda... Cobalah Anda pilih lemari es yang paling efisien:
Lemari es A
Lemari es B
70W
100W
Kebanyakan orang tanpa ragu akan memilih lemari es A karena “konsumsi daya” terkecil. Tapi marilah kita asumsikan lemari es B mempunyai kompresor yang lebih efisien dan hanya perlu bekerja 1.000 detik per jam, sedangkan kompresor 70Watt bekerja 3.000 detik per jam. Ini menghasilkan konsumsi energi kedua lemari es sebagai berikut: A : 70 J/dtk x 3.000dtk/jm x 24jm/hari = 5.040.000 J/hari = 5 MJ/hari B : 100 J/dtk x 1.000dtk/jm x 24jm/hari = 2.400.000 J/hari = 2,4 MJ/hari Siapa sangka lemari es 100W bisa lebih efisien daripada lemari es 70W? Anda bisa lihat sekarang bagaimana kita bisa dibohongi Watt? Di bab sebelumnya Anda diminta memilih lemari es paling efisien dan menghitung biaya energinya per hari. Itu sebenarnya sebuah pertanyaan jebakan, karena keterangan daya bukanlah keterangan konsumsi energi. 11
Coba lagi pilih lemari es paling efisien dan hitung biaya energinya kalau diberikan keterangan seperti di bawah ini:
Harga listrik = Rp 200 / MJ
1
2
3
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
2,6 MJ/hari
2,1 MJ/hari
1,2 MJ/hari
4
Konsumsi Energi
1,6 MJ/hari
Lebih mudah, bukan? Cukup sudah mengenai Watt dan kWh. Saya harap semua setuju satuan-satuan ini sangat membingungkan dan ketiga langkah berikut diperlukan untuk mulai memberantas buta energi di masyarakat: 1) Buang Watt. 2) Perkenalkan konsumsi energi dalam Joule, kJ atau MJ per jam, hari atau tahun. 3) Perkenalkan harga energi per MJ. Bergabunglah dengan upaya kami membuang Watt, memperkenalkan “Standar Joule” dan memberantas buta energi! Kalau Anda belum setuju atau masih belum jelas, bacalah beberapa contoh yang ada pada situs kami www.kajul.org dan cobalah menjawab quiz sadar energi untuk melihat apakah nilai Anda membaik setelah kenal Joule. Bila setelah membaca situs kami Anda masih tidak setuju membuang Watt, maka kami ingin mengundang Anda kenalan dengan temannya Watt: Kami sebut dia Bob, didefinisikan sebagai meter per detik. Kemudian kita stop pakai kilometer dan mil, digantikan Bobdetik, BobJam dan kiloBobJam, dsb. 1 Bob-Jam = 3,6km; dan 1 Bob-detik = 1 m Kalau kami bisa buat Bob diterima dan dimengerti masyarakat, berarti ada kemungkinan suatu hari Watt dan Watt-hour juga bisa dimengerti umum. Tapi disaat itu mungkin sudah terlambat... 12
Kita tidak butuh Energi Terbarukan! Mungkin sekarang Anda berpikir, orang yang aneh, dia bilang buang saja Watt yang sudah 100 tahun diterapkan dan dicetak pada hampir setiap alat listrik... dan sekarang tidak perlu energi terbarukan? Namun cobalah Anda baca terus. Saya sedang berusaha meningkatkan kesadaran energi Anda! saya bahkan akan membuat pernyataan lebih keras lagi, yaitu tidak ada yang namanya Energi Terbarukan! Kenyataan bahwa orang tidak menyadari bahwa tidak ada yang namanya Energi Terbarukan merupakan pertanda buta energi. Kita sebaiknya mulai bicara soal Energi Berkesinambungan (Sustainable Energy). Catatan penting: tidak ada yang patut merasa malu bila buta energi. Saya sendiri yang sudah 18 tahun di “bisnis energi terbarukan”, baru belakangan ini mulai sadar sayapun tadinya buta energi. Mengembangkan program pendidikan energi telah membuat saya banyak mengerti fenomena “energi”. Jika Anda sudah benar mengerti energi, Anda akan setuju bahwa tidak ada yang namanya energi terbarukan. Yang masyarakat bicarakan ketika membahas biomass atau biofuel adalah Pembawa Energi, yaitu wahana dimana energi “terperangkap” di dalamnya, dan darimana energi bisa dilepaskan melalui proses, terutama pembakaran, seperti yang terjadi di sekitar kita misalnya di dapur, kendaraan, pesawat terbang dan stasiun pembangkit listrik. Mungkin Anda mulai mengerti maksud saya... Biofuel misalnya, bukanlah energi terbarukan. Ia adalah sebuah pembawa energi yang setelah dibakar, energinya “hilang” selamanya… turun ke tingkat yang lebih rendah, membuyar ke lingkungan. Pembawa energi bisa diciptakan kembali melalui tanaman tertentu, tapi tanaman baru itu tumbuh dari energi baru berasal dari matahari, untuk membangun susunan molekul baru yang bisa dibongkar lagi melalui pembakaran saat kita butuh energi yang terperangkap di dalam pembawa energi itu. Energi Surya bukanlah energi terbarukan. Sang Surya sebenarnya adalah sebuah bintang yang suatu saat akan mati, kehabisan bahan bakar, dan berhenti memberikan energi yang dipancarkannya dalam bentuk cahaya. Untunglah, itu akan terjadi baru beberapa milyar tahun lagi, dan sementara ini kita bisa memanfaatkan pancaran energi yang tak putus-putusnya untuk melakukan pekerjaan bagi kita. Misalnya kita bisa mengoncang atom-atom dalam sebuah kolektor surya untuk merebus air dan menghasilkan uap, atau “menendang” beberapa “electron malas” keluar dari “rumah nyamannya” dalam sebuah sel fotovoltaik. Setelah elektron terpental keluar, mereka menjadi sangat “giat”, dan kita bisa membuat mereka bekerja buat kita bila kita sediakan jalan pulang kembali ke “rumah nyamannya”. (Saksikan cara kerja semua ini dalam serial animasi Kajul “Petualangan di Dunia Nano” www.kajul.org) 13
Kita bisa pakai elektron-elektron yang digiatkan ini untuk menjalankan sebuah motor listrik penggerak mobil atau sepeda motor, menghidupkan televisi dan lampu atau peralatan listrik lainnya. Bisa pula kita memakainya untuk sebuah proses kimia yang terbalikkan dalam sebuah baterai isi ulang. Dengan menjalankan proses kimia itu satu arah (pengisian) energi listrik itu terpakai. Ketika arah proses kimia dibalik, energi listrik kembali dilepaskan. Tiap kali kita mau mengisi ulang baterai, kita harus mengambil energi baru dari matahari untuk membangun kembali struktur kimia tadi, dan tiap kali kita memakai baterai itu, struktur kimia dibongkar lagi untuk membebaskan energinya, berubah ke bentuk pembawa energi lain. Misalnya ketika menjalankan motor listrik, arus energi yang digunakan pindah ke massa yang membawa energi tadi sebagai energi kinetik (jadi kita sebut massa ini pembawa energi kinetik). Tidak semua energi bisa dipindahkan sebagai energi kinetik, sebagian akan hilang oleh tahanan listrik dan mekanis. Sebenarnya energinya tidak hilang, ia hanya mengalir ke pembawa energi yang lain, seperti massa dan udara lingkungan dimana ia bekerja. Mungkin di kelas fisika pernah diajarkan hukum konservasi energi. Energi memang tidak pernah hilang. Ia hanya dipindahkan dari satu pembawa ke pembawa lainnya. Namun ada lagi sebuah hukum, yaitu energi selalu mengalir dari pembawa mutu tertinggi ke mutu paling rendah (mirip benda yang ditarik gravitasi selalu dari tempat tinggi ke rendah) dan prosesnya tidak bisa berbalik tanpa tambahan energi. Kita bisa menghasilkan atau mengisi ulang pembawa energi kita, tapi selalu dibutuhkan energi baru untuk itu. Walaupun hukum konservasi energi “terbukti”, secara praktis tidak begitu bermanfaat bagi kita. Bila Anda berjalan 1 km, Anda sudah kehilangan energi yang tadinya tersimpan dalam sel-sel tubuh Anda. Energinya tidak hilang, hanya membuyar ke udara sekitar sebagai panas dari kulit Anda, dipindahkan sebagai panas ke permukaan yang bergesekan dengan sepatu Anda, dsb. Walau tidak hilang, Anda tidak dapat memperolehnya kembali dengan berjalan mundur kembali ke titik awal. Anda butuh energi baru untuk pulang ke titik awal, dan itulah sebabnya Energi Terbarukan tidak ada. Kita tidak bisa membalikkan arus tinggi ke rendah tanpa bantuan tambahan energi baru. Segala energi di sekitar kita datang dalam arus energi yang kontinyu, dan pemasok terbesar dari energi ini adalah matahari kita. Energi matahari adalah sebuah aliran kontinyu yang alam dipermukaan planet kita telah manfaatkan untuk membangun dan menghidupi segala bentuk kehidupan di darat, laut dan udaranya. Ilmuwan menemukan bahwa ada pula bentuk kehidupan di dasar lautan begitu dalam sehingga energi matahari tidak sampai ke sana. Kehidupan di sana mengambil energi dari panas tinggi di perut bumi, yang juga sebuah arus energi yang mengalir kontinyu dari pembawa energi tinggi ke rendah. 400 juta tahun mengalirnya arus energi terus menerus dari matahari telah 14
menciptakan banyak kantong dikerak planet kita, berisi simpanan sisa peninggalan kehidupan purba yaitu batubara, minyak dan gas. Kini mari kita lihat seberapa efisien planet kita telah menangkap energi ini dan menyimpannya di kerak bumi. 1) Permukaan bumi menerima 5.500 ZJ* cahaya per tahun dari matahari, 2) Ini sama dengan 220.000.000.000.000 ZJ untuk masa 400 juta tahun, 3) Total sumberdaya fosil (sebelum kita mulai membakarnya) sekitar 100 ZJ Jadi kesimpulannya planet kita telah menangkap cahaya matahari selama 400 juta tahun dengan efisiensi 0,00000000005%. Sebuah tanaman bisa mengubah +/- 0,1% dari energi yang dibawa cahaya menjadi konstruksi kimia dalam sel-selnya. Itu efisiensi yang rendah, tapi begitu lebih baik daripada efisiensi planet! Sebuah sel fotovoltaik yang dijual di pasaran sanggup merubah 20% energi dari cahaya menjadi energi listrik. Itu 200x lebih baik daripada tumbuhan bisa mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Tidak hanya itu, energi listrik bisa bekerja 4 hingga 200 kali lebih efisien daripada energi yang diperoleh lewat teknologi burnivora (membakar kayu, batubara, minyak atau gas). Sebuah mesin pembakaran hanya bisa mengubah 15-20% dari energi kimia bahan bakar menjadi energi kinetik, sedangkan motor listrik sanggup mengubah 8590% (lebih dari 4 kali lebih efisien) energi listrik menjadi energi gerak. Sebuah lilin bisa mengubah 0,1% energi kimia menjadi energi cahaya, sedangkan teknologi LED kini sanggup mengubah 20% (200 kali lebih efisien) energi listrik menjadi energi cahaya (diperkirakan bisa mencapai 30% di tahun 2010). Ini berarti panel surya bisa melakukan pekerjaan (200x4=) 800 sampai (200x200=) 40.000 kali lebih efisien daripada tanaman yang menjadi biofuel bisa lakukan! Saat ini dunia mengkonsumsi energi 500EJ (Exa-Joule) per tahun: Energi ini dilepaskan dari sumberdaya berikut: Minyak bumi : 200EJ (40%) Batubara : 125EJ (25%) Gas : 110EJ (22%) Nuklir : 30 EJ (6%) Hydro electric : 30 EJ (6%) “Terbarukan” : 5 EJ (1%) Dari Minyak, sekitar 35 EJ dipakai untuk kegunaan tahan lama seperti plastik, jadi total sekitar 400EJ energi kimia dibakar per tahun untuk memanfaatkan energinya melalui proses yang sangat kotor (pembakaran) dan tidak efisien guna menghasilkan panas, kemudian kinetik dan listrik. Sebuah ekonomi yang sepenuhnya listrik bisa setidaknya 4 hingga 10 kali lebih efisien, jadi untuk *)
1 EJ = 1.000.000.000.000.000.000 J (18 nol) 1 ZJ = 1.000.000.000.000.000.000.000 J (21 nol)
15
melakukan kerja yang sekarang dengan BBM fosil, bisa dilakukan hanya dengan 40 sampai 100EJ energi listrik saja. Kalau kita “mengambil” ini dari cahaya (yang bisa dengan efisiensi 15-20%) kita butuh menangkap cukup 670EJ cahaya per tahun (yaitu hanya 0,00012% dari cahaya yang kita terima dari matahari tiap tahun). Kalau kita memanfatkan panas bumi untuk membangkit listrik, kita bisa lakukan dengan sedikitnya efisiensi 50%, jadi kita membutuhkan maksimum 200EJ panas bumi (= 0,00002% potensi panas bumi planet kita). Meskipun matahari dan panas bumi bukan terbarukan, saya harap Anda setuju bahwa kita tak butuh energi terbarukan. Kita hanya perlu mengambil dari arus kontinyu energi matahari, dan “kuali” panas bumi yang terpendam di dalam planet kita ini. Hanya setelah kita telah menghabiskan seluruh energi dari matahari dan panas bumi, barulah kita boleh mulai memikirkan “energi terbarukan” seperti nuklir. Namun, sebelum pakai nuklir, kita terlebih dahulu harus mampu menciptakan planet-planet terbarukan (lihat animasi di situs kami www.kajul.org > animations > “testing planets”).
Ke-enam Pembawa Energi Energi adalah sebuah fenomena. Ia tidak punya berat atau volume maupun bau, bahkan tidak bisa dilihat. Satu-satunya cara mengetahui energi tadinya ada di sana adalah dengan mengukur perbedaan sebelum dan sesudah energi melakukan kerja. Darimana kita tahu ada energi dalam cahaya matahari? Anda bisa bereksperimen sebagai berikut, taruhlah plat metalik warna hitam dibawah terik matahari. Anda akan temukan plat itu menjadi sangat panas setelah beberapa menit. Kenaikan suhu plat adalah bukti bahwa cahaya membawa energi dan menyerahkannya kepada plat. Darimana kita tahu ada energi dalam kayu? Anda bisa bakar kayu itu dan rasakan panas yang dilepaskan sebagai bukti energi tadinya terperangkap di dalam kayu tersebut. “Cahaya membawa energi dan menyerahkannya kepada plat” dan “energi tadinya terperangkap di dalam kayu”, apakah artinya ini? Itu berarti baik cahaya maupun kayu adalah pembawa energi. Pada dasarnya, semua unsur dapat membawa energi didalamnya. Plat yang dipanaskan terik matahari menjadi pembawa energi yang baru dan menerima energi dari matahari, disaksikan sebagai suhu yang meningkat. Ketika plat kembali kita jauhkan dari sinar matahari, disimpan di tempat sejuk, plat akan mendingin. Ia membuyarkan panas ke udara sekitar dan permukaan dimana dia diletakkan, yang menjadi pembawa berikutnya. 16
Mari kita tinjau kembali bagaimana energi telah berpindah-pindah. Matahari menghasilkan cahaya, jadi energinya dipindahkan kepada cahaya untuk dibawa ke bumi. Setelah tiba di bumi cahaya mengoper energi ke plat hitam yang menjadi panas, dan plat itu mentransfer lagi energinya ke lingkungan di sekitarnya. Dari contoh ini kita bisa berkesimpulan pembawa energi seperti peserta dalam lomba estafet, dimana setiap pembawa meneruskan “tongkat energi”, atau sebagiannya, ke satu atau lebih pembawa berikutnya. Dari fenomena “lomba estafet energi” ini kita bisa pula menyimpulkan bahwa semua energi di sekitar kita sebenarnya sebuah arus kontinyu yang dioper dari satu pembawa ke satu atau lebih lainnya, dan selalu mengikuti arah dari tinggi ke rendah. Kita menyatakan Cahaya, Kayu, Batubara, Minyak, Gas dan Plat Hitam tadi sebagai pembawa energi. Namun bagaimana dengan plat yang dingin (katakanlah pada suhu normal udara ruangan 25OC), apakah ia masih mengandung energi? Ya, bahkan plat dingin pun masih berisi energi dan ini bisa dibuktikan dengan menaruh plat itu ke dalam seember air es 0OC. Suhu plat dari 25OC akan turun. Plat mentransfer energi panas 25OC-nya kepada air, yang mengakibatkan sebagaian es akan mencair. Kalau Anda keluarkan plat dari air dan menaruhnya di suhu ruangan, plat akan perlahan menyerap energi dari lingkungan dan kembali kepada suhu ruangan 25 OC. Hanya bila sebuah benda didinginkan ke minus 273OC (0 Kelvin) barulah semua energinya kosong. Tingkat energi nol absolut tidak ada pada alam di planet kita. Tiap materi memiliki suhu tertentu, dan selama di atas 0 Kelvin, masih ada energi di dalamnya. Kayu, batubara, miyak, gas, batu dan tanah semuanya adalah materi, dan bisa memiliki suhu tertentu, jadi berisi energi. Namun kayu, batubara, minyak dan gas tidak hanya mengandung energi dalam massanya, tapi juga dalam struktur kimianya. Energi ini “terperangkap” dan kita bisa membebaskannya misalnya lewat pembakaran. Jadi kita bisa kategorikan jenis pembawa energi seperti itu sebagai pembawa energi kimia. Kita semua tahu tanaman tumbuh berkat bantuan matahari melalui proses bernama fotosintesa. Fotosintesa adalah proses dimana cahaya menghasilkan ikatan atom dan molekul, terutama oksigen dengan karbon dioksida melalui proses listrik. Jadi kita bisa berkesimpulan bahwa listrik memang “missing link” antara pembawa energi kimia dan cahaya. Tapi masih ada lagi tipe pembawa energi yaitu yang dibawa benda bergerak. Ini disebut energi kinetik, dan bisa kita tempatkan antara tingkatan materi panas dan dingin pada urutan pembawa energi. Kita tempatkan antara materi panas dan dingin, sebab misalnya udara panas mengembang sambil mengakibatkan molekul udara bergerak dan hanya akan berhenti bila udara telah mencapai suhu-suhu yang lebih dingin. 17
Total urutan pembawa energi menjadi demikian: Hampir semua “Teknologi Energi” (Teknologi yang menghasilkan sebuah Arus Energi dari suatu pembawa energi) yang sudah dikuasai manusia sejak 200,000 tahun silam berurusan dengan pembakaran. Pembakaran adalah proses mengkonversi pembawa energi kimia menjadi energi panas. Dalam Mesin Pembakaran, kita bakar pembawa energi kimia dengan meledakkannya bersama campuran udara. Ledakannya menghasilkan kenaikan suhu udara yang begitu cepat, membuat molekul-molekul udara bergoncang keras (Benda Panas) sehingga tekanan meningkat tajam dan menggerakkan piston, yang menjadi energi kinetik (Benda Bergerak). Setelah itu sisa gas keluar dari knalpot sebagai “Benda Dingin”. Sebenarnya gas buang dari mesin pembakaran masih sangat panas, jadi masih banyak mengandung energi. Namun kita tidak bisa memanfaatkannya lagi karena sisa tekanan yang sudah rendah diakhir siklus pembakaran, sehingga tidak berguna banyak selain untuk mengeluarkan gas sisa pembakaran, serta kembali memasukkan campuran udara dan bahan bakar ke dalam ruang pembakaran. Energi kinetik yang dipindahkan ke massa poros engkol dan roda gaya yang sedang berputar, dapat mendorong mobil bergerak maju, dan tiap ledakan baru melepaskan energi baru bagi proses itu supaya energi tetap mengalir. Seluruh 18
energinya akan berakhir sebagai panas rendah yang diserap oleh lingkungan (Benda Dingin). Ketika Anda telah mengendarai mobil dari rumah ke kantor dan balik lagi, seluruh energi dari bahan bakar telah 100% dikonversikan menjadi panas rendah yang tersebar sepanjang perjalanan Anda. Sisa-sisa panas dipindahkan ke udara dalam garasi Anda, memanaskan udara dalam garasi, dan udara akan menghangatkan tembok garasi yang kemudian akan bocor ke udara di sekitar garasi... Tidak ada energi yang hilang, hanya berpindah ke tingkat pembawa energi yang lebih rendah. Sayangnya tiap hari tidak hanya ratusan mobil, tapi mendekati semilyar mobil yang mengubah energi kimia menjadi panas, sambil mengotori langit, ditambahkan puluhan ribu stasiun pembangkit listrik turut membakar dan mencemari, sehingga seluruh energi yang terperangkap dalam pembawa energi kimia berakhir sebagai panas dalam lingkungan kita dan gas-gas di atmosfir kita. Setiap proses energi yang terjadi di sekitar kita mengikuti diagram tadi. Sebuah generator kincir angin mengambil energi yang tersimpan dalam udara yang bergerak (Benda Bergerak). Udara bergerak karena kenaikan tekanan udara (Benda Panas) yang dipanaskan sinar matahari di satu daerah dan kemudian mulai mengalir ke daerah yang bertekanan lebih rendah, yang lebih sedikit dipanaskan oleh matahari (Benda Dingin). Saya berharap Anda bisa melihat betapa teori energi menjadi mudah dengan diagram tadi yang memperlihatkan ke-enam pembawa energi! Melalui kesederhanaan diagram itu, dan pengenalan “Standar Joule”, kita bisa membuat siswa sekolah memahami semua fenomena energi di sekitar kita.
Neraca Energi Karena semakin jelas bahwa: 1) Pembawa energi kimia (batubara, minyak dan gas) yang sudah ditangkap planet kita sejak 400 juta tahun lamanya, adalah sumberdaya yang terbatas, dan semakin sulit untuk di “peras keluar dari planet kita”, jadi semakin mahal, 2) Perbuatan pembakaran sumberdaya tersebut mempunyai dampak yang merusak lingkungan. maka sudahlah waktunya untuk membuat neraca energi untuk melihat bentuk energi apakah yang tersedia bagi kita di masa 100 tahun kedepan, dan bagaimana kita bisa mencegah kelanjutan penghancuran lingkungan di planet kita ini. Tabel berikut ini menunjukkan seberapa banyak energi tersedia yang bisa kita pakai dari tiap tingkatan ke-enam pembawa energi bagi 100 tahun mendatang. 19
(Untuk detil lebih lanjut lihat: www.kajul.org)
Cahaya matahari 550.000 ZJ Tidak sedia Stock Stock terakhir!
Minyak
8 ZJ
Batubara 29 ZJ Gas
Panas bumi Arus Angin & Air
5 ZJ 10.000 ZJ 30 ZJ
Total kebutuhan konsumsi energi dunia “hanya” 0,5ZJ per tahun, jadi dari angka-angka di atas kita bisa menyimpulkan kita tidak perlu khawatir kehabisan sumber energi. Kita hanya perlu mengkhawatirkan teknologi yang kini kita pakai untuk pengambilan energi, yang sudah mulai usang. Pembakaran terus menerus pembawa energi kimia dalam jumlah yang meningkat tiap tahunnya (dewasa ini kita membakar bahan bakar fosil untuk 87% dari seluruh pemakaian energi kita) menyebabkan langit kita begitu tercemar hingga di beberapa kota industri di dunia kita sudah tidak bisa lagi melihat jelas cahaya matahari. Manusia sudah begitu terobsesi dengan membakar-bakar sehingga mereka tidak lagi menyadari bahwa minyak bumi adalah sesuatu kekayaan yang terlalu berharga untuk dibakar. Dalam kehidupan dunia modern sekarang, sulit memikirkan produk yang tidak lagi mengandung produk asal minyak bumi, baik dipakai langsung atau tidak langsung dalam proses produksinya. Kita samasekali tidak perlu khawatir kehabisan sumber energi guna menghidupi kehidupan kita, tapi kita perlu prihatin kehabisan bahan baku untuk membuat produk tahan lama yang kita semua sangat gemari. Kita butuh minyak bumi untuk barang plastik dan tekstil serta jutaan barang konsumen lainnya, serta kayu untuk membangun rumah dan perabot kita. Alasan utama untuk berhenti membakar benda adalah karena untuk mengawetkannya sebagai kegunaan yang tahan lama, dan sambil berbuat demikian kita juga mengatasi masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Mudah saja, tugas sebenarnya masyarakat dunia adalah mengembangkan sebuah ekonomi yang sepenuhnya berlandaskan listrik, dan menggunakan 20
energi kimia hanya untuk produk tahan lama. Kita harus mulai menerapkan sistem transportasi menggunakan listrik, serta meningkatkan pembangkitan listrik bersumber dari cahaya matahari dan panas bumi, yang sangat berlimpah dan kita tidak akan kehabisan. Sehingga akhirnya kita bisa menghentikan kebiasaan primitif kita serba membakar segalanya. Saya yakin Anda berpikir ...ahhh, lagi-lagi seorang teknokrat yang tidak mengerti ekonomi... Yang hanya bisa saya katakan adalah kalau Anda sadar energi, Anda bisa buat perhitungannya sendiri, dan Anda akan heran bahwa dengan harga minyak sekarang dan ongkos energi per km untuk sebuah mobil listrik yang diisi energi listrik melalui teknologi fotovoltaik akan 2-3 kali lebih murah (bahkan kalau dari listrik PLN akan 10 kali lebih murah) daripada untuk mobil yang menggunakan bahan bakar. Saya juga tidak bicara teknologi-teknologi mobil listrik yang masih harus dimatangkan, teknologi yang ada sekarang saja sudah matang untuk membuat transportasi dengan listrik suatu pilihan yang nyata dan terjangkau. Di Cina misalnya, bisnis sepeda motor listrik sudah menjadi bisnis yang berhasil secara komersil sepenuhnya dengan nilai 35 milyar RMB per tahun. Jadi lihat dari segi ekonominya lagi... 200 milyar dolar AS per tahun yang dihabiskan untuk mengamankan minyak di Irak, bisa membelikan 800 juta sepeda motor listrik (iya, saya tahu... orang tidak bisa mendikte dunia pakai sepeda motor listrik, jadi ini bukan perbandingan yang adil!) Perbandingan ongkos mobil mesin listrik vs mesin pembakaran: 1 liter bensin mengandung 34,6 MJ/liter dan kalau itu harganya Rp7.000/ltr berarti ongkosnya Rp200/MJ. Sebuah mobil bensin rata-rata menghabiskan 3,5 MJ/km di jalan raya dan sekitar 6 MJ/km atau lebih di lalulintas dalam kota. Rata-ratanya kita perkirakan 5 MJ/km, jadi ongkosnya Rp1.000/km 1 MJ energi listrik hasil fotovoltaik harganya kira-kira Rp1.000/MJ dan mobil listrik mengkonsumsi 0,5 MJ/km (dengan kemampuan lebih baik daripada mobil bahan bakar) yang berarti ongkosnya hanya Rp500/km, yaitu 2 kali lebih murah dibandingkan mobil bahan bakar. Kalau di charge dari listrik PLN, yang harganya hanya Rp185/MJ atau lebih murah, Anda bisa mengemudi dengan ongkos termurah yaitu Rp93/km atau 11 kali lebih murah dibandingkan mobil bahan bakar. Keuntungan lain, ketika berhenti di lampu merah mobil listrik tidak menggunakan energi, dan ketika mengerem mobil menghasilkan listrik yang dikembalikan ke baterai. Mungkin Anda berpikir, tentu solusinya tidak bisa semudah ini. Logika Anda mengajarkan kalau solusinya begitu mudah bahkan lebih murah, mengapa seluruh dunia tidak berlomba menciptakan “ekonomi sepenuhnya listrik” mulai dengan sektor transportasi? Kenyataannya adalah, hanya solusi teknisnya yang mudah. “Polinomics”nya (ekonomi yang dipengaruhi politik) yang sangat sulit, seperti yang nanti saya jelaskan di akhir buklet ini. 21
Yang kita pergunakan bukanlah yang kita butuhkan Masyarakat dunia telah diprogram untuk percaya mereka butuh energi dan terutama mereka butuh minyak. Pikirkan lagi! Apakah kita benar butuh energi? Pertanyaan ini menyinggung dasar dari segala kehidupan pada planet ini termasuk tanaman, bakteri, dan bahkan virus. Semua bentuk kehidupan pada dasarnya menginginkan hal yang sama, yaitu hidup lebih baik daripada tetangga sebelahnya (dan setelah itu yang sebelahnya lagi, dan seterusnya). Untuk mencapai itu dalam persaingan yang sehat, ia butuh untuk memperbaiki mutu kehidupannya sambil menggunakan sumberdaya (umumnya energi) yang bisa ia temukan di lingkungannya sendiri (atau lingkungan tetangganya ketika lingkungan dia kehabisan sumberdaya), tanpa terlalu mengganggu tetangganya atau keseimbangan yang ada. Kalau benar mengganggu, tekanan akan meningkat, dan sesuatu akan membuat kembali ke titik seimbang. Itu biasanya terjadi secara dahsyat (tergantung seberapa jauh ketidakseimbangannya), dan disertai penurunan kualitas hidup bahkan kematian (misalnya peristiwa “911”). Jadi penting untuk menyadari keseimbangan, dan tak membiarkan tekanan meningkat terlalu tinggi hingga keseimbangan tergoncang. Perbedaan penting yang saya buat di sini adalah antara kebutuhan dan penggunaan. Kita sebagai manusia butuh memperbaiki mutu hidup, dan untuk mencapai itu kita menggunakan energi. Yang paling mendasar: kalau kita lapar, berarti sel-sel dalam tubuh mulai kurang energi, yang disinyalir oleh sistem saraf kita kepada sistem pencernaan sebagai rasa tidak enak, disebut lapar. Rasa lapar bisa dianggap sebuah penurunan kualitas hidup, yang perlu diperbaiki, dengan mencari makanan (energi). Setelah perut kenyang, sinyal lapar akan berhenti, dan seketika kita akan rasakan perbaikan kualitas hidup, didatangkan dari energi makanan. Tanpa rumah atau perlindungan terhadap hujan dan udara dingin, walau kenyang kita tidak akan merasa enak. Jadi dengan membangun rumah, membuat api untuk menghangatkan, kita akan lebih memperbaiki kualitas kehidupan. Namun tetap saja itu butuh energi (kayu untuk membangun rumah dan membuat api). Selama ribuan tahun manusia terus memperbaiki kualitas kehidupan, hingga sampai pada suatu tingkat kecanggihan, diiringi peningkatan penggunaan energi amat besar. Peradaban di masa lalu telah meraih perbaikan kualitas hidup secara signifikan, tapi sering tanpa memperhatikan (atau mengerti) keseimbangan, yang berkali-kali menyebabkan ambruknya peradaban maju. Masyarakat dunia sekarang serba berkaitan dan rumit. Tak ada lagi yang merasa sanggup melakukan perubahan, ataupun mengingat tujuan dasar kehidupan, yaitu memperbaiki mutu kehidupan. Kita semua seperti maju 22
searah tanpa melihat keseimbangan, hanya melihat saldo bank, sehingga mengulangi kesalahan yang sama seperti semua masyarakat terdahulu dalam sejarah. Bedanya sekarang kita telah menjadi masyarakat dunia globalisasi. Berapa banyak kota besar yang masih memiliki langit yang cerah? Berapa waktu yang habis di lalu lintas, bukan bersama keluarga? Berapa jauh Anda harus pergi untuk mencapai sepetak alam yang masih asri? Tahun demi tahun, kualitas kehidupan memburuk, dan penggunaan energi meningkat terus. Namun perusahaan minyak bersama pemimpin-pemimpin dunia mengatakan kita butuh minyak. Apakah kita butuh minyak? Ya, kita butuh untuk membuat berbagai produk tahan lama. Itu alasan yang kuat untuk berhenti membakarnya. Lebih dari 60% minyak yang disedot dari planet ini dibakar, dan itu cara yang paling buruk dan tidak efisien dalam memanfaatkannya. Diagram berikut menjelaskan perbedaan antara Penggunaan dan Kebutuhan: Perang “pengamanan supply” 400 kJ/km Eksplorasi 200 kJ/km Penyulingan 200 kJ/km Distribusi 80 kJ/km
Mesin + standby 3.272 kJ/km
Transmisi 224 kJ/km Rem 232 kJ/km Angin 100 kJ/km
Pakai Minyak
Mobil dengan Bahan Bakar Minyak
Butuh Mengatasi friksi jalanan (160 kJ/km)
Stasiun Pembangkit Listrik 853 kJ/km Distribusi 40 kJ/km
Pakai Batubara
Charger 29 kJ/km Baterai 27 kJ/km Motor + Rem 46 kJ/km Angin 100 kJ/km
Mobil Listrik diisi listrik dari jaringan PLN Pakai Cahaya
Charger 29 kJ/km Baterai 27 kJ/km Motor + Rem 46 kJ/km Angin 100 kJ/km
Mobil Listrik diisi listrik dari energi surya
Butuh Mengatasi friksi jalanan (160 kJ/km)
Butuh Mengatasi friksi jalanan (160 kJ/km)
23
Pada ketiga diagram di atas, kebutuhannya semua sama, perlu 160kJ (0,16 MJ) per km untuk mendorong maju mobil keluarga, dan tambahan 100kJ (0,1 MJ) per km untuk mengatasi tahanan angin dikecepatan 100km/h. Dengan bahan bakar, butuh banyak energi, 4-5 MJ/km, karena mesin pembakaran adalah teknologi kasar walau dengan segala teknologi penghematan terbaru. Kalau mahluk luar angkasa datang kemari, mereka akan tertawa terpingkal-pingkal melihat betapa primitif dan kasarnya teknologi yang dipakai manusia untuk mengakses energi. Bahkan kalau mereka lihat kita terjebak kemacetan, terus membakar BBM untuk menghasilkan panas dan sedikit energi kinetik untuk menghidupkan AC mobil, yang berusaha memompa panas mesin keluar dari interior dimana kita duduk terlindung dari panas dan gas, yang kita buang ke lingkungan untuk menghidupkan AC mobil tadi... Apakah manusia gila, atau apakah kita telah diprogram secara genetis untuk tetap jadi burnivora? Ingatlah selalu: Apa yang kita gunakan bukanlah yang kita butuhkan, tetapi hanyalah suatu kebiasaan yang dapat kita rubah! Dengan mobil bermesin pembakaran, kita gunakan 5MJ per km, dimana hanya dibutuhkan energi untuk mendorong maju (mengatasi friksi ban dan jalanan yaitu kira-kira 0,16 MJ/km), juga friksi dengan udara kira-kira 0,1MJ/km pada kecepatan 100km/jm). Total kebutuhan adalah 0,26MJ per km pada kecepatan 100km/jm, sisa dari 5MJ yang kita gunakan (=4,74MJ/km) telah terbuang akibat tidak efisien dalam proses untuk menyalurkan 0,26MJ ke roda-roda mobil. Sebuah motor listrik bisa menyalurkan 0,26MJ/km ke roda-roda dengan cara lebih efisien: sudah termasuk kehilangan pada pengisian dan pengosongan baterai, serta pada elektronika sistem pengelolaan, energi dari listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan mobil hanya 0,5MJ/km! Kalau Anda dapatkan energi listrik itu dari pembakaran batubara, Anda akan butuh sekitar 0,5/35% = 1,43MJ batubara. Kalau dari energi cahaya, butuh 0,5/20% = 2,5MJ sinar matahari, yang mana adalah gratis dan bebas polusi. Contoh lain dengan perbedaan besar antara apa yang kita butuhkan dan yang kita gunakan adalah dalam Pencahayaan. Yang kita butuhkan dari lampu adalah Cahaya, dan hasil cahaya dari sebuah lampu diukur dalam Lumen. Yang kita butuhkan adalah cahaya dan yang kita gunakan adalah listrik. Efisiensi dari teknologi lampu yang kita pakai menentukan seberapa banyak listrik yang kita gunakan.
24
Terbuang di stasiun pembangkit listrik 809 kJ per 1 jam pada 1000 Lumen
Butuh
Terbuang di jaringan listrik 35 kJ per 1 jam pada 1000 Lumen
Pakai Batubara
Terbuang sebagai panas 342 kJ per 1 jam pada 1000 Lumen
Cahaya 1000 Lumen
Pakai Pijar
100% Lampu Pijar
Butuh
Terbuang di stasiun pembangkit listrik 162 kJ per 1 jam pada 1000 Lumen
Terbuang di jaringan listrik 7 kJ per 1 jam pada 1000 Lumen
Pakai Batubara
Terbuang sebagai panas 64 kJ per 1 jam pada 1000 Lumen
Cahaya 1000 Lumen
Pakai TL
80% Lebih sedikit, dengan Lampu TL Pakai Cahaya
Terbuang di baterai 1,8 kJ per 1 jam pada 1000 Lumen Terbuang sebagai panas 12 kJ per 1 jam pada 1000 Lumen
Butuh
Cahaya 1000 Lumen
Pakai LED 98% Lebih sedikit, dengan lampu LED dan listrik energi surya Sekali lagi: ingat bahwa apa yang kita gunakan bukanlah yang kita butuhkan, tetapi hanyalah suatu kebiasaan yang dapat kita rubah!
Akhir dari Burnivora Dalam buklet ini saya memperkenalkan istilah baru “burnivora”, tapi belum menjelaskan sepenuhnya bagaimana saya sampai pada istilah itu. setelah memahami pada dasarnya semua mahluk hidup di bumi bersaing satu sama lainnya untuk meningkatkan kualitas hidupnya, menjadi jelas pula bahwa itu mustahil tanpa bantuan energi. Kehidupan membutuhkan arus kontinyui dari energi yang untungnya dapat disediakan matahari atau sumber panas bumi bagi spesies tertentu di dasar samudra. Ini berarti kita harus mempertajam definisi spesies yang berkeliaran di planet ini. Bukannya mendefinisikan spesies berdasarkan apa yang mereka makan untuk kelangsungan hidup, kita bisa mempertajam definisinya berdasarkan cara apa yang mereka pakai untuk mengakses energi, tidak hanya untuk hidup, tapi juga memperbaiki kualitas hidup, yang mana memakan juga merupakan aspek penting. 25
Apa yang memaksa mahluk pergi makan? Kemungkinan besar kenyataan bahwa ia merasa lapar, dan perasaan lapar mengurangi kualitas hidupnya, sehingga mahluk itu harus mencari jalan mengatasi masalah yang mengganggu kualitas hidupnya itu. Kalau kita mendefinisikan ulang spesies di bumi berdasarkan cara mereka mengakses sumber energi guna meningkatkan lualitas hidup mereka, sampailah kita pada beberapa spesies yang berdefinisi baru:
Tanaman:
Tanaman mengakses arus energi cahaya yang mengalir dari matahari dan melalui proses Fotosintesa ia merubah energi cahaya menjadi energi yang disimpan dalam kimia, dan guna membangun sel-selnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan bentuk tubuhnya.
Herbivora:
Herbivora makan tanaman dan melepaskan energi kimia yang terkandung melalui proses Metabolisme lalu mengubahnya ke dalam bentuk energi kimia lainnya yang disebarnya ke seluruh sel-sel tubuh guna membangun, menumbuhkan dan mempertahankan struktur tubuhnya. Otak herbivora mengatur penggunaan energi kimia menjadi energi gerak dan panas melalui jaringan saraf yang rumit. Jaringan ini menyampaikan sinyal listrik, juga dari alat pengindera ke otak ketika harus menyampaikan kebutuhan untuk itu.
Karnivora:
Seperti Herbivora, hanya saja ia ambil jalan pintas. ia tidak makan pembawa energi yang rendah kepadatannya, seperti tanaman, melainkan daging binatang lain yang telah tumbuh dan menyimpan energi karena makan tanaman itu atau karnivora lainnya.
Omnivora:
Kombinasi Herbivora dan Karnivora, ia makan daging dan tumbuhan.
Burnivora:
Seperti Omnivora, dengan perbedaan burnivora menggunakan 10 sampai 1 juta kali lebih banyak energi daripada yang tubuhnya bisa pakai. Burnivora mengakses arus energi melalui proses pembakaran segala jenis pembawa Energi Kimia (Kayu, Batubara, Minyak, Gas) guna melepaskan Energi Panas, dan terkadang sedikit Cahaya. Panas digunakannya untuk memasak makanan agar lebih mudah dicerna, dan untuk membuat udara atau gas mengembang sehingga menciptakan energi kinetik yang menggerakkan sepeda motor, mobil, truk, kapal, pesawat terbang atau roket melaju membawa dirinya atau barangbarang yang ia kira dibutuhkan guna meningkatkan mutu hidupnya. 26
Catatan 1: Karena penggunaan energi terus menerus lewat pembakaran, polusi udara menjadi masalah bagi kesehatannya di jaman revolusi industri burnivora. Masalah ini diatasi dengan menggunakan listrik, yang memungkinkan membawa energi dari satu tempat yang jauh dari populasi ke hunian burnivora yang padat penduduk (polusinya terjadi tidak di tengah lingkungan hidupnya). Catatan 2: Burnivora mempunyai umur terbatas karena tergantung pada pembawa energi yang telah terakumulasi melalui fenomena alami selama 400 juta tahun dan kini sedang dibakar dengan kecepatan yang memberi kelangsungan hidup sekitar 25 tahun lagi, kalau ia bisa mengembangkan kemajuan teknologi untuk “menyedot” sisa energi di dalam kerak bumi dalam jumlah cukup dan kemudian mampu memperbaiki kerusakan lingkungan dunia akibat gaya hidup burnivoranya. Pemanfaatan listrik sebagai transportasi energi yang memungkinkan pembakaran dan pencemaran jauh dari kawasan hunian, tidak lagi efektif karena kawasan hunian dan polusi keduanya berkembang pesat sehingga timpang tindih lagi seperti di awal revolusi industri dulu, mengakibatkan masalah kesehatan dan dan penurunan mutu kehidupan. Asap dari pembakaran batubara di dalam dan sekitar kota untuk pembangkitan listrik, ditambah asap dari transportasi dalam kota telah menciptakan lapisan-lapisan tebal udara kotor dan mengakibatkan pemanasan lingkungan. Masalah penurunan mutu udara diatasi dengan AC dalam kendaraan dan rumah untuk memompa keluar udara panas dari lingkungan hidup burnivora. AC tersebut menggunakan 3J energi listrik untuk memompa 1J udara panas keluar dari ruangan. Untuk menyediakan 3J listrik, stasiun pembangkit listrik membakar 10J batubara (dijadikan panas). Jadi dibutuhkan total 10J panas untuk mengeluarkan 1J dari ruangan. Ini tentu menjadi lingkaran setan. AC harus bekerja lebih keras lagi, dalam perputaran yang semakin memburuk. Catatan 3: Burnivora buta energi, jadi tidak menguasai akuntansi energi, dan tidak menyadari gaya hidupnya akan berakhir. Minyak bumi yang mudah pengambilannya sudah semakin langka beberapa tahun ini, memacu burnivora untuk menanam tanaman khusus untuk dibakar (biofuels). Namun sebentar lagi mereka akan lihat itu bisa mengakibatkan kekurangan pangan, dan semakin rusaknya lingkungan karena kebutuhan yang semakin lebih besar lagi untuk energi dan air dalam memproduksi biofuel. Catatan 4: Masa depan burnivora sangat suram. Untungnya sistem pencernaan mereka untuk kebutuhan energi mendasar persis sama dengan spesies baru bernama Elektrivora. Jadi kalau tidak terhambat tradisi, burnivora bisa mudah berubah menjadi elektrivora. Burnivora yang tidak mampu meninggalkan kebiasaan lamanya akan kehabisan bahan bakar... dan akhirnya “kebakaran jenggot”. www.burnivore.com 27
Masa depan Elektrivora Elektrivora adalah spesies baru hasil evolusi dari Burnivora. Elektrivora telah menguasai akuntansi energi dan telah menyimpulkan gaya hidup lama ala burnivora tidak bisa diteruskan tanpa jadi “kebakaran jenggot”. Mereka menyadari bila mengambil energi dari tingkatan pembawa energi tertinggi, otomatis akan bisa mengembangkan kualitas hidup yang lebih tinggi. Spesies baru ini telah menjalani gaya hidup yang sepenuhnya berdasarkan energi listrik. Ia pakai listrik untuk mendorong maju sepeda motor, mobil dan kereta, bahkan mungkin nantinya pesawat terbang, untuk transportasinya. Ia juga memasak pakai pemanas dan oven listrik. Untuk komunikasi, informasi dan hiburannya ia menggunakan berbagai peralatan listrik yang sangat efisien. Lebih penting lagi, ia membangkit listrik melalui cara non-burnivora yaitu dari matahari dengan panel fotovoltaik atau dari panas bumi. Ia pakai pembawa energi kimia hanya sebagai penyimpanan sementara, untuk dikembalikan sebagai energi listrik misalnya untuk menggerakkan mobil atau sepeda motor. Ia akan menciptakan cara penyimpanan listrik yang semakin pintar, tapi teknologi kini sudah cukup baik dan terjangkau untuk sebuah gaya hidup Elektrivora. Ia akan menanam kembali lahan yang disalahgunakan burnivora dalam mengembangkan biofuel, karena ia sadar bahwa kayu sebagai pembawa energi kimia bisa digunakan untuk tujuan yang lebih tahan lama daripada dibakar, dan bahwa hutan dibutuhkan untuk menyerap kadar tinggi CO2 dan menghasilkan oksigen bagi kebutuhan semua spesies di bumi. Elektrivora mempunyai masa depan cerah bila menang lawan burnivora yang lebih banyak, dalam pemanfaatan persediaan terakhir energi kimia. Elektrivora ingin membuatnya jadi barang tahan lama, tapi burnivora ingin membakarnya, yang malah akan memblokir akses ke sumber utama energi Elektrivora: matahari. Spesies mana yang Anda dukung? www.electrivore.com
28
Polinomics (“Polinomics” = Ekonomi yang dipengaruhi politik) Tak bisa dipungkiri diseluruh dunia sektor energi adalah yang paling dipengaruhi politik, karena mereka yang mengendalikan energi akan memegang kuasa (power). Tidak mengendalikan Energi = Tidak punya Power. Dan dengan mengendalikan energi Anda memegang kuasa untuk mengatur seluruh aktivitas ekonomi lainnya di dunia... Banyak orang masih percaya minyak adalah komoditi yang harganya ditentukan oleh mekasnisme pasar bebas, dan bahwa privatisasi sektor listrik telah membuat harga listrik sampai ke tingkat komersil (tak bersubsidi). Orang-orang yang sama mungkin juga percaya AS masuk Irak untuk menyebarkan demokrasi. Kenyataannya jauh dari itu, lebih kecil dari 5% harga minyak yang dipengaruhi pasar dan sisanya di“setir politik”. Karena infrastruktur kelistrikan dan stasiun pembangkit listrik dibayar dari uang pembayar pajak, sebenarnya masih ada bantuan subsidi besar yang tersembunyi dalam setiap tagihan listrik. Sekedar contoh mengenai subsidi minyak yang tersembunyi: “total tagihan konsumsi minyak” AS di tahun 2007 akan mencapai “hanya” sekitar 600 milyar USD. Bandingkan ini terhadap 1.200 milyar USD yang dibayar AS tahun 2007 untuk aktivitas militernya yang mana 50% secara langsung dan tidak langsung dipakai untuk mengamankan arus minyak. Anda akan menyadari seorang pelanggan minyak di AS sebenarnya sudah membayar hampir $200/barrel. Tambahkan lagi pada angka itu berbagai insentif pajak yang diberikan bagi investor dalam usaha berhubungan dengan minyak, dan Anda akan terkejut mengetahui harga “sebenarnya” satu barrel minyak. Berita terkini: Amerika Serikat beberapa tahun lalu memang menemukan Senjata Pemusnah Masal di Irak, tapi pemerintah terlalu malu untuk mengakuinya, sebab itu bukan yang mereka berharap temukan. Mereka berharap menemukan jenis lain dari senjata pemusnah, bukannya minyak ! Sebuah mobil listrik adalah solusi ideal secara teknis, layak, bersih dan terjangkau untuk menggantikan mobil ledakan BBM yang begitu tidak efisien dan sangat mencemari. Namun jangan naif berharap bahwa para penguasa dunia akan membiarkan transisi ini terjadi tanpa polinomics. (Lihat film dokumenter “Who killed the Electric Car”). Sebuah sistem listrik energi surya di rumah adalah solusi ideal secara teknis, layak, bersih dan terjangkau dibandingkan perluasan jaringan listrik terpusat yang sangat tidak efisien dan mahal untuk melayani 2 miliar penduduk dunia yang belum bisa menikmati peningkatan kualitas hidup dengan listrik. Namun jangan naif berharap bahwa para elit penguasa negara-negara itu membiarkan ini terjadi tanpa polinomics. Yang kita bisa perkirakan adalah mereka yang pegang dan mengatur “kuasa 29
sebenarnya” di dunia, kita sebut saja para “Watt”, akan mencoba apa saja guna mencegah masyarakat menjadi sadar energi. Para “Watt” juga akan mengajukan solusi teknis yang sifatnya seperti untuk BBM sekarang, misalnya perlu dana besar-besaran untuk mengembangkan, membuat dan menyalurkannya, sehingga hanya bisa disediakan para “Watt” yang memiliki modal sebesar itu. Para “Watt” yang sama, mengendalikan dan memasok pembawa energi murah (karena subsidi) yang kita semua sudah begitu kecanduan, sambil “membakar habis” planet kita lebih cepat lagi (minyak dan batubara memang adalah Senjata Pemusnah Masal). Para “Watt” tentu ingin tetap menggunakan polinomics power-toolsnya. Mari kita lihat kisah dibelakang power-tools tersebut: “Kisah lama” bagaimana listrik menjadi power tools politik sebuah negara. 1) Semua tahu listrik membawa peningkatan besar bagi kualitas hidup. Kita bisa menyebut listrik sebagai “penguat (booster)” kualitas hidup. 2) Sebuah pemerintah tentu ingin menyediakan layanan ini ke semua orang agar bisa menikmati perbaikan kualitas hidup melalui “penguat” ini. Para tokoh politik yang menjanjikan sambungan secepatnya ke “penguat” akan menjadi sangat populer dan mendapat dukungan. 3) Pemerintah menggunakan hasil pungutan pajak untuk membangun stasiun pembangkit listrik beserta jaringannya supaya semua dapat mengakses “penguat” ini… sejauh ini tidak ada yang salah! 4) Harga listrik menjadi disubsidi berat, karena pembangunan infrastrukturnya dibiayai dari pemungutan pajak. 5) Akibat subsidi, ongkos bagi konsumen sangat rendah. 6) Karena ongkos rendah, tidak ada “rasa sakit” bila pemakaiannya boros. 7) Karena tidak peduli pemborosan, konsumen tidak memperhatikan konsumsi energi peralatan yang dibelinya (bahkan karena buta energi, mereka tidak tahu cara memilih yang efisien energi). 8) Ketika konsumen masa bodoh, produsen juga tidak tergerak meningkatkan efisiensi energi karena toh tidak ada yang memperhatikan hal itu atau tidak ada yang mau membayar ekstra untuk itu. 9) Kemajuan ekonomi menghadirkan semakin banyak peralatan listrik ke rumah tangga, disertai tagihan listrik yang semakin meningkat. 10) Suatu saat karena gejolak ekonomi, terjadi resesi, lalu daya beli yang melemah membuat orang sadar tagihan listriknya akan “menyakitkan”. 11) Para tokoh politik yang menganjurkan harga listrik dinaikkan tidak akan terpilih lagi. Mereka yang berjanji mempertahankan harga energi tetap rendah menjadi para pemimpin pilihan masa depan. 12) Begitulah listrik bersubsidi menjadi alat politik yang paling kuat, hanya karena dampaknya begitu besar terhadap kualitas hidup. “Kisah lama” bagaimana minyak menjadi power-tools politik dan ekonomi global: 1) Listrik dapat dihasilkan di tiap negara menggunakan sumberdaya umumnya lokal, kecuali mungkin teknologi stasiun pembangkitnya. Jadi Listrik alat yang 30
tidak begitu cocok untuk menguasai dunia. Mmm… apa yang kuat lainnya yang bisa kita pakai? 2) Tentu saja… Minyak... murah untuk disedot dan disalurkan lalu kepadatan energinya sangat tinggi... sangat kuat!. Lebih dari 80% total cadangan dunia berada di kurang dari 10 negara. Situasi yang cocok! Negara-negara tersebut butuh teknologi untuk menyedotnya, dan bisa diintimidasi lewat kekuatan militer untuk diatur mengalir ke arah yang diinginkan “para penguasa dunia”... Tapi bagaimana caranya membuat seluruh dunia ketagihan ini? 3) Coba pikir... Apa yang sangat di-idamkan setelah punya rumah nyaman yang tersedia listrik? 4) Ya tentu… ”kebebasan bergerak”… Sensasi hebat dari kemewahan, kebebasan and keleluasaan yang Anda rasakan saat masuk mobil atau naik sepeda motor Anda, membuat produk itu jadi sasaran berikutnya setiap keluarga yang sudah nyaman di rumah yang tersedia listrik. Dan untuk menikmati mobilitas ini, Anda harus datang ke SPBU sekian kali per bulan guna mengisi tangki dengan “kebebasan”. 5) Namun bagaimana caranya membuat semua orang menerima mobil pembakaran BBM, bukannya mobil listrik yang lebih efisien dan bersih? Bunuh saja pabrik yang menciptakan mobil listrik itu selagi masih tahap awal, ambil alih perusahaannya dan rubah jadi produksi mobil BBM… Bisnis minyak sempat terpukul ketika lampu listrik diperkenalkan, jadi awal 1900 waktunya “pembalasan dan pemulihan kekuasaan”. Bunuh mobil listrik dan perkenalkan pembakar BBM untuk memberikan mobilitas bukan dengan listrik, sehingga pengeboran minyak berjalan lagi. 6) Kemudian investasikan keuntungan minyak untuk membuat desain mobil yang semakin “macho”, sehingga menjadi produk berstatus yang semua orang ingin bekerja keras untuk mendapatkannya, buatlah masyarakat menjadi buta karena kemilau aksesoriesnya sehingga mereka bahkan tidak pernah lihat angka konsumsi energinya. 7) Tentu pastikan orang tetap buta energi dan punya akses ke BBM, makanan dan mainan murah, supaya mereka terfokus memiliki lebih banyak “mainan” yang membutuhkan lebih banyak lagi listrik dan minyak... 8) Untuk lebih meningkatkan ekonomi, “mainan” yang membutuhkan tenaga buruh dan sumberdaya harus dibuat lebih murah. Jadi produksi “mainan” ini harus di negara-negara yang masih mempunyai biaya hidup rendah, buruh yang murah dan sumberdaya berlimpah. Tapi bagaimana caranya memotivasi orang di negara-negara “outsourcing” tersebut? 9) OK… berikan mereka akses ke listrik, TV dan acara TV, lalu sebut mereka “negara berkembang” untuk menutupi fakta bahwa mereka hanya negaranegara “outsourcing”. Tunjukkan mereka betapa indahnya hidup modern berenergi, dan bagaimana mereka bisa mendapatkan secuil dari impian di TV setelah kerja keras beberapa tahun... sejauh ini tidak ada yang salah! 10) Bagaimana bila negara-negara tersebut berkembang secepat para “penguasa dunia”? 31
11) Mm…ya itu resiko, karena kita tahu sumberdaya di planet ini terbatas untuk membuat “mainan-mainan” itu. Dan kalau negara yang membuat “mainan” bisa membelinya sendiri, para “penguasa dunia” bisa berabe. 12) Ide yang sangat bagus! Beri dukungan penuh kepada para presiden korup (atau lebih baik lagi, bantu mereka naik tahta) di semua negara itu sehingga negaranya tidak berkembang secara berkesinambungan. Untuk menutupi itu, sediakan pembiayaannya terselubung sebagai “bantuan dana” untuk membantu rakyat miskin mereka. Pastikan uang yang mereka pinjam (dari pembayar pajak negara “penguasa dunia”) untuk membangun stasiun pembangkit listrik lokal tidak bisa terbayar kembali, sehingga mereka selalu berhutang. Banjiri terus negara-negara itu dengan makanan yang mengandung bantuan subsidi, sehingga petaninya tetap miskin dan anakanak mereka pergi ke kota jadi pekerja murah membuat “mainan” untuk diekspor ke para “penguasa dunia”. 13) Bagaimana jika presiden-presiden korup tidak mau patuh instruksi “penguasa dunia”? …ahhh gampang, stop pengaliran dananya, dan rakyat miskin mereka yang sudah terbiasa upah murah dan energi disubsidi (makanan, listrik dan BBM), tidak tahan kenaikan harga bahan pokok dan akan menuntut bahkan membuat kerusuhan menggulingkan presiden mereka. Ha..ha..ha… Anda lihat betapa cepatnya presiden-presiden korup kembali patuh mengikuti kemauan negara-negara “penguasa dunia”... dan menurunkan harga untuk mendukung rakyat miskin, sambil mempertahankan kekuasaan. 14) Bagaimana kalau mereka tidak mau dengar, malah pakai kekerasan militer untuk menekan warganya? 15) Kalau begitu kita jatuhkan embargo ekonomi dan nyatakan bahwa presidenpresiden itu korup dan... mungkin kita gunakan kekuatan militer penguasa dunia untuk menjatuhkan mereka lalu menaruh presiden baru yang mau patuh... tapi hanya kalau negaranya punya kekayaan sumberdaya. Kalau tidak, cari negara yang lain... toh masih banyak. 16) Rencana jitu!… tapi bagaimana kalau kita kehabisan minyak? Kelihatannya produksi minyak dunia sedang memuncak, dan akan membuat harga-harga naik. Model kendali penguasa dunia ini sudah tidak bisa lagi dipakai. 17) Ehhh…..Ups…. 18) Bagaimana kalau bio-fuel? Kita bilang pada semua negara berkembang, mereka harus mulai membuat bio-fuel, bagus untuk petani mereka... 19) Ehhh... Ya, tapi itu akan membuat harga makanan melejit... dan lagi-lagi membuat rakyat miskin turun ke jalanan. 20) Ehhh… Woooww… sepertinya kita dalam kesulitan besar… bukannya ada sisa minyak disuatu negara, yang kita kehilangan kendali atas diktatornya yang kita tempatkan disitu beberapa tahun yang lalu? Kita gulingkan orang itu, lalu demokrasikan negaranya... 21) Tapi bagaimana mendapatkan dukungan publik dunia?... Bilang saja kita sedang memerangi teror… Ide yang brilian. Ayo kita lakukan itu! 32
Saatnya kisah yang baru: Berhentilah membohongi diri. Cara dunia diatur sekarang tidak bisa diteruskan. Ini mengarah ke kehancuran total, sama seperti yang dialami peradabanperadaban maju terdahulu. Ini bukan hanya ketidakseimbangan antara kayamiskin, tapi lingkungan yang tidak lagi bisa menanggulangi segala korupsi dan manipulasi itu. Walau ada atau akan ada, presiden-presiden baik di banyak negara berkembang, mereka tidak bisa mencabut kanker korupsi yang telah berakar dalam sistem politik yang dipasang dan didukung penguasa dunia selama seabad lebih. Butuh dukungan tulus dari para penguasa dunia untuk melakukannya dengan benar. Kita butuh suatu Revolusi Energi. Bakar-bakaran harus berhenti! Secara teknis dan ekonomis itu memungkinkan. Bahkan bisa menjadi penguat aktivitas ekonomi, kalau “pendukung Joule”, bukannya “pecinta Watt” yang naik ke pemerintahan. Harga listrik dan bahan bakar harus dikenakan pajak besar supaya naik 30-50% per tahun, dan penghasilan pajak ini harus digunakan untuk membangun ekonomi berdasarkan listrik yang 4-10 kali lebih efisien energi. Burnivora harus menjadi Elektrivora (memakai listrik dari cahaya matahari yang terdistribusi gratis, dan sumberdaya panas bumi yang melimpah). Pemberantasan buta energi harus menjadi prioritas utama diseluruh dunia, untuk memulai revolusi energi, dan mencegah planet kita dari kehancuran total lingkungan, sosial, politik dan finansial. Kami mengharapkan dukungan Anda semua untuk membuat dunia sadar energi... dan ini bisa dilakukan melalui “Standar Joule”. Demi masa depan kita sendiri dan anak-cucu kita di bumi ini, Dengan hormat, Maurice Untuk memperluas wawasan politik, ekonomi, dan lingkungan Anda: 1) “Confessions of an economic Hitman”, John Perkins www.johnperkins.org 2) “A game as old as Empire”, John Perkins www.johnperkins.org 3) “Blood and Oil”, Michael T. Klare 4) “Who killed the electric Car” www.whokilledtheelectriccar.com 5) “Crude impact” www.crudeimpact.com 6) “An Inconvenient truth” www.climatecrisis.net 7) “Peak-Oil” www.lifeaftertheoilcrash.net Kirim komentar atau saran ke:
[email protected] Untuk semua solusi energi mandiri, kunjungi www.sundaya.com
# Sundaya 33
34
35
Energi dalam makanan Makanan pokok MJ/kg Makanan Karbohidrat Tinggi Nasi Putih 5,44 Kentang Rebus 3,65 Jagung Rebus 4,54 Makanan Protein Tinggi Daging Sapi Daging kambing Daging Ayam Ikan Udang Cumi-Cumi Tahu Tempe Telor
8,07 6,25 6,60 5,20 4,18 8,61 6,90 11,95 6,47
“Hidangan Umum” Nasi Goreng 8,06 Bakmi/Bihun Goreng 7,70 Big Mac 9,86 Pizza 10,50 Spaghetti 3,75
Biaya Energi sesuai aktivitas
MJ/kg/jam duduk 0,0017 menulis 0,0017 berdiri 0,0021 mengemudi mobil 0,0038 membersikan rumah 0,0113 berjalan cepat 0,0142 Bersepeda 0,0230 Berlari 0,0293 Berenang 0,0330
Camilan Lumpia Popcorn Patoto Chips
MJ/kg 11,10 23,00 10,30
Minuman Teh Manis Teh Pahit Kopi Latte Kopi Manis Kopi Pahit Coca Cola Buah buahan Buah alpukat Buah pisang Buah nanas Buah apel Buah semangka
MJ/ltr 0,72 0,04 2,05 1,74 0,04 1,80 MJ/kg 6,70 3,71 2,02 2,00 1,27
Kebutuhan energi MJ per jam sesuai berat badan: 40 kg 50 kg 60 kg 70 kg 80 kg 90 kg 100 kg 0,07 0,09 0,10 0,12 0,14 0,15 0,17 0,07 0,09 0,10 0,12 0,14 0,15 0,17 0,08 0,11 0,13 0,15 0,17 0,19 0,21 0,15 0,19 0,23 0,27 0,30 0,34 0,38 0,45 0,57 0,68 0,79 0,90 1,02 1,13 0,57 0,71 0,85 0,99 1,14 1,28 1,42 0,92 1,15 1,38 1,61 1,84 2,07 2,30 1,17 1,47 1,76 2,05 2,34 2,64 2,93 1,32 1,65 1,98 2,31 2,64 2,97 3,30
Biaya Energi untuk metabolisme dasar dari tubuh manusia (Rata-Rata manusia dewasa membutuhkan 4 - 9 MJ per hari untuk kebutuhan energi dasarnya). Kebutuhan energi dasar MJ per hari sesuai usia dan berat badan: tahun 40 kg 50 kg 60 kg 70 kg 80 kg 90 kg 100 kg (Pria tinggi 1,7 m) 20 5,57 6,15 6,73 7,30 7,88 8,45 9,03 30 5,29 5,87 6,44 7,02 7,59 8,17 8,75 40 5,01 5,58 6,16 6,74 7,31 7,89 8,46 50 4,73 5,30 5,88 6,45 7,03 7,60 8,18 60 4,44 5,02 5,59 6,17 6,75 7,32 7,90 (Wanita tinggi 1,6 m)
36
20 30 40 50 60
5,19 5,00 4,80 4,60 4,41
5,59 5,40 5,20 5,00 4,81
5,99 5,80 5,60 5,40 5,21
6,39 6,20 6,00 5,80 5,61
6,79 6,60 6,40 6,21 6,01
7,19 7,00 6,80 6,61 6,41
7,59 7,40 7,20 7,01 6,81
(Sumber: calorieking.com.au dan wikipedia)
Elektrivora Sementara itu, para Burnivora terakhir... Apa lagi yang bisa kita bakar?
Nggak tahu ah. Saya kebakaran jenggot!
37
38
0 Kelvin