BUKU PANDUAN
CLINICAL SKILL LABORATORY SEMESTER 1 Edisi Ke-3
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Jln. Prof Soemantri Bojonegoro No.1 Bandar Lampung-Indonesia Telp / Fax : (0721) 77665
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
1
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ………………………………………………………………………………………………………………
Buku Panduan Clinical Skill Laboratory Semester 1 Edisi Ke-3 Cetakan Keempat | 2016 Diterbitkan pertama kali oleh : Tim Pengembangan KBK (Bagian CSL) Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Dicetak di Bandar Lampung
……………………………………………………………………………………………………… Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penyusun.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
2
TIM PENYUSUN ..:: Editor ::.. dr. Tri Umiana Soleha, M. Kes dr. Merry Indah Sari, M.Med.Ed
..:: Kontributor ::.. dr. T.A. Larasati, M.Kes dr. Nurul Islami, M.Kes dr. Susianti, M.Sc dr. Hanna Mutiara dr. Dian Isti Anggraeni dr. Iswandi Darwis dr. Novita Carolia, M.Sc dr. Muhammad Aditya
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
3
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta kemudahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku panduan Clinical Skill Laboratorium (CSL) Semeter 1 ini. Buku ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam proses pembelajaran CSL pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) semester 1 tahun ajaran 2016-2017. Penyajian yang sama dengan tahun sebelumnya dimana CSL tahun ajaran 2016-2017 ini tidak masuk ke dalam blok yang berjalan. Selain itu revisi kurikulum tahun 2012 juga berefek pada materi CSL yang disajikan. Akan tetapi, materi yang diberikan tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada semester 1 ini, mahasiswa diperkenalkan dengan CSL yang mencakup ketrampilan komunikasi sambung rasa percaya diri dan hubungan dokter pasien. Pada pemeriksaan fisik diberikan materi mengenai General Survey dan Vital Sign. Laboratorium memberikan kontribusi pengenalan mikroskop dan penulisan laporan ilmiah. Sedangkan keterampilan prosedural diberikan materi mengenai pengenalan alat bedah minor, prinsip sterilitas, dan cuci tangan WHO. Buku panduan ini disusun dengan mengacu pada kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter yang tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012. Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada konributor yang telah memberikan masukan demi memperkaya materi buku ini, pengelola KBK PFK unila, maupun pihak-pihak lain yang turut membantu hingga selesainya buku ini. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kesempurnaan penyempurnaan berikutnya kritik dan saran dapat diharapkan.
Bandar Lampung, 2016
Editor
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
4
DAFTAR ISI KataPengantar........................................................................... 4 DaftarIsi..................................................................................... 5 DaftarMateriClinicalSkillsLab….................................................. 6 RegulasiCSL................................................................................ 7 LessonPlan&LevelofCompetences............................................. 11 CSL1.SambungRasadanPercayaDiri.......................................... 13 CSL2.HubunganDokterPasien.................................................. 20 CSL3.CuciTanganWHO............................................................. 30 CSL4.GeneralSurvey................................................................. 37 CSL5.VitalSign.......................................................................... 50 CSL6.Pengenalanalatkedokteran............................................ 66 CSL7.PengenalanMikroskop…................................................ 95
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
5
DAFTAR MATERI CLINICAL SKILLS LAB (CSL) SEMESTER 1 Semester : 1 Angkatan Tahun : 2016
Tahun Ajaran : 2016/2017 Jenis Keterampilan CSL
No
Judul CSL
1
Komunikasi
Pemeriksaan Fisik
Prosedural
Laboratorium
Sambung Rasa Percaya Diri
√
-
-
-
2
Hubungan Dokter-Pasien
√
-
-
-
3
Cuci Tangan WHO
-
-
√
-
4
Prinsip Sterilitas
-
-
√
-
5
General Survey
-
√
-
-
6
Vital Sign
-
√
-
-
-
-
√
-
-
-
-
√
7 8
Pengenalan alat bedah minor Pengenalan Mikroskop
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
6
REGULASI CSL TATA TERTIB : a.
Tata tertib umum
1.
Mahasiswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan blok CSL 3, yaitu :
Kontrak CSL 1 Latihan keterampilan klinik/ CSL, 2 kali seminggu ( Rabu pukul 08.40 – 10.20 WIB dan Jumat pukul 13.00 – 14.40 WIB kecuali jika ada libur nasional akan disesuaikan).
Pretest, yang akan diberikan sebelum latihan CSL di pertemuan pertama
2.
Inhal dan tugas, bila mahasiswa tidak lulus pretest
Briefing OSCE dan remediasi
Berpakaian rapi
Tidak diperbolehkan memakai kaus oblong, celana blue jeans, sandal/sepatu sandal khusus mahasiswi tidak diperbolehkan berbaju ketat, transparan dan tanpa lengan atau terlihat ketiak serta harus memakai rok minimal di bawah lutut.
Rambut harus rapi, tidak diperbolehkan berambut gondrong untuk laki-laki
3.
Kuku harus pendek, bersih, dan tidak menggunakan cat kuku
Sopan santun dan etika
Jujur dan bertanggung jawab
Disiplin
Tidak merokok di lingkungan kampus
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
7
Tidak diperbolehkan membawa senjata tajam, NAPZA, alat-alat yang tidak sesuai dengan tupoksi sebagai mahasiswa.
Tidak diperbolehkan membuat kegaduhan
Tidak diperbolehkan memalsukan tanda tangan PA atau para dosen
Tidak diperbolehkan memalsukan dokumen
Tidak diperkenankan melakukan kecurangan dalam bentuk apapun pada saat CSL dan OSCE.
4.
Mentaati peraturan akademik FK Universitas Lampung dan peraturan akademik Universitas Lampung
b.
Tata tertib Khusus
1.
Kegiatan CSL setiap topik terbagi atas 2 sesi.
2.
Pada kegiatan CSL terdapat 2 buku, yakni Buku Panduan CSL dan Buku Kegiatan CSL yang wajib dibawa setiap sesi.
3.
Keikutsertaan 100%.
4.
Harap hadir tepat waktu.
5.
Jika terlambat ≤ 15 menit dapat mengikuti CSL dengan pre-test susulan di ruang administrasi CSL dan nilai pre-test dikurangi 10 poin.
6.
Jika terlambat >15 menit tidak diperkenankan mengikuti CSL.
7.
Pada Sesi 1 akan dilakukan pre-test secara serentak dan dikumpulkan pada instruktur penanggung jawab pre-test yang bertugas
8.
Pelaksanaan pre-test dilakukan serentak di ruang CSL dengan instruktur masing-masing, atau dikumpulkan di ruang tertentu untuk jenis keterampilan tertentu seperti keterampilan Laboratorium
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
8
9.
Saat pre-test mahasiswa tidak diperkenankan melakukan kecurangan seperti mencontek atau bekerjasama dengan temannya, dan akan langsung ditarik lembar jawabannya dan jawaban dianulir.
10. Pada akhir sesi 1 akan diumumkan mahasiswa/i yang mendapat nilai pretest <70 dan penugasannya yang wajib dikumpulkan sebelum CSL sesi 2 pada instruktur penanggung jawab pre-test. 11. Jika tugas tidak dikumpulkan tepat waktu dan jika mendapat nilai tugas <60 maka akan mendapatkan tugas ke-2. 12. Jika tugas 1 dan 2 tidak dikumpulkan dan atau nilai tugas ke-2 <60 maka CSL yang bersangkutan dianggap tidak hadir. 13. Pada Sesi 2 mahasiswa melakukan keterampilan klinik dengan dinilai oleh rekannya dibawah pengawasan instruktur. 14. Penilaian dilakukan pada buku kegiatan mahasiswa dan ditandatangani oleh instruktur saat pelaksanaan skills lab berlangsung sebagai bukti otentik latihan serta tidak boleh disobek. 15. Nilai pada ceklist latihan terdapat nilai 0, 1, dan 2. Jika poin tersebut tidak dikerjakan maka diberi nilai 0, jika dilakukan tetapi masih dengan kekurangan (tidak sempurna) maka diberi nilai 1 dan jika dilakukan dengan sempurna maka diberi nilai 2. 16. Nilai latihan diperinci sebagai berikut : a.
< 70%
: Belum terampil
b.
70% – 85%
: Terampil
c.
> 85%
: Sangat terampil
17. Dimana nilai latihan harus ≥ 70%. Apabila <70% maka mahasiswa yang bersangkutan diwajibkan untuk mengikuti Belajar Mandiri sebelum OSCE.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
9
18. Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL baik sesi 1 atau ke-2 dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan (forced majeur) harus mengajukan surat permohonan kepada Pimpinan Program Studi untuk dapat diadakan CSL susulan sebelum Ujian OSCE diadakan. 19. Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL, tanpa alasan yang jelas/ tidak dapat dipertanggungjawabkan, tidak dapat mengikuti Ujian OSCE 20. Mahasiswa yang tidak lengkap kegiatan latihannya tidak dapat mengikuti Ujian OSCE. 21. Pada halaman terakhir Buku Kegiatan CSL terdapat Lembar Rekapitulasi Nilai CSL yang harus diparaf setiap selesai latihan oleh instruktur yang bertugas. 22. Pada akhir blok, rekapitulasi nilai tersebut akan diperiksa dan diberikan rekomendasi layak/tidaknya mengikuti OSCE oleh PJ CSL blok yang bersangkutan. 23. Mahasiswa/i yang tidak menghadiri CSL (salah satu atau kedua kegiatan) maka harus mendapatkan rekomendasi dari ketua program studi kedokteran unila untuk mengikuti CSL susulan dengan menanggung biaya pelaksanaan CSL tersebut (seperti biaya BHP dan pemeliharaan alat) 24. Hal-hal yang belum diatur dalam regulasi ini akan ditetapkan kemudian
Bandar Lampung, September 2016 Tim CSL
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
10
DAFTAR KETERAMPILAN CSL SEMESTER 1 No 1
Materi
3
Sambung Rasa Percaya Diri Hubungan DokterPasien General Survey
4
Vital Sign
5
Pengenalan Mikroskop Pengenalan alat kedokteran Prinsip sterilitas Cuci tangan WHO
2
6 7 8
Jenis Keterampilan Komunikasi
Level kompetensi 4
Pemberian materi Perkelompok
Komunikasi
4
Perkelompok
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik Laboratorium
4
Perkelompok
4
Perkelompok
4
Perkelompok
Prosedural
4
Perkelompok
Prosedural Prosedural
4 4
Perkelompok Perkelompok
LEVEL OF COMPETENCE Level Kompetensi 1 Level Kompetensi 2 Level Kompetensi 3 Level Kompetensi 4
Mengetahui dan menjelaskan Pernah melihat / didemonstrasikan Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi Mampu melakukan secara mandiri
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
11
LESSON PLAN CSL SESI 1 No
Kegiatan
Alokasi Waktu
1
Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i
5 menit
2
Pre Test
10 menit
3
Overview materi
5 menit
4
Demonstrasi
10 menit
5
Mahasiswa/i berlatih
60 menit
6
Feed back dan penutup
10 menit
LESSON PLAN CSL SESI 2 No
Kegiatan
Alokasi Waktu
1
Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i
5 menit
2
Persiapan dan pengaturan latihan
5 menit
3
Penilaian terhadap mahasiswa yang berlatih
80 menit
4
Feed back dan penutup
10 menit
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
12
..: SAMBUNG RASA DAN PERCAYA DIRI dr. T.A. Larasati, M. Kes | dr. Hanna Mutiara A. TEMA Sambung Rasa dan Percaya Diri B. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan sambung rasa dan percaya diri. C.
ALAT DAN BAHAN
Kursi dokter dan pasien
Meja dokter
D. SKENARIO Baru , 19 tahun, datang kepada anda yang sedang bertugas di klinik dokter keluarga. Pasien merasa cemas dan sulit tidur selama beberapa hari terakhir. Baru adalah mahasiswa baru Fakultas Kedokteran dan merasa bahwa sangat berbeda belajar menjadi mahasiswa FK. Anda sebagai dokter keluarga diharapkan dapat melakukan sambung rasa dengan baik dan percaya diri. E.
DASAR TEORI 1.
Sambung Rasa Keterampilan komunikasi sangat penting dimiliki oleh dokter yang
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
13
dalam tugasnya harus mengumpulkan informasi dari seseorang atau sekelompok orang. Dengan komunikasi yang sederhana, cepat, dan efektif maka akan diperoleh informasi yang akurat. Banyak kelemahan hasil anamnesis (wawancara) disebabkan keterampilan komunikasi yang kurang memadai serta sikap dokter yang kurang memperhatikan aspek psikologis pasien. Atas kenyataan tersebut, maka keterampilan komunikasi akan sangat membantu dalam melakukan tugas sebagai dokter. Komunikasi secara garis besar adalah proses penyampaian sinyal dan pesan. Komunikasi dalam dunia medis berbeda dengan komunikasi dalam bidang lain dilihat dari tiga aspek: a.
Berkaitan dengan hal yang paling penting dalam kehidupan yaitu kesehatan. Setiap orang dalam masyarakat pada semua tahapan dan tingkat usia, sangat memperhatikan dengan serius apa yang dikatakan oleh dokter.
b.
Dalam komunikasi medis melibatkan lebih besar emosi alamiah dan bersifat personal.
c.
Secara sosial komunikasi dalam dunia medis mengizinkan profesi medis menyentuh tubuh pasien untuk tujuan pemeriksaan.
Adapun tujuan komunikasi dengan pasien mencakup tiga hal: a.
Membina hubungan berdasarkan rasa percaya,
b.
Untuk mendapatkan informasi dari pasien,
c.
Untuk menyampaikan informasi kepada pasien.
Interaksi yang baik antara dokter dan pasien membuat pasien merasa
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
14
lebih nyaman ketika memberikan informasi dan itu menjadi dasar hubungan
dokter – pasien, karena dalam keadaan sakit dapat
membuat
pasien
merasa
terisolasi
dan
segan.
Perasaan
ketersambungan dengan dokter, disimak dan dipahami akan mengurangi perasaan terisolasi tersebut. Perasaan ini adalah inti dari penyembuhan (Bickley, 2007). Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam komunikasi dokter-pasien perlu dilakukan sambung rasa. Sambung rasa adalah komunikasi yang terjadi apabila gagasan dan perasaan yang disampaikan pembawa pesan dapat menggugah dan menggerakkan hati penerima pesan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Sambung rasa merupakan suatu tahap komunikasi yang harus diciptakan terlebih dahulu agar hal-hal yang menghambat proses komunikasi dapat dihindari. Dengan terciptanya sambung rasa antara dokter dan pasien, maka pasien akan senang dan tanpa beban menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dokter. Dalam keadaan seperti tersebut, pasien akan memberikan jawaban dengan lancar dan akurat, sehingga dipeoleh data informasi yang sebenarnya. Agar tercipta adanya sambung rasa antara dokter dan pasien, maka dokter harus berusaha membina sikap serta pandangan tertentu terhadap pasien, yaitu agar : a. Pasien mempercayai dokter, bahwa dokter tidak akan membuka rahasia pasien kepada siapapun. Misalnya : “Bapak/Ibu tidak perlu khawatir, semua yang bapak/ibu sampaikan akan saya jaga kerahasiaannya, jadi saya harapkan bapak/ibu dapat memberikan informasi yang sejujur-jujurnya”
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
15
b. Pasien memahami bahwa hasil wawancara akan digunakan demi kepentingan serta kebaikan pasien. Misalnya : ”informasi yang bapak/ibu berikan sangat penting untuk penegakkan diagnosis penyakit bapak/ibu dan pemberian terapi yang sesuai dengan penyakit bapak/ibu.” c. Pasien merasakan bahwa dokter berempati kepadanya (bukan merasa iba atas penderitaan pasien). Empati bukan simpati, empati berarti memahami situasi dari sudut pandang orang yang mengalaminya, sedangkan simpati mengalami emosi yang sama dengan orang lain. Dokter dapat melakukan refleksi isi dan refleksi perasaan untuk menunjukkan empati. Refleksi isi merupakan refleksi dari informasi yang disampaikan oleh pasien. sedangkan refleksi perasaan merupakan refleksi dari perasaan pasien. d. Pasien merasa dokter memberi kesempatan kepadanya untuk mengemukakan pendapat/informasi ataupun bertanya dengan leluasa. Misalnya: “Apakah dari penejelasan saya ada yang kurang jelas, atau ada hal yang bapak/ibu yang ingin tanyakan?” e. Pasien merasa wawancara ini merupakan percakapan yang dilakukan individu yang sederajat (bukan interogasi).
2.
Percaya diri Percaya diri adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan diri sendiri. Percaya diri seorang dokter adalah keadaan mental yang yakin akan kemampuan dirinya dalam menjalankan profesi sesuai standar kompetensi dokter. Agar dapat tampil percaya diri, perlu
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
16
dilakukan beberapa hal: a.
Mempersiapkan dengan baik segala sesuatu berkaitan dengan hal yang akan dilakukan.
b.
Melakukan sesuatu dengan tenang dan tidak terburu-buru.
c.
Bicara dengan alur yang teratur, tidak berbelit-belit dan tidak gugup.
d.
Melakukan kontak mata dengan lawan bicara (pasien). Dengan kontak mata, tidak hanya membantu membangun rasa percaya diri, tetapi juga dapat menumbuhkan rasa percaya pasien pada dokter.
3.
Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah pemberian pesan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tubuh (gestur). Beberapa bahasa tubuh dokter maupun pasien yang harus diperhatikan dalam sambung rasa :
• Wajah menggambarkan emosi seseorang: marah, sedih, bahagia • Bahu tinggi bila tegang, turun bila relax atau santai • Posisi kepala tinggi menunjukkan keterbukaan, tertarik dan dapat menguasai keadaan; rendah menunjukkan keraguan, kelemahan, takut atau terancam.
• Postur tubuh tegap menunjukkan percaya diri. • Gerakan tangan gerakan tangan ke hidung mengekspresikan ketidakpastian, gerakan tangan ke mulut mengindikasikan ragu tehadap apa yang diucapkan
• Kaki duduk di kursi dengan telapak kaki dalam posisi “siap lari” menunjukkan ketidaktertarikan.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
17
F.
PROSEDUR Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam sambung rasa adalah: 1.
Berpenampilan yang sederhana, rapi, bersih, dan tepat.
2.
Memberikan salam dan membuat pasien merasa disambut dengan baik.
3.
Menunjukkan tempat duduknya, dan memakai bahasa yang sesuai antara keadaan dokter dan pasien.
4.
Memperkenalkan diri.
5.
Menanyakan identitas pasien.
6.
Menyampaikan
kalimat
sambutan,
tergantung
apakah
pasien
merupakan pasien baru, pasien follow-up atau pasien lama yang datang untuk konsultasi kembali. 7.
Memperlihatkan wajah yang ramah, bersahabat, serta sopan santun.
8.
Menciptakan suasana wawancara yang santai dan menyenangkan.
9.
Melakukan kontak mata, jangan ada hal yang mengganggu, seperti komputer yang menghalangi pandangan dokter kepada pasien.
10. Bahasa tubuh dokter, merupakan komunikasi non verbal, akan memperlihatkan sikap dokter terhadap pasien G. REFERENSI 1.
Bickley, Lynn. S. BATES Guide to Physical Examination and History Taking (Ninth Edition). Lippincott Williams & Wilkins
2.
Gan, Goh Lee, et all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice, Singapore International Foundation, Singapore.
3.
Azwar Azrul. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan Penerbit IDI. Jakarta
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
18
4.
Mc Whinney. 1989. A Text Book of Family Medicine. Oxford University.New York
1. No I 1 2 II 3 4 5 6 7 8 9 10 III 11
CHECK LIST KETERAMPILAN SAMBUNG RASA Aspek
0
Skor 1 2
Feed Back
INTERPERSONAL Berpakaian rapi, bersih dan tepat Berkomunikasi non verbal yang mendukung sambung rasa CONTENT Mengucapkan salam pada awal wawancara Menunjukkan tempat duduk dan meminta pasien duduk berhadapan Memperkenalkan diri Menanyakan identitas Menyampaikan kalimat sambutan sebagai pembuka Melakukan kontak mata Tersenyum, bersikap terbuka, ramah dan sopan santun Menyampaikan informed consent PROFESIONALISM Melakukan dengan penuh percaya diri TOTAL
Nilai = ------------- x 100% = …………
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
19
..: HUBUNGAN DOKTER-PASIEN dr. Nurul Islamy, M.Kes | dr.Hanna Mutiara A. TEMA Hubungan Dokter-Pasien B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan instruksional umum Mahasiswa mampu membina hubungan Dokter-Pasien dengan baik 2. Tujuan instruksional khusus Setelah mempelajari keterampilan klinik ini diharapkan mahasiswa mampu: a.
Melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien dalam lingkup bidang kesehatan.
b.
Menempatkan diri sejajar dengan pasien (pasien dan keluarganya adalah mitra kerja).
c.
Membina hubungan yg terjadi antara dokter dengan pasien karena adanya tanggung jawab & kewajiban profesi dokter terhadap pasien.
d.
Menjelaskan kedudukan dokter dan kedudukan pasien dalam pelayanan kesehatan.
e.
Menghormati hak-hak dan kewajiban baik pasien maupun dokter
f.
Membina hubungan yang baik antara dokter dengan pasien secara terus-menerus & berkesinambungan.
C. ALAT DAN BAHAN 1. Kursi (untuk dokter dan pasien) 2. Meja dokter
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
20
D. SKENARIO Bu Betes , 44 tahun, datang ke klinik anda dengan keluhan tangan kesemutan dan mata kabur. Bu Betes cemas karena keluhannya sudah 7 hari tidak kunjung membaik dengan obat warung. Bu Betes memiliki riwayat penyakit gula kurang lebih sudah 5 tahun namun tidak terkontrol dengan baik. Riwayat penyakit gula dalam keluarga diderita oleh ibunya, dan ibunya pernah menderita luka yang tidak pernah sembuh hingga tidak bisa beraktivitas. Bu Betesi cemas apakah dirinya akan menderita penyakit sama seperti ibunya. Anda sebagai dokter keluarga diharapkan mampu membina hubungan dokter-pasien dengan baik.
E. DASAR TEORI Batasan Batasan hubungan dokter pasien tidaklah mudah dirumuskan. Secara sederhana dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara dokter dengan pasien karena adanya tanggung jawab dan kewajiban profesi dokter terhadap pasien. Tanggung jawab dan kewajiban profesi dokter terhadap pasien tidak hanya terbatas pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran saja, tetapi harus terus menerus dibina dan berkesinambungan.
Karakteristik Dasar utama terbentuknya hubungan dokter pasien adalah karena adanya tanggung-jawab dan kewajiban profesi. Hubungan yang terjadi
tidak
terbatas hanya di bidang kesehatan saja, tetapi hampir semua aspek kehidupan pasien. Ruang lingkup sangat luas serta ditambah ekspektasi
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
21
pasien yang sangat beraneka ragam menyebabkan peran dokter tidak hanya tunggal, melainkan majemuk (ahli kesehatan, konselor, guru, teman). Hubungan dokter pasien, terutama dokter keluarga berlangsung lama dan mencakup banyak anggota keluarga (Koh et al, 1988; Mc Whinney, 1981). Tujuan hubungan dokter pasien adalah demi kepentingan pasien dan sifat hubungan: 1. Hubungan interpersonal 2. Hubungan administratif Prinsip hubungan interpersonal dokter dan pasien: o Berlandaskan rasa saling percaya o Demi kepentingan pasien o Memperhatikan hak dan kewajiban pasien o Memperhatikan hak dan kewajiban dokter o Melalui komunikasi efektif
Hak pasien •
Hak informasi: hak untuk mengetahui semua informasi yang dibutuhkan.
•
Hak akses: hak untuk memperoleh pelayanan tanpa dibedakan status sosial, ekonomi dan budaya.
•
Hak memilih: hak untuk memutuskan secara bebas penanggulangan masalah yang dihadapinya.
•
Hak keamanan: hak untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan efektif.
•
Hak kerahasiaan: hak dijamin kerahasiaan informasi mengenai pasien.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
22
•
Hak privasi: hak mendapatkan privasi dalam pelayanan (konseling dan pemeriksaan).
•
Hak martabat: hak mendapat pelayanan yang manusiawi (dihargai dan diperhatikan).
•
Hak kenyamanan: hak untuk mendapatkan kenyamanan dalam pelayanan.
•
Hak kesinambungan: hak untuk mendapatkan jaminan ketersediaan sarana secara lengkap dan pelayanan berkesinambungan selama diperlukan.
•
Hak berpendapat: hak untuk menyatakan pendapat secara bebas.
Kewajiban pasien •
Memberikan keterangan yang benar / berterus terang.
•
Menaati kemufakatan yang telah disepakati.
•
Memenuhi aturan pada sarana pelayanan kesehatan.
•
Memberi imbalan jasa.
•
Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahuinya.
Hak dokter
Menolak bekerja di luar standar pelayanan medik.
Menolak tindakan yang bertentangan dengan kode etik.
Mengakhiri hubungan profesional dengan pasien.
Mendapatkan kehidupan pribadi (privacy).
Memperoleh imbalan jasa.
Menolak memberikan keterangan mengenai pasiennya.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
23
Kewajiban dokter
Bekerja sesuai standar profesi.
Memberikan informed consent.
Menolong pasien gawat darurat.
Langkah-langkah untuk dapat mewujudkan hubungan dokter pasien yang baik: a. Memahami diri sendiri Langkah pertama adalah mencoba memahami diri sendiri yang menyangkut kelebihan dan ataupun kekurangan yang dimiliki. Dengan diketahuinya kelebihan dan kekurangan yang dimiliki tersebut, dapatlah disesuaikan sikap dan perilaku dokter, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. b. Meningkatkan komunikasi interpersonal Meningkatkan
kemampuan
komunikasi
bertujuan
untuk
dapat
mengasah diri sehingga dapat menjadi lebih sensitive (be sensitive), dapat menerima (be accepting) serta bersifat sabar (be patient). c. Memahami pasien seutuhnya Dokter yang baik tidak hanya memperhatikan keluhan yang disampaikan pasien dan ataupun organ tubuh yang sakit saja, tetapi memperhatikan pasien sebagaimana manusia seutuhnya. Untuk ini pemahaman tentang kepribadian pasien, maksud kunjungan pasien, kebutuhan kesehatan pasien serta sikap dan perilaku pasien sangat dianjurkan.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
24
d. Melakukan komunikasi interpersonal yang baik Langkah keempat yaitu melakukan komunikasi interpersonal yang baik terutama pada waktu kunjungan pertama pasien ke tempat praktek. Banyak hal yang bisa dilakukan terutama melakukan wawancara (anamnesis) dengan baik, dengan tujuan utama adalah membina hubungan atas dasar kepercayaan (rapport).
e. Membina komunikasi yang terus-menerus dan berkesinam bungan Membina komunikasi yang terus menerus dan berkesinambungan antara dokter dengan pasien, misalnya dengan menghubungi pasien melalui telepon atau mengunjungi rumah pasien. Tetapi dalam melakukan komunikasi yang terus-menerus dan berkesinambungan jangan sampai menimbulkan ketergantungan atau kunjungan pasien yang berlebihan. F. PROSEDUR WAWANCARA
• Memberikan salam. • Membuat suasana tenteram. • Membina rapport. • Mempunyai waktu.
• Bagian awal; terbuka (biarkan pasien bicara dengan kata-katanya sendiri) patient centered.
• Pertanyaan
terbuka untuk menggali masalah pasien, pertanyaan
tertutup untuk klarifikasi masalah. Terlalu banyak pertanyaan tertutup akan mengekang pasien.
• Mendengarkan dengan pengertian dan merasakan apa yang dikeluhkan pasien (empati).
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
25
• Menstimulasi verbal pasien. • Melakukan
refleksi isi yang berarti mengungkapkan apa yang
disampaikan pembicara/pasien dengan kata-kata kita sendiri. Refleksi isi, dilakukan untuk mengetahui apakah informasi yang kita terima memang sesuai dengan yang dimaksud pembicara/pasien.
•
Melakukan refleksi perasaan yaitu mengungkapkan perasaan/emosi yang dirasakan pembicara/pasien. Refleksi perasaan dilakukan untuk mengetahui dan memastikan emosi yang dirasakan pembicara/pasien.
• Refleksi isi dan perasaan biasanya dilakukan bersama-sama Contoh: “Dok, saya datang lagi, sebab keluar darah banyak. Waktu itu,saya dipasang KB apa sih? Saya takut kalau-kalau bahaya, jadi saya cepatcepat kesini.” Refleksi isi: “Oh ibu datang kembali karena ada masalah perdarahan? Bisa ibu ceritakan lebih jelas tentang perdarahan ini ?” Refleksi perasaan: “Aduh saya ikut prihatin dengan kejadian ini. Ibu merasa cemas dan takut ya?”
• Merangkum
menyusun
informasi
yang
disampaikan
oleh
pembicara/pasien dengan kata-kata kita sendiri. Merangkum dilakukan setelah pembicara/pasien
berbicara untuk jangka waktu tertentu.
Merangkum berarti mengambil intisari dari informasi yang kita terima. Contoh:
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
26
“ jadi bapak/ibu sudah merasakan keluhan ini sejak 4 hari yang lalu dan keluhan ini menetap meskipun bapak/ibu sudah minum obat warung, selain itu juga ada beberapa keluhan penyerta yang membuat bapak/ibu merasa tidak nyaman”
• Menggunakan pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan yang menghasilkan jawaban yang menjelaskan apa yang dipikirkan pasien, membuat pasien ikut bertanggung jawab atas informasi yang disampaikan. Contoh : -Tolong jelaskan rasa sakit yang dirasakan bapak ? -Informasi apa yang bapak inginkan ?
• Menggunakan
pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang
menghasilkan jawaban pendek dan spesifik: ya , tidak, setuju, 38 tahun, 3 orang, dll. Contoh : - Ibu mau pakai pil KB ? - Rasa sakitnya seperti ditusuk-tusuk ?
• Menggunakan
pertanyaan
mendalam
merupakan
lanjutan
dari
pertanyaan terbuka yaitu untuk mengetahui lebih lanjut pernyataan pasien. Contoh : - Mengapa ibu mengatakan bahwa IUD itu kurang baik? - Tolong jelaskan alasan bapak untuk tidak setuju melakukan olahraga teratur
• Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya Contoh: “bagaimana bapak/ibu apakah ada lagi yang ingin ditanyakan, atau apakah dari penjelasan saya ada yang kurang jelas?”
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
27
• Menutup komunikasi pada waktu yang tepat. G. REFERENSI 1.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat penerbitan Depdiknas. Jakarta
2.
Bickley L.S. BATES; Guide to Physical Examination and History Taking (Ninth Edition), Lippincott Williams & Wilkins
3.
Gan G.L. et all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice, Singapore International Foundation, Singapore.
4.
Azwar A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan Penerbit IDI. Jakarta
5.
Mc Whinney. 1989. A Text Book of Family Medicine. Oxford University. New York
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
28
2.
CHECK LIST KETRAMPILAN HUBUNGAN DOKTER PASIEN Skor Feed Back N Aspek o 0 1 2 I INTERPERSONAL 1 Membina rapport (menyambut dengan ramah, salam, menyilakan duduk, perkenalan diri, sikap terbuka, kesejajaran) 2 Membuka pembicaraan ( meminta pasien bicara terbuka, utk kepentingan pasien, prinsip kerahasiaan, sehingga dapat memercayai dokter) 3 Wajah ramah, senyum, posisi tubuh baik, kontak mata selama interaksi II CONTENT 4 Banyak menggunakan pertanyaan terbuka dalam mengeksplorasi permasalahan pasien 5 Menggunakan pertanyaan tertutup yang sesuai 6 Mengajukan pertanyaan yang mendalam jika diperlukan 7 Melakukan refleksi isi 8 Melakukan refleksi perasaan 9 Memberikan informasi yang benar 10 Memberikan informasi dengan bahasa sederhana yang dipahami pasien 11 Memberikan informasi yang lengkap 12 Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya 13 Memegang kendali selama komunikasi 14 Menutup komunikasi pada waktu yang tepat III PROFESSIONALISM 15 Melakukan dengan penuh percaya diri 16 Melakukan dengan kesediaan membantu & empati 17 Melakukan dengan kesalahan minimal TOTAL Nilai = ------------- x 100% = …………
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
29
..: CUCI TANGAN STANDAR WHO dr. Dian Isti Angraini | dr. Hanna Mutiara A. TEMA Cuci tangan standar WHO B. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu memahami dan melakukan prosedur mencuci tangan yang sesuai dengan standar WHO sebelum semua tindakan C.
ALAT DAN BAHAN
Kran air
Sabun cuci tangan atau alkohol 70%
Lap tangan atau handuk kecil
D. SKENARIO Seorang pria berusia 30 tahun datang ke klinik anda dengan keluhan mata merah dan mengeluarkan tahi mata.setelah melakukan anamnesis, saudara akan melakukan pemeriksaan fisik pada pasien tersebut. Sebelum melakukan tindakan anda sebagai dokter yang profesional melakukan cuci tangan WHO terlebih dahulu. E.
DASAR TEORI Mencuci tangan merupakan hal sederhana yang penting untuk dilakukan namun seringkali diabaikan. Sebenarnya, mencuci tangan merupakan suatu keharusan untuk melindungi kita dari bahaya kuman. Banyak kuman yang dapat ditularkan melalui tangan dan menyebabkan kita menjadi sakit, misalnya droplet (percikan ludah) pada saat batuk atau bersin, benda-
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
30
benda yang telah terkontaminasi oleh kuman, cairan tubuh penderita (misalnya keringat, air seni, darah). Mencuci tangan yang baik merupakan benteng pertahanan tubuh pertama dalam mencegah kita sakit ataupun menularkan kuman pada orang lain. Kapan sebaiknya mencuci tangan? Mencuci tangan umumnya dilakukan saat sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan setelah makan, sebelum dan setelah menyentuh orang sakit, sesudah menggunakan kamar mandi, setelah batuk atau bersin atau membuang ingus, setelah mengganti popok atau pembalut, sebelum dan setelah mengobati luka, setelah membersihkan atau membuang sampah, setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
31
F.
PROSEDUR KETERAMPILAN MENCUCI TANGAN 1. Pastikan kuku jari tangan tidak panjang 2. Lepaskan semua perhiasan yang ada (cincin, gelang, jam tangan) 3. Singsingkan lengan baju jika Anda menggunakan baju berlengan panjang 4. Putar kran air pada posisi ‘on’ sehingga air mengalir 5. Basahi tangan sampai dengan pergelangan tangan
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
32
6. Ambil sabun cuci tangan (sebaiknya mengandung antiseptik)
atau
alkohol 70% (jika menggunakan alkohol 70% tidak melakukan poin 3 dan 4) 7. Lakukan metode cuci tangan 6 langkah (dengan air mengalir jika menggunakan sabun cuci tangan dan air): a) Telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri b) Telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan telapak tangan kiri di atas punggung tangan kanan c) Telapak tangan kanan dan telapak tangan kiri dengan jari saling terkait d) Punggung jari tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan jari saling mengunci dan sebaliknya e) Ibu jari tangan kanan digosok memutar dengan telapak tangan kiri dan sebaliknya f) Jari-jari tangan kanan menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak tangan kiri dan sebaliknya Sumber: WHO 8. Mengeringkan tangan dengan tisue, lap atau handuk bersih 9. Memutar kran air pada posisi ‘off’ dengan menggunakan tisue
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
33
G. REFERENSI 1.
Azwar Azrul. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan Penerbit IDI. Jakarta
2.
Bickley, Lynn. S, BATES; Guide to Physical Examination and History Taking (Ninth Edition), Lippincott Williams & Wilkins
3.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.. Pusat penerbitan Depdiknas. Jakarta
4.
Gan, Goh Lee, at all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice, Singapore International Foundation, Singapore.
5.
Mc Whinney. 1989A Text Book of Family Medicine.Oxford University. New York
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
34
No 1
2 3
3. CHECKLIST LATIHAN CUCI TANGAN WHO Skor Aspek 0 1 2 INTERPERSONAL Membina rapport (menyambut dengan ramah, salam, menyilakan duduk, perkenalan diri, sikap terbuka, kesejajaran) Informed consent CONTENT Pastikan kuku jari tangan tidak panjang, Lepaskan semua perhiasan yang ada (cincin, gelang, jam tangan)
4
Singsingkan lengan baju jika Anda menggunakan baju berlengan panjang
5 1.
Putar kran air pada posisi ‘on’ sehingga air mengalir
6 1.
Basahi tangan sampai pergelangan tangan
7 1.
Ambil sabun cuci tangan (sebaiknya mengandung antiseptik) atau alkohol 70% (jika menggunakan alkohol 70% tidak melakukan poin 3 dan 4)
8
Feed Back
dengan
Lakukan metode cuci tangan 6 langkah (dibawah air mengalir jika menggunakan sabun cuci tangan dan air): g) Telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri h) Telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan telapak tangan kiri di atas punggung tangan kanan
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
35
i) Telapak tangan kanan dan telapak tangan kiri dengan jari saling terkait j) Punggung jari tangan kanan pada telapak tangan kiri dengan jari saling mengunci dan sebaliknya k) Ibu jari tangan kanan digosok memutar dengan telapak tangan kiri dan sebaliknya l) Jari-jari tangan kanan menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak tangan kiri dan sebaliknya Sumber: WHO 9 1.
Mengeringkan tangan dengan tisue, lap atau handuk bersih
101.
Memutar kran air pada posisi ‘off’ dengan menggunakan tisue
11 12
PROFESSIONALISM Melakukan dengan penuh percaya diri Melakukan dengan kesalahan minimal TOTAL
Nilai = ------------- x 100% = ……………
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
36
..: GENERAL SURVEY dr. Hanna Mutiara A. TEMA Keterampilan Klinis Pemeriksaan Fisik General Survey B. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk: 1.
melakukan persiapan sebelum pemeriksaan.
2.
melakukan pengamatan langsung terhadap pasien secara umum dan keseluruhan.
C.
3.
melakukan pemeriksaan BMI.
4.
menyimpulkan status sehat/sakit pasien secara umum.
ALAT DAN BAHAN
Bed periksa pasien.
Meja dan kursi periksa.
Alkohol 70% atau set cuci tangan + lap.
Stetoskop.
Kapas alkohol.
Microtoise.
Timbangan Berat Badan.
D. SKENARIO Anda adalah dokter di Puskesmas Sukagalau, siang itu datang pasien lakilaki gemuk berusia 35 tahun diantar oleh keluarganya dengan keluhan cepat lelah. Pasien tampak berkeringat banyak, nafas cepat, berpenampilan bersih, berpakaian kaos dan celana pendek, berkulit sawo matang namun
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
37
terdapat banyak garis-garis kehitaman di belakang lehernya. Lakukanlah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya!
E.
DASAR TEORI General Survey adalah melakukan observasi/pengamatan terhadap keseluruhan status kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut dapat mencakup tinggi badan, berat badan, pertumbuhan dan perkembangan seksual, postur tubuh, cara berjalan, personal hygyene, aroma tubuh dan nafas, ekspresi wajah, reaksi terhadap lingkungan, cara berbicara dan tingkat kesadaran. Pengamatan tersebut dapat langsung dilakukan sejak permulaan berhadapan dengan pasien. Seorang klinisi yang baik akan melatih kemampuan mereka dalam melakukan pengamatan tersebut secara berkesinambungan sehingga keahlian tersebut semakin terasah. Hal ini penting untuk meningkatkan ketajaman dan sensitivitas seorang dokter dalam menilai pengetahuan, sikap dan perilaku pasien sehingga dapat menemukan perbedaan yang khas dari setiap keadaan pasien. Banyak faktor yang berperan terhadap keadaan pasien, seperti status ekonomi, nutrisi, keturunan, pengetahuan, penyakit terdahulu, jenis kelamin, lokasi geografis, dan usia. Latar belakang pasien tersebut berpengaruh terhadap status gizi: berat dan tinggi badan, tekanan darah, postur, mood, kewaspadaan/kesadaran, keadaan rongga mulut, warna kuku, penampakan otot tubuh dll. Pastikanlah Anda melakukan penilaian terhadap berat badan, tinggi badan, BMI, dan resiko obesitas setiap berhadapan dengan pasien.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
38
Kini latihlah diri anda untuk melakukan pengamatan terhadap pasien anda sejak pertama kali anda berinteraksi. Perhatikan bagaimana kesan pasien ketika anda menyambutnya? Perhatikan apakah pasien berjalan dengan mudah atau kaku? Apakah pasien dapat naik ke bed pemeriksaan dengan mudah? Atau jika pasien menjalani perawatan inap di RS, amati pada saat anda melakukan visite. Apakah pasien terbaring lemah? atau duduk dan menonton tv? Perhatikan apa yang ada di sebelahnya apakah majalah? atau kitab suci? lihat apakah pasien dipasangi alat bantu seperti kateter urin? dan sebagainya. Hal-hal yang anda amati tersebut dapat membantu anda dalam membuat hipotesis tentang keadaan kesehatan pasien dan mungkin prognosisnya. Dalam melakukan general survey, perhatikanlah: Keadaan umum Kesan sehat/sakit. Cobalah untuk membuat kesimpulan umum berdasar pengamatan anda selama berinteraksi dengan pasien. Keadaan umum dapat terbagi atas kesan sehat, kesan sakit ringan (misalnya pasien masih dapat berjalan, tersenyum, memperhatikan penampilan), kesan sakit sedang (pasien tampak agak lemah, terganggu dengan keadaan sakitnya, sedikit meringgis) dan kesan sakit berat (pasien tampak lemah, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari sendiri (membersihkan diri, menggunakan pakaian, makan dan minum) dll Tingkat kesadaran Kesadaran adalah produk neurofisiologik dimana seorang individu mampu berorientasi secara wajar terhadap diri sendiri dan lingkungan. Sedangkan definisi yang lain yaitu keadaan yang mencerminkan pengintegrasian rangsang aferen dan eferen.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
39
Penilaian tingkat kesadaran dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Tingkat kesadaran kualitatif antara lain:
Compos mentis
Keadaan sistem sensorik utuh, ada waktu tidur dan sadar penuh serta aktivitas yang teratur.
Somnolen
Keadaan mengantuk dan dapat disebut juga sebagai letargi. Dapat bangun spontan pada waktunya atau sesudah dirangsang dengan ringan, tapi kembali tidur setelah stimulasi dihilangkan. Pasien mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
Stupor
Kantuk yang dalam. Pasien terlihat tertidur tapi dapat dibangunkan dengan rangsang verbal yang kuat, dapat spontan hanya waktu singkat, sistem sensorik berkabut, dapat mengikuti beberapa perintah sederhana. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien. Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.
Semikoma/
Pasien tidak ada respon dengan rangsang verbal,
soporokomatus
dengan rangsang nyeri masih ada gerakan, reflek‐reflek (cornea, pupil dll) masih baik dan nafas masih adekuat.
Koma
Koma adalah suatu keadaan tidak sadar total terhadap diri sendiri dan lingkungan meskipun distimulasi dengan kuat. Gerakan spontan negatif, reflek‐reflek negatif, fungsi nafas terganggu atau negatif. Tidak ada respon sama
sekali
terhadap
rangsang
nyeri
bagaimanapun kuatnya.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
40
yang
Sedangkan penilaian kesadaran kuantitatif menggunakan suatu patokan yang disebut Glasgow Coma Scale (GCS) Tanda–tanda stress
misalnya: apakah pasien menunjukkan gejala
cadiac atau respiratory distress? nyeri? Ansietas/cemas berlebihan? atau depresi? Tinggi dan bentuk tubuh mintalah pasien untuk membuka alas kakinya dan lakukanlah pengukuran tinggi badan. Simpulkan apakah pasien tinggi atau pendek? Bentuk tubuh kurus, ramping atau pendek gemuk? tegap atau tidak? simetris atau tidak? perhatikan apakah pasien terlhat proporsional? perhatikan pula jika terdapat deformitas. Berat badan perhatikan apakah pasien kurus kering, gemuk, obesitas, atau mungkin di antaranya? Jika pasien gemuk, perhatikan apakah penyebaran lemaknya merata atau berpusat pada tungkai, badan bagian atas, atau sekeliling pinggul? Warna kulit dan lesi yang mungkin ada, atau bahkan terdapat pembuluh darah yang melebar Pakaian dan personal higiene perhatikan bagaimana penampilan pasien. Apakah pasien menggunakan pakaian yang sesuai dengan cuaca? apakah bersih? berkancing atau beresleting? apakah sesuai dengan usia dan nilai sosial? Lalu perhatikan alas kaki pasien apakah menggunakan sepatu? sandal? sepatu olah raga? atau bahkan tanpa alas kaki? Apakah pasien menggunakan perhiasan? cara menggunakan perhiasan yang wajar? atau tindik (body piercing)? Perhatikan pula rambut pasien, kuku jari, serta penggunaan kosmetik. Hal-hal tersebut dapat menjadi petunjuk kepribadian pasien, mood dan gaya hidupnya.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
41
Ekspresi wajah perhatikan ekspresi wajah pasien saat diam, saat berbicara, pemeriksaan fisik dan ketika berinteraksi dengan orang lain. Amati kontak matanya, apakah natural? Terpaku tidak berkedip? atau bergerak cepat? Aroma tubuh dan nafas Bau-bauan merupakan petunjuk yang penting, misalnya bau keton pada pasien diabetes, atau bau alkohol. Postur, cara berjalan dan aktivitas motorik perhatikan postur pasien, apakah pasien gelisah atau diam? berapa kali pasien merubah posisinya? berapa cepat pergerakannya? apakah terdapat pergerakan yang tidak disadari? apakah ada bagian tubuh yang tidak dapat digerakkan? bagaimana cara berjalan pasien? perlahan-lahan, tampak nyaman dan percaya diri, seimbang, atau terlihat kekakuan dari tungkai, seperti mau jatuh, tidak seimbang, atau gangguan lainnya?
F.
PROSEDUR 1.
Sambung rasa sambil memulai melakukan general survey
2.
Amati dan perhatikan Keadaan umum kesan sehat, sakit ringan, sedang, berat. Tingkat
kesadaran
soporokomatus,
atau
komposmentis, koma.
Cobalah
somnolen, memberi
stupor, beberapa
pertanyaan kepada pasien atau beri rangsang nyeri dan beri penilaian. Bentuk tubuh Bentuk tubuh kurus, ramping atau pendek gemuk? tegap atau bungkuk? simetris atau tidak? perhatikan apakah pasien terlihat proporsional? perhatikan pula jika terdapat deformitas.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
42
Warna kulit dan lesi yang mungkin ada, atau bahkan terdapat pembuluh darah yang melebar Pakaian dan personal higiene penampilan
pasien.
Cara
perhatikan bagaimana
berpakaian,
jenis
pakaian
berkancing/resleting atau tidak, kebersihan, sesuai dengan usia dan nilai sosial, alas kaki yang pasien gunakan, perhiasan yang digunakan, cara menggunakan perhiasan tersebut, rambut pasien, kuku jari, serta penggunaan kosmetik. Ekspresi wajah perhatikan ekspresi wajah pasien saat diam, saat berbicara, saat pemeriksaan fisik dan ketika berinteraksi dengan orang lain. Amati pula kontak matanya. Aroma tubuh dan nafas Bau-bauan merupakan petunjuk yang penting, misalnya bau keton pada pasien diabetes, atau bau alkohol. Postur, cara berjalan dan aktivitas motorik perhatikan postur pasien, apakah pasien gelisah atau tidak? berapa kali pasien merubah posisinya? berapa cepat pergerakannya? apakah terdapat pergerakan yang tidak disadari? apakah ada bagian tubuh yang tidak dapat digerakkan? bagaimana cara berjalan pasien? 3.
Cuci tangan WHO sebelum memeriksa pasien
4.
Lakukan pengukuran tinggi badan Minta pasien untuk melepaskan alas kaki. Atur posisi pasien sehingga berdiri tegak lurus di bawah microtoise membelakangi dinding dengan kepala tegak dan pandangan lurus ke depan. Pastikan pasien berdiri tegak, kedua lutut dan tumit rapat, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
43
belakang harus menempel pada dinding. Untuk pasien obesitas dimana posisi tersebut sulit dilakukan, maka tidak perlu keempat titk tersebut menempel pada dinding, asalkan tulang belakang dan pinggang dalam seimbang (tidak membungkuk atau tengadah). Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala pasien. Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah. Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke angka besar. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi pasien yang diukur. Lanjutkan dengan menimbang berat badan pasien 5.
Lakukan pengukuran berat badan Pastikan timbangan badan berfungsi baik dan stel penunjuk pada titik nol Pastikan tidak ada beban tambahan ditubuh pasien yang mempengaruhi penimbangan, dengan cara meminta pasien melepas semua jaket, tas, perhiasan, atau barang lainnya. Bimbing pasien untuk naik ke atas timbangan dan diam ditempat sambil kita melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum pengukur tempat penunjuk berhenti Catat hasil pengukuran. Persilahkan pasien untuk turun dengan perlahan dari timbangan
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
44
6.
Hitunglah BMI (Body Mass Index) pasien dengan menggunakan rumus: Berat badan (kg) 2 Tinggi(m) Hasil penghitungan IMT dibulatkan satu desimal
WHO menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index (BMI) atau indeks Masa Tubuh (IMT). Body Mass Index efektif digunakan sebagai alat untuk mensekrening kondisi atau status gizi seseorang khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, tetapi bukan sebagai suatu alat diagnostik. Penilaian hasil penghitungan Body Mass Index berdasarkan WHO populasi Asia disajikan pada tabel berikut :
Status Gizi Kurang
IMT <18.5
Normal
18.5 - <23
Overweight
23 - <25
Obesitas Derajat I
25 - <27
Obesitas Derajat II
≥27
Seorang dikatakan kurus bila IMT nya < 18.5 dan gemuk bila IMT nya > 23. Bila IMT >25 orang tersebut menderita obesitas dan perlu
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
45
diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga menderita penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan kelainan metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium 7.
Cuci tangan WHO setelah memeriksa pasien.
8.
Tutup interaksi dengan pasien.
G. DAFTAR PUSTAKA Bate’s barbara. 2007. Guide to physical examination. Lippincot.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
46
4. CHECK LIST LATIHAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GENERAL SURVEY Skor Feed Back No Aspek 0 1 2 I INTERPERSONAL 1 Sambung Rasa (Membina rapport / menyambut dengan ramah, salam, menyilakan duduk, perkenalan diri, komunikasi non verbal) 2 Informed consent untuk pengukuran tinggi dan berat badan II CONTENT 3 Amati dan perhatikan (nilai pada poin 16) Keadaan umum (kesan sehat, sakit ringan, sedang, berat) Tingkat kesadaran (komposmentis, somnolen, stupor, soporokomatus, atau koma) Bentuk tubuh (Bentuk tubuh kurus, ramping atau pendek gemuk? tegap atau bungkuk? simetris? Proporsional? Deformitas?) Warna kulit dan lesi Pakaian dan personal higiene (Cara berpakaian, jenis pakaian berkancing/resleting atau tidak, kebersihan, sesuai dengan usia dan nilai sosial, alas kaki yang pasien gunakan, perhiasan yang digunakan, cara menggunakan perhiasan tersebut, rambut pasien, kuku jari, serta penggunaan kosmetik) Ekspresi wajah (perhatikan ekspresi wajah pasien saat diam, saat berbicara, saat pemeriksaan fisik dan ketika berinteraksi dengan orang lain. Amati pula kontak matanya) Aroma tubuh dan nafas Postur, cara berjalan dan aktivitas motorik (perhatikan postur pasien, cara berjalan, cara duduk, apakah pasien gelisah atau tidak? berapa kali pasien merubah
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
47
4 5 6
7 8 9 10 11
12
13 14 15 16 17 18
posisinya? berapa cepat pergerakannya? apakah terdapat pergerakan yang tidak disadari? apakah ada bagian tubuh yang tidak dapat digerakkan? Lainnya) Cuci tangan WHO Lakukan pengukuran tinggi badan Minta pasien untuk melepaskan alas kaki Atur posisi pasien sehingga berdiri tegak lurus di bawah microtoise membelakangi dinding dengan kepala tegak dan pandangan lurus ke depan. Pastikan pasien berdiri tegak, kedua lutut dan tumit rapat, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding. Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala pasien Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah. Catat hasil pengukuran Lakukan pengukuran berat badan Pastikan timbangan badan berfungsi baik dan setel penunjuk pada titik nol. Pastikan tidak ada beban tambahan ditubuh pasien yang mempengaruhi penimbangan, dengan cara meminta pasien melepas jaket, tas, perhiasan, atau barang lainnya. Bimbing pasien untuk naik ke atas timbangan (tengah) dan diam ditempat sambil kita melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum pengukur tempat penunjuk berhenti (mata vertikal!) Catat hasil pengukuran Persilahkan pasien untuk turun dengan perlahan dari timbangan Cuci tangan WHO Hitunglah BMI (Body Mass Index) pasien Tutup interaksi dengan pasien. Laporkan hasil pengamatan general survey: Keadaan umum
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
48
Tingkat kesadaran Bentuk tubuh Warna kulit dan lesi Pakaian dan personal higiene Ekspresi wajah Aroma tubuh dan nafas Postur, cara berjalan dan aktivitas motorik Tinggi badan dan Berat badan BMI III PROFESIONALISM 19 Melakukan dengan percaya diri 20 Melakukan dengan kesalahan minimal TOTAL Nilai = ------------- x 100% = ……………
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
49
..: PEMERIKSAAN VITAL SIGN dr. Hanna Mutiara | dr. Novita C., MSc | dr. Dian I. Angraini, MPH
A. TEMA Pemeriksaan vital sign: suhu, tekanan darah, nadi, nafas B. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk: Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (vital sign) meliputi pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi rate (frekuensi pernafasan) dengan menggunakan alat yang sesuai secara baik dan benar. C.
ALAT DAN BAHAN
Alkohol 70% atau set cuci tangan (sabun pencuci tangan + Lap tangan).
Sphygmomanometer (raksa dan atau aneroid).
Stetoskop.
Termometer.
Stopwatch.
Kapas dan alkohol.
D. SKENARIO Anda adalah seorang dokter jaga pada Klinik 24 jam. Lalu datanglah Tn. Adi, 35 tahun, dengan keluhan demam sejak 3 hari. Keluhan disertai dengan mual, muntah dan badan lemas sejak 1 hari. Setelah melakukan anamnesis, Anda melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien tersebut. Lakukanlah!
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
50
E.
DASAR TEORI 1.
Pemeriksaan Tekanan Darah Dalam
melakukan
pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
lakukanlah
pemeriksaan tekanan darah atau pulsasi nadi terlebih dahulu. Jika terdapat tekanan darah yang tinggi, lakukanlah pemeriksaan ulang tekanan darah setelah melakukan pemeriksaan yang lain. Tekanan darah pada sistem arteri bervariasi sesuai dengan siklus jantung, yaitu memuncak pada waktu sistole dan sedikit menurun pada waktu diastole. Beda antara tekanan sistole dan diastole disebut tekanan nadi. Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh, keadaan ini disebut keadaan sistole, dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah sistole. Pada saat ventrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks tersebut disebut tekanan darah diastole.
Tingginya
tekanan
darah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktivitas fisik, keadaan emosi, rasa sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, tembakau, dll. Sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah, pilihlah dahulu ukuran cuff (manset) yang sesuai untuk pasien. Manset yang terlalu kecil (sempit) dapat menyebabkan interpretasi peningkatan tekanan darah yang salah dalam pemeriksaan.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
51
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cuff (manset) yang tepat adalah:
Lebar manset sebaiknya meliputi 40% dari keliling lengan atas (umumnya 12-14 cm pada manset orang dewasa).
Panjang manset yang dapat digembungkan (bladder) sebaiknya 80% dari lingkar lengan atas (cukup panjang untuk mengelilingi lengan atas).
Jika Anaeroid, sebaiknya lakukan kalibrasi ulang secara periodik.
Gambar. Sphygmomanometer air raksa dan aneroid Beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
sebelum
melakukan
pemeriksaan tekanan darah adalah:
Idealnya, minta pasien Anda untuk tidak merokok atau meminum minuman berkafein 30 menit sebelum pemeriksaan.
Minta pasien anda untuk beristirahat 5 menit sebelum pemeriksaan.
Lakukan pemeriksaan pada ruang pemeriksaan yang sunyi dan nyaman.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
52
Pastikan lengan yang akan dilakukan pemeriksaan terbebas dari pakaian, tidak ada fistula, scar atau tanda lymphedema.
Palpasi arteri brachial untuk memastikan terdapat pulsasi nadi
Posisikan lengan pasien sedemikian rupa sehingga arteri brachial (pada sudut antecubital) sejajar dengan tinggi jantung atau pada interspace/intercosta ke 4.
Gambar. Posisi lengan dalam pengukuran tekanan darah
Jika pasien dalam posisi duduk, sanggalah lengan pasien oleh meja pemeriksaan, diatas pinggang pasien.
Jika pasien dalam keadaan berdiri, usahakan menyangga lengan pasien pada pertengahan dada.
2. Pemeriksaan Nadi Melalui pemeriksaan nadi, kita dapat menghitung denyut jantung, menentukan irama amplitudo, gelombang pulsasi dan terkadang mendeteksi obstruksi aliran darah. Pulsasi radialis umumnya dapat digunakan untuk menilai denyut jantung. Ketika iramanya irregular
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
53
maka lakukan evaluasi dengan mendengarkan bunyi jantung (auskultasi menggunakan stetoskop). Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (oleh ventrikel kiri) dan paru (oleh ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, disemburkan darah ke aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi jantung dalam satu menit.
Gambar. Pemeriksaan denyut nadi
3. Pemeriksaan Pernafasan Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
54
inspirasi,
diafragma
dan
otot-otot
interkostalis
berkontraksi,
memperluas rongga toraks dan memekarkan paru –paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan mengkerut, diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke posisi semula. Dalam melakukan pemeriksaan pernafasan, observasilah frekuensi, irama, kedalaman dan usaha bernafas (effort of breathing). Hitunglah frekuensi
pernafasan
mendengarkan
dalam
menggunakan
1
menit
melalui
stetoskop.
inspeksi
Normalnya
atau
frekuensi
pernafasan pada orang dewasa adalah 14-20 kali/menit dengan irama yang reguler.
Gambar. Pemeriksaan Pernafasan 4. Pemeriksaan Suhu Suhu badan diperiksa dengan termometer badan, dapat berupa termometer air raksa atau termometer elektrik/digital. Pemeriksaan dapat dilakukan pada mulut, aksila atau rektum. Pengukuran suhu melalui mulut biasanya lebih mudah dan hasilnya lebih tepat dibandingkan melalui rektum. Rata-rata suhu tubuh yang dilakukan 0
0
pengukuran melalui mulut adalah 37 C (98.6 F). Pemeriksaan secara
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
55
rektum biasanya memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi sebesar 0,4 – 0,5 derajat dibandingkan lewat mulut. Suhu aksila lebih 0
rendah 1 C dari suhu mulut. Banyak pasien memilih pengukuran suhu mulut dibandingkan rektal, namum hal ini tidak seyogyanya dipakai pada penderita yang tidak sadar, gelisah, atau tidak dapat menutup mulutnya (terutama jika menggunakan termometer air raksa dengan kaca untuk menghindari termometer pecah karena pergerakan tibatiba rahang pasien).
Gambar. Jenis-jenis termometer
F.
PROSEDUR PEMERIKSAAN 1.
Prosedur pemeriksaan tekanan darah: a.
Siapkan alat yang diperlukan (tensimeter dan stetoskop)
b.
Siapkan pasien dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
56
c.
Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan oleh karena pakaian.
d.
Cuci tangan WHO sebelum melakukan pemeriksaan.
e.
Letakkan manset pada lengan atas sedemikian rupa sehingga pusat dari manset yang dapat digembungkan (bladder) berada tepat di atas arteri brachialis (biasanya terletak disebelah medial tendo biseps)
f.
Ujung bawah manset berjarak 2,5 cm di atas sudut antecubital.
g.
Lingkarkan manset pada lengan atas pasien secara pas (tidak longgar dan juga tidak terlalu ketat).
h.
Posisikan lengan pasien sedikit fleksi(menekuk) pada siku
Gambar. Posisi lengan sedikit menekuk pada siku
i.
Untuk menentukan seberapa tinggi Anda akan memberikan tekanan pada manset, tentukanlah perkiraan tekanan systole dengan cara palpasi terlebih dahulu. Letakkan jari Anda diatas arteri brachialis atau arteri radialis pasien, naikkan tekanan manset sampai pulsasi nadi arteri tersebut hilang, lihat tekanan pada manometer dan tambahkan 30 mmHg.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
57
j.
Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a. Brachialis teraba kembali. Inilah tekanan sistolik palpatoar.
k.
Kempiskan manset dengan segera dan tunggu 15 sampai 30 detik.
l.
Ambil stetoskop dan letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brachialis.
m. Naikkan tekanan manset sampai tekanan yang telah ditentukan tadi (kurang lebih 30 mm Hg di atas tekanan sistolik palpatoar). n.
Turunkan tekanan manset perlahan-lahan (2-3 mmHg/detik). Perhatikan saat dimana denyutan arteri brachialis terdengar ini adalah tekanan systole.
o.
Turunkan terus tekanan manset sampai suara tersebut melemah kemudian menghilang ini adalah tekanan diastole.
p.
Kempiskan
manset
sampai
tekanan
pada
manometer
menunjukkan skala nol. q.
Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horizontal dengan level air raksa.
r.
Penggulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa menit setelah pengukuran pertama.
s.
Lakukan pengukuran pada lengan sebelahnya. Adakah perbedaan hasil pengukuran? (misalnya pada keadaan lansia dan obesitas).
2.
Prosedur pemeriksaan nadi: a.
Siapkan pasien dapat dalam posisi duduk ataupun berbaring, lengan pasien dalam posisi bebas (relaks), perhiasan dan jam tangan dilepas.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
58
b.
Periksalah denyut nadi pergelangan tangan pasien dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah anda, pada sisi fleksor bagian lateral dari tangan penderita.
c.
Raba dan beri sedikit tekanan di atas arteri radialis sehigga pulsasi (denyutan) maksimal dapat dirasakan.
d.
Perhatikan irama dan kuantitas denyutannya.
e.
Jika iramanya reguler dan terasa normal, hitunglah jumlah denyutan (frekuensi) selama 15 detik dan untuk mendapatkan jumlah denyutan dalam satu menit kalikanlah 4 (empat). Jika iramanya cepat atau lambat, hitunglah selama 60 detik. Jika iramanya irreguler, lakukanla evaluasi dengan auskultasi jantung.
f.
3.
Bandingkan hasil pemeriksaan dari lengan kanan dan kiri.
Prosedur pemeriksaan pernafasan: a.
Minta pasien untuk melepaskan pakaian sehingga pergerakan dinding dada dapat jelas terlihat.
b.
Secara
inspeksi,
perhatikan
secara
menyeluruh
gerakan
pernafasan (lakukan ini tanpa mempengaruhi psikis pasien). c.
Terkadang diperlukan cara palpasi, untuk sekalian mendapatkan perbandingan antara kanan dan kiri.
d.
Pada inspirasi, perhatikanlah: masuknya kembali iga, pelebaran sudut epigastrium dan penambahan besarnya ukuran anteroposterior dada.
e.
Perhatikan pula apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan.
f.
Catatlah frekuensi, irama, dan ada tidaknya kelainan gerakan.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
59
4. Prosedur pemeriksaan suhu: Pemeriksaan Pada Mulut (oral): a.
Jika menggunakan termometer air raksa, kibaskan termometer sampai 0
permukaan air raksa di bawah 35°C (96 F) b.
Tempatkan termometer dibawah lidah penderita.
c.
Mintalah penderita untuk menutup mulut, dan tunggu sampai 3 – 5 menit.
d.
Kemudian bacalah termometer tersebut, pasangkan lagi selama satu menit, dan baca kembali. Kalau suhu masih naik, ulangi prosedur di atas sampai suhu tetap (tidak naik lagi).
e.
Apabila penderita baru minum dingin atau panas, baru merokok, pemeriksaan dengan cara ini harus ditunda selama 10 -15 menit dulu agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
Gambar. Pemeriksaan suhu badan melalui mulut
Pemeriksaan pada rektum: Pemeriksaan melalui rektum ini biasanya dilakukan terhadap bayi. a.
Minta pasien untuk berbaring dengan miring pada salah satu sisi dengan pinggul menekuk.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
60
b.
Pilihlah termometer dengan ujung yang bulat, beri pelumas dan masukkan dalam anus sedalam 3 – 4 cm (1,5 inchi) dengan arah ke arah umbilkus.
c.
Tunggulah selama 3 menit.
d.
Cabut kembali termometer dan baca hasilnya.
Gambar. Pemeriksaan suhu badan rectal
Pemeriksaan pada ketiak (aksila) a.
Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di bawah 35°C
b.
Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa axillaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal
c.
Tunggu sampai 3 – 5 menit.
d.
Cabut kembali termometer dan lakukan pembacaan.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
61
Gambar. Pemeriksaan suhu badan melalui ketiak (aksila)
Catatan: pada prakteknya untuk menghemat waktu pada saat menunggu pengukuran suhu juga dibarengi dengan pemeriksaan nadi dan nafas
e.
Cuci tangan WHO setelah pemeriksaan fisik.
G. DAFTAR PUSTAKA Bate’s barbara. 2007. Guide to physical examination. Lippincot.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
62
No I 1
2 II A 3
4 5 6 7
8
9 10
11
12 13
5. CEKLIS LATIHAN PENILAIAN VITAL SIGN Skor Aspek 0 1 2 INTERPERSONAL Sambung Rasa (Membina rapport (menyambut dengan ramah, salam, menyilakan duduk, perkenalan diri, komunikasi non verbal) Informed Consent CONTENT Pemeriksaan Tekanan Darah Siapkan alat yang diperlukan (stetoskop dan sphygmomanometer. Buka dan tegakkan sphygmo manometer, buka aliran air raksanya, cek saluran pipa) Cuci tangan WHO Siapkan penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring Pemeriksa menempatkan diri disebelah kanan pasien atau duduk berhadapan Pastikan lengan pasien dalam keadaan bebas dan relaks, serta bebas dari tekanan karena pakaian. Pasang manset pada lengan atas pasien sedemikian rupa sehingga pusat dari manset yang dapat digembungkan (bladder) berada tepat di atas arteri brachialis, tidak longgar dan tidak ketat, 2,5cm-5cm di atas siku Posisikan lengan pasien sedikit fleksi(menekuk) pada siku Raba a. brachialis pasien, naikkan tekanan manset sampai pulsasi tidak teraba, tambahkan 30mmHg. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a. Brachialis teraba kembali tekanan sistolik palpatoar (Laporkan) Kempiskan manset dengan segera dan tunggu 15 sampai 30 detik Ambil dan pasang stetoskop, serta letakkan bagian bell/diafragma pada tempat perabaan
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
Feed Back
63
pulsasi (di atas arteri brachialis) 14 15
16
17 18
B 19
20
21 C 22
23
24
D 25
Naikkan kembali tekanan manset sampai 30 mm Hg di atas tekanan sistolik palpatoar Dengarkan melalui stetoskop sambil menurunkan tekanan manset perlahan-lahan (23 mmHg/detik). Perhatikan saat dimana terdengar suara bising pertama tekanan systole Turunkan terus tekanan manset sampai suara tersebut melemah kemudian menghilang tekanan diastole Kempiskan manset sampai tekanan pada manometer menunjukkan skala nol Lepas dan rapikan kembali manset, tutup aliran air raksa serta tutup kembali sphygmomanometernya Pemeriksaan Nadi Siapkan pasien dapat dalam posisi duduk ataupun berbaring, lengan pasien dalam posisi bebas (relaks), perhiasan dan jam tangan dilepas Raba a. Radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah anda sehingga pulsasi (denyutan) maksimal dapat dirasakan Hitung frekuensi denyut nadi Perhatikan pula irama dan kualitas denyutnya Pemeriksaan Pernafasan Minta pasien untuk melepaskan pakaian sehingga pergerakan dinding dada dapat jelas terlihat Secara inspeksi, perhatikan secara menyeluruh gerakan pernafasan Jika tidak jelas, dapat melalui cara palpasi dengan kedua tangan pada punggung atau dada pasien Hitung frekuesi nafas pasien selama 15 detik dan kalikan 4 untuk mendapatkan frekuensi nafas per menit Pemeriksaan Suhu kibaskan termometer sampai permukaan air
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
64
261.
272. 283. 294. III 30 31 32
raksa di bawah 35°C Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa axillaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal Tunggu selama 3 – 5 menit Cabut kembali termometer dan lakukan pembacaan Cuci tangan WHO PROFESIONALISME Laporkan hasil pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu Mampu melakukan dengan percaya diri Mampu melakukan dengan kesalahan minimal TOTAL
Nilai = ------------- x 100% = ……………
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
65
..: PENGENALAN ALAT KEDOKTERAN dr. Iswandi Darwis | dr. Muhammad Aditya A. TEMA Pengenalan alat bedah minor
B. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa dapat mengetahui alat-alat yang digunakan dalam tindakan bedah minor
C.
ALAT DAN BAHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Needle holder Gunting diseksi, gunting benang, gunting verban Pisau bedah Klem (arteri pean, kocher, musquitos, allis, babcock, towel clamp). Refractor wound Pinset Deschamps Aneurysm Needle Wound curret Korentang Jarum bedah Benang Sarung tangan steril Doek steril Kassa steril Cairan disinfektan (pov. Iodine) Cairan NaCl 0.9% Spuit 1cc , 3 cc, 5 cc Anastesi : Lidocaine 2% Ampule
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
66
D.
SKENARIO Seorang laki-laki datang ke Puskesmas dengan keluhan terdapat luka robek di lengan kanan bawah. Anda selaku dokter di puskesmas ingin melakukan tindakan penjahitan. Sebelum melakukan penjahitan anda harus mengambil alat bedah minor di tempat steril. Alat-alat apa sajakah yang diperlukan dalam tindakan bedah minor? Dan lakukanlah penjahitan dasar.
E.
DASAR TEORI Penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena pembedahan membuat luka sayatan dan penjahitan bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme atau infeksi. ..: ALAT-ALAT BEDAH MINOR :.. Material penjahitan yang berkualitas adalah yang meliputi sarat-sarat tertentu. Yang pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk dipegang. Lalu pengamanan yang cukup pada setiap alat. Harus selalu steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang reaktif. Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi kimia untuk menceah perusakan dari benda asing. Berikut alat-alat yang diperlukan untuk bedah minor.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
67
1.
Nald Voeder
Nama lainnya pemegang jarum atau needle holder. Jenis yang digunakan bervariasi, yaitu tipe Crille Wood (bentuk seperti klem) dan tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga). Guna nald voeder ini pada penjahitan, sebagai pemegang jarum jahit (nald heacting) dan sebagai penyimpul benang.
A
B
Gambar. (A) Nald Voeder Tipe Crille wood dan (B) Nald Voeder Tipe Mathew Kusten 2.
Gunting
Gunting diseksi Gunting diskesi (disecting scissor). Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok. Ujungnya biasanya runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan yaitu tipe mayo dan tipe metzenbaum. Kegunaan gunting ini adalah untuk membuka jaringan, membebaskan tumor kecil dari jaringan sekitarnya, untuk eksplorasi, maupun merapikan luka.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
68
A
B
Gambar. (A) Gambar gunting tipe mayo, (B) gunting tipe metzenbaum Gunting Benang Ada dua macam gunting benang yaitu gunting benang yang bengkok dan yang lurus. Kegunaannya untuk memotong benang operasi, merapikan luka.
Gambar. Gunting benang
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
69
Gunting perban/pembalut Kegunaannya adalah untuk menggunting pembalut dan plester.
Gambar. Gunting perban/pembalut
3.
Pisau Bedah
Terdiri
atas
dua
bagian,
yaitu
gagang
dan
mata
pisau
(mess/bistouri/blade). Pada pisau bedah model lama, mata pisau dan gagang bersatu, sehingga bila mata pisau tumpul harus diasah kembali. Pada model baru, mata pisau dapat diganti. Biasanya mata pisau hanya untuk sekali pakai.
Terdapat dua nomor gagang pisau yang sering dipakai, yaitu gagang nomor 4 (untuk mata pisau besar) dan gagang nomor 3 (untuk mata pisau kecil). Guna pisau bedah ini adalah untuk menyanyat berbagai organ/bagian tubuh. Mata pisau, disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
70
Gambar. Pisau bedah
4.
Klem (clamp)
Klem arteri pean Ada dua jenis yaitu yang lurus dan bengkok. Penggunaannya adalah untuk hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak. Penyediaan : masingmasing 6 buah.
Gambar. Klem arteri pean
Klem Kocher Ada dua jenis yaitu, klem yang lurus dan yang bengkok. Tidak ditujukan untuk hemostatis. Sifat khasnya adalah mempunyai gigi pada ujungnya (mirip gigi pada pinset sirurgis). Gunanya adalah untuk menjepit jaringannya, terutama agar jaringan tidak meleset dari klem, dan hal ini
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
71
dimungkinkan dengan adanya gigi pada ujung klem. Penyediaannya : masing-masing 4 buah.
Gambar. Klem Kocher
Klem Mosquito Mirip
dengan
klem arteri pean,
tetapi ukurannya lebih
kecil.
Penggunaannya adalah untuk hemostatis terutama untuk jaringan tipis dan lunak. Penyediaannya : masing-masing 6 buah.
Gambar. Klem Mosquito
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
72
Klem Allis Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor kecil.
Gambar. Klem Allis
Klem Babcock Penggunaannya adalah untuk menjepit tumor yang agak besar dan rapuh.
Gambar. Klem Babcock
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
73
Towel Clamp (Doek Klem). Penggunaannya adalah untuk menjepit doek/kain operasi.
Gambar. Towel Clamp
5.
Retractor (Wound Hook)
Retractor Langenbeck Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka.
Gambar. Retractor Langenbeck
Retractor Volkman Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka, pemakaian retractor (ukurannya) disesuaikan dengan lebar luka. Ada yang mempunyai 2 gigi, 3 gigi dan 4 gigi. Dua gigi untuk luka kecil, 4 gigi untuk luka besar. Terdapat pula retractor bergigi tumpul.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
74
Gambar. Retractor Volkman
6.
Pinset
Pinset Sirurgis Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka, memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi. Pinset Anatomis Penggunaannya adalah untuk menjepit kasa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang tipis dan lunak.
Pinset Splinter Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka (mencegah overlapping).
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
75
Gambar. Pinset
7.
Deschamps Aneurysm Needle
Penggunaannya adalah untuk mengikat pembuluh darah besar.
Gambar. Deschamps Aneurysm Needle
8.
Wound Curett
Penggunaannya adalah untuk mengeruk luka kotor, mengeruk ulkus kronis
Gambar. Wound Curett
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
76
9.
Korentang
Penggunaannya adalah untuk mengambil instrument steril, dan mengambil kasa, jas operasi, doek dan laken steril.
Gambar. Korentang 10. Jarum Bedah Jarum bedah berfungsi untuk mengantarkan benang pada saat melakukan penjahitan luka operasi. Klasifikasi
Pemilihan jarum bedah antara lain : jarum yang digunakan agar berperan aktif dalam penyembuhan luka dan tidak merubah atau merusak jaringan tubuh. Bentuk, ukuran, dan rancangan jarum dipilih yang sesuai dengan prosedur operasi. Terdapat 2 macam jarum bedah dilihat dari penggunaan benang yaitu berupa jarum lepas dan jarum atraumatik o
Jarum lepas
Memerlukan waktu penyambungan benang dengan jarum
Memerlukan re–sterilisasi
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
77
o
Memerlukan perawatan ujung jarum
Resiko jarum berkarat
Resiko benang terlepas dari jarum
Pemilihan jarum harus tepat dengan benang
Jarum bedah atraumatik
Benang bedah menyatu dengan jarum sekaligus
Penyambungan benang bedah dengan jarum secara channelateau drilled
Benang tunggal sehingga menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan
Dijamin steril dan bebas karat
Sekali pakai buang sehingga tidak perlu re-sterilisasi
Struktur Jarum Bedah
Gambar. stuktur jarum bedah
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
78
Bagian – bagian dari jarum bedah, terdiri atas: o
Ujung jarum (point of needle)
o
Badan / Batang (body/shaft needle)
o
Mata jarum (eye needle)
a. Ujung jarum (point of needle)
Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum, pembuluh darah, katup.
Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah usus besar, ginjal, limpa, hati
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
79
Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.
Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga mulut, dan sebagainya.
b. Badan atau batang
Straight. Digunakan untuk daerah kulit, nervus, saluran pencernaan, tendon, pembuluh darah, dan sebagainya.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
80
Halfcurved. Digunakan untuk kulit (tetapi jarang dipakai) o
Curved dibagi atas:
1/4 circle – mata, bedah mikro
3/8 circle – dipakai pada hampir seluruh tubuh
1/2 circle – dipakai pada hampir seluruh tubuh
5/8 circle – traktus urinarius dan system reproduksi
Combine needle – daerah mata bagian anterior
c. Mata jarum
Rolled end
Drilled end
Regular eye
Spring eye
Spring double eyes
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
81
11. Benang bedah Benang bedah (suture) adalah materi berbentuk benang yang berfungsi untuk
ligasi
(mengikat)
pembuluh
darah
atau
aproksimasi
(mengikat/menyatukan jaringan).
Spesifik material benang bedah
Steril, dan harus steril sewaktu digunakan.
Diketahui kekuatan untuk memegang jaringan (tensil strength) yang sesuai jenis material benang.
Diketahui massa penyerapan yaitu lamanya benang habis diserap tubuh
Simpul aman, diketahui jumlah minimal tali simpul yang aman untuk setiap jenis benang, artinya tetap tersimpul selama proses penyembuhan luka.
Mudah untuk digunakan.
Dapat digunakan untuk segala jenis operasi.
Reaksi/trauma jaringan yang minimal, diameter benang bedah yang dianjurkan dipergunakan adalah ukuran terkecil yang paling aman untuk setiap jenis jaringan yang dijahit, massa material benang dan reaksi jaringan sekecil mungkin.
Ukuran benang bedah
Ukuran terbesar adalah 7 dan ukuran terkecil adalah 11-0 atau 12-0.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
82
Ukuran dimulai dari nomor 1 dan ukuran bertambah besar dengan bertambah 1, sedangkan apabila ukuran bertambah kecil maka ditambah 0.
Ukuran benang sistem Eropa (metric gauge) adalah metric 0,1 (0,010 – 0,019 mm) sampai metric 10 (1,00 – 1,09).
Ukuran benang sistem Amerika (imperial gauge) ukuran 11-0 (0,010 – 0,019 ) sampai ukuran 7 (1,00 – 1,09).
Dalam kemasan selain dicantumkan diameter juga panjang benang dalam cm.
Klasifikasi Benang Bedah A. Berdasarkan keberadaannya didalam tubuh pasien dibagi atas : o Diserap (absorbable sutures) Merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan collagen mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi, sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di dalam tubuh. o Tidak diserap (non ansorbable sutures) Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi penolakan selama bertahun – tahun. Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara permanen. Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing yang tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel. B.
Berdasarkan materi / bahan, dibagi atas :
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
83
a. Bahan alami, dibagi atas : i. Diserap (absorbable) Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi. Contoh : a. Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi tanpa campuran. b. Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut collagen tendon flexor sapi dicampur dengan chromic aci ii. Tidak diserap (non absorbable sutures) Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk, virgin silk dan dari kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari logam sehingga mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh : metalik sutures (stainless steel). b. Bahan sintetis (buatan), dibagi atas : i. Diserap (absorbable) Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan waktu penyerapan oleh tubuh mudah diprediksi, contoh : a. Polyglactin 910 b. Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Coated Vicryl®)
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
84
c. Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Vicryl Rapide®) d. Poliglikolik e. Polyglecaprone 25 (Monocryl®) f. Polydioxanone (PDS II®) ii. Tidak diserap (non absorbable) Terbuat dari bahan buatan (sintetis) dan dibuat sedemikian rupa sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat kecil, contoh : a. Polypropamide (Ethilon®) b. Polypropylene (Prolene®) c. Polyester (Mersilene®)
C.
Berdasarkan penampang benang, dibagi atas : a. Monofilamen (satu helai) i. Terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan (non capilarity) ii. Keuntungan : Kelebihan dari jenis ini adalah permukaan benang rata dan halus, tidak memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba. iii. Kelemahan : Kelemahannya adalah memerlukan penanganan simpul yang khusus karena relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament. iv. Contoh : Catgut, PDS, dan Prolene b. Multifilamen
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
85
i. Terbuat dari bebeapa filament atau lembar bahan benang yang dipilih menjadi satu. ii. Keuntungan : Kelebihan jenis ini adalah benang lebih kuat dari monofilament, lembut dan teratur serta mudah digunakan. iii. Kerugian : Kelemahannya adalah karena ada rongga maka dapat menjadi tempat menempelnya mokroba dan sedikit tersendat pada saat melalui jaringan. iv. Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond Pemilihan material benang bedah
Karakteristik biologi dari material dalam jaringan yaitu diserap atau tidak diserap dan bersifat capilarity atau non capilarity.
karakteristik dan penyembuhan jaringan.
Lokasi dan panjang dari sayatan yang menjadi pertimbangan kosmetik.
Ada tidaknya infeksi, kontaminasi dan drainese. Pertimbangan ini mengingat kemungkinan benang akan menjadi pembentukan jaringan granulasi dan proses yang menjadi rongga (sinus) atau menjadi inti pengerasan yang kemungkinan berbentuk batu apabila dipakai pada operasi kandung kemih atau kandung empedu.
Problem pasien seperti kegemukan, debil, umur penyakit lain yang mengganggu proses penyembuhan yang lebih lama sehingga memerlukan penguatan yang lebih lama.
Karakteristik fisik dari material benang untuk menembus jaringan, pengikatan simpul dan juga alasan khusus tiap ahli bedah.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
86
Jenis-Jenis Benang a. Seide (Silk/Sutera) Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan tambahan berupa perekat. Tersedia dalam warna hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar, maka benang harus dibuka kembali. Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 0000 (5 nol merupakan ukuran paling kecil) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran terbesar). Yang paling sering dipakai adalah nomor 00 (2 nol) dan 0 (1 nol) dan nomor 1 Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (terutama arteri besar) sebagai teugel (kendali). Benang harus steril, sebab bila tidak akan menjadi sarang kuman (focus infeksi) sebab kuman terlindung didalam jalinan benang, sedang benangnya sendiri tidak dapat diserap tubuh.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
87
b. Plain Catgut Asal katanya adalah cat (kucing), dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat dari usus kucing, tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi. Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari, dan warnanya putih dan kekuningan. Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol merupakan ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3 (merupakan ukuran yang paling besar). Sering digunakan nomor 000 (3 nol), 00 (2 nol) 0 (1 nol) nomor 1 dan 2. Kegunaanya adalah untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama untuk daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil. Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang, bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut tak boleh terendam dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi lunak, sehingga tak dapat digunakan. c. Chromic Catgut Berbeda dari plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom. Dengan adanya krom ini, maka benang menjadi lebih keras dan kuat, serta penyerapannya lebih lama, haitu 20-40 hari. Warnanya coklat dan kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol merupakan ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
88
Penggunaannya pada penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk menjahit tendo pada penderita yang tak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan. d. Etnilon Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Tersedia dalam warna biru dan hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol. Penggunaannya pada bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, sedang nomor yang kecil dipakai pada bedah mata. f.
Ethibond
Merupakan benang sintesis (terbuat dari polytetra methylene adipate). Tersedia dalam kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minimum, tidak diserap, dan warnanya hijau dan putih. Ukurannya dari 7 nol hingga nomor 2. Penggunaannya pada bedah kardiovaskuler dan urologi. g.
Vitalene
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polimer profilen). Sangat kuat dan lembut, tidak diserap, warna biru. Tersedia dalam kemasan atraumatis. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Digunakan pada bedah mikro, terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedah plastik, cocok pula untuk menjahit kulit
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
89
h.
Vicryl
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh tubuh, dan tidak menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis bertahan selama 3 minggu, dalam otot bertahan selama 3 bulan. Benang ini sangat lembut dan warnanya ungu. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Penggunaan pada bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastik. i.
Supramid
Merupakan benang sintetis, dalam kemasan atraumatis. Bersifat kuat, lembut, fleksibel, reaksi tubuh minimum, dan tidak diserap. Warnanya hitam dan putih. Digunakan untuk menjahit kutis dan sub kutis. j.
Linen (Catoon)
Dibuat dari serat kapas alam dengan jalan pemintalan. Bersifat lembut, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum. Warnanya putih. Tersedia dalam ukuran 4 nol hingga 1 nol. Digunakan untuk menjahit usus dan kulit, terutama kulit wajah. k.
Steel Wire
Merupakan benang logam yang terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat, tidak korosif dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul. Warna putih metalik. Terdapat dalam kemasan atraumatis dan kemasan biasa. Ukurannya dari 6 nol hingga nomor 2. Untuk menjahit tendo
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
90
12. Keperluan rutin bedah
a.
Baju Kamar Bedah, Jas Operasi, Topi, Masker, Doek dan Laken
Pada umumnya semua alat diatas terbuat dari kain yang ringan, lembut, yang nyaman bila dipakai, mudah menyerap keringat dan mudah dicuci. Untuk itu dapat dipakai kain belacu atau katun. Warna alat-alat diatas harus lembut dan tidak cepat melelahkan mata. Biasanya dipilih warna putih, biru muda, dan hijau. Saat ini masker yang sering dipakai mempunyai model sekali pakai (disposable) yang terbuat dari kertas. Masker ini akan dibuang sesudah digunakan. Untuk alat tenun dari kain, sesudah dipakai harus direndam lalu dicuci. Setelah kering baru disterilkan. Masker, topi dan baju kamar bedah tidak perlu disterilkan.
b. Sarung Tangan Operasi Terbuat dari karet, tipis tetapi cukup kuat dan elastic. Sarung tangan harus dibubuhi talcum sebelum disterilkan, agar mudah dipergunakan. Sarung tangan tersedia dalam berbagai nomor, disesuaikan dengan ukuran tangan pemakai
c. Kasa Hidrofil Adalah kain dengan anyaman jarang (kasa), lembut dan bersifat mudah menyerap. Digunakan untuk penyerap darah yang keluar dari luka, menyerap sekret dan cairan lain serta digunakan sebagai penutup luka (dressing). Kasa ini tersedia dalam ukuran kecil-kecil, yaitu kira-kira 5 x 7,5
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
91
cm, terlipat rapi, tidak boleh ada bagian benang yang menjulur keluar, sebab dapat tertinggal pada luka sewaktu membersihkan luka. Kasa harus steril.
d. Tuffer (spons) Dibuat dari kasa hidrofil yang dipadatkan dengan cara : 1.
Kasa dipotong berbentuk segi empat sesuai dengan ukuran yang diinginkan
2.
Dari salah satu sudutnya dilakukan penggulungan secara padat ke arah tengah
3.
Ekor tadi digulung rapi hingga habis
Tuffer digunakan untuk membebaskan jaringan (terutama jaringan longgar), menekan perdarahan, menggosok luka. Tuffer harus steril sebelum dipakai. e.
Drain
Terdapat bermacam-macam drain. Prinsip penggunaannya sama yaitu untuk memungkinkan pengaliran sekret keluar dari luka. Drain digunakan untuk luka yang terkontaminasi dengan kemungkinan terbentuknya pus atau sekret lainnya, atau pada luka dengan perdarahan hebat sewaktu telah ditutup ada kemungkinan perdarahan masih aktif di bawah jaringan yang ditutup. 1.
Cigarette drain. Berbentuk seperti pipa dengan panjang 5-10 cm. dipergunakan pada operasi abses apendiks, trauma dan sebagainya, dimana sekret yang keluar diharapkan tidak terlalu banyak.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
92
2.
Corrugated drain (drain bergelombang). Dibuat dari lembaran karet khusus yang bergelombang halus (seperti pola lembaran seng atap rumah). Dipakai pada luka sedang, yang sekretnya tidak terlalu banyak.
3.
Drain Sarung Tangan. Dibuat dari sarung tangan yang tak terpakai lagi dengan cara menggunting sarung tangan tadi menjadi lembaranlembaran yang kemudian digulung seperti menggulung (melinting) rokok, kemudian dilem dengan lem karet, lalu disterilkan.
4.
Tube drain. Berupa pipa panjang yang dapat dibuat dari selang infuse, sonde lambung, dan sebagainya, dengan ujung selang yang dimasukkan ke dalam luka diberi lubang-lubang (mata) pada sisinya. Bila ujung luar selang dihubungkan dengan wadah hampa udara (vakuum) maka drain tadi disebut vacuum drain. Dengan adanya tekanan negative dari wadah, maka sekret akan lebih mudah tertarik keluar.
F. DAFTAR PUSTAKA 1.
Karakata S, Bachsinar B. 1995. Bedah Minor. Hipokrates : Jakarta
2.
Ethicon Inc. Wound Closure Manual. 1994. Johnson and Johnson company.
3.
Doherty, GM. 2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.
4.
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. 2000. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
5.
Reksoprodjo, S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
93
6.
Utama, HSY. 2012. Keterampilan Dasar Teknik Bedah dengan Pengetahuan Material Suture. http:// herrysetyayudha.wordpress.com diakses tanggal 20 Agustus 2012.
6. PENGENALAN ALAT BEDAH MINOR No I 1
2 II 3 4
Aspek
0
Skor 1 2
Feed Back
INTERPERSONAL Membina rapport (menyambut dengan ramah, salam, menyilakan duduk, perkenalan diri, sikap terbuka, kesejajaran) Informed consent CONTENT Cuci Tangan WHO (simulasi) 10. Persiapkan alat dan bahan 11. Menyiapkan dan menyebutkan nama alat dan bahan 1. Needle holder 2. Gunting diseksi, gunting benang, gunting verban 3. Pisau bedah 4. Klem (arteri pean, kocher, musquitos, allis, babcock, towel clamp). 5. Refractor wound 6. Pinset 7. Deschamps Aneurysm Needle 8. Wound curret 9. Korentang 10. Jarum bedah 11. Benang 12. Sarung tangan steril 13. Doek steril 14. Kassa steril 15. Cairan disinfektan (pov. Iodine) 16. Cairan NaCl 0.9%
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
94
17. Spuit 1cc , 3 cc, 5 cc 18. Anastesi : Lidocaine 2%
5 2.
Cuci Tangan WHO setelah melakukan tindakan (simulasi) III PROFESSIONALISM 6 Melakukan dengan penuh percaya diri 7 Melakukan dengan kesalahan minimal TOTAL Nilai = ------------- x 100% = ……………
..: PENGENALAN MIKROSKOP dr. Susianti, M.Sc A. TEMA Keterampilan laboratorium penggunaan mikroskop cahaya B. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah melalui CSL ini diharapkan mahasiswa mampu untuk:
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
95
menyebutkan bagian-bagian mikroskop cahaya.
menjelaskan fungsi dari bagian-bagian mikroskop cahaya.
melakukan pemeriksaan spesimen/ preparat menggunakan mikroskop cahaya.
C. ALAT DAN BAHAN
Mikroskop cahaya
Preparat/slide
Sumber arus listrik
D. SKENARIO Pada minggu pertama perkuliahan, mahasiswa semester I mendapatkan materi tentang sel dan jaringan. Salah satu jaringan yang dipelajari adalah jaringan epitel yang menyusun permukaan kulit. Menurut teori, epitel pada permukaan kulit (bagian epidermis) adalah epitel berlapis gepeng. Untuk melihat hal tersebut mahasiswa dapat mengamati preparat jaringan kulit menggunakan mikroskop.
E. DASAR TEORI 1.
Kegunaan Mikroskop Penggunaan mikroskop merupakan bagian yang sangat penting dalam berbagai cabang ilmu
seperti biologi, histologi,
mikrobiologi,
parasitologi, patologi anatomi, patologi klinik dan sebagainya. Dengan bantuan mikroskop kita dapat mengamati objek yang sangat kecil yang tidak dapat diamati hanya dengan menggunakan mata telanjang.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
96
Struktur yang dapat diamati dengan mikroskop antara lain bentuk sel, ukuran sel, serta susunannya. Dengan mikroskop kita juga dapat mengamati organisme yang sangat kecil atau bersifat mikroskopik seperti parasit maupun mikroorganisme. 2.
Macam-Macam Mikroskop Ada beberapa jenis mikroskop yang dapat dipergunakan. Pada dasarnya mikroskop-mikroskop itu dapat digolongkan menurut jenis sumber cahaya yang dipakai. Tentu yang paling banyak dipakai adalah mikroskop cahaya (optik) yang menggunakan cahaya terlihat. Selain mikroskop cahaya biasa, ada juga beberapa modifikasi tertentu, yaitu mikroskop interferens, dan mikroskop lapangan (medan) gelap, mikroskop polarisasi dan mikroskop fase kontras. Semua mikroskop yang menggunakan radiasi tak terlihat dan sinar ultraviolet serta mikroskop elektron, merupakan perkembangan yang lebih baru.
3.
Mikroskop Cahaya (optik) Pada dasarnya mikroskop cahaya bekerja sebagai suatu alat pembesar dua tingkat. Suatu lensa objektif melakukan pembesaran awal, dan suatu
lensa
okuler
ditempatkan
sedemikian
rupa
sehingga
memperbesar bayangan pertama untuk kedua kalinya. Pembesaran seluruhnya diperoleh dengan mengalikan kekuatan pembesaran lensa objektif dan lensa okuler. Suatu lensa kondensor tambahan biasanya ditempatkan di bawah meja mikroskop untuk memusatkan cahaya dari sumbernya menjadi suatu berkas sangat terang yang menyinari obyek, sehingga memberikan cahaya yang cukup untuk mengamati bayangan yang diperbesar itu. Faktor utama dalam memperoleh bayangan yang
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
97
baik dengan mikroskop adalah daya resolusi, yaitu jarak terkecil antara dua partikel sehingga kedua partikel tersebut tampak sebagai objek yang terpisah. Daya resolusi maksimal dari mikroskop cahaya adalah sekitar 0,2 m, yang memberikan bayangan yang cukup baik pada perbesaran 1000-1500 kali. Objek yang lebih kecil dari 0,2 m tidak dapat dibedakan dengan alat ini. Kualitas bayangan, kejelasan dan rincian bergantung pada daya resolusi mikroskop. Pembesaran hanya akan bermanfaat jika dibarengi dengan resolusi yang tinggi. Daya resolusi
sebuah
mikroskop
terutama
bergantung
pada
lensa
objektifnya. Lensa okuler hanya memperbesar bayangan yang diperoleh dari lensa objektif, tidak mempertinggi resolusi. Ukuran spesimen yang diamati dapat diperoleh dengan mengalikan perbesaran lensa okuler dengan lensa objektif, misal: Okuler (10X) x Objektif (40X) = 400X. 4. Bagian-Bagian Mikroskop Cahaya Mikroskop cahaya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:
Bagian optik, yang berhubungan langsung dengan cahaya, terdiri dari: cermin, kondensor, lensa objektif, lensa okuler, tubus (di antara lensa objektif dan okuler).
Bagian
mekanik,
penyokong
terhadap
bagian
optik
dan
mengadakan mekanisme untuk dapat merubah jarak antara alatalat bagian optik dan sediaan. Berikut merupakan gambar mikroskop cahaya serta bagian-bagiannya dan fungsi masing-masing bagian tersebut:
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
98
11 13
16
12 14
18
15
20 17
21 19
Sumber: Olympus® Instruction Manual, dimodifikasi
NO
NAMA BAGIAN MIKROSKOP
1
Tombol utama (Main switch)
2
Sekrup pengatur intensitas cahaya (Light intensity adjustment knob) Pemegang spesimen (Specimen holder) Penggerak slide horizontal dan vertikal (X-axis/ Y-axis feed knob) Pemutar lensa objektif (revolving nosepiece) Sekrup pengatur fokus kasar dan halus (Coarse/fine adjustment knobs)
3 4 5 6
FUNGSI Untuk menghidupkan dan mematikan mikroskop Mengatur kuat lemahnya intensitas cahaya dari lampu mikroskop Memfiksasi dan menggerakkan preparat dengan aman pada meja Menggerakkan preparat ke depan dan belakang, serta ke kiri dan ke kanan Memutar lensa objektif sesuai posisi (perbesaran) yang diinginkan Memfokuskan spesimen secara cepat dan secara lambat
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
99
7
Tabung binokuler (Binokuler tube) Cincin pengatur diopter (Diopter adjustment ring) Cincin diafragma apertura (Aperture iris diaphragm ring) Filter
8 9 10 11
12
Sekrup pengunci kepala (Observation tube clamping knob) Pre focusing knob
13 14 15 16
Kepala (head) Lengan Meja (stage) Lensa okuler (Eyepiece / oculars)
17
Kondenser (condenser)
18
Lensa objektif
19 20
Tempat kedua lensa objektif Mengkompensasi perbedaan pandangan antara kedua mata Mengatur jumlah cahaya yang masuk melalui celah pada meja objek Mengkondisikan cahaya dari cahaya lampu menjadi natural Mengunci kepala setelah diputar
Mengatur mekanisme untuk mencegah tabrakan antara spesimen dan lensa objektif, membatasi gerakan naik maupun turun meja saat memfokuskan Menahan lensa okuler Menahan kepala dan meja Tempat meletakkan spesimen Memperbesar bayangan objek (biasanya 10x) dan diproyeksikan ke retina. Mengumpulkan dan memfokuskan cahaya sehingga terbentuk kerucut cahaya yang mengiluminasi objek yang diamati Memperbesar (biasanya 4x,10x,40x dan 100x) dan meneruskan bayangan objek teriluminasi ke arah lensa okuler Mengiluminasi spesimen Menaikkan dan menurunkan kondenser
Sumber cahaya Sekrup pengatur ketinggian kondenser (Condenser height adjustment knob) 21 Dasar (base) Menyokong mikroskop F. PROSEDUR PENGGUNAAN MIKROSKOP CAHAYA 1.
Mengambil mikroskop dari lemari penyimpanan
Bawalah mikroskop dengan menggunakan kedua tangan (tangan yang satu memegang lengan mikroskop, dan yang satu lagi
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
100
memegang dasar mikroskop), dan taruh di meja yang datar. Pehatikan gambar di bawah!
Sumber: Alexander, S.K. 2004 2.
Bukalah sarung/ pembungkus mikroskop
Menyalakan mikroskop
Hubungkan kabel mikroskop ke sumber arus listrik.
Nyalakan mikroskop dengan menekan tombol utama pada posisi ‘’I’’.
Atur intensitas cahaya dengan memutar sekrup pengatur intensitas cahaya sesuai yang dikehendaki (angka di sekeliling sekrup menandakan watt).
3.
Meletakkan spesimen pada meja mikroskop
Putar sekrup pengatur fokus kasar ke arah yang berlawanan dengan jarum jam sampai posisi meja paling rendah.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
101
Buka penjepit preparat sambil terus di tahan, letakkan spesimen pada meja mikroskop dari arah depan, dan lepaskan penjepit preparat dengan hati-hati sehingga posisi spesimen terfiksasi.
Spesimen yang dimaksud biasanya berupa preparat (slide) yang terdiri dari gelas objek (slide glass/object glass) dan gelas penutup (cover glass).
Sumber: Olympus® Instruction Manual
Gunakan penggerak slide horizontal dan vertikal untuk mengatur spesimen supaya berada di tengah tepat di atas kondenser.
4.
Mengatur fokus
Putar pemutar lensa objektif dan posisikan lensa objektif pada perbesaran 4X.
Setelah lensa objektif tersebut tepat di atas spesimen, gerakkan sekrup pengatur fokus kasar searah jarum jam sampai meja berada sedekat mungkin dengan lensa objektif.
Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan sekrup pengatur fokus kasar berlawanan dengan arah jarum jam secara perlahan untuk menambah jarak antara lensa objektif dan spesimen, dan berhentilah saat gambar spesimen telah terlihat fokus.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
102
Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan kedua tabung binokuler untuk mengatur jarak interpupil, sehingga gambar yang dilihat antar kedua mata menyatu.
Tutuplah mata kiri dan gunakan mata kanan untuk memfokuskan gambar dengan memutar sekrup pengatur fokus kasar dan halus, sampai terlihat fokus (jika diperlukan).
Tutuplah mata kanan dan gunakan mata kiri untuk memfokuskan gambar dengan memutar cincin pengatur diopter pada lensa okuler kiri, sampai fokus (jika diperlukan).
Bukalah kedua mata dan untuk memfokuskan kembali gerakkan sekrup pengatur fokus halus untuk memperoleh gambar yang paling jelas.
5.
Mengatur posisi kondenser dan diafragma apertura (jika diperlukan)
Putar pengatur tinggi kondensor (lihat gambar di bawah) untuk menggerakkan kondenser pada posisi paling tinggi (cahaya penuh).
Cincin diafragma apertura (lihat gambar di bawah) memiliki skala perbesaran objektif (4X, 10X, 40X, 100X). Putarlah cincin tersebut sehingga skala perbesaran objektif yang digunakan berada di arah depan.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
103
Sumber: Olympus® Instruction Manual 1. Pengatur tinggi kondensor, 2. Cincin diafragma apertura
6.
Memindahkan lensa objektif untuk pengamatan
Pegang dan putar pemutar lensa objektif, sehingga objektif yang akan digunakan (sesuai dengan perbesaran yang diinginkan: 10X, 40X, 100X) berada di atas spesimen.
Untuk Lapangan Pandang Besar (LPB) : 10okulerx100objektif = 1000x
Untuk Lapangan Pandang Kecil (LPK) : 10okulerx40objektif = 400x
Putar sekrup pengatur fokus halus untuk memfokuskan gambar sampai terlihat jelas.
Amatilah spesimen/preparat dengan detil dan geser spesimen menggunakan penggerak slide horizontal dan vertikal untuk mengamati seluruh bagian preparat tersebut.
7.
Mengambil spesimen dari meja mikroskop
Jika pengamatan telah selesai, posisikan kembali lensa objektif pada perbesaran 4X.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
104
Bukalah penjepit preparat sambil terus di tahan, ambil spesimen pada meja mikroskop dari arah depan, dan lepaskan penjepit preparat.
8.
Mematikan mikroskop
Matikan lampu mikroskop dengan menekan tombol utama pada posisi ‘’O’’.
9.
Lepaskan kabel dari sumber arus listrik.
Menyimpan mikroskop ke tempat penyimpanan
Pasang kembali sarung/ pembungkus mikroskop.
Masukkan mikroskop ke lemari penyimpanan (cara membawanya sama dengan saat mengambilnya).
10. Penggunaan minyak immersi (untuk perbesaran objektif 100X) Semakin kecil nilai daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa untuk memisahkan dua titik yang berdekatan pada preparat sehingga struktur benda terlihat lebih jelas. Daya pisah dapat diperkuat dengan memperbesarkan indeks bias atau menggunakan cahaya yang memiliki panjang gelombang (λ) pendek. Biasanya dapat digunakan minyak imersi untuk meningkatkan indeks bias pada perbesaran 10 X 100. Caranya adalah sebagai berikut:
Jika fokus pada perbesaran 10X40 telah didapatkan maka putar ke perbesaran objektif 100X.
tetesi minyak imersi 1 – 2 tetes dari sisi lensa.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
105
Jika telah selesai menggunakan mikroskop, bersihkan lensa objektif 100X dengan kertas lensa yang dibasahi xylol.
G. DAFTAR PUSTAKA 1.
Olympus® Educational Microscope CX21 Instruction Manual. Olympus Optical co. Ltd. Tokyo.
2.
Junqueira, L.C, Carneiro, J. 2003. Basic Histology, Tenth Edition, Lange Medical Books McGraw-Hill, United States of America.
3.
Alexander, S.K., Strete, D., and Niles, M. J. 2004. Laboratory Exercises in Organismal and Molacular Microbiology. McGraw-Hill. United States of America.
4.
Gartner, L.P., and Hiatt, J. L. 2007. Color Atlas of Histology, Fourth Edition. McGraw-Hill. United States of America.
5.
Staf Pengajar FK Unsoed. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar.. Fakultas Kedokteran Unsoed. Semarang
6.
Staf Pengajar FK Unila. 2003. Buku Praktikum Histologi Bagian I.. Program Studi Pendidikan Dokter Unila. Bandar Lampung
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
106
No A 1
2 B 3 4 5
C 6
7
D 8
CHECKLIST LATIHAN PENGENALAN MIKROSKOP Skor Aspek 0 1 Mengambil mikroskop dari lemari penyimpanan Bawalah mikroskop dengan menggunakan kedua tangan (tangan yang satu memegang lengan mikroskop, dan yang satu lagi memegang dasar mikroskop) Letakkan mikroskop di meja yang datar Menyalakan mikroskop Hubungkan kabel mikroskop ke sumber arus listrik. Nyalakan mikroskop dengan menekan tombol utama pada posisi ‘’I’’. Atur intensitas cahaya dengan memutar sekrup pengatur intensitas cahaya sesuai yang dikehendaki. Meletakkan spesimen pada meja mikroskop
Feed Back 2
Putar sekrup pengatur fokus kasar ke arah yang berlawanan dengan jarum jam sampai posisi meja paling rendah. Buka penjepit preparat sambil terus di tahan, letakkan spesimen pada meja mikroskop dari arah depan, dan lepaskan penjepit preparat. Mengatur focus Gunakan penggerak slide horizontal dan vertikal untuk mengatur spesimen supaya berada di tengah tepat di atas condenser
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
107
9
10
11
12
13
14
15
E 16
17
Putar pemutar lensa objektif dan posisikan lensa objektif pada perbesaran 4X. Setelah lensa objektif tersebut tepat di atas spesimen, gerakkan sekrup pengatur fokus kasar searah jarum jam sampai meja berada sedekat mungkin dengan lensa objektif. Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan gerakkan sekrup pengatur fokus kasar berlawanan dengan arah jarum jam secara perlahan untuk menambah jarak antara lensa objektif dan spesimen, dan berhentilah saat gambar spesimen telah terlihat fokus. Sambil melihat melalui lensa okuler gerakkan kedua tabung binokuler untuk mengatur jarak interpupil, sehingga gambar yang dilihat antar kedua mata menyatu. Tutuplah mata kiri dan gunakan mata kanan untuk memfokuskan gambar dengan memutar sekrup pengatur fokus kasar dan halus, sampai terlihat fokus. Tutuplah mata kanan dan gunakan mata kiri untuk memfokuskan gambar dengan memutar cincin pengatur diopter pada lensa okuler kiri, sampai fokus. Bukalah kedua mata dan untuk memfokuskan kembali gerakkan sekrup pengatur fokus halus untuk memperoleh gambar yang paling jelas. Mengatur posisi kondenser dan diafragma apertura Putar pengatur tinggi kondensor untuk menggerakkan kondenser pada posisi paling tinggi (cahaya penuh). Putarlah cincin diafragma apertura sehingga skala perbesaran objektif yang digunakan berada di arah depan.
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
108
F
Memindahkan lensa objektif untuk pengamatan
18
Pegang dan putar pemutar lensa objektif, sehingga objektif yang akan digunakan (misal: 40X) berada di atas spesimen. Putar sekrup pengatur fokus halus untuk memfokuskan gambar sampai terlihat jelas. Amatilah spesimen/preparat dengan detil dan geser spesimen menggunakan penggerak slide horizontal dan vertikal untuk mengamati seluruh bagian preparat tersebut. Mengambil spesimen dari meja mikroskop Jika pengamatan telah selesai, posisikan kembali lensa objektif pada pembesaran 4X. Bukalah penjepit preparat sambil terus di tahan, ambil spesimen pada meja mikroskop dari arah depan, dan lepaskan penjepit preparat Mematikan mikroskop Matikan lampu mikroskop dengan menekan tombol utama pada posisi ‘’O’’. Lepaskan kabel dari sumber arus listrik.
19
20
G 21
22
H 23 24 I 25 26
27 28
Menyimpan mikroskop ke tempat penyimpanan Pasang kembali sarung/pembungkus mikroskop. Masukkan mikroskop ke lemari penyimpanan (cara membawanya sama dengan saat mengambilnya). Melakukan dengan penuh percaya diri Melakukan dengan kesalahan minimal TOTAL Nilai = ------------- x 100% = ……………
Buku Panduan Keterampilan Klinik Semester 1
109