CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS DAN RETURN SAHAM
EDY SURANTA PRANATA PUSPA MIDIASTUTY
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS DAN RETURN SAHAM ABSTRACT This research intends to examine the influence of the applying of corporate governance mechanism and its relationship with financial report quality to stock return. The corporate governance mechanisms are used in this research are audit committee, percentage of independent commissioner to total of board of commissioner, board size, and institutional ownership. Quality of financial report is proxied by earnings before extraordinary items. This research used secondary data that were acquired from audited annual report. Observation period are from 2001 until 2003 and the firms that were selected to be the sample are 77 companies with total observation are 175. The purposive sampling method was used to select the sample. The result show that the interaction of earnings with several corporate governance mechanisms (audit committee, board size, and institutional ownership) can afford to increase the quality of financial report, while the smallest percentage of independent commissioner has influence to financial report quality. The increasing of financial report quality will be responded positively by investors that was reflected in stock return. Keywords: Audit Committee, Board Size, Independent Commissioner, Institutional Ownership, Quality of Information of Financial Report
1. PENDAHULUAN Mekanisme corporate governance merupakan suatu cara untuk mengatasi masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham dan antara pemegang saham yang memiliki kontrol dan pemegang saham minoritas. Mekanisme corporate governance selanjutnya bertujuan untuk memastikan bahwa hak pemegang saham minoritas tidak dirugikan, tindakan manajemen dimonitor, dan bila kinerja manajer yang buruk diganti (Gibson, 1999). Penelitian tentang corporate governance telah mengidentifikasi berbagai mekanisme yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Mekanisme ini meliputi mekanisme internal, seperti struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif; dan mekanisme eksternal, seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan institusional, dan tingkat pendanaan dengan hutang (debt financing) (Barnhart, S.W., dan Rosenstein, S., 1998). Salah satu wewenang dan tanggung jawab dewan direksi perusahaan adalah melakukan monitoring atas kualitas informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Fungsi monitoring oleh dewan direksi ini menjadi sangat penting karena adanya moral hazard dari manajer. Beberapa penelitian empiris telah menguji hubungan struktur (komposisi dan ukuran) dewan direksi dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan menyatakan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan (Yermarck, 1996 untuk perusahaan besar; dan Eisenberg et al.,1998 untuk perusahaan kecil). Sementara komposisi dewan direksi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja perusahaan (Hermalin dan Weisbach, 1991; Bhagat dan Black, 2000 dalam Hermalin dan Weisbach, 2001). Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Vafeas (2000). Penelitian ini menggunakan analisis time series-cross sectional dengan rentang waktu dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 dan ditujukan untuk menguji pengaruh dari interaksi mekanisme corporate governance dan earnings (sebagai proksi kualitas laporan keuangan) terhadap return saham. Ekspektasi awal dari penelitian ini adalah bahwa penerapan beberapa mekanisme corporate governance dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan sehingga berdampak pada peningkatan kepercayaan investor yang tercermin dalam harga saham/return saham.
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komite Audit, Earnings dan Return Saham Komite audit pada dasarnya merupakan komite dewan direksi. Dewan direksi bertanggung jawab untuk mengawasi proses penyusunan dan pelaporan keuangan dan kemudian tugasnya didelegasikan kepada komite audit. Selanjutnya komite audit harus menyajikan laporan keuangan yang dapat dipercaya (reliable) sehingga kualitas laporan keuangan tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas dan karakteristik komite audit. Seperti yang dinyatakan oleh Beasley et al., (1996), Dalton et al., (1999), Vafeas (1999) dan Abbot et al., (2000) kualitas laporan keuangan tidak terlepas dari karakteristik dewan direksi seperti ukuran dewan direksi, insentif, kompensasi dan frekuensi pertemuan rapat dewan direksi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan merupakan informasi yang dapat mempengaruhi keputusan para pelaku pasar di pasar modal. Informasi tersebut dapat berupa informasi yang berkaitan dengan keuangan perusahaan seperti pengumuman laba dan pengumuman pembayaran dividen serta informasi yang bersifat non keuangan seperti pengumuman merger, akuisisi dan pengumuman atas penerapan mekanisme corporate governance yang baik yang dapat dilihat dari pengumuman struktur dewan direksi yang didalamnya termasuk komite audit serta pengumuman dewan komisaris. Mayangsari dan Murtanto (2002) telah memberikan bukti bahwa pembentukan dan pengumuman komite audit oleh emiten yang listing direspon positif oleh investor. Dengan menggunakan event study, mereka menyimpulkan bahwa emiten yang mengumumkan pembentukan komite audit menghasilkan abnormal return yang signifikan selama 3 hari setelah pengumuman tersebut. Bahkan nilai CAR yang tertinggi terjadi pada periode window hari ke-3 setelah pengumuman. Independensi merupakan kualitas penting untuk suatu komite audit yang telah dibentuk. Kondisi ini menunjukkan alasan mengapa bursa efek membuat peraturan yang menyangkut keindepenan komite audit. McMullen dan Randghun (1996) menunjukkan bahwa perusahaan yang merupakan subjek tindakan pemaksaan SEC atau perusahaan yang melaporkan kembali laporan keuangan kuartalannya kurang mendukung adanya anggota komite audit yang keseluruhannya merupakan non-executive directors. Hal ini terjadi karena komite audit yang seluruh anggotanya non-executive directors tidak akan secara efektif independen terhadap manajemen. Hasil penelitian Dezoort dan Salterio (2001) menemukan bahwa anggota komite audit yang juga merangkap sebagai manajer perusahaan akan cenderung mendukung manajemen khususnya jika terjadi konflik dengan pihak auditor eksternal. Independensi dan kompetensi saja tidak menghasilkan keefektifan kecuali jika komite audit berperan aktif. Ada 2 aspek penting dalam membahas tingkat aktivitas komite yaitu tugas-tugas yang harus dikerjakan dan frekuensi pertemuan. Selanjutnya kompetensi yang disyaratkan dimiliki oleh komite audit adalah kompetensi di bidang keuangan. Komite corporate governance di Amerika justru mensyaratkan bahwa tiap komite audit paling tidak memiliki satu anggota yang memiliki keahlian akuntansi atau manajemen keuangan atau setidaknya berpengalaman dalam bidang keuangan atau akuntansi (McMullen dan Randghun, 1996 dan Dezoort dan Salterio, 2001). Dari argumentasi di atas, maka hipotesis alternatif yang diturunkan adalah: H1 : Interaksi antara Laba dan jumlah Komite Audit yang semakin besar memiliki pengaruh yang positif dengan Return Saham 2.2 Komisaris Independen, Ukuran Dewan Direksi, Earnings dan Return Saham Beberapa penelitian sebelumnya yang mencoba menguji pengaruh ukuran dan komposisi dewan direksi terhadap kinerja dan peningkatan nilai perusahaan masih memberikan hasil yang tidak konsisten (Klein, 1998; Eisenberg et al., 1998; Luoma dan Goodstein, 1999; Mak dan Li, 2000; Rhoades et al., 2000; Bennedsen, 2002; Suranta, 2002; Suranta dan Midiastuty, 2003). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar ukuran dan komposisi dewan direksi akan berdampak positif terhadap kinerja dan nilai perusahaan jika komposisi dewan direksi lebih Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
banyak didominasi oleh dewan direksi yang berasal dari luar perusahaan dan kinerja serta nilai perusahaan akan rendah jika ukuran dan komposisi dewan direksi berasal dari dalam perusahaan. Akan tetapi, kinerja komite audit dapat dikacaukan oleh sikap dan praktik yang dilakukan oleh dewan direksi (OECD, 1999). Para direktur (Fama dan Jensen, 1983) memiliki dua fungsi utama, yaitu (1) berfungsi sebagai pembuat keputusan manajemen (strategi perusahaan dalam jangka pendek, kebijakan investasi dan keuangan), (2) berfungsi dalam mengendalikan keputusan (kompensasi manajerial, pengawasan alokasi modal). Salah satu fungsi monitoring yang paling penting adalah mengawasi kualitas informasi pelaporan keuangan yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan. (Beasley, 1996). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee et al., (1992) memberikan bukti bahwa para pemegang saham (shareholders) akan lebih memperoleh keuntungan (benefit) jika dewan direksi lebih banyak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan (voting rights) dan kinerja perusahaan akan meningkat dari akibat buruknya direktur dalam mengelola perusahaan dengan masuknya dewan direktur/direksi yang berasal dari luar perusahaan (Borokhovich et al., 1996). Struktur dewan pada suatu perusahaan akan mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan melalui fungsi monitoring yang dilakukannya, dimana jika terjadi kesepakatan yang harus dilakukan terhadap kualitas pelaporan keuangan yang sangat berkaitan dengan kepentingan manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelaporan keuangan sangatlah rendah dan ada indikasi terjadinya manajemen laba (earnings management) yang dilakukan oleh perusahaan. Hipotesis lainnya dari beberapa penelitian juga menyimpulkan jika struktur dewan direksi suatu perusahaan lebih banyak berasal dari luar perusahaan (outside directors) maka akan berdampak pada kualitas pelaporan keuangan yang lebih baik. Argumentasi ini diberikan dengan pertimbangan bahwa outside director dapat melakukan fungsi monitoring dengan lebih baik, pengambilan keputusan dan juga fungsi perbaikan atas kesalahan maupun kecurangan dalam pelaporan keuangan, sehingga akan berdampak pada laba (earnings) yang akhirnya akan berdampak pada return saham perusahaan (Lee, et al., 1992). Dengan kata lain ada hubungan yang positif antara struktur dewan direksi dan kualitas laba terhadap return saham perusahaan. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Barnhart dan Rosenstein (1998) yang menemukan bukti yang lemah antara proporsi outside directors dengan kinerja perusahaan. Penelitian Eisenberg et al., (1998) yang mencoba menguji ukuran dewan direksi yang lebih sedikit akan berdampak positif terhadap profitabilitas perusahaan menunjukkan korelasi yang negatif antara ukuran dewan direksi dengan tingkat profitabilitas perusahaan dan ukuran perusahaan. Vafeas (2000) yang menguji hubungan antara struktur dewan direksi dan informasi laba menyatakan bahwa jumlah dewan direksi yang lebih sedikit dirasakan akan lebih informatif oleh para partisipan pasar. Hasil penelitian ini juga tidak konsisten dengan hasil penelitian Suranta (2002) dan Suranta dan Midiastuty (2003) yang menemukan hubungan yang positif antara ukuran dewan direksi dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar nilai perusahaan. Hal ini disebabkan adanya upaya pensejajaran kepentingan yang dilakukan oleh manajer dalam kaitannya dengan insentif yang akan diterima oleh manajer perusahaan. Goyal dan Park (2001) yang menguji kemampuan dari dewan direksi dalam melakukan monitoring terhadap manajemen puncak menyimpulkan bahwa kemampuan monitoring dari dewan direksi akan semakin berkurang jika dewan direksi tersebut juga menduduki posisi sebagai manajemen puncak (CEO). Akibatnya adalah permasalahan keagenan akan tetap terjadi dan dewan direksi tidak mampu untuk mengganti para manajer yang memiliki kinerja yang buruk. Goyal dan Park (2001) menyatakan proses monitoring kinerja para manajer akan menjadi sangat lemah jika direksi juga berperan sebagai manajemen puncak perusahaan. Jika fungsi independensi dewan direksi cenderung lemah, maka ada kecenderungan terjadinya morald hazard yang dilakukan oleh para direktur perusahaan. Untuk itu komite Public Oversight Board (1995) mendesak dewan direksi untuk Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
dapat memainkan peranan yang lebih penting lagi dalam proses pelaporan keuangan. Beasley (1996) lebih lanjut menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang positif antara kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan dengan dewan direksi yang memiliki saham dalam perusahaan serta hubungan yang positif dengan lamanya (tenure) menduduki posisi dewan direksi serta berhubungan secara negatif dengan struktur dewan direksi yang berasal dari luar perusahaan. H2 : Interaksi antara Laba dengan Ukuran Dewan Direksi yang semakin besar memiliki pengaruh yang positif dengan Return saham H3 : Interaksi antara Laba dan Persentase Komisaris Independen yangsemakin besar berpengaruh positif dengan Return saham 2.3 Kepemilikan Institusional, Earnings dan Return Saham Kepemilikan institusional berngaruh terhadap harga saham perusahaan (Pound, 1992) serta akan mempengaruhi dan mengatur manajemen puncak perusahaan untuk kepentingan jangka panjangnya. Ini disebabkan kepemilikan institusional juga sering terlibat secara langsung didalam mengatur dan melakukan fungsi kontrol didalam perusahaan (Brickley, 1988, Holderness dan Sheenan, 1988) dalam Johnson dan Greening (1999). Pozen (1994) menjelaskan bahwa investor institusi dapat dibedakan menjadi dua yaitu investor pasif dan aktif. Investor pasif tidak terlalu ingin terlibat dengan keputusan manajemen. Sebaliknya dengan investor aktif, mereka aktif terlibat dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Keberadaan investor institusi ini dipandang mampu menjadi alat monitoring efektif bagi perusahaan. Tak jarang kegiatan investor ini mampu meningkatkan harga saham sehingga berdampak pada nilai perusahaaan. Slovin dan Sushka (1993), menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif. Hasil ini juga didukung oleh penelitian dari Crutchley et al., (1999) yang menemukan bahwa monitoring yang dilakukan oleh institusi mampu mensubstitusi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat. Selanjutnya Slovin dan Suskha (1993) menambahkan kepemilikan institusi tidak selalu meningkatkan nilai perusahaan. Pada kasus di Indonesia, peneliti berpendapat bahwa kepemilikan institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif, sehingga hipotesis yang diturunkan adalah: H4 : Interaksi antara Laba dan Jumlah Kepemilikan Institusional yang semakin besar memiliki pengaruh yang positif dengan Return Saham 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian Populasi dan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta. Perusahan yang menjadi sampel dalam penelitian ini diperoleh melalui data base yang disediakan oleh PT. Bursa Efek Jakarta yang dapat di download melalui akses internet yaitu hht://www.jsx.co.id/. Pemilihan sampel penelitian menggunakan purposive sampling method dengan beberapa kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu dalam penelitian. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang telah mempublikasikan laporan keuangan dengan periode pengamatan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003. 2. Perusahaan mempublikasikan laporan pada tiap akhir bulan Desember. 3. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini harus memiliki data komite audit, komisaris independen dan kepemilikan institusional. 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel a. Variabel Return Saham. Return saham tahunan diperoleh dengan membandingkan harga saham tahun sekarang dengan harga saham tahun sebelumnya dibagi dengan harga saham tahun sebelumnya, atau dengan persamaan: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
4
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Retit = Pi,t – Pi,t-1 Pi,t-1 dimana: Reti,t : Return saham perusahaan i pada tahun t Pit : Harga saham perusahaan i pada tahun t Pi,t-1 : Harga saham perusahaan i pada periode sebelumnya atau t-1 b. Earning. Earnings sebagai variabel independen diperoleh dari laba sebelum ekstra ordinary items pada perusahaan yang menjadi sampel selama periode pengamatan. Earnings digunakan sebagai proksi dari kualitas laporan keuangan. c. Komite Audit (KOMAUD). Diproksikan dengan jumlah komite audit pada perusahaan yang menjadi sampel selama periode pengamatan. d. Komisaris Independen (%KOMIND). Diproksikan dengan persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah komisaris keseluruhan. e. Struktur Kepemilikan Institusional (INST). Saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi pada periode pengamatan. f. Ukuran Dewan Direksi (BDSIZE). Diproksikan dengan jumlah dari dewan direksi suatu perusahaan pada periode pengamatan. g. Return on Asset (ROA). Merupakan variabel kontrol yang diproksikan dari hasil bagi antara laba bersih dengan total aktiva. h. Leverage (LEV). Hasil bagi dari total hutang perusahaan terhadap total aktiva. i. DUMSIZE. Diproksikan dengan natural logaritma dari total asset (bernilai 0 = jika di atas nilai rata-rata dan 1 = jika di bawah rata-rata) 3.3 Pengujian Hipotesis Seluruh hipotesis diuji dengan menggunakan regresi OLS, dan tahap awal dalam pengujian ini adalah dengan menggunakan uji spearman rank correlation yang bertujuan untuk melihat arah hubungan antara earnings dan return dengan pengelompokkan dari masing-masing mekanisme corporate governance. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Sampel Penelitian Tabel 1 di bawah ini menyajikan statistik deskriptif dari sampel penelitian yaitu dari tahun 2001-2003 dengan jumlah perusahaan yang menjadi sampel berjumlah 77 perusahaan dengan total observasi keseluruhan berjumlah 175 observasi. Tabel 1 StatistikDeskriptif Sampel Penelitian (Observasi = 175) RETURN EARNING KOMAUD EARNING*KOMAUD %KOMIND EARNING*%KOMIND INST EARNING*INST BDSIZE EARNING*BDSIZE ROA LEV
Minimum -0,23 -2337230000000 1 -3437870000000 ,1111111110 -116861000000000 2,76 -222037000000000 2,0000000000 -7011690000000 -0,85 0,0198
Maximum 0,76 8039710000000 4 18261700000000 60 9409000000000 100 411553000000000 11 40198500000000 84,07 626,83
Mean 0,02 177928425669,8799 2,73 418812301212,5486 10,17 -248483337614,87 61,160578095257 8404744342177,74 4,651428571429 1118091949771,07 ,50 4,247
Std. Deviation 0,09 946473927646,46 ,6380388672010 1932842586500,37 17,59 9043900783586,22 22,93 48932198493220,3 1,78 5287157374660,79 6,35 47,34
Tabel 2 di bawah ini menyajikan hasil korelasi antara earning dan return saham. Akan tetapi untuk variabel komite audit dikelompokkan berdasarkan rata-rata jumlah komite audit. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
5
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Tabel 2 Korelasi Return Saham dan Earning Pengelompokkan didasarkan pada Jumlah Komite Audit
Di bawah rata-rata Di atas Rata-rata Kuartil 1 Ukuran Dewan Direksi Kuartil 2 Kuartil3 Kuartil 1 % Komisaris Independen Kuartil 2 Kuartil3 Kuartil 1 Kepemilikan Institusional Kuartil 2 Kuartil3 ** Correlation is significant at the .01 level (2-tailed) * Correlation is significant at the .05 level (2-tailed).
Korelasi antara Return dan Earnings 0,525** 0,157 0,148 0,286* 0,248 0,365** 0,166 0,183 0,325* 0,238 0,165
Hasil korelasi dengan mengelompokkan komite audit menunjukkan bahwa hubungan antara earnings dan return saham adalah positif dan signifikan pada level 1% untuk jumlah komite audit yang lebih sedikit (2,72). Hasil ini tidak sesuai dengan ketetapan Bapepam yang menyatakan bahwa setiap emiten harus memiliki/membentuk komite audit sebanyak 3 orang dengan harapan bahwa dengan semakin besarnya jumlah komite audit tersebut maka kualitas dari laporan keuangan juga semakin meningkat. Hasil korelasi dengan mengelompokkan kepemilikan institusional, persentase komisaris independen kedalam tiga kuartil menunjukkan bahwa hubungan antara earning dan return saham adalah positif dan signifikan pada level 1% dan 5% ketika jumlah kepemilikan institusional dan persentase komisaris independen berada pada kuartil 1 dan positif serta signifikan pada level 5% ketika jumlah/ukuran dewan direksi berada pada kuartil kedua (jumlah dewan direksi sebanyak 4-5 orang). Korelasi ini menunjukkan mekanisme monitoring jika dikaitkan dengan kualitas pelaporan lebih efektif bila jumlah kepemilikan institusional dan persentase komisaris independen yang lebih sedikit, sedangkan kualitas laporan keuangan dianggap baik jika jumlah dewan direksi berada pada kuartil kedua (4-5 orang). Hasil korelasi antara earnings dan return saham tersebut tidak konsisten dengan hasil temuan Pound, 1992, Brickley, 1988, Holderness dan Sheenan, 1988, Hoskisson et al., 1994) dalam Johnson dan Greening (1999), Pozen (1994), Suranta (2002) dan Suranta dan Midiastuty (2003). Hasil korelasi antara earnings dan return saham dengan pengelompokkan persentase komisaris independen juga tidak konsisten dengan argumentasi dan kesimpulan beberapa penelitian sebelumnya (Fama dan Jensen, 1983; Lee et al, 1992) tetapi konsisten dengan temuan Barnhart dan Rosenstein (1998) dan Vafeas (2000). 4.2 Pengujian Hipotesis
R a
Hasil Regresi dengan Mempertimbangkan Komite Audit Retit = α0 + β1Earnings + β2KOMAUD + β3Earnings*KOMAUD + β4ROA + β5LEV + β6DUMSIZE + ε Di bawah Rata-rata (Constant) EARNING KOMAUD EARNING*KOMAUD ROA LEV DUMSIZE F-Stat Ρ-Value R2 Adj. R2 (Constant)
Koef 27299590 -8.40E-11 -19299244 9.66E-11
t-stat 3.468990 -5.523918 -3.706822 7.386066
Prob 0.0017 0.0000*** 0.0009*** 0.0000***
6.579720 0.001661 0.413479 0.350638 -45759853
-1.432638
0.1554
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
Koef 25106124 -9.81E-11 -22433246 1.03E-10 0.014776 0.012184 4183843. 3.359825 0.014423 0.446400 0.313536 -65372439
t-stat 2.620330 -5.523366 -3.663236 6.875348 0.874726 0.900060 0.481624
Prob 0.0147 0.0000*** 0.0012 0.0000*** 0.3900 0.3767 0.6343
Panel A&B
-2.220597
0.0289
C &D 6
1
2
3
1
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 EARNING -1.30E-10 -0.839181 0.4036 4.63E-11 0.180031 0.8575 KOMAUD 17867182 1.718144 0.0892 26342987 2.807420 0.0061*** EARNING*KOMAUD 6.95E-11 1.341170 0.1832 4.17E-12 0.048321 0.9616 ROA 0.027648 15.40546 0.0000*** LEV -0.005551 -2.143609 0.0347** DUMSIZE -13756669 -2.792444 0.0064*** F-Stat 2.714827 14.92412 Ρ-Value 0.049446 0.000000 R2 0.082985 0.495970 Adj. R2 0.052417 0.462737 Hasil Regresi Berdasarkan Ukuran/Jumlah Dewan Direksi Retit = α0 + β1Earnings + β2 BDSIZE + β3Earnings*BDSIZE+ β4ROA + β5LEV + β6 DUMSIZE + ε (Constant) 25484014 0.558302 0.5797 62330600 1.381213 0.1751 E&F EARNING 8.32E-09 2.101865 0.0418** 5.16E-09 1.436360 0.1589 BDSIZE -7372757. -0.468648 0.6418 -13421304 -0.864910 0.3924 EARNING*BDSIZE -2.77E-09 -2.104044 0.0416** -1.66E-09 -1.376955 0.1764 ROA -0.075676 -2.136940 0.0389** LEV -0.002837 -0.670218 0.5067 DUMSIZE -28087856 -2.554922 0.0146** F-Stat 3.024157 3.202245 Ρ-Value 0.040326 0.011839 R2 0.181187 0.330052 Adj. R2 0.121274 0.226983 (Constant) -22951653 -1.091245 0.2807 -21080533 -0.718767 0.4753 G&H EARNING 2.26E-10 1.137697 0.2610 -7.71E-10 -1.590094 0.1174 BDSIZE 5775662. 1.227002 0.2259 5940723. 0.923162 0.3599 EARNING*BDSIZE -3.73E-11 -0.933258 0.3555 1.58E-10 1.630221 0.1087 ROA 0.018110 3.320417 0.0016*** LEV 0.008846 1.153848 0.2535 DUMSIZE -10687442 -1.569903 0.1221 F-Stat 12.74435 2.973792 Ρ-Value 0.000000 0.041054 R2 0.159534 0.577250 Adj. R2 0.105888 0.531956 (Constant) -6595775. -0.358995 0.7223 12977684 0.514556 0.6110 I&J EARNING -8.17E-11 -6.377962 0.0000*** -7.12E-11 -2.894266 0.0074*** BDSIZE 2839843. 1.143945 0.2623 -627910.3 -0.223886 0.8245 EARNING*BDSIZE 1.87E-11 11.22722 0.0000*** 2.26E-11 7.195530 0.0000*** ROA 0.013349 0.279662 0.7819 LEV -0.016688 -1.090626 0.2851 DUMSIZE 22748556 2.664900 0.0128** F-Stat 2.961060 2.963436 Ρ-Value 0.049259 0.023549 R2 0.240846 0.397061 Adj. R2 0.159508 0.263074 Hasil Regresi Berdasarkan Persentase Komisaris Independen terhadap Jumlah Komisaris Retit = α0 + β1Earnings + β2%KomInd + β3Earnings*%KomInd + β4ROA + β5LEV + β6 DUMSIZE + ε (Constant) 13656915 1.604263 0.1147 14560343 1.423966 0.1605 K&L EARNING 1.84E-09 7.295112 1.69E-09 7.104483 0.0000*** 0.0000 %KOMIND -0.052702 -1.892978 0.0639 -0.045352 -1.550235 0.1273 EARNING*%KOMIND -5.39E-09 -6.549395 -5.43E-09 -6.407368 0.0000*** 0.0000 ROA 0.018916 5.615820 0.0000*** LEV 0.004161 0.879433 0.3833 DUMSIZE -6215923. -0.784319 0.4365 F-Stat 11.96996 12.97264 Ρ-Value 0.000005 0.000000 R2 0.408485 0.604147 Adj. R2 0.374359 0.557576 (Constant) 1977683. 0.497199 0.6211 -7981736. -0.813903 0.4197 M&N EARNING 5.33E-12 0.183094 0.8554 2.89E-12 0.095683 0.9242 %KOMIND -0.009304 -0.967604 0.3376 -0.010296 -1.003341 0.3207 EARNING*%KOMIND 1.21E-10 2.122284 0.0385** 1.22E-10 2.031210 0.0478*** Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur 7
3
1
2
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 ROA -0.016508 -0.773095 0.4433 LEV 0.023317 2.309907 0.0252*** DUMSIZE -9602625. -1.185028 0.2418 F-Stat 3.082086 3.895807 Ρ-Value 0.035087 0.003005 R2 0.148543 0.327494 Adj. R2 0.100348 0.243431 (Constant) 9994470. 1.345755 0.1888 31729610 3.059912 0.0050 O&P EARNING -3.03E-10 -0.571760 0.5719 4.90E-10 0.665318 0.5115 %KOMIND 0.001017 0.343126 0.7340 -0.000604 -0.184324 0.8551 EARNING*%KOMIND 6.47E-12 0.612334 0.5451 -3.27E-12 -0.219977 0.8275 ROA -0.130923 -3.318548 0.0026*** LEV -0.004528 -1.660932 0.1083 DUMSIZE -40868149 -3.431963 0.0019*** F-Stat 0.085547 4.254472 Ρ-Value 0.967394 0.003847 R2 0.008772 0.485977 Adj. R2 -0.093769 0.371750 Hasil Regresi Berdasarkan Pembagian Kepemilikan Institusional Retit = α0 + β1Earnings + β2Inst + β3Earnings*Inst + β4ROA + β5LEV + β6 DUMSIZE + ε (Constant) -9044324. -1.698139 0.0995 -5465410. -0.661641 0.5131 Q&R EARNING -1.32E-10 -0.626145 0.5358 -9.01E-11 -0.527525 0.6016 INST 0.003861 2.365005 0.0245** 0.007663 2.653127 0.0125** EARNING*INST 6.14E-12 1.126164 0.2687 4.57E-12 1.031564 0.3103 ROA 0.027551 14.70207 0.0000*** LEV -0.003187 -0.943521 0.3527 DUMSIZE -4635826. -0.373105 0.7116 F-Stat 1.365156 7.121799 Ρ-Value 0.271660 0.000078 R2 0.116695 0.579552 Adj. R2 0.031214 0.498174 (Constant) 2918760. 0.549173 0.5864 -19146408 -2.087262 0.0452 EARNING -1.26E-10 -5.236974 0.0000*** -1.12E-10 -3.629390 0.0010*** INST -34.27131 -2.934688 0.0059*** -34.30685 -1.623378 0.1146 EARNING*INST 3.28E-12 9.838425 0.0000*** 3.13E-12 6.024636 0.0000*** ROA -0.033046 -1.596841 0.1204 LEV 0.033971 4.329345 0.0001*** DUMSIZE -2901502. -0.345494 0.7321 F-Stat 2.902365 5.530453 Ρ-Value 0.048484 0.000545 R2 0.199215 0.517004 Adj. R2 0.130576 0.423521 (Constant) 9703345. 5.865311 0.0000 33396698 4.887137 0.0000 EARNING 2.55E-10 1.010053 0.3185 -4.68E-10 -0.758205 0.4513 INST -27.02620 -5.063251 0.0000*** -12.28199 -0.659212 0.5123 EARNING*INST -2.41E-12 -0.929605 0.3582 6.22E-12 0.904099 0.3696 ROA -0.040164 -1.234669 0.2218 LEV -0.022142 -2.022586 0.0476** DUMSIZE -23932125 -3.809640 0.0003*** F-Stat 1.252355 2.801421 Ρ-Value 0.303666 0.018070 R2 0.085862 0.218837 Adj. R2 0.017302 0.140720
Dari hasil regresi untuk menguji intraksi mekanisme corporate governance dan earnings terhadap return saham menunjukkan adanya beberapa perbedaan hasil antara pengujian dengan menggunakan spearman rank correlation dengan hasil regresi yang disebabkan variabel kontrol. Hasil pengujian selanjutnya untuk variabel interaksi antara komite audit dan earnings memiliki hubungan dan pengaruh yang positif terhadap return saham. Ini berarti bahwa investor semakin yakin dengan adanya komite audit kualitas laporan keuangan akan semakin meningkat, meskipun Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
8
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
dengan semakin besar jumlah komite audit pengaruhnya tidak lagi signifikan. Hasil ini mendukung hipotesis pertama dan mendukung penelitian sebelumnya (Beasley et al., 1996; Dezort dan Salterio, 2001). Hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan spearman rank correlation menunjukkan bahwa pada kuartil kedua (rata-rata ukuran dewan direksi sebesar 2,72), hubungan antara earnings dan return adalah positif dan signifikan pada level 5% dan dengan regresi hasilnya menunjukkan semakin besar besar ukuran dewan direksi dan interaksinya dengan earnings berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Disimpulkan bahwa hipotesis kedua diterima. Indikasinya adalah semakin besar ukuran dewan direksi maka semakin meningkatkan kualitas laporan keuangan dan direspon positif oleh para pelaku pasar modal. Temuan ini berbeda dengan Vafeas (2000) yang justru menyimpulkan bahwa ukuran dewan direksi yang lebih sedikit justru dianggap lebih baik oleh investor. Akan tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Mak dan Li, 2000; Bennedsen, 2002; Suranta (2002) dan Suranta dan Midiastuty (2003). Hasil korelasi antara earnings dan return saham (dikelompokkan berdasarkan persentase komisaris independen) menunjukkan korelasi yang positif dan signifikan antara earnings dan return saham ketika persentase komisaris independen lebih sedikit (kuartil 1). Hasil regresi justru menunjukkan bahwa interaksi tersebut berpengaruh positif dan signifikan pada level 5% ketika persentase komisaris independen sebesar 0.375%-12% (kuartil 2) dari total komisaris keseluruhan dimana semakin besar persentase komisaris independen justru tidak direspon positif oleh para pelaku pasar. Dari hasil regresi disimpulkan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Implikasinya adalah bahwa para pelaku pasar merespon positif jika suatu emiten memiliki komisaris independen sebesar 0.375%-12.5% dari total dewan komisaris. Hal ini dianggap relevan karena fungsi dan tanggung jawab dewan komisaris tidak secara langsung berkaitan dengan kualitas laporan keuangan melainkan dengan berbagai kebijakan lainnya dalam operasi perusahaan. Hasil korelasi selanjutnya menunjukkan adanya perbedaan hasil dengan pengujian regresi dimana earnings dan return memiliki hubungan yang positif dan signifikan ketika kepemilikan institusional berada pada kuartil pertama (2.76%-49.12%), sedangkan hasil regresi OLS, interaksi antara earnings dan kepemilikan institusional berpengaruh positif pada kuartil 1, 2 dan 3 dan signifikan pada level 1% pada kuartil kedua. Meskipun pada kuartil ketiga pengaruhnya tidak signifikan, hal ini menunjukkan semakin besar kepemilikan institusional maka akan tetap direspon positif oleh pelaku pasar modal. Dengan hasil tersebut disimpulkan bahwa hipotesis keempat diterima. Hasil ini menggambarkan dengan semakin besarnya kepemilikan institusional maka semakin besar peluang mereka untuk mengatur manajemen termasuk dalam kaitannya dengan kualitas laporan keuangan (Luoma dan Goodstein, 1999). 5. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 5.1 SIMPULAN Penelitian ini mencoba mengkaji penerapan mekanisme corporate governance diharapkan dapat berdampak pada meningkatnya kepercayaan investor dalam melakukan investasi di pasar modal. Untuk meningkatkan kepercayaan investor tersebut, salah satu cara adalah dengan meningkatkan kualitas laporan keuangan. Hasil uji spearman rank correlation dan regresi OLS menunjukkan adanya beberapa perbedaan yang disebabkan oleh variabel kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas laporan keuangan dengan adanya penerapan mekanisme corporate governance lebih dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan dengan interaksi yang positif dari variabel komite audit, ukuran dewan direksi dan kepemilikan institusional dengan earnings terhadap return saham. Akan tetapi penelitian ini gagal membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
9
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
5.2 KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 1. Jumlah sampel yang sedikit dan tahun pengamatan yang relatif pendek dari penelitian Vafeas (2000) sehingga hasilnya belum memuaskan. Untuk itu bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dan tahun pengamatan. 2. Hanya memasukkan ukuran dari dewan direksi tanpa mempertimbangkan karakteristik dari dewan direksi itu sendiri seperti jumlah kompensasi, lamanya menduduki posisi menduduki dan tingkat pendidikan dan Memasukkan karakteristik komite audit seperti jumlah rapat yang dilakukan oleh komite audit. 3. Tidak memisahkan kepemilikan institusional yang dimiliki oleh asing sehingga bagi penelitian selanjutnya kepemilikan institusional dikelompokkan/dipisahkan antara kepemilikan asing dan nasional. DAFTAR PUSTAKA Abbot, L.J., S. parker dan G.F. Peters. 2000. The Effectiveness of Blue Ribbon Committee Recommendations in Mitigating Financial Misstatements: An Empirical Study. Working Paper. Barnhart, S.W., dan Rosenstein S., 1998. Board Composition, Managerial Ownership, and Firm Performance: An Empirical Analysis. Journal of Finanacial Review 33, 1-16. Beasley, M., 1996. An Empirical Analysis between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review 71 (4), 443-466. Borokhovich, K., Parrino, R., Trapani, T., 1996. Outside Directors and CEO Selection. Journal of Financial and Quantitative Analysis 31 (3), 337-355. Crutchley, C.E., Jensen, R.H., Jahera dan Raymond. 1999. Agency Problems and the Simultaneity of Financial Decision Making: The Role of Institutional Ownership. International Review of Financial Analysis, vol. 8, 177-197. Dalton, D. R., Daily, C.M., Ellstrand, A.E., & Johnson, J.L. 1998. Meta-Analytic Reviews of Board Composition, Leadership Structure, and Financial Performance. Strategic Management Journal, 19: 269-290. Dezoort, F.T dan S. Salterio. 2001. The Effects of Corporate Governance Experience and Financial Reporting and Audit Knowledge on Audit Committee Member’s Judgements. Auditing: A Journal of Practice and Theory 21. Eisenberg, Theodore., et al. 1998. Larger Board Size and Decresing Firm Value in Small Firms. Journal of Financial Economics 48, 35-54. Fama, E, Jensen, M., 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics 26 (2), 301-325. Gibson, S.M., 1999. Is Corporate Governance Ineffective in Emerging Markets?. Working Paper. Goyal, Vidhan K dan Chul W. Park. 2001. Board Leadership Structure and CEO Turnover. Working Paper. Hermalin, B.E., dan Weisbach, M.S., 2001. Boards of Directors and Endogenously Determined Institution: A Survey of the Economic Literature. NBER Working Paper # 8161 Jensen, M dan Meckling W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3, 305-360. Jhonson, S., Boone, P., Breach dan P. Friedman, E. 2000. Corporate Governance in Asian Financial Crisis. Journal of Financial Economics 58, 141-186. Johnson. A., Richard dan Daniel W. Greening. 1999. The Effects of Corporate Governance and Institutional Ownership Types on Corporate Social Performance. Academy of Management Journal, vol. 42, pp. 564-576. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
10
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Klein, April. 1998. Firm Performance and Board Committee Structure. Journal of Law and Economics XLI, 275-303. Lee, C., Rosenstein, S., Rangan, N., Davidson III, W., 1992. Board Composition and Shareholder Wealth: The Case of Management Buyouts. Financial Management 21 (1), 58-72. Luoma, Patrice dan Jerry Goodstein. 1999. Stakeholders and Corporate Boards: Institutional Influences on Board Composition and Structure. Academy of Management Journal 42, 553563. Mak, Y.T dan Yuan Li. 2000. Determinants of Corporate Ownership and Board Structure: Evidence from Singapore. Working Paper. National University of Singapore, 1-35. Mayangsari, Sekar dan Murtanto. 2002. Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Pembentukan Komite Audit. Simposium Nasional Universitas Atma Jaya, 167-190. McMullen, D.A dan K. Raghundan. 1996. Enhancing Audit Committee Effectiveness. Journal of Accountancy 182, 79-81. OECD. 1999. OECD Principles of Corporate Governance. Paris. Suranta, Eddy. 2002. Struktur Kepemilikan, Investasi dan Nilai Perusahaan: Suatu Analisis Persamaan Simultan Linier. Unpublised Thesis. Universitas Gadjah Mada. Suranta, Eddy dan Pratana P. Midiastuty. 2003. Analisis Struktur Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan dan Investasi dengan Model Persamaan Simultan Linier. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vafeas, Nicos., 2000. Board Structure and the Informativeness of Earnings. Journal of Accounting and Public Policy 19, pp. 139-160. Weisbach, M., 1988. Outside Directors and CEO Turnover. Journal of Financial Economics 20, 431-460 Yermarck, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with a Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-233.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
11
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
BIODATA PENULIS Penulis 1 Nama Lengkap Tempat/Tanggal Lahir Pekerjaan Alamat Kantor Alamat Rumah Telp E-mail
: : : :
Eddy Suranta, SE. M.Si. Ak Banda Aceh, 7 Desember 1972 Staf Pengajar pada FE Universitas Bengkulu Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu (Gedung K) Jl. Raya Kandang Limun Kota Bengkulu Telp. (0736) 21170 psw. 300 : UNIB Permai IV D RT 15 RW 02 Blok 6 No. 60 Perumnas UNIB Bentiring Kota Bengkulu : (0736) 28664, 0811 73 2134 :
[email protected]
Penulis 2 Nama Lengkap Tempat/Tanggal Lahir Pekerjaan Alamat Kantor Alamat Rumah Telp E-mail
: : : :
Pratana Puspa Midiastuty, SE. M.Si. Ak Manna, 1 Januari 1975 Staf Pengajar pada FE Universitas Bengkulu Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu (Gedung K) Jl. Raya Kandang Limun Kota Bengkulu Telp. (0736) 21170 psw. 300 : UNIB Permai IV D RT 15 RW 02 Blok 6 No. 60 Perumnas UNIB Bentiring Kota Bengkulu : (0736) 28664, 0811 73 5976 :
[email protected]
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
12