941
Unmas Denpasar
DEKOMPOSISI TERMAL PADA BRIKET BIOMASSA KULIT TANDUK KOPI BERBAHAN PEREKAT TEPUNG KANJI Zulkifli, Raudah D3 Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe Email:
[email protected] dan
[email protected] ABSTRAK Penelitian mengenai analisis termal dan dekomposisi sampel briket kulit tanduk kopi selama proses pemanasan telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengamatan dan pengukuran sifat pirolitik briket kulit tanduk kopi yang diberi perekat kanji menggunakan perangkat alat TGA dan DSC sebagai salah satu aplikasi energi bersih di masa yang akan datang.Variabel bebas ukuran partikel: 40 mesh; 60 mesh serta kadar perekat kanji: 8%; 10%; dan 12%. Perkin-Elmer Thermogravimetric Analysis (TGA) digunakan untuk mempelajari dekomposisi sampel briket kulit tanduk kopi yang dipanaskan hingga 600oC. Perkin-Elmer differential scanning calorimetry (DSC) digunakan untuk menguji bubuk briket sejumlah 10 g. Sampel bubuk briket ditempatkan dalam aluminium crucible dengan penutup dan dipanaskan dalam Menara bakar DSC dari 30oC sampai 600oC pada laju pemanasan tetap 20oC per menit menggunakan gas nitrogen (N2) dengan laju alir 50 mL per menit. Hasil penelitian proses pirolisis menunjukkan bahwa hasil uji TGA pada biobriket dengan ukuran partikel 60 mesh dan perekat kanji sebesar 8% memiliki ketahanan panas yang lama dengan penurunan bobot sebesar 0.9789% untuk mencapai temperatur 601,47 0C dengan waktu 1579 detik dan meninggalkan massa residu sebesar 0,0211 %. Hasil uji DSC yaitu semakin besar jumlah perekat maka semakin lama tahap pirolisis akan berlangsung. Perekat 8% memiliki hanya 1 tahap pirolisis menghasilkan nilai ∆H -42.08J/g. Hasil uji DSC pada perekat 12% memiliki tiga tahap pirolisis yaitu pada tahap pertama terjadi pengeringan pada temperatur 0-1000C dan terjadi reaksi eksotermik pada temperatur 97,66 0C dengan ∆H -85,61 J/g. Tahap ke 2 adalah tahap permulaan pemanasan mulai dari temperatur 100-3000C disini terjadi proses pemanasan biomassa dan tahap ke 3 adalah tahap peralihan yaitu mulai temperatur 200-6000C untuk degradasi biomassa. Pada temperatur 302,10 0C terdapat puncak dengan nilai ∆H 41,90 J/g. Sifat bahan bakar padat yang diamati mengindikasikan bahwa briket kulit tanduk kopi dapat dijadikan sumber bahan bakar alternatif. Kata Kunci: briket, dekomposisi, perekat kanji, DSC, TGA ABSTRACT Research on thermal analysis and sample decomposition briquettes during the heating process has been carried out. This study aims to make observations and measurements of properties of pyrolytic briquettes coffee parchment skin by adhesive kanji using the tool TGA and DSC as one of the applications of clean energy in the future. The independent variable particle size: 42/48 mesh; 60/65 mesh and cassava starch content: 8%; 10%; and 12%. Perkin-Elmer Thermogravimetric Analysis (TGA) was used to study the decomposition of samples of coffee parchment skin briquettes heated to 600oC. Perkin-Elmer differential scanning calorimetry (DSC) was used for the amount of 10 g powder briquettes. Briquette powder sample was placed in an aluminum crucible with a lid and heated in fuel DSC Tower of 30oC to 600oC at a heating rate of 20oC per minute fixed using nitrogen gas (N 2) with a flow rate of 50 mL per minute. Results of the study showed that the TGA test results on biobriquettes with 60 mesh particle size and 8% cassava starchas a binding agent has a heat resistance with the weight loss of 0.9789% to reach temperatures of 601.47oC with a time of Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
942
Unmas Denpasar
1579 seconds and residual mass of 0.0211%. The amaunt of Cassava 8% gave only one stage pyrolysis generates value ΔH -42.08J / g. DSC test results on the 12% of cassava starch had three stages, at the first stage pyrolysis, drying process will occurs at temperatures 0-100oC and exothermic reaction occurs at temperatures of 97,66 oC with ΔH -85.61 J / g. Second stage is the preliminary stage ranging from 100-3000C temperature here there is a process of heating the biomass and step 3 is the intermediate stage starting temperature of 200-6000C for biomass degradation. At temperatures of 302.10 0C contained peak value ΔH 41.90 J / g. The nature of the observed indicates that solid fuel briquette from coffee husk can be used as an alternative fuel source. Keywords: briquettes, cassava starch, decomposition, DSC, TGA. PENDAHULUAN Sumber energialternatif dari biomassa yang dihasilkan dari sector tanaman pangan dan sektor perkebunan banyakmendapatkan perhatian para peneliti dalamkurun waktu terakhir. Hal ini disebabkan karena sumber daya energi fosil yang semakin menipis dan harus segera didapatkan sumber energialternatif pengganti. Selain itu tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi juga mengakibatkan konsumsi energi yang juga tinggi. Salah satu limbah biomassa hasil perkebunan yang melimpah di daerah Aceh adalah limbah kulit tanduk kopi. Limbah kulit tanduk kopi layak untuk digunakan sebagai bahan baku alternatif karena mudah dan tidak berkompetisi untuk penggunaan yang lain (Raudah dan Zulkifli, 2015). Sehingga tidak harus dibakar yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah polusi udara dan emisi gas buang. Pembuatan briket dari biomassa tidak terlepas dari proses pirolisis dan densifikasi (Yunardi, dkk,(2011); Fretes,E. F.D, dkk, (2013); Budiyanto, dkk, (2011); Muzi, I dan Mulasari,S.A, (2014)), untuk meningkatkan kekompakan bahan material yang terpisah sehingga dihasilkan bahan bakar padat. Proses pembakaran dikatakan sempurna jika hasil akhir pembakaran berupa abu berwarna keputihan dan seluruh energi di dalam bahan organik dibebaskan ke lingkungan. Namun dalam pengarangan, energi pada bahan akan dibebaskan secara perlahan. Apabila proses pembakaran dihentikan secara tiba-tiba ketika bahan masih membara, bahan tersebut akan menjadi arang yang berwarna kehitaman. Bahan tersebut masih terdapat sisa energi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti memasak, memanggang, dan mengeringkan. Bahan organik yang sudah menjadi arang tersebut akan mengeluarkan sedikit asap dibandingkan dibakar langsung menjadi abu. Lamanya pengarangan ditentukan oleh jumlah atau volume bahan organik, ukuran parsial bahan, kerapatan bahan, tingkat kekeringan bahan, jumlah oksigen yang masuk, dan asap yang keluar dari ruang pembakaran. Abu yang merupakan hasil akhir proses pembakaran tidak memiliki energi lagi. Sementara itu, arang masih memiliki jumlah energi karena belum menjadi abu. Arang itulah yang akan proses menjadi briket. Perekat diperlukan dalampembuatan briket bioarang. Halini karena sifat alami bubuk arang yang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai kebutuhan. Pemilihan jenis perekat sangat
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
943
Unmas Denpasar
berpengaruh terhadap kualitas bioarang. Hal ini disebabkan perekat akan mempengaruhi kalor pada saat pembakaran (Kurniawan, dkk,2008). Penelitian terdahulu pada biomassa yang melalui proses pirolisis difokuskan pada parameter pirolisis menggunakan tehnik termal analisis seperti Differential Scanning Calorimetry (DSC) dan Thermogravimetric Analysis (TGA) (Han. G, dan Wu, Q, (2004); Liu, X, dkk, (2009); Nyakuma, B.B, dkk, (2012); Ozgur, E, dkk, (2012)). Penelitian yang dilakukan oleh Suarez, J. A, dkk, (2003); Okello, C, dkk, (2010), serta Raudah dan Zulkifli, (2015), menunjukkan bahwa kulit tanduk kopi merupakan bahan baku yang sangat potensial bila dimanfaatkan dalam bentuk bahan bakar padat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Raudah dan Zulkifli, (2015), menyatakan bahwa hasil terbaik dari proses pembriketan kulit tanduk kopi dengan menggunakan perekat kanji adalah pada komposisi perekat kanji 8% dan ukuran partikel 57,82 mesh, waktu pirolisis 82,93 menit dengan nilai kalor tertinggi sebesar 5415,06 kal/g dan densitas sebesar 0,77354 g/cm3. Liu, X, dkk, (2009), melakukan penelitian terhadap dekomposisi termal tepung jagung pada berbagai rasio penambahan amilosa/amilopektin. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil pengamatan pada degradasi tahap kedua pada seluruh rasio kandungan amilosa dan amilopektin. Semakin tinggi kandungan air, semakin rendah temperatur dekomposisi tahap kedua. Nyakuma,B. B, dkk (2012) menyatakan bahwa dekomposisi termal briket tandan kosong kelapa sawit dimulai pada temperatur 220oC (dengan laju kehilangan massa pada temperatur 260oC) dan dari analisis DSC diperoleh nilai entalpi dan kapasitas panas spesifik bertutur-turut sebesar 1080 Jg-1 dan 1397 J kg-1 K-1. Ozgur, E, dkk,(2012),yang melakukan penelitian analisis termal DSC dan TGA) pada campuran bahan bakar biomassa dan sisa serpihan minyak. Hasilnya menunjukkan bahwa adanya peningkatan waktu penyalaan pada biomassa dengan berat 10% dan 20% yang dicampurkan pada sisa minyak. Sehingga mampu mengurangi jumlah zat mudah menguap dan memelihara stabilitas penyalaan dan pembakaran. Namun sifat termokimia dan sifat pirolitik bahan bakar padat masih perlu terus dikaji. Penelitian mengenai sifat termokimia bahan bakar kulit tanduk kopi belum sepenuhnya dilaporkan dalam literatur. Oleh karenaitu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengamatan dan pengukuran sifat pirolitik briket kulit tanduk kopi yang diberi perekat kanji menggunakan perangkat alat TGA dan DSC sebagai salah satu aplikasi energi bersih di masa yang akan datang. Dan penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Raudah dan Zulkifli (2015). METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan berupa biomassa limbah kulit tanduk kopi yang diperoleh dari sentra pertanian masyarakat di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, tepung kanji sebagai bahan perekat serta air. Adapun alat yang digunakan untuk pembuatan biobriket dalam penelitian ini yaitu oven, crusher, sieve vibrator, termometer, timbangan, desikator, dan beberapa alat pendukung lain.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
944
Unmas Denpasar
Variabel penelitian diklasifikasikan menjadi variabel tetap, variabel bebas dan variabel terikat. Berat sampel (arang + tepung kanji) 15 g. Limbah kulit tanduk kopi dikeringkan di udara terbuka selama satu minggu. Kemudian dilakukan proses pirolisis di dalam oven selama 100 menit. Kulit tanduk kopi hasil pirolisis dihancurkan menggunakan crusher dan diayak dengan ukuran partikel: 40 mesh, dan 60 mesh serta penambahan perekat kanji: 8%, 10% dan 12%. Perkin-Elmer Thermogravimetric Analysis (TGA) digunakan untuk mempelajari dekomposisi sampel briket kulit tanduk kopi yang dipanaskan hingga 600oC. Perkin-Elmer differential scanning calorimetry (DSC) digunakan untuk menguji bubuk briket sejumlah 10 g. Sampel bubuk briket ditempatkan dalam aluminium crucible dengan penutup dan dipanaskan dalam Menara bakar DSC dari 30oC sampai 600oC pada laju pemanasan tetap 20oC per menit menggunakan gas nitrogen (N2) dengan laju alir 50 mL per menit. Perubahan yang terjadi selama analisis DSC berlangsung dapat dilihat melalui kurva yang diperoleh pada termal analisis. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Termogravimetric Analysis ( TGA) Analisa degradasi termal dilakukan untuk mengetahui penurunan bobot massa dari sampel selama kenaikan suhu (dengan laju tetap). Karena itu dengan analisis ini dapat diperoleh informasi kenaikan bobot karena penguapan, dekomposisi, atau mungkin pertambahan bobot karena pengikatan molekul gas dari atmosfer (Wirjosentono, 1995). Temperatur yang digunakan pada pengujian ini mencapai 6000C. Hasil penurunan bobot pada sampel dengan ukuran partikel 60 mesh dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Grafik penurunan massa biobriket berdasarkan kenaikan temperatur pada biobriket ukuran partikel 60 mesh dengan ( )8%, ( )10% dan ( )12% perekat kanji. Gambar 1. menunjukkan perubahan berat yang menunjukkan bahwa biobriket dengan jumlah perekat 8% mulai terdekomposisi pada suhu 285 oC. Kehilangan berat merupakan fungsi temperatur. Pada kurva ini terdapat dua puncak yang diperoleh dari kurva termogravimetri yang dihasilkan dari penelitian. Puncak yang pertama berkisar pada suhu 270-310oC dan puncak yang kedua berkisar antara suhu 385-410oC, sedangkan pada jumlah perekat 10% menunjukkan bahwa biobriket mulai terdekomposisi pada suhu 295 oC, dan juga Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
945
Unmas Denpasar
terdapat dua puncak. Puncak yang pertama berkisar pada suhu 280-310oC dan puncak yang kedua berkisar antara suhu 395-420oC, dan pada jumlah perekat 12% menunjukkan bahwa biobriket mulai terdekomposisi pada suhu 305 oC. Pada kurva ini juga terdapat dua puncak yang diperoleh dari kurva termogravimetri yang dihasilkan dari penelitian. Puncak yang pertama berkisar pada suhu 295-325oC dan puncak yang kedua berkisar antara suhu 390410oC. Pengujian pada temperatur 600 0C sampel dengan ukuran partikel 60 mesh dengan jumlah perekat 8% terjadi penurunan bobot sebesar 0.9789% untuk mencapai temperatur 601,47 0C dengan waktu 1579 detik dan meninggalkan massa residu sebesar 0,0211 %. Sedangkan pada sampel dengan konsentrasi perekat 10% terjadi penurunan bobot sebesar 0,9882 % untuk mencapai temperatur 601,35 0C dengan waktu 1582 detik dan meninggalkan massa residu sebesar 0,0118% . Dan pada sampel dengan jumlah perekat 12% terjadi penurunan bobot sebesar 0,9891% untuk mencapai temperatur 601,48 0C dengan waktu 1584 detik dan meninggalkan massa residu sebesar 0,0105% Dengan residu sebesar itu dibandingkan dengan briket yang lain, briket dengan jumlah perekat 8% memiliki ketahanan panas yang lama, namun briket yang memiliki kualitas terbaik adalah briket yang lebih cepat menyala dan sedikit sisa. dan itu dimiliki oleh briket dengan perekat 10% dan 12%, hal ini disebabkan karena perekat kanji memiliki nilai karbon yang baik untuk pembakaran.
Gambar 2. Grafik perbandingan penurunan massa biobriket berdasarkan kenaikan temperatur antara biobriket ( ) ukuran partikel 40 mesh dengan ( ) ukuran partikel 60 mesh dengan jumlah perekat 8%. Gambar 2. menunjukkan perubahan berat yang menunjukkan bahwa pada ukuranpartikel 40 mesh biobriket mulai terdekomposisi pada suhu yang sama yaitu 300 oC. Pada kurva ini terdapat dua puncak yang hampir sama diperoleh dari kurva termogravimetri yang dihasilkan dari penelitian. Puncak yang pertama pada ukuran partikel 40 mesh berkisar pada suhu 270-310oC dan puncak yang kedua berkisar antara suhu 385-410oC. Sedangkan pada ukuran partikel 60 mesh terdapat puncak yang pertama berkisar pada suhu 290-310oC dan puncak yang kedua berkisar antara suhu 400-420oC. Perbedaan pada kedua kurva ini adalah masa residu, pada sampel ukuran partikel 40 mesh meninggalkan massa residu sebesar 0,0211 %. Sedangkan pada sampel dengan ukuran partikel 60 mesh dengan jumlahperekat 8% terjadi penurunan bobot sebesar 0.9815% untuk Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
946
Unmas Denpasar
mencapai temperatur 601,34 0C dengan waktu 1580 detik dan meninggalkan massa residu sebesar 0,0185%. Analisa Differensial Scanning Calorimetry (DSC) Differential Scanning Calorimetry (DSC) merupakan suatu teknik analisis termal dimana perbedaan pada aliran panas atau daya panas pada sampel dan standar (referensi) dipantau terhadap waktu atau temperatur, sedangkan pada sampel dengan atmosfer telah diprogram. Dengan melakukan analisa ini diharapkan dapat mengukur perubahan dalam perbedaan laju heat flow ke material (sampel) dan untuk referensi material ketika mereka menjadi subjek sebuah program controlled temperature. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 berikut ini:
Gambar 3. Grafik perubahan dalam perbedaan heat flow pada biobriket 40 meshdengan ( )8%, ( )12% perekat kanji. Dari grafik hasil analisa DSC pada Gambar 3 dapat dilihat pada perekat 8% bahwa pirolisis hanya terjadi terjadi pada 1 tahap yaitu pada tahap pengeringan dimana hanya terjadi pada temperatur dari 0 -1000C. nilai ∆H -62.86J/g karena disini terjadi reaksi eksotermik dimana pada temperatur 95,91 0C terjadi pelepasan energi. Sedangkan pada sampel dengan12% perekat terjadi pirolisis dalam beberapa tahap, pada tahap pertama terjadi pengeringan pada temperatur 0-1000C dan terjadi reaksi eksotermik pada temperatur 90,82 0C dengan ∆H -87,24 J/g. Sebagaimana hasil yang diperoleh oleh Nyakuma, B.B, dkk, (2012), pada briket tandan kosong kelapa sawit bahwa tahap 1 pengeringan terjadi pada temperatur 58oC sampai 140oC dimana seluruh kandungan air telah hilang karena proses penguapan. Menurut Basu (2010), bahwa proses pirolisis terjadi empat tahapan proses yaitu: 1. Tahap pengeringan (100oC) 2. Tahap permulaan (100-300oC) untuk pemanasan biomassa 3. Tahap lanjutan (200-600oC) untuk degradasi biomassa dan agregasi arang 4. Tahap akhir (diatas 300oC) untuk pemisahan zat mudah menguap sekunder dan gas yang tidak terkondensasi. Tahap ke dua adalah tahap pendahuluan mulai dari temperatur 100-3000C disini terjadi proses pemanasan biomassa dan tahap ke tiga adalah tahap peralihan yaitu mulai Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
947
Unmas Denpasar
temperatur 200-6000C untuk degradasi biomassa. Pada temperatur 307,45 0C terdapat puncak dengan nilai ∆H 28,98 J/g. Selama tahap kedua pemanasan dan lanjutan (200-600oC), kurva terus naik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kehilangan berat yang signifikan dari briket kulit tanduk kopi untuk semua ukuran mesh.
Gambar 4. Grafik perubahan dalam perbedaan heat flow pada biobriket ukuran partikel 60 meshdengan ( )8%, ( )12% perekat kanji. Dari grafik hasil analisa DSC pada Gambar 4 yaitu biobriket ukuran partikel 60 mesh dapat dilihat pada perekat 8% bahwa pirolisis hanya terjadi pada 1 tahap yaitu pada tahap pengeringan dimana hanya terjadi pada temperatur dari 0 -1000C. nilai ∆H -42.08J/g dikarenakan disini terjadi reaksi eksotermik dimana pada temperatur 93,53 0C terjadi pelepasan energi. Sedangkan pada sampel dengan12% perekat kanji terjadi pirolisis dalam beberapa tahap, pada tahap pertama terjadi pengeringan pada temperatur 0-1000C dan terjadi reaksi eksotermik pada temperatur 97,66 0C dengan ∆H -85,61 J/g. tahap ke 2 adalah tahap permulaan pemanasan mulai dari temperatur 100-3000C disini terjadi proses pemanasan biomassa dan tahap ke 3 adalah tahap peralihan yaitu mulai temperatur 200-6000C untuk degradasi biomassa. Pada temperatur 302,10 0Cterdapat puncak dengan nilai ∆H 41,90 J/g. SIMPULAN Dari hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil uji TGA pada biobriket dengan pada ukuran partikel 60 mesh dan perekat kanji sebesar 8% memiliki ketahanan panas yang lama dengan penurunan bobot sebesar 0.9789% untuk mencapai temperatur 601,47 0C dengan waktu 1579 detik dan meninggalkan massa residu sebesar 0,0211 %. 2. Hasil uji DSC yaitu semakin besar jumlah perekat maka semakin lama tahap pirolisis akan berlangsung. Perekat kanji 8% memiliki hanya 1 tahap pirolisis menghasilkan nilai ∆H -42.08J/g. 3. Hasil uji DSC pada perekat 12% memiliki tiga tahap pirolisis yaitu pada tahap pertama terjadi pengeringan pada temperatur 0-1000C dan terjadi reaksi eksotermik pada temperatur 97,66 0C dengan ∆H -85,61 J/g. tahap ke 2 adalah tahap pendahuluan mulai dari temperatur 100-3000C disini terjadi proses pemanasan biomassa dan tahap ke 3 adalah tahap peralihan yaitu mulai temperatur 200-6000C untuk degradasi biomassa. Pada temperatur 302,10 0Cterdapat puncak dengan nilai ∆H 41,90 J/g. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
948
Unmas Denpasar
4. Sifat bahan bakar padat yang diamati mengindikasikan bahwa briket kulit tanduk kopi dapat dijadikan sumber bahan bakar alternatif. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Direktur DP2M Dikti beserta staf, Ketua Unit P2M PNL beserta staf, kedua UKM Mitra beserta karyawan, para tim monitoring dan evaluasi dari DP2M Dikti dan P2M PNL atas segala sumbangan pemikiran dan evaluasinya sehingga program HIBER pada tahun I (2015) dapat berhasil dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Basu, P, (2010), Biomass Gasification and Pyrolysis: Practical Design and Theory. Academic Press, New York, USA., ISBN-13:9780123749888, hal:376. Budiyanto, Imam, P., Marbun, Y. A, (2011), Kelayakan Teknis dan Finansial Pembuatan Biobriket dari Limbah Padat Kelapa Sawit dengan Metode Pengarangan. Jurnal Agroindustri, ISSN: 2088-5369, vol. 1, No. 1. Fretes, E.F.D, Wardana, ING, Sasongko, M.N, (2013), Karakteristik Pembakaran dan Sifat Fisik Briket Ampas Empulur Sagu Untuk Berbagai Bentuk dan Prosentase Perekat. Jurnal Rekayasa Mesin. Vol.4 No.2. Han, G dan Wu, Q., (2004), Comparative Properties of Sugarcane Rind and Wood Strands for Strucural Composite Manufacturing, Forest Products Journal. Kurniawan, Oswan., dan Marsono. (2008). Superkarbon; Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah Dan Gas. Jakarta: Penebar Swadaya. Liu, X., Yu, L., Liu, H., Chen, L., Li, L., (2009), Thermal Decomposition of Corn Starch with Different Amylose/Amylopectin Ratios in Open and Sealed Systems. Cereal Chemistry; Jul/Aug 2009; 86,4; Proquest hal: 383. Muzi, I., Mulasari, S. A, (2014), Perbedaan Konsentrasi Perekat Antara Briket Bioarang Tandan Kosong Sawit dengan Briket Bioarang Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Didih Air. Jurnal KESMAS, ISSN: 1978-0575.vol. 8, No.1 Maret 2014 Nyakuma, B.B., Johari, A., Ahmad, A., (2012), Analysis of The Pyrolitic Fuel Properties of Empty Fruit Bunch Briquettes, Journal of Applied Sceinces 12 (24): 2527-2533. Okello, Collins., Levi Lukoda Kasisira & Mackay Okure. (2010). Optimising Densification Condition Of Coffee Husks Briquettes Using Response Surface Methodology. Second International Conference On Advances In Engineering And Technology. Ozgur,E., Miller, S.F., Miller, B. G., Kok, M.V, (2012), Thermal Analysis of Co-Firing of Oil Shale and Biomass Fuels, Estonian Academy Publihers vol. 29, No. 2, pp. 190-201. Raudah dan Zulkifli, (2015), Response Surface Methodology Approach to Optimizing Process Variables for the Densification of Coffee Husks Briquettes. Proceedings of The 1th Almuslim International Conference on Science, Technology and Society (AICSTS) 2015November 7-8, 2015, Bireuen, Indonesia. Suarez, JA., and Pedro Anibal Beaton. (2003). Coffee Husk Briquettes: A New RenewableEnergy Source. Energy Sources, 25:961–967, Copyright © Taylor & Francis Inc. ISSN: 0090-8312 print/1521-0510 online DOI: 10.1080/00908310390232415. Yunardi., Zulkifli dan Masrianto. (2011). Response Surface Methodology Approach to Optimizing Process Variables For the Densification of Rice Straw as a Rural Alternative Solid Fuels . Journal ofApplied Science 11 (7): 1192-1198, ISSN 18125654/DOI:10.3923/jas.2011.1192.1198.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016