JUNI 2007
Dapatkah Mineral Terlihat dari Citra Satelit? Mengenal Strategi dan Metode Eksplorasi Mineral Jika Sungai Cikapundung Jernih
VOL. 2 NO. 2
Daftar Isi Volume 2 No. 2 Juni 2007
03
Editorial
04
Geologi Populer
16
Mineral dan Sumber Daya Geologi bagi Kehidupan Kita: Pentingnya Data dan Usaha Hulu Penanganan [04]Jika Sungai Cikapundung Jernih [10]Dapatkah Mineral Terlihat dari Citra Satelit ?
Lintasan Geologi [16]Yodium : Sumber Daya Geologi pada Lumpur Porong, Jawa Timur [22]Pengelolaan Data dan Informasi di Pusat Sumber Daya Geologi [28]Mengenal Strategi dan Metode Eksplorasi Mineral [42]Oh, Saya Baru Tahu, Kalau Mineral Itu Ternyata Banyak Sekali Manfaatnya
56 58
Geofakta
68
Seputar Geologi
[56]Friedrich Mohs, Penemu Skala Kekerasan Mineral
Profil [58]Mamat R. : Mengenal Keuletan Seorang Preparator
informasi tentang kegiatan bidang geologi dan bidang lain terkait kegiatan kegeologian, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan diikuti oleh Badan Geologi.
Penasehat Kepala Badan Geologi Penanggungjawab Sekretaris Badan Geologi Pemimpin Redaksi Eddy Mulyadi Wakil Pemimpin Redaksi Priatna Dewan Redaksi Oman Abdurahman,Prima M. Hilman, M. Taufik, Abdurahman, Igan Sutawidjaja, Agus Pujobroto, Sugiharto Nitihardjo, Ipranta Redaktur Pelaksana Joko Parwata, M. M. Saphick Nurjaman, Bunyamin Koresponden Nandang Sumarna, Evina Widyantini, Sumaryono, Nenen Andriyani Sirkulasi Asep Sofyan Fotografer & Dokumentasi Gatot Sugiharto, Titan Roskusumah Marketing & Humas Lilies M. Maryati Tata Letak & Artistik [V]Artstudio 022-70662366 Alamat Redaksi Gedung D Lantai IV Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Telp. 022-7217321 Faks.022-7218154 website: http://www.bgl.esdm.go.id e-mail:
[email protected]
Editorial
Mineral dan Sumber Daya Geologi bagi Kehidupan Kita: Pentingnya Data dan Usaha Hulu Penanganan “…Hanya, keahlian Fielderhof tampaknya bukan satusatunya kunci resep keberhasilan manipulasi skandal Busang. Longgarnya peraturan juga ikut mendukung. Di Kanada, persis seperti di Indonesia, tak ada kewajiban perusahaan tambang publik untuk minta pengesahan atas klaim jumlah deposit yang mereka temukan. Cara-cara seperti ini mustahil dilakukan di Australia. Di Negeri Kanguru itu, setiap klaim penemuan kandungan tambang harus disahkan anggota Australian Institute of Mining and Metalurgy, lembaga independen yang dipercaya menyetempel keabsahan penemuan deposit tambang”. Demikian sepenggal kisah lama tentang skandal Busang yang terdapat pada situs Hamline University sebuah akademi terkenal di N e g a r a b a g i a n M i n n e s o t a , http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/05/ 09/0006.html. Minnesota sendiri adalah produsen besi dan batuan taconite terbesar di Amerika Serikat. Kasus Busang yang menghebohkan kita di era tahun 90-an adalah sebuah kisah hitam di dunia pertambangan. Cerita tersebut diangkat kembali untuk menyegarkan ingatan kita tentang betapa menentukannya arti data sumber daya mineral. Betapa tidak, kasus Busang telah menyebabkan jutaan dolar uang para pemain saham amblas, puluhan orang diseret ke meja hijau, dan dunia pertambangan tercoreng, termasuk di Indonesia. Kisah Busang juga menegaskan kembali bahwa penataan, pemanfaatan, pengembangan, dan konservasi sumber daya mineral diawali dengan ketersediaan data yang akurat tentang posisi, persebaran, dan kelayakan tambang dari sumber daya mineral tersebut. Semua itu sangat bergantung kepada kinerja eksplorasi sumber daya mineral dan penilaian data terkait.
data), teknologi, dan pengelolaan. Tentang teknologi dan pengelolaan sumber daya mineral, kiranya bukan menjadi tanggung jawab utama institusi yang memiliki kewenangan di bidang geologi. Lagipula, kedua aspek tersebut akan senantiasa mengikuti kondisi keberadaan sumber daya geologi yang menjadi substansinya. Hal ini berarti persoalan kita kembali kepada masalah data dan eksplorasi. Tentang database sumber daya mineral, sebenarnya kita sudah memiliki semacam baseline atau tonggak pengembangannya. Penyusunan database sumber daya mineral di Pemerintahaan dirintis oleh Pusat Sumber Daya Mineral (PMG, sebelumnya bernama Direktorat Inventarisasi Mineral). Database tersebut kini sebenarnya sudah diadopsi menjadi rujukan struktur database mineral di tingkat ASEAN. Sementara itu, Badan Geologi melalui PMG pada tahun 2007 ini telah ditunjuk sebagai focal point pengembangan database sumber daya mineral di tingkat nasional. Persoalannya kemudian adalah bagaimana upaya kita agar Daerah dapat tune in menggunakan database tersebut sebagai sarana pertukaran data dan informasi tentang sumber daya mineral kita? Pertukaran data sangatlah penting dalam iklim otonomi daerah. Dengan cara itu semua pihak diuntungkan. Daerah terbantu dalam percepatan pengumpulan dan penyusunan data serta pemenuhan kewajibannya kepada Pemerintah berkenaan dengan informasi sumber daya geologi. Pemerintah pun tertolong dalam penyusunan dan updating database terkait sehingga diperoleh basis yang lebih baik dan terkini untuk perencanaan dan penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya mineral nasional. Sementara itu, mitra lainnya akan memperoleh informasi yang lebih akurat untuk pengembangan dan pemantauan pengelolaan sumber daya geologi kita.
Mineral, bagian dari sumber daya geologi, hingga saat ini masih menjadi andalan sumber pendapatan bangsa kita. Bagaimana status database-nya? Bagaimana pula eksplorasi atau usaha hulu penanganannya semestinya dilakukan? Serta, bagaimana masalah sumber daya manusia untuk pengelolaan sumber daya geologi di Daerah? Selain itu, sumber daya geologi apa selain mineral yang potensial di wilayah kita ini? Bagaimana sebuah bencana sesungguhnya memberi “anugerah” untuk kita berupa kandungan mineral penting? Bagaimana sosialisasi terkait mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan arti strategis sumber daya mineral? Warta Geologi nomor 2, Juni 2007 ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tersebut.
Pembaca yang budiman, Dengan topik seputar mineral ini kita diingatkan kembali arti penting sumber daya geologi, khususnya mineral, yang kita miliki. Seiring dengan itu, juga pengembangan database-nya. Akselerasi pemahaman dan kesadaran seluruh komponen masyarakat akan arti penting database, informasi, dan eksplorasi sumber daya geologi kita akan membantu tumbuhnya masyarakat yang sadar akan nilai strategis sumber daya alam kita. Salam mineral, selamat menikmati Warta Geologi edisi ini.
Para pembaca yang budiman, Sebagaimana dalam penanganan sumber daya alam yang lain, penanganan sumber daya mineral dan sumber daya geologi lainnya akan selalu bergantung kepada tiga hal pokok, yaitu: ketersediaan data (bank
Bandung, Juni 2007 Oman Abdurahman Editorial 3
Sungai adalah Wajah Kota, Wajah Kota adalah Wajah Kita
Jika Sungai Cikapundung Jernih Oleh: Bethy C. Matahelumual Pusat Lingkungan Geologi - Badan Geologi
K
ota pada hakekatnya adalah kita, manusia-manusia yang menghuninya, sehingga wajah kota adalah wajah kita. Salah satu pembentuk rupa kota adalah sungai yang mengalir di kota tersebut. Dengan demikian, perhatian terhadap kualitas air sungai merupakan sebuah bentuk perhatian terhadap wajah kota yang pada akhirnya - merupakan perhatian terhadap wajah kita sendiri. Di sisi lain, sungai secara fisik adalah sebuah bentukan proses geologi, sehingga sungai dengan seluruh cekungan geologisnya dipengaruhi oleh asal-usul geologis pembentukannya. Masalah masukan dan keluaran air ke atau dari sungai di sepanjang alirannya, sebagai contoh, sangat dikontrol oleh tatanan geologi di sepanjang sungai tersebut. Untuk Sungai Cikapundung, misalnya, ternyata tidak semua aliran sungainya merupakan daerah keluaran air tanah. Beberapa bagian sungai tersebut bertindak sebagai pemasok bagi sistem air tanah di sekitarnya. Hal tersebut penting maknanya dalam kaitannya dengan pengelolaan air tanah. Hubungan sungai dan air tanah dan perlindungan kualitas air sungai - untuk kasus seperti sungai Cikapundung sangatlah penting. 4 Warta Geologi.Juni 2007
Sungai Cikapundung, kondisinya yang memprihatinkan
Tulisan ringkas di bawah ini berusaha menyajikan potret sebuah sungai di perkotaan: Sungai Cikapundung di Kota Bandung. Penelusuran singkat kualitas air sungainya dan usulan praktis penanganannya ini dapat memberi inspirasi, baik bagi pengelolaan sungai, maupun penelitian hubungan sungai dan air tanah, untuk sungaisungai penting di Indonesia. Sungai Cikapundung, Potret Wajah Kota Bandung Sungai Cikapundung, bagaimana pun wujud dan rupanya sekarang, tetap merupakan “nadi” kehidupan warga Kota Bandung. Potret kehidupan Kota Bandung secara tidak langsung sesungguhnya dapat disimak melalui kondisi air Cikapundung. Kondisi air sungai Cikapundung sudah tercemar, lingkungan di sepanjang sungai tidak tertata, dan banyak sampah yang dibuang ke sungai tersebut, merupakan cerminan wajah kota Bandung. Akankah kita seterusnya menganggap Sungai Cikapundung sebagai tempat “pamiceunan runtah (pembuangan sampah)?” Sejak lepas jembatan jalan Siliwangi hingga bermuara di Sungai Citarum, sepanjang lebih kurang 20 kilometer, Sungai Cikapundung benarbenar menderita. Sebagai bak sampah, sudah jelas! Tetapi di samping sampah, yang entah berapa ton setiap hari tumpah ke sana, ada juga
cairan limbah pabrik, tumpahan minyak, ampasampas dapur, busa sabun, dan seribu satu kotoran lain, masuk, mengendap, dan hanyut di Cikapundung. Cikapundung memang kawan yang amat dibutuhkan, tetangga yang baik hati bagi manusia, tetapi diperlakukan seperti budak yang tak putus-putusnya harus menanggung derita akibat ulah manusia. Maka wajarlah bila suatu saat ia bangkit membalas penderitaannya. Sayangnya, balasan itu hanya dialami oleh sebagian pelakunya saja, terutama mereka yang berada di bagian hilirnya saja. Mereka yang berada di bagian hulu sungai tersebut umumnya aman-aman saja. Mereka yang bermukim di hilir sering mengeluh bila hujan turun dan banjir, karena yang mereka rasakan bukan hanya basah oleh air saja, tetapi air itu telah bercampur dengan bermacammacam benda menjijikkan. Mulai dari sampah, sisa-sisa benang, genangan minyak, lumpur, hingga bangkai binatang, semua ikut masuk ke dalam rumah mereka. Bayangkan, seperti apa keadaan rumah mereka! Jika kita rajin berjalan menelusuri alur sungai Cikapundung ke arah muara, terlihat betapa padat bangunan di sana. Mulai dari gubukGeologi Populer 5
Sungai Cikapundung dipenuhi oleh sampah yang mengalir bersama air berwarna hitam
gubuk gelandangan dan pemulung, rumahrumah sederhana dan mewah hingga bangunan pabrik, pertokoan, dan gedung bertingkat. Bangunan-bangunan itu lengkap dengan saluran pembuangannya tak pernah berhenti memuntahkan limbah rumah tangga (domestik) ataupun industri mereka ke Sungai Cikapundung. Secara kasat mata kita dapat melihat kondisi air Sungai Cikapundung yang terlihat hitam. Warna hitam itu kadang berubah menjadi kuning, hijau, atau merah saat limbah pabrik dibuang ke sana. Walaupun begitu, ada saja orang yang mau “nyemplung” ke sana untuk mengais rejeki. Mereka biasanya mencari kantong plastik bekas, atau dengan berbekal sepotong kawat mereka mengumpulkan paku dan sisa potongan kawat. Mereka tidak peduli terhadap kondisi air sungai yang dapat menimbulkan penyakit gatal atau penyakit kulit lainnya. Mereka menganggap “nyemplung” ke sungai sudah biasa. Yang penting mereka dapat mempertahankan hidup saat ini. Ironis memang. Di satu sisi kita ingin air sungai yang tetap jernih, di sisi lain tidak ada kesadaran untuk merasa memiliki sungai tersebut sehingga berusaha untuk tetap menjaga kualitas dan kesehatan lingkungannya. Kualitas air Sungai 6 Warta Geologi.Juni 2007
Cikapundung sangat buruk, karena banyak sampah, limbah rumah tangga, dan industri. Hal ini akan meningkatkan kandungan unsur-unsur dari parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter Kualitas Air Sungai Parameter fisika yang akan terpengaruh atau meningkat konsentrasinya yaitu kekeruhan, warna, bau, rasa, daya hantar listrik, dan zat padat terlarut. Parameter kimia yang akan terpengaruh atau meningkat konsentrasinya yaitu oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), pH, kesadahan, natrium, bikarbonat, klorida, sulfat, nitrat, nitrit, ammonium dan logamlogam seperti besi (Fe), mangan (Mn), timbal (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn), krom (Cr), dll. Sedangkan untuk parameter biologi, yang pasti akan sangat besar jumlahnya adalah bakteri Escherichia coli. Pencemaran perairan terbuka seperti danau, situ, rawa, dan sungai oleh limbah industri dan rumah tangga, merupakan masalah yang serius. Berbagai bentuk pencemar air, baik yang bersifat fisik seperti lumpur, bahan organik, maupun yang berupa senyawa kimia termasuk yang beracun, seperti logam berat, perlu segera diatasi sebelum terjadi akumulasi yang membahayakan pada banyak perairan di Tanah Air kita. Salah satu
upaya untuk itu diperoleh dari pengetahuan dan kearifan lokal (local knowledge dan local wisdom), di antaranya penggunaan beberapa jenis tumbuhtumbuhan. Mengatasi Pencemaran Air Sungai dengan Tumbuhan Salah satu langkah nyata dan mudah dilaksanakan untuk menangani pencemaran di Sungai Cikapundung adalah aplikasi sistem biologis. Cara ini dilakukan antara lain melalui pengembangbiakan tanaman air seperti eceng gondok (Eichornia crassipes) atau kayambang (Bhs. Sunda: Kiambang; Salvinia natans). Sebenarnya, gagasan untuk menggunakan tumbuhan air sebagai penyaring biologis telah lama didengung-dengungkan. Kemampuan tumbuh-tumbuhan tersebut dalam menjernihkan air yang tercemar juga tidak perlu disangsikan lagi. Beberapa negara yang telah menggunakan sistem ini adalah Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan Korea. Tidak ada salahnya bukan, jika kita juga mencontoh mereka dan mulai menggunakan tumbuhan air untuk menjernihkan Sungai Cikapundung.
Eceng Gondok
Air yang keruh, berbau, berwarna dan mengandung logam, dapat dihilangkan secara sederhana melalui penyerapan akar-akar tanaman air seperti eceng gondok. Tanaman eceng gondok dan kayambang ini mudah diperoleh dan mudah pula dikembangbiakan. Tetapi kita harus berhati-hati jangan sampai timbul masalah baru, yaitu kita juga harus berperang melawan eceng gondok karena pertambahan populasinya yang tidak terkendali. Eceng Gondok Tanaman eceng gondok dan kayambang, mudah mengapung di atas permukaan air dan membentuk kelompok tumbuhan yang menyerupai pulau. Jadi, jika kita ingin menggunakannya untuk penjernihan air sungai Cikapundung, kita dapat menanam eceng gondok dalam ban mobil bekas atau dalam petakpetak seperti keramba, sehingga pertumbuhannya mudah dikontrol seperti yang dilakukan di negara Korea. Pertumbuhan eceng gondok ini nantinya akan membentuk pulau-pulau terapung di atas permukaan Sungai Cikapundung. Jika pertumbuhan eceng gondok telah melebihi petak-petak atau ban mobil bekas tersebut, kita dapat memanennya untuk dimanfaatkan menjadi berbagai hasil kerajinan tangan. Pemeliharaan eceng gondok yang dimaksud di sini
Kayambang
Geologi Populer 7
bukanlah seperti penanaman eceng gondok yang dilakukan masyarakat di sekitar Kali (Sungai) Bekasi, Bekasi. Warga di sepanjang Kali Bekasi yang melintasi Kecamatan Babelan dan Sungawangi telah membudidayakan tanaman eceng gondok di kali tersebut sejak tahun 1999. Tetapi sayang, hal itu tidak diikuti dengan penanggulangan (penjernihan) air Kali Bekasi itu sendiri. Mereka hanya memanfaatkan penanaman eceng gondok tersebut sebagai kerja sampingan saat mereka tidak menggarap sawah. Mereka memanen dan mengeringkan batangbantang eceng gondok, kemudian menjualnya kepada tengkulak, dan selanjutnya dibawa ke perajin untuk dibuat tas, sepatu, kursi, dan lainlain. Pulau terapung dari eceng gondok ini selain mudah dikendalikan pertumbuhannya, juga dapat menyaring dan menjernihkan air, dan sebagai habitat kehidupan liar hewan air. Bukan mustahil, jika pemandangan di Sungai Cikapundung terlihat lebih indah, karena tumbuhan eceng gondok yang menghijau apalagi disertai dengan mekarnya bunga eceng gondok yang berwarna ungu. Tumbuhan air lainnya selain eceng gondok dan kayambang yang terdapat di Tanah Air Kita, yang dapat digunakan untuk menjernihkan air, di antaranya cattail (Typha latifolia), geligi (Phragmites karka), padi liar (Oryza rufipogon), rumput liar (Paspalum sp), dan jajagoan (Echinochloa crusgalli).
Tanaman Kelor (Moringa oleifera), bijinya telah lama digunakan di Inggris sebagai koagulan (penggumpal) alami dalam proses pengolahan air, mulai skala kecil sampai skala besar.
Daun dan Bunga Kelor
Polong Buah Kelor
8 Warta Geologi.Juni 2007
Daun Kelor Bila air sungai Cikapundung akan digunakan dalam skala kecil secara langsung dan sederhana, kita dapat menggunakan bahan kimia atau potensi kearifan lokal, seperti biji kelor, untuk menjernihkannya. Sebenarnya, biji kelor (Moringa oleifera) telah lama digunakan di Inggris sebagai koagulan (penggumpal) alami dalam proses pengolahan air, mulai skala kecil sampai skala besar. Tentunya kita masih ingat pepatah yang mengatakan “dunia tak selebar daun kelor” yang maknanya sindiran bagi orang yang berpikiran sempit. Tanaman kelor (Moringa oleifera), meskipun daun-daunnya berukuran kecil atau sempit, namun ia dapat tumbuh cepat sekali, baik dari biji maupun dari stek. Kelor bahkan tetap tumbuh sekalipun ditanam di atas lahan yang gersang. Jadi, kelor sangat baik dikembangkan di
atas lahan-lahan kritis yang mengalami musim kering yang panjang. Bubuk biji kelor mampu memproduksi bakteri sebanyak 90-99% yang melekat pada partikelpartikel padat dan menjernihkan air yang relatif aman untuk diminum masyarakat setempat. Idealnya, masih diperlukan pemurnian air lebih lanjut, misalnya dengan cara memasak air atau menyaring kembali dengan menggunakan pasir. Perlu diingat untuk selalu membuat pasta bubuk biji kelor yang segar setiap kali akan melakukan penjernihan air. Sungai Jernih, Lingkungan Bersih Kita dapat mencoba menjernihkan Sungai Cikapundung dengan menggunakan pulau terapung eceng gondok atau tanaman air lainnya, sehingga suatu hari nanti kita dapat
berperahu di air yang jernih dari hulu ke hilir. Alangkah menyenangkannya bila hal itu terwujud. Kepedulian terhadap kesehatan lingkungan sekitar Sungai Cikapundung telah dimulai, misalnya melalui pengerukan dasar sungai tersebut. Dan, tentunya, hal tersebut akan lebih baik lagi bila diikuti oleh penataaan sepanjang tepi aliran dan upaya-upaya untuk mengurangi pencemaran air sungainya. Demikian pula, kita memiliki kewajiban untuk memelihara sungai-sungai yang ada di wilayah kita masing-masing. Maka apabila kita telah melaksanakan kewajiban kita kepada sungaisungai itu, sungai pun akan memenuhi hak kita: mendapatkan air bersih. Sungai jernih, lingkungan pun bersih!.n
Pengolahan Biji Kelor untuk Penjernihan Air
B
erikut ini cara mengolah biji kelor untuk digunakan sebagai penjernih air: Biji kelor yang tua ditumbuk hingga halus, kemudian timbang hasil tumbukannya sebanyak 2 gram atau kira-kira 5 sendok teh (5 mL). Lalu, tambahkan padanya sedikit air bersih sehingga membentuk pasta. Kemudian pasta kelor tersebut dimasukkan ke dalam botol yang bersih dengan ditambahkan lagi 200 mL air bersih. Botol itu lalu dikocok selama 5 menit hingga tercampur sempurna. Pencampuran sempurna ini diperlukan untuk mendapatkan proses senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor yang diperlukan untuk penjernihan. Selanjutnya, saringlah larutan
yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut dengan kain kasa; filtratnya dimasukkan ke dalam 20 liter air yang akan dijernihkan; dan aduk kembali perlahanlahan selama 10-15 menit. Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air, beserta mikroba dan kuman penyakit, sehingga membentuk gumpalan besar dan mengendap. Kemudian, diamkan larutan penjernihan tersebut selama 1 jam, kemudian air bersihnya dapat dipompa keluar untuk memenuhi keperluan keluarga.n
Geologi Populer 9
Dapatkah Mineral Terlihat dari Citra Satelit? Oleh: Ipranta Pusat Survei Geologi - Badan Geologi
P
erkembangan teknologi informasi yang sangat cepat seperti sekarang ini akan mempengaruhi berbagai bidang
termasuk kebumian. Khususnya perkembangan teknologi satelit dan sensor perekaman, semua kenampakan obyek di permukaan bumi yang
Dokumentasi : www.freetel08.free.fr/img/telephonie/satellite.jpg
didasarkan atas pantulan gelombang
10 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
elektromagnetik sangat signifikan untuk berbagai survei atau analisis yang terkait bidang kebumian. Perekaman oleh satelit dapat dilakukan baik di siang hari maupun di malam hari, karena gelombang elektromagnetik yang direkam oleh sensor dapat bersifat, baik alamiah yaitu gelombang dari sinar matahari, maupun buatan, yakni gelombang yang berasal dari sumber buatan yang dibawa satelit.
Dari waktu ke waktu sensor perekaman yang dipakai selalu mengalami perubahan yang sangat signifikan dengan perkembangan teknologi. Hasil rekaman yang dihasilkannya pun semakin baik. Yaitu, resolusi citra semakin besar, mulai dari resolusi 1.000 m hingga 1 m, tergantung dari pemanfaatan yang digunakan. Biasanya citra satelit yang beresolusi besar berfungsi untuk melihat dan mengetahui cuaca (contoh: satelit NOAA dan satelit MODIS). Adapun sensor yang beresolusi kecil digunakan untuk keperluan teknis yang lebih spesifik. Diantara keduanya, terdapat citra satelit yang beresolusi sedang yang digunaka untuk perencanaan atau identifikasi tata ruang dan sumber daya kebumian lainnya. Tulisan dibawah ini akan menyajikan secara singkat langkah-langkah analisis citra satelit untuk identifikasi keberadaan dan distribusi beberapa jenis mineral di suatu lokasi. Dengan penyajian contoh praktis ini, diketahui hal-hal yang diperlukan dan langkah-langkah yang mesti ditempuh untuk memperoleh hasil identifikasi
mineral berdasarkan citra landsat. Dengan contoh kasus yang diangkat dalam tulisan ini dapat dipahami bahwa sampai batas-batas tertentu, satelit dapat digunakan untuk identifikasi keberadaan mineral di suatu lokasi. Landsat Salah satu satelit yang citranya dapat dipakai untuk melihat keberadaan sumber daya mineral adalah Landsat ETM+7 dan Landsat TERRA/ASTER. Landsat ETM+7 adalah satelit bumi yang diperuntukkan guna mengidentifikasi lingkup sasaran yang lebih spesifik, misalnya: mineral. Adapun Landsat TERRA/ASTER adalah satelit sejenis dengan resolusi yang lebih baik. Landsat ETM+7, karena memiliki resolusi 30 meter ke atas, memberikan hasil yang masih kasar bila dibandingkan dengan citra hasil TERRA/ASTER yang memiliki resolusi 15 m hingga 30 m. Perbandingan band dan panjang gelombang elektromagnetik yang dipakai dalam perekaman pada sensor kedua satelit tersebut tampak pada gambar berikut.
Karakteristik band dan panjang gelombang yang dipakai untuk perekaman Landsat ETM +7 dan TERRA/ASTER
Keterangan ASTER (TERRA/ASTER) ETM + 7 Warna hijau toska sampai merah muda VNIR, SWIR, TIR Garis/kurva biru 15 m, 30 m, 60 m, 90 m 1 10-14 1
: Nama salah satu satelit bumi : Nama salah satu satelit bumi : Spektrum gelombang yang dapat ditangkap oleh LANDSAT ETM+7 dan TERRA/ASTER : Visible to (-) Near Infra Red (VNIR); Short Wave Infra Red (SWIR), Thermal Infra Red (TIR): jenisjenis sinar infra red : Garis reflektan : resolusi; angka cetak tebal: resolusi untuk ASTER; angka cetak tipis: resolusi untuk ETM+7 : 1. Band: nomor adalah nomor band, kotak warna merah dengan nomor 5-9: band nomor 5, 6, 7, 8 dan 9; demikian seterusnya untuk kotak lainnya; satu kotak menunjukkan satu band 2. Angka cetak tebal di luar kotak: band untuk ASTER; angka cetak tipis di dalam kota: band untuk ETM+7
Identifikasi Deposit Mineral Bijih Contoh Kasus Landsat TERRA/ASTER Prinsip penggunaan Setiap obyek yang berada di permukaan bumi akan memantulkan gelombang elektromanetik. Khusus untuk obyek yang memantulkan panjang gelombang elektromagnetik seperti pada Gambar 1 di atas, maka akan terekam dengan baik pada sensor satelit. Oleh karena itu, citra akhirnya dapat diolah dan diekstrak kembali sesuai dengan obyek aslinya dipermukaan bumi. Berdasarkan prinsip tersebut, maka setiap mineral atau sekumpulan sumber daya mineral yang ada di suatu daerah akan memantulkan panjang gelombang elektromagnetik tertentu yang dapat direkam oleh sensor satelit. Selanjutnya, untuk melihat mineral dari citra satelit dengan kenampakan yang lebih jelas, disini hanya akan dibahas metode kerja TERRA/ASTER.
Sebaiknya sebelum dilakukan analisis untuk melihat keberadaan mineral dengan citra satelit, terlebih dahulu harus diketahui nilai reflektan dari setiap mineral atau batuan yang ada di daerah yang daiamati. Nilai reflektan adalah nilai yang dihasilkan oleh panjang gelombang yang dipantulkan dari objek yang diamati oleh satelit. Diketahuinya reflektan acuan tersebut akan memudahkan dalam proses pencocokan hasil dengan nilai reflektan yang ada dalam citra satelit. Gambar di bawah adalah contoh reflektan acuan, hasil rekaman citra TERRA/ASTER terhadap panjang gelombang elektromagnetik yang dipantulkan oleh beberapa jenis batuan dan mineral yang telah diketahui sebelumnya. Dari gambar di bawah, terlihat bahwa mineralmineral tertentu memantulkan gelombang elektromagnetik yang terekam pada band 1 hingga band 14. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji empiris di laboratorium diperoleh bahwa: 1) untuk melihat mineral hematite, jarosit, goetit
Karakteristik gelombang elektromagnetik pada berbagai mineral yang telah diketahui yang terekam pada sensor TERRA/ASTER (hasil empiris di laboratorium).
Keterangan Sumbu Y Sumbu X Kolom warna hijau Kolom warna merah muda Kolom warna merah tua
: Nilai relatif (%) dari reflektan : Panjang gelombang dalam satuan nanometer : band 1, 2 dan 3 dengan kelompok mineral yang terliput dari reflektan kecil ke besar: batuan basa, limonit, goesit, jarosit, bentonit : band 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dengan kelompok mineral yang terliput dari reflektan kecil ke besar: alunit, montmorilonit, muskovit, taktonit, kalsit, epidot, khlorit : band 10, 11, 12, 13, dan 14 dengan kelompok mineral yang terliput dari reflektan kecil ke besar: dolomit, batugamping (limestone), batugamping lempung kwarsa (limestone clay quartz), montmorilonit, kaolinit, perdotit basal, trachy andesite, monzonit (monzonite), kwarsit monzonit (quarzt monzonite), kwarsit (quarzite)
12 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Citra Satelit TERRA/ ASTER (VNIR) dari suatu kawasan tambang tembaga.
dan limonit hanya diperlukan band 1, band 2 dan band 3; 2) untuk melihat mineral klorit, epidot, kalsit, kaolinit, muscovite, dan montmorilonit diperlukan band 5, band 6, band 7, band 8 dan band 9; dan 3) untuk mengenali batuan kwarsit, quartzmonzonit, monzonit, kaolinit dan batugamping diperlukan band 10 sampai band 14. Analisis Dalam contoh Gambar 3 dibawah diperlihatkan citra satelit TERRA/ASTER suatu daerah kawasan pertambangan mineral tembaga yang telah terproses secara baik gabungan dari band Visible-Near Infra Red (1,2 dan 3). Pada Gambar 3 terlihat adanya berbagai macam warna dari putih hingga hitam ini merupakan gabungan warna dari nilai reflektan dari setiap pixel yang ada dalam gradasi warna dengan nilai dari 0 (warna hitam) hingga 255 putih dan diantara nilai tersebut merupakan gabungan dari tiga warna dasar. Warna-warna yang diperoleh tersebut dapat dimodifikasi dan dirubah menjadi suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara nilai
reflektan yang dipantulkan dengan panjang gelombangnya. Dari ke dua gambaran grafik, satu hasil rekaman citra satelit (Gambar 4a) dan lainnya hasil pengukuran langsung terhadap mineral atau batuan yang telah diketahui, baik alam maupun di laboratorium (Gambar 4b), maka akan dapat dicari kesamaan pola. Disini yang kita cari adalah kesamaan pola, karena kedua gambaran tersebut (gambaran yang akan dianalisis tafsiran mineralnya dan gambaran hasil percobaan empiris pada mineral-minerl yang telah diketahui), tidak akan pernah diperoleh nilai reflektan dan panjang gelombang yang sama. Hal tersebut disebabkan hasil citra satelit dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kondisi batuan, kemiringan sudut perekaman, kondisi atmosfer dan lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka dari gambaran grafik hubungan antara nilai reflektan dan panjang gelombang yang ada dapat diidentifikasi beberapa mineral seperti yang tertera pada Gambar 4a hasil perbandingan dengan reflektan hasil uji empiris (Gambar 4b). Bila Gambar 4a dan Gambar 4b dibandingkan, maka akan tampak bahwa reflektan mineralGeologi Populer 13
mineral pada panjang gelombang antara 2,1 hingga 2,3 mikro meter nilainya berbeda, akan tetapi polanya hampir sama. Dengan berpedoman pada hasil pengukuran secara empiris di laboratorium atau lapangan yang digunakan sebagai acuan nilai reflektan untuk citra satelit dari lokasi yang sedang dianalisis, maka akan didapatkan hasil yang diinginkan, yaitu jenis-jenis mineral yang berada di lokasi tersebut. Setelah diketahui hubungan grafik nilai reflektan dan panjang gelombang antara hasil citra satelit dan panjang gelombang hasil pengukuran di laboratorium atau di lapangan (empiris) untuk mineral-mineral yang telah diketahui, maka dengan mudah kita dapat mengidentifikasi semua kenampakan yang ada dalam citra satelit pada setiap pixel yang mewakili suatu area yang diamati. Tampilan Hasil Analisis Secara otomatis perangkat lunak pengolah citra
memberikan warna merah untuk nilai reflektan mineral budingtonit dan secara otomatis semua pixel yang nilainya sama akan berwarna merah. Dengan cara yang sama untuk mineral lainnya yaitu: hijau untuk kaolinit, biru tua untuk alunit, kuning untuk opal (calcedony; kalsedon), biru muda untuk muscovite (mika) dan seterusnya. Adapun mineral-mineral lainnya yang tidak termasuk dalam nilai-nilai reflektan yang ada pembandingnya terseut dapat diberi warna yang kontras lainnya. Kesemuanya secara otomatis dapat dihitung luas sebaran daerah tiap mineral yang dapat didelineasi berdasarkan warna yang merefleksikan kesamaan nilai reflektannya masing-masing. Hasil lengkapnya seperti yang terlihat pada gambar di samping kanan. Selain dapat digunakan untuk mengidentifikasi mineral tersebut di atas, metode ini juga dapat dipakai untuk identifikasi mineral lainnya, seperti mineral logam ataupun mineral yang bernilai ekonomis lainnya. Untuk semua itu, sarana yang
Grafik hubungan antara nilai reflektan dan panjang gelombang elektromagnetik yang dipantulkan pada citra satelit dengan hasil pengukuran.
Keterangan Cuprite ASTER spectra Wave length Reflectance Alunite, alunite-kaolinite, Buddingtonite,calcite, chalcedony, kaolinite, Muscovite USGS Mineral Library
: Spektrum gelombang mineral-mineral yang ditangkap oleh landsat TERRA/ASTER dari sebuah kawasan tambang tembaga : Panjang gelombang dalam satuan nanometer : Reflektan dalam satuan prosentase (%) : Pada gambar kiri : Diperoleh dari asil perbandingan nilai reflektan yang dibandingkan terhadap grafik pada gambar kanan. Pada gambar kanan : Hasil pengujian empiris di laboratorium terhadap mineral-mineral yang sebelumnya sudah diketahui : Rujukan hasil uji coba empiris reflektan mineral-mineral alunit, buddingtonit, kalsit, kalsedon, kaolint dan muskovit
14 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Kenampakan sebaran mineral hasil analisis terhadap Citra TERRA/ASTER (SWIR) dari sebuah tambang tembaga seperti tampak pada gambar inzet.
harus tersedia, selain citra landsat yang sesuai untuk spektrum reflektan mineral yang akan diidentifikasi, juga adalah reflektan rujukan yang bersesuaian untuk pembanding. Penutup Dengan contoh analisis citra landsat yang diaplikasikan untuk identifikasi mineral-mineral yang tersebar di suatu kawasan sebagaimana dalam paparan sebelumnya, maka disimpulkan bahwa mineral-mineral sesungguhnya dapat dikenali oleh satelit bumi (landsat) yangs sesuai. Satelit TERRA/ASTER memiliki resolusi yang lebih kecil (15 m sampai 30 m) dibanding resolusi landsat ETM+ yang memiliki nilai 30 meter ke atas, sehingga lebih tepat sebagai sarana untuk identifikasi sumber daya mineral oleh citra landsat. Citra landsat dapat pula digunakan untuk kebutuhan identifikasi sumber daya kebumian lainnya, seperti: analisis tata ruang, kesesuaian
lahan untuk komoditi pertanian tertentu, dan penggunaan lainnya. Dalam semua aplikasi tersebut hal yang harus diperhatikan dari segi sarana yang dipakai adalah kesesuaian citra landsat berikut kelompok band yang digunakan dengan mineral atau parameter yang akan dicari, dan keberadaan reflektan pembanding (hasil uji coba pantulan gelombang terhadap mineralmineral yang sudah diketahui sebelumnya di laboratorium atau di lapangan).n
Rujukan: -ASTER (http://asterweb.jpl.nasa.gov) - H y p e r s p e c t r a l R e m o t e S e n s i n g (http://www.csr.utexas.edu/projects/rs/hrs/hyper.html) -Canada Centre for Remote Sensing, 2000, Fundamental of Remote Sensing Tutorial, Canada (http://www.ccrs.nrcan.gc.ca/) -Lielesand, T.M., and Kiefer, R.W., 2000, Remote Sensing and Image Interpretation, 4th edition, John Wiley and Sons, New York.
Geologi Populer 15
Mineral Apa yang Dapat Dimanfaatkan dari Lumpur Porong?
Yodium: Sumber Daya Geologi pada Lumpur Porong, Jawa Timur? Oleh: Hadiyanto dan Sabtanto Joko Suprapto Pusat Sumber Daya Geologi - Badan Geologi
Dokumentasi : http://hotmudflow.files.wordpress.com/2006/08/dari-atas-3.jpg
S
36 W a r t a G e o l o g i . JMueni i 22000077 16
emburan lumpur panas Porong selanjutnya disebut Lumpur Porong muncul pertama kali pada tanggal 29 Mei 2006 di areal persawahan Desa Siring Kecamatan Porong. Jarak titik semburan sekitar 150 meter arah Barat Daya sumur Banjar Panji I milik PT. Lapindo Brantas saat sedang dilakukan pemboran minyak dan gas (migas) secara vertikal untuk mencapai Formasi Kujung pada kedalaman 10.300 kaki. Fenomena geologi berupa semburan lumpur panas tersebut sangat menarik banyak pihak untuk melakukan bermacam kajian. Analisis berdasarkan berbagai parameter untuk mengungkap fenomena alam ini telah memperkaya khasanah geologi di Indonesia. Peristiwa geologi yang sangat langka ini adalah peluang yang menantang kita untuk mengungkap semua aspek yang menyertai gejala alam yang sedang berlangsung. Dari aspek kebencanaan, peristiwa itu telah secara nyata mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta benda. Fenomena geologi yang berlangsung tidak terkendali memang dapat membawa bencana yang lebih besar bagi lingkungan sekitarnya. Namun, apabila peristiwa itu dapat dikendalikan dan dikelola dengan baik, maka hal itu berpotensi menjadi sumber daya geologi yang bermanfaat bagi pembangunan.
Lumpur Porong sebagai sumber daya geologi
Semburan lumpur yang membawa material padat, gas dan cair dari kedalaman lebih dari tiga ribu meter adalah manifestasi alam yang sangat penting. Kejadian itu memberikan tantangan untuk penelaahan terhadap berbagai aspek positif yang dikandungnya. Hasilnya pun dihar a p k a n d a p a t d i m a n f a a t k a n b a g i kesejahteraan masyarakat luas. Lumpur dengan kandungan bahan padat utama berupa lempung merupakan bahan galian industri yang dapat digunakan untuk banyak keperluan antara lain keramik. Selain pemanfaatan fisik lempung, unsur atau senyawa yang terkandung di dalamnya perlu untuk dicermati kemungkinan adanya kandungan bahan galian bernilai ekonomi tinggi. Bahan cair berpotensi membawa unsur dan senyawa terlarut yang kandungannya juga berpeluang memberikan kumpulan bahan-bahan ekonomis. Sumber Daya Geologi Lumpur Porong Penyelidikan awal terhadap potensi sumber daya geologi, khususnya bahan galian, Lumpur Porong telah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Badan Geologi, pada bulan April 2007 melalui kegiatan lapangan. Dalam kegiatan
tersebut dilakukan pengambilan contoh dan dilanjutkan analisis laboratorium terhadap bahan padat dan cair dari Lumpur Porong. Beberapa parameter analisis telah selesai dilakukan namun ada juga yang masih dalam proses penyelesaian di laboratorium. Analisis laboratorium dilakukan di berbagai laboratorium (lab.), baik yang ada di Indonesia, maupun yang ada di luar negeri, sesuai kepentingannya. Laboratorium yang dilibatkan dalam penyelidikan dalam analisa bahan cair dan padat Lumpur Porong oleh PSDG selama ini adalah: Lab. Pengujian Mineral dan Batubara di Pusat Sumber Daya Geologi, Lab. Geologi pada Pusat Survei Geologi, Lab. Balai Besar Keramik, Lab. Kimia LIPI Bandung, Lab. Pengawasan Obat dan Makanan Bandung, Lab. Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan di BATAN Jakarta, Lab. Kimia CSIRO Australia dan USGS, Amerika Serikat. Pelibatan beberapa laboratorium tersebut selain untuk kepentingan analisis parameter tertentu juga dalam rangka uji banding hasil analisis. Hasil dari beberapa analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kandungan Iodine (iodium atau yodium) pada bahan padat mempunyai nilai
18 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
paling menarik, sehingga penyelidikannya perlu dilanjutkan. Penyelidikan lanjutan tersebut antara lain dengan memperapat titik pengamatan agar lebih representatif dan dapat memberikan gambaran sebaran vertikal dan lateral pada endapan luapan lumpur secara lebih akurat. Penyelidikan lanjutan juga ditujukan guna melengkapi beberapa parameter kandungan unsur-unsur ikutan yang umum berasosiasi dengan yodium seperti bromine, chlorine, halite, sodium phospate, potasium, nitrat dan lain-lain.
dikenali kehadiran mineral halit, kuarsa, dan kalkopirit. Analisis paleontologi fosil foraminifera mikro yang terkandung di dalam lumpur menunjukkan bahwa lumpur Porong berasal dari batuan berumur Pliosen Awal Pliosen Tengah. Uji bakar terhadap lumpur dilakukan pada suhu 1400oC. Hasilnya merekomendasikan penggunaan lumpur Porong yaitu: untuk body keramik dengan pembakaran antara suhu 800900oC, untuk keramik hias dengan pembakaran suhu 1400oC, dan sebagai bahan pembuatan bata dan genteng.
dimungkinkan mengingat air tanah sebagai pembawa iodium dapat berasal dari beberapa sumber, seperti air tanah dangkal, air formasi (brine water), maupun air tanah dari sumber lainnya. Siklus hidrogeologi telah memungkinkan pasokan (recharge) dan pengeluaran kembali (discharge) air tersebut dalam bentuk semburan lumpur panas. Fakta adanya sebagian kandungan iodium yang tinggi, memberikan isyarat akan adanya bahan ekonomi tersebut yang terlarut dalam air formasi batuan di zona cekungan Porong.
Hasil lain dari penyelidikan selama ini adalah keterdapatan kandungan emas dan asosiasinya. Kandungan logam mulia tersebut memang dijumpai dalam kisaran nilai yang tidak tinggi jika dibandingkan kandungan emas di dalam batuan induk (host-rock) dalam area pertambangan yang ada selama ini. Akan tetapi, penemuan itu mencerminkan bahwa di bawah Porong ada fenomena lain, di luar aspek geologi perminyakan, yang menarik untuk ditelaah.
Kandungan Unsur Pada Air
Kandungan Unsur Major pada Padatan Lumpur
Analisis unsur dalam komponen air dari lumpur panas Porong telah dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan berpotensi ekonomi yang terlarut dan terbawa bersama semburan lumpur. Unsur atau senyawa terlarut dapat secara langsung mempunyai potensi ekonomi ataupun dalam jangka panjang berpotensi membentuk akumulasi bahan galian yang secara kuantitatif akan membesar sehingga bernilai ekonomi.
Bahan Padatan Lumpur Dari hasil analisis XRD, teridentifikasi adanya kandungan mineral utama lumpur berupa kaolinit-monmorilonit, illit, dan paligorskit. Selain itu, secara setempat-setempat dapat pula 18 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Hasil analisis unsur iodium dalam air yang tertampung di dalam tanggul mendapatkan kadar rata-rata 25 mg/ltr dengan kadar tertinggi 496,91 mg/ltr. Kandungan Iodium lumpur Porong mempunyai nilai bervariasi. Hal ini
Kandungan utama bahan padat pada lumpur Porong adalah mineral lempung. Berdasarkan analisis unsur major terhadap lempung tersebut diperoleh kisaran nilai komponennya sbb: SiO2 (48,15 53,89 %), Al2O3 (17,08 18,95 %), Fe2O3 (5,81 6,67 %), CaO (1,99 3,15 %), MgO (1,67 2,50 %), TiO2 (0,73 - 0,85 %), P2O5 (0,11 0,15 %), SO3 (,04 0,25 %), MnO (0,11 0,15 %), H2O (2,17 4,35 %), Na2O (0,94 2,39 %), K20 (0,94 1,94 %). Berdasarkan literatur, lempung dengan spesifikasi kimia seperti tersebut di atas dapat digunakan antara lain pada industri mesin.
Trace Elements pada Padatan Lumpur Tingginya suhu pada semburan lumpur panas Porong menimbulkan dugaan akan adanya pengaruh aktivitas geotermal yang ikut mempengaruhi kejadiannya. Apabila dugaan tersebut benar, maka fluida pada sistem geotermal berupa larutan hidrotermal yang mempunyai sifat dapat melarutkan trace elements akan membawa unsur-unsur tersebut bersama semburan lumpur panas. Trace elements yang umum terkandung pada larutan hidrotermal adalah: Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cd, As, Sb, Au, Ag, Tl dan Se. Kandungan unsur-unsur logam pada lumpur Porong adalah relatif kecil. Namun, terdapat sedikit peningkatan konsentrasi untuk beberapa unsur logam apabila dibandingkan dengan kadar unsur tersebut yang umum dijumpai pada batu lempung. Keterdapatan kandungan emas pada beberapa lokasi sebesar 15 ppb, meskipun terlalu kecil dari aspek nilai ekonomi, sangat menarik. Pola sebaran emas, perak dan antimoni dengan nilai relatif tinggi pada daerah dekat pusat semburan, memberikan gambaran bahwa dispersi berasal dari pusat semburan. Emas dan perak terbentuk di alam umumnya oleh aktivitas hidrotermal. Kadar emas dan perak Lintasan Geologi 19
pada endapan lumpur Porong mempunyai kemungkinan dapat berubah apabila ada fluida hidrotermal yang terus mempengaruhi, sehingga terjadi akumulasi. Kuantitas akumulasi kandungan emas tergantung pada karakteristik dan debit larutan hidrotermal yang keluar. Kandungan unsur logam lainnya seperti Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cr, Cd, As, Ti, dan Se, juga didapatkan pada semua percontoh lumpur porong dengan variasi beragam. Namun demikian Mn dan Fe merupakan unsur yang mempunyai nilai kandungan relatif tinggi. Kandungan Mn ratarata di atas 600 ppm atau pada 46.153.500 ton lumpur terdapat sumber daya 27.692 ton mangan; dan kandungan Fe rata-rata di atas 3,5% yang berarti pada sejumlah lumpur tersebut terdapat 1.615.372 ton besi. Iodium pada Lumpur Kandungan bahan galian pada Lumpur Porong yang cukup menonjol adalah iodium. Konsentrasi iodium pada padatan lumpur yang dianalisis di Lab. Kimia LIPI Bandung dan Lab. Pengawasan Obat dan Makanan Bandung ada pada kisaran harga 568,54 - 6254,87ppm. Dengan estimasi sumber daya lumpur padat sebesar 46.153.500 ton dengan asumsi kadarnya rata-rata sebesar
2500 ppm, maka terdapat sumber daya iodium sebesar 115.383,750 ton. Apabila menggunakan standar harga jodium pada tahun 2006 sebesar $22.000/ton, maka didapat potensi nilai ekonomi dari sumber daya tersebut sebesar $2.538.442.500. Laboratorium yang biasa melakukan analisis 20 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
kandungan iodium dalam batuan sangat terbatas, sehingga menjadi kendala untuk melakukan uji banding hasil analisis. Keterdapatan sumber daya iodium dalam padatan tersebut adalah fenomena yang perlu diungkap secara tuntas. Mengingat hal ini belum pernah dilakukan di Indonesia, maka pengujian secara tuntas keberadaan yodium ini dapat dijadikan model eksplorasi untuk mendapatkan temuan-temuan di daerah lain yang mempunyai lingkungan geologi sama. Adalah tantangan yang sangat menarik bagi para ahli untuk melakukan eksplorasi, analisis laboratorium yang tepat dan akurat, serta rekayasa penambangan dan pengolahan iodium yang berasal dari lumpur. Dari sisi ekonomi, penyelidikan yang tuntas t e r h a d a p i o d i u m Po r o n g j u g a c u k u p menggiurkan. Prospek ekonomi iodium sangat menjanjikan tidak hanya sebagai bahan baku industri farmasi akan tetapi juga untuk bahan baku industri lainnya seperti bahan pembuatan LCD untuk kamera, TV dan komputer; dan bahan penyerap panas pada kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal, kendaraan dan mesin berat lainnya. Kebutuhan untuk industri tersebut telah menyerap 8% dari produksi iodium dunia. Pemakaian akan iodium yang terus meningkat ditambah lagi permintaan untuk penggunaan dalam teknologi baru, menyebabkan laju peningkatan kebutuhan iodium pada pasar dunia sekitar 3,5% atau 1000 ton/tahun. Strategi Pengembangan Sumber Daya Geologi Lumpur Porong. Dari hasil sementara kajian potensi sumber daya geologi lumpur Porong, diindikasikan keterdapatan berbagai macam komoditas bahan tambang baik berupa bahan tambang padat maupun cair. Bahan tambang tersebut perlu mendapatkan perhatian untuk dikembangkan lebih lanjut. Walaupun kajian keekonomian manfaat Lumpur Porong belum pernah dilakukan, namun, dari informasi awal, terdapat kandungan bahan galian yang cukup besar, diatas cut-off grade (disingkat: COG = nilai minimum keekonomian komoditas tambang), yaitu iodium (yodium). COG yodium saat ini adalah 200 ppm sedangkan
nilai yodium Lumpur porong berkisar antara 568,54 - 6254,87ppm. Maka, kajian yang lebih mendalam perlu dilakukan untuk mineral yodium Porong ini, terutama menyangkut akurasi dan akuntabilitas data terkait. Kadar kandungan bahan galian logam yang lain seperti emas, mangan, besi, dan lainnya pada Lumpur Porong memang berada dibawah nilai COG masing-masing komoditas tersebut saat ini. Namun, karena keterdapatan dan metode penambangannya tampak akan jauh lebih sederhana dibanding dengan penambangan yang ada pada umumnya selama ini, maka nilai COG logam-logam tersebut boleh jadi jauh lebih rendah dibanding COG logam sejenis yang diusahakan di lokasi pertambangan yang ada, baik di Indonesia maupun di negara lain. Lumpur Porong keluar dengan sendirinya tanpa melalui kegiatan engineering maupun mekanisasi yang kompleks dibandingkan dengan engineering dan mekanisasi pertambangan yang ada. Sudah barang tentu, hal itu akan jauh mengurangi operational cost dalam proses penambangannya nanti apabila komoditi logam tersebut dikembangkan. Keterdapatan sumber daya geologi pada Lumpur Porong diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai komoditas industri yang berguna untuk masyarakat di sekitarnya yang menderita musibah karena peristiwa alam tersebut. Untuk itu diperlukan langkah-langkah kongkrit yang terintegrasi dan komprehensif secara nasional mulai dari hulu sampai hilir. Keterlibatan berbagai macam disiplin ilmu dan lintas sektoral dalam kegiatan tersebut mutlak diperlukan, sehingga hasilnya diharapkan optimal sebagai implementasi kebijakan pengelolaan musibah lumpur panas Porong untuk kesejahteraan masyarakat. Sudah tentu, dalam kegiatan tersebut, keterlibatan Badan Geologi dan Balitbangbalitbang terkait, baik di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral maupun instansi lainnya dalam penelitian dan pengembangan, sangat diperlukan. Pada akhirnya, peran serta berbagai pihak, termasuk Pemerintah Daerah dan masyarakat di sekitar juga akan memegang peranan penting dalam upaya pemanfaatan Lumpur Porong .n
Prospek ekonomi iodium sangat menjanjikan tidak hanya sebagai bahan baku industri farmasi akan tetapi juga untuk bahan baku industri lainnya seperti bahan pembuatan LCD untuk kamera, TV dan komputer; dan bahan penyerap panas pada kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal, kendaraan dan mesin berat lainnya. Kebutuhan untuk industri tersebut telah menyerap 8% dari produksi iodium dunia. Pemakaian akan iodium yang terus meningkat ditambah lagi permintaan untuk penggunaan dalam teknologi baru, menyebabkan laju peningkatan kebutuhan iodium pada pasar dunia sekitar 3,5% atau 1000 ton/tahun.
Lintasan Geologi 21
Lintasan Geologi
Menengok Dapur Data dan Informasi Mineral Indonesia
Pengelolaan Data dan Informasi Di Pusat Sumber Daya Geologi Oleh: SS Rita Susilawati dan Qomariah Pusat Sumber Daya Geologi - Badan Geologi
I
ndonesia sesungguhnya sudah memiliki rancangan database sumber daya mineral. Bahkan, sampai ukuran tertentu, database tersebut lebih dari sekedar rancangan, melainkan sudah berisi basis data tentang sumber daya mineral kita, meski masih dalam tahap rintisan. Database yang dimaksud adalah database sumber daya geologi yang disusun sejak 3-4 tahun yang lalu oleh Pusat Sumber Daya Geologi (PMG), Badan Geologi (waktu itu masih bernama Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, di bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM).
Pada saat ini, struktur database sumber daya geologi tersebut telah dijadikan acuan penyusunan database sumber daya mineral di tingkat negara-negara ASEAN. Berkaitan dengan hal itu, PMG, Badan Geologi, terus melakukan peningkatan database tersebut, sesuai dengan tugas dan fungsi (tupoksi)nya.
22 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 0030 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja DESDM, tugas PMG adalah menyelenggarakan penelitian, penyelidikan dan pelayanan bidang sumber daya geologi. Berkaitan dengan tugas pokok pelayanan, salah satu fungsi PMG adalah mengelola data dan informasi bidang sumber daya geologi. Hal ini antara lain meliputi pengelolaan database sumber daya geologi, penyusunan neraca sumber daya geologi, pemetaan tematik potensi, dan pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi hasil penelitian dan pelayanan bidang sumber daya geologi. Database Sumber Daya Geologi dan
data sumber daya geologi di lokasi tertentu dapat menghubungi bidang Penyediaan Informasi Publik, Pusat Sumber Daya Geologi, Jln. Soekarno – Hatta No. 444, Bandung 40254; Telp. (022) 5202698, Fax. (022) 5226263, 5205809. Di bawah ini paparan ringkas tentang gambaran umum kandungan keempat database tersebut di atas, dan kinerja yang telah dicapai hingga saat ini. Gambaran Umum Kandungan Database Field-field yang ada pada Database Batubara adalah: data umum, geologi umum, formasi pembawa lapisan, wilayah (lokasi, koordinat wilayah, lembar peta dan citra, jenis serta tahapan eksplorasi, penyelidik terdahulu); lapisan (koordinat blok wilayah, kuantitas sumberdaya dan cadangan, kualitas, titik lokasi). Sedangkan database gambut yang dikelola saat ini terdiri atas: data umum, geologi umum, lokasi, koordinat wilayah, lembar peta dan citra,
Capaian Kinerja Pengelolaan data dan informasi di PMG saat ini dikelola oleh Bidang Informasi. Hanya saja pemutakhiran database perkomoditi masih dikelola oleh kelompok kerja s e s u a i komoditinya masing-masing. Hingga saat ini Pusat Sumber Daya Geologi (PMG) memiliki empat database komoditi dan satu d a t a b a s e konservasi. D a t a b a s e database tersebut adalah: Database B a t u b a r a , G a m b u t d a n Tampilan Database Batubara, Database Sumber Daya Geologi, PMG Bitumen Padat, Database Mineral Logam, Database Mineral Non jenis dan tahapan ekplorasi, penyelidik Logam, Database Panas Bumi dan Database terdahulu, geologi regional, endapan gambut, Konservasi. sumberdaya, kualitas, dan metode estimasi. Tampilan Database Batubara sebagaimana yang Database sumber daya geologi, PMG, Badan dapat diakses dari website dapat dilihat pada Geologi, sebagaimana database pada umumnya, gambar di atas. hanya sebagian yang dapat ditampilkan dalam website. Mereka yang berminat atau Sementara itu Database Mineral Logam dan Non memerlukan rincian database guna keperluan Logam memuat informasi mengenai data umum, Lintasan Geologi 23
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii
Tampilan Database Mineral Logam, Database Sumber Daya Geologi, PMG
24 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Tampilan Database Mineral Non Logam, Database Sumber Daya Geologi, PMG
Dua buah judul publikasi PMG (“Bahan Galian Industri di Indonesia” dan “Sumber Daya dan Cadangan Nasional”) yang dapat diperoleh di Perpustakaan PMG.
Lintasan Geologi 25
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii Pengunjung website PMG sejak 4 September sampai tanggal 12 September 2007 adalah 33.505 pengunjung. Setiap harinya diperkirakan ada sejumlah 4.188 pengunjung. Pintu masuk (entry point) ke database sumber daya geologi tersebut adalah alamat: http://www.dim.esdm.go.id/. Pada halaman menu utama, informasi terkait database sumber daya geologi terdapat pada menu “Mineral GIS” yang terbagi empat alamat , yaitu:
mudah menata maupun mencari laporan sesuai yang dikehendakinya. Sebagian dari peta-peta dalam laporan yang ada juga telah dialihmediakan, dalam bentuk softcopy, sehingga memudahkan pengguna dalam pemanfaatannya. Penutup: Database sebagai Sarana Pertukaran Data Perkembangan teknologi penyusunan database sangat memungkinkan untuk melakukan sarana pertukaran data melalui database dengan
Tampilan Database Panas Bumi, Database Sumber Daya Geologi,. PMG
1. “Potensi Wilayah” 2. “WebMap” 3. ”Metadata” , dan 4. “ Energi dan Mineral ASEAN” Sistem Pengelolaan Dokumen Terpadu dan Informasi Lainnya PMG juga dipercaya untuk mengelola arsip laporan kegiatan Kuasa Pertambangan (KP) dan PKP2B dengan jumlah sekitar 9.000 box laporan. Saat ini, laporan-laporan berharga tersebut telah tertata dengan baik dalam ruangan kearsipan yang telah memenuhi standar Badan Kearsipan Nasional. Sistem pengelolaan laporan KP dan PKP2B yang ada di PMG saat ini merupakan satu sistem pengelolaan dokumen terpadu berbasis web. Dengan sistem yang baru ini, baik pengelola maupun pengunjung bisa dengan 26 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
bantuan teknologi informasi dan telekomunikasi (internet). Hal ini dalam konteks Otonomi Daerah seperti sekarang dan ke depan akan semakin penting. Sebab, dengan berlakunya Otonomi Daerah kewenangan mengelola data ada pada masing-masing Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota), sedangkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Daerah berkewajiban untuk melaporkan data dan informasi yang diperlukan oleh Pusat. Hingga saat ini, proses pertukaran data tersebut belum berlangsung dengan baik. Bakosurtanal sebagai instansi Pemerintah yang memiliki otoritas dalam data keruangan (spasial) nasional masih dalam tahap membangun infrastruktur, antara lain fasilitas clearing house data sapasial nasional. Oleh karena itu, pengembangan
database sumber daya geologi oleh masingmasing Daerah akan mempercepat proses tersusunnya dan selalu termutakhirkannya database sumber daya geologi nasional dengan catatan beberapa syarat tertentu harus terpenuhi dalam penyusunan database tersebut. Syarat-syarat agar database-database dapat saling ber-interface kandungan datanya masing-masing (berhubungan melakukan pertukaran data secara otomatis antara sistem dengan sistem) antara lain adalah: 1) struktur data dalam database sama; dan 2) terdapat sarana interface dalam sistem yang digunakannya. Dalam kaitan tersebut, struktur database yang dikembangkan PMG yang sudah menjadi rujukan ASEAN tersebut dapat dijadikan rujukan Daerah dalam pengembangan database sumber daya geologi di masing-masing daerahnya. Dalam aplikasinya, tentu saja setiap Daerah dan Pusat atau pihak-pihak yang akan melakukan pertukaran data sudah menyepakati terlebih dahulu kriteria data seperti apa yang dapat dipertukarkan dan data yang bagaimana yang tidak dapat dipertukarkan. Yang jelas, dengan terjalinnya pertukaran data melalui sistem database dan teknologi informasi ini maka akan tercapai akselerasi penyediaan data sumber daya geologi Nasional yang dapat dimutakhirkan setiap saat. n
Menu utama website PMG, Badan Geologi
Lintasan Geologi 27
Lintasan Geologi
Mengenal Strategi dan Metode Eksplorasi Mineral Oleh: Asep Sofyan Sekretariat Badan Geologi
T
homas Kuhn, 1962, dalam bukunya, “The Structure of Scientific Revolution”, mengatakan bahwa jika seseorang akan mencari sesuatu, sadar atau tidak sadar, ia harus sudah mempunyai suatu model dari benda yang akan dicarikannya itu, dan model tentang dimana benda tersebut akan didapatkan. Maka, untuk melakukan kegiatan eksplorasi, seorang pelaku eksplorasi sudah harus memiliki gambaran tentang apa, di daerah mana, metode dan sistem efektif yang bagaimana yang harus ia digunakan untuk memperoleh yang dicarinya itu. Singkatnya: seorang pelaku eksplorasi harus mempunyai konsep tentang eksplorasi yang akan dilakukannya.
Konsep eksplorasi meliputi model dan sistem pencairan. Tulisan ini selanjutnya mengupas strategi dan metode eksplorasi yang merupakan implikasi dari model dan sistem pencarian yang dipilih oleh eksplorasionist (pelaku eksplorasi) dalam melakukan sebuah eksplorasi. Sebelumnya, penyamaan persepsi perlu ditempuh terhadap beberapa pengertian dasar tentang eksplorasi. 28 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
BEBERAPA PENGERTIAN DASAR Eksplorasi Eksplorasi (exploration) adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu (searching) atau perjalanan untuk mengungkap (discovery) keadaan suatu daerah, ruang ataupun suatu wilayah yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya, baik fisik maupun non fisik (misalnya: pengetahuan). eksplorasi sumber daya geologi dimaksudkan sebagai usaha untuk mengetahui keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi mineral yang dikenal pula dengan istilah “mineral prospecting”.
dapat diamati langsung oleh mata si ahli geologi disebut metode langsung seperti metode geologi. Adapun metode yang menghasilkan gejala secara tidak langsung, disebut metode tak langsung. Contoh metode tak langsung adalah
Sementara itu, objek geologi tidak terbatas pada cebakan mineral, batubara, minyak, dan gas bumi. Objek geologi meliputi pula gejala atau fenomena geologi, baik gejala yang bermanfaat maupun fenomena yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, eksplorasi juga diperlukan, misalnya, untuk mengetahui adanya sesar yang berpotensi memicu tanah longsor atau identifikasi jenis batuan tertentu yang kondisinya perlu diketahui secara rinci untuk penempatan konstruksi bendungan, dsb. Namun demikian, eksplorasi yang akan dipaparkan selanjutnya dalam tulisan ini Petunjuk geologi bersifat expresi (dari citra landsat). hanyalah eksplorasi mineral atau mineral metode geokimia yang menghasilkan suatu prospecting. Eksplorasi mineral secara singkat anomali yang dapat ditafsirkan sebagai gejala dibatasi sebagai proses yang dilakukan oleh geologi yang dicari. suatu badan usaha, kemitraan atau korporasi Tujuan Eksplorasi dengan tujuan untuk menemukan bijih Tujuan eksplorasi adalah untuk menemukan serta (konsentrasi mineral yang bernilai ekonomis) mendapatkan sejumlah maximum dari cebakan untuk ditambang. mineral ekonomis baru dengan biaya seminimal mungkin dalam waktu seminimal mungkin. Metode eksplorasi dalam eksplorasi mineral, Untuk mencapai tujuan ini dipengaruhi oleh metode eksplorasi adalah cara yang secara fisik berbagai hal, yaitu: menentukan langsung ataupun tidak langsung 1. Pendekatan eksplorasi; keberadaan suatu gejala geologi yang dapat 2. Hakekat eksplorasi; berupa tubuh suatu endapan mineral ataupun 3. Unsur-Design (perancangan); dan satu atau lebih petunjuk geologi. Metode 4. Kelayakan eksplorasi. eksplorasi berkembang pesat dengan munculnya Dalam tulisan ini, hanya hakekat eksplorasi yang teknologi baru seperti metode geofisika, akan dikemukakan lebih jauh. geokimia maupun dengan munculnya komputerisasi. Metode yang menghasilkan gejala geologi yang
Hakekat Eksplorasi Sedikitnya, ada empat hakekat eksplorasi, Lintasan Geologi 29
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii
Peta yang disusun berdasarkan petunjuk geologi yang bersifat pengendali geologi.
sebagaimana di bawah ini: 1.Eksplorasi sebagai Usaha Ekonomi Beresiko Tinggi. Eksplorasi adalah suatu aktivitas ekonomi yang berisiko tinggi sehingga memerlukan perencanaan yang seksama untuk meminimalkan risiko dan mengoptimalkan manfaat-biaya. Risiko tersebut antara lain: risiko geologi, resiko teknologi, resiko ekonomi (pasar) dan resiko politik. Semua resiko ini harus diperhitungkan sebelum diambil keputusan untuk melakukan suatu eksplorasi. Resiko geologi adalah resiko yang paling besar sehingga merupakan faktor penentu dalam membuat keputusan eksplorasi 2.Eksplorasi sebagai Suatu Sistem Pencarian. Untuk mengetahui sebanyak mungkin mengenai objek yang dicari, maka berbagai model dari obyek tersebut harus dibuat 30 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
dengan berpedoman pada kriteria-kriteria geologi, sehingga dapat diyakini bahwa objek itu akan dapat terlihat dalam survei. Metode yang paling efektif adalah pemboran, tetapi tidak efisien jika digunakan secara sistematis di seluruh daerah pencaharian, karena biayanya yang tidak ekonomis. Eksplorasi disini sebenarnya lebih dari suatu sistem pencarian biasa. Sebab, kita berhubungan dengan suatu objek geologi yang relatif sedikit diketahui sifat-sifatnya. 3.Eksplorasi sebagai Sistem Pengumpulan Data. Untuk mendapatkan model geologi diperlukan data, dan data geologi yang dicari itu haruslah spesifik dan relevan terhadap sistem pencaharian. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai metode dari survaisurvai sampai pemboran. Langkah ini disebut juga akuisisi data (data acquisition), yang kemudian memerlukan proses dan analisa.
Aspek pengumpulan data geologi merupakan pekerjaan utama dalam eksplorasi 4.Eksplorasi sebagai Sistem Operasi. Kegiatan eksplorasi terdiri dari satuan-satuan aktivitas yang masing-masing saling terkait. Bahkan, sering langkah berikutnya sangat bergantung kepada hasil langkah sebelumnya. Dengan demikian setiap langkah dalam eksplorasi adalah suatu proses pengambilan keputusan. Namun, pengerahan berbagai aktivitas -dan terutama pengambilan keputusan – itu harus didasarkan pada penafsiran dan penilaian geologi atas data yang dihasilkan dari setiap langkahnya, sehingga pemikiran kreatif diperlukan. Strategi Eksplorasi Strategi eksplorasi adalah ilmu perencanaan dan pengarahan kegiatan eksplorasi berskala besar untuk mendapatkan daerah yang sangat berpeluang (favorable) mengandung cebakan mineral yang dicari sebelum pencarian yang sebenarnya dilakukan. Tujuan penting strategi eksplorasi adalah segi ekonomi, yaitu:
? Efisiensi. Cara mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seminimal mungkin. Berkaitan dengan biaya dan efektivitas dari metode yang digunakan.
? Efektivitas. Penggunaan metode atau teknologi secara efektif. Untuk setiap jenis cebakan atau akumulasi mineral digunakan petunjuk geologi yang berlainan, sebagaimana untuk setiap jenis petunjuk geologi memerlukan metode eksplorasi tersendiri. Hal tersebut dilakukan un t u k m en g o p t i m a l ka n b i a y a d a l a m hubungannya dengan efektivitas metode yang digunakan yang bermuara pada penentuan ada atau tidak adanya gejala atau petunjuk yang dapat dipakai dasar pengambilan keputusan tahap selanjutnya.
? Manfaat biaya
dari penggunaan metode eksplorasi. Suatu gejala geologi yang menjadi petunjuk dapat saja dieksplorasi dengan suatu metode tertentu secara akurat, tetapi biayanya sangat mahal. Atau, dipilih metode yang kurang akurat tetapi cukup baik dengan biaya
yang lebih murah. Hal ini terutama tergantung dari besarnya nilai obyektif yang diharapkan. Misalnya, dalam eksplorasi migas, penggunaan seismik yang mahal sering digunakan pada tahap awal, tetapi dalam eksplorasi batubara survai seismik jarang dilakukan, kecuali jika hasilnya akan sangat menguntungkan.
? Memperkecil risiko.
Strategi eksplorasi juga ditujukan untuk memperkecil resiko kerugian besar. Untuk itu, strategi harus memberikan kesempatan untuk mengambil keputusankeputusan setiap saat apakah usaha ini dilanjutkan atau tidak dilanjutkan; atau mengambil alternatif-alternatif lainnya sebelum suatu kerugian besar terjadi.
? TAHAPAN EKSPLORASI Pengenalan tentang eksplorasi dalam tulisan ini akan lebih mendalami aspek strategi dan metode yang umum digunakan dalam sebuah eksplorasi mineral. Namun demikian, ada baiknya terlebih dahulu diketahui tahapan umum dari suatu proses eksplorasi mulai dari tahap pemilihan lokasi sampai tahap ekstrasi sebagai tahap akhir eksplorasi. Kelima tahap tersebut secara ringkas dijelaskan di bawah ini. 1.Pemilihan daerah/lokasi (area selection). Adalah tahap yang paling menentukan dalam eksplorasi mineral yang profesional. Pemilihan lokasi yang terbaik dan paling prospek bukan saja memungkinkan penemuan cebakan yang dicari, namun juga membantu penemuan tersebut secara mudah, murah, dan cepat. Tahap ini didasarkan pada penerapan teori tentang pembentukan mineral, pengetahuan tentang bijih yang sama yang sudah diketahui keterdapatan dan cara pembentukannya, penentuan lokasi yang berpotensi mengandung endapan bijih dicari. Proses ini memerlukan berbagai disiplin seperti pemodelan, struktur geologi, geokronologi, petrologi, dan geofisika serta geokimia untuk membuat prediksi-prediksi tentang mineral yang dicari. Pemilihan daerah eksplorasi sangat ditentukan oleh jenis mineral, keadaan pasar, proyeksi harga, dan perkembangan penawaran (demand) dari mineral yang dicari; penemuan mineral tersebut sebelumnya, keadaan Lintasan Geologi 31
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii pendanaan, pajak dan insentif serta sistem tarif yang berlaku; dan infrastruktur. Hasil akhir dari tahap ini adalah pencanangan daerah untuk ijin eksplorasi (tenements); 2.Penentuan target (target generation). Tahap ini melibatkan investigasi geologi melalui pemetaan, geofisika, dan geokimia atau uji geofisika yang intensif dari geologi permukaan dan geologi bawah permukaan. Dalam beberapa kasus dapat saja diperlukan pengeboran langsung sebagai langkah untung menentukan sasaran pencarian. Dalam tahap inilah penerapan metode-metode eksplorasi digunakan, yaitu 3 (tiga) kelompok metode setelah metode geologi biasa: geofisika, remote sensing, dan geokimia. 3.Evaluasi sumber daya (resource evaluation). Tahap ini dilakukan untuk menghitung kualitas (grade) dan volume (tonase) mineral yang didapatkan. Langkah ini dicapai utamanya dengan pengeboran contoh dari lapisan-lapisan mineral yang prospek yang dijumpai dengan tujuan akhirnya adalah perolehan sumber daya bijih yang ekonomis dan memenuhi standar yang berlaku. Tingkat ketelitiannya bergantung kepada peringkat perusahaan serta modal yang dilibatkan. Estimasi sumber daya akan memerlukan pola-pola pengeboran tertentu bergantung jenis mineralnya. Tujuan tahap ini adalah memperluas ukuran dari deposit dan mineralisasi yang telah diketahui. Lingkup studinya meliputi penentuan apakah bijih yang ada cukup menjamin keberlanjutan penambangan; pengeboran untuk evaluasi sudah cukup; atau ada mineral ikutan yang ekonomis; 4.Penentuan cadangan (reserve definition). Tahap ini dilakukan untuk mengubah sumber daya mineral menjadi cadangan bijih yang bermakna sebuah aset ekonomi. Prosesnya mirip dengan evaluasi sumber daya, kecuali lebih intensif dan tehnis. Tujuannya adalah memperoleh perhitungan statistik tentang keberlanjutan jumlah dan kualitas bijih yang diperoleh. Didalamya dilibatkan uji karakteristik ekstrasi dan peleburan 32 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
dari bijih tersebut, dan pengambilan contoh penting untuk uji metalurgi. Tahap ini meliputi pula pekerjaan penilaian geoteknik batuan disekitar endapan bijih untuk penentuan jenis penambangannya (tambang terbuka atau tambang tertutup). Tahap ini juga dapat melibatkan pengeboran contoh inti dengan mata bor intan untuk mengetahui informasi struktur lemah dalam batuan. Pada akhir tahapan ini studi kelayakan diterbitkan dan keekonomisan endapan bijih sudah dinilai. 5. Pengambilan (extraction). Tahap ini adalah tujuan akhir dari eksplorasi mineral yang dilanjutkan dengan pemanfaatan, pencarian keuntungan, dan keuntungan penjualan dari komoditi mineral tersebut Metode ekstraksi bermacam-macam yang merupakan pokok pelatihan teknologi pertambangan dan sangat bergantung kepada para ahli penambangan guna memperoleh metode yang paling aman, efektif dan efisien. Eksplorasi dan pengembangan mineral tidak berhenti sebelum sampai pada keputusan penambangan. STRATEGI EKSPLORASI Strategi eksplorasi yang akan diuraikan dibawah ini merupakan pendalaman dari tahapan pertama dan kedua dalam eksplorasi, yaitu: pemilihan daerah atau lokasi dan penentuan sasaran atau target. Secara umum, ada 4 (empat) strategi yang akan ditinjau, yaitu: 1. penciutan daerah, 2. penentuan petunjuk geologi, 3. pemilihan metode eksplorasi, dan 4. pengambilan keputusan pada setiap langkah.
Berakhir dengan penentuan titik-titik yang sangat berpeluang (favorable) untuk ditemukannya cebakan mineral yang dicari, melalui penyontohan (sampling) pada singkapannya dengan berbagai metode sesuai kebutuhannya (sumuran, paritan, pemboran); disebut: target atau prospek. Penciutan daerah harus didasarkan atas kriteria pemilihan berupa gejala geologi yang menjadi petunjuk kehadiran cebakan mineral atau sasaran yang dicari. Penentuan petunjuk geologi sebagai kriteria penciutan daerah Ada dua golongan kriteria pemilihan daerah, yaitu : Petunjuk geologi bersifat ekspresi dari cebakannya sendiri. Petunjuk geologi yang bersifat pengendali geologi dan bersifat genetis. Kriteria pemilihan berupa ekspresi dari cebakannya itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan proses pembentukan cebakan tersebut. Ekspresi tersebut lebih merupakan hasil interaksi dari keberadaan cebakan dengan lingkungannya terutama pada permukaan sehingga menghasilkan petunjuk pada permukaan. Namun, hal itu dapat pula berupa gejala geomorfologi, seperti air terjun,
punggungan bukit yang tajam, dsb. Contoh: ditemukannya lempung terbakar yang menyerupai tembikar berwarna merah sebagai petunjuk adanya lapisan batubara. Kriteria yang bersifat pengendali geologi adalah gejala geologi yang keberadaannya secara genetis merupakan syarat terbentuknya cebakan yang dicari. Petunjuk geologi pengendali dapat ditafsirkan dari proses geologi yang bertanggung jawab atas terbentuknya cebakan mineral tersebut (genesa cebakan) atau gejala geologi yang mengendalikan terjadinya cebakan itu, sehingga memungkinkan atau berpeluang (favorable) untuk mendapatkan mineral yang dicari. Kriteria pemilihannya berbeda-beda untuk setiap daerah, bahkan untuk setiap cebakan. Pemilihan metode eksporasi sebagai langkah strategi Dalam pemilihan metode, beberapa hal yang harus menjadi pegangan adalah: Metode harus efektif dapat mendeteksi petunjuk geologi yang telah ditentukan untuk digunakan pada tahapannya; Metode harus dipilih sesuai dengan luas daerah atau tahapannya; Metode harus dipilih dengan mempertimbangkan biaya. Tentang metode akan diperinci lebih lanjut pada bagian 4 tulisan ini.
Penciutan daerah sebagai langkah strategi eksplorasi Prinsip penciutan daerah adalah: Dimulai dari daerah yang luas yang telah dipilih mempunyai peluang untuk diketemukan cebakan yang dicari; Dilakukan secara progresif dengan memperkecil luasan daerah yang akan diselidiki menjadi satu atau beberapa daerah yang terpisah-pisah yang mempunyai peluang lebih besar dibanding daerah eksplorasi secara keseluruhan; disebut: daerah prospektif atau daerah sasaran;
Penyontohan batuan (sampling rock) pada penyelidikan singkapan Lintasan Geologi 33
daerah prospektif atau daerah sasaran; Berakhir dengan penentuan titik-titik yang sangat berpeluang (favorable) untuk ditemukannya cebakan mineral yang dicari, melalui penyontohan (sampling) pada singkapannya dengan berbagai metode sesuai kebutuhannya (sumuran, paritan, pemboran); disebut: target atau prospek. Penciutan daerah harus didasarkan atas kriteria pemilihan berupa gejala geologi yang menjadi petunjuk kehadiran cebakan mineral atau sasaran yang dicari. Penentuan petunjuk geologi sebagai kriteria penciutan daerah Ada dua golongan kriteria pemilihan daerah, yaitu : Petunjuk geologi bersifat ekspresi dari cebakannya sendiri. Petunjuk geologi yang bersifat pengendali geologi dan bersifat genetis. Kriteria pemilihan berupa ekspresi dari cebakannya itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan proses pembentukan cebakan tersebut. Ekspresi tersebut lebih merupakan hasil interaksi dari keberadaan cebakan dengan lingkungannya terutama pada permukaan sehingga menghasilkan petunjuk pada permukaan. Namun, hal itu dapat pula
berupa gejala geomorfologi, seperti air terjun, punggungan bukit yang tajam, dsb. Contoh: ditemukannya lempung terbakar yang menyerupai tembikar berwarna merah sebagai petunjuk adanya lapisan batubara. Kriteria yang bersifat pengendali geologi adalah gejala geologi yang keberadaannya secara genetis merupakan syarat terbentuknya cebakan yang dicari. Petunjuk geologi pengendali dapat ditafsirkan dari proses geologi yang bertanggung jawab atas terbentuknya cebakan mineral tersebut (genesa cebakan) atau gejala geologi yang mengendalikan terjadinya cebakan itu, sehingga memungkinkan atau berpeluang (favorable) untuk mendapatkan mineral yang dicari. Kriteria pemilihannya berbeda-beda untuk setiap daerah, bahkan untuk setiap cebakan. Pemilihan metode eksporasi sebagai langkah strategi Dalam pemilihan metode, beberapa hal yang harus menjadi pegangan adalah: Metode harus efektif dapat mendeteksi petunjuk geologi yang telah ditentukan untuk digunakan pada tahapannya; Metode harus dipilih sesuai dengan luas daerah atau tahapannya; Metode harus dipilih dengan mempertimbangkan biaya. Tentang metode akan diperinci lebih lanjut pada bagian 4 tulisan ini.
Penyontohan batuan (sampling rock) pada penyelidikan singkapan Lintasan Geologi 33
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii Pengambilan keputusan pada evaluasi setiap tahap Pada setiap saat harus dilakukan evaluasi hasil eksporasi pada tahapnya dengan mempertimbangkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut : Apakah model geologi yang dipakai sudah sesuai dengan keadaan geologi di lapangan? Apakah ditemukan daerah lebih terperinci dengan kemungkinan (probabilitas) yang lebih tinggi untuk dijumpainya sasaran dari eksporasi tersebut? Sampai dimana ketakcocokan model geologi yang dipakai dengan kenyataan : Sedemikian rupa sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan eksplorasi dihentikan sebelum menghamburkan biaya dengan metode yang lebih akurat tetapi sangat mahal seandainya kemungkinan keberhasilannya kecil. Data yang dihasilkan merupakan umpan balik untuk memperbaiki model geologi yang dipakai, sehingga dapat digunakan pada tahap berikutnya. METODE EKSPLORASI Metode dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu: 1. Metode langsung, dan 2. Metode tidak langsung.
Metode langsung terdiri atas: 1. Metode langsung di permukaan, dan 2. Metode langsung di bawah permukaan Adapun metode tidak langsung terdiri atas: 1.Metode tidak langsung cara geokimia, mencakup: geokimia batuan dasar (bed rock), soil, air, vegetasi dan endapan sungai (stream deposit); 2.Metode tidak langsung cara geofisika, mencakup metode-metode: magnetik, gravitasi, seismik, geolistrik (resistivity), dan radioaktif. Metode geolistrik dan radiokatif masih jarang digunakan karena relatif lebih mahal dan lebih rumit penggunaannya dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Metode Langsung di Permukaan Metode langsung di permukaan meliputi: penyelidikan singkapan, penjejakan, pendulangan, pembuatan parit, dan pembuatan sumur uji. Penyelidikan singkapan (out crop) Singkapan geologi yang segar umumnya
Peta pola aliran sungai dan tracing float (penjejakan) Tracing dengan Panning (mendulang) 34 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
dijumpai padal lembah-lembah sungai. Sebab, pada lembah sungai terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan muncul sebagai singkapan segar. Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi. Singkapan ini terjadi secara alami. Umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya dari dalam bumi (gaya endogen), seperti: letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke permukaan bumi; gempa bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi. Tracing Float (penjejakan) Float adalah fragmen-fragmen atau potonganpotongan biji yang berasal dari penghancuran singkapan pengandung bijih tersebut. Keterdapatan float umumnya disebabkan oleh erosi yang kemudian tertransportasi, biasanya oleh air. Karena itu, tracing float (disingkat: tracing) umumnya dilakukan di sungai. Dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pada daerah antara float yang
Trenching (pembuatan parit)
terakhir dengan float yang sebelumnya dengan cara membuat parit. Arah parit ini harus tegak lurus dengan arah aliran sungai. Namun, jika pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan, maka dapat dibuat sumur uji di sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang letaknya jauh dibawah tanah atau batuan penutup (overburden). Tracing dengan Panning (mendulang) Mendulang atau tracing dengan panning prinsipnya sama seperti tracing float. Perbedaannya terdapat pada ukuran butiran mineral yang dicari. Mendulang biasanya digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan memiliki massa jenis yang relatif besar. Persamaan dari kedua cara tracing tersebut terletak pada pada kegiatan lanjutannya, yaitu: trenching (parit uji) atau test pitting (sumur uji). Metode tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan cara trenching atau test pitting. Trenching (pembuatan parit) Pembuatan parit memiliki keterbatasan, yaitu
Test Pitting (pembuatan sumur uji) Lintasan Geologi 35
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii hanya dapat dilakukan pada overburden yang tipis. Sebab, kedalaman parit yang efektif dan ekonomis hanya 2 m sampai 2,5 meter. Parit dengan kedalaman lebih dari itu dinilai sudah tidak efektif dan tidak ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus tubuh bijih (ore body). Jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai, maka parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai. Parit dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan perlapisan, struktur tanah, dan lain-lain. Test Pitting (pembuatan sumur uji) Jika trenching tidak dapat memberikan data yang akurat, maka sebaiknya dilakukan metode test pitting (sumur uji). Metode ini digunakan untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Pada pembuatan test pitting harus dihindari adanya bongkahan-bongkahan dan air yang akan menyulitkan baik pada waktu pembuatan maupun penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur tersebut. Pada pembuatan sumur uji juga harus dipertimbangkan faktor keamanan. Sumur uji harus dibuat dengan penyangga sesedikit mungkin, namun tidak mudah runtuh. Hal ini
juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 meter. Hal lain yang perlu diperhatikan: gejala longsoran, keluarnya gas beracun, bahaya banjir, dan lain-lain. Metode Langsung Bawah Permukaan Eksplorasi langsung ke bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di permukaan; atau jika eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik, karena kedalaman maksimum yang dapat dicapainya hanya sekitar 30 meter. Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dilakukan bila eksplorasi permukaan langsung tidak mungkin dilakukan karena kondisi di permukaan yang beresiko, seperti adanya genangan air atau bongkah batu yang tidak stabil. Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan. Diantaranya, pekerjaan harus berlangsung tetap berada didalam badan bijih untuk memudahkan pengamatan dan proses pencontohan; pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerahdaerah yang memiliki singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan untuk menentukan strike atau dip lapisan yang dicari. Hal lain yang sama
Pembuatan Drift
Pembuatan terowongan (Tunnel)
36 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Pembuatan Shaft
pentingnya sehingga harus diperhatikan adalah masalah biaya. Harus dihindari adanya dana atau biaya yang terbuang percuma. Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat: Tunnel, Shaft, Drift, Winse dan lain-lain. Tunnel adalah suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus kedua kaki bukit. Shaft adalah suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan dan alat-alat kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan. Drift ialah suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang arahnya sejajar dengan jurus endapan bijih tersebut. Eksplorasi langsung bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur minyak yang pertama di Indonesia dilakukan oleh Kol. Drake, tahun 1959, menggunakan rig bor yang permanen dengan sistem perkusif (tumbuk), metode bor lurus (vertikal). Kedalaman yang dicapainya adalah 60 ft (20 m). Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara
bor yang dapat dipindah-pindah (portable rig) dan dilakukan baik dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di darat (on shore) maupun di laut (off shore). Tehniknya pun tidak terbatas pada pemboran secara vertikal, melainkan dapat pula dilakukan secara miring hingga mencapai 90o; dan apabila saat pengeboran ditenemukan batuan yang keras atau susah ditembus oleh mata bor, maka pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat diubah arahnya atau dibelokkan guna menghidari batuan yang keras tersebut. Pengeboran yang dilakukan disini bertujuan untuk mengambil contoh batuan (sampling) untuk keperluan pengamatan. Namun, pengeboran juga dapat bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air tanah, minyak bumi), atau memudahkan proses peledakan pada kegiatan penambangan material keras. Dari data pengeboran dan sampling kita dapat membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta tersebut dapat diketahui susunan batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita dapat diperkirakan besar cadangan secara keseluruhan. Metode Tidak Langsung cara Geofisika
Kegiatan eksplorasi pengeboran
Kegiatan survei metode tidak langsung (cara geofisika) Lintasan Geologi 37
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii Geofisika adalah disiplin ilmu atau metode untuk memperkirakan lokasi akumulasi bahan tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan bumi. Metode yang dapat dilakukan dalam eksplorasi geofisika diantaranya : gravitasi, megnetik, seismik, dan geolistrik.
Alat metode magnetik yang disebut Magnetometer.
Hasil analisis dari suatu survei metode magnetik untuk melokaslisir endapan logam.
Metode Gravitasi Metode ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah satu benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merenggang akibat bandulnya mengalami gravitasi. Di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar. Prinsip ini diaplikasikan pada peralatan survei metode gravitasi. Dengan demikian dapat diperkirakan bentuk struktur bawah tanah berdasarkan variasi nilai gravitasi dari berbagai batuan di suatu daerah penyelidikan. Di lapangan, besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter. Yaitu, suatu alat yang sangat sensitif dan berpresisi tinggi terhadap perubahan gravitasi. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh besarnya ukuran, penyebaran dan kerapatan (density) dari batuan. Dalam aplikasinya, aspek yang dicari adalah anomali gravitasi pada suatu tempat yang dapat menunjukkan adanya struktur atau tubuh batuan tertentu yang berbeda dari sekitarnya. Keadaan anomali ini dapat memberi indikasi adanya cebakan mineral yang dicari. Metode Magnetik Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik. Hal ini bermakna seolah-olah ada suatu benda magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Di setiap titik permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Hasil analisis dari suatu survei metode magnetik untuk mendelineasi sumur minyak bumi.
38 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Arah medan magnet ini dinyatakan dalam cara yang sudah lazim (utara-selatan). Adapun
ntensitasnya dinyatakan dalam apa yang disebut “gamma”. Medan magnet bumi yang normal memiliki intensitas 35.000 gamma sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga dengan segera dapat terdeteksi oleh peralatan metode magnetik. Metode magnetik sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi berikut : 1.endapan placer magnetik pada endapan sungai, 2.deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan, 3.bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral ikutan, 4.intrusi batuan basa dengan asumsi batuan tersebut mengandung magnetit dalam jumlah cukup, 5.ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang mengandung mineral magnetit.
Survei seismik
Contoh hasil profil tunggal
Metode Seismik Metode ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Prinsipnya adalah dengan membuat suatu gempa atau getaran buatan dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi kemudian kecepatan rambat-getar yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambat-getar tersebut pada perlapisan batuan, maka disekitar titik ledakan dipasang alat penerima getaran yang disebut geophone (untuk survei di darat) atau hidrophone untuk survei di dalam air. Geophone dan hidrophone disebut juga sebagai seismometer. Seismometer akan menjadi bidang bias atau refraksi dari gelombang buatan tersebut. Dengan mengetahui waktu ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan rambatgetar gelombang yang melalui perlapisanperlapisan batuan yang sedang diukur. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwah permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda.
Contoh hasil profil ganda.
Ekplorasi metode geolistrik
Hasil survei metode geolistrik: (a) atas : penampang tahanan jenis (resistivity section), (b) bawah : penafsiran penampang geologi dari penampang tahanan jenis a.
Lintasan Geologi 39
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii
Kegiatan survei metode tidak langsung cara geokimia
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada: 1. Jenis batuan, 2. Derajat pelapukan, 3. Derajat pergerakan, 4. Tekanan, 5. Porositas (kadar air); dan 6.Umur batuan yang mencerminkan diagenesa, konsolidasi, dll. Menurut Mooney (1977), nilai cepat rambat gelombang akan lebih besar antara yang pertama dibanding yang kedua dari perbandingan batuan-batuan berikut: batuan beku basa vs batuan beku asam, batuan beku vs batuan sedimen, sedimen terkonsolidasi vs sedimen tak terkonsolidasi, sedimen terkonsolidasi jenuh air vs sedimen takonsolidasi tidak jenuh air; tanah basah vs tanah kering; batuan sedimen karbonat vs batupasir; batuan utuh vs batuan terkekarkan, batuan segar vs batuan lapuk, batuan berat vs batuan ringan; dan batuan berumur tua vs batuan berumur muda. Metode Geolistrik Dalam metode geolistrik yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan, sehingga metode ini sering disebut juga sebagai metode resistivitas (resistivity methode). Tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi apabila batuan 40 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
tersebut dialiri listrik dari ujung ke ujung. Satuan tahanan jenis ini adalah ohm-m2/m atau disingkat ohm-meter. Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. Dua elektrode dipakai untuk memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode), disingkat C; dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur tegangan (voltage) yang timbul karena arus tadi. Elektrode yang terkahir ini disebut elektrode potensial atau “potential electrode”, disingkat P. Ada beberapa cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya yang banyak digunakan adalah cara Wenner dan cara Schlumberger. Metode Tidak Langsung cara Geokimia Metode geokimia adalah metode tak langsung. Prinsip metode ini adalah pengukuran yang sistimatis terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan, tanah, stream, air atau gas. Tujuannya adalah mencari anomali geokimia (perbedaan geokimia yang mencolok). Yaitu, konsentrasi unsur-unsur yang kontras terhadap lingkungannya atau backgroundgeokimianya dari titik-titik yang disurvei pada suatu daerah penyelidikan. Anomali tersebut dihasilkan dari mobilitas dan penyebaran unsurunsur yang terkonsentrasi pada zona mineralisasi. Eksplorasi geokimia cenderung digunakan untuk menentukan perbedaan
mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau contoh yang kita cari. Proses untuk membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.
PENUTUP : PERSIAPAN SURVEI UNTUK EKSPLORASI Survei atau- dalam istilah awam – pekerjaan lapangan adalah salah satu langkah dalam kegiatan eksplorasi. Setelah strategi dan metode eksplorasi dipilih akan muncul kebutuhan terhadap anggota tim dan tenaga ahli survei, peralatan atau perlengkapan survei, dan persiapan survei yang diperlukan. Beberapa contoh diberikan dibawah ini: 1.Anggota tim atau tenaga ahli. Jumlah dan jenis anggota tim dan tenaga ahli akan berbeda-beda sesuai jenis survei eksplorasinya juga bergantung tahapan eksplorasinya. Untuk suatu survei tahapan eksplorasi umum sampai semi rinci diperlukan anggota tim dan keahlian berikut: ahli geologi (geologist), ahli geofisika (geophysist), ahli geologi eksplorasi (exploration geologist), ahli geokimia (geochemist), juru ukur (surveyor) topografi, operator alat, dll.; 2.Peralatan atau perbekalan. Peralatan survei yang diperlukan juga bergantung kepada jenis dan tahapan eksplorasinya. Untuk survei dasar sampai semi rinci, peralatan berikut ini kiranya harus disediakan sebelum survei eksplorasi dimulai: alat survei ukur atau GPS, palu, kompas, meteran, kantong contoh (sample bag), alat geofisika, alat pengambilan contoh, altimeter, alat bor, alat tulis, alat komunikasi, obat-obatan, dan keperluan sehari-hari lainnya.n
Referensi:
? Pomona Road, Unit P, Corona, California 92882, ph. 909-5491234, fx. 909-549-1236, www.geovision.com by. Rafal S w i e c k i , g e o l o g i c a l e n g i n e e http://www.minelinks.com/seismic/info.html
? berbagai sumber lainnya
Beberapa contoh perlengkapan kerja lapangan (survei) Lintasan Geologi 41
Lintasan Geologi
”Oh, Saya Baru Tahu, Kalau Mineral Itu Ternyata Banyak Sekali Manfaatnya...” Oleh : Siti Sumilah Rita Susilawati, dkk. Pusat Sumber Daya Geologi - Badan Geologi
K
etika masih remaja, saya pernah ikut lomba pidato. Sebuah lomba yang waktu itu bagi saya pesertanya sungguh hebat-hebat karena rata-rata pernah juara yang bukan tingkat RT, dan materi pidatonya pun luar biasa. Ada banyak kalimat bagus yang saya peroleh ketika itu dari para peserta lomba. Namun, hanya satu kalimat yang sampai saat ini, dua puluh tahun setelah lomba itu berlangsung, saya masih mengingatnya. Kalimat itu sebenarnya sederhana, bahkan bagi sebagian orang mungkin terasa seperti klise, begini bunyinya: ”Suatu bangsa tanpa gerak laju pemudanya adalah bagaikan syair tanpa lagu, bagaikan nada tanpa irama”. Nah, lantas apa hubungannya kalimat itu dengan mineral? Kalimat itulah, salah satunya, yang membuat saya dua puluh tahun kemudian begitu bersemangat saat berpresentasi dalam acara sosialisasi tentang mineral di hadapan puluhan anak-anak sekolah SD, SMP, dan SMA. Kami yang tergabung dalam Tim Sosialisasi Potensi Sumber Daya Geologi Indonesia, berkeliling ke beberapa sekolah, mulai dari Sumedang, Garut, Bantul, Mojokerto bahkan hingga ke ujung Jawa Timur, Banyuwangi untuk melakukan sosialisasi tersebut. Kegiatan inilah yang menjadi salah satu agenda Bidang Informasi Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi. 42 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Sosialisasi Sumber Daya Geologi dan Generasi Muda Teringat kalimat indah di atas, jika ada yang bertanya kenapa sosialisasi harus dilakukan pada anak-anak sekolah, saya akan bersemangat menjelaskan. Bahwa anak-anak itu adalah generasi penerus bangsa. Bahwa suatu bangsa membutuhkan gerak laju pemudanya agar bangsa itu terus maju. Bahwa generasi mudalah yang akan melanjutkan apa yang telah kita kerjakan saat ini. Bahwa merekalah yang mungkin suatu saat akan sangat merasakan dampak dari habisnya sumber daya alam, termasuk sumber daya mineral di wilayahnya. Para siswa itu hidup di negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk sumber daya geologi. Jika sejak dini mereka telah menyadari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki negaranya, mengetahui manfaatnya, mengenal cara pengolahannya, memahami bagaimana cara konservasinya, dst., maka kita dapat berharap, kelak saat mereka harus menentukan sendiri nasibnya, mereka menjadi lebih bijak dalam mengelola kekayaan sumber daya alam negaranya. Memang benar, bahwa sebagian informasi mengenai kekayaan sumber daya geologi Indonesia telah mereka dapatkan dari beberapa mata pelajaran seperti sains atau ilmu pengetahuan sosial. Tapi, persentasenya boleh dibilang sangat kecil dibanding informasi yang seharusnya mereka dapatkan. Bapak atau ibu guru yang mengajar mereka bahkan belum tentu pernah melihat seperti apa batubara atau batuan beku, misalnya; atau boleh jadi tidak memahami bagaimana proses pembentukan dan apa manfaat sumber daya mineral tersebut. Sangatlah penting bagi anak didik kita, generasi muda, bahkan juga guru-guru mereka untuk mendapatkan pengayaan wawasan langsung dari orang-orang yang berkecimpung langsung dalam bidang sumber daya geologi. Mereka perlu diberikan kesempatan untuk bertanya tentang apapun yang mereka ingin ketahui berkenaan dengan sumber daya geologi. Dan setelah saya berhadapan dengan anak-anak itu, rasanya hanya satu kata yang tepat untuk melukiskannya, dalam bahasa Inggris: ”It's amazing!”.
Berbagi Pengalaman Sosialisasi Berpresentasi di hadapan siswa sekolah, rasanya menjadi pengalaman sangat berharga bagi kami. Wajah-wajah muda itu terlihat begitu polos. Mata mereka bersih dan masih penuh binar rasa ingin tahu. Pertanyaan yang mereka ajukan kadang mengundang senyum, kadang juga membuat lidah berdecak kagum atau membuat kita menggaruk-garuk kepala karena
Kepala Pusat Sumber Daya Geologi sedang memberikan sambutan pada acara sosialisasi Potensi Sumber Daya Geologi Indonesia kepada siswa-siswi SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Bantul.
kebingungan menjawabnya. Cara kami berpresentasi tentu juga harus lain dan ini merupakan tantangan tersendiri. Kami harus mampu menerangkan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka. Susah, namun menantang. Seorang anak bertanya, “Bu kalau negara kita kaya sumber daya mineral, apa itu sudah dipakai untuk kesejahteraan rakyat?”. Yang lain juga mengacungkan tangan, “Kenapa sih orangorang asing dibiarkan ikut mengelola sumber daya mineral kita?”. Sementara, ada pula yang berkomentar begini: ”Oh, saya baru tahu kalau mineral itu ternyata banyak sekali manfaatnya!”. ”Apakah seluruh penambangan yang ada di Indonesia merusak lingkungan?” satu pertanyaan favorit yang sering muncul. ”Kenapa sih kita kehabisan BBM?”. Dan banyak lagi pertanyaan yang mereka lontarkan. Tidak dapat saya ingat satu persatu. Yang jelas pertanyaan mereka sangat beragam, bahkan kemudian meluas tidak hanya tentang mineral. Para guru Lintasan Geologi 43
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii
a Situasi pada saat sosialisasi
Diskusi dalam acara sosialisasi
44 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
a
Mineral Intan (a) memiliki komposisi kimia yang sama dengan mineral Grafit (c) yaitu keduanya karbon (C) murni. Namun karena perbedaan susunan atomnya, yaitu sistem Octahedral pada Intan (b) dan sistem Heksagonal pada Grafit (d), maka kedua mineral tersebut sangat berbeda dalam hal tampilan, kekerasan, sifat-sifat fisik lainnya, dan tentu saja harganya juga sangat berbeda
b
c
d
Magma, material utama pembentuk batuan dan mineral: aliran lava (magma yang keluar di permukaan bumi) membentuk batuan beku basalt, Kab. Raja Ampat, Papua (a); batuan beku ultrabasa, sumber mineral nikel, kab Raja Ampat, Papua b); batuan beku andesit sumber mineral industri, kab Aceh Singkil, NAD (c)
b
c
Lintasan Geologi 45
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii
Sebagian besar mineral merupakan gabungan beberapa unsur kimia. Contohnya: mineral Pyrite (bawah) yang disusun oleh unsur besi (Fe) dan Sulfur (S), dan mineral Kuarsa (atas) yang disusun oleh Silika (Si) dan Oksigen (O2).
46 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
a
b
c
Jenis sumber daya geologi (SDA): batubara, SDA tidak terbarukan (a), panas bumi, SDA terbarukan (b), mineral non logam (batugamping), SDA tidak terbarukan (c),
Lintasan Geologi 47
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii harus dilakukan dengan sebaik-baiknya”, kami melanjutkan penjelasan tadi. Di sini terjadi diskusi yang menarik, karena anak-anak cerdas setingkat SMA dan SMP mulai menggugat, dengan pertanyaan mendasar: ”Apakah sumber daya mineral yang kita miliki sudah betul-betul dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia?”. Sampai disini kami persilakan para pembaca untuk menduga apa jawaban kami.
a
b
c
d Proses pembentukan mineral: proses magmatik, letusan Gunungapi Merapi (a), mineral garnet, hasil proses metamorfik; (b) batu pasir di kabupaten Aceh Singkil, mengandung mineral Kuarsa hasil proses sedimentasi (c), proses hidrotermal ”black smoker” di laut Atlantik yang menghasilkan mineral terutama sulfida (d) 48 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Agak susah menjelaskan proses pembentukan mineral kepada anak-anak SD. Kepada mereka kami lebih banyak menjelaskan tentang kegunaan mineral dan manfaat mineral bagi kehidupan kita. Namun, ketika kami tetap harus menyampaikan materi tentang bagaimana mineral terbentuk, presentasi kami susun dalam bentuk gambar-gambar cerah dan ilustrasi pendek yang kami harap dapat mereka pahami dengan mudah. Untuk siswa setingkat SMP dan SMA, barulah kami menjelaskan dengan lebih ilmiah sebagaimana disampaikan di atas. Dalam menerangkan pembentukan mineral kepada para siswa setingkat SD, pertama-tama kami menjelaskan bagian-bagian bumi, mulai dari inti hingga kerak bumi. Secara sederhana kami jelaskan bahwa magma adalah sumber dari berbagai jenis batuan dan mineral. Magma berasal dari mantel bumi atau dari batuan kerak bumi yang meleleh karena mendapat temperatur dan tekanan tinggi. Magma yang cair dan kental mengandung berbagai unsur kimia yang berasal dari mantel bumi ataupun dari batuan kerak bumi yang meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur yang tinggi pada kedalaman tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam dengan tekanan dan temperatur tinggi, maka magma cenderung mengalir naik ke permukaan bumi melalui bagian-bagian bumi yang lemah, misalnya retakan. Atau jika tekanannya cukup, maka magma dapat pula menerobos batuan lain di atasnya. Dalam perjalanannya ke permukaan bumi inilah magma berinteraksi dengan batuan lain yang telah ada, sehingga membentuk berbagai mineral yang berharga bagi manusia. Dengan cara itu sebenarnya kami coba menjelaskan secara sederhana bahwa mineral dapat terbentuk melalui beberapa proses, yaitu: magmatik, sedimentary, metamorfik, dan hidrotermal. Proses magmatik adalah ketika mineral terbentuk karena pembekuan magma. Proses sedimentary (pengendapan) adalah pembentukan mineral sebagai akibat pelapukan,
erosi ataupun sedimentasi yang terjadi pada batuan induknya. Proses metamorfik adalah pembentukan mineral dari batuan asal yang mengalami perubahan suhu maupun tekanan. Adapun proses hidrothermal adalah pembentukan mineral melalui proses kimia yang terjadi dari interaksi antara batuan dengan aliran air panas di dalam bumi. Kegunaan Mineral Bagian ini adalah bagian yang paling menarik buat mereka, sehingga pada akhir presentasi terlontar komentar dari salah seorang siswa peserta sosialisasi, ”Oh, ternyata mineral itu banyak sekali manfaatnya ya!”. Memang manfaat mineral itu sangat banyak sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan kita sangatlah tergantung pada keberadaan mineral.
bahwa manfaat mineral bukan saja untuk manusia, tetapi juga bagi tumbuhan dan binatang. Sebagian besar tumbuhan memperoleh mineral dari tanah. Manusia dan binatang kemudian memperoleh mineral yang diperlukannya dari tanaman, sayur-sayuran, buah-buahan atau juga dari susu, telur dan daging hewan pemakan tumbuhan. Mineral sangat kita butuhkan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Dengan mineral, berbagai jenis tumbuhan bisa tumbuh subur dan kitapun dapat menikmati hasilnya. Industri dapat dikatakan juga sangatlah tergantung pada pasokan mineral. Ketika mereka tampak lebih bergairah lagi dalam menyimak penjelasan kami, manfaat lebih lanjut dari mineral kami sampaikan dengan agak mendalam. Pada tahap ini kami memberikan
Manfaat mineral untuk manusia, mulai dari cermin, peralatan komunikasi, mesin-mesin, peralatan penelitian, senjata, dan tanaman. Berbagai peralatan sehari-hari terbuat dari bahan yang berasal dari berbagai mineral antara lain Silika yang diperoleh diantaranya dari mineral Feldspar
Mereka terlihat antusias ketika kami menjelaskan lebih jauh bahwa mineral sangatlah penting dalam kehidupan kita. Kami biasanya memulai dengan pertanyaan yang kami jawab sendiri: ”Tahukah kalian bahwa banyak sekali barang yang kita pergunakan sehari-hari memakai mineral sebagai salah satu bahannya. Mulai dari pasta gigi, sabun mandi, deterjen, kertas, pensil, piring, gelas dan masih banyak lagi yang lainnya seperti: buku tulis, pensil, sepeda, kaleng minuman, kabel listrik, perangkat komputer, peralatan tukang, kendaraan, pesawat bahkan kosmetik yang dipergunakan oleh para wanita, semuanya dibuat dengan andil mineral didalamnya”. Kami menjelaskan lebih lanjut kepada mereka
contoh barang yang berguna dalam kehidupan sehari-hari beserta mineral yang digunakan di dalamnya, mulai dari barang kecil-kecil di sekitar kita sampai pesawat luar angkasa. Di bawah ini beberapa contoh penjelasan dimaksud yang sering kami sampaikan. ”Dengan mineral kita dapat menyalakan korek api. Bagian samping kotak korek api yang dapat digores itu mengandung fosfor. Fosfor diambil dari mineral Apatit. Adapun batang korek api Lintasan Geologi 49
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii
a a
b
b
c
c Korek api terbuat dari bahan unsur Fosfor yang diambil dari mineral Apaptit (a), dan senyawa Antimon yang berasal dari mineral Stibnit (b).Mineral kuarsa salah satu bahan pembuatan petunjuk waktu (jam) moderen (c)
adalah bahan yang mengandung senyawa Antimon yang berasal dari mineral Stibnit (Sb2S3) dan belerang. Mineral Kuarsa digunakan dalam berbagai jenis petunjuk waktu, antara lain jam quartz, dsb. Bila dipecah dari batuannya, kuarsa berbentuk pasir. Dengan menggunakan aliran listrik, kristal kuarsa dengan ukuran tertentu dapat dibuat bergetar dengan frekuensi tertentu pula. Penggetar yang dibuat dari kristal kuarsa dipakai pula pada rangkain radio untuk mengontrol frekuensi. Karena waktu getarnya 50 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Mineral-mineral bahan pembuat peralatan baja anti karat (stainless steel): native tembaga (a); batuan serpentinitsalah satu batuan ultramafik yang mengandung mineral chrisotil sumber logam nikel (b); mineral Crocoite dari Dundas, Tasmania, sumber logam Khrom (c)
yang sangat tepat, kristal kuarsa juga dipakai sebagai bandul pada jam listrik”. ”Tembaga (Cu) banyak digunakan untuk bahan baku uang koin, pipa, perhiasan, alat-alat tehnik, senjata dan juga sebagai kawat rambut yang terdapat dalam kabel listrik. Perunggu adalah campuran tembaga dan timah putih yang mudah dibentuk dan tahan karat. Perunggu dipergunakan untuk membuat patung-patung yang biasa menghiasi kota. Nikel (Ni) jenis unsur
logam lainnya, bersama-sama dengan unsur Khrom (cr) biasa digunakan sebagai pelapis bahan baja anti karat (stainless steel), misalnya igunakan untuk sendok dan garpu. Nikel juga merupakan bahan alat pemanas seperti oven atau toaster. Khrom diperoleh antara lain dari mineral Chrocoite (PbCrO4), sedangkan Nikel diperoleh antara lain dari Laterit Nikel, seperti ditemukann di Soroako, Sulawesi Selatan. Pasir kuarsa, kapur silika, kalsium oksida, natrium oksida, alumunium, magnesium dan potasium, adalah unsur dan senyawa yang terdapat pada mineral-mineral bahan utama pembuatan kaca atau gelas, yaitu: Kuarsa. Cangkir dan piring terbuat dari mineral bahan keramik yang dilapisi dengan silika. Silika ini diperoleh dari kelompok mineral silikat, seperti Feldspar dan Kaolin”. Besi (Fe) bersama tembaga (Cu) adalah bahan pembuat logam campuran, baja. Kita tahu kegunaan baja, yaitu antara lain bahan untuk membuat berbagai jenis kerangka bangunan yang harus sangat kokoh, seperti jembatan, gedung bertingkat, dan jalan kereta api. Logam besi yang sangat bermanfaat itu dapat diperoleh dari mineral Magnetit (Fe3O4) Peralatan canggih
a
terbang. Yaitu: Alumunium (Al) yang ringan, sangat penting untuk campuran bahan badan pesawat (aircraft); Titanium (Ti), digunakan untuk bahan campuran pembentuk bagianbagian dari mesinnya; dan ratusan meter kawat Tembaga (Cu) yang menghubungkan bagianbagian elektroniknya. Alumunium dapat diperoleh dari mineral bijih Bauksit dengan mineral sumbernya antara lain Gibbsite (Al (OH)3); Titanium antara lain terdapat dalam pasir besi di tepi pantai dengan mineralnya yaitu Rutile (TiO2); adapun Tembaga dapat diambil dari mineral tunggal tembaga (Native Copper) atau mineral lainnya seperti Kalkopirit (CuFeS2)”. ”Nah, bayangkan kehidupan kita tanpa mineral, seperti apa jadinya. Karena itu, dapatlah kita simpulkan bahwa mineral itu sangat penting untuk kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup di dunia”. Demikian kira-kira kalimat yang sering kami sampaikan dalam menutup bagian penjelasan tentang manfaat mineral bagi kehidupan. Eksplorasi dan Penambangan Mineral Dalam presentasi, kami juga menjelaskan bagaimana mineral itu dapat ditemukan, yaitu,
b
c
Mineral bahan pembuatan pesawat terbang: Gibsit dalam Bauksite sumber alumunium (a); Rutil sumber titanium (b); dan mineral Kalkopirit salah satu sumber logam tembaga (c)
di rumah sakit atau di laboratorium, mulai dari mikroskop, alat rontgen, sampai alat USG atau laser, semuanya dibuat dengan menggunakan bahan baku mineral. ”Coba, apakah kalian tahu, ada berapa jenis logam utama yang menjadi penyusun pesawat terbang? Kalau kalian bukan kutu buku yang rajin membaca ensiklopedia, pasti banyak yang tidak tahu jawabannya. Ada tiga mineral logam yang penting untuk membuat sebuah pesawat
terutama melalui kegiatan eksplorasi. Kepada mereka kami jelaskan juga pekerjaan seorang ahli geologi. Ahli geologi sangat berperan dalam menemukan tempat-tempat yang memiliki kandungan mineral didalamnya. Mereka melakukan survei ke daerah-daerah untuk melihat potensi sumber daya geologi di daerah tersebut. Mereka memasuki hutan, menaiki gunung, menyusuri sungai untuk mempelajari batuan-batuan, yang mungkin mengandung jenis mineral berharga tertentu. Survei tersebut Lintasan Geologi 51
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii
a
b
c
Eksplorasi geologi dan jenis penambangan: Eksplorasi batubara dengan pengeboran (a); Tambang dalam batubara (b); Contoh tambang terbuka, tambang emas Batu Hijau NTB (c)
52 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
a
b
c
Konservasi lingkungan pertambangan: Awalnya, tambang batubara yang sedang beroperasi, tampak sebelah kanan tanah penutup yang dipindahkan dari bagian atas lapisan batubara (a); Selesai penambangan, salah satu contoh bekas tambang batubara (b); Tahap reklamasi, mengembalikan sisa tanah penutup ke lokasi bekas tambang (c).
Lintasan Geologi 53
SL ei nptuatsaarn G e o l o g ii yang mengharukan itu: ”Saudara-saudara, saya masih sangat ingat, 25 tahun yang lalu, para ahli Pusat Sumber Daya Geologi datang ke sekolah saya, saat itu saya baru kelas 2 SMA, pikiran saya terbuka saat itu, tentang betapa kayanya tanah air kita, salah satunya oleh kekayaan sumber daya mineral. Saat itu saya bertekad untuk menjadi Sarjana Lingkungan, yang siap mengabdikan diri untuk menjaga kelestarian sumber daya alam tanah air kita. Alhamdulillah, Cita-cita saya tercapai bahkan sekarang saya dipercaya untuk memimpin Bangsa Indonesia, tidak lain itu karena mata saya terbuka oleh presentasi para ahli Pusat Sumber Daya Geologi ketika itu. Maka merupakan kehormatan bagi saya bisa hadir di sini...”.
a
b
c Hasil reklamasi; Contoh reklamasi yang baik, sehingga membentuk ekosistem (a); Yang lebih produktif, salah satu sisa tambang yang direklamasi menjadi ladang (b); Yang jelek, sisa tambang yang tidak direklamasi, erosi mengakibatkan daerah ini tidak dapat ditanami (c)
54 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral berkata dalam acara tersebut tak kalah indahnya dan memberi dorongan semangat khususnya bagi para ahli geologi. Inilah salah satu kutipan sambutan beliau: ”Saudara-saudara sungguh saya tidak pernah menyangka, seperti halnya Bapak Presiden, 15 tahun yang lalu, para ahli di kantor ini juga pernah datang ke sekolah saya, jauh di Banyuwangi sana. Dari presentasi mereka, betapa ingin saya menjadi seorang geologist. Alhamdulillah cita-cita saya tercapai, bahkan sekarang saya dipercaya untuk menjadi Menteri Energi dan Sumber daya Mineral....Merupakan kebanggan bagi saya, karena Jajaran Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral bagaimanapun telah turut memberikan jasa dalam memberikan panambahan wawasan, bagi anak-anak seperti saya yang kelak terbukti merubah jalan hidup saya...” Seorang wanita muda dengan penuh percaya diri maju kemuka untuk memberi sambutan. Dialah pengusaha mineral yang membangun museum mineral untuk anak tersebut. Dalam sambutannya ia berkata...”Saya baru kelas 6 SD ketika Bapak dan Ibu dari Pusat Sumber Daya Geologi datang ke sekolah saya di Bantul. Saya sungguh tercengang dengan presentasi mereka, saya baru tahu kalau ternyata mineral itu banyak sekali manfaatnya. Sejak itu saya bercita-cita untuk menjadi seorang pengusaha sukses. Mineral membawa saya menjadi pengusaha seperti saat ini. Saya bercita-cita untuk mendirikan museum mineral untuk anak. Tempat anak-anak belajar apapun tentang mineral. Segala puji bagi Allah yang telah mengabulkan cita-cita saya. Museum ini saya bangun dan saya dedikasikan bagi anak-anak seluruh Indonesia.
Contoh peta tematik sumberdaya geologi; Peta endapan mineral logam di Indonesia (Metalic minerals deposit in Indonesia), aslinya skala 1:22.000.000, terbitan Pusat Sumber Daya Geologi.
[Bagian penutup ini merupakan imajinasi penulis artikel ini. Red]
Lintasan Geologi 55
Geofakta
Friedrich Mohs, Penemu Skala Kekerasan Mineral 1773-1839
Friedrich Mohs
Friedrich Mohs adalah seorang ahli mineral (mineralogist) berkebangsaan Jerman. Lahir 29 Januari 1773 di Gernrode, Jerman, dan memulai belajar kimia, matematika, dan fisika di University of Halle, Mohs kemudian belajar mengenai pertambangan di Akademi Pertambangan Freiberg, Saxony (Jerman sebelah timur). Setelah satu tahun menjadi foreman tambang, pada tahun 1802 ia pindah ke Austria untuk bekerja sebagai analis mineral pada sebuah perusahaan kolektor mineral. Sebagai bagian dari tugasnya, ia mulai mengklasifikasikan mineral berdasarkan karakteristik fisiknya. Saat ini, mineral dapat diklasifikasi lebih rinci berdasarkan komposisi kimianya, namun sifat fisik mineral masih sangat berguna dalam observasi lapangan. Mohs menyusun skala kekerasan mineral pada tahun 1812, sebuah skala yang masih sahih 56 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
digunakan sampai saat ini dan sering disebut sebagai Skala Mohs. Mohs memilih 10 mineral utama sebagai acuan skalanya yang berarti kekerasan mineral dalam skala Mohs bernilai dari 1 hingga 10. Talc (1) artinya kekerasan Talc atau lempung dalam skala Mohs adalah 1. Skala Mohs menunjukkan karakteristik kekuatan mineral dalam menahan goresan mineral lainnya, baik yang lebih keras maupun yang lebih lunak dari mineral yang digores. Sebagai contoh, jika sebuah material dapat digores oleh apatite (5), tapi tidak tergores oleh fluorite (4), maka kekerasan material tersebut dalam skala Mohs adalah antara 4 dan 5. Skala Mohs tidak secara langsung menunjukkan angka yang bersifat ”ukuran”, melainkan murni bersifat ordinal atau urutan bilangan saja. Contoh, corundum (9) memiliki kekerasan dua kali lipat dari topaz (8), tapi kekerasan diamond (10)
hampir empat kali lipat kekerasan corundum. Skala lainnya yang menunjukkan kekerasan mineral antara lain adalah: Skala Brinell's, Vicker's, Knoop, Meyer, Rockwell, dan Rebound. Skala Rebound adalah skala kekerasan dinamis atau kekerasan absolut menggunakan sclerometer. Kekerasan tiap mineral sangat relatif terhadap lainnya, bervariasi tergantung dari bagaimana test dilakukan, arah butiran, orientasi kristalografi, dsb. Ta b e l d i b a w a h m e n u n j u k k a n perbandingan Skala Mohs dan kekerasan absolut yang diukur dengan sclerometer. Tahun 1812, Mohs diangkat sebagai professor di Graz, kemudian tahun 1818 Mohs diangkat menjadi professor di Saxony. Melengkapi karirnya, pada tahun 1826 ia diangkat pula menjadi professor di Vienna. Mohs meninggal dunia tahun 1839 di Agordo dekat Belluno saat dalam perjalanan menuju ke Itali.
Sepuluh mineral dan kekerasannya dalam Skala Mohs
Disadur dan diterjemahkan oleh: Joko Parwata Sumber: 1.http://www.amfed.org/t_mohs.htm 2.http://en.wikipedia.org/wiki/Friedrich_Mohs 3.http://24carat.co.uk/hardnessmohsscaleframe.h tml
Kekerasan Mineral skala Mohs (kekerasan relatif) dan kekerasan absolutnya
Rentang kekerasan dan beberapa mineral yang terliput
Geofakta 57
P r o f i l
berbakat
“Belum ada orang yang untuk pekerjaan ini
Sampai sekarang saya belum menemukan
orang yang tepat untuk menjadi
pengganti saya.
...Untuk pekerjaan ini dibutuhkan
ketelitian, ketenangan, dan ulet. ”
Mamat R., Mengenal Keuletan Seorang Preparator
M
amat muda kerap disuruh atasannya mengantarkan contoh batuan untuk diolah menjadi preparasi kepada Pak Engkon (alm). Pak Engkon adalah seorang preparator di Museum Geologi pada waktu itu. Ia kagum bagaimana pak Engkon mendapat imbalan uang langsung setiap kali pulang mengantar sayatan batuan ke atasannya. 58 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Sepertinya, begitu mudah Pak Engkon memperoleh uang, pikir Mamat muda. Karena itu setiap kali Pak Engkon bekerja, secara teliti Mamat muda memperhatikannya. Suatu waktu pemuda Mamat dtugaskan atasannya mengantarkan batuan lempung kepada Pak Engkon untuk dibuatkan
preparatnya. Lempung bersifat tidak tahan air, karena itu, sebelum dijadikan sayatan, Pak Engkon membakarnya supaya keras. Namun, hasil akhir pekerjaan Pak Engkon ditolak oleh atasannya, karena sayatan menjadi hitam dan mineralnya tidak dapat diamati oleh mikroskop. Pak Engkon terus mencoba. Setiap kali lempung yang baru diterima, lempung itu pun dibakarnya
sebelum dijadikannya preparat. Dan, sebanyak itu pula preparat lempung tersebut ditolak oleh sang atasan. Mamat muda tidak tinggal diam. Ia berpikir keras mencari cara agar dapat membuat preparat lempung itu. Tanpa sepengetahuan Pak Engkon maupun atasannya, lempung itu ia proses dengan caranya sendiri. Diluar dugaan, sang atasan menerima hasil kerjanya. Profil 59
P r o f i l
berbakat
“Belum ada orang yang untuk pekerjaan ini
Sampai sekarang saya belum menemukan
orang yang tepat untuk menjadi
pengganti saya.
...Untuk pekerjaan ini dibutuhkan
ketelitian, ketenangan, dan ulet. ”
Mamat R., Mengenal Keuletan Seorang Preparator
M
amat muda kerap disuruh atasannya mengantarkan contoh batuan untuk diolah menjadi preparasi kepada Pak Engkon (alm). Pak Engkon adalah seorang preparator di Museum Geologi pada waktu itu. Ia kagum bagaimana pak Engkon mendapat imbalan uang langsung setiap kali pulang mengantar sayatan batuan ke atasannya. 58 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Sepertinya, begitu mudah Pak Engkon memperoleh uang, pikir Mamat muda. Karena itu setiap kali Pak Engkon bekerja, secara teliti Mamat muda memperhatikannya. Suatu waktu pemuda Mamat dtugaskan atasannya mengantarkan batuan lempung kepada Pak Engkon untuk dibuatkan
preparatnya. Lempung bersifat tidak tahan air, karena itu, sebelum dijadikan sayatan, Pak Engkon membakarnya supaya keras. Namun, hasil akhir pekerjaan Pak Engkon ditolak oleh atasannya, karena sayatan menjadi hitam dan mineralnya tidak dapat diamati oleh mikroskop. Pak Engkon terus mencoba. Setiap kali lempung yang baru diterima, lempung itu pun dibakarnya
sebelum dijadikannya preparat. Dan, sebanyak itu pula preparat lempung tersebut ditolak oleh sang atasan. Mamat muda tidak tinggal diam. Ia berpikir keras mencari cara agar dapat membuat preparat lempung itu. Tanpa sepengetahuan Pak Engkon maupun atasannya, lempung itu ia proses dengan caranya sendiri. Diluar dugaan, sang atasan menerima hasil kerjanya. Profil 59
P r o f i l
Mamat R., sedang mengamati preparat dengan menggunakan mikroskop
Beberapa hari kemudian lempung lain kembali dikirim Mamat muda ke Pak Engkon untuk dijadikan preparat atas pesanan atasannya. Hasilnya kembali hitam seperti yang lalu. Atasannya pun bingung. Akhirnya terpecahkanlah teka-teki itu bahwa Mamat mudalah yang pernah sukses membuat preparat lempung sebelumnya Tak berselang lama, atasannya mengajak Mamat bekerja di Laboratorium milik orang Belgia di Kalimantan Barat. Dan, beberapa waktu kemudian Mamat muda resmi menjadi pegawai negeri di instansi yang sekarang bernama Pusat Sumber Daya Geologi hingga saat ini. Pak Mamat R. yang Ulet Tulisan di atas adalah sekelumit kisah kehidupan seorang ahli preparator pada Laboratorium Fisika Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, Pak Mamat R. Preparator adalah ahli atau keahlian membuat preparat atau sayatan sangat tipis batuan untuk dianalisa di bawah 60 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
mikroskop yang diperlukan dalam penelitian dan eksplorasi mineral. Kisah hidup seorang yang mau belajar sendiri, ulet, dan tekun, tampak dalam cerita langsung darinya, Pak Mamat R, masuk ke instansi Pemerintah tersebut dengan ijazah SD dan sekarang ia sudah berijazah SMA dengan total masa kerja sudah lebih dari 25 tahun. WG Nomor 2 Tahun II, 2007 ingin mengenalkan kepada para pembaca salah seorang yang tangguh dibalik sayatan-sayatan tipis yang diperlukan dalam riset maupun eksplorasi mineral. Dan, bagaimana ketertarikan, kiprah, dan suka duka seorang yang bekerja dalam bidang yang langka, namun sangat diperlukan: preparator. Pada bagian awal disajikan hasil wawancara WG dengan Pak Mamat, dilanjutkan dengan sedikit penjelasan tentang arti sayatan tipis didalam penelitian dan eksplorasi mineral. Sebagai penutup, disajikan proses pembuatan sayatan sebagaimana diperlihatkan oleh Pak Mamat kepada WG.
Ngobrol santai dengan Pak Mamat Untuk mengenal langsung kehidupan Pak Mamat R serta awal ketertarikannya pada dunia preparator, WG mewawancarai beliau di ruangannya. Berikut petikannya: Tanya (T): Pak Mamat kapan masuk bekerja di instansi Geologi ini? Jawab (J): Tahun 1980. Saya menjadi pegawai harian selama dua tahun. Setelah itu diangkat langsung menjadi pegawai negeri dan ditempatkan di laboratorium sebagai preparator. Alasannya mungkin karena saya memiliki pengalaman bekerja dengan orang asing sebagai preparator. T: Pengalaman bekerja dengan orang asing siapa, Pak? J: Orang Belgia, Jepang, dan Inggris. T: Nama lengkap? J: Mamat R. Kepanjangan huruf ”R” ini saya sendiri tidak tahu. Di akte kelahiran tertulis hanya ”R” tidak ada kepanjangannya. T: Tempat dan tanggal lahir? J: 15 Maret 1959, di Cicadas, Bandung. Sekarang tinggal di Terusan Buahbatu, Mekarsari 2, RW 2, RT 2, Kota Bandung. T: Dari mana kemampuan yang Pak Mamat sekarang miliki ini, apakah hasil belajar? J: Pertama kali saya hanya melihat orang bekerja (lalu Pak Mamat menceritakan kisah awal ia bekerja sebagai preparator sebagaimana dikisahkan pada awal tulisan ini-red). Kemudian bekerja sambil belajar dengan orang Belgia selama kurang lebih dua tahun di Kalimantan Barat. Setelah bekerja lima tahun di Geologi, saya diperbantukan dalam kerja sama dengan Jepang khusus membuat Thin section (sayatan tipis-red) dan Polished section (sayatan tipis poles-red), 1985-1988 di Kalbar dan Jambi dalam proyek eksplorasi Platina dan Timah Hitam. Setelah itu ada kontrak dengan Pertamina dan Robertson Research selama 3 tahun 1989-1991. Lalu selama dua atau tiga bulan kadang-kadang ada panggilan ke Kamojang khusus membuat thin section dan polysection. T: Kelihatannya Pak Mamat ini banyak bekerja di luar kantor, ya? J: Setelah tahun 1990 baru saya banyak kerja di kantor. Sebelumnya memang banyak kerja di luar. Kemampuan membuat thin section dan polisection ini banyak dibutuhkan orang asing.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan sempurna dalam melakukan analisis mineral bijih berdasarkan analisis sayatan tipis batuan (preparat), maka pembuatan preparat itu perlu didukung dengan kelengkapan, peralatan dan bahan serta sarana yang cukup memadai. Peralatan yang diperlukan antara lain: hand press, gergaji untuk rock cutting, grinding, cloting, alat poles berikut alat pemutarnya, dan
Salah satu mesin thin section yang dipergunakan Mamat R. untuk membuat preparat
Mamat R. tengah memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan dan peralatan yang ia pakai untuk bekerja Profil 61
P r o f i l
Gunung Gede
Mamat R. dengan latar belakang koleksi batu-batuan
Susah dicari ahlinya di sini. Mereka bekerja tidak melihat latar belakang pendidikan tetapi hasil pekerjaan. Alasannya karena hasil kerjanya harus dapat dijual. T: Apa suka duka menjadi pegawai negeri? J:Dukanya, kalau ke luar daerah, saat menempuh medan lapangan yang berat. Sukanya, senang berjumpa dengan banyak orang di kampungkampung. Tetapi setelah mengenal mereka dengan baik harus berpisah lagi. T: Nama Istri? J: Entin, kelahiran Garut 1959. T: Sudah dikaruniai anak berapa? J: Saya punya anak empat. Yang tertua anak lakilaki saat ini sedang menempuh kuliah Sastra Arab di Universitas Al-Azhar di Kairo Mesir. Tiga orang lagi semuanya perempuan. Yang paling kecil sekolah di SMP kelas dua. T: Bagaimana kisahnya hingga anak Bapak dapat kuliah di luar negeri sana ? Dapat Ikatan Dinas?
62 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
J: Tidak, biaya sendiri. T: Ada kesan-kesan menarik selama bekerja? J: Ada. Saya memiliki banyak koleksi batuan. Batu-batuan itu saya kumpulkan saat bekerja dengan orang asing. Saya mengumpulkan batubatu sisa yang dibuang, lalu dipoles sendiri. Tahun 1993 salah seorang kenalan saat saya bekerja di Kanwil Pertambangan Provinsi NTT berkunjung ke rumah saya. Ia tertarik akan koleksi batuan saya yang berjumlah lebih dari 100 buah itu. Satu lemari koleksi batuan saya dibelinya dengan lemarinya sekaligus. Alhamdulillah, hasilnya cukup untuk menguliahkan anak-anak saya. Saya juga sering memberi pelajaran kursus di PPTP (Pusat Pendidikan Tenaga Pertambangan, Badiklat ESDM sekarang-red). Suatu ketika pihak PPTP datang ke rumah saya untuk meminta beberapa batu untuk dijadikan contoh pelajaran di sekolahnya. Saya kaget karena yang datang ternyata direkturnya langsung. Katanya kepada saya, ”Mat, kamu salah naruh batu-batu ini. Lebih baik di taruh di PPTP saja.” Akhirnya koleksinya itu 'dipindahkan' juga ke sana (PPTP-
red). T: Batuan apa yang paling menarik Bapak? J:Batuan yang paling banyak mengandung mineralnya. Contohnya pyrit dan kristal. Di rumah koleksi saya yang paling banyak adalah batuan mengandung kristal. T: Koleksi batuan Bapak banyak tersebar, ya? Tersebar kemana saja? J: Ya, ke Perancis, ke kanwil Medan, Bali, dan PPTP. Kira-kira seminggu lalu saya kirimkan juga 150-an batuan ke Pertamina Kamojang.
Mengapa Sayatan Tipis Batuan? Pak Mamat selanjutnya menjelaskan bagaimana proses pembuatan sayatan tipis antara lain diringkaskan berikut ini. Untuk menunjang kegiatan eksplorasi mineral, hasil analisis fisika mineral sangat penting artinya. Informasi tersebut terutama sebagai acuan pelaksanaan eksplorasi. Pekerjaan analisis fisika mineral dapat dilakukan di Laboratorium Fisika Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
T: Suka duka dalam pekerjaan? J: Ya, bagi saya saat memperoleh batuan yang susah untuk diproses tetapi harus dikerjakan. Banyak sekali seperti lumpur atau batu-batuan yang mudah lepas. Meskipun berat, saya tidak mudah menyerah. Saya pikirkan terus caranya. Jadi saya tidak hanya mengandalkan pengetahuan dari buku tetapi saya pikirkan juga sendiri caranya. Kadang-kadang cara tersebut tidak ada dalam teorinya.
Kegiatan laboratorium unit tersebut, diantaranya adalah pemeriksaan atau analisis mikroskopik bijih disertai dengan ”fotomikrografi” sebagai kelengkapan analisis yang memberikan informasi tentang jenis mineral, tekstur, struktur, paragenesa dan genesa mineral. Untuk maksud tersebut diperlukan sayatan tipis (thin section) maupun sayatan tipis yang dipoles untuk analisis mineral bijih (polished section) dari contoh batuan yang diambil di lapangan.
Itu juga alasan mengapa tenaga saya dipakai oleh orang asing. Banyak pekerjaan memproses batuan yang susah dan tidak bisa dikerjakan oleh orang-orang. Maka mereka memanggil saya. Dan biasanya selalu bisa saya kerjakan.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan sempurna dalam melakukan analisis mineral bijih berdasarkan analisis sayatan tipis batuan (preparat), maka pembuatan preparat itu perlu didukung dengan kelengkapan, peralatan dan bahan serta sarana yang cukup memadai. Peralatan yang diperlukan antara lain: hand press, gergaji untuk rock cutting, grinding, cloting, alat poles berikut alat pemutarnya, dan microcutter.
Gunung Gede
T: Sekarang di kantor, proses membuat preparat J: Tidak, daribiaya awalsendiri. hingga selesai dikerjakan semua oleh T: Ada kesan-kesan Pak Mamat? menarik selama bekerja? J: Ada. Saya memiliki banyak koleksi J: Oh, tidak. Sekarang banyak tenagabatuan. di sini. Saya Batu-batuan saya kumpulkan saat bekerja biasanyaitu hanya menangani pekerjaan yang sulit. dengan orang asing. Saya mengumpulkan batubatu T:sisa dibuang, laluakan dipoles sendiri. Pakyang Mamat pasti tidak selamanya berada Tahundi 1993 salahsuatu seorang kenalan saat Nah, saya kirasini, karena saat akan pensiun. bekerja Pertambangan kiradi adaKanwil tidak generasi penerus Provinsi Bapak? NTT berkunjung ke rumah saya. Ia tertarik akanuntuk J:Belum ada orang yang berbakat koleksi batuan saya yang berjumlah lebih daribulan pekerjaan ini. Banyak yang baru satu dua 100 buah itu. Satu lemari batuan saya bekerja langsung jenuh.koleksi Anak saya sendiri pernah dibelinya dengan saya coba arahkan lemarinya ke pekerjaan sekaligus. ini ternyata tidak A l h atahan m d u l ijuga. l l a h , Ya, h a skarena i l n y a memotong c u k u p u nbatu t u k dan menguliahkan memoles anak-anak batu, itusaya. semua pekerjaan yang
Untuk mengidentifikasi mineral bijih diperlukan sayatan poles (polished section) yang memenuhi standar. Selain hal tersebut di atas dalam pembuatan sayatan poles diperlukan juga bahan bahan yang antara lain; epoksi dan hardener, alat pencetak poles, coaborundum untuk abrasif berukuran 300 mesh, 600 mesh, 1000 mesh dan 2000 mesh, cairan alumina ukuran 3 mikron dan 1 mikron, diamond paste ukuran 1 mikron, serta clothing n (Tim Warta Geologi)
membuat kita mengantuk . Saya juga sering memberi pelajaran kursus di PPTP Sampai (Pusat Pendidikan Tenaga sekarang saya belumPertambangan, menemukan orang Badiklat ESDM Suatu ketika pihak yang tepatsekarang-red). untuk menjadi pengganti saya. Saya PPTP pernah datang memberi ke rumahbimbingan saya untukkursus meminta kepada beberapa batu contoh pelajaran sekitar 50 untuk orang dijadikan di PPTP. Dari sejumlah itu hanya di sekolahnya. yang datang dua orang Saya yang kaget terpilih.karena Dari dua orang itu, salah ternyata direkturnya Katanya kepada satunya adalah langsung. perempuan dan yang terbaik. saya, Banyak ”Mat, para kamupeserta salah naruh batu-batu yang tidak sabar, ini. mereka Lebihbekerja baik diasal taruh di selesai PPTP saja.” Akhirnyauntuk cepat saja. Padahal koleksinya itu 'dipindahkan' jugaketelitian, ke sana (PPTPpekerjaan ini dibutuhkan ketenangan, dan ulet. Profil 63
P r o f i l
Proses Pembuatan
Thin Section
Di bawah ini adalah proses pembuatan thin section sebagaimana dijelaskan oleh Pak Mamat R.
A
1. Batu dari lapangan yang akan diolah menjadi preparat
2. Pemotongan batu dari lapangan dengan alat pemotong berdiameter 24 inci.
3. Bekas potongan pada permukaan batu diratakan /dihaluskan dengan grender berukuran 10 inci.
B
4. Batu yang belum diratakan (A); Batu lain yang sudah diratakan (B).
Hot Plate
5. Batu dihaluskan lagi dengan menggunakan mesin thin section 8 inci.
10. Proses menipiskan ketebalan batu menjadi 2 mm.
64 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
6. Batu dihaluskan lagi dengan menggunakan grender untuk Polished Section.
11. Ketebalan 2 mm.
12. Digosok di atas kaca dengan menggunakan karborondum grid 600 untuk memperoleh thin section dengan ketebalan 0,003 mm.
7. Batu dipanaskan dalam hot plate dengan suhu <1000 C.
8. Dilem dengan menggunakan EDO-Kwick Resin dan EPO-Kwick Hardener dengan perbandingan 1 : 7.
9. Hasil pengeleman pada kaca. Batu ini memiliki ketebalan 1 cm.
14. Beberapa thin section yang siap di periksa kandungan mineralnya. 13.Cairan lem entelan untuk melapisi thin section berukuran 0,003 mm. Profil 65
P r o f i l
Proses Pembuatan
Thin Section
Di bawah ini adalah proses pembuatan thin section sebagaimana dijelaskan oleh Pak Mamat R.
A
1. Batu dari lapangan yang akan diolah menjadi preparat
2. Pemotongan batu dari lapangan dengan alat pemotong berdiameter 24 inci.
3. Bekas potongan pada permukaan batu diratakan /dihaluskan dengan grender berukuran 10 inci.
B
4. Batu yang belum diratakan (A); Batu lain yang sudah diratakan (B).
Hot Plate
5. Batu dihaluskan lagi dengan menggunakan mesin thin section 8 inci.
10. Proses menipiskan ketebalan batu menjadi 2 mm.
64 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
6. Batu dihaluskan lagi dengan menggunakan grender untuk Polished Section.
11. Ketebalan 2 mm.
12. Digosok di atas kaca dengan menggunakan karborondum grid 600 untuk memperoleh thin section dengan ketebalan 0,003 mm.
7. Batu dipanaskan dalam hot plate dengan suhu <1000 C.
8. Dilem dengan menggunakan EDO-Kwick Resin dan EPO-Kwick Hardener dengan perbandingan 1 : 7.
9. Hasil pengeleman pada kaca. Batu ini memiliki ketebalan 1 cm.
14. Beberapa thin section yang siap di periksa kandungan mineralnya. 13.Cairan lem entelan untuk melapisi thin section berukuran 0,003 mm. Profil 65
P r o f i l
Proses Pembuatan
Polished Section Di bawah ini adalah proses pembuatan polished section sebagaimana dijelaskan oleh Pak Mamat R.
1. Batuan dipotong
2. Hasil Potongan
3. Batu diratakan oleh grender.
4. Batu dikeringkan dengan pemanas.
Mesin Poles elektrik
5. Batu dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk tabung dan diberi lem butek kira-kira 20-30 menit.
66 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
6. Dihaluskan pada mesin grender 320 grid dan 600 grid.
7. Polish section diproses dalam mesin poles elektrik selama 6 jam untuk memperoleh ukuran ketebalan sayatan sebesar 0,05 µm.
8. Hasil akhir Polished Section siap untuk diperiksa kandungan mineralnya.
Profil 67
P r o f i l
Proses Pembuatan
Polished Section Di bawah ini adalah proses pembuatan polished section sebagaimana dijelaskan oleh Pak Mamat R.
1. Batuan dipotong
2. Hasil Potongan
3. Batu diratakan oleh grender.
4. Batu dikeringkan dengan pemanas.
Mesin Poles elektrik
5. Batu dimasukkan ke dalam cetakan berbentuk tabung dan diberi lem butek kira-kira 20-30 menit.
66 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
6. Dihaluskan pada mesin grender 320 grid dan 600 grid.
7. Polish section diproses dalam mesin poles elektrik selama 6 jam untuk memperoleh ukuran ketebalan sayatan sebesar 0,05 µm.
8. Hasil akhir Polished Section siap untuk diperiksa kandungan mineralnya.
Profil 67
Seputar Geologi
International Seminar Earthquake and Tsunami Risk and Hazard Management for Resilient Community
S
eminar bertaraf internasional ini berlangsung di Hotel Bumikarsa Bidakara, Jakarta pada tanggal 2 dan 3 April 2007. Pertemuan dua hari ini diselenggarakan atas kerja sama anatara Badan Geologi dengan CCOP (Coordinating Committee for Geoscience Programme in East and Southeast Asia) dengan tujuan: 1.Melakukan penelaahan-ulang sistem pengelolaan bencana secara berjenjang 2.Mengidentifikasi kegiatan teknis yang dibutuhkan untuk menerapkan rencana risk assessment dan manajemen kebencanaan pada level nasional 3.Meningkatkan ketersediaan informasi yang sesuai dan dibutuhkan bagi masyarakat dan pemerintah daerah 4.Meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana di semua tingkatan, baik kebijakan, teknis dan kapasitas kelembagaan secara lokal, regional, dan nasional. 5.Memanfaatkan ilmu pengetahuan guna membangun budaya aman bencana dan ketahanan masyarakat Peserta seminar yang berjumlah sekitar 380 orang ini merupakan perwakilan dari negaranegara Jepang, Amerika, Jerman, Belanda, Vietnam, Tahiland, Phillippine, dan Sri Lanka. Sementara dari dalam negeri peserta seminar berasal dari berbagai instansi pemerintah pusat 68 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
dan daerah, perguruan tinggi, perusahaan swasta, konsultan, LSM, dan mahasiswa. Dalam sambutannya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengharapkan seminar ini akan menjadi stimulan bagi para peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai negara maju untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman serta keberhasilan mereka menghadapi bencana alam yang tak terduga, agar kita dapat mempersiapkan diri menghadapi tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi pada masa yang akan datang. Lebih lanjut dikatakan oleh Menteri bahwa walaupun kemajuan ilmu dan teknoogi dapat turut membantu kita mengatasi bencana alam, tetapi kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana alam berskala besar juga sangat penting. Karena itu manajemen yang
efektif, termasuk penggunaan teknologi yang tepat, komunikasi yang lancar antara institusi terkait dengan pemerintah setempat, dan membangun masyarakat yang sadar bencana, merupakan kunci bagi mitigasi bencana. Setelah dibuka resmi oleh Menteri Purnomo Yusgiantoro, seminar menampilkan pembicara kunci dari Indonesia, Bambang Dwiyanto, M.Sc. sebagai Permanent Representative for CCOP, Kepala Badan Geologi pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa dalam kerangka tektonik global, Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif utama. Karena itu kepulauan Indonesia menjadi salah satu daerah tektonik yang paling aktif. Akibatnya selain memberikan sumber saya alam yang melimpah, keadaan ini juga menempatakan Indonesia menjadi sangat rentan terhadap bencana geologi. Karena itu, Kepala Badan mengharapkan bahwa seminar ini akan dapat membuka era baru dalam menghadapi bencana alam dengan menggunakan teknologi maju sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat, sehingga menjadi komunitas yang memiliki ketahanan terhadap bencana.
Pada akhir sesi teknis, delegasi dari sepuluh negara berkumpul dalam suatu forum evaluasi. Forum tersebut merumuskan kesepakatan tentang apa yang harus dilakukan ke depan agar manajemen gempa bumi dan tsunami dapat dilaksanakan secara efektif. Adapun ringkasan hasil kesepakatan adalah sebagai berikut: 1.Training and campaign 2.Open access information 3.Sharing information 4.Simplification of technology for dissemination of early warning system 5.Integrated community-based approach by mobilizing non-governmental organizations (NGOs) Seminar ditutup oleh Kepala Badan Geologi, setelah dibacakan evaluasi dan finalisasi seminar oleh perwakilan para delegasi dari masingmasing negara. n (N. Adriyani)
Usai pemaparan makalah kunci, seminar sesi hari pertama diisi dengan pemaparan delapan makalah: No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Pembicara
Dr. Ir. Surono (GAI) Dr.P.J.Prih Harjadi (Deputy of Information) Dr. A. Hoffman-Rothe (germany) Dr. Danny Hilman & Hery Harjono (LIPI) Dr. David R. Tapin (BGS) Dr. Walter Mooney (AS)
7. Dr. Kenji Satake (Jepang) 8. Dr. Eng. Hamzah Latief (ITB)
Judul Makalah Geoscientific aspects of tsunamigenic Earthquakes and its Mitigation Strategy in Indonesia Current status on the Indonesia Tsunami Early warning system Development BGR contribution to geohazard assessment and management in Indonesia Indonesian earthquake and tsunami source parameters and hazard models Intrepetation of the HMS Scott Sonar Image Below simeulue Island International activities directed toward a modern indian ocean tsunami: warning systemprogress and perfectives Tsunami as infrequent natural hazard The role of geological setting for pre-calculating tsunami modelling with respect to tsunami early warning system
Sementara itu, seminar hari kedua menampilkan tujuh buah makalah sebagai berikut:
No
Nama Pembicara
1. Mr. Niran Chaimanee (CCOP) 2. Dr. Idwan Suhardi (Ristek) 3. Mr. Thomas Rehman (BGR) 4. Ir. Sugeng Tri Utomo, DSS (Indonesia) 5. Dr. Stephan Gruijter & Dr. J. De Sonneville (TNO/Belanda) 6. Prof. Dr. Seiji Suzuki (GSJ-AIST) 7. Mr. Worawut Tantiwanich (Thailand)
Judul Makalah Tsunami risk assessment and mitigation in S & SE Asia Selecting the reliable technology for Tsunami early warning system in Indonesia Management of Georisk Some examples from the BGR/GA projects in Aceh and Bandung Preparedness on the tsunami hazard mitigation in Indonesia Geological expertise and risk assessment Risk communication as a preventive measure Future tsunami risk in Thailand Seputar Geologi 69
Seputar Geologi
Lokakarya Bedah Atlas
Pengelompokan Pulau Kecil Berdasarkan Tektonogenesis untuk Perencanaan Tata Ruang Darat, Laut, dan Dirgantara Nasional
L
okakarya bedah atlas berlangsung pada hari Selasa, pukul 09.00 hingga 13.00 26 Juni 2007 bertempat di Auditorium lt 10 Sekretariat jenderal Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta. Acara yang dibuka oleh Kepala Badan Diklat ESDM yang mewakili Menteri ESDM ini bertujuan untuk mendapatkan masukan guna memperkaya data dan informasi yang dikanduing dalam Atlas Pengelompokan Pulau Kecil Berdasarkan Tektonogenesis untuk Perencanaan Tata Ruang Darat, Laut, dan Dirgantara Nasional. Seperti telah diketahui bahwa pulau atau gugusan pulau dengan tektonogenesis yang berbeda, akan memiliki karakteristik berbeda pula dalam hal potensi sumber daya alam, kebencanaan, kondisi fisik perairan sekitar, respons terhadap perubahan iklim, dan adat istiadat penduduknya. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang tepat dan sesuai dengan daya dukung masing-masing wilayah kelompok pulau kecil tersebut. Dalam laporannya, Kepala Badan Geologi yang diwakili oleh Sekretaris Badan Geologi, Ir. Suyartono, M.Sc. mengatakan bahwa materi yang terkandung dalam atlas ini merupakan himpunan data dan informasi spasial geologi serta data dan informasi terkait lainnya yang telah diperoleh selama empat dasa warsa terakhir pelaksanaan pembangunan nasional di bidang geologi dan bidang terkait lainnya. Sebagaimana diketahui, bahwa Indonesia terdiri atas pulau besar dan kecil, berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Pulau-pulau tersebut berjumlah lebih dari 17.000, dan secara geografis berlokasi pada tempat yang sangat strategis, yaitu di antara benua Asia dan Australia. Keberadaaan pulau-pulau kecil tersebut dinilai sangat penting dilihat dari aspek politik, pertahanan, dan keamanan maupu nsecara ekonomis. Namun, karena pulau-pulau tersebut umumnya berada pada tempat-tempat terpencil, maka pulau-pulau tersebut memiliki beberapa keterbatasan untuk dikembangkan secara optimal bagi keperluan-keperluan seperti disebutkan di atas. Kendala yang menghambat 70 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
pembangunan dan pemanfaatan di tempat tersebut di antranya adalah keterbatasan prasarana wilayah, ketersediaan dana pembangunan, dan aspek sosio-kultural. Untuk itulah diperlukan suatu kebijakan nasional penataan ruang laut pesisir, dan pulau-pulau kecil. Demikian dikatakan oelh Direktur Jenderal Penataan Ruang Depertemen Pekerjaan Umum yang pada saat itu diwakili oleh Dr. Ir. Ruchyat Deni Jaka Permana, M.Eng., Direktur Penataan Ruang Nasional, Departemen Pekerjaan Umum. Dikatakan pula bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki hak eksklusif dalam memanfaatkan sumber daya kelautan dan berbagai kepentingan yang terkait dalam wilayah seluas 2,7 km2 perairan ZEE. Dengan demikian Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam potensi strategis yang dimiliki di wilayah kepulauan, pesisir, dan laut, sehingga dapat menjadi prime mover dalam pengembangan wilayah nasional bagi kepentingan seluruh stakeholders. Pengelompokan pulau kecil sebagai salah satu aspek penataan ruang laut, pesisir, dan pulaupulau kecil merupakan makalah yang disajikan oleh Ir. Ferrianto Hadisetiawan Jais, Direktur Tata Ruang laut pesisir dan Pulau-pulau kecil, departemen Kelautan dan Perikanan. Penyaji terakhir, Prof. Dr. Ir. Jacub Rais, M.Sc. sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dalam paparannya yang berupa fotofoto mengetengahkan “Evaluasi Materi Atlas Pengelompokan Pulau Kecil Berdasarkan Tektonogenesis”. Diskusi dan tanya jawab dalam lokakarya tersebut dipandu oleh Drs. Agustomo, MPM, anggota Dewan Maritim Indonesia. Lokakarya Bedah Atlas Pengelompokan Pulau Kecil Berdasarkan Tektonogenesis untuk Perencanaan Tata Ruang Darat, Laut, dan Diragantara Nasional secara resmi ditutup oleh Kepala Badan Geologi yang pada saat itu diwakili oleh Kepala Pusat Lingkungan Geologi, Dr. Ir. Achmad Djumarma. n (N. Adriyani)
Pengambilan Sumpah/ Pelantikan Pejabat Struktural di Lingkungan Badan Geologi
T
elah terjadi penggantian pejabat
struktural di lingkungan Badan Geologi. Sekretaris Badan Geologi, Ir. Suyartono,
M.Sc. diganti oleh Dr. Ir. Djadjang Sukarna yang
sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Survei Geologi. Sementara itu Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Dr. Drs. Antonius Ratdomopurbo, dilantik menjadi Kepala Pusat Survei Geologi.n (Lilies M.)
No
Nama
Pertemuan ke 8 ASOMM dan ASOMM +3 di Nay Piy Taw Myanmar, 5-8 Juni 2007
P
ertemuan ini merupakan tindak lanjut hasil pertemuan ASOMM KE 7 di Kuching, Sarawak, Malaysia pada 2 Agustus 2005, dengan tujuan: 1.Memfasilitasi investasi dan perdagangan di sektor mineral untuk keuntungan bersama 2.Meningkatkan kerjasama di dalam aktifitas penelitian dan pengembangan untuk pembangunan berkelanjutan di sektor mineral 3.Mendorong partisipasi sektor swasta dan kerjasama sektor swasta umum di dalam pembangunan Peserta adalah semua negara anggota ASEAN (Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar, malaysia, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) delegasi Indonesia dipimpin oleh Dr. Ir. Bambang Setiawan (Direktur Pembinaan Program Minerbapabum), anggota 2 orang dari Badan Geologi (Ir. Calvin K.K. Gurusinga, M.Sc dan Dr. Ir. Agus Pujobroto, M.Sc), 3 orang dari Ditjen Minerbapabum, 3 orang dari Badan Diklat ESDM, 1 orang dari Balitbang ESDM dan 2 orang dari Sekretariat Asean serta wakil dari Kedutaan Besar RI di Myanmar.n (Nandang)
Jabatan Lama
Jabatan Baru
1. Ir. Suyartono, M.Sc.
Sekretaris Badan Geologi, Badan Geologi, DESDM
Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi, DESDM
2. Dr. Ir. Djadjang Sukarna
Kepala Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, DESDM
Sekretaris Badan Geologi, Badan Geologi, DESDM
3. Dr. Drs. Antonius Ratdomopurbo
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, DESDM
Kepala Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, DESDM
Seputar Geologi 71
Seputar Geologi
Museum Gunung Api Batur
M
ENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM), Purnomo Yusgiantoro didampingi Kepala Badan Geologi Bambang Dwiyanto meresmikan beroperasinya Museum Gunung Api Batur pada tanggal 10 Mei 2007. Museum ini terletak di atas lahan seluas 5.902 m2 pada kawasan yang memiliki panorama indah yaitu Kintamani, tepatnya di lereng pegunungan Desa Panelokan, Kabupaten Bangli, Bali. Hadir pada acara peresmian tersebut antara lain Wakil Gubernur Bali, Pimpinan DPRD Provinsi TK I Bali, Bupati dan Muspida Kabupaten Bangli, Pimpinan DPRD Bangli, serta para tokoh setempat. Selain itu juga hadir beberapa pejabat di lingkungan Departemen ESDM, Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, serta Departemen Dalam Negeri. Museum Gunung Api pertama di Indonesia ini akan menyajikan informasi kegunungapian pada umumnya, dan khususnya Gunung Api Batur, selain dilengkapi dengan sarana komputer yang memungkinkan pengunjung dapat mengakses informasi secara interaktif, museum ini juga dilengkapi dengan ruang audio visual yang akan menampilkan film mengenai gunung api. Keberadaan museum ini diharapkan dapat 72 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan kegunungapian. Bangunan museum terdiri atas tiga unit utama dan masing-masing berlantai tiga, pertama kali dikerjakan pada tahun 2004. Kini sedang dalam penyelesaian tahap kedua dari rencana tiga tahap. Dana pembangunannya berasal dari Pemerintah Pusat melalui Badan Geologi Departemen ESDM, dan Pemerintah Provinsi Bali, serta Pemerintah Kabupaten Bangli. Total dana yang dibutuhkan sebesar Rp 36 milyar dan ditargetkan selesai pada tahun 2009. Kepala Badan Geologi menyatakan bahwa pengembangan dan pengelolaan Museum Gunung Api Batur ini nantinya akan dilakukan oleh sebuah Badan Pengelola yang akan dibentuk oleh Pemerintah Provinsi Bali dengan Pemerintah Kabupaten Bangli, sedangkan Badan Geologi akan memanfaatkan salah satu ruangan sebagai Pos Pengamatan Gunung Api Batur dan Gunung Api Agung. Selain Museum Gunung Api Batur, saat ini Badan Geologi juga sedang membangun Museum Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta, dan Museum Tsunami di Aceh.n (M. M. Saphick N.)
Joint Study Mengenai Penghitungan Sumber Daya dan Cadangan Batubara
J
oint study antara Indonesia yang diwakili oleh Badan Geologi d/h Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral (DJGSM) dan Jepang yang diwakili oleh New Energy and Industrial Technology Development (NEDO) ini bertujuan untuk mengevaluasi neraca sumber daya dan cadangan batubara di Indonesia berdasarkan Unifified Standard Effectively and Precisely. Seluruh data yang akan diperoleh, diharapkan dapat dijadikan database digital yang andal dalam sistem GIS. Sistem GIS ini memanfaatkan seluruh data dengan titik dan koordinat yang bermacam-macam untuk menghasilkan data akhir yang teratur dan terpadu. Berdasarkan MOU yang telah disepakati, kegiatan joint study ini telah dimulai sejak tahun 2004 unutk jangka waktu selama lima tahun, dengan tahapan jadwal seperti di bawah ini. Studi ini dibagi ke dalam dua sistem yang disebut Sistem 1 dan Sistem 2. Sistem 1 telah selesai dikerjakan yang meliputi daerah Sumatera Selatan. Saat ini sedang dikerjakan sistem 2 yang meliputi Kalimantan Selatan dan Timur. Konsep sistem GIS yang digunankan pada studi ini terdiri atas: penyusunan formula data base; fungsi evaluasi dan analisis, serta fungsi operasi, pemanfaatan, dan publikasi. Manfaat yang diperoleh pihak Indonesia dari
kerja sama ini anatara lain: 1.Pembangunan pondasi dan sistem untuk menghitung sumber dan cadangan batubara di seluruh wilayah Indonesia berdasarkan standar perhitungan terpadu, 2.Pengembangan sistem indeks data eksplorasi dan informasi sumber batubara, yang bisa diisi dan dihitung ulang, dst. dengan standar terpadu melalui sistem, 3.Pembentukan sistem manajemen terpadu untuk data dan informasi eksplorasi batubara, data dan informasi administrasi sumbernya (konsesi, kontak karya), dan data umum lainnya (kawasan lindung, konservasi, dan peraturan terkait lainnya), 4.Mempromosikan penawaran prospek wilayah kerja pertambangan, setelah berlakunya undang-undang baru 5.Mempromosikan kemudahan akses dan tukarmenukar informasi, baik antar pemerintah Indonesia-Jepang maupun untuk calon investor dan pemangku kepentingan lainnya 6.Menciptakan metodologi evaluasi neraca sumber daya dan cadangan batubara secara komprehensif berdasarkan titik pandang: karakteristik batubara, infrastruktur, sosial kemsyarakatan dan dampak lingkungannya jika keberadaan potensi tersebut akan di usahakan secara komersil.n (Nandang)
Seputar Geologi 73
Seputar Geologi
Sosialisasi Bidang Geologi di Provinsi Papua dan Sulawesi Utara
K
egiatan sosialisasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilaksanakan oleh Pemerintah dalam menginformasikan data-data geologi sebagai bentuk pelayanan kepada pemerintah daerah dan masyarakat luas. Atas dasar itulah maka pada tahun 2007 Badan Geologi bekerja sama dengan pemerintah daerah melaksanakan Sosialisasi Bidang Geologi di dua Provinsi yakni Provinsi Papua dan Provinsi Sulawesi Utara.
PU, Dinas Perindag Kota Jayapura. Berikut ini petikan sambutan Bambang Dwiyanto, “Sampai saat ini, segenap jajaran Badan Geologi tidak pernah berhenti dalam melakukan berbagai penelitian dan pengkajian guna memahami karakteristik geologi wilayah Papua, yang meliputi sumber daya geologi, lingkungan geologi dan kebencanaan geologi, dimana masing-masing bertumpu kepada sains dasar
Pidato Sambutan Kepala Badan Geologi pada acara Sosialisasi Bidang Geologi di Provinsi Papua (kiri). Serah terima cindera mata Kepala Badan Geologi dengan Kepala Dinas DPE Provinsi Papua. (kanan).
Provinsi Papua Sosialisasi diselenggarakan tanggal 25-26 April 2007 bertempat di Hotel Relat Indah, Jalan Pantai Kepala 21-23, Jayapura. Hadir dalam Acara tersebut Kepala Badan Geologi Bambang Dwiyanto, M.Sc. sebagai pembicara kunci. Sementara itu utusan dari Pusat-pusat di lingkungan Badan Geologi yakni, Dr. Ir. A.D. Wirakusumah, Dr. Ir. Surono, Dr. Sjafra Dwipa, Dr. Sardjono tampil sebagai narasumber sekaligus sebagai pembicara. Peserta sosialisasi berjumlah 81 orang berasal dari Pemerintah Daerah Papua, Dinas Pertambangan dan Energi Papua, Sekolah Menengah Atas, Universitas Cendrawasih, PLN, Pertamina, Dinas Kehutanan, UPTD Balai Uji dinas 74 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
geologi. Khususnya kebencanaan geologi, Badan Geologi senantiasa melakukan penelitian bencana geologi yang ada disekitar kita dan meningkatkan kesiapan dalam melakukan mitigasinya. Tekad kami untuk lebih mengenal bencana geologi dan mitigasinya diwujudkan dalam berbagai bentuk program kerja yang direncanakan secara berkesinambungan. Kerja sama dengan menghadapi bencana geologi juga terus ditingkatkan. Selanjutnya, secara proaktif kami berusaha mengimplementasikan berbagai data dan informasi kebencanaan geologi untuk mendukung perencanaan pengembangan wilayah, maupun pengembangan sistem peringatan dini (Early Warning System) yang dilaksanakan oleh instansi terkait.
a Dalam kesempatan ini saya mengajak kepada seluruh instansi pemerintah, swasta, dan seluruh komponen masyarakat di wilayah Papua untuk bahu membahu sesuai dengan kompetensi dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola sumber daya geologi dan kesiapan dalam menghadapi bencana geologi.”
b
c Peserta dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua sedang mengajukan pertanyaan.
Provinsi Sulawesi Utara Sosialisasi diselenggarakan tanggal 27-28 Juni 2007 bertempat di Quality Hotel Manado No. 8889 Boulevard. Hadir dalam acara tersebut Sekretaris Badan Geologi, Ir. Suyartono, M.Sc. sebagai pembicara kunci. Utusan dari Pusatpusat di lingkungan Badan Geologi yakni, Ir. M. Wahib, M.Sc., Syamsul Rizal, Dipl. Seis, Dr. Sjafra Dwipa, Dr. Sardjono. Peserta sosialisasi berjumlah 81 orang berasal dari Pemerintah Daerah Sulawesi Utara, Dinas Pertambangan dan Energi Sulawesi Utara, Badan Kesbangpol Sulut, Bappeda, BPLH Sulut, BMG Sulut, Dinas Kehutanan, Pengamat Gunung Lokon dan Mahawu, Pertamina Geothermal Lahendong.n (Priatna)
d Foto: Pidato sambutan Kepala Badan Geologi diwakili oleh Sekretaris Badan Geologi, Ir. Suyartono, M.Sc . (a) Dr. Ir. Sardjono (narasumber PSG), memaparkan ruang lingkup kegiatan Pusat Survei Geologi. (b), Peserta utusan dari Dinas Pertambangan Kabupaten Minahasa Selatan sedang mengajukan pertanyaan kepada narasumber.(c) Serah terima cindera mata dan Dokumen Geologi dari Badan Geologi kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. (d),
Seputar Geologi 75
Editorial
Miscellaneous
Mineral
Kata “mineral” memiliki arti tersendiri di kalangan ahli geologi. Sesuatu yang disebut mineral harus memiliki lima kriteria: 1. Terbentuk secara alami 2. Padatan 3. Terbentuk oleh proses anorganik 4. Memiliki komposisi kimia tertentu 5. Memiliki struktur kristal
Struktur kristal mineral garam yang berbentuk kubus, merupakan hasil dari susunan atom-atom pembentuk kristal yang regular.
Sebagaimana kenampakan luarnya yang metalik dan nampak lunak, struktur kristal mineral grafit nampak memiliki ikatan yang lemah.
Sebaliknya, sebagaimana kenampakan luarnya yang begitu kukuh, struktur kristal mineral intan menunjukkan ikatan yang kuat ke semua arahnya.
76 W a r t a G e o l o g i . J u n i 2 0 0 7
Mineral dan Sumber Daya Geologi bagi Kehidupan Kita: Pentingnya Data dan Usaha Hulu Penanganan “…Hanya, keahlian Fielderhof tampaknya bukan satusatunya kunci resep keberhasilan manipulasi skandal Busang. Longgarnya peraturan juga ikut mendukung. Di Kanada, persis seperti di Indonesia, tak ada kewajiban perusahaan tambang publik untuk minta pengesahan atas klaim jumlah deposit yang mereka temukan. Cara-cara seperti ini mustahil dilakukan di Australia. Di Negeri Kanguru itu, setiap klaim penemuan kandungan tambang harus disahkan anggota Australian Institute of Mining and Metalurgy, lembaga independen yang dipercaya menyetempel keabsahan penemuan deposit tambang”. Demikian sepenggal kisah lama tentang skandal Busang yang terdapat pada situs Hamline University sebuah akademi terkenal di N e g a r a b a g i a n M i n n e s o t a , http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/05/ 09/0006.html. Minnesota sendiri adalah produsen besi dan batuan taconite terbesar di Amerika Serikat. Kasus Busang yang menghebohkan kita di era tahun 90-an adalah sebuah kisah hitam di dunia pertambangan. Cerita tersebut diangkat kembali untuk menyegarkan ingatan kita tentang betapa menentukannya arti data sumber daya mineral. Betapa tidak, kasus Busang telah menyebabkan jutaan dolar uang para pemain saham amblas, puluhan orang diseret ke meja hijau, dan dunia pertambangan tercoreng, termasuk di Indonesia. Kisah Busang juga menegaskan kembali bahwa penataan, pemanfaatan, pengembangan, dan konservasi sumber daya mineral diawali dengan ketersediaan data yang akurat tentang posisi, persebaran, dan kelayakan tambang dari sumber daya mineral tersebut. Semua itu sangat bergantung kepada kinerja eksplorasi sumber daya mineral dan penilaian data terkait.
data), teknologi, dan pengelolaan. Tentang teknologi dan pengelolaan sumber daya mineral, kiranya bukan menjadi tanggung jawab utama institusi yang memiliki kewenangan di bidang geologi. Lagipula, kedua aspek tersebut akan senantiasa mengikuti kondisi keberadaan sumber daya geologi yang menjadi substansinya. Hal ini berarti persoalan kita kembali kepada masalah data dan eksplorasi. Tentang database sumber daya mineral, sebenarnya kita sudah memiliki semacam baseline atau tonggak pengembangannya. Penyusunan database sumber daya mineral di Pemerintahaan dirintis oleh Pusat Sumber Daya Mineral (PMG, sebelumnya bernama Direktorat Inventarisasi Mineral). Database tersebut kini sebenarnya sudah diadopsi menjadi rujukan struktur database mineral di tingkat ASEAN. Sementara itu, Badan Geologi melalui PMG pada tahun 2007 ini telah ditunjuk sebagai focal point pengembangan database sumber daya mineral di tingkat nasional. Persoalannya kemudian adalah bagaimana upaya kita agar Daerah dapat tune in menggunakan database tersebut sebagai sarana pertukaran data dan informasi tentang sumber daya mineral kita? Pertukaran data sangatlah penting dalam iklim otonomi daerah. Dengan cara itu semua pihak diuntungkan. Daerah terbantu dalam percepatan pengumpulan dan penyusunan data serta pemenuhan kewajibannya kepada Pemerintah berkenaan dengan informasi sumber daya geologi. Pemerintah pun tertolong dalam penyusunan dan updating database terkait sehingga diperoleh basis yang lebih baik dan terkini untuk perencanaan dan penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya mineral nasional. Sementara itu, mitra lainnya akan memperoleh informasi yang lebih akurat untuk pengembangan dan pemantauan pengelolaan sumber daya geologi kita.
Mineral, bagian dari sumber daya geologi, hingga saat ini masih menjadi andalan sumber pendapatan bangsa kita. Bagaimana status database-nya? Bagaimana pula eksplorasi atau usaha hulu penanganannya semestinya dilakukan? Serta, bagaimana masalah sumber daya manusia untuk pengelolaan sumber daya geologi di Daerah? Selain itu, sumber daya geologi apa selain mineral yang potensial di wilayah kita ini? Bagaimana sebuah bencana sesungguhnya memberi “anugerah” untuk kita berupa kandungan mineral penting? Bagaimana sosialisasi terkait mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan arti strategis sumber daya mineral? Warta Geologi nomor 2, Juni 2007 ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tersebut.
Pembaca yang budiman, Dengan topik seputar mineral ini kita diingatkan kembali arti penting sumber daya geologi, khususnya mineral, yang kita miliki. Seiring dengan itu, juga pengembangan database-nya. Akselerasi pemahaman dan kesadaran seluruh komponen masyarakat akan arti penting database, informasi, dan eksplorasi sumber daya geologi kita akan membantu tumbuhnya masyarakat yang sadar akan nilai strategis sumber daya alam kita. Salam mineral, selamat menikmati Warta Geologi edisi ini.
Para pembaca yang budiman, Sebagaimana dalam penanganan sumber daya alam yang lain, penanganan sumber daya mineral dan sumber daya geologi lainnya akan selalu bergantung kepada tiga hal pokok, yaitu: ketersediaan data (bank
Bandung, Juni 2007 Oman Abdurahman Editorial 3
Geofoto
Seekor macan tutul sedang menghangatkan tubuhnya di atas pipa uap panas bumi Gunung Salak, menunjukkan aktivitas pertambangan panas bumi yang amat ramah dengan lingkungan. (Sumber foto: Pusat Sumber Daya Geologi)
Peta Sebaran Cekungan Sumber Daya Batubara di Indonesia (sumber: Pusat Sumber Daya Geologi)
Badan Geologi-Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral www.bgl.esdm.go.id