EFEKTIFITAS SENAM OTAK (BRAIN GYM) DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK AUTIS DI TERAPIS ANAK TERANG KEDUNG SEROKO SURABAYA Gerhana Ega Swastika dan Setiadi, S.Kep., M.Kep., Ns. ABSTRAK Senam otak lebih menitik beratkan pada gerakan yang dapat merangsang dan memadukan semua bagian otak, baik otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), otak tengah (limbik), otak depan (dimensi pemfokusan) maupun otak besar (dimensi pemusatan). Gerakan senam otak sangat sederhana, karena tidak seperti senam badan yang menekankan pada otot dan kebugaran. Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orang tua yang juga mengeluh dan bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis Senam otak dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko surabaya. Penelitian ini menggunakan desain pre experimen design dengan teknik rancangan rangkaian waktu (time series design). Populasinya adalah semua anak autis di terapis anak terang kedung seroko. Sampel di ambil secara non probability sampling dengan pendekatan Sampling Jenuh yaitu pengambilan sempel dengan mengambil seluruh jumlah populasi. Pada penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi belajar sebelum melakukan senam otak 0 anak (0%) baik, 17 anak (68%) cukup, 8 anak (26%) kurang. Konsentrasi belajar sesudah melakukan senam otak 9 anak (36%) baik, 15 anak (58,6%) cukup, 1 anak (3,3%) kurang. Hasil uji statistic dengan uji wilcoxon di dapatkan nilai value = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa 0,05 artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan konsentrasi belajar terhadap senam otak. Implikasi hasil penelitian bahwa senam otak dapat di jadikan salah satu alternative dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko Surabaya. Kata kunci : senam otak (brain gym) , konsentrasi belajar, anak autis ABSTRACT Brain exercise focuses on movement that can stimulate and interate all parts of the brain, both left and right brain (lateral dimension), midbraind (limbic), brain front (focusing dimension) and cerebrum (the dimensions of convergence). Brain gymnastics movements are very simple, because it is not like gymnastics body that emphasizes the muscles and fitness. In some children may have difficulty, distress and disruption in terms of concentration and attention that he gave.Many of the parent swereal so complaining and confused in raising and addressing children have difficulty concentrating. This study aimed to analyze Gymnastics brain in autistic children improve concentration learning in a child therapist bright kedung seroko Surabaya. This study design using pre experimen design with a circuit design technique of time (time series design). The population is all children with autism in a child therapist kedung seroko light. Samples taken by non
probability sampling with saturated sampling approach that is making sempel by taking the total number of population. The study showed that the concentration of brain before doing gymnastics 0 children (0%) good, 17 children (68%) fairly, 8 children (26%) less. The concentration of learing after doinf gymnastics brain 9 children (36%) good, 15 children (58,6%) fairly, 1 children (3,3%) less. the datawere analyzed with statistical testusing Wilcoxon Sign Test with significance level values obtained value =0.000. This shows that 0.05 mean sthat there is a significant effect of learning onbrain gymnastics concentration. The implications of the exercises can be made in one alternative to improve concentration in children with autism learn therapist anak terang kedung seroko Surabaya. Keywords: gymnasticsbrain(Brain Gym), the concentration oflearning, children with autism
Latar Belakang Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana menyenangkan yang di gunakan untuk memadukan semua bagian otak dalam meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Dennison, 2006). Gerakan senam otak itu di buat untuk merangsang otak kiri dan kanan (Dimensi lateralis), meringankan atau merileksasi belakang otak bagian depan otak (Dimensi pemfokusan) dan merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional. Gerakan senam otak sangat sederhana, karena tidak seperti senam badan yang menekankan pada otot dan kebugaran. Senam otak lebih menitik beratkan pada gerakan yang dapat merangsang dan memadukan semua bagian otak, baik otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), otak tengah (limbic), otak depan (dimensi pemfokusan) maupun otak besar (dimensi pemusatan). Namun, belom ada yang meneliti Efektivitas Senam Otak (brain gym) dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Autis di Terapis Anak Terang Kedung Seroko, Surabaya. Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan Jenifer Dustow (2007) di Hawaii pada 9 anak yang telah di diagnose Autism Spectrum Disorders (ASDs) yang berusia 3-5 tahun selama 6 minggu. Hasilnya menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dalam tingkah laku dan konsentrasi pada hari dimana anak-anak
melakukan gerakan senam otak. Percobaan ini dirancang untuk menilai apakah melakukan gerakan senam otak yang menyebrangi garis tengah membantu mengurangi perilaku autis, seperti menangis, berteriak, kelakuan agresif, menarik perhatian pada waktu yang tidak tepat, kurangnya pemfokusan. Semau anak diberikan gerakan senam otak yang sama di pagi hari selama 6minggu. Hasilnya 77% mengalami penurunan prilaku autis (dustow, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara peneliti terhadap anak autis di Terapis Anak Terang Kedung Seroko sebanyak 25 anak. Berdasarkan laporan guru pembimbing hampir 89% anak mengalami gangguan konsentrasi belajar. Gerakan senam otak mampu meningkatkan konsentrasi misalnya gerakan sakelar otak untuk mengoptimalkan pengirimiman pesan dari otak kiri ke kanan atau sebaliknya, meningkatkan penerimaan oksigen dan menstimulasi aliran darah agar lebih lancar mengalir ke otak, gerakan tombol imbang dapat meningkatkan konsentrasi, pengambilan keputusan, pemikiran asosiatif, kepekaan indrawi untuk keseimbangan, menjernihkan pikiran dan menjaga badan tetap rileks, gerakan menguap berenergi dapat mengaktifkan otak untuk meningkatkan oksigen agar otak berfungsi secara efesien dan rileks, gerakan pasang telinga digunakan untuk
membantu konsentrasi, membantu mendengar suara diri sendiri saat berbicara atau menyanyi, gerakan burung hantu untuk mengkoordinasi pendengaran, penglihatan dan gerakan tubuh serta meningkatkan konsentrasi, kemudian gerakan pasang kuda-kuda untuk membantu berkonsentrasi dan mengingat kembali hal-hal yang telah di pelajari (Yanuarita, 2012). Bagi orang tua dan guru, terapi senam otak sendiri merupakan suatu alternative untuk mengurangi hiperaktifitas pada anak, bisa melatih konsentrasi belajar dengan baik, agar anak bisa belajar dengan baik dan maksimal seperti anak normal pada umumnya. Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas-komunikasi, pemfokusanpemahaman dan pemusatan-pengaturan. Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui oleh tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, masalah dan kreativitas), menyelaraskan kemampuan beraktifitas dan berpikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja pasca indera, menjaga kelenturan dan keseimbangan (Tammasse, 2009). Senam otak bisa dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit), tidak memerlukan bahan atau tempat khusus, memungkinkan belajar tanpa stress, meningkatkan kepercayaan diri, memandirikan seseorang dalam hal belajar, mwngaktifkan potensi dan ketrampilan, menyenagkan dan menyehatkan, serta hasilnya bisa segera dirasakan (Demuth, 2008). Metode penelitian Penelitian ini bertujuan menganalisis Senam otak dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko
surabaya. Penelitian ini menggunakan desain pre experimen design dengan teknik rancangan rangkaian waktu (time series design). Populasinya adalah semua anak autis di terapis anak terang kedung seroko. Sampel di ambil secara non probability sampling dengan pendekatan Sampling Jenuh yaitu pengambilan sempel dengan mengambil seluruh jumlah populasi. Hasil dan pembahasan 1. Karakteristik responden berdasarkan konsentrasi belajar sebelum senam otak (brain gym) Anak Autisme di Terapis Anak Terang Mei 2015 (N = 25). Konsentrasi belajar Baik Cukup Kurang Total
1 F 0 16 9 25
2 P 0% 64% 36% 100%
F 0 16 9 25
3 P 0% 64% 36% 100%
Menunjukkan bahwa dari 25 responden di Terapis Anak Terang sebelum menggunakan senam otak (brain gym), hari pertama 16 responden (64%) cukup, 9 responden (36%) kurang. Hari kedua 16 responden (64%) cukup, 9 responden (36%) kurang. Hari ketiga 19 responden (76%) cukup, 6 responden (24%) kurang. Rata-rata frekuensi dan prosentase hari pertama sampai ketiga yaitu 17 responden (68%) mengalami cukup dalam konsentrasi belajar dan 8 responden (26%) mengalami kurang dalam konsentrasi belajar. 2. Karakteristik responden berdasarkan konsentrasi belajar setelah senam otak (brain gym) Anak Autisme di Terapis Anak Terang Mei 2015 ( N = 25 ).
F 0 19 6 25
P 0% 76% 24% 100%
Konsentrasi belajar Baik Cukup Kurang Total
1
2
3
F P F P F P 7 28% 6 24% 14 56% 14 56% 19 76% 11 44% 4 10% 0 0% 0 0 25 100% 25 100% 25 100%
menunjukkan bahwa dari 25 responden di Terapis Anak Terang setelah menggunakan senam otak (brain gym), hari pertama 7 responden (28%) baik, 14 responden (56%) cukup, 4 responden (10%) kurang. Hari kedua 6 responden (24%) baik, 19 responden (76%) cukup. Hari ketiga 14 responden (56%) baik, 11 responden (44%) cukup. Rata-rata frekuensi dan prosentase hari pertama sampai ketiga yaitu 9 responden (36%) mengalami baik dalam konsentrasi belajar, 15 responden (58,6%) mengalami cukup dalam konsentrasi belajar, 1 responden (3,3%) kurang dalam konsentrasi belajar. 3. Karakteristik responden berdasarkan efektivitas senam otak (brain gym) terhadap konsentrasi belajar Anak Autisme di Terapis Anak Terang Mei 2015 (N = 25).
Dapat diketahui dari uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Test dengan taraf signifikasi diperoleh nilai value = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan konsentrasi belajar terhadap senam otak (brain gym). Pembahasan 1. Mengidentifikasi kualitas konsentrasi belajar pada anak autis sebelum melakukan senam otak
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa anak autis sebelum dilakukan senam otak (brain gym), konsentrasi belajarnya adalah Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 25 responden di Terapis Anak Terang tanpa menggunakan senam otak (brain gym), hari pertama 16 responden (64%) cukup, 9 responden (36%) kurang. Hari kedua 16 responden (64%) cukup, 9 responden (36%) kurang. Hari ketiga 19 responden (76%) cukup, 6 responden (24%) kurang. Rata-rata frekuensi dan prosentase hari pertama sampai ketiga yaitu 17 responden (68%) mengalami cukup dalam konsentrasi belajar dan 8 responden (26%) mengalami kurang dalam konsentrasi belajar. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, siswa autis membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran dan tidak bisa ditentukan waktunya untuk menguasai satu materi dan materi belum ditambah ketika anak belum bisa menguasai materi dengan tepat. Di awal proses pembelajaran siswa harus didampingi oleh guru pendampingnya, ini menghindari siswa tidak ingin belajar dengan peneliti, karena siswa belum kenal dan dekat dengan peneliti. Pada awal pembelajaran siswa belum respon ketika peneliti memberi peerintah kepada siswa untuk mengikuti materi yang peneliti berikan. Perintah diawal proses pembelajaran diberikan sebanyak tiga kali, ketika perintah pertama dan kedua siswa tidak mengikuti apa yang peneliti berikan maka pada perintah ketiga peneliti memberi siswa sentuhan , memegang tangannya untuk mengikuti gerakan yang peneliti berikan ini dimaksudkan untuk memaksa siswa merespon kepada peneliti. Semakin sering siswa melakukan proses pembelajaran maka akan semakin baik responnya dan terlatih konsentrasinya. Siswa autis mempunyai prilaku tantrum “semaunya sendiri” yaitu, ketidakmampuan siswa untuk memahami orang lain dan lingkungan, membuat mereka berprilaku seenaknhya sehingga anak auitis mudah sekali.
Gejala-gejala yang nampak pada anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dikemukakn oleh Supriyo (2008: 104), yaitu sebagai berikut: a. Pada umumnya anak merasa betah berjam-jam untuk nonton (di luar kegiatan belajar) tetapi kalau belajar sebentar sudah merasa tidak tahan b. Mudah kena rangsangan lingkungannya (seperti: suara radio, TV, gangguan adik/kakak) c. Kadangkala selalu mondar-mandir kesana kemari untuk mencari perelngkapan belajar d. Selesai belajar tidak tahu apa yang baru saja dipelajari. Dalam beberapa kasus, anak-anak yang menikmati belajar dapat mengembangkan rasa takut ketika menghadapi pekerjaan terstruktur atau direncanakan, terutama panjang atau kelompok berbasis yang membutuhkan fokus diperpanjang, bahkan jika mereka benar-benar memahami topik. Anak-anak dengan ADD mungkin menghadapi risiko lebih besar kegagalan akademik dan penarikan awal dari sekolah. Rentang atensi atau lamanya waktu yang digunakan anak untuk menekuni suatu kegiatan dapat diamati sesuai usia. Rata-rata rentang atensi pada usia 2 tahun selama 7 menit, usia 3 tahun selama 9 menit, usia 4 tahun selama 12 menit, usia 5 tahun selama 14 menit. Kemampuan memusatkan perhatian berbeda-beda. Makin berkembang anak makin mampu menseleksi stimulus yang ada dan makin mampu memusatkan perhatian. Meskipun gangguan konsentrasi ini juga dapat terus terjadi sampai usia dewasa. Gangguan konsentrasi ini biasanya sudah dapat diamati pada usia bayi. Tampak bayi sering berpindah-pindah perhatian pandangan matanya atau sering berganti mainan dalam waktu yang cepat. Biasanya bayi tidak menyukai lingkungan suasana yang tidak luas seperti boks bayi yang kecil dan suasana didalam kamar. Anak lebih menyukai lingkungan yang lebih lapang seperti tempat tidur yang luas
dan anak sering minta keluar rumah. Pada anak yang lebih besar didapatkan gejala cepat bosan terhadap sesuatu aktifitas, tidak bisa belajar lama. Bila belajar harus dalam keadaan tenang atau biasanya saat tengah malam. Sebaliknya biasanya bisa bertahan lama pada hal yang disukai seperti menonton televisi, baca komik atau main game. Anak tampak sering terburu-buru sehingga mengakibatkan perilaku tidak mau antri, tidak teliti sehingga terjadi kesalahan saat mengerjakan soal karena ketidaktelitiannya. 2.
Mengidentifikasi kualitas konsentrasi belajar pada anak autis setelah melakukan senam otak Dari data diatas dapat di jelaskan bahwa anak autis setelah melakukan senam otak (brain gym), konsentrasi belajarnya adalah menunjukkan bahwa dari 25 responden di Terapis Anak Terang setelah menggunakan senam otak (brain gym), hari pertama 7 responden (28%) baik, 14 responden (56%) cukup, 4 responden (10%) kurang. Hari kedua 6 responden (24%) baik, 19 responden (76%) cukup. Hari ketiga 14 responden (56%) baik, 11 responden (44%) cukup. Rata-rata frekuensi dan prosentase hari pertama sampai ketiga yaitu 9 responden (36%) mengalami baik dalam konsentrasi belajar, 15 responden (58,6%) mengalami cukup dalam konsentrasi belajar, 1 responden (3,3%) kurang dalam konsentrasi belajar. Hal ini dapat di jelaskan bahwa, Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu. Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orangtua yang juga mengeluh dan bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi. Gangguan Konsentrasi tergolong ke dalam salah satu jenis gangguan ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa
Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian). Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder) adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk (singkat) dan sifat impulsif (mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas. Anak juga mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif (Habiburrrohman, 2011). Konsentrasi merupakan suatu proses untuk memahami dan menguasai pikiran dan perasaan terhadap suatu peristiwa.oleh karena itu proses konsentrasi sangat membutuhkan ketenangan baik pikiran maupun situasi. Baihaqi M, dkk (2005) mengemukakan bahwa “konsentrasi juga disebut dengan perhatian yang dapat diartikan sebagai pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek.” Gangguan konsentrasi bukan merupakan penyakit tetapi merupakan gejala atau suatu manifestasi penyimpangan perkembangan anak. Gangguan konsentrasi atau pemusatan perhatian yang kurang, dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain. Ciri-ciri yang sangat mudah dikenali untuk anak dengan gangguan pemusatan perhatian adalah tidak mampu menyaring rangsang yang datangnya dari luar. Irwan Prayitno menyebutkan, bahwa gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barangbarang dan tidak mendengarkan orang tua dan gurunya.
3. Efektifitas senam otak (brain gym) dalam konsentrasi belajar anak autis Berdasarkan hasil tabulasi silang melakukan senam otak dan tanpa melakukan senam otak. Bedasarkan data tersebut sesuai dengan teori menurut (Yanuarita, 2012) Senam otak di manfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Latihan otak akan membuat otak bekerja aktif atau aktif. Otak seseorang yang aktif (suka berfikir) akan lebih sehat secara keseluruan dari pada orang yang tidak atau menggunakan otaknya. Pada teori sesuatu organ yang aktif akan memerlukan pasokan oksigen dan protein. Jika pasokan itu lancar maka biasa katakana organ tersebut sehat. Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana menyenangkan di gunakan untuk memadukan semua bagian otak yang berfungsi meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Dennison, 2006). Gerakan itu di buat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), meringankan atau merileksasi belakang otak bagian depan otak (Dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbic) serta otak besar (Dimensi pemusatan). Dennison (2006) menyatakan meski sederhana, brain gym mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari. Senam otak di manfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi. Latihan otak akan membuat otak bekerja aktif atau aktif. Otak seseorang yang aktif (suka berfikir) akan lebih sehat secara keseluruan dari pada orang yang tidak atau menggunakan otaknya. Pada teori sesuatu organ yang aktif akan memerlukan pasokan oksigen dan protein. Jika pasokan itu lancar maka
biasa katakana organ tersebut sehat. (Yanuarita, 2012) Salah satu stimulasi yang selama beberapa tahun terakhir ini di anggap paling baik dan baru adalah senam otak atau brain gym. Senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari. Gerakan-gerakan senam ringan yang di lakukan dalam senam otak, seperti melalui olah tangan dan kaki yang dapat memberikan stimulus ke otak. Stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif, misalnya kewaspadaan konsentrasi dan kecepatan dalam proses belajar, serta memori, pemecahan masalah, ataupun kreatifitas. Senam otak dimanfaatkan untuk anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktifitas, kerusakan otak, sulit berkonsentrasi dan depresi (As’adi, 2012). Gerakan senam otak, bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup akan terbuka dan menandakan bahwa kegiatan belajar berlangsung dengan menggunakan seluruh otak. Senam otak dapat di lakukan di segala usia, mulai dari bayi hingga orang lanjut usia. Untuk melakukan senam otak, seorang anak harus dibantu oleh orang tuanya, baru setelah 3tahun ia bisa melukukannya sendiri. Manfaat positif bagi anak usia sekolah terutama yang berkebutuhan khusus, yakni dapat mempermudah kegiatan belajar serta membantu penyesuaian dengan tuntutan seharu-hari dan juga gerakan brain gym ini untuk menstimulasi, meringankan atau merileksasikan siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu dan juga dapat menunjang perubahan elektik dan kimiawi yang berlangsung selama kejadian mental dan fisik. Gerakan brain gym adalah usaha alternative alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan dan tantangan pada diri sendiri dan orang lain. Kemudian dapat di gunakan untuk membantu pelajar untuk lebih siap menerima pelajaran, memperbaiki rentang konsentrasi,
meningkatkan fokus dan daya ingat, memperbaiki komunikasi dan dapat mengendalikan emosi (Yanuarita, 2012). Senam otak merupakan terapi yang sangat praktis, karena bisa dilakukan diamana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan ini yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Latihan-latihan senam otak ini adalah inti dari Educational Kinesiology. Sebenarnya, education berasal dari kata latin, yakni educare ; yang artinya menarik keluar. Sementara itu, kinesiology berasal dari bahasa yunani, yakni kinesis, artinya gerakan. Jadi Kinesiology adalah ilmu tentang gerakan tubuh manusia (Yanuarita, 2012). Pada umumnya penyandang autism mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama sekali. Meraka menghindari atau tidak berespon kontak sosial (pandangan mata, sentuhan kasih saying, bermain dengan anak lain dan sebagainya). Autisme merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan belajar dari pengalamannya. Biasanya anak-anak ini kurang minat untuk melakukan kontak social dan tidak adanya kontak mata (Yuwono, 2009). Teori-teori belajar yang hanya memberikan prtunjuk umum tentang belajar, tetapi teori tersebut tidak dapat dijadikan hokum belajar yang bersifat mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda. Karena itu, belajar yang efektif sangat di pengaruhi oleh bebrapa factorfaktor kondisional yang ada (Habiburrrohman, 2011). Kesimpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan di di terapis anak terang kedung seroko surabaya pada tanggal 11-16 Mei 2015, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1.
2.
3.
Kualitas konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko Surabaya sebelum melakukan senam otak sengaian besar berkatagori cukup. Kualitas konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko Surabaya sesudah melakukan senam otak sengaian besar berkatagori cukup. Ada pengaruh antara senam otak (brain gym) terhadap konsentrasi belajar anak autis di terapis anak terang kedung seroko surabaya.
Daftar Pustaka Baihaqi, M dan Sugirman, M. (2006). Memahami dan Membantu Anak. ADHD, Bandung : PT. Refika Aditama
Brain Gym Internasional,2008. Diakes 22 juni 2009, dari http;//braingym.org/studies Dennison, P.E & Dennison, G.E. (2005). Brain Gym. PT Grasindo. Jakarta Dennison, P.E (2008). Brain gym and me. Brain gym dan aku. Jakarta ; Grasindo Dennison. (2006). Brain Gym. PT Gramedia, Jakarta Yanuarita, A. (2012). Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym), Jogjakarta : Teranova Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu