EDAJ 5 (4) (2016)
Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
KETERKAITAN SEKTOR PEREKONOMIAN DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTORAL JAWA TENGAH Rifa Atun Mahmudah1 Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Diterima September 2016 Disetujui Oktober 2016 Dipublikasikan November 2016
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antarsektor, angka pengganda (multiplier) dan peran sektor investasi dalam hal meningkatkan besarnya output dan jumlah tenaga kerja yang dapat terserap pada perekonomian di Provinsi Jawa Tengah.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder. Alat analisis yang digunakan adalah analisis tabel input-output Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 terutama bertumpu pada tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen.Hasil penelitian menunjukanperanan sektor perekonomian berdasarkan hasil analisis keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang dapat dibagi menjadi sektor unggulan, sektor berkembang, sektor potensial dan sektor terbelakang.Sektor dengan angka pengganda output tertinggi adalah sektor industri pengolahan. Sektor dengan angka pengganda tenaga kerja tertinggi adalah sektor pertanian. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa sektor yang menjadi sektor unggulan dan berkembang juga memiliki dampak permintaan akhir investasi terhadap output dan penyerapan tenaga kerja tertinggi yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran; industri pengolahan; dan pertanian. Investasi yang meningkat akan meningkatkan nilai output dan peningkatan output akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Investasi memiliki hubungan positif dengan penyerapan tenaga kerja.
________________ Keywords: Input-Output; Investment; Labor Absorption; Economics Sector ____________________
Abstract ________________________________________________________________ This study aimed to analyze the linkages between sectors, multiplier and the investment sector’s role in increasing the amount of output and the amount of labor that can be absorbed in the economy in the Province of Central Java. This study uses a quantitative approach with secondary data. The analytical tool used is the analysis of input-output tables Province of Central Java in 2013 primarily relies on domestic transactions table on the basis of producer prices. The results showed the role of economy based on the analysis forward linkages and backward linkages can be divided into leading sectors, growing sector, potential sectors and underdeveloped sector. Sectors with the highest output multiplier is the manufacturing sector. Sectors with the highest labor multiplier is the agricultural sector. The results also showed that the sectors which are the leading sectors and also has a growing sectors impact on the highest output and labor absorption of final demand investment, that is trade, hotels and restaurants; processing industry; and agriculture. Increased investment will increase the value of output and an increase in output will increase employment. Investments have a positive relationship with employment.
© 2016 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6765
Alamat korespondensi: Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: :
[email protected]
569
Rifa Atun Mahmudah / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Investasi dipandang sebagai salah satu faktor utama di dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena investasi akan membawa kepada pemanfaatan penuh sumber-sumber daya yang ada dan pada gilirannya akan menghasilkan kenaikan output serta kesempatan kerja. Investasi swasta memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja (Jamaliah, 2016). Perencana Pembangunan sering
menghadapi masalah adanya ketimpangan dalam pembangunan. Salah satu penyebab ketimpangan tersebut adalah penyebaran investasi yang tidak merata baik dalam lingkup regional atau sektoral. Dalam lingkup regional, investasi di Indonesia masih banyak tersebar di Pulau Jawa. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada periode 20102014 terjadi peningkatan sebaran penanaman modal hampir di seluruh wilayah di luar Pulau Jawa. Kontribusi penanaman modal di luar Pulau Jawa meningkat dari rata-rata 23,0% pada periode 2005-2009 menjadi 40,6% pada periode 2010-2014. Hal itu berarti kontribusi penanaman modal di Pulau Jawa dengan persentase 59,4% masih mendominasi di Indonesia. Minat para investor untuk menanamkan modalnya di Pulau Jawa masih tinggi.
Tabel 1. Realisasi Investasi PMDN dan PMA Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2013 Investasi Jumlah Nilai Investasi PMDN PMA Investasi Provinsi (Milyar Rupiah) (Milyar (Milyar Rupiah) Rupiah) DKI Jakarta 5.754,50 35.349,10 41.103,60 Jawa Barat 9.006,10 97.201,40 106.207,50 Jawa Tengah 12.593,60 6.334,20 18.927,80 DI Yogyakarta 283,8 403,8 687,60 Jawa Timur 34.848,90 46.334,00 81.182,90 Banten 4.008,70 50.752,80 54.761,50 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, Data diolah Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa nilai investasi tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat dengan nilai investasi Rp106.207,50 milyar, sedangkan nilai investasi di Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam nilai investasi terendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang lebih besar dibandingkan dengan Provinsi DI Yogyakarta mempunyai
peluang untuk meningkatkan pelayanan dan kemudahan investasi yang lebih besar. Untuk melihat kinerja pembangunan pada urusan penanaman modal di Jawa Tengah dapat digambarkan melalui indikator antara lain jumlah investor Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), persetujuan proyek, nilainya dan realisasi investasi, serta rasio daya serap tenaga kerja.
570
Rifa Atun Mahmudah / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
2000 1500
Jumlah PMA/PMDN
1000 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja
500 0 2010
2011
2012
2013
Sumber : BPMD Provinsi Jawa Tengah, 2015, Data diolah Gambar 1. Perkembangan Jumlah PMA/PMDN dan Rasio Daya Serap Tenaga Kerjadi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2013 Berdasarkan indikator kinerja pembangunan pada urusan penanaman modal khususnya jumlah PMA/PMDN dan rasio daya serap tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2013, maka dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah investasi PMA/PMDN tidak selalu meningkatkan rasio daya serap tenaga kerja, begitupun sebaliknya. Hal ini menunjukan adanya masalah karena seharusnya ketika investasi meningkat maka kesempatan kerja juga akan meningkat sehingga tenaga kerja yang terserap juga akan meningkat. Dengan melihat kondisi tersebut, masalah perekonomian regional dan ketenagakerjaan perlu mendapatkan perhatian dalam perencanaan pembangunan. Penyediaan kesempatan kerja yang luas sangat diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk usia produktif yang masuk ke pasar tenaga kerja. Selain itu, masalah pengangguran akan mengakibatkan masalah sosial lainnya. Sejalan dengan pemikiran di atas, maka sebagai salah satu upaya dalam merencanakan pembangunan diperlukan adanya kajian tentang peranan sektor perekonomian dan pengaruh investasi di dalam struktur perekonomian terutama tentang sektor-sektor dalam investasi sebagai upaya penyerapan tenaga kerja yang akan memegang peranan penting dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dari sumber-sumber terkait.
Data yang digunakan berupa data investasi PMDN dan PMA, data ketenagakerjaan serta data Input-Output Jawa Tengah tahun 2013. Tabel Input Output terutama bertumpu pada data tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Tabel Input-Output Jawa Tengah tahun 2013 merupakan data tahun terakhir yang dipublikasikan dengan klasifikasi 88 sektor ekonomi. Penggunaan tabel analisis inputoutput yang dilakukan pada studi ini berdasarkan klasifikasi 9 sektor hasil agregasi tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen Tabel Input-Output Jawa Tengah Tahun 2013. Instrumen yang dipakai untuk mengolah dan menganalisis data dalam studi ini adalah Microsoft Excel.Sumber data berasal dari instansi-instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah dan Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Provinsi Jawa Tengah.Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis input-output. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Keterkaitan Antar Sektor Dari Indeks Daya Penyebaran (Backward Linkages) dan Indeks Derajat Kepekaan (Forward Linkages) hasil analisis tabel input-output Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 berdasarkan klasifikasi 9 sektor ekonomi, maka sektor-sektor ekonomi Provinsi Jawa Tengah dapat dikelompokan sebagai berikut: Kelompok 1, Sektor Unggulan yaitu sektor-sektor yang mempunyai Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Derajat Kepekaan (IDK) di atas rata-rata (αj>1 dan βi>1) adalah
571
Rifa Atun Mahmudah / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Industri Pengolahan dengan IDP 1,04810 dan IDK 1,81070. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan IDP 1,01493 dan IDK 1,11136. Kelompok 2, Sektor yang mempunyai Indeks Derajat Kepekaan yang tinggi (βi>1) tetapi Indeks Daya Penyebaran rendah (αj<1). Sektor ini menunjukan sektor yang memiliki kepekaan tinggi terhadap perubahan sektorsektor ekonomi lainnya. Sektor yang termasuk dalam kelompok ini adalah Sektor Pertanian dengan IDP 0,89098 dan IDK 1,01212. Kelompok 3, Sektor yang mempunyai Indeks Derajat Kepekaan rendah (βi<1) tetapi Indeks Daya Penyebaran tinggi (αj>1). Sektor ini mempunyai ketergantungan tinggi. Sektor yang termasuk dalam kelompok ini adalah sektor Bangunan dan Sektor Angkutan dan Komunikasi. Sektor Bangunan dengan IDP 1,19614 dan IDK 0,83112. Sektor Angkutan dan Komunikasi dengan IDP 1,17709 dan IDK 0,93492. Kelompok 4, Sektor yang kurang memiliki prospek yaitu sektor-sektor yang mempunyai Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan rendah (di bawah ratarata). Sektor yang termasuk dalam kelompok ini adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan IDP 0,84077 dan IDK 0,74819; sektor listrik, gas dan air bersih dengan IDP 0,96704 dan IDK 0,81836; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan IDP 0,87679 dan IDK 0,87306; sektor jasa-jasa dengan IDP 0,98815 dan IDK 0,86017. Tabel 2. Pengelompokan Jenis Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Indeks Derajat Indeks Kepekaan Derajat tinggi Kepekaan rendah
Indeks Daya Penyebar an tinggi
I. Sektor Unggulan - Industri Pengolahan - Perdagang an, Hotel dan Restoran
Indeks Daya Penyebar an rendah
II. Sektor Berkembang - Pertanian
III. Sektor Potensial - Bangunan - Pengangku tan dan Komunikasi
IV. Sektor Terbelakang - Pertamban gan dan Penggalian - Listrik, Gas dan Air Bersih - Keuangan , Persewaan dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa Sumber: Analisis Tabel I-O Jawa Tengah 2013, diolah Hasil pengelompokan sektor perekonomian berdasarkan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan di atas sesuai dengan teori pertumbuhan jalur cepat yang disinergikan yang menyatakan bahwa setiap negara atau wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Analisis Angka Pengganda Melalui angka pengganda dapat diketahui dampak perubahan sektor tertentu apabila terjadi perubahan permintaan akhir suatu sektor lainnya sehingga dapat diketahui peran suatu sektor terhadap sektor lainnya dalam perekonomian suatu daerah. Dalam penelitian ini, angka pengganda yang dilihat adalah angka pengganda output (output multiplier) dan angka pengganda tenaga kerja (employment multiplier).
572
Rifa Atun Mahmudah / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
Tabel 3. MultiplierOutput Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 Kode 1
Multiplier Output
Sektor Pertanian
2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa Sumber: Analisis Tabel I-O Jawa Tengah 2013, diolah Berdasarkan hasil analisis angka pengganda output tabel input-output tahun 2013, menunjukan sektor industri pengolahan memiliki nilai angka pengganda output tertinggi yaitu 2,58701. Hal ini berarti setiap kenaikan permintaan output sektor industri pengolahan sebesar Rp1 akan berdampak meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan sebesar Rp2,58701. Hasil Analisis angka pengganda tenaga kerja menunjukan bahwa seluruh sektor perekonomian di Jawa Tengah memiliki angka pengganda tenaga kerja di bawah 1 (<1). Sektor pertanian mempunyai nilai multiplier tenaga kerja tertinggi sebesar 0,04751. Hal tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan output sektor pertanian sebesar Rp100 akan menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian sebesar 5 orang. Hal analisis angka pengganda ini sesuai dengan teori konsep multiplier effect yang dikemukakan oleh Tarigan (2002: 139) bahwa multiplier effect terjadi apabila ada satu sektor yang diakibatkan oleh permintaan dari luar wilayah produksinya meningkat karena ada keterkaitan tertentu membuat banyak sektor lain juga akan meningkat produksinya dan akan terjadi beberapa kali putaran pertambahan sehingga total kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan dari luar untuk sektor tersebut.
Multiplier Tenaga Kerja
1,44605
0,04751
1,06896 2,58701 1,16922 1,18745 1,58784 1,33576 1,24738 1,22896
0,00961 0,01480 0,00090 0,01013 0,02753 0,01023 0,01312 0,02666
Analisis Dampak Investasi Terhadap Output dan Tenaga Kerja Penelitian ini menganalisis secara parsial dampak permintaan akhir terhadap output yaitu komponen permintaan akhir investasi PMDN dan PMA terhadap output untuk melihat peran investasi suatu sektor terhadap pembentukan output dan dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral di Provinsi Jawa Tengah. Hasil Analisis dampak menunjukan hasil permintaan akhir investasi terhadap output terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri pengolahan; dan sektor pertanian memiliki nilai dampak output dan penyerapan tenaga kerja tertinggi akibat investasi swasta. Sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai output akibat permintaan akhir investasi sebesar 559.311,735. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan investasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp1 juta, maka output di sektor tersebut akan naik sebesar Rp559.311,735. Begitu pula dengan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. Besarnya kenaikan output akibat investasi di sektor tersebut sebanding dengan nilai dampak permintaan akhir investasi terhadap output di sektor tersebut.
573
Rifa Atun Mahmudah / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
Kode 1
Tabel 4. Dampak Permintaan Akhir Investasi terhadap Output Angka Sektor Investasi Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian 80.559,751 2.647
2 3 4 5 6 7
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa 8 Perusahaan 9 Jasa-jasa Sumber: Analisis Tabel I-O Jawa Tengah 2013, diolah Nilai penyerapan tenaga kerja akibat investasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu 9.699 artinya setiap kenaikan investasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp1 juta akan menyerap tenaga kerja sejumlah 9.699 orang. Begitu pula dengan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. Besarnya penyerapan tenaga kerja akibat investasi di sektor tersebut sebanding dengan nilai dampak permintaan akhir investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi, output dan penyerapan tenaga kerja saling terkait dan mempengaruhi. Investasi yang meningkat akan meningkatkan nilai output dan peningkatan output akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor perekonomian. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang sejenis yang menyatakan bahwa Dampak Permintaan Akhir (Investasi Swasta) memiliki hubungan yang positif terhadap pembentukan output dan penyerapan tenaga kerja (Darwis Amin, 2014). SIMPULAN
1.833,639 529.920,408 21.156,014 16.509,771 559.311,735 49.733,709
16 3.032 16 141 9.699 381
35.580,395
374
74.269,945
1.611
industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi adalah sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi. Kemudian berdasarkan analisis keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang dapat diketahui sektorsektor perekonomian yang termasuk dalam Sektor Unggulan adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor yang mempunyai daya dukung kuat (Sektor Berkembang) adalah Sektor Pertanian. Sektor yang mempunyai ketergantungan tinggi (Sektor Potensial) adalah sektor Bangunan dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Sektor yang kurang memiliki prospek (Sektor Terbelakang) yaitu sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa. Angka pengganda di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan analisis Tabel InputOutput Tahun 2013 menunjukan hasil bahwa sektor industri pengolahan menjadi sektor dengan angka pengganda output tertinggi dan sektor pertanian mempunyai nilai angka pengganda tenaga kerja tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Dampak perubahan nilai output dan dampak penyerapan tenaga kerja berdasarkan analisis Tabel Input-Output Tahun
Keterkaitan antarsektor di Provinsi Jawa Tengah yang dianalisis berdasarkan Tabel Input-Output Tahun 2013 menunjukan hasil bahwa sektor yang memiliki keterkaitan ke depan tinggi adalah sektor pertanian, sektor 574
Rifa Atun Mahmudah / Economics Development Analysis Journal 5 (4) (2016)
2013 di Provinsi Jawa Tengah menunjukan sektor dengan dampak output dan tenaga kerja tertinggi akibat investasi swasta di Provinsi Jawa Tengah adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri pengolahan; dan sektor pertanian. DAFTAR PUSTAKA Amin, Darwis. 2014. Dampak Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Maluku: Analaisis Input-Output. Jurnal Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Ambon. Ambon. Anas, M. (2015). Peranan Sektor Industri Pengolahan dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah dengan Pendekatan Analisis Input Output. Economics Development Analysis Journal, 4(3). doi:10.15294/edaj.v4i3.7807 Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta. As’har, Hikmawan Adi. 2015. Pola Keterkaitan Antar Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja oleh Sektor UMKM di Indonesia. Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya. Malang. Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2015. Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2015-2019. Badan Koordinasi Penanaman Modal. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Badan Pusat Statistik. 2014. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Badan Pusat Statistik. 2008. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Indonesia 2014. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2014. Tabel Input Output Jawa Tengah 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Badan Pusat Statistik. 2008. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Faleiros, João Paulo Martin, et al. 2016. Evaluating the effect of exchange rate and labor productivity on import penetration of Brazilian manufacturing sectors. EconomiA, 17(1), pp.3-22.
Firmansyah. 2006. Operasi Matrix dan Analisis InputOutput untuk Ekonomi-Aplikasi Praktis dengan Microsoft Excel dan MATLAB. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro dan Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi (LSKE) FE-UNDIP. Jamaliah. 2016. The Effect of Investment to Value Added Production, Employment Absorption, Productivity, and Employees’ Economic Welfare in Manufacturing Industry Sector in West Kalimantan Province. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 219, pp.387-393. Jhingan, M.L. 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Junaidi. 2014. Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel. Seri Tutorial Analisis Kuantitatif. Universitas Jambi. Jambi. Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif-Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) STIM YKPN. Marouani, Mohamed A. and Björn Nilsson. 2016. The labor market effects of skill-biased technological change in Malaysia. Economic Modelling, 57, pp.55-75. Pemerintah Provinsi. 2016. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah 2016. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah 20132018. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Setiawan, Achma Hendra. Analisis Penyerpan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Semarang. JEJAK: Jurnal Ekonomi dan Kebijakan, [S.l.], v. 3, n. 1, Dec. 2015. ISSN 2460-5123. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jej ak/article/view/4663. Date accessed: 28 Jun. 2016. Subanti, sri dan Arif Rahman Hakim. 2009. Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara: Pendekatan Sektor Basis dan Analisis Input-Output. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol. 10 No. 1, April 2009. Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Todaro, P. Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
575