1
DISTRIBUTION TARGET STRENGTH IN WATERS BENGKALIS DEMERSAL FISH PROVINCE RIAU By : 1)
Dedi Setiadi Arthur Brown2) and Bustari3) Email :
[email protected] ABSTRACT This study uses data that has been taken in the period from October 31st until 7 November 2013 Bengkalis Bodies housed in Riau Province . This Method is the method of acoustic survey and measurement of environmental parameters at 5 stations that has been set. Distribution of value TS dernersal fish are in the range -70.00 dB to 30.00 dB. The fish demersal dominate in Bengkalis waters are in depth strata 40-50 meters and in the strength of the target range -70.00 dB to 30.00 dB with the highest number of targets on the 2nd leg of the total target of 11 027 targets. Variations in the distribution of the value of TS mengindeksikan that the fish were detected including inshore fish schooling . Bengkalis depth relatively shallow waters led to changes in temperature and salinity distribution of values in each station is not significant. Distribution of temperature and salinity values Bengkalis waters tend to be uniform with an average temperature of 30.16 ° C and an average salinity of 26.2 ppt. Keywords : Distribution, acoustic, target strength. 1) Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Universityof Riau 2) Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty,Universityof Riau
PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Bengkalis memiliki letak yang sangat strategis, berada di tepi alur pelayaran internasional, yang paling sibuk di dunia, yakni selat melaka serta berada di kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Indonesia-malaysia-Singapura (IMTGT) dan kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi IndonesiaMalaysia-Thailand (IMT-GT). Sampai saat ini, penyediaan data potensi sumberdaya ikan secara berkesinambungan masih merupakan permasalahan. Hal ini di sebabkan oleh belum terfokusnya kegiatan survey pengkajian stok ikan secara nasional. Kemudian nelayan tidak mengetahui dengan pasti bagaimana
sebenarnya penyebaran ikan secara spasial dan temporal di dalam perairan sehingga masih tidak dapat menentukan strategi penangkapan yang tepat. Khususnya pada periode musim barat (Septemeber sampai Desember) di mana sering terjadi angin bertiup sangat kuat. Sehingga laut bergelombang kuat, pada kondisi seperti ini nelayan jarang yang pergi melaut. Disamping itu nelayan tidak mengetahui secara pasti di mana keberadaan ikan dan distribusi ikan pada musim barat. Rumusan Masalah Perairan Bengkalis merupakan sumber potensi kekayaan perikanan Indonesia yang menyimpan kekayaan ikan Demersal.
2
Melihat saat ini banyak nelayan yang mengalami penurunan hasil tangkapan dan hampir mengalami overfishing maka sangat di perlukan ketersediaan data dan informasi yang akurat dan terbaru (up to date), terutama untuk sektor kelautan dan perikanan. Pendugaan metode kelimpahan ikan yang di gunakan saat ini belum memberikan hasil yang relative cepat dan akurat. Metode akustik sering di gunakan untuk pendeteksian dan pendugaan stok ikan di perairan, sudah berkembang dengan pesat penggunannyapun semakin meluas seperti untuk studi tingkah laku ikan (migrasi ikan), identifikasi ikan,budidaya ikan. Dengan demikian kelimpahan popoulasi ikan di suatu perairan dapat di kontrol sedini mungkin tanpa merusak ekosisitem perairan. Tujuan dan Manfaat Tujuannya yaitu untuk mengetahui Target strength ikan demersal. Mengetahui distribusi secara vertikal dan horizontal. Melihat pengaruh parameter oseanografi seperti suhu dan salinitas terhadap sebaran ikan demersal di perairan bengkalis. Manfaatnya yaitu Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi pihak terkait dalam meningkatkan pemanfaatan sumberdaya ikan demersal, sehingga kedepannya dapat di kontrol sedini mungkin tanpa merusak ekosisitem perairan. Kemudian Sebagai informasi dasar dalam pendugaan nilai Target strength. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat
Penelitian ini menggunakan data yang telah diambil pada periode bulan Oktober tanggal 31 sampai 7 November 2013 yang bertempat di Perairan Bengkalis Provinsi Riau. Kapal Survei dan Alat Penelitian Kapal yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu kapal perikanan INKA MINA 318. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari : 1. Pc FF80 PC Fishfinder 2. GPS (Global Positioning System) untuk penentu posisi kapal. 3. Refraktometer 4. DO CT 5. Power supply / catu daya Untuk pengolahan data adalah : 1. Laptop 2. MATLABR2010a 3. Microsoft Excel 2007 4. Microsoft Office 2007 5. ODV versi 4.0 6. MapSource 7. Argis10 Metode Perolehan data Metode perolehan data adalah metode survei akustik dan pengukuran parameter lingkungan pada 5 stasiun yang telah di tentukan. Untuk data panjang dan berat ikanikan dasar didapatkan dari tempattempat pendaratan ikan nelayan di teluk pambang dan meskom. . Desain Survei
Desain survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic zigzag transect yang menggambarkan trek survei akustik dan posisi stasiun oseanografi, Pemilihan bentuk systematic zigzag transect ini
3
diharapkan dapat memperoleh data yang cukup banyak dan mewakili seluruh perairan yang disurvei. Data di bagi menjadi 3 leg yaitu leg 1 di mulai dari stasiun 1 sampai dengan stasiun 2, kemudian leg 2 dari stasiun 2 sampai stasiun 3, dan leg 3 di mulai dari stasiun 3 sampai stasiun 5. Dan dapat di lihat pada gambar berikut.
Gambar 1.Alur track akustik dan stasiun Data Akustik Pengambilan data akustik dilakukan dengan menggunakan instrument akustik yaitu PcFF80 PC single beam echosounder. Instrumen digunakan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa. Echosounder tersebut terhubung ke laptop melalui port paralel yang disambungkan terlebih dahulu ke interface RS-232 menggunakan kabel. Kemudian dilakukan pengaturan dan kalibrasi terhadap parameter. GPS merekam data lintang dan bujur stasiun pengamatan. Transduser single beam dioperasikan dengan kondisi kapal dalam keadaan berjalan dengan kecepatan kapal yaitu 4 – 6 knot. Data Oseanografi Parameter oseanografi yang diambil pada penelitian ini adalah data suhu dan salinitas. Data ini diperoleh dengan menggunakan alat DO meter dan Refraktometer yang diukur pada 5 stasiun yang dianggap mewakili daerah penelitian. Data
suhu dan salinitas digunakan untuk mendukung dalam penentuan densitas ikan di perairan tersebut. Sistem Pengolahan Data Dan Analisis Data Hasil dari pengambilan data di dapati tiga jenis data yaitu data akustik, data posisi (lintang dan bujur), dan data oseanografi (suhu dan salinitas). Ketiga data tersebut lalu di olah dengan menggunakan Microsoft excel dan Ocean Data View (ODV) versi 4. Setelah dilakukan pengambilan data akustik, tahap selanjutnya yaitu melakukan pemrosesan data. Data akustik yang diperoleh dari instrumen CruzPro yang masih dalam bentuk data berformat (*.I) Data yang diperoleh selanjutnya disimpan dalam format (*.I). Selain itu digunakan laptop untuk merekam data secara real time, dan juga GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui posisi lintang (latitude) dan bujur (longitude). Pengolahan data akustik pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahap pengerjaan, dimana masing-masing tahap akan saling terkait untuk menghasilkan nilai akhir dari penelitian ini. Data suhu dan salinitas yang di dapat dari DO meter dan refraktometer kemudian diolah dengan menggunakan software Microsoft excel dan software ODV. Pengolahan data oseanografi dilakukan agar diperoleh profil suhu dan salinitas secara vertical dan penyebarannya secara horizontal pada masing – masing stasiun sehingga dapat di ketahui karateristik perairan tersebut. Selanjutnya di lakukan analisa secara deskriptif pengaruh suhu dan salinitas terhadap sebaran target strength (TS) ikan
4
demersal di perairan bengkalis. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Lokasi Penelitian Perairan Bengkalis Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan ada 5 titik stasiun oseanografi. Sedangkan pengumpulan data target strength terus dilakukan sepanjang alur track. Dari hasil survei akustik di ketahui bahwa dasar perairan daerah pesisir bengkalis adalah landai, dasar perairan terdiri atas lumpur dan pasir halus yang sering berpindah-pindah karena terseret arus. Pengamatan oseanografi
Parameter
Suhu Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam pengkajian target strength ikan di lautan, karena suhu akan mempengaruhi kecepatan suara dimana kecepatan suara akan berpengaruh terhadap nilai target strength ikan yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena perubahan nilai suhu walaupun hanya 0,03oC akan berpengaruh pada kehidupan ikan. Suhu bertambah dengan bertambahnya kedalaman, umumnya suhu akan menurun bila kedalaman perairan semakin bertambah. Ikan demersal akan terkonsentrasi di lapisan yang lebih dalam pada waktu suhu permukaan lebih tinggi dari biasanya. Sebaran suhu berkisar antara 29,7 – 30,6oC dengan nilai rata – rata 30,16oC. Sebaran nilai suhu hasil pengamatan di lapangan dapat di lihat pada Gambar.
Gambar 2. sebaran suhu permukaan Dilihat dari Gambar 2 bahwa sebaran nilai suhu di perairan Bengkalis antara 29,7oC sampai 30,6oC, dimana pada stasiun 1 suhunya yaitu 29,5oC kemudian pada stasiun 2 ada peningkatan suhu yaitu 30,2oC, pada stasiun 3 juga hanya mengalami kenaikan sedikit yaitu 30,5oC dan pada stasiun 4 suhunya yaitu 30,6oC lalu pada stasiun 5 pada titik ini ada penurunan suhu yaitu 29,8oC. Perbedaan suhu pada beberapa stasiun perubahannya tidak terlalu jauh. Suhu minimum berada pada stasiun 1 sedangkan suhu maksimum berada pada stasiun4, dengan kisaran suhu yaitu 30.16oC. sebaran suhu yang lebih hangat di perkirakan berasal dari limpasan massa air yang berasal dari daratan pulau Bengkalis. Salinitas Salinitas merupakan faktor oseanografi yang dapat mempengaruhi sebaran organisme di laut. Salinitas dapat mempengaruhi tekanan osmotic tubuh organisme laut termasuk ikan pelagis, sehingga organisme lain akan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan atau mencari daerah lain yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya. Pengaruh salinitas terhadap ikan dewasa sangat kecil karena salinitas di laut relatif stabil yaitu antara 30 psu sampai 36 psu. Sebaran nilai salinitas hasil pengamatan di
5
lapangan dapat di lihat pada Gambar 3.
Gambar 3 sebaran salinitas Permukaan
salinitas maksimum berada pada stasiun 1 dan stasiun 5, dengan rata rata yaitu 26.2 ppt. Salinitas dipengaruhi proses penguapan dan pencampuran yang disebabkan oleh arus maupun oleh kenaikan air, dimana makin tinggi suhu perairan maka akan semakin rendah tingkat salinitas, demikian juga sebaliknya juga sebaliknya. Nilai salinitas yang lebih rendah pada bagian tengah perairan di perkirakan berasal dari limpasan massa air yang berasal dari daratan pulau Bengkalis.
Sebaran nilai target strength ikan Di lihat pada Gambar 3 sebaran demersal salinitas berkisar antara 25 psu sampai 27 ppt, pada stasiun 1 nilai Sebaran nilai target strength ikan salinitasnya yaitu 27 ppt kemudian demersal di perairan bengkalis di pada stasiun 2 salinitasnya yaitu 26 bagi menjadi dua strata kedalaman, ppt. Lalu selanjutnya pada satsiun 3 dengan nilai kedalaman masingdi peroleh nilai salinitas yaitu 25 psu masing 30-40 meter dan 40-50 meter. dan pada stasiun 4 nilai salinitasnya Sebaran nilai TS ikan demersal di yaitu 26 ppt, kemudian pada stasiun perairan ini memilki kisaran nilai TS 5 yaitu 27 ppt. Perbedaan salinitas mulai dari -70 dB sampai -30 dB. pada beberapa stasiun tidak terlalu Sebaran nilai TS setiap strata jauh berbeda, salinitas minimum kedalaman dapat dilihat pada tabel 1 berada pada stasiun 3 sedangkan sebagai berikut . Tabel 1. Sebaran frekuensi Target Strength ikan demersal menurut strata Kedalaman pada leg 1. Srata Kedalaman
TS (dB) -70
-65
-60
-55
-50
-45
-40
-35
-30
total
Layer 1(3040)m
284
186
299
270
353
270
0
0
100
1762
Layer 2(4050)m
586
561
523
1643
2690
1649
0
0
190
7836
Total
870
747
822
1913
3043
1919
0
0
290
9604
6
Gambar 1. Perbandingan jumlah target ikan tunggal (ikan demersal) menurut nilai TS Jumlah individu target yang tertinggi terdapat pada nilai TS -50 pada ke dua strata kedalaman tersebut. Adapun porsinya pada tiap-tiap kedalaman adalah lapisan dasar I 3040 m adalah 353/1782 x 100 % = 20.3 % dan lapisan dasar II 40-50 m adalah 2690/ 7836 x100 %= 34,33 %
atau lebih banyak pada lapisan terdalam. Secara total porsi nilai TS 50 adalah 3043/9604 x 100 % = 32 % . secara umum lapisan terdalam (40-50 m) mengandung jumlah individu Ts yang lebih tinggi yaitu 7836 /9604 x 100% = 82%.
Tabel 2. Sebaran frekuensi Target Strength ikan demersal menurut strata Kedalaman pada leg 2. Srata Kedalaman
TS (dB) -70
-65
-60
-55
-50
-45
-40
-35
-30
total
Layer 1(3040)m
284
386
299
270
364
282
0
0
120
2005
Layer 2(4050)m
686
761
623
1643
3690
1449
0
0
170
9022
Total
970
1147
922
1913
4054
1731
0
0
290
11027
7
Gambar 2. Perbandingan jumlah target ikan tunggal (ikan demersal) menurut nilai TS Pola distribusi target strength ikan tiap-tiap kedalaman, lapisan dasar I demersal pada leg ini 30-40 m adalah 386/2005 x 100 % = memperlihatkan penyebaran ikan 19.25 % dan lapisan dasar II 40-50 pada starata kedalaman 30 – 40 m adalah 3690/ 9022 x100 %= 40,9 meter dan 40 – 50 meter, Jumlah % atau lebih banyak pada lapisan individu target yang tertinggi pada terdalam. Secara total porsi nilai TS srata kedalaman 30-40 m terdapat -65 adalah 1147/11027 x 100 % = pada nilai TS -65 dan pada srata 10,4 % . kemudian secara total porsi kedalaman 40-50 m terdapat pada nilai TS -50 adalah 4054/11027 x nilai TS -50. Adapun porsinya pada 100 % = 36,7 % Tabel 3. Sebaran frekuensi Target Strength ikan demersal menurut strata Kedalaman pada leg 3. Srata Kedalaman
TS (dB) -70
-65
-60
-55
-50
-45
-40
-35
-30
total
Layer 1(3040)m
589
487
399
370
364
282
0
1
90
2582
Layer 2(4050)m
986
861
823
843
690
449
0
5
150
4807
Total
1575
1348
1222
1213
1054
731
0
6
240
7389
8
Gambar 3. Perbandingan jumlah target ikan tunggal (ikan demersal) menurut nilai TS Jumlah individu target yang tertinggi terdapat pada nilai TS -70 pada ke dua strata kedalaman tersebut. Adapun porsinya pada tiap-tiap kedalaman adalah lapisan dasar I 3040 m adalah 589/2582 x 100 % = 22.8 % dan lapisan dasar II 40-50 m adalah 968/ 4807 x100 % = 20,5 % atau lebih banyak pada lapisan dasar I. Secara total porsi nilai TS -70 adalah 1575/7389 x 100 % = 21,3 % . secara umum lapisan terdalam (4050 m) mengandung jumlah individu TS yang lebih tinggi yaitu 4807 /7389 x 100% = 65 %. Dari seluruh target yang terdeteksi di dominasi pada strata kedalaman 40 – 50 meter dikarenakan ikan demersal habitat utamanya berada pada lapisan dekat dasar laut. Pembahasan a. Kedalaman perairan Menurut Nugraheni (2011) mengatakan bahwa Perairan sekitar bengkalis memiliki kedalaman yang berkisar antara 13,98 – 63,48 m. b. Substrat dasar
Ada beberapa tipe substrat dasar dalam penelitian ini yaitu berupa pasir, liat,pasir berlumpur dan liat berpasir. Menurut Nugraheni (2011) mengatakan bahwa perairan sekitar bengkalis memilki 4 tipe substrat yaitu pasir, pasir berlumpur, liat berpasir, dan liat. c. Parameter lingkungan Suhu Berdasarkan data parameter oseanografi suhu perairan bengkalis pada titik stasiun oseanografi berkisar antara 29,7 – 30,6oC dengan nilai rata – rata 30,16oC. Nasution (2008) mengatakan bahwa nilai suhu di bagian permukaan perairan Bengkalis pada bulan Oktober 2008 bervariasi antara 29,7 oC sampai 31,3 o C dan rata – ratanya yaitu 30,3 oC. Syaifuddin (2008) mengatakan bahwa suhu dan salinitas bulanan di perairan bengkalis tidak begitu berfluktuasi, di mana suhu berkisar antara 27 oC - 29 oC, dengan nilai rata-rata 28,08 oC. Hal ini diperkirakan karena pengaruh faktor angin musim yang semakin kuat dan
9
sering bertiup pada bulan november sehingga terjadi pengadukan yang lebih intensif yang melibatkan lebih banyak air dari lapisan kedalaman yang lebih dingin sehingga menghasilkan suhu yang cenderung lebih dingin pada beberapa bagian perairan. Salinitas Berdasarkan data parameter oseanografi sebaran salinitas berkisar antara 25 ppt sampai 27 ppt, dengan rata rata yaitu 26.2 ppt. Menurut Nasution (2008) mengatakan salinitas di bagian permukaan bulan oktober 2008 bervariasi antara 29,1 ppt sampai 29,7 ppt dan rata-ratanya yaitu 29,3 ppt. Menurut Syaifuddin (2008) mengatakan bahwa salinitas bulanan di perairan bengkalis tidak begitu berfluktuasi, di mana salinitas o
berkisar 27 – 29 /oo dengan ratao
rata salinitas antara 27,8 /oo. Perubahan tersebut hanya di sebabkan oleh adanya turun hujan dan kemarau. Pada penelitian ini salinitas berkisar 25-27 o/oo dengan nilai rata-rata 26,2 o/oo Rentang suhu pada penelitian tahun ini lebih rendah hampir dua derajad meskipun perubahan ini tidak terlalu signifikan, namun perubahan ini merupakan hasil dari proses dinamika oseanografis yang lebih intensif karena musim penghujan yang menyebabkan terjadinya pengenceran di dalam perairan. Sebaran target strength secara horizontal Sebaran target strength tertinggi yaitu 11027 di temukan pada leg 2 dengan kandungan tertinggi pada nilai TS -50 atau ikan-ikan berukuran kecil. Tingginya jumlah target yang di temukan pada leg ini secara horizontal di perkirakan dasar ini
menjadi tempat berkumpulnya ikan. Dari data sebaran daerah operasi penangkapan ikan kurau lebih banyak berperan di daerah ini. Sebaran target strength secara vertikal Secara vertikal terdeteksi ikan demersal ini yang terbanyak berada pada lapisan dalam (40-50 m) dengan porsi 77,33 % . dari total ikan yang terdeteksi pada ketiga leg yang dilintasi ini semakin menguatkan dugaan bahwa ikan yang terdeteksi adalah ikan demersal. Hubungan antara nilai TS dengan panjang tubuh ikan Secara umum nilai Target strength mewakili ukuran ikan yang terdapat di dalam perairan yang terdeteksi. Hasil penelitian ini menunjukan nilai Target strength yang didapat sangat bervariasi (-70 sampai -30 dB). Hal ini juga menunjukan beragamnya spesies ikan yang ada di perairan ini, sekaligus fenomena ini merupakan ciri dari perairan pantai yang didominasi adalah ikan-ikan berukuran kecil. Pengkategorian ikan bertujuan untuk klasifikasi ikan ke dalam kelompok tertentu berdasarkan ukuran ikan tersebut. Nilai target strength mempunyai hubungan yang positif dengan ukuran / panjang ikan. Untuk spesies yang sama, umumnya semakin besar ukuran ikan maka nilai target strength juga semakin besar. Dugaan ukuran (panjang) dapat digunakan sebagai faktor skala dalam menentukan densitas dan biomassa ikan yang ada di suatu perairan. Menurut Brown dan Pareng Rengi (2014) Ikan memang masih terdeteksi di sepanjang pesisir perairan Bengkalis mulai dari Pulau Rupat hingga Pulau Bengkalis, akan
10
tetapi hanya terdiri dari ikan berukuran tubuh kecil, sehingga bobot ikan sangat rendah. Hubungan faktor oseanografi terhadap sebaran nilai target strength jenis ikan demersal Nilai target strength ikan demersal yang diperoleh pada penelitian ini menyebar pada -70,00 dB sampai -30,00 dB. Bervariasinya nilai target strength menunjukkan bervariasinya ukuran panjang ikan yaitu mulai dari ukuran 2,51 – 79,34 cm. Hal ini mepresentasikan bahwa Laut bengkalis yang ternasuk perairan tropis di Indonesia memiliki jenis dan ukuran ikan demersal yang sangat bervariasi. Perairan tropis seperti perairan bengkalis juga memiliki karakteristik oseanografi yang turut mempengaruhi sebaran ikan demersal yang berada di dalamnya. Karakteristik oseanografi yang dimaksud meliputi beberapa parameter yaitu suhu dan salinitas. Pada bagian ini akan dijelaskan pengaruh parameter oseanografi tersebut terhadap sebaran nilai target strength ikan demersal. suhu Secara horizontal sebaran suhu yang terdeteksi adalah suhu permukaan dengan kecenderungan adanya sedikit variasi suhu pada bagian pertengahan perairan yang cenderung sedikit lebih hangat. Tingginya nilai suhu pada bagian pertengahan diduga merupakan kontraksi dari limpasan massa air yang datang dari daratan pulau bengkalis. Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme di laut. Menurut
Nybakken (1988), ikan termasuk jenis binatang yang bersifat poikilothemis atau ectothemis, artinya suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Proses metabolisme hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang realtif sempit yaitu 0" - 40" C. Menurut Brown dan Pareng Rengi (2014), Faktor yang mempengaruhi distribusi suhu secara vertikal antara lain variasi jumlah panas yang diserap, pengaruh konvektif kelapisan dalam, konduksi panas dilapisan permukaan, perpindahan massa air oleh arus dan pergerakan vertikal massa air. Hasil pengukuran suhu pada penelitian ini menunjukkan bahwa suhu setiap stasiun tidak mengalami perubahan yang signifikan. Nilai suhu yang diperoleh relatif sama pada setiap stasiun yaitu berada pada kisaran 29,7 oC sampai 30,6 oC dan merupakan kisaran nilai suhu yang optimum untuk ikan bermetabolisme. Kondisi suhu yang relative seragam tersebut menunjukkan tidak adanya pendistribusian ikan demersal secara khusus. Salinitas secara fisiologis, rnempengaruhi kehidupan biota di laut karena memiliki hubungan yang erat dengan penyesuaian tekanan osmotik antara tubuh ikan dengan lingkungan. Menurut Laevestu dan Hayes (1981), ikan cenderung memilih lingkungan dengan kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuh mereka masing-masing. Hasil pengukuran nilai salinitas pada masing-masing stasiun yaitu berada pada kisaran 25 ppt sampai 27 ppt. Dengan nilai salinitas yang cenderung seragam, artinya salinitas tidak berpengaruh terhadap sebaran nilai target strength dan
11
densitas ikan demersal di perairan bengkalis. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sebaran nilai TS ikan dernersal berada pada kisaran -70,00 dB sampai 30,00 dB. lkan demersal yang rnendorninasi di perairan bengkalis berada di strata kedalaman 40 – 50 meter dan di kisaran target strength -70,00 dB sampai -30,00 dB dengan jumlah target terbanyak pada leg 2 dari total keseluruhan target yaitu 11.027 target. Bervariasinya sebaran nilai TS mengindeksikan bahwa ikan-ikan yang terdeteksi termasuk kelompok ikan perairan pantai. Kedalaman perairan bengkalis yang relatif dangkal menyebabkan Perubahan sebaran nilai suhu dan salinitas di setiap stasiun tidak signifikan. Bahkan sebaran nilai suhu dan salinitas perairan bengkalis cenderung seragam dengan suhu rata-rata 30,16 o C dan salinitas rata-rata 26,2 ppt. Saran Penelitian ini masih terdapat kelemahan, yang perlu di lakukan sebagai tindak lanjut dalam penelitian ini adalah : 1. Perlu dilakukan verifikasi ikan untuk mengetahui jenis dan ukuran ikan sehingga dapat di lihat tingkat keakuratan kelimpahan ikan yang terdeteksi dengan menggunakan metode akustik. Seperti penggunaan metode swep area yang menggunakan kapal trawl yang terpisah dari kapal pendeteksi akustik sehingga di dapatkan data yang lebih valid.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan kondisi musim yang berbeda pada perairan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Aoyama, T.1973. The Demersal Fish Stocks and Fisheries of The South China Sea. SCS/EV/73/3, FAO. Rome. Hal. 124-136. Arnaya, I.N. 1991. Dasar – dasar akustik. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institute Pertanian Bogor. Bogor. Burczynski, J. 1979. Introduction to the use of sonar system for estimating fish biomass. FAO Fisheries Technical Paper.No. 191.89 pp. Brown.A. 2000 Zonasi Kelimpahan Sumberdaya Ikan Pelagis dengan Sistem Akustik Bim Terbagi di Selat Sunda. Skripsi (tidak di terbitkan). Fakultas perikanan dan ilmu Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru. Brown,A dan Par eng Rengi, 2014. Pelagic Stock Estimation by using the Hydroacoustic Method in Bengkalis Regency Waters. P. 21-34. Berkala Perikanan Terubuk, Volume 42 No1 Februari 2014. Fakultas Perikaan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Coates, R. F. W. 1990. Underwater Acoustic system. Mac Millan Education, Ltd. 188 p.
12
CruzPro. 2005. CruzPro PC fishfinder for Win98, WinXp, Win2000 & Vista. PcFF80 user‟s manual. Auckland (NZ): Cruzpro Ltd. Dwiponggo, A. Badaruddin, D. Nugroho dan S. Yono. 1989. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Demersal. Jakarta: Dirjen Perikanan, Pustlitbang Oseanologi. Deptan. Ehrenberg, J.E. 1984. A review of in situ target strength estimation technique. Applied physic laboratory. University of Washington. Washington. Foote, K. G. 1987. On Representing the Length Dependence of Acoustic Target Strength of Fish. J. Fish. Res. Board Can., 36(12):1490-6. Gunarso,W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya dengan Alat, metode dan Taktik Penangkapan. Diktat kuliah Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ilo. 2009. Penangkapan Ikan Demersal tetap Dibatasi. http://www.kompas.com. (19 Agustus 2010). Johannesson, K. A. dan Mitson R. B. 1983. Fisheries Acoustic A Practikal Manual for Aquatic Biomass Estimation. FAO. Fisheries Technical Paper 240. FAO. Rome. 249 p. Laevastu, T dan M. L. Hayes. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News Book Ltd. Farnham.
Lurton X. 2002. An Introduction to Underwater Acoustics. Chichester, UK. Praxis Publishing. MacLennan, D.N. and E. J. Simmonds. 1992. Fisheries Acoustic. Chapman & Hall. London.325p. Maclennan, D. N. Dan Simmonds E. J. 2005. Fisheries Acoustic, 2nd Edition. Blackwell Science. Oxford. UK. Nasution, A. 2009. Analisis ekologi ikan kurau, eleutherunema tetradactilum (Shaw, 1804) pada perairan laut bengkalis. Tesis . program studi ilmu kelautan kekhususan ilmu hayati. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan alam. Universitas Indonesia. Nugraheni. A. D. 2011. Hubungan Antara Distribusi Ikan Demersal, Makrozoobenthos, Dan Substrat Di Perairan Selat Malaka. Skripsi. Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Nelwan, A. 2004. Pengembangan Kawasan Perairan Menjadi Daerah Penangkapan Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan Oleh M. Eidman, Koesbiono Dan D.G. Bengen. Gramedia. Jakarta.
13
Pujiyati, S. 2008. Pendekatan Metode Hidroakustik Untuk Melihat Klasifikasi Tipe Substrat Dasar Perairan. Program Pascasarjana,. lnstitut Pertanian Bogor. Bogor (disertasi). Purnama.B. 2000. Pengukuran dan Pendugaan Dorsal Aspect Target Strength Beberapa Ikan Pelagis. Skripsi (tidak di terbitkan). Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Simmonds, J and D,MacLennan. 2005. Fisheries Acoustic. : Theory and Practice.Blackwell Publishing. Oxford.UK. Syaifuddin. 2008. Pendugaan potensi dan pola musim penangkapan ikan kurau (eleutherunema tetradactilum) di sekitar pulau bengkalis. Laporan penelitian. Lembaga penelitian. Universitas Riau. Pekanbaru. Urick RJ. 1983. Principles of Underwater Sound, 3rd ed. New York. Mc-Graw-Hill. Widodo, J. 1992. Prinsip Dasar Hidroakustik Perikanan. Oseana. XVII (3): 83-95. Yahya, M. A., Diniah, S. Pujiyati, S. Effendy, M. Sabri, A. Farhan, Parwinia, dan Rusyadi. 2001. Pemanfaatan Sumber Daya Tuna Cakalang secara Terpadu. Makalah Falsafah Sains. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Ilmu Kelautan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Hal : V.54-58. Uktolseya, p. 1977 Beberapa Parameter Oseanografi dan Peranannya Dalam Perikanan Udang. Makalah pada Seminar
Kedua Perikanan Jakarta 15 hal.
Udang.