DEFINISI DAN KLASIFIKASI PATIENT SAFETY
PENDAHULUAN Sejak tahun 1700an, para ahli telah berusaha mengklasifikasikan berbagai jenis penyakit, dan terdapat beberapa klasifikasi penyakit yang berbeda. Pada tahun 1837, William Farr, ahli statistika kesehatan pertama, mengungkapkan pentingnya penggunaan klasifikasi penyakit yang seragam. Usulannya ini baru dilaksanakan pada tahun 1853, dengan dibuatnya klasifikasi penyakit yang menyebabkan kematian yang menjadi cikal bakal dari International Classification of Diseases (ICD) yang sekarang digunakan diseluruh dunia. Lebih dari 150 tahun kemudian, masalah klasifikasi ini terulang lagi dalam dunia patient safety. Selama 10 tahun terakhir, jumlah penelitian dan program patient safety di dunia telah meningkat drastis. Berbagai klasifikasi yang berkaitan dengan patient safety telah dibuat di berbagai belahan dunia, dengan menggunakan model, konsep, istilah, definisi, dan tujuan yang berbeda pula. Akibatnya, penelitian-penelitian patient safety dari berbagai belahan dunia ini tidak bisa dikomparasikan begitu saja karena masih banyak istilah-istilah patient safety yang diterjemahkan secara berbeda, tergantung dari pemahaman penelitinya yang akibatnya menimbulkan ambiguitas. [1] Hal ini mendorong WHO World Alliance for Patient Safety untuk menyusun satu kerangka konsep International Classification for Patient Safety (ICPS). Tujuannya adalah untuk mengkategorikan informasi-informasi yang didapatkan dalam konteks patient safety kedalam satu set konsep standar yang sudah disepakati definisi dan istilah-istilahnya. [2]
PENYUSUNAN KLASIFIKASI PATIENT SAFETY World Health Assembly ke-55, pada bulan Mei 2002, mengeluarkan resolusi WHO55.18 yang isinya meminta semua negara-negara anggota untuk memprioritaskan masalah patient safety dan membentuk dan memperkuat sistek kesehatan yang berbasis sains yang diperlukan untuk meningkatkan patient safety dan kualitas pelayanan kesehatan.[3] World Health Assembly meminta WHO untuk menyusun norma global dan standard untuk mendukung usaha-negara anggota dalam menyusun kebijakan dan program kesehatan yang terkait dengan patient safety. Pada bulan Oktober 2004, WHO melaunching World Alliance for Patient Safety. Salah satu proyek prioritas dari organisasi ini adalah untuk menyusun International Classification for Patient Safety (ICPS). Sebelum proses penyusunan kerangka konsep patient safety dimulai, ditetapkan dahulu prinsip-prinsip penyusunannya, antara lain: a. Tujuan, manfaat dan siapa yang akan memakai klasifikasi ini harus didefinisikan dengan jelas; b. klasifikasi harus berdasarkan konsep-konsep, dan bukannya istilah atau label; c. bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan konsep harus bisa diterima oleh penggunanya; d. konsep harus diorganisasi menjadi kategori-kategori yang berarti dan bermanfaat; e. kategori harus bisa diaplikasikan di semua setting pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang,
transisional, dan negara maju; f. klasifikasi tersebut harus menjadi pelengkap dari WHO Family of International Classifications; g. klasifikasi patient safety yang sudah ada harus digunakan sebagai dasar dari penyusunan kerangka konsep klasifikasi internasional; dan h. kerangka konsep yang disusun tersebut harus menjadi konversi dari berbagai persepsi internasional terhadap isu-isu utama patient safety. ICPS dibuat untuk mendefinisikan dan mengharmonisasikan konsep-konsep patient safety dengan definisi yang telah disepakati bersama dan dilabel dengan istilah-istilah yang sesuai sehingga bisa menjadi klasifikasi internasional yang kondusif untuk pembelajaran dan pengembangan patient safety tanpa dibatasi ruang dan waktu.[4]
KERANGKA KONSEP INTERNATIONAL CLASSIFICATION FOR PATIENT SAFETY[5] Kerangka konsep klasifikasi patient safety tersusun dari 10 kelas, yaitu jenis insiden, patient outcomes, karakteristik pasien, karakteristik insiden, faktor-faktor pendukung, organizational outcomes, deteksi, faktor mitigasi, ameliorating actions, dan intervensi untuk mengurangi resiko. Masing-masing kelas memiliki subdivisi (lihat gambar 1).
Gambar 1. Kerangka konsep klasifikasi patient safety
Jenis insiden adalah istilah untuk mendeskripsikan kategori insiden dengan penyebab yang serupa atau saling berhubungan, misalnya insiden pemberian obat, insiden pemberian cairan IV, insiden prosedur operasi tertentu. Masing-masing jenis insiden mempunyai konsep yang berbeda-beda, dan insiden patient safety bisa terdiri dari beberapa jenis insiden yang berbeda.
Patient outcomes didefinisikan sebagai akibat dari insiden, sepenuhnya atau sebagian, yang diderita pasien. Patient outcomes bisa deklasifikasikan menurut jenis ancaman, tingkat ancaman, dan impact sosial dan atau ekonomi. Karakteristik pasien mengkategorikan pasien berdasarkan demografi pasien, alasan mencari pengobatan, dan diagnosis primernya. Karakteristik insiden mengklasifikasikan situasi ketika insiden terjadi, seperti kapan, dimana, siapa yang terlibat, dan siapa yang melaporkan.
Gambar 2. Jenis insiden dan patient outcomes
Faktor pendukung terjadinya insiden adalah suatu situasi, tindakan atau pengaruh yang dianggap memainkan peran dalam terjadinya insiden atau meningkatkan resiko terjadinya insiden. Contohnya faktor manusia seperti perilaku, performa, komunikasi; faktor sistem seperti lingkungan kerja, dan faktor eksternal yang diluar kontrol organisasi seperti lingkunan alam, dan kebijakan legislatif. Biasanya ada lebih dari satu faktor pendukung yang terlibat dalam terjadinya satu insiden patient safety.
Organizational outcomes merujuk pada dampak insiden terhadap organisasi secara keseluruhan atau sebagian. Contoh organizational outcomes yang berdampak langsung pada organisasi misalnya peningkatan pemakaian resources untuk perawatan pasien, perhatian dari media massa, tuntutan hukum, dll.
Gambar 3. Karakteristik pasien, karakteristik insiden, faktor-faktor kontribusi dan organizational outcomes. Insiden atau situasi yang sama bisa dianggap sebagai faktor pendukung, tergantung pada konteks, situasi atau outcomenya. Suatu insiden selalu memiliki faktor pendukung, tetapi suatu insiden juga bisa menjadi faktor pendukung untuk terjadinya insiden yang lain, tetapi faktor pendukung tidak bisa berdiri sendiri untuk menjadi insiden. Misalnya seorang pasien atrial fibrilasi yang mendapatkan warfarin pergi ke kamar mandi pada malam hari, kemudian terpeleset dan jatuh tetapi tidak mengakibatkan masalah berarti, maka insiden ini dianggap sebagai insiden yang tidak membahayakan, tipe insidennya dikategorikan sebagai insiden pasien jatuh. Tetapi jika pasien ini diketemukan esok harinya tidak sadarkan diri dilantai, maka insiden ini dianggap sebagai insiden yang membahayakan (adverse event) dan jenis insidennya dikategorikan sebagai insiden manajemen klinik. Jatuhnya pasien bisa dianggap sebagai faktor pendukung yang
melibatkan faktor manusia organisasi/pelayanan.
(staf),
faktor
lingkungan
kerja,
dan
faktor
Gambar 4. Deteksi, faktor mitigasi, ameliorating actions dan aksi yang dilakukan untuk mengurangi resiko. Kelas deteksi, faktor mitigasi, ameliorating actions dan usaha-usaha untuk mengurangi resiko merupakan kumpulan informasi-informasi yang terkait dengan pencegahan, insiden recovery, dan system resilience. Deteksi dan mitigasi insiden merupakan bagian dari insiden recovery (pencegahan sekunder) yaitu suatu proses dimana faktor-faktor pendukung dan atau ancaman berhasil diidentifikasi, dipahami, dan ditangani sehingga insiden patient safety yang disebabkan oleh ancaman dan faktor pendukung tersebut bisa dicegah. Insiden recovery dan resilience (dalam konteks patient safety, resilience adalah tahap dimana suatu sistem terus menerus berusaha mencegah, mendeteksi, memitigasi dan mengameliorasi ancaman atau insiden patient safety, sehingga organisasi tersebut bisa kembali menjalankan tugas utamanya, dalam hal ini pelayanan pasien).
Deteksi didefinisikan sebagai tindakan atau situasi yang berakhir dengan ditemukannya insiden. Misalnya suatu insiden bisa ditemukan dengan melihat perubahan pada status pasien melalui monitor, alarm, audit, review, atau risk assessment. Faktor mitigasi adalah tindakan atau situasi yang bisa mencegah atau menghambat kemampuan insiden mencederai pasien. Faktor mitigasi dirancang untuk meminimalkan efek insiden pada pasien setelah terjadinya error dan dapat mencetuskan damage control mechanism. Jika insiden tetap terjadi, maka dapat dilakukan tindakan ameliorasi (ameliorating actions). Ameliorating actions merupakan pencegahan tersier, yaitu tindakan yang diambil untuk mengkompensasi atau memperbaiki akibat dari insiden. Tindakan ameliorasi bisa dilakukan pada pasien, misalnya dengan meminta maaf, dan memberikan perawatan medis untuk mengatasi akibat dari insiden. Tindakan ameliorasi juga bisa ditujukan pada organisasi, yaitu dengan melakukan perubahan budaya patient safety, staff debriefing, dll). Tindakan yang diambil untuk mengurangi resiko adalah tindakan yang diambil untuk mengurangi, mengelola dan mengontrol resiko yang bisa menyebabkan insiden. Tindakan ini juga merupakan hasil pembelajaran dari semua kelas diatas dan bertujuan untuk memperbaiki sistem pelayanan kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien. Tindakan ini bisa ditujukan pada 1) pasien, bisa dalam bentuk penyediaan pelayanan kesehatan yang adekuat, 2) staf, bisa dalam bentuk training, penyediaan protokol penatalaksanaan penyakit, 3) organisasi, bisa dalam bentuk proactive risk assessment, peningkatan kualitas leadership, dan 4) peralatan medis dan therapeutic agents.
KONSEP-KONSEP UTAMA DAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN[5] 1. Klasifikasi (classification): pembagian konsep menjadi kelas-kelas dan subdivisinya yang dihubungkan sehingga bisa ditunjukkan hubungan semantik antara konsepkelas dan subdivisinya. 2. Konsep (concept): bentuk nyata dari ide 3. Kelas (class): kelompok dari beberapa hal yang serupa 4. Hubungan semantik (semantic relationship): hubungan dimana beberapa hal (misalnya kelas dan konsep) saling terkait antara satu dengan yang lain berdasarkan maknanya. 5. Pasien (patient): seseorang yang mendapatkan pelayanan kesehatan 6. Pelayanan kesehatan (health care): pelayanan yang diterima seseorang atau komunitas untuk mempromosikan, mempertahankan, memonitor, atau memulihkan kesehatannya. 7. Kesehatan (health): Kondisi fisik, mental dan sosial yang sehat, dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan fisik dan mental saja. 8. Keamanan (safety): berkurangnya resiko kecelakaan (harm) yang tidak seharusnya terjadi sampai ke batas minimal 9. Ancaman (hazard): keadaan, agen atau tindakan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan (harm) 10. Situasi (circumstances): situasi atau faktor yang mempengaruhi suatu event, agen atau individu. 11. Event: sesuatu yang terjadi pada pasien atau melibatkan pasien
12. Agent: substansi, objek atau sistem yang menyebabkan perubahan 13. Patient safety: berkurangnya resiko kecelakaan yang tidak seharusnya terjadi, yang diakibatkan pelayanan kesehatan sampai ke batas minimal yang bisa diterima. 14. Kecelakaan yang terkait pelayanan kesehatan (healthcare-associated harm): kecelakaan yang disebabkan oleh atau berhubungan dengan rencana atau tindakan yang dilakukan selama pemberian pelayanan kesehatan, yang bukan disebabkan penyakit atau trauma. 15. Insiden patient safety (patient safety incident): suatu event atau situasi yang bisa menyebabkan atau telah menyebabkan kecelakaan pada pasien yang tidak seharusnya terjadi. 16. Error: kegagalan to melaksanakan rencana tindakan seperti yang diharapkan atau melaksanakan rencana tindakan yang salah. 17. Pelanggaran (violation): penyimpangan terhadap operating procedure atau standard atau aturan yang disengaja. 18. Resiko (risk): kemungkinan insiden bisa terjadi 19. Situasi yang bisa dilaporkan (reportable circumstances): situasi dimana terdapat potensi terjadinya kecelakaan yang signifikan, tetapi tidak ada insiden yang terjadi. 20. Near miss: suatu insiden yang hampir terjadi 21. Insiden yang tidak menyebabkan kecelakaan (no harm incident): suatu insiden yang terjadi pada pasien tetapi tidak ada kecelakaan yang terjadi. 22. Insiden yang menyebabkan kecelakaan (harmful incident/adverse events): suatu incident yang menyebabkan kecelakaan pada pasien. 23. Kecelakaan (harm): gangguan pada struktur atau fungsi tubuh dan/atau efek yang diakibatkannya. Termasuk dalam definisi harm: penyakit, cedera (injury), kesakitan, kecacatan, dan kematian. 24. Penyakit (disease): disfungsi fisiologis atau psikologis 25. Cedera (injury): kerusakan pada jaringan yang disebabkan agent atau event. 26. Kesakitan (suffering): pengalaman subyektif yang tidak menyenangkan 27. Kecacatan (disability): gangguan pada struktur dan fungsi tubuh, keterbatasan aktivitas dan/atau keterbatasan partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan akibat kecelakaan (harm) 28. Faktor pendukung (contributing factors): situasi, tindakan atau pengaruh yang dianggap memainkan peran dalam terjadinya insiden atau meningkatkan resiko terjadinya insiden. 29. Jenis insiden (incident type): istilah descriptive untuk kategori yang tersusun dari insiden-insiden yang memiliki penyebab yang serupa. 30. Karakteristik pasien (patient characteristics): atribut-atribut pasien 31. Atribut (attributes): kualitas, properti atau fitur seseorang atau sesuatu 32. Karakteristik insiden (incident characteristics): atribut-atribut insiden 33. Reaksi yang tidak diharapkan (adverse reaction): kecelakaan yang tidak diharapkan yang terjadi akibat tindakan yang sudah dijustifikasi (dibenarkan) dimana prosesnya sudah mengikuti proses yang tepat untuk konteks dimana event terjadi. 34. Efek samping (side effects): Efek yang sudah diketahui sebelumnya, selain efek utama yang diharapkan, yang berhubungan dengan properti obat. 35. Bisa dicegah (preventable): diterima oleh masyarakat sebagai sesuatu yang dapat dicegah dalam situasi tertentu. 36. Deteksi (detection): suatu tindakan atau situasi yang mengakibatkan penemuan insiden 37. Faktor mitigasi (mitigating factors): suatu tindakan atau situasi yang dapat mencegah atau menghambat insiden menyebabkan kecelakaan pada pasien.
38. Patient outcomes: akibat yang dialami pasien yang sepenuhnya atau sebagian diakibatkan oleh insiden 39. Derajat kecelakaan (degree of harm): berat dan lama kecelakaan, dan implikasi pengobatan yang diakibatkan insiden. 40. Organizational outcome: akibat terhadap organisasi yang sepenuhnya atau sebagian disebabkan oleh insiden. 41. Tindakan ameliorasi (ameliorating actions): tindakan atau situasi yang dilakukan untuk memperbaiki atau mengkompensasi akibat dari kecelakaan 42. Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi resiko (actions taken to reduce risk): tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, mengelola, atau mengendalikan kemungkinan munculnya resiko yang terkait dengan kejadian insiden. 43. Resilience: Tingkatan dimana suatu sistem secara terus-menerus berusaha mencegah, mendeteksi, memitigasi atau mengameliorasi ancaman atau insiden 44. Akuntabel (accountable): bertanggungjawab 45. Kualitas (quality): tingkatan dimana pelayanan kesehatan untuk individu maupun populasi akan meningkatkan outcome kesehatan yang diharapkan dan konsisten dengan perkembangan ilmu terkini 46. Kegagalan sistem (system failure): kesalahan, kerusakan atau disfungsi pada metode operasional, proses atau infrastructure organisasi. 47. Perbaikan sistem (system improvement): hasil atau outcome dan budaya, proses, dan struktur yang ditujukan untuk mencegah system failure dan peningkatan safety dan quality. 48. Root cause analysis: suatu proses sistematik dimana faktor-faktor yang mendukung terjadinya insiden diidentifikasi dengan merekonstruksi urut-urutan event sambil berulangkali menanyakan mengapa? Sampai akar penyebab masalahnya berhasil ditemukan.
REFERENSI 1. 2. 3. 4. 5.
Donaldson, L., An international language for patient safety: Global progress in patient safety requires classification of key concepts. International Journal for Quality in Health Care 2009. 21(1): p. 1. World Alliance for Patient Safety and World Health Organization. 2009 [cited 2009 8 October ]. Fifty-fifth World Health Assembly, Res.WHA55.18. 2002. The World Alliance For Patient Safety Drafting Group, Towards an international classification for patient safety: the conceptual framework. International Journal for Quality in Health Care, 2009. 21(1): p. 2-8. World Alliance for Patient Safety, The conceptual framework for the international classification for patient safety. 2009, WHO: Geneva.