DARI PASKAH HINGGA HARI RAYA PENTAKOSTA (HARI KE-50) HARI-HARI RAYA ISRAEL Imamat 23:1 – 2, “TUHAN berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Hari-hari raya yang ditetapkan TUHAN yang harus kamu maklumkan sebagai waktu pertemuan kudus, waktu perayaan yang Kutetapkan, adalah yang berikut....”.” Melalui Firman di atas, Allah Israel menegakkan satu lingkaran hari-hari raya tahunan yang sampai hari ini, masih dihormati oleh komunitas-komunitas Yahudi di seluruh dunia, baik itu komunitas Ortodoks, Konservatif, atau Reform; baik itu Yahudi berkebangsaan Rusia, Yaman, ataupun Amerika, semua hari raya ini membentuk sebuah benang merah di dalam kebudayaan orangorang Yahudi di dunia. Di dalam bahasa Ibrani, kata “Waktu perayaanKu” dieja dengan kata “mo-a-dim”. Ini adalah satu kata yang paling baik untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “waktu yang ditetapkan” atau “hari raya yang ditetapkan”. Penekanan tambahan ini mencerminkan betapa pentingnya bagi Allah untuk memberlakukan hari-hari raya ini. Waktu-waktu yang ditetapkan Tuhan ini, menjadi penting karena beberapa alasan: 1. Hari-hari raya ini adalah bagian dari satu sistem “libur” nasional. Bersama-sama, orang Yahudi menyisihkan beberapa kesempatan mingguan, bulanan, dan tahunan, untuk beristirahat dari rutinitas dan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari. 2. Allah Israel menyusun waktu “libur” ini dan menetapkan waktu-waktu untuk istirahat, berefleksi, dan menyembah Allah. Ada panggilan-panggilan suci yang mengundang seluruh umat Allah, tidak hanya di dalam kemegahan dan kemuliaan bait Allah, namun juga di dalam tempat-tempat berteduh yang tenang dan kesederhanaan dari tiap-tiap rumah di negeri Israel. Bersamasama, waktu-waktu yang telah ditetapkan ini, membentuk satu sistem peringatan. Waktu-waktu yang ditetapkan Tuhan, memberikan kepada setiap rumahtangga, baik kaya maupun miskin, satu kesempatan untuk mengingat-ngingat kembali kekuatan yang mengagumkan dan kasih-setia Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. 3. Adalah penting untuk kita pahami bahwa lingkaran hari-hari raya ini tidak hanya berkenaan dengan kebudayaan Yahudi. Meskipun hari-hari raya ini berhubungan dengan lingkaran kehidupan pertanian di negeri Israel dan kesempatan-kesempatan itu digunakan untuk menceritakan kembali sejarah kehidupan dan asal-usul orang Yahudi, hari-hari raya ini memberikan satu pemandangan sejarah yang besar implikasinya terhadap semua keluarga di dunia. Baik dilihat secara sendiri-sendiri maupun sebagai sebuah kumpulan perayaan, hari-hari raya ini melukiskan kepada kita satu gambaran tentang pekerjaan di masa lalu, di masa kini, dan pekerjaan masa depan dari Sang Mesias, yang adalah sumber kehidupan dan pengharapan dan kedamaian bagi semua bangsa-bangsa di dunia.
1
Berdasarkan musim, hari-hari raya itu dibagi menjadi dua bagian besar: 1. Hari-hari raya musim semi. a. Paskah (Pesach) – Antara Maret – April. b. Roti Tidak Beragi (Chag HaMatzot) – Awal April. c. Buah Sulung (HaBikkurim) – Awal April. Ibadah Antara: Menghitung Berkas (Sfirat HaOmer). d. Pentakosta (Shavuot) – Antara Mei – Juni. 2. Hari-hari raya musim gugur. a. Serunai/Terompet (Rosh Hashanah atau Yom Teruah) – September b. Hari Pendamaian (Yom Kippur) – Akhir September c. Pondok Daun/Tabernakel (Sukkot) – Awal Oktober Puncak Perayaan (Hossanah Rabbah atau Sh’mini HaEretz). HARI RAYA MUSIM SEMI YANG PERTAMA: PASKAH (PESACH) Imamat 23:5 – 6: - Pada hari ke- 14 sore, Bulan Nissan, ada Paskah bagi TUHAN. - Dan hari ke- 15 – 21 Nissan, ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi TUHAN; tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi.” (terjemahan Bebas – Nur). Hari Raya Paskah dirayakan pada hari ke- 14 Nissan (yang secara literal berarti “keluarnya mereka”). Sudah dari sejak mulanya, Paskah (Pesach) telah dirayakan pada saat bulan penuh di bulan Nissan. Namun Nissan adalah bulan pertama dari “hari-hari raya Tuhan,” dan bukan Tahun Baru. Bagi komunitas Yahudi modern sendiri, perayaan Tahun Baru jatuh pada hari pertama bulan ketujuh. Perayaan pada bulan Nissan ini membawa kita kembali kepada peristiwa Paskah pertama dan kepada kenangan akan lahirnya bangsa Israel. Berawal dari peristiwa keluarnya Israel dari Mesir di tahun 1450-an SM, Allah kemudian meminta umatNya untuk memperingati hari itu sebagai peringatan bagaimana Allah membebaskan nenek-moyang mereka dari ilah-ilah Mesir dan dari perbudakan di Mesir. Paskah telah menjadi suatu perayaan yang dihormati. Pada hari ke- 14 Nissan, para ayah Yahudi yang merayakan ibadah Paskah, menceritakan kembali kepada anak-anak mereka tentang bagaimana Allah nenek-moyang mereka membebaskan nenek-moyang mereka dari perbudakan dan kegelapan rohani. Para orangtua Yahudi menceritakan bagaimana Allah mengirimkan 10 tulah untuk menghadapi kekeraskepalaan Firaun. Tulah itu diawali dengan “mematikan sungai Nil” yang telah disembah oleh orang Mesir sebagai sumber kehidupan, dan tulah hanya berhenti setelah “diambilnya kehidupan” dari setiap anak laki-laki sulung Mesir (Keluaran 11:5 – 12; 12:29).
2
Tulah yang menjadi pukulan terakhir itu terjadi pada saat bulan bersinar penuh di hari ke- 14 Nissan. Musa pemimpin orang Yahudi, sebelumnya telah memerintahkan setiap rumahtangga Israel untuk mempersembahkan seekor anak domba, mengumpulkan darahnya –lambang Alkitab untuk kehidupan– dan dengan sebuah kuas hisop, mengecatkan darah anak domba tersebut di ambang pintu dan bagian atas pintu rumahrumah mereka (Keluaran 12:22). Pada malam di Paskah pertama itu, Allah mendatangi Tanah Mesir sebagai Malaikat Maut. Menurut Kitab Suci, Tuhan mengambil hidup setiap anak sulung –manusia ataupun ternak– kecuali dimana Allah menemukan darah di atas pintu rumahnya. Hanya rumah yang ambang pintunya diolesi darah-lah yang Allah “pass-over” (lewati) dan membiarkan hidup anak sulung di dalam rumah itu (Keluaran 12:23). Untuk memahami pembunuhan anak domba Paskah (Passover), adalah penting untuk mengetahui bahwa di tengah-tengah masyarakat Mesir, anak domba atau domba jantan, melambangkan satu Ilah kafir bangsa Mesir, yaitu Amon. Amon, yang namanya berarti, “Yang Tersembunyi”, dianggap sebagai rajanya dewa-dewa dan sumber segala kehidupan di langit dan bumi. Menurut rasi bintang (Zodiak) orang Mesir, Nissan adalah bulan utama dari Dewa Amon ini, dan hari ke- 15 Nissan –sementara bulan bersinar penuh– dipercayai sebagai puncak kekuatan Dewa Amon. Anak domba dianggap sangat suci di dalam praktek upacara keagamaan Mesir, sampai-sampai orang di tanah Mesir dilarang untuk menyentuh seekor domba. Namun bangsa Israel diperintahkan Allah untuk membawa seekor anak domba ke rumah mereka (Keluaran 12:1 – 5), menyembelihnya (Keluaran 12:6), memasaknya, dan bahkan memasaknya (Keluaran 12:8). Bagi orang-orang Mesir, pembunuhan terhadap seekor anak domba adalah satu pelecehan terhadap agama mereka! Korban Paskah adalah satu tantangan langsung terhadap ilah-ilah Mesir. Bagi orang Yahudi, korbanyang sama itu pula, menggenapi sebuah janji dari Yang Mahakuasa, “Melawan seluruh ilah-ilah Mesir, Aku akan menjatuhkan penghakimanKu: Akulah TUHAN” (Kel.12:12). Pada hari perayaan kepada Dewa Amon, dan pada puncak-puncak kekuatannya, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, tidak hanya menaklukkan Firaun, namun juga merendahkan penyembahan kepada Dewa Amon, dan memberikan alasan kepada orang-orang Mesir untuk mempercayai Allah Israel. Setelah 40 tahun, orang-orang Yahudi membawa kenangan ini ke dalam Tanah Air yang kemudian diberikan Allah kepada mereka, dan kemudian mereka ini dikenal sebagai bangsa Isreal. Disinilah, anak-anak dari peristiwa Keluaran itu mulai merayakan perayaan tahunan Paskah, sebagai peringatan tentang apa yang Allah telah lakukan bagi mereka di Mesir. Berabad-abad kemudian, ketika Raja Israel, Salomo, membangun sebuah Bait Allah di Yerusalem, umat Israel mengadakan perjalanan jauh dari masing-masing tempat tinggal mereka untuk merayakan Paskah bersama-sama di Yerusalem. Ini adalah praktek yang dilakukan orang Yahudi sampai ketika Romawi menghancurkan seluruh komplek Bait Allah pada tahun 70 M. Setelah hancurnya Bait Allah, orang Yahudi harus memperingati Paskah di dalam satu cara yang berbeda. Tanpa adanya Bait Allah, tidak bisa ada lagi pengorbanan anak domba. Hukum Taurat mengajarkan bahwa pengorbanan anak domba hanya bisa dilakukan oleh imam-imam yang memenuhi syarat, yang melayani di altar dan tempat yang Allah pilih. Sebagai hasilnya, selama hampir 2000 tahun, anak domba tidak lagi dikorbankan di rumah-rumah Yahudi selama dilangsungkannya perjamuan Paskah. Sebagai penggantinya, rabi-rabi Yahudi dan tradisi
3
memerintahkan agar digunakan roti tidak beragi, yaitu roti “matzah”. Memakan matzah akan menjadi pengganti yang sejajar untuk menggantikan anak domba. Hancurnya Bait Allah mengubah semua cara untuk merayakan hari raya Paskah. Tanpa adanya sebuah Bait Allah, dan tanpa adanya keimaman yang berwenang, banyak aktivitas penting untuk merayakan hari raya Paskah, tidak dapat dipraktekkan lagi. Pada titik ini, kita dapat melihat mengapa umat yang percaya kepada Yesus “sebagai Mesias yang dijanjikan bagi Israel”, telah memasuki satu makna rohani yang lebih penting berkenaan dengan hari raya Paskah ini. Sekitar 40 tahun sebelum hancurnya Bait Allah, Yesus tidak hanya mengklaim diriNya sebagai Mesias (Yohanes 4:25 – 26), namun juga mengklaim bahwa Ia telah datang untuk menggenapi makna dari korban Paskah yang selama ini dipersembahkan Israel kepada Allah. Di dalam Tata Ibadat (seder) Perayaan Perjamuan Paskah, yang kemudian dikenali oleh pengikut Kristus sebagai “Perjamuan Kudus”, Yesus memegang elemen anggur dan matzah, dan menerapkan kedua elemen itu kepada diriNya. Pada perjamuan terakhir, Yesus memecahkan roti tidak beragi bersama para muridNya, lalu sambil memegang roti yang terpecah di tanganNya, Ia berkata, “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22:19). Setelah makan, Ia memegang cawan anggur dan kemudian berkata, “Cawan ini adalah perjanjian (kovenan) baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu” (Lukas 22:20). Semua klaim ini adalah berlebihan dan adalah satu penghinaan jika ternyata tidak sesuai kenyataannya. Namun semua klaim itu ternyata benar, dan klaim Yesus itu menolong untuk memberi kejelasan mengapa perayaan Paskah di tahun-tahun berikutnya akan mengalami satu perubahan. Bagi kita yang menemukan alasan untuk menerima klaim Yesus tersebut, maka elemen-elemen Perjamuan Kudus adalah sebuah harta pengingat akan tubuh Yesus yang terpecah dan darahNya yang sudah tercurah. Tergenapi di dalam Yesus, perayaan Paskah menjadi lebih dari sekadar peringatan lahirnya sebuah bangsa. Perayaan tahunan ini juga merupakan antisipasi/pemberitaan pendahuluan akan datangnya pembebasan puncak dari Sang Mesias bagi orang-orang di seluruh dunia yang bersedia untuk percaya di dalam korban kematianNya demi perlindungan rohani mereka. Bagi orang-orang Yahudi yang belum percaya kepada Yesus, matzah yang terpecah atau roti tidak beragi, tetaplah menjadi satu bagian dari Perjamuan Paskah; namun tetap terselubung dalam misteri. Misteri ini menjadi satu teka-teki yang tradisi-tradisi Yahudi sampai saat ini tidak dapat menemukan kata sepakat akan maknanya, namun bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias, perayaan itu tidaklagi menjadi misteri. Salah satu elemen misteri dapat ditemukan di dalam tradisi Paskah yang melibatkan “afikomen”. Pada setiap meja Paskah, adalah sebuah tas kain disebut “matzah tosh”. Tas kain ini berbentuk persegi ataupun bundar, dan diletakkan terhampar di atas meja. Di dalam Matzah Tosh diletakkan tiga buah roti matzah, yang masing-masing diletakkan terpisah dalam kantung-kantungnya sendiri. Dengan cara yang sedemikian ini, roti-roti itu tersembunyi dari pandangan, namun mereka yang merayakan tahu bahwa roti-roti itu ada di dalam tas. Di sepanjang Seder (liturgi/tata ibadat), matzah yang diletakkan di kantong bagian tengah disingkirkan dari tempatnya, dipecahkan menjadi dua, dan satu bagian pecahan dibungkus dengan sebuah kain linen. Pecahan matzah yang dibungkus dengan kain linen ini disebut “afikomen”. Afikomen bukanlah kata Ibrani, melainkan sebuah kata Yunani yang berarti “Yang akan Datang”. Afikomen disingkirkan dari meja, dan disembunyikan. Kemudian di sepanjang perjamuan, anak-anak bermain untuk mencari afikomen yang disembunyikan itu. Anak yang berhasil mendapatkan afikomen itu, kemudian membawanya kembali ke meja untuk diserahkan kepada sang ayah yang akan melunaskannya. Kemudian afikomen dibuka dan
4
dibagikan kepada seluruh keluarga dalam perjamuan itu sebagai makanan yang paling akhir untuk dimakan – sehingga rasanya akan tetap tinggal di lidah dan ingat-ingatan akannya tetap tinggal dalam pikiran sepanjang sisa malam itu. Para rabi tidak dapat sepakat tentang makna penting dari perayaan yang tidak biasa ini, ataupun juga tentang asal-usulnya. Beberapa rabi mempercayai bahwa ketiga buah matzah di dalam matzah tosh mewakili tiga mahkota pengajaran. Rabi yang lain mempercayai bahwa matzah itu mewakili ketiga bapak patriakh: Abraham, Ishak, dan Yakub. Sementara rabi yang lain lagi mempercayai bahwa ketiga matzah itu menyimbolkan tiga tipe orang di Israel: Para imam, orang Lewi, dan orang-orang biasa. Namun melalui sudut pandang Injil, kita menemukan penjelasan lain. Baik orang Yahudi maupun orang-orang non-Yahudi yang percaya kepada Yesus, sering memandang afikomen sebagai satu gambaran langsung tentang ketritunggalan Allah. Di dalam tiga lapis matzah yang ada di matzah tosh, ada sebuah gambaran tentang Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Matzah yang di tengah –mewakili Anak Allah, Mesias kita – yang dipecahkan, dibungkus dalam kain linen, disembunyikan, dan dilunasi (harga dibayar), dan dibawa kembali untuk diberikan kepada seluruh keluarga untuk dinikmati bersama, nampaknya sulit untuk disangkali. Sementara penggambaran dari ritual-ritual ini tetap menjadi misteri bagi mereka yang tidak menerima Yesus, namun melalui pandangan mata mesianik, maknanya Nampak jelas dan kuat. Ketika Yesus berkata tentang roti tidak beragi, “Ambillah, makanlah; inilah TubuhKu,” Dia tidak sedang menegakkan satu ritual yang kosong. Ia mengidentifikasikan diriNya secara pribadi sekali, baik dengan matzah maupun anak domba Paskah, membuat kita teringat perkataan nabi Yesaya, “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri tertindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya” (Yesaya 52:4 – 7). Di dalam rangka penggenapan nubuatan nabi di atas, orang yang percaya kepada Yesus mempercayai bahwa ketika ambil bagian dalam Roti Perjamuan dan Paskah, kita ambil bagian di dalam Kristus, yang menjadi matzah kita. Ia dipecahkan demi kita, dan menjadi Roti bagi kita. Di dalam budaya timur tengah, “roti” adalah tongkat kehidupan, satu simbol dari semua persediaan yang kita butuhkan untuk hidup. Ada elemen lain juga di dalam Perjamuan Paskah, yang juga mengembalikan perhatian kita kembali kepada peristiwa penebusan yang pertama, keluar dari tanah Mesir, dan juga kepada penebusan kedua, yaitu melalui Mesias, namun kita tidak dapat menjabarkannya secara lebih detil dalam makalah yang singkat ini. Namun kita akan mengabaikan satu elemen lagi yang penting, kalau kita tidak mengambil waktu untuk membahas tentang “cawan Kiddush”. Elemen lain yang penting di dalam tradisi perayaan Paskah Yahudi adalah anggur. Di dalam tata ibadat Paskah, Seder, empat cawan dibagikan, masing-masing memberikan gambaran penting di dalam ritual tersebut. Cawan pertama disebut “cawan penyucian”, yang membedakan perjamuan itu dari tempat perjamuan makan lainnya. Cawan kedua disebut “cawan tulah-tulah”, mengenang bencana-bencana yang tertimpa atas Mesir. Cawan ketiga disebut “cawan penebusan”, mengenang dan mengingat pembebasan orang Ibrani dari perbudakan. Cawan keempat disebut “cawan pujian”, yang bersamaan dengannya keluarga-keluarga melafalkan Mazmur 113 – 118, yang secara tradisional disebut sebagai Mazmur-mazmur pujian (Baca juga Matius 26:30).
5
Perhatian kita disini adalah pada cawan ketiga, “cawan penebusan”, atau “cawan Kiddush”, yang pada tata-ibadat (seder) modern, diminum setelah makan afikomen. Karena urutan dalam perjamuan dan karena kayanya makna-penting dari perjamuan ini, beberapa teolog Kristen mempercayai bahwa cawan inilah yang Yesus angkat, berkati, dan nyatakan, “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Matius 26:27 – 28). Sebuah cawan anggur merah adalah symbol darah di dalam tradisi Yahudi, yang menjadi penting di dalam kisah kita. Di dalam Pentateuch (kelima kitab pertama dalam Alkitab) dan di sepanjang dunia kuno, kovenan-kovenan (perjanjian antara dua pihak) dimeteraikan dan diteguhkan dengan darah. Ini juga nyata dalam Injil. Secara simbolik, melalui cawan, dan secara literal, melalui penumpahan darahNya saat penyaliban, Mesias memproklamasikan awal dari sebuah Kovenan Baru, “Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah Firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenekmoyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjianKu itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah Firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah Firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka” (Yeremia 31:31 – 34). Sudah jelas, Kovenan Baru ini belum mencapai penggenapannya sepenuhnya. Banyak orang Yahudi dan jutaan orang non-Yahudi yang belum datang beriman kepada Yesus sehingga Allah tidak mengingat-ngingat lagi dosa mereka. Dan tidak semua orang di kemah Israel atau di kemah Yehuda telah mengambil langkah iman ini. Mereka yang percaya kepada Yesus sebagai Mesias percaya bahwa setiap kali kita ambil bagian di dalam Cawan Perjamuan, kita ambil bagian di dalam Cawan Paskah Kovenan Baru. Dengan simbol penebusan kita ini, kita tidak hanya mengingat kematian Kristus, namun juga darahNya yang telah memeteraikan Kovenan Baru, karena “Sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karuniaNya” (Efesus 1:7. Baca juga Kol.1:14). Diterjemahkan dari: Kevin Williams, The Holidays of God: Spring Feast (Grand Rapids, Michigan: RBC Ministries, 2000).
LITURGI PENTAKOSTA Minggu-minggu Paskah:
Minggu: Paskah Pekan Putih
II
III
IV
V
VI VII Kenaikan Tuhan Yesus
Pentakosta
6
PENTAKOSTA BAGI ISRAEL DAN BAGI ORANG KRISTEN Berikut ini bagan perbandingan antara Hari Raya Israel dan Hari Raya Kristen: Hari Raya Israel
Hari Raya Kristen
1. Paskah 2. Roti Tidak Beragi 3. Buah Sulung Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu sunyi, dan Hari Kebangkitan/ Paskah (Kebangkitan Yesus = buah sulung)
Pentakosta (Penuaian buah berikutnya)
Mengumpulkan Berkas (7 x 7 minggu = 49 hari) 40 hari
9 hari Kenaikan Tuhan Yesus
Pentakosta (Penuaian jiwa-jiwa, sebagai buah berikutnya)
Hari Minggu TRINITAS (Seminggu setelah Pentakosta)
Lalu apa makna Pentakosta, baik bagi orang Yahudi, maupun bagi orang Kristen? Berikut ini bagannya: PENTAKOSTA YAHUDI PENTAKOSTA KRISTEN Memperingati pemberian hukum-hukum kepada Israel melalui Musa di Gunung Sinai. Hukum-hukum tersebut diberikan dalam satu bentuk PERJANJIAN (KOVENAN). Inilah yang kemudian disebut sebagai PERJANJIAN LAMA, dimana Allah YAHWEH setelah menganugerahkan kepada Israel, pembebasan dari perbudakan Mesir, kemudian “merelakan diriNya” untuk mengikatkan diriNya dengan umatNya dalam sebuah relasi perjanjian. Catatan tentang adanya ikatan perjanjian itu, dapat dibaca dalam Kitab Keluaran 19 – 24. Satu elemen yang penting dalam Pentakosta adalah API. Karena Hari Raya Pentakosta dirayakan di sinagoge-sinagoge oleh orang Yahudi, untuk memperingati bagaimana Allah memberikan HukumhukumNya kepada Musa di Gunung Sinai. Dan pemberian hukumhukum ini, dengan diiringi oleh api yang menggentarkan. Hari Raya Buah Sulung dilanjutkan dengan 49 hari untuk mengumpulkan seluruh hasil panen, dan Pentakosta menjadi puncak Hari Penuaian dari Buah-buah yang muncul berikutnya. Yang dilakukan orang Yahudi selama 49 hari setelah Paskah (Sfirat Haomer – Im.23:15): 1. Pembacaan Mazmur 119 di sinagoge-sinagoge. 2. Merenungkan Perintah-perintah Allah. 3. Pemeriksaan Diri. Beberapa rabi mengajarkan bahwa masa antara itu adalah seperti menanti seorang teman yang datang dari tempat jauh untuk sebuah
Memperingati pencurahan Roh Kudus kepada umat Allah, sebagai penggenapan dari nubuatan dalam Yeremia 31:31 – 34 tentang PERJANJIAN (KOVENAN) BARU.
Dalam peristiwa Pentakosta di Kisah Para Rasul 2:1 – 4, dicatat kehadiran lidah-lidah api diiringi suara seperti angin keras, menghampiri murid-murid Tuhan Yesus. Dan sesungguhnya, peristiwa ini membawa ingatan kita kepada Yehezkiel 1:4. Hari Raya Minggu Kebangkitan (dimana Yesus Kristus bangkit sebagai BUAH SULUNG) dilanjutkan dengan 49 hari yang berpuncak pada hari ke-50, yaitu PENTAKOSTA (dimana Roh Kudus adalah “seorang teman yang dinanti-nantikan itu” yang kemudian datang dan menyebabkan ada 3000 orang lebih “dibangkitkan rohaninya” sebagai BUAH-BUAH BERIKUTNYA).
7
kunjungan istimewa, dan teman itu membawa bersamanya kabar baik. Keluaran 32:28, mencatat 3000 orang mati di Gunung Sinai karena dosa mereka, menyembah lembu emas.
Kisah Para Rasul 2:41 mencatat 3000 jiwa mendapatkan kehidupan baru di dalam Yesus. Jiwa-jiwa itu sebenarnya layak menerima hukuman mati (Roma 3:23), namun karena mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, mereka pun dibangkitkan secara rohani, dan momen Pentakosta tersebut menjadi “puncak” dari masa panen.
STRUKTUR TAHUN LITURGI Masa Pra-paskah Pekan Suci Trihari Paskah Masa Paskah
: Rabu Abu – Sabtu sebelum Minggu Palem. : Minggu Palem – Kamis Putih siang. : Kamis Putih malam – Jumat Agung – Sabtu sunyi malam Paskah. : Minggu Paskah I setelah tengah malam – Pentakosta. TATA WARNA LITURGI
Fungsi warna dalam liturgi adalah sebagai tanda siklus kalender gereja dan peristiwa gerejawi. Warna dapat ditempatkan sebagai antependia di mimbar, taplak atlar, banner di dinding, spanduk, bendera, aksesori pakaian liturgi, stola, bunga-bunga, dsb. Ada lima warna dasar: Putih, merah, hijau, ungu, dan hitam. Rabu Abu Pra-Paskah Minggu Sengsara Minggu Palem Kamis Putih Jumat Agung Paskah Minggu² Paskah Kenaikan Tuhan Pentakosta
: Hitam atau Ungu. : Ungu. : Merah muda. : Merah. : Putih/emas. : Hitam. : Putih/emas. : Putih atau merah. : Merah atau putih. : Merah.
8