855
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MANGROVE DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI BERBEDA TERHADAP RESPON IMUN, TOTAL VIBRIO, DAN SINTASAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) PADA SKALA LABORATORIUM Nurbaya, Endang Susianingsih, dan Muliani Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Beberapa jenis mangrove telah dilaporkan efektif sebagai alternatif penanggulangan penyakit pada budidaya udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter immun, total Vibrio dan sintasan udang windu pada penggunaan ekstrak mangrove dengan ekstraksi yang berbeda. Penelitian dilakukan di laboratorium basah dan laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros. Wadah berupa akuarium kaca yang berukuran 3 L diisi air laut salinitas 28 ppt ditebari benur windu PL 15 sebanyak 30 ekor/wadah dan diinfeksi dengan Vibrio harveyi patogen 106 CFU/mL. Perlakuan yang dicobakan adalah (A) Ekstrak metanol Sonneratia alba; (B) S. alba hasil perebusan; (C) Ekstrak metanol S. lanceolata; (D) S. lanceolata hasil perebusan; (E) Ekstrak metanol Bruguiera gymnorrhiza; (F) B. gymnorrhiza hasil perebusan; (G) Kontrol positif (benur diinfeksi dengan V. harveyi tanpa ektrak mangrove); H. Kontrol negatif (benur tidak diinfeksi V. harveyi dan tanpa ektrak mangrove). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali, dengan lama perendaman ekstrak mangrove 96 jam. Pengamatan meliputi; populasi bakteri V. harveyi, THC, ProPO, DHC, dan sintasan udang windu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Total V. harveyi pada penggunaan ekstrak mangrove dengan perebusan cenderung lebih rendah sekitar 30% dibanding dengan ekstrak metanol. Sementara untuk total hemosit benur windu pada perlakuan ekstrak metanol S. Alba berbeda nyata (P<0.05) dengan kontrol negatif, namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan lainnya. Nilai ProPo tidak berbeda nyata (P>0.05) pada semua perlakuan. Sintasan udang windu pada penggunaan extrak mangrove S. alba, S. lanceolata dan B. gymnorrhiza (perebusan), masing-masing lebih tinggi 3%, 63% dan 69% dibandingkan dengan ekstrak metanol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak mangrove hasil perebusan berpeluang digunakan untuk penanggulangan penyakit vibriosis pada budidaya udang. KATA KUNCI:
mangrove; parameter immun; vibrio; udang windu
PENDAHULUAN Berbagai usaha dilakukan oleh petani tambak untuk menanggulangi penyakit pada budidaya udang dengan menggunakan bahan kimia, antibiotik, dan pestisida, namun hal ini dilarang oleh pemerintah Muliani et al. ( 2013). Penggunaan obat-obatan semakin banyak menimbulkan masalah di lapangan dan terjadi resistensi bakteri patogen terhadap antibiotik, akumulasi bahan kimia dan pencemaran lingkungan. Sebagai upaya menghindari penggunaan obat-obatan kimia dan antibiotik oleh petani tambak adalah dengan menyediakan alternatif pengganti obat-obatan yang efisien serta ramah lingkungan. Alternatif lain yang dilakukan untuk mengganti obat-obatan kimia dan antibiotik untuk penanggulangan penyakit adalah menggunakan tanaman herbal. Hal ini mulai dikembangkan diantaranya penanggulangan penyakit WSSV (Beula et al., 2012; Chakraborty & Gosh, 2014; Chakraborty et al., 2014), Penanggulangan penyakit bakterial pada ikan (Babuselvam et al., 2012; Laith et al., 2012), pertumbuhan dan penanggulangan penyakit bakteri pada ikan mas (Ahilan et al., 2010; Grandiosa, 2010), sebagai immunostimulan dan anti bakteri pada ikan nila ( Avenido et al., 2012); Govind et al., 2012), sebagai immunostimulan dan anti bakteri pada udang windu (Sankar et al,. 2011, Rajeswari et al., 2012), sebagai anti bakteri pada lobster (Baskaran et al., 2012); Immunostimulan pada ikan (Maqsood et al., 2011), penanggulangan penyakit VNN pada ikan kerapu
Efektivitas ekstrak daun mangrove dengan teknik ekstraksi ..... (Nurbaya)
856
(Amelia et al., 2012), penanggulangan penyakit Vibriosis pada udang windu (Saptiani et al., 2012; Ramesh et al., 2014), sebagai antibakteri pada udang putih (Velmurugan et al., 2010). Beberapa jenis mangrove telah dilaporkan efektif sebagai antibakteri diantaranya R. mucronata dan Salichornia brachiata efektif terhadap Vibrio harveyi, Vibrio vulnificus, Vibrio alginolyticus, Vibrio anginllarum dan Vibrio lohi serta efektif terhadap patogen ikan seperti Bacillus subtilis, Serratia sp. Aeromonas hydrophila, Vibrio harveyi dan Vibrio parahaemolyticus (Babuselvam et al., 2012). Hal yang serupa dilaporkan oleh (Baskaran & Mohan, (2012). Bahwa beberapa jenis tanaman mangrove yang telah diketahui memiliki kemampuan bakterisida diantaranya adalah spesies Rhizophora mucronata Penelitian yang dilakukan oleh Beula et al. (2012) melaporkan bahwa ekstrak dari daun Avicennia marina memiliki potensi sebagai obat anti viral setelah melalui beberapa uji klinis. Potensi tanaman mangrove Avicennia sp. sebagai anti virus juga telah dibuktikan oleh Wahjuningrum et al. (2006). Dan menunjukkan bahwa tanaman mangrove Avicennia sp. dan Sonneratia sp. telah dibuktikan dapat menghambat virus WSSV pada udang windu (P. monodon). Tanaman mangrove juga telah terbukti sebagai bahan immunostimulan. Penelitian yang dilakukan oleh Arifuddin et al. (2004) melihat kemampuan bahan aktif hidrokuinondari buah Sonneratia caseolaris terhadap parameter hemolimph udang windu yang diinfeksi secara buatan dengan V. harveyi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter immun, total Vibrio dan sintasan udang windu pada penggunaan ekstrak mangrove dengan ekstraksi yang berbeda BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di laboratorium basah dan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan dengan tahapan penelitian meliputi: Pengambilan Tanaman Mangrove S. alba, dan S. lanceolata diambil bagian daunnya, sedangkan B. gymnorrhiza diambil bagian buahnya. Pemilihan bagian tanaman yang diambil ini berdasarkan hasil uji MIC pada penelitian sebelummnya yang menunjukkan aktivitas anti V. harveyi tertinggi. Seluruh bagian tanaman ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk proses ekstraksi (Muliani et al., 2015a). Preparasi dan Pengeringan Tanaman Daun dan buah mangrove yang telah dikumpulkan terlebih dahulu dibersihkan untuk menghilangkan kotoran yang menempel dan dipisahkan dari tangkainya, diiris kecil untuk mempercepat pengeringan. Selanjutnya daun dikering-anginkan dalam suhu ruang selama kurang lebih dua minggu. Pembuatan Simplisia Setelah bahan herbal kering selanjutnya dihaluskan menggunakan blender, dan diayak menggunakan ayakan/saringan santan dengan ukuran 1 mm selanjutnya siap untuk diekstraksi Ekstraksi Bahan Herbal dengan Metanol 80% Simplisia yang sudah tersedia ditimbang sesuai kebutuhan 500 g dimasukkan dalam gelas Erlenmeyer atau botol duran. Selanjutnya diberi larutan methanol 80% dan diaduk dengan batang pengaduk sehingga seluruh permukaan simplisia terendam. Rendaman tersebut ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 24 jam, selanjutnya disaring dengan kain saringan sehingga semua ampasnya tertahan dan yang lolos hanya cairan metanol yang sudah membawa bahan-bahan yang terlarut. Perendaman dilakukan selama tiga kali 24 jam dan setiap 24 jam dilakukan penyaringan atau tergantung tingkat kekeruhan rendaman, jika rendaman sudah terlihat jernih maka perendaman dihentikan. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan penarikan bahan-bahan aktif tanaman oleh metanol. Hasil penyaringan tersebut kemudian disaring kembali menggunakan kertas saring dan rendemen siap untuk dikisatkan.
857
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016
Ekstraksi Bahan Herbal dengan Perebusan Simplisia yang sudah tersedia ditimbang sesuai kebutuhan 500 g, dimasukkan dalam panic. Selanjutnya diberi air dan direbus hingga mendidih. Hasil perebusan selanjutnya didinginkan dan disaring menggunakan kain saringan. Hasil penyaringan tersebut kemudian disaring kembali menggunakan kertas saring dan rendemen siap untuk dikisatkan. Pengkisatan Hasil ekstraksi tanaman mangrove dalam larutan metanol selanjutnya dikisatkan dengan menggunakan Rotatory evaporator. Larutan metanol diuapkan hingga tersisa bahan padatan dari biaoktif yang terkandung dalam tanaman, sedangkan hasil perebusan dikisatkan dengan freeze dryer. Setelah ekstrak dari ke tiga jenis mangrove yang akan digunakan sudah siap, selanjutnya dilakukan persiapan wadah, air laut, dan hewan uji yang akan digunakan. Wadah berupa akuarium kaca yang berukuran 3 L diisi air laut salinitas 28 ppt sebanyak 2 L yang sebelumnya disterilkan dengan kaporit 150 mg/L dan dinetralisir dengan natrium thiosulfat 75 mg/L. Benur windu PL 15 sebanyak 30 ekor/ wadah sebagai hewan uji diambil dari Instalasi Perbenihan Udang Windu (IPUW) Barru. Infeksi buatan dilakukan secara perendaman dengan V. harveyi patogen 106 CFU/mL selama 96 jam. Perlakuan yang dicobakan adalah (A) Ekstrak metanol S. alba; (B) S. alba hasil perebusan; (C) Ekstrak metanol S.lanceolatan; (D) S. lanceolatan hasil perebusan; (E) Ekstrak methanol B. gymnorrhiza; (F). B. gymnorrhiza hasil perebusan; (G) Kontrol positif (benur diinfeksi dengan V. harveyi tanpa ekstrak mangrove); (H) Kontrol negatif (benur tidak diinfeksi V. harveyi dan tanpa ekstrak mangrove). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali, dengan lama perendaman 96 jam. Parameter yang diamati adalah populasi bakteri V. harveyi, THC, ProPO, DHC, dan sintasan udang windu. HASIL DAN BAHASAN Populasi Bakteri Vibrio dalam Air Pemeliharaan Populasi V. harveyi pada penelitian disajikan pada Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat bahwa total bakteri Vibrio pada media pemeliharaan udang windu setelah 24 jam terendah pada perlakuan yang tidak diinfeksi V. harveyi dan tertinggi pada perlakuan yang menggunakan ekstrak metanol S. lanceolata. Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada pengamatan 24 jam populasi bakteri Vibrio
Populasi bakteri V.harveyi (log CFU/mL)
7 6
6 5,21
5 4
24 Jam
5,98
3,25
5,12
4,84 3,56
5,5 4,79
4,74
3,8
3,57 2,68
3
96 Jam
2,45
2
1,98
1,5
1,68
G
H
1 0
Awal
A
B
C
D
E
F
A. Ekstrak metanol S. alba; B. S. alba hasil perebusan C. Ekstrak metanol S.lanceolatan D. S. lanceolatan hasil perebusan, E. Ekstrak metanol B. gymnorrhiza, F. B. gymnorrhiza hasil perebusan, G. Kontrol positif (benur diinfeksi dengan V. harveyi tanpa bahan alam), H. Kontrol negatif (benur tidak diinfeksi V. harveyi dan tanpa bahan alam)
Gambar 1. Populasi Vibrio sp. pada pemeliharaan udang windu 24 dan 96 jam setelah pemberian ekstrak mangrove dengan teknik ekstraksi berbeda
Efektivitas ekstrak daun mangrove dengan teknik ekstraksi ..... (Nurbaya)
858
pada semua perlakuan masih bervariasi namun sdh memperlihatkan kecenderungan menurun dibanding konsentrasi awal. Setelah 96 jam, total bakteri semakin mengalami penurunan baik pada perlakuan yang menggunakan ekstrak mangrove maupun kontrol dan terlihat bahwa populasi bakteri Vibrio cenderung lebih rendah (30%) pada perlakuan yang menggunakan ekstrak mangrove dengan teknik preparasi melalui perebusan dibanding melalui ekstraksi metanol. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak mangrove melalui perebusan atau ekstraksi sederhana tanpa menggunakan bahan kimia berpeluang dilakukan sehingga dapat diaplikasikan di tingkat petani. Namun demikian metode ekstraksi ini masih perlu dipelajari lebih lanjut efektivitasnya untuk menurunkan atau menghambat perkembangan populasi bakteri Vibrio dalam air pemeliharaan udang. Respon Immun Benur Windu Hasil analisis respon immun pada uji teknologi pencegahan penyakit Vibriosis menggunakan herbal mangrove dengan teknik ekstraksi yang berbeda disajikan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa rataan total hemosit dan nilai ProPo tertinggi pada perlakuan yang menggunakan ekstrak mangrove S. alba (ekstraksi methanol) dan terendah pada kontrol (tanpa penggunaan herbal mangrove). Secara umum rataan total hemosit udang windu pada perlakuan yang menggunakan ekstrak metanol lebih tinggi dibanding hasil perebusan kecuali pada penggunaan ekstrak S. lanceolata rataan THC pada perlakuan dengan ekstrak mangrove melalui perebusan lebih tinggi dibanding ekstrak metanol. Hasil penelitian sebelumnya (Muliani et al., 2015b) menunjukkan bahwa rataan THC tertinggi diperlihatkan oleh perlakuan menggunakan ekstrak dietyleter S.alba yaitu 14,80x107 sel/mL kemudian disusul perlakuan yang menggunakan fraksi dietyleter B. gymnorrhiza (12,27x107 sel/mL) dan penggunaan fraksi butanol (10,07x10 7 sel/mL). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa total hemosit benur windu pada perlakuan yang menggunakan ekstrak metanol S. alba dengan ekstraksi melalui perebusan berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol negatif, namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak mangrove baik baik ekstraksi metanol, maupun ekstraksi dengan perebusan mampu meningkatkan respon immun pada udang windu. Hal ini sejalan yang dilaporkan oleh Muliani et al. ( 2015b) bahwa nilai rataan sel hemosit tertinggi pada perlakuan yang menggunakan ekstrak dietyeter S.alba yaitu 14,80x107 Table 1. Total hemocyt, ProPo, dan sintasan udang windu Penaeus monodon setelah 96 jam diuji tantang dengan V. harveyi
Perlakuan A= Ekstrak metanol S. alba B= S. alba hasil perebusan C= Ekstrak metanol S.lanceolata D= S. lanceolatan hasil perebusan E= Ekstrak metanol B. gymnorrhiza F= B. gymnorrhiza hasil perebusan G= Kontrol positif (benur diinfeksi dengan V. harveyi tanpa bahan alam) H= Kontrol negatif (benur tidak diinfeksi V. harveyi dan tanpa bahan alam)
THC (X 10 4sel/mL 76,70a 31,50ab 33,30ab
ProPO (A)
Sintasan (%)
0,0150a 0,0085a 0,0035a
71,11a 73,33a 28,89bc
43,35ab
0,0090a
77,78a
36,65ab
0,0135a
21,11c
35,00ab
0,0125a
67,78ab
56,65ab
0,0045a
86,67a
26,65b
0,0025a
71,11a
Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak perbedaan yang nyata (P<0.05)
859
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016
sel/mL THC merupakan salah satu indikator status kesehatan udang dan salah satu cara untuk meningkatkan nilai THC udang adalah dengan memberikan immunostimulan (Tampangallo, 2012). Hasil analisa statistik terhadap nilai ProPo pada semua perlakuan baik yang menggunakan ekstrak mangrove maupun tidak menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Sintasan Benur Udang Windu Pada penelitian ini bahan herbal mangrove yang digunakan terdiri dari dua jenis teknik preparasi yang berbeda yaitu ekstraksi dengan metanol 80% dan ekstraksi melalui perebusan. Sintasan udang windu pada pencegahan penyakit vibriosis dengan teknik preparasi yang berbeda disajikan pada Tabel 1 terlihat bahwa sintasan udang windu tertinggi pada perlakuan kontrol positif diikuti oleh perlakuan yang menggunakan ekstrak hasil perebusan S. lanceolata dan terendah pada yang menggunakan ekstrak metanol B. gymnorrhiza disusul oleh sintasan udang windu pada perlakuan yang menggunakan ekstrak metanol dari S. lanceolata. Tingginya sintasan udang windu pada perlakuan kontrol positif menujukkan bahwa patogen (V. harveyi) yang digunakan tidak terlalu bersifat patogen terhadap udang windu. Seharusnya sintasan udang windu pada perlakuan kontrol positif diharapkan lebih rendah dibanding kontrol negatif (perlakuan tanpa pemberian V. harveyi dan juga ekstrak mangrove), namun yang terjadi malah sebaliknya. Hal ini diduga bahwa V harveyi yang digunakan sudah tidak terlalu patogen atau virulensinya menurun. Selain itu, diduga pula karena benur yang digunakan kurang baik sehingga terjadi kematian di kontrol negatif. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa sintasan udang windu pada perlakuan yang menggunakan ekstrak metanol dari B gymnrrhiza berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan yang lainnya kecuali ekstrak metanol S. lanceolata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak mangrove dengan teknik preparasi melalui perebusan memberikan sintasan udang windu yang lebih tinggi dibanding dengan teknik preparasi melalui ekstraksi metanol. Sintasan udang Windu pada penggunaan ekstrak mangrove S. alba dengan sistem perebusan lebih tinggi 3%, S. lanceolata lebih tinggi 63%, B. gymnorrhiza lebih tinggi 69% dibanding ekstrak metanol. KESIMPULAN Penggunaan ektrak hasil perebusan S. alba, S. lanceolata, dan B. gymnorrhiza dapat menekan populasi V. harveyi 30% lebih rendah dan meningkatkan sintasan udang windu masing-masing 3%, 63%, dan 69% lebih tingggi dibanding ekstrak metanol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode perebusan lebih baik dibandingkan dengan metode ekstraksi metanol. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada rekan-rekan peneliti dan teknisi yang penuh dedikasi dan tanggungjawab dalam membantu terlaksananya penelitian ini. Penelitian ini dibiayai oleh APBN T/A 2015 DAFTAR ACUAN Ahilan, B., Nithiyapriyatharshini, A.,&, Ravaneshwaran, K. (2010). Influence of certain herbal additives on the growth, survival and disease resistance of goldfish, Carassius auratus (linnaeus). Tamilnadu J. Veterinary & Animal Sciences 6 (1) 5-11. Amelia, N., & Prayitno, S.B. (2012). Pengaruh Ekstrak Ddaun Jambu Biji Psidium guajava) untuk menginaktifkan ViralNervous Necrosis (VNN) Pada Ikan Kerapu Bebek (Epinephelus fuscogulttatus Jour. of Aqua. Manaech. 1 (1); 264-278 Arifuddin, Sukenda., & Dana, D. (2004). Pengaruh bahan aktif hidrokuinon dari buahsanneratiacaseolaris terhdap parameter hemolimph udang windu, Penaeus monodon Fab., yang diinfeksi secara buatan dengan Vibrio harveyi. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(1):23-28 (2004). Avenido, P., & Serrano, A.E. (2012). Effect of the plle mangrove (Sonneratia caseolaris)on antimicrobial, Immunostimulatory, and histological responses in balck tiger shrimp postlarvae fed at varying feeding frequensi. ACCL BIOFLUX. 5 Issue 3. Hal 112-123 Babuselvam, M., Farook, K.A.M., Abideen, S., Mohamed, M.P., & Uthiraselvam, M. (2012). Screening of antibacterial activity of mangrove plant exract against fish and shrimp patogens. International Journal of Applied Miocrobiology Science. 1 (3):20-25.
Efektivitas ekstrak daun mangrove dengan teknik ekstraksi ..... (Nurbaya)
860
Baskaran, R., & Mohan, P.M. (2012). In vitro antibacterial activity of leaf extracts of Rhizophora mucronata L. against multi drug resisten Vibrio spp. isolated from marine water lobster’s larvae hatcheries.Indian Journal of Geo-Marine Science. 41 (3):218-222. Beula, J.M., Gnanadesigan, M., Rajakumar, B., & Anand, M. (2012). Antiviral, antioksidant and toxicological evaluation of mangrove plant from South East coast of India. Asian Pacipic Journal of Tropical Biomedicine. S352-S357 Chakraborty, S., & Ghosh, U. (2014). In Vivo Immunological changes occurring at different time intervals in white spot syndrome virus infected shrimp, treated with anti-WSSV drug drived from marine plants. International Journal of Basic and Applied Virology 3(1):01-15. Chakraborty, S., Ghosh, U., Balasubramanian, T., & Das, P. (2014). Screening, isolation and optimization of ant-white spot yndrome virus drug derived from marine plants. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine:S107-S117 Govind, P., Madhuri, S., & Mandloi, A.K. (2012). Immunostimulnat effect of medicinal plants on fish. IRJP (3):112-114 Grandiosa, R. (2010). Efektivitas penggunaan larutan filtrat jintan hitam (nigella sativa) dengan konsentrasi berbeda terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila secara in-vitro dan uji toksisitasnya terhadap ikan mas (Cyprinus carpio). Hasil Penelitian Mandiri. Universitas Padjadjaran. 16 hal. Laith, A.A., Najiah, M., Zain, S.M., Effendy, S.H.M., Sifzizul, T., Nadirah, M., & Habsah, M. (2012). Antimocrobial activities of selected mangrove plants on fish Patogenic Bacteria. Journal of Animal and Veterinary advances. (2):234-240. Muliani, Nurbaya, & Suryati. (2013). Potensi tanaman assosiasi mangrove sebagai antibakteri penyebab penyakit pada udang windu (penaeus monodon). Prosiding Seminar nasional Perikanan Indonesia. hlm. 193-201. Muliani, Nurhidayah, & Kurniawan. (2015a). Herbal Mangrove sebagai sumber antibakteri vibrio harveyi penyebab penyakit pada udang windu Penaeus monodon. JRA Inpres :17 hal. Muliani, Tampangallo, B.R., & Amomarsono. A. (2015b). Aktivitas antibakteri dan antiwhite spot syndrome virus (WSSV) dari ekstrak herbalmangrove Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrhizapada udang windu. JRA InPress. 18 hal. Maqsood, S., Singh, P., Samoon, M.H, & Munir, M. (2011). Emerging role of immunostimulants in combating the disease outbreak in aquaculture. Int Aquat Res (3): 147-163 Rajeswari, P.R., Velmurugan, S., Babu, M.M., Dhas, S, Kesavan, K, & Citasaru T. (2012). A study on the influence of selected Indian herbal active principles on enhancing the immune system in Fenneropenaeus indicus against Vibrio harveyi infection. Aquaculture International (20):1009-1020 Ramesh, K., Natarajan, M., & Sridhar, H. (2014). Ant-Vibrio Activity of Mangrove and Mangrove Assosiates on Shrimp Pathogen, Vibrio harveyi VSH5. Global Veterinaria 12 (2):270-276. Saptiani, G., Prayitno, S.B., & Anggoro, S. (2012). The effectiveness of Acanthus ilicifolius in protecting tiger prawn (Penaeus monodon f.) from Vibrio harveyi infection Journal of Coastal Develpopment, Volume 15, Number 2: 217 - 224 Sankar, G., Elavarasi, A., Sakkaravarthi, K., & Ramamoorthy, K. (2011). Biochemical Changes and Growth Performance of Black Tigher Shrimp Larvae after using Ricinus communis extract as Feed additive. Inter. Jour. of PharmTech Res. 3 (1): 201-208. Tampangallo, B.R. (2012). Respon Imun Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Hasil Transfeksi Gen Antivirus PmAP Terhadap Vibrio harveyi. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Maassar. 2012. Velmurugan, S., & Citarasu, T. (2010). Effect of Herbal Antibacterial Extracts on the Gut Floral Changes in Indian White Shrimp Fenneropenaeus Indicus. Romanian Biotechnological Letters 15 (6); 57095717 Wahjuningrum, D., Tarono., & Angka, S.L. (2007). Efektifitas rebusan campuran sambiloto Andrographis paniculata (Burn.f. Ness), daun jambu biji (Psidium guajava L.) dan daun sirih (Piper betle L.) untuk pencegahan penyakit MAS (Motil Aeromonad Seticaemia) pada ikan lele dumbo (Claurias sp.) . Junal Akuakultur Indonesia, 6:122-133.