EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUS DAN BUBUK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) TERHADAP PENAMPILAN DAN KAJIAN EKONOMI AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI Eimeria maxima
AGUNG ADI CANDRA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektifitas Pemberian Infus dan Bubuk Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Penampilan dan Kajian Ekonomi Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria maxima adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2008
Agung Adi Candra NRP. B151060021
3
ABSTRACT AGUNG ADI CANDRA. Efectivity Supplementation of Infuse and Powder Curcuma xanthorrhiza Roxb. for Performance and Economic Analysis Broiler During Eimeria maxima Infection. Under direction of UMI CAHYANINGSIH and WIWIN WINARSIH Coccidiosis is common disease in poultry industry. For fast growing and coccidiosis prevention, bird were given with antibiotics that in a long period will result in resistency to antibiotics and problems of product safety for consumer. A search for new alternatives for Eimeria control, like supplementation with natural medicine. Curcuma xanthorrhiza Roxb., one of traditional medicine of Indonesia known as treatment for inflammation. The aim of this research was to know the activities of supplementation Curcuma xanthorriza Roxb. in broiler during Eimeria maxima infection Research was done by completely randomize design using 200 birds were devided into 10 group; drug control, positive control, negative control, curcuma control, infuse curcuma 90, 180, and 360 mg.kg -1 body weight in water drink, and 90, 180, and 360 mg.kg -1 body weight in feed. Challenge infection used Eimeria maxima were were 14th day old bird with 1 x 104 oocysts per oral. Supplementation of Curcuma xanthorrhiza Roxb were given 1st until 6th day after infection. Parameter was examined were performance, body weight gain, feed conversion ratio, economic analysis and histomorfometry analysis. The result showed that infection of Eimeria maxima decrease body weight gain, feed conversion and efficiency of feed. Supplementation of infuse Curcuma xanthorrhiza Roxb. can improve feed conversion, feed efficiency. Supplementation of infuse Curcuma xanthorrhiza Roxb. 180 and 360 mg kg-1 body weight can improve feed conversion and eficiency of feed and also decrease number oocyst per gram feses on 7th day after infection. But Supplementation of infuse and powder Curcuma xanthorriza Roxb powder no affected to carcass percentage. Supplementation by infuse and powder Curcuma xanthorriza Roxb. can help decrease lost profit because infection of Eimeria maxima and 360 mg.kg1 body weight give best IOFCC Rp. 2.108 dan gross income Rp. 340.842 per hundred birds. Supplementation of infuse Curcuma xanthorriza Roxb 90, 180 and 360 mg.kg-1 body weight no affect to ileum histomorfometry analysis. Supplementation of infuse Curcuma xanthorriza Roxb. 360 mg.kg-1 body weights gave the best effect to broiler performance during Eimeria maxima infection. Key word : Curcuma xanthorrhiza Roxb., Performance, Eimeria maxima
4
RINGKASAN AGUNG ADI CANDRA. Efektifitas Pemberian Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Penampilan dan Kajian Ekonomi Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria maxima. Dibimbing oleh UMI CAHYANINGSIH dan WIWIN WINARSIH Penyakit koksidiosis merupakan salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi daging di Indonesia. Untuk mengatasi kerugian yang akan muncul akibat koksidiosis, dalam pelaksanaannya peternak lebih suka mencegah dengan cara menambahkan koksidiostat dalam ransum atau air minum yang dapat menyebabkan terjadinya resistensi dan dapat membahayakan kosumen. Koksidiostat yang terus menerus dapat menimbulkan residu pada produk daging dan telur. Terobosan tentang penggunaan bahan yang relatif aman dan seminimal mungkin meninggalkan residu dalam daging perlu dicari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 200 ekor ayam pedaging yang didistribusikan kedalam 10 kelompok perlakuan; kontrol obat, kontrol positif, kontrol negatif, kontrol temulawak, kelompok ayam yang diinfeksi E maxima dengan infus temulawak; 90, 180, dan 360 mg.kg -1 bobot badan di air minum dan temulawak bubuk 90, 180, dan 360 mg.kg -1 bobot badan pada ransum. Ayam perlakuan diinfeksi dengan E. maxima 1x104 ookista/ekor pada hari ke-14 pemeliharaan. Pemeriksaan ookista per gram feses (OPG) diperiksa sampai hari ke-14 dengan menggunakan kamar hitung Mc master. Penampilan ayam pedaging diukur dengan menghitung pertambahan bobot badan (PBB), Feed Conversion Ratio (FCR), efisiensi ransum, persentase karkas, dan analisis ekonomi dengan menghitung pendapatan diluar harga bibit dan ransum serta pendapatan kotor. Pengamatan histomorfometri terhadap tinggi vili, kedalaman kripta, jumlah vili per milimeter dan luas permukaan villi dilakukan terhadap preparat usus halus yang diambil hari ke 3, 6 dan 9 setelah infeksi. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa temulawak mengandungs enyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid dan kuinon. Infeksi E. maxima menyebabkan penurunan PBB, meningkatkan nilai konversi ransum (FCR) serta menurunkan tingkat efisiensi penggunaan ransum. Pemberian Infus temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) 180 dan 360 mg kg-1 bobot badan, mampu memperbaiki konversi ransum dan efisiensi penggunaan ransum dan secara nyata mampu menurunkan jumlah ookista per gram feses pada puncak produksi ookista E. maxima pada hari ke-7 setelah infeksi namun pemberian infus dan bubuk temulawak tidak mempengaruhi persentase karkas. Infeksi Eimeria menyebabkan ayam menjadi tumbuh lebih lambat dan menyebabkan kematian. Pemberian infus temulawak mampu meningkatkan bobot badan, sebaliknya penambahan bubuk temulawak dalam ransum secara deskriptif tidak mampu meningkatkan bobot badan, hal ini mengindikasikan bahwa penambahan infus temulawak yang makin tinggi memberikan pengaruh positif dengan memperbaiki kemampuan ayam meningkatkan bobot badan. Infus temulawak merupakan hasil ekstraksi temulawak sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh ayam dibandingkan dengan bubuk. Infeksi E. maxima menyebabkan peningkatan NO2- + NO3- dalam plasma. Radikal bebas tersebut dihasilkan sebagai respon kekebalan tubuh tingkat selular akibat infeksi parasit. Produksi radikal bebas akan menyebabkan keseimbangan antara anti oksidan dan reaktif oksigen akan menghasilkan stress oksidatif yang memicu kerusakan sel. Flavonoid yang terkandung dalam temulawak akan membantu menjaga keseimbangan akibat reaksi ini. Dalam penelitian ini nampak bahwa pemberian
5
infus temulawak pada ayam yang diinfeksi E. maxima mampu meringankan kerusakan usus ayam tersebut sehingga mempertahankan pertambahan bobot badan pada minggu 1 sampai minggu 3 setelah infeksi. Pemberian infus dan bubuk temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) mampu menekan kerugian ekonomis akibat infeksi E. maxima pengaruh terbaik pada pemberian infus temulawak 360 mg.kg-1 bobot badan dengan memberikan pendapatan diluar ransum dan bibit (Income Over Feed And Chick Cost/IOFCC) sebesar Rp. 2.108 per ekor dan nilai pendapatan kotor (gross income) Rp. 340.842 per seratus ekor ayam. Pemberian infus dan bubuk temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) semua dosis tidak berpengaruh pada histomofometri usus. Dosis infus temulawak 360 mg. kg-1bobot badan merupakan dosis terbaik dalam penelitian ini dengan meningkatkan bobot badan mingguan, konversi ransum, efisiensi ransum, mampu menekan nilai ookista per gram feses pada puncak produksi ookista, dan memiliki nilai IOFCC dan gross income tertinggi diantara kelompok perlakuan Kata kunci : Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Penampilan Ayam, Eimeria maxima
6
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang- Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
7
EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUS DAN BUBUK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) TERHADAP PENAMPILAN DAN KAJIAN EKONOMI AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI Eimeria maxima
AGUNG ADI CANDRA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Sains Veteriner
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
8
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Drh. Sri Utami Handajani, MS
9
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis
: Efektifitas Pemberian Infus dan Bubuk Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) terhadap Penampilan dan Kajian Ekonomi Ayam Pedaging yang diinfeksi Eimeria maxima
Nama
: Agung Adi Candra
NRP
: B151060021
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Drh. Wiwin Winarsih, M.Si Anggota
Dr. Drh. Umi Cahyaningsih, MS Ketua
Diketahui
Ketua Program Studi Sains Veteriner
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Drh. Bambang Pontjo P., MS
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 6 Agustus 2008
Tanggal Lulus :
10
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai April 2008 adalah tentang penggunaan temulawak sebagai terapi berak darah pada ayam, dengan judul Efektifitas Pemberian Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Penampilan dan Kajian Ekonomi Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria maxima. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS dan Dr. Drh. Wiwin Winarsih, M.Si selaku pembimbing serta Dr. Drh. Bambang Pontjo P., MS selaku ketua program studi Sains Veteriner. Penghargaan penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Sugiat Kuntadi, BA dan Ibunda Sukartini, Astria R, Adrian AK serta Ayu Chendra atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya. Semoga karya ini bemanfaat.
Bogor, Agustus 2008
Agung Adi Candra
11
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro tanggal 21 Oktober 1981 dari Ayah Sugiat Kuntadi, BA dan Ibu Sukartini. Penulis merupakan putra kedua dari 3 bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri I Metro dan melanjutkan pendidikan Sarjana di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan sarjana dengan gelar Sarjana Kedokteran Hewan (S.KH). Tahun 2006 penulis diterima di program studi Sains Veteriner Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Beasiswa Pascasarjana DIKTI. Sejak tahun 2003 penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Politeknik Negeri Lampung sebagai dosen pada Jurusan Peternakan program studi Teknologi Produksi Ternak
12
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 Latar Belakang ................................................................................. 1 Tujuan Penelitian .............................................................................. 2 Manfaat Penelitian ............................................................................ 2 TINJAUN PUSTAKA ............................................................................... 3 Eimeria maxima ............................................................................. 3 Klasifikasi .......................................................................................... 3 Morfologi ........................................................................................... 3 Siklus Hidup ...................................................................................... 4 Perubahan Organ ............................................................................ 6 Patogenesis Eimeria ......................................................................... 7 TEMULAWAK (Curcuma xanthoriza Roxb.) ................................ 8 Klasifikasi .......................................................................................... 8 Deskripsi ........................................................................................... 8 Komposisi Rimpang Temulawak ...................................................... 10 Manfaat tanaman .............................................................................. 11 BAHAN DAN METODA Waktu dan tempat ............................................................................ 14 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 14 Metode Persiapan Kandang Pemeliharaan .......................................... 14 Pembuatan Bubuk dan infus temulawak ................................. 15 Penapisan Fitokimia ................................................................ 15 Persiapan Ookista Eimeria maxima ......................................... 16 Kelompok Percobaan .............................................................. 17 Infeksi Eimeria maxima pada hewan coba ............................. 17 Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 18 Teknik Penghitungan Jumlah Ookista per gram feses ........... 18 Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi .............................. 19 Peubah yang Diamati ....................................................................... 20 Analisis data ..................................................................................... 22 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 23 Penapisan fitokimia ......................................................................... Penampilan Ayam .......................................................................... Jumlah Ookista Per Gram Feses ................................................... Analisis Ekonomi ............................................................................ Histomorfometri Usus .....................................................................
23 24 30 33 35
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 40 LAMPIRAN ............................................................................................... 44
13
DAFTAR TABEL Halaman 1. Hasil penapisan fitokimia temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) ... 23 2. Bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, feed conversion ratio, efisiensi ransum dan persentase karkas pada berbagai penambahan temulawak pada ayam yang diinfeksi E. maxima (35 hari) ................. 24 3. Perkembangan bobot badan mingguan pada berbagai penambahan temulawak pada ayam yang diinfeksi E. maxima ................................ 28 4. Perkembangan pertambahan bobot badan mingguan pada berbagai penambahan temulawak pada ayam yang diinfeksi E. maxima .......... 28 5. Perkembangan Feed convertion Ratio mingguan pada berbagai penambahan temulawak pada ayam yang diinfeksi E. maxima ................................ 28 6. Jumlah ookista per gram feses kelompok perlakuan dari hari ke-5 sampai hari ke-13 setelah infeksi E. maxima dengan pemberian infus dan bubuk temulawak dosis bertingkat ....................................... 31 7. Pendapatan diluar ransum dan bibit (Income Over Feed and Chick Cost /IOFCC) selama penelitian ........................................................ 33 8. Pendapatan kotor per 100 ekor ayam (Sun et al. 2005) kelompok perlakuan yang diinfeksi E maxima dengan pemberian infus dan bubuk temulawak dosis bertingkat ...................................................... 35 9. Histomorfometri kelompok perlakuan ayam yang diinfeksi E maxima dengan pemberian infus dan bubuk temulawak dosis bertingkat ................................................................................... 36
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Ookista E. maxima......................................................................... 4 2. Siklus hidup E. maxima pada ayam............................................... 6 3. Tanaman dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) . 9 4. Pengamatan mikroskop cahaya pada pengukuran histomorfometri vili usus. ............................................................... 21 5. Perkembangan bobot badan mingguan pada berbagai penambahan temulawak pada ayam yang diinfeksi E. maxima .... 29 6. Perkembangan Feed Conversion Ratio mingguan pada berbagai penambahan temulawak pada ayam yang diinfeksi E maxima ..... 30 7. Grafik perkembangan jumlah ookista per gram feses kelompok perlakuan dari hari ke-5 sampai hari ke-13 setelah infeksi E maxima dengan pemberian infus dan bubuk temulawak dosis bertingkat ............................................................................. 32
15
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging yang diinfeksi E maxima......... 44 2. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap feed convertion ratio ayam pedaging yang diinfeksi E maxima................... 45 3. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap efisiensi ransum ayam pedaging yang diinfeksi E maxima ......................... 46 4. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap persentase karkas ayam pedaging yang diinfeksi E maxima ...................... 47 5. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap persentase karkas ayam pedaging minggu ke-3, 4 dan 5 setelah diinfeksi E maxima .................................................................................................... 48 6. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging minggu ke-3, 4 dan 5 setelah diinfeksi E maxima ...................................................................................... 50 7. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap feed convertion ratio ayam pedaging minggu ke-3, 4 dan 5 setelah diinfeksi E maxima .................................................................................................... 52 8. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap tinggi vili usus ayam pedaging yang diinfeksi E maxima ............................. 54 9. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap kedalaman kripta usus ayam pedaging yang diinfeksi E maxima ............... 56 10. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap jumlah vili usus ayam pedaging yang diinfeksi E maxima ........................... 58 11. Analisis Varian dan kelas berganda Duncan penambahan infus dan bubuk temulawak 90, 180 dan 360 mg. kg -1 bobot badan terhadap luas vili usus ayam pedaging yang diinfeksi E maxima ............................... 60
12. Hasil identifikasi tumbuhan .......................................................................... 61