[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Dasar Elektronika Analog dan Digital
1
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
1.1 Teori Atom dan Molekul Operasi komponen elektronika benda padat seperti dioda, LED, Transistor Bipolar dan FET serta Op-Amp atau rangkaian terpadu lainnya
didasarkan
atas sifat-sifat
semikonduktor.
Semikonduktor adalah bahan yangsifat-sifat kelistrikannya terletak antara sifat-sifat konduktor dan isolator.
Sifat-sifat
kelistrikan konduktor maupun isolator tidak mudah berubah oleh pengaruh temperatur, cahaya atau medan magnit, tetapi pada semikonduktor sifat-sifat tersebut sangat sensitive. Elemen terkecil dari suatu bahan yang masih memiliki sifat-sifat kimia dan fisika yang sama adalah atom.
Suatu atom terdiri
atas tiga partikel dasar, yaitu: neutron, proton, dan elektron. Dalam struktur atom, proton dan neutron membentuk inti atom yang bermuatan positip, sedangkan elektron-elektron yang bermuatan negatip mengelilingi inti. tersusun berlapis-lapis.
Elektron-elektron
ini
Struktur atom dengan model Bohr dari
bahan semikonduktor yang paling banyak digunakan adalah silikon dan germanium. Seperti ditunjukkan pada Gambar 1 atom silikon mempunyai elektron yang mengorbit (mengelilingi inti) sebanyak 14 dan
2
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
atom germanium mempunyai 32 elektron.
Pada atom yang
seimbang (netral) jumlah elektron dalam orbit sama dengan jumlah proton dalam inti.
Muatan listrik sebuah elektron
adalah: - 1.602 -19 C dan muatan sebuah proton adalah: + 1.602 -19 C.
Gambar 1. Struktur Atom (a) Silikon; (b) Germanium Gambar 1. Struktur Atom (a) Silikon; (b) Germanium Elektron yang elektron
menempati lapisan
valensi.
Atom
silikon
mempunyai empat elektron valensi.
terluar dan
disebut sebagai
germanium
masing
Oleh karena itu baik atom
silikon maupun atom germanium disebut juga dengan atom tetra-valent
(bervalensi
tersebut
terikat
dalam
elektron
valensi akan
empat).
Empat
struktur
kisi-kisi,
membentuk ikatan
elektron
valensi
sehingga
setiap
kovalen
elektron valensi dari atom-atom yang bersebelahan.
dengan Struktur
kisi-kisi kristal silikon murni dapat digambarkan secara dua dimensi pada Gambar 2 guna memudahkan pembahasan .
3
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Si
Si
Si
elektron valensi
ikatan kovalen
Si
Si
Si
Si
Si
Si
Gambar 2. Struktur Kristal Silikon dengan Ikatan Kovalen
Meskipun terikat dengan kuat dalam struktur kristal, namun bisa saja elektron valensi tersebut keluar dari ikatan kovalen menuju daerah konduksi apabila diberikan energi panas.
Bila
energi panas tersebut cukup kuat untuk memisahkan elektron dari ikatan kovalen maka elektron tersebut menjadi bebas atau disebut dengan elektron bebas.
Pada suhu ruang terdapat
kurang lebih 1.5 x 10 10 elektron bebas dalam 1 cm 3 bahan silikon murni (intrinsik) dan 2.5 x 10 13 elektron bebas pada germanium.
Semakin besar energi panas yang diberikan
semakin banyak jumlah elektron bebas yang keluar dari ikatan kovalen, dengan kata lain konduktivitas bahan meningkat.
4
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
1.2 Komponen Pasif 1.2.1. Resistor Resistor
disebut
juga
dengan
tahanan
atau
hambatan,
berfungsi untuk menghambat arus listrik yang melewatinya. Satuan harga resistor adalah Ohm. ( 1 MW (mega ohm) = 1000 KW (kilo ohm) = 10 6 W (ohm)). Resistor terbagi menjadi dua macam, yaitu : a
Resistor tetap yaitu resistor yang nilai hambatannya relatif tetap, biasanya terbuat dari karbon, kawat atau paduan logam. Nilainya hambatannya ditentukan oleh tebalnya dan panjangnya tergantung
lintasan dari
karbon.
kisarnya
Panjang
lintasan
karbon
yang
berbentuk
spiral.
alur
Gambar simbol dan bentuk resistor tetap dapat dilihat pada gambar 8.
(a) atau (b)
Gambar 9. (a) Resistor tetap; (b) Simbol resistor tetap
b Resistor variabel atau potensiometer, yaitu resistor yang besarnya hambatan dapat diubah-ubah. Yang termasuk kedalam potensiometer
ini antara lain
:
Resistor KSN (koefisien suhu negatif), Resistor LDR (light dependent resistor) dan Resistor VDR Dependent
Resistor).
Gambar
simbol
dan
resistor variabel dapat dilihat pada gambar 10.
5
(Voltage bentuk
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
(a)
(b)
Gambar 10.
(a) Resistor Variabel / Potensiometer; (b) Simbol resistor variabel/potensiometer
Menentukan Kode Warna pada Resistor Kode warna pada resistor menyatakan harga resistansi dan toleransinya. Semakin kecil harga
toleransi
suatu resistor
adalah semakin baik, karena harga sebenarnya adalah harga yang tertera ± harga toleransinya. Terdapat resistor yang mempunyai 4 gelang warna dan 5 gelang warna seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
18
Gambar 11. Resistor dengan 4 Gelang dan 5 Gelang Warna.
6
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Tabel 1. Kode Warna pada Resistor 4 Gelang Warna
Gelang 1 (Angka pertama)
Gelang 2 (Angka ked ua)
Gelang 3 (Faktor pengali)
Gelang 4 (Tolerans i /%)
Hitam
-
0
1
-
Coklat
1
1
10
1
Merah
2
2
10 2
2
3
3
Oranye
3
3
10
Kuning
4
4
10 4
4
5
5
Hijau
5
5
10
Biru
6
6
10 6
6
7
7
Ungu
7
7
10
Abuabu
8
8
10 8
8
Putih
9
9
10 9
9
Emas
-
-
10 -1
5
-
10
-2
10
10
-3
20
Perak Tanpa warna
-
-
Contoh : Sebuah resistor dengan 4 gelang. Gelang pertama cokelat, gelang kedua cokelat,
gelang
ketiga
orange dan gelang
keempat emas. Tentukan nilai tahanan resistor ! Nilai tersebut : Gelang
Resistor
1 (cokelat) Gelang
=1;
Gelang
3(orange)= 10 3 ; Gelang 4 (emas)
2(cokelat)=0;
=5 %
Sehingga nilai tahanan resistor adalah
10 x
10 3 W ± 5 %
atau 10 K W dengan toleransi 5 %
Kode Huruf Resistor Resistor yang mempunyai kode angka dan huruf biasanya adalah
resistor
lilitan
kawat
yang
diselubungi
dengan
keramik/porselin, seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
7
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Gambar 12. Resistor dengan Kode Angka dan Huruf Arti kode angka dan huruf pada resistor dengan kode 5 W 22 R J adalah sebagai berikut : 5 W berarti kemampuan daya resistor besarnya 5 watt 22 R berarti besarnya resistansi 22 W Dengan besarnya toleransi 5%
1.2.2. Kapasitor Kapasitor atau kondensator adalah suatu komponen listrik yang dapat menyimpan muatan listrik. Kapasitas kapasitor diukur dalam F (Farad) = 10 -6 mF (mikro Farad) = 10-9 nF (nano Farad) = 10 -12 pF (piko Farad). Kapasitor elektrolit mempunyai dua kutub positif dan kutub negatif (bipolar), sedangkan kapasitor kering
misal
kapasitor
tidak membedakan
mika, kutub
kapasitor positif
kertas dan
kutub
negatif (non polar). Bentuk dan simbol kapasitor dapat dilihat pada gambar di bawah ini: ( a)
8
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
+
±
(b )
Gambar 13. (a) Kapasitor; (b) Simbol kapasitor
Gambar 14. Kode Warna pada Kapasitor Arti kode angka dan huruf pada kapasitor dapat dilihat pada tabel 2 di bawah .
Tabel 2. Kode Warna pada Kapasitor Warna
Gelang 1 (Angka)
Gelang 2 (Angka)
Gelang 3 (Pengali)
Gelang 4 (Toleransi )
Gelang 5 (Teganga n Kerja)
Hita m
-
0
1
-
-
-
Coklat
1
1
10
1
-
-
Mera h
2
2
10 2
2
250 V
160 V
Jingga
3
3
10 3
3
-
-
Kuning
4
4
10 4
4
400 V
200 V
Hijau
5
5
10 5
5
-
-
Biru
6
6
10 6
6
630 V
220 V
Ung u
7
7
10 7
7
-
-
Abu-ab u
8
8
10 8
8
-
-
Putih
9
9
10 9
9
-
-
9
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Tabel 3. Kode Angka dan Huruf pada Kapasitor
Kode angka
Gelang 1 (Angka pertama)
Gelang 2 (Angka kedua)
Gelang 3 (Faktor pengali)
Kode huruf (Toleransi %)
0
-
0
1
B
1
1
1
10
C
2
2
2
10 2
D
3
3
3
10 3
F =1
4
4
4
10 4
G=2
5
5
5
10 5
H =3
6
10
6
J = 5
10
7
K = 10
10
8
M = 20
10
9
6
6
7
7
8
8
9 Contoh : -
7 8
9
9
kode kapasitor = 562 J 100 V artinya : besarnya
kapasitas = 56 x 10 2 pF = 5600 pF; besarnya toleransi = 5%; kemampuan tegangan kerja = 100 Volt.
1.2.3. Induktor Induktor adalah komponen listrik yang digunakan sebagai beban induktif.
Simbol induktor seperti pada gambar di bawah
ini : ( a)
( b)
Gambar 15. (a) Induktor ; (b) Simbol Indukto r
10
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Kapasitas induktor dinyatakan dalam satuan H (Henry) = 1000mH
(mili
Henry).
Kapasitas
induktor
diberi
lambang
sedangkan reaktansi induktif diberi lambang X L . X L = 2 p . f . L (ohm). ……………........................ (1) dimana :
X L = reaktansi induktif (W) p = 3,14 f = frekuensi (Hz) L = kapasitas induktor (Henry)
1.3. Komponen Aktif 1.3.1. DIODA SEMIKONDUKTOR Dioda semikonduktor dibentuk dengan cara menyambungkan semi-konduktor tipe p dan semikonduktor tipe n.
Pada
saat
terjadinya sambungan (junction) p dan n, hole-hole pada bahan p dan elektron-elektron pada bahan n disekitar sambungan cenderung untuk berkombinasi.
Hole dan elektron yang
berkombinasi ini saling meniadakan, sehingga pada daerah sekitar sambungan ini kosong dari pembawa muatan dan terbentuk daerah pengosongan (depletion region).
(a)
(b)
Gambar 17
(a) Dioda Semikonduktor ;(b) Simbol Dioda
11
L,
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
1.3.2. TRANSISTOR Transistor merupakan peralatan yang mempunyai 3 lapis N-P-N atau P-N-P. Dalam rentang operasi, arus kolektor I C merupakan fungsi dari arus basis I B . Perubahan pada arus basis I B memberikan perubahan yang diperkuat pada arus kolektor untuk tegangan
emitor-kolektor
V CE yang
diberikan.
Perbandingan kedua arus ini dalam orde 15 sampai 100. Simbol untuk transistor dapat dilihat pada Gambar 21a dan Gambar 21b.
berikut ini.
(a)
(b)
Gambar 21. (a) Transistor ; (b). Simbol Transistor Pada umumnya transistor berfungsi sebagai suatu switching (kontak on-off). Adapun kerja transistor yang berfungsi sebagai switching ini, selalu berada pada daerah jenuh (saturasi) dan daerah cut off (bagian yang diarsir pada Gambar 21). daerah
jenuh
dan
daerah
cut
Transistor dapat
bekerja
pada
off-nya, dengan cara melakukan
pengaturan tegangan V b dan rangkaian pada basisnya (tahanan R b ) dan juga tahanan bebannya (R L ). Untuk mendapatkan on-off yang
12
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom bergantian
dengan
periode
tertentu,
dapat
dilakukan
dengan
memberikan tegangan Vb yang berupa pulsa, seperti pada Gambar 24.
1.4. Sistem Bilangan dan Aritmatika Biner 1.4.1) Sistem desimal dan biner Dalam sistem
bilangan desimal,
nilai yang terdapat
pada
kolom ketiga pada Tabel 11, yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B disebut puluhan, C disebut ratusan, dan seterusnya. Kolom A, B, C menunjukkan kenaikan pada eksponen dengan basis 10 yaitu 10 0 = 1, 10 1 = 10, 10 2 = 100. Dengan cara yang sama, setiap kolom pada sistem bilangan
biner,
yaitu
sistem
bilangan
dengan
basis,
menunjukkan eksponen dengan basis 2, yaitu 2 0 = 1, 2 1 = 2, 2 2 = 4, dan seterusnya.
Tabel 12. Nilai Bilangan Desimal dan Biner Kolom desimal C 2 10 = 100 (ratusan)
Kolom biner
B 10 1 = 10
A 10 0 = 1
(pul uhan)
(satuan)
C 22 = 4 (empatan)
B 21 = 2 (duaan)
A 20 = 1 (satuan)
Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan disebut least significant bit (LSB), dan bit paling kiri disebut most significant bit (MSB). Tabel 13. Daftar Bilangan Desimal dan Bilangan Biner Ekivalensinya Desimal 0 1 2 3 4 5 6 7
C (MSB) (4) 0 0 0 0 1 1 1 1
13
Biner B (2) 0 0 1 1 0 0 1 1
A (LSB) (1) 0 1 0 1 0 1 0 1
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Untuk membedakan bilangan pada sistem yang berbeda digunakan
subskrip.
Sebagai
contoh
bilangan sembilan pada sistem 01101 2
menunjukkan
bilangan
9 10
menyatakan
bilangan desimal, biner
01101.
dan
Subskrip
tersebut sering diabaikan jika sistem bilangan yang dipakai sudah jelas. Tabel 14. Contoh Pengubahan Bilangan Desimal
Biner menjadi
Kolom 16 8 1 1 1 1 1 0 1 0
Desimal
Biner 1110 1011 11001 10111 110010
32 1
14
biner 4 1 0 0 1 0
2 1 1 0 1 1
1 0 1 1 1 0
8 8 16 16 32
+ 4 + 2 = 14 + 2 + 1 = 11 + 8 + 1 = 25 + 4 + 2 + 1 = 23 + 16 + 2 = 50
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
· Konversi Desimal ke Biner Cara untuk mengubah bilangan desimal ke biner adalah dengan pembagian. Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi 2, dengan memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa pembagian akan bernilai 0 atau 1, yang akan membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir menunjukkan MSBnya. Sebagai contoh, untuk
mengubah
52 10
menjadi
bilangan
biner,
diperlukan langkah-langkah berikut : 52 : 2
=
26 sisa 0, LSB
26 : 2
=
13 sisa 0
13 : 2
=
6 sisa 1
6: 2
=
3 sisa 0
3:2
=
1 sisa 1
1:2
=
0 sisa 1, MSB
Sehingga bilangan desimal 52 10 akan diubah menjadi bilangan biner 110100. Cara di atas juga bisa digunakan untuk mengubah sistem
bilangan
yang
lain,
yaitu
oktal
atau
heksadesimal .
1.4.2) Bilangan Oktal Bilangan Oktal adalah sistem bilangan yang berbasis 8 dan mempunyai delapan simbol bilangan yang berbeda : 0,1,2,….,7. Teknik pembagian yang berurutan dapat digunakan untuk mengubah bilangan
desimal
menjadi
bilangan
oktal.
Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi dengan 8 dan sisa pembagiannya harus selalu
15
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
dicatat. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 5819 10 ke oktal, langkah-langkahnya adalah : 5819 : 8 = 727, sisa 3, LSB 727 : 8
= 90,
sisa 7
90 : 8
= 11,
sisa 2
11 : 8
= 1,
sisa 3
1:8
= 0,
sisa 1, MSB
Sehingga 5819 10 = 13273 8
· Bilangan Oktal dan Biner Setiap
digit
pada bilangan
oktal dapat
disajikan
dengan 3 digit bilangan biner, lihat Tabel 1.5. Untuk mengubah bilangan oktal ke bilangan biner, setiap digit oktal diubah secara terpisah. Sebagai contoh, 3527 8 akan diubah sebagai berikut: 3 8 = 011 2 , MSB 5 8 = 101 2 2 8 = 010 2 7 8 = 111 2 , LSB Sehingga bilangan oktal 3527 sama dengan bilangan 011 101 010 111. Sebaliknya,
pengubahan
bilangan oktal dilakukan
dari
bilangan
biner
ke
dengan mengelompokkan
setiap tiga digit biner dimulai dari digit paling kanan, LSB.
Kemudian,
setiap
kelompok
diubah
secara
terpisah ke dalam bilangan oktal. Sebagai contoh, bilangan 111100110012 akan dikelompokkan menjadi 11 110 011 001, sehingga. 11 2 = 3 8, MSB 110 2 = 6 8
16
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
011 2 = 3 8 001 2 = 1 8, LSB Jadi,
bilangan
biner
11110011001
apabila
diubah
menjadi bilangan oktal akan diperoleh 3631 8 .
1.4.3) Bilangan Hexadesimal Bilangan
heksadesimal,
sering
disingkat
dengan
hex,
adalah bilangan dengan basis 16 10 , dan mempunyai 16 simbol yang berbeda, yaitu 0 sampai dengan 15. Bilangan yang lebih besar dari 15 10 memerlukan lebih dari satu digit hex. Kolom heksadesimal menunjukkan eksponen dengan basis 16, yaitu 16 0 = 1, 16 1 = 16, 16 2 = 256, dan seterusnya. Sebagai contoh : 152B 16 = (1 x 16 3 ) + (5 x 16 2 ) + (2 x 16 1 ) + (11 x 16 0 ) = 1 x 4096 + 5 x 256 + 2 x 16 + 11 x 1 = 4096 + 1280 + 32 + 11 = 5419 10 Sebaliknya, untuk mengubah bilangan desimal menjadi bilangan
heksadesimal,
dapat
dilakukan
dengan
cara
membagi bilangan desimal tersebut dengan 16. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 3408 10 menjadi bilangan heksadesimal, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 3409/16 213/16 = 13/16
=
= 213, 13, 0,
sisa
sisa
1 10 = 1 16 , LSB
5 10 = 5 16
sisa 13 10 = D 16 , MSB
Sehingga, 3409 10 = D51 16 .
· Bilangan Hexadesimal dan Biner Setiap digit pada bilangan heksadesimal dapat disajikan dengan empat buah bit. Untuk
mengubah
bilangan
heksadesimal
menjadi
bilangan biner, setiap digit dari bilangan heksadesimal
17
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
diubah secara terpisah ke dalam empat bit bilangan biner. Sebagai contoh, 2A5C 16 dapat diubah ke bilangan biner sebagai berikut. 2 16 = 0010, MSB A 16 = 1010 5 16 = 0101 C 16 = 1100, LSB Sehingga, bilangan heksadesimal 2A5C
akan
diubah
menjaid bilngan biner 0010 1010 0101 1100. Sebaliknya,
bilangan
biner
dapat
diubah
menjadi
bilangan heksadesimal dengan cara mengelompokkan setiap empat digit dari bilangan biner tersebut dimulai dari
sigit
paling
kanan.
Sebagai
contoh,
0100111101011100 2 dapat dikelompokkan menjadi 0100 1111 0101 1110. Sehingga: 0100 2 = 4 16 , MSB 1111 2 = F 16 0101 2 = 5 16 1110 2 = E 16 , LSB Dengan demikian, bilangan 0100 1111 0101 1110 2 = 4F5E 16.
1.4.4) Bilangan Biner Pecahan Dalam sistem bilangan desimal, bilangan pecahan disajikan dengan menggunakan titik desimal. Digit-digit yang berada di sebelah kiri titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin besar, dan digit-digit yang berada di sebelah kanan titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin kecil. Sehingga 0.1 10
= 10 -1
0.10 10 = 10 -20.2
= 1/10 = 1/100
= 2 x 0.1 = 2 x 10 -1 , dan seterusnya.
18
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Cara yang sama juga bisa digunakan untuk menyajikan bilangan biner pecahan. Sehingga, 0.1 2
= 2 -1
=
½, dan
0.01 2 = 2 -2- =
½2 = ¼
Sebagai contoh, 0.111 2
= ½ + ¼ + 1/8 = 0.5 + 0.25 + 0.125 = 0.875 10
101.101 2
= 4 + 0 + 1+ ½ + 0 + 1/8 = 5 + 0.625 = 5.625 10
Pengubahan bilangan pecahan dari desimal ke biner dapat dilakukan dengan cara mengalihkan bagian pecahan dari bilangan desimal tersebut dengan 2, bagian bulat dari hasil perkalian merupakan pecahan dalam bit biner. Proses perkalian diteruskan pada sisa sebelumnya sampai hasil perkalian sama dengan 1 atau sampai ketelitian yang diinginkan. Bit biner pertama yang diperoleh merupakan MSB dari bilangan biner pecahan. Sebagai contoh, untuk mengubah
0.625 10
menjadi
bilangan
biner
dapat
dilaksanakan dengan 0.625 x 2 = 1.25, bagian bulat = 1 (MSB), sisa = 0.25 0.25 x 2
= 0.5, bagian bulat = 0, sisa = 0.5
0.5 x 2
= 1.0, bagian bulat = 1 (LSB), tanpa sisa
Sehingga, 0.625 10
= 0.101 2
1.4.5) Sistem Bilangan BCD Sampai saat
ini
kita
hanya
melihat pengubahan
dari
bilangan desimal ke bilangan biner murni. Pada beberapa aplikasi, misalnya sistem berdasar mikroprosesor, seringkali
19
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
lebih sesuai apabila setiap digit bilangan desimal diubah menjadi 4 digit bilangan biner. Dengan cara ini, suatu bilangan desimal 2 digit akan diubah menjadi dua kelompok empat menjadi
digit
bilangan
8 bit,
biner,
sehingga
tidak bergantung
pada
keseluruhannya nilai
bilangan
desimalnya sendiri. Hasilnya sering disebut sebagai binarycoded decimal (BCD). Penyandian yang sering digunakan dikenal sebagai sandi 8421 BCD. Selain penyandian 8421 BCD, juga dikenal sejumlah penyandian yang lain. Contoh Ubah 25 menjadi bilangan BCD Penyelesaian 2 10
= 0010 dan
5 10
= 0101
Sehingga, 25 10 = 0010 0101 BCD
1.4.6) Aritmatika Biner a) Penjumlahan Biner Penjumlahan
bilangan
biner
serupa
dengan
penjumlahan pada bilangan desimal. Dua bilangan yang akan dijumlahkan disusun secara vertikal dan digit-digit yang mempunyai signifikansi sama ditempatkan pada kolom yang sama. Digit-digit ini kemudian dijumlahkan dan jika dijumlahkan lebih besar dari bilangan basisnya (10 untuk desimal, dan 2 untuk
biner), maka ada
bilangan yang disimpan. Bilangan yang disimpan ini kemudian dijumlahkan dengan digit di sebelah kirinya, dan seterusnya. Dalam penjumlahan bilangan biner, penyimpanan akan terjadi jika jumlah dari dua digit yang dijumlahkan adalah 2.
20
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Berikut adalah aturan dasar untuk penjumlahan
pada
sistem bilangan biner. 0+ 0= 0 0+ 1= 1 1+ 0= 1 1 + 1 = 0, simpan 1 Tabel
14.
menunjukkan
perbandingan
antara
penjumlahan pada sistem bilangan desimal dan sistem bilangan biner, yaitu 823 10 + 238 10 dan 11001 2 + 11011 2 . Tabel 15. Penjumlahan a.
Penjumlahan desimal 10 3 (1000)
Simpan Jumlah b.
1 1
10 2 (100) 8 2
10 1 (10) 2 3 1 6
0
10 0 (1) 3 8 1
Penjumlahan Biner 25 (32)
Simpan Jumlah
24 (16) 1 1 1 1
1 1
23 (8) 1 1 0
22 (4) 0 0 1 1
21 (2) 0 1 1 0
20 1 1 1 0
Marilah kita perhatikan penjumlahan biner dengan lebih seksama. Kolom satuan : 1 + 1 = 0, simpan 1 Kolom 2-an
: 0 + 1 = yang disimpan = 0, simpan 1
Kolom 4-an
: 0 + 0 yang disimpan = 1
Kolom 8-an
: 1 + 1 = 0, simpan 1
Kolom 16-an
: 1 + 1 yang disimpan = 1, simpan 1
Kolom 32-an
: yang disimpan 1 = 1
21
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Jika lebih dari dua buah digit biner dijumlahkan, ada kemungkinan yang disimpan lebih besar dari 1. Sebagai contoh, 1 + 1 = 0, simpan 1 1 + 1 + 1 = 1, simpan 1 Contoh
berikut
menunjukkan
penjumlahan
dengan
penyimpanan lebih besar dari 1. 1 + 1 + 1 + 1 = (1 + 1) + (1 + 1) = (0, simpan 1) + (0, simpan 1) = 0, simpan 2; 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 1 + (1 + 1) + (1 + 1) = 1, simpan 2 0 + yang disimpan 2 = 1, simpan 1 1 + yang disimpan 2 = 0, simpan 2, dan seterusnya. b) Pengurangan Biner Pada
bagian
ini
hanya
akan
ditinjau
pengurangan
bilangan biner yang memberikan hasil positif. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah sama dengan metode yang
digunakan
untuk
pengurangan
pada
bilangan
desimal. Dalam pengurangan bilangan biner jika perlu dipinjam 1 dari kolom di sebelah kirinya, yaitu kolom yang mempunyai derajat lebih tinggi. Aturan umum untuk pengurangan pada bilanagan biner adalah sebagai
berikut :
0–0 = 0 1–0 = 1 1–1 = 0 0 – 1 = 1, pinjam 1 Contoh : Kurangilah 1111 2 dengan 0101 2 Penyelesaian
22
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Susunlah dua bilangan di atas ke dalam kolom sebagai berikut : 23 (8) 1 0 1
Hasil
22 (4) 1 1 0
21 (2) 1 0 1
20 (1) 1 1 0
(tidak ada yang dipinjam)
Secara lebih rinci, dimulai dari LSB (2 0 = 1) Kolom 2 0 1 – 1 = 0 Kolom 2 1 1 – 0 = 1 Kolom 2 2 1 – 0 = 0 Kolom 2 3 1 – 0 = 1 Sehingga, 1111 2 – 0101 2 = 1010 2 Contoh Kurangilah 1100 2 dengan 1010 2 Penyelesaian
Pinjam Hasil
23 (8)
22 (4)
1 1 0
1 0 0
21 (2) 2 à(2 ) 0 1 1
20 (1) 0 0
Secara lebih terinci, dimulai dari LSB (2 0 = 1) Kolom 2 0 0 – 0 = 0 Kolom 2 1 0 – 1 = 1 Dalam kasus ini kita harus meminjam 1 dari bit pada kolom 2 2 . Karena datang dari kolom 2 2 , maka nilainya 2 kali nilai pada kolom 2 1 . Sehingga, 1 (bernilai 2 2 ) – 1 (bernilai 2 1 ) = 1 (bernilai 2 1). Bila meminjam 1 dari kolom di sebelah kiri maka berlaku aturan umum 1 – 1 = 1.
23
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Kolom 2 2
0–0 = 0
1 dari kolom 2 diubah menjadi nol karena sudah
Nilai
dipinjam seperti yang ditunjukkan dengan anak panah. Kolom 2 3 1 – 1 = 0 Sehingga, 1100 2 – 1010 2 = 0010 2 c) Bilangan Biner Bertanda Sejauh ini kita hanya melihat bilangan biner
positif atau
bilangan biner tak bertanda. Sebagai contoh bilangan biner 8-bit dapat mempunyai nilai antara: 0000 0000 2 = 00 10 dan 1111 1111 2 = 255 10 yang semuanya bermilai positif, tanda „-„ diletakkan di sebelah kiri bilangan desimal, misalnya –25 10 . Dalam sistem bilangan biner, tanda bilangan (yaitu negatif) juga disandikan dengan cara tertentu yang mudah dikenal dengan sistem digital. Untuk menyatakan bilangan negatif pada bilangan biner, bit yang dikenal dengan
bit tanda
bilangan (sign bit) ditambah di sebelah kiri MSB. Bilangan biner yang ditulis dengan cara di atas menunjukkan tanda dan besarnya bilangan. Jika bit tanda ditulis 0, maka bilangan tersebut positif, dan jika ditulis 1, bilangan tersebut adalah bilangan negatif. Pada bilangan biner bertanda yang terdiri dari 8-bit, bit yang paling kiri menunjukkkan besarnya. Perhatikan contoh berikut : Bit Bit
7 26 tanda
6 25 (64)
5 24 932)
4 23 (16)
3 22 (8)
2 21 (4)
1 20 (2)
Maka, 0110 0111 = +(64+32+4+2+1) = +103 10 1101 0101 = -(64+16+4+2) = - 85 10 1001 0001 = -(16 + 1) = -19 10 0111 1111 = +(64+32+16+8+4+2+1) = +127 10 1111 1111 = -(64+32+16+8+4+2+1) = - 127 10
24
0 1
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
1000 0000 = -0 = 0 0000 0000 = +0 = 0 Dari contoh diatas dapat dilihat, bahwa hanya karena tujuh bit
yang menunjukkan besarnya , maka bilangan
terkecil dan terbesar yang
ditunjukan
bilangan
biner
bertanda yang terdiri dari 8-bit adalah : [1]111 11112 = - 127 10 dan [0]111 11112 = + 127 10 Dengan
bit
dalam
kurung
menunjukkan
bit
tanda
bilangan. Secara umum, bilangan biner tak bertanda yang terdiri dari n-bit mempunyai nilai maksimum M = 2 n – 1. Sementara itu, untuk bilangan bertanda yang terdiri dari n-bit mempunyai nilai maksimum M = 2 n-1 – 1. Sehingga, untuk register
8-bit
di dalam
mikroprosesor
yang
menggunakan sistem bilangan bertanda, nilai terbesar yang bisa disimpan dalam register tersebut adalah: M
= 2 (n-1) – 1 = 2 (8-1) – 1 = 27 - 1 = 128 10 – 1 = 127 10
sehingga mempunyai jangkauan – 127 10 sampai +127 10 . d) Perkalian Perkalian pada bilangan biner mempunyai aturan sebagai berikut : 0x 0=0 1x 0=0 0x 1=0 1x 1=1
25
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Perkalian bilangan biner dapat dilakukan seperti perkalian bilangan desimal.
Sebagai
contoh, untuk mengalikan
1110 2 = 14 10 dengan 1101 2 = 13 10 langkah-langkah yang harus ditempuh adalah :
Biner 1 1 1
Desimal 0
1
1 1 0 1 ----------------------------1 1 1 0
0 0
1
1
1 0
1 1
1
0
1 3 ----------
0
4
0
1
----------------------------------- + 1
0
1
1
0 1
1 0
4
2
4
-------------- + 1
8
2
Perkalian juga bisa dilakukan dengan menambah bilangan yang dikalikan ke bilangan itu sendiri sebanyak bilangan pengali. Contoh di atas, hasil yang sama akan diperoleh dengan menambahkan 111 2 ke bilangan itu senidiri sebanyak 1101 2 atau tiga belas kali.
e) Pembagian Pembagian
pada
sistem
bilangan
biner
dapat
dilakukan sama seperti contoh pembagian pada sistem bilangan desimal. Sebagai contoh, untuk membagi 110011 (disebut bilangan yang dibagi) dengan 1001 (disebut pembagi), langkah-langkah berikut perlu dilakukan.
26
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Pembagi
Hasil 0 1
1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 -----------------0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 ----------------Sisa 1 1 0
1
Sehingga hasilnya adalah 101 2 , dan sisa pembagian adalah 110 2 . Pembagian bisa juga dilakukan dengan cara menjumlahkan secara berulang kali bilangan pembagi dengan bilangan itu sendiri sampai jumlahnya sama dengan bilangan
yang
dibagi atau setelah sisa pembagian yang diperoleh lebih kecil dari bilangan pembagi.
c.
Rangkuman 6 1) Bilangan desimal adalah sistem bilangan yang berbasis 10 dan mempunyai sembilan simbol bilangan yang berbeda :0,1,2,3,4...,9. 2) Bilangan biner adalah sistem bilangan yang berbasis 2 dan mempunyai 2 simbol bilangan yang berbeda: 0 dan 1 3) Bilangan octal adalah sistem bilangan yang berbasis 8 dan mempunyai 8 simbol bilangan yang berbeda: 0,1,2,3,...,7 4) Bilangan
hexa
desimal
adalah
sistem
bilangan
yang
berbasis 16 dan mempunyai simbol bilangan yang berbeda: 0,1,2,3,...9,a,b,c,d,e,f.
5) Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan disebut least significant bit (lsb),
dan bit paling kiri disebut most
significant bit (msb).
d. Tes Formatif 6 1) Ubah bilangan biner berikut ini menjadi bilangan desimal. (a) 110
(b) 10101
(c) 101101
27
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
2) Ubah bilangan desimal berikut ini menjadi bilangan biner. (a) 5 3)
(b) 17
(c) 42
(d) 31
Ubah bilangan oktal berikut ini menjadi bilangan biner (a) 27 8
(b) 210 8
(c) 55 8
4) Ubah bilangan biner berikut ini menjadi bilangan oktal (a) 010
(b) 110011
5)
Kurangilah 1111 2 dengan 0101 2 !
6)
Bagilah 110011 2 dengan 1001 2 !
7)
Kalikanlah 1110 2 dengan 1101 2 !
28
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
e.
Kunci Jawaban Tes Formatif 6 1) Hasil pengubahan bilangan biner menjadi bilangan desimal yaitu: a. 6 b. 14 c.
45
2) Hasil pengubahan bilangan desimal menjadi bilangan biner yaitu: a. 101 b. 10001 c. 101010 d. 11111 3)
Hasil pengubahan bilangan oktal menjadi bilangan biner yaitu:
4)
a.
11011
b.
110100010
c.
110111
Hasil pengubahan bilangan biner menjadi bilangan oktal yaitu: a.
2 b. 51
5)
Hasil pengurangannya adalah
6)
1010 2 Hasil Pembagiannya adalah
7)
101 2 sisa 110 2 Hasil perkaliannya 10110110 2 atau 182 10
29
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
1.5. Gerbang Logika 1.5.1) Gerbang dasar Gerbang
logika
adalah
piranti
dua
keadaan,
yaitu
mempunyai keluaran dua keadaan: keluaran dengan nol volt yang menyatakan logika 0 (atau rendah) dan keluaran dengan tegangan tetap yang menyatakan logika 1 (atau tinggi).
Gerbang
logika
dapat
mempunyai
beberapa
masukan yang masing-masing mempunyai salah satu dari dua keadaan logika, yaitu 0 atau 1. macam-macam gerbang logika dasar adalah gerbang OR, AND, NOT. a) Gerbang OR Jenis
gerbang
gerbang
OR.
pertama Gerbang
yang OR
kita
pelajari
diterjemahkan
adalah sebagai
gerbang “ATAU” artinya sebuah gerbang logika yang keluarannya berlogika “1” jika salah satu atau seluruh inptunya berlogika “1”. Jika ada dua input maka tabel kebenarannya dapat digambarkan seperti tabel 15. Tabel 15 tabel kebenaran gerbang OR Input 0 0 1 1
A (off) (off) (on) (on)
0 1 0 1
30
B (off) (on) (off) (on)
Output Y / L 0 (padam) 1 (nyala) 1 (nyala) 1 (nyala)
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Gambar 31 model dan simbol atau lambang gerbang OR.
A (a)
B L
V
(b)
A Y B Gambar 31 (a) Model rangkaian Gerbang OR (b) simbol gerbang OR A dan B adalah masukan (input) sedangkan Y adalah keluaran
(outpit).
Pada
tabel
kebenaran
diatas,
diperlihatkan kondisi masukan dan keluaran gerbang OR. Kajilah tabel ini secara seksama dan ingatlah halhal berikut ini: gerbang OR memberikan keluaran 1 bila salah satu input A atau B atau kedua-duanya adalah 1. Begitupun halnya dengan yang tiga kondisi masukan. Keluarannya 0 jika ketiga kondisi masukan 0, selain itu keluarannya 1.
b) Gerbang AND gerbang AND merupakan jenis gerbang digital keluaran 1 jika seluruh inputnya 1. Gerbang AND diterjemahkan sebagai gerbang “DAN” artinya sebuah gerbang logika yang keluarannya berlogika “1” jika input A dan input B
31
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
dan seterusnya berlogika “1”. Jika ada dua input maka tabel kebenarannya dapat digambarkan seperti tabel 16. Tabel 16 tabel kebenaran gerbang AND Input 0 0 1 1
A (off) (off) (on) (on)
0 1 0 1
Output Y /L 0 (padam) 0 (padam) 0 (padam) 1 (nyala)
B (off) (on) (off) (on)
Gambar 32 model dan simbol atau lambang gerbang OR.
A
B
(a)
L
V
(b)
A B
Y
Gambar 32 (a) Model rangkaian Gerbang AND (b) simbol gerbang AND
c) Gerbang NOT Jenis rangkaian digitall dasar yang lain adalah gerbang NOT. Gerbang NOT ini disebut inverter (pembalik). Rangkaian ini mempunyai satu masukan dan satu keluaran.
Gerbang
NOT
bekerja
membalik
sinyal
masukan, jika masukannya rendah, maka keluarannya
32
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
tinggi,
begitupun
sebaliknya.simbol
gerbang
NOT
ditunjukkan pada gambar 33.
A
A
Gambar 33. Simbol gerbang NOT Tabel 17. Tabel kebenaran gerbang NOT Masukan A 1 0
Keluaran A* 0 1
1.5.2) Gerbang kombinasional a) Gebang NOR Gerbang NOR adalah gerbang kombinasi dari gerbang NOT dan gerbang OR. Dalam hal ini ada empat kondisi yang
dapat
dianalisis
dan
disajikanpada
tabel
kebenaran. Sedangkan untuk simbol gerbang NOT, diperlihatkan pada gambar 34 .
A
F=A+B
B
A
F=A+B
B
Gambar 34. Simbol gerbang NOR Tabel 18 tabel kebenaran gerbang NOR Input A 0 0 1 1
B 0 1 0 1
33
Output F 1 0 0 0
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
b) Gerbang NAND Gerbang NAND adalah gerbang kombinasi dari gerbang NOT dan gerbang AND. Dalam hal ini ada empat kondisi yang dapat dianalisis dan disajikan pada tabel kebenaran. Sedangkan untuk simbol gerbang NAND, diperlihatkan pada gambar 35.
A F= A . B B
A B
F= A . B
Gb. 35 Simbol gerbang NAND
Gambar 35. simbol gerbang AND Tabel 19 tabel kebenaran gerbang NAND Input A 0 0 1 1
Output Y 1 1 1 0
B 0 1 0 1
c) Gerbang Ex-OR Gerbang
Ex-OR
memberikan
(dari
keluaran
kata 1
jika
exclusive-or) kedua
akan
masukannya
mempunyai keadaan yang berbeda. Dalam hal ini ada empat kondisi yang dapat dianalisis dan disajikan pada tabel kebenaran. Sedangkan untuk simbol gerbang ExOR, diperlihatkan pada gambar 36.
34
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
A
F= AB + AB
B
F= A
+B
Gambar 36. simbol gerbang Ex-OR
A B F= A + B
Gambar 37. Ekivaken gerbang Ex-OR Tabel 10 tabel kebenaran gerbang Ex-OR Input A 0 0 1 1
B 0 1 0 1
Output F 0 1 1 0
d) Gerbang Ex-NOR (Eksklusif –NOR) Ex-NOR dibentuk dari kombinasi gerbang OR dan gerbang NOT yang merupakan inversinya atau lawan Ex-OR, sehingaa dapat juga dibentuk dari gerbang Ex-OR dengan gerbang NOT. D alam hal ini ada empat kondisi yang dapat dianalisis dan disajikan pada tabel kebenaran. Sedangkan untuk simbol gerbang Ex-OR, diperlihatkan pada gambar 38
35
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
A
F= AB + AB
B
F= A + B
Gambar 38. simbol gerbang EX-NOR
A B F= A + B
Gambar 39. rangkaian ekivalen Ex-OR Tabel 11. tabel kebenaran gerbang Ex-NOR Input A 0 0 1 1
B 0 1 0 1
Output F 1 0 0 1
e) Ungkapan Boole Keluaran dari
satu atau
kombinasi beberapa buah
gerbang dapat dinyatakan dalam suatu ungkapan logika yang disebut ungkapan Boole. Teknik ini memanfaatkan aljabar Boole dengan notasi-notasi khusus dan aturanaturan
yang
berlaku
untuk
elemen-elemen
logika
termasuk gerbang logika. Aljabar Boole mempunyai notasi sebagai berikut : i) Fungsi AND dinyatakan dengan sebuah titik (dot,.). sehingga, sebuah gerbang AND yang mempunyai dua
36
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
masukan A dan B keluarannya bisa
dinyatakan
sebagai F = A.B atau F = B.A. Dengan A dan B adalah masukan dari gerbang AND. Untuk gerbang AND tiga-masukan (A,B dan C), maka keluarannya bisa dituliskan sebagai : F = A.B.C Tanda titik sering tidak ditulis, sehingga persamaan di atas bisa ditulis sebagai F =AB (Atau BA) dan G = ABC. ii) Fungsi OR dinyatakan dengan sebuah simbol plus (+). Sehingga gerbang OR dua-masukan dengan masukan A dan B, keluarannya dapat dituliskan sebagai : F = A + B atau F = B + A iii) Fungsi NOT dinyatakan dengan garis atas (overline) pada masukannya. Sehingga, gerbang NOT dengan masukan
A
mempunyai
keluaran
yang
dapat
dituliskan sebagai : F =
A
(dibaca sebagai not A atau bukan A).
iv) Fungsi XOR dinyatakan dengan simbol Å. Untuk gerbang
XOR
dua-masukan,
keluarannya
bisa
dituliskan sebagai: F =AÅ B Notasi NOT digunakan untuk menyajikan sembarang fungsi pembalik (ingkaran). Sebagai contoh, jika keluaran
dari
gerbang
AND
diingkar
untuk
menghasilkan fungsi NAND, ungkapan Boole dapat dituliskan sebagai :
F =A.B
atau
F =AB
Ungkapan Boole untuk fungsi NOR adalah :
F =A +B
37
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
Tabel 15. Notasi Boole Fungsi AND OR NOT EX-OR NAND NOR
Notasi Boole A. B A+B
A A
Å
B
A.B A +B
c. Rangkuman 7 1) Output dari gerbang OR akan selalu 1 apabila salah satu inputnya 1 2)
Output dari gerbang AND akan selalu 1 apabila kedua masukan 1
3) Output gerbang NOT selalu berkebalikan dengan input 4) Output gerbang NOR akan 1 apabila kedua inputnya 0 5) Output gerbang NAND akan satu apabila salah satu inputnya 0 6) Output gerbang Ex-OR akan satu apabila inputnya beda 7) Output gerbang Ex-NOR akan satu apabila inputnya sama 8) Keluaran dari
satu atau kombinasi
beberapa
buah
gerbang dapat dinyatakan dalam suatu ungkapan logika yang disebut ungkapan boole 9) Notasi aljabar bole adalah sebagai berikut: Fungsi AND OR NOT EX-OR NAND NOR
Notasi Boole A. B A+B
A A
Å
B
A.B A +B
38
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
d. Tugas 7 Ambilah IC TTL seri 7408 (AND), 7404 (NOT), dan 7432 (OR)
masing-masing
satu
buah
kemudian
gambar
penampangnya. e. Tes Formatif 7 1) Sebutkan 3 macam gerbang digital dasar! 2) Gambarkan simbol gerbang OR dan tabel kebenarannya! 3) Gambarkan simbol gerbang AND dan tabel kebenarannya! 4) Gambarkan simbol gerbang NOT dan tabel kebenarannya! 5) Gambarkan simbol gerbang NAND, NOR, Ex-OR dan ExNOR!
39
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
f. Kunci Jawaban Tes Formatif 7 1)
3 macam gerbang logika dasar, yaitu OR, AND, NOT
2)
Simbol gerbang OR dan Tabel kebenarannya A
Y
B
Tabel kebenaran Input A 0 0 1 1 3)
Simbol gerbang AND dan tabel kebenaran A B
Y
Tabel kebenaran Input A 0 0 1 1
4)
Output Y 0 1 1 1
B 0 1 0 1
Output Y 0 0 0 1
B 0 1 0 1
Simbol gerbang NOT dan tabel kebenaran
A
A
Masukan 1 0
Keluaran 0 1
40
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
5) Simbol gerbang NAND, NOR, Ex-OR dan Ex-NOR A B
Y NAND
A B
A
Y A B
F= AB + AB Ex-OR
NOR
41
F= AB + AB
B Ex-NOR
[email protected] untuk kalangan sendiri Zulfansyah, S. Kom
42