Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2013 Christian Meichael Renaldo Situmorang Email:
[email protected] I Made Sudana, Email:
[email protected] DepartemenManajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Abstract This study aims to determine the effect of good corporate governance on corporate’s financial performance and market value. Comprehensively, the influence of good corporate governance is proxied by corporate governance perception index and partially are proxied by the quality of information disclosure, independent commisioner, board size, remuneration and nomination committee, institutional ownership, and managerial ownership. The company's financial performance is proxied by the return on assets and market value is proxied by Tobins'q. The study also use other variables, they are firm size, economic conditions, and leverage. The sample used in this study is a non-financial state-owned enterprises that is listed on the Indonesia Stock Exchange in the year of 2005 to 2013The analysis technique used is multiple linear regression. Corporate governance perception index has an unsignificant positive effect on the firm’s financial performance and market value. The quality of information disclosure, institutional ownership, and managerial ownership have a significant positive effect on firm’s performane. Board size, remuneration and nomination committee, company size, and economi conditions have an unsignificant positive effect on the firm’s financial performance and market value, while independent commisioner and leverage have an unsignficant negative impact on the firm’s financial performance and market value. . Keywords: good corporate governance, corporate governance perception index, return on assets, Tobins’q LATAR BELAKANG Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997-1998 merupakan tonggak sejarah dalam ekonomi Indonesia. Menurut Mitton (2002) dan Komisi Nasional Kebijakan Governance (2006), salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi di Indonesia adalah lemahnya penerapan good corporate governance yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, praktik tata kelola perusahaan yang baik atau yang sering disebut sebagai good corporate governance menjadi perhatian kalangan pebisnis dan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pada tahun 1999 Komite Nasional Kebijakan Governance mengeluarkan pedoman corporate governance yang mengharapkan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mempraktikan prinsip ini. Pedoman tesebut berhasil meningkatkan penerapan GCG di kalangan dunia usaha secara bertahap (KNKG, 2006). Untuk menyeragamkan penerapan good corporate governance dan mengingatkan BUMN yang belum menjalankan praktik 305
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
tersebut, dan pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Menteri (PERMEN) BUMN No. 01 pada tahun 2011 yang menegaskan PERMEN BUMN No. 117 pada tahun 2002, yang menyatakan BUMN wajib menerapkan GCG secara konsisten dan berkelanjutan. Di Indonesia, terdapat institusi independen yang sejak tahun 2001 telah rutin melakukan penilaian atas good corporate governance pada perusahaan-perusahaan BUMN maupun swasta, lembaga tersebut adalah The Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG). Keluaran yang dihasilkan oleh IICG adalah Corporate Governance Perception Index (CGPI) dengan rentang skor 0 hingga 100. Corporate Governance Perception Index mengukur berbagai aspek, baik internal dan eksternal perusahaan yang mewakili komponen-kompenen good corporate governance. Beberapa komponen tersebut adalah ukuran dan komposisi dewan komisaris, komite-komite yang membantu dewan komisaris, dan komposisi kepemilikan saham perusahaan. Pada tahun 2001 hanya terdapat 4 BUMN terbuka yang mengikuti penilaian ini, namun lambat laun semakin banyak perusahaan BUMN yang mengikuti, hingga pada tahun 2013 menjadi 10 perusahaan BUMN. Meningkatnya BUMN peserta CGPI ini juga diikuti dengan meningkatanya skor rata-rata CGPI untuk perusahaan BUMN dengan skor 78.7 dan predikat terpercaya pada tahun 2005 menjadi 86.5 dan predikat sangat terpercaya pada tahun 2013. Tren lain yang terjadi adalah meningkatnya ukuran dewan komisaris dan jumlah komisaris independen, sedangkan kepemilikan manajerial mengalami tren penurunan. Indonesian Corporate Governance Banking Watch dalam artikelnya yang berjudul Jadikan GCG Bermakna (2010), menyatakan bahwa penerapan GCG pada perusahaan hampir semua didasari oleh kegunaan GCG bagi perusahaan dan pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Pernyataan tersebut berarti bahwa penerapan GCG akan meningkatkan nilai perusahaan dan apabila hal itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu negara akan sangat baik dampaknya bagi perekonomian. Hubungan antara GCG dan kinerja perusahaan secara empiris juga telah diteliti oleh banyak peneliti dengan berbagai hasil. Gompers et al. (2003)dalam penelitiannya, menemukan bahwa penerapan good corporate governance berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian saham perusahaan-perusahaan pada tahun 90-an. Hal serupa ditemukan juga oleh Dahya (2006)dan Black et al. (2010)yang menyatakan beberapa aspek dari corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Namun, dalam tahun yang sama di negara Brazil, Black et al. (2010) menemukan pengaruh negatif ukuran dewan komisaris dan komisaris independen sebgai proksi penerapan GCGterhadap kinerja perusahaan. Pengaruh negatif juga ditemukan oleh Arcot et al. (2006) dengan variabel ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah good corporate governanceyang diproksikan corporate governance perception index berpengaruh terhadap kinerja akuntansi dan pasar?, serta apakah good corporate governanceyang diproksikan kualitas pengungkapan informasi, jumlah komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite remunerasi dan nominasi, konsentrasi kepemilikan institusi, dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja akuntansi dan pasar BUMN?
306
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ukuran kinerja akuntansi dan kinerja pasar. Ukuran kinerja akuntansi merupakan kinerja yang berbasis laporan akuntansi dalam hal ini adalah rasio profitabilitas.Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan, aktiva atau modal. Pada penelitian ini kinerja akuntansi diukur dengan rasio return on assets (ROA). Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunakaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya.Dalam penelitian ini, persamaan yang dipakai untuk mengukur ROA adalah:
=
Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja pasar perusahaan adalah rasio Tobin’s Q. Penggunaan Tobin’sQdalam mengukur nilai perusahaan diyakini dapat memberikan gambaran mengenai penilaian pasar terhadap perusahaan. Perusahaan dengan nilai Tobin’s Q yang tinggi menggambarkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, sehingga investor bersedia membeli saham perusahaan dengan harga yang tinggi. Dalam penelitian ini, persamaan yang digunakan mengacu persamaan yang digunakan oleh dan Jung (2014), yaitu: =
+ N
Pengertian Corporate Governance Corporate governance dalam arti sempit berbicara tentang dua aspek yakni governance structure (board structure) dan governance process (governance mechanism) pada suatu perusahaan. Governance structure adalah struktur hubungan pertanggungjawaban dan pembagian peran diantara berbagai organ utama perusahaan yaitu (pemilik/ pemegang saham, pengawas/ komisaris, dan pengelola/direksi/manajemen). Governance processberkaitan dengan mekanisme kerja dan interaksi aktual diantara organ-organ tersebut. Meskipun pada dasarnya governance process dipengaruhi oleh governance structure, mekanisme kerja dan interaksi aktual diantara organ-organ korporasi dapat berjalan menyimpang dari struktur yang ada. Dalam PERMEN 2002 dan 2011, prinsip-prinsip GCG yang dimaksud dalam peraturan ini meliputi: 1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. 307
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan. Pengukuran dan PengaruhCorporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Dalam penelitian ini, good corporate governance diukur menggunakan dua ukuran. Pertama adalah ukuran good corporate governanceperusahaan secara komprehensif, dan kedua pengukurangood corporate governance berdasarkan komponen corporate governance.Corporate governance perception index (CGPI) merupakan proksi yang mengukur penerapan GCG secara komprehensif. Corporate GovernancePerception Index Corporate Governance Perception Index (CGPI) merupakan pemeringkatanpenerapan corporate governance yang dilakukan oleh majalah SWA dan The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Ada tujuh kriteria yang digunakan untuk menilai corporate governance perusahaan, yaitu komitmen perseroan pada corporate governance, pelaksanaan RUPS dan perlakuan terhadap minority shareholder, dewan komisaris, struktur direksi, hubungan dengan stakeholder, transparansi dan akuntabilitas, dan tanggapan terhadap riset IICG.Penilaian CGPI meliputi empat tahap yakni: (1) self-assesment tentang penerapan konsep corporate governance (bobot nilai 15%), (2) pengumpulan dokumen perusahaan (bobot nilai 25%), (3) penyusunan makalah dan presentasi (bobot nilai 12%) dan observasi perusahaan (bobot nilai 48%). Nilai CGPI dihitung dengan menjumlahkan nilai akhir dari setiap tahapan tersebut dengan rentang 0 sampai dengan 100. Jika perusahaan mempunyai skor yang semakin tinggi, berarti penerapan goodcorporate governance yang dilakukan oleh perusahaan semakin baik.CGPI dapat mengukur kualitas aktual dari penerapan GCG dan aktivitas yang berhubungan secara relatif dengan corporate governance atau firm disclosuresseara komprehensif, yang menunjukkan apa yang sebenarnya diimplentasikan perusahaan dan kesesuaindengan prinsip tata kelola perusahaan yang diatur dalam PERMEN BUMN tahun 2002. Prinsip-prinsip tersebut adalah transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran. Semakin tingginya nilai CGPI suatu perusahaan berarti bahwa praktik tata kelola perusahaan tersebut semakin baik. Hal tersebut akan membantu tercapainya kinerja perusahaan yang semakin meningkat. Kinerja perusahaan yang semaikin meningkat dipandang baik oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga pasar saham dan nilai perusahaan. H1: Corporate governance yang diproksikan corporate governance perception index (CGPI) berpengaruh positif terhadap kinerja akutansi dan pasar perusahaan BUMN.
308
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Selain menggunakan CGPI sebagai proksi dalam mengukur penerapan GCG, juga dapat digunakan proksi yang bersifat parsial yang meliputi: Kualitas pengungkapan informasi (KPI) Kualitas pengungkapan informasi berkaitan dengan prinsip transparansi yaitu keterbukaan pengungkapan informasi material dan relevan mengenai perusahaan, seperti laporan tahunan dan laporan keuangan, yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan.Laporan keuangan yang berkualitas dapat memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, dan biasanya diumumkan oleh auditor yang berkualitas, yang masuk dalam kelompok the big four, yaitu Deloitte Touche Tohmatsu, Ernst and Young (EY), Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) dan Price Waterhouse Coopers (PWC). Baik buruknya KPI diukur dengan menggunakan skala nominal (dummy), yaitu jika laporan keuangan perusahaan diaudit oleh The Big 4, diberi nilai 1; dan nilai 0 jika laporan keuangan perusahaan diaudit oleh auditor lainnya. Perusahaan dengan kualitas pengungkapan informasi yang baik akan selalu memberikan informasi yang dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan dapat dibandingkan, terutama yang berkaitan dengan informasi laporan keuangan secara cepat dan kredibel kepada para stakeholder perusahaan. Dengan demikian, keputusan dapat diambil dengan cepat dan tepat sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. H2: Kualitas pengungkapan informasi berpengaruh positif terhadap kinerja akuntasi dan kinerja pasar perusahaan BUMN. Jumlah anggota komisaris independen (KI) Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafilisasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen, untuk menjaga fairness, serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan kepentingan pemegang saham minoritas, serta kepentingan stakeholders lainnya (Alijoyo, 2004).Jumlah anggota komisaris independen dapat diukur dengan menggunakan rumus: KI =
Jumlah Anggota Komisaris Independen Jumlah Dewan Komisaris
Semakin banyak jumlah komisaris independen dalam struktur dewan komisaris perusahaan, maka semakin kecil benturan kepentingan yang terjadi di dewan komisaris maupun direksi, sehingga dewan komisaris perusahaan akan dapat lebih optimal dalam menjalankan tugasnya, yakni mengawasi jalannya pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh pihak manajemen, sehingga kinerja perusahaan diharapkan meningkat. H3: Jumlah anggota komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja akuntasi dan kinerja pasar perusahaan BUMN.
309
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Ukuran dewan komisaris (UK) Ukuran dewan komisaris merepresentasikan jumlah anggota dewan komisaris dalam perusahaan. Menurut Peraturan Menteri BUMN No. 1 tahun 2011, dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang melakukan pengawasan atas kebijakan dewan direksi, jalannya manajemen pada umumnnya, dan memberikan nasihat kepada direksi. Tiga elemen penting yang memengaruhi tingkat efektifitas dewan komisaris, yaitu independensi, kompetensi, dan komitmen. Ukuran dewan komisaris dihitung dengan rumus sebagai berikut: UK = Jumlah anggota dewan komisaris Jumlah dewan komisaris yang besar berpengaruh positif terhadap kinerja dewan komisaris. Semakin banyak anggota dewan komisaris akan memunculkan bauran pemikiran kreatif dan alternatif yang lebih banyak. Bauran tersebut diperlukan untuk mengevaluasi keputusan-keputusan yang dipilih oleh dewan direksi maupun manajer lain. Jumlah anggota dewan komisaris yang banyak akan menambah kekayaan kompetensi yang dimiliki oleh organ tersebut yang berguna dalam mengawasi dewan direksi. Oleh karena itu, dengan ukuran yang semakin besar, dewan komisaris akan lebih teliti, detail, dan kritis dalam menjalankan tugasnya. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan karena perusahaan dijalankan lebih ketat dan terdapat sedikit celah yang dapat dimanfaatkan dewan direksi untuk menguntungkan diri atau golongannya sendiri. H4: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja akuntasi dan kinerja pasar perusahaan BUMN. Komite remunerasi dan nominasi (KRN) Berdasarkan PER 10 MBU 2012, komite remunerasi dan nominasi merupakan organ dari dewan komisaris yang independen dan profesional di bidang remunerasi dan nominasi perusahaan yang diketuai oleh salah satu anggota dewan komisaris perusahaan. Dalam pedoman GCG di negara anggota The Asean Capital Market Forum (2010), komite nominasi dan remunerasi bertugas membantu dewan komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota dewan komisaris dan direksi serta sistem remunerasi. Komite tersebut juga membantu dewan komisaris mengusulkan besaran remunerasi dewan komisaris dan direksi. Hadirnya komite remunerasi dan nominasi dalam perusahaan bertujuan agar mekanisme remunerasi dan nominasi dijalankan dengan prinsip independensi, adil, dan transparan, sehingga dapat memotivasi manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Komite remunerasi dan nominasi diketuai oleh komisaris independen dimaksudkan agar mekanisme nominasi tidak berada dibawah tekanan dan pengaruh pihak manapun. Komite remunerasi dan nominasi (KRN) diukur menggunakan variabel dummy, yaitu bernilai satu (1) jika terdapat komite remunerasi dan nominasi, dan bernilai nol (0) jika tidak terdapat komite remunerasi dan nomiasi. H5: Komite remunerasi dan nominasi berpengaruh positif terhadap kinerja akuntansi dan kinerja pasar prusahaan BUMN.
310
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Konsentrasi kepemilikan institusi (KKI) Menurut Siregar (2005) dan Tarjo (2008), kepemilikan institusi adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi, seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan perusahaan investasi dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar, diukur dengan rumus: KKI =
Jumlah Saham yang dimiliki Institusi Jumlah Saham Beredar
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusi memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisir konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham, karena keberadaan investor institusi dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini karena institusi mememiliki beberapa kelebihan, yaitu lebih professional dalam menganalisis informasi, sehingga dapat menguji keandalan informasi, dan memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan. Kelebihan lain dinyatakan Lev (1988) yaitu investor institusi mempunyai lebih banyak informasi dibanding investor individu dan mempunyai sumber daya untuk melakukan riset terhadap informasi tersebut. H6: Kepemilikan institusi berpengaruh positif terhadap kinerja akuntansi dan kinerja psar perusahaan BUMN Kepemilikan manajerial (KM) Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini adalah kepemilikan saham oleh dewan direksi. Besar kecilnya kepemilikan manajerial diukur dengan rumus: KM =
Jumlah Saham yang dimiliki Direksi Jumlah Saham yang Beredar
Selain investor institusi, Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial juga merupakan mekanisme corporate governance yang membantu mengendalikan masalah keagenan. Jensen (1993) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dan manajer, hal ini menjadi mekanisme utama untuk meminimalisir konflik keagenan, karena manajer juga sebagai pemilik perusahaan dengan demikian kepentingan dan kebijakan yang diambil oleh manajemen diharapkan sejalan dengan kepentingan pemilik perusahaan. Dengan demikian, semakin besar kepemilikan manajerial, konflik keagenan akan semakin berkurang dan pihak manajemen dapat fokus untuk meningkatkan kinerja perusahaan. H7: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerka akuntasi dan kinerja pasar perusahaan BUMN. Selain faktor-faktor good corporate governance yang telah dijelaskan sebelumnya, kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang lain, yaitu: 311
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Ukuran perusahaan (SIZE) Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya suatu perusahaan. Menurut Sudarmadji (2007), besar kecilnya perusahaan dapat diukur melalui total aktiva, kapitalisasi pasar, atau total penjualan suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan total aktiva sebagai proksi ukuran perusahaan, karena nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan. SIZE = Logaritma Natural Total Aset Semakin besar total aktiva perusahaan, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar lebih mudah dalam mengatur kapasitas untuk mencapai skala operasi yang ekonomis, sehingga dapat menekan biaya per satuan produk, dan menaikan kinerja perusahaan baik kinerja akuntansi maupun pasar. H8: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja akuntasi dan kinerja pasar perusahaan BUMN. Leverage (LEV) Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan tujuan meningkatkan keuntungan. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage keuangan yang menunjukan seberapa besar sebuah perusahaan menggunakan pendanaan dengan utang. Besar kecilnya leverage keuangan diukur dengan rumus: 7 8 =
9 : ℎ <
9
=
>
?
Sudana (2011:207) menambahkan, financial leverage timbul karena perusahaan dibelanjai dengan dana yang menimbulkan beban tetap, yaitu berupa utang dengan beban tetap berupa bunga. Semakin banyak jumlah utang yang digunakan perusahaan akan meningkatkan risiko keuangan sehingga akan menurunkan kinerja perusahaan. H9: Leverage berpengaruh negatif terhadap kinerja akuntasi dan kinerja pasar perusahaan BUMN. Kondisi ekonomi (ECON) Kondisi ekonomi nasional adalah salah satu faktor yang memengaruhi kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini, kondisi ekonomi diukur menggunakan rasio pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product) tahunan nasional. Todaro (2006:50), GDP mengukur seluruh volume produksi yang dihasilkan oleh suatu negara pada tahun tertentu. Kondisi ekonomi (ECON) diukur menggunakan rasio pertumbuhan GDP tahunan nasional yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencerminkan kondisi ekonomi 312
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
nasional yang baik dan kondusif. Kondisi tersebut berarti bahwa lapangan pekerjaan dapat menyerap tenaga kerja lebih tinggi sehingga jumlah pengangguran berkurang. Dengan terserapnya lebih banyak tenaga kerja, pendapat per kapita akan meningkat, sehingga kesejahteraan meningkat. Kesejahteraan yang meningkat menaikan daya beli masyarakat terhadap produk dan jasa. Hal tersebut akan meningkatkan produktivitas penjualan perusahaan sehingga meningkatkan kinerja perusahaan. H10: Kondisi ekonomi berpengaruh positif terhadap kinerja akuntansi dan kinerja pasar perusahaan BUMN. Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 hingga 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan batasan penelitian. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan BUMN non keuangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2005-2013 dan menerbitkan laporan perusahaan tahunan untuk periode 2005-2013. 2. Perusahaan BUMN non keuangan yang menerapkan GCG dan menerbitkan laporan GCG tahunan untuk periode 2005-2013. 3. Perusahaan BUMN non keuangan yang mempunyai laporan keuangan rupiah yang berakhir pada 31 Desember. Definisi Operasi dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen 1. Return on assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang mengukur produktifitas aset dalam menghasilkan laba sebelum pajak. 2. Tobins’Q (TBN) adalah rasio antara nilai pasar ekuitas dan nilai buku utang perusahaan dengan nilai buku total aktiva perusahaan. Variabel Independen 1. Corporate governance perception index (CGPI) adalah skor good corporate governance yang diukur berdasarkan indeks dari The Indonesian Institute for Corporate Governance(IICG). Indeks ini bernilai 0 sampai dengan 100. 2. Kualitas pengungkapan informasi (KPI) merupakan keterbukaan dalam perngungkapan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Dalam penelitian ini, kualitas pengungkapan informasi dinilai berdasarkan kualitas auditor yang diukur dengan variabel dummy, yaitu satu (1) jika laporan keuangan perusahaan diaudit oleh auditor yang masuk dalam kategori big four auditor, dan nol (0) jila laporan keuangan perusahaan diaudit oleh kantor akuntan publik lainnya. 313
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
3. Jumlah anggota komisaris independen (KI) adalah rasio jumlah anggota dewan komisaris independen dibandingkan dengan jumlah anggota dewan komisaris. 4. Ukuran dewan komisaris (UK) adalah jumlah anggota dewan komisaris perusahaan. 5. Komite remunerasi dan nominasi (KRN) adalah eksistensi komisi remunerasi dan nominasi dalam perusahaan, yang diukur dengan variabel dummy, yaitu satu (1) jika terdapat komisi remunerasi dan nominasi dalam perusahaan, dan bernilai nol (0) jika tidak terdapat komite remunerasi dan nominasi. 6. Konsentrasi kepemilikan institusi (KKI) adalah persentase kepemilikan saham perusahaan oleh institusi dibandingkan jumlah saham beredar. 7. Kepemilikan manajerial (KM) adalah persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen perusahaan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar. Variabel Kontrol 1. Ukuran perusahaan (SIZE) adalah cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan pada ahkir tahun. 2. Kondisi ekonomi (ECON) merupakan kondisi ekonomi negara yang tercermin pada pertumbunan GDP tahunan yang didapat dari Badan Pusat Statistik. 3. Leverage (LEV) adalah rasio total utang jangka panjang perusahaan dibandingkan dengan total aktiva perusahaan. Model Analisis Model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh corporate governance perception index, kualitas pengungkapan informasi, jumlah komisaris independen, ukuran dewan komisaris, komite remunerasi dan nominasi, konsentrasi kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, kondisi ekonomi, dan leverage terhadap kinerja akuntansi dan pasar menggunakan persamaan Multiple Regression Linier Analysis dapat dijelaskan dengan persamaan: ROAi,t = β01 + β11CGPIi,t + β21SIZEi,t + β31ECONi,t + β41LEVi,t + e ROAi,t= β02 + β12KPIi,t + β22KIi,t + β32UKi,t + β42KRNi,t + β52KKIi,t + β62KMi,t + β72SIZEi,t + β82ECONi,t + β92LEVi,t + e TOBINi,t = β03 + β13CGPIi,t + β23SIZEi,t + β33ECONi,t + β43LEVi,t + e TOBINi,t = β04 + β14KPIi,t + β24KIi,t + β34UKi,t + β44KRNi,t + β54KKIi,t + β64KMi,t + β74SIZEi,t + β84ECONi,t + β94LEVi,t + e Keterangan: ROAi,t = Return on Asset perusahaan i pada tahun t, TOBINi,t = Nilai pasar ekuitas + nilai buku utang terhadap nilai buku asetperusahaan i pada tahun t, β0 = intercept persamaan regeresi 1 sampai 4, β1 - β9 = koefisien regresi variabel 1 sampai 9 persamaan 1 sampai 4, CGPIi,t = Corporate governance perception index perusahaan i pada tahun t, KPIi,t = Kualitas pengungkapan informasi perusahaan i pada tahun t, = Jumlah komisaris independen perusahaan i pada tahun t, KIi,t 314
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
= Ukuran dewan komisaris perusahaan i pada tahun t, UKi,t KRNi,t = Komite remunerasi dan nominasi perusahaan i pada tahun t, KKIi,t = Konsentrasi kepemilikan institutional perusahaan i pada tahun t, KMi,t = Kepemilikan manajerial perusahaan i pada tahun t, SIZEi,t = Ukuran perusahaan i pada tahun t, ECONi,t = Kondisi ekonomi nasional pada tahun t, LEVi,t = Leverage perusahaan pada tahun t, e = residual atau kesalahan prediksi Hasil dan Pembahasan 4.1 Deksripsi Statistik Penelitian Pada bagian deskripsi hasil penelitian, dipaparkan data variabel-variabel penelitian perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2013. Untuk corporate governance perception index didapatkan 41 observasi dengan variabel dependen return on assets dan 38 observasi dengan variabel dependen Tobins’q. Berikut merupakan deskripsi statistik variabel penelitian. Untuk komponen-komponen corporate governance didapatkan 89 observasi dengan variabel dependen return on assets dan 83 observasi dengan variabel dependen Tobins’q, dan secara diskriptif data variabel perusahaan yang diteliti dipaparkan pada Tabel 1.
315
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Tabel 1. Deksripsi Statistik Pengujian Variabel Independen dan Dependen. Mean Std. Deviation Model Dependen Independen N Minimum Maximum CGPI 41 70.730 90.660 82.950 4.399 SIZE 41 28.765 32.483 30.225 1.051 ECON 41 0.046 0.065 0.059 0.006 ROA LEV 41 0.059 0.445 0.188 0.116 ROA 41 0.240 0.418 0.165 0.097 1 CGPI 38 70.730 90.660 83.329 4.653 SIZE 38 29.050 32.483 30.358 1.027 ECON 38 0.046 0.065 0.059 0.006 TOBIN LEV 38 0.059 0.445 0.199 0.117 TBN 38 0.860 4.885 1.930 0.935 KI 89 0.200 0.600 0.399 0.077 UK 89 3.000 7.000 5.190 0.864 KKI 89 0.645 0.998 0.928 0.065 KM 89 0.000 0.029 0.001 0.004 ROA SIZE 89 26.924 32.483 29.726 1.323 ECON 89 0.046 0.065 0059 0.005 LEV 89 0.019 0.515 0.155 0.125 ROA 89 -0.049 0.527 0.148 0.113 2 KI 83 0.250 0.600 0.397 0.076 UK 83 3.000 7.000 5.170 0.867 KKI 83 0.645 0.998 0.925 0.066 KM 83 0.000 0.024 0.001 0.003 TOBIN SIZE 83 26.975 32.483 29.768 1.200 ECON 83 0.046 0.065 0.059 0.005 LEV 83 0.019 0.555 0.153 0.127 TBN 83 0.559 4.885 1.877 1.016 Sumber: Lampiran, diolah Berdasarkan tabel 2, separuh BUMN mempunyai laporan yang telah diaudit oleh auditor yang dikelompokan sebagai the big four auditor. Kondisi tersebut menjelaskan bahwa separuh dari laporan keuangan yang diterbitkan BUMN diaudit oleh kantor akuntan public yang masuk dalam kelompok big four, dan lebih dari 75% BUMN telah memiliki komite remunerasi dan nominasi. Persentase yang besar tersebut berarti bahwa BUMN telah menyadari akan ungan adanya komite tersebut dalam menerapkan asas keadilan dalam perusahaan.
316
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Variabel ROA
TBN
Variabel ROA
TBN
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Tabel .2. Deksripsi Statistik KPI dan KRN KPI Frekuensi Bukan The Big Four Auditor 44 The Big Four Auditor 45
Persentase 49.4 50.6
89 41 42 83 Frekuensi 19 70 89 17 66 83
100 49.4 50.6 100 Persentase 21.3 78.7 100 20.5 79.5 100
Jumlah Bukan The Big Four Auditor The Big Four Auditor Jumlah KRN Tidak Ada Ada Jumlah Tidak Ada Ada Jumlah
Sumber: Data diolah Analisis dan Pengujian Hipotesis Hasil analisis pengaruh CGPI terhadap kinerja akuntansi (ROA) dan kinerja pasar (TOBIN) perusahaan BUMN dipaparkan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Hasil Analisis Regersi Pengaruh Good Corporate Governance Perception Index terhadap Kinerja BUMN. Variabel Dependen Variabel Independen Koefisien Regresi Sig. Konstanta -0.667 0.193 CGPI 0.003 0.541 SIZE 0.017 0.464 ROA ECON 1.491 0.585 LEV -0.218 0.142 R-Square 0.110 Konstanta 0.093 0.986 CGPI 0.003 0.951 SIZE 0.039 0.871 TOBIN ECON 14.369 0.597 LEV -2.316 0.117 R-Square 0.084 Sumber: data hasil output SPSS Statistics 22
317
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa CGPI, Size, kondisi ekonomi (ECON) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi dan kinerja pasar perusahaan BUMN, sedangkan leverage (LEV) memilki pengaruh negatif juga tidak signifikan terhadap kenerja perusahaan BUMN. Hasil analisis pengaruh komponen GCG terhadap kinerja akuntansi (ROA) dan kinerja pasar (TBN) perusahaan BUMN dipaparkan pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Pengaruh Komponen Good Corporate Governance terhadap Kinerja BUMN. Variabel Dependen Variabel Independen Koefisien Regresi Sig. Konstanta -0.686 0.024 KPI 0.125 0.000* KI -0.034 0.782 UK 0.015 0.151 KRN 0.005 0.839 ROA KKI 0.697 0.000* KM 4.348 0.046* SIZE 0.001 0.887 ECON 0.530 0.724 LEV -0.144 0.097 R-Square 0.596 Konstanta -7.343 0.021 KPI 0.708 0.001* KI -0.682 0.570 UK 0.121 0.258 KRN 0.145 0.507 TOBIN KKI 7.646 0.000* KM 91.651 0.001* SIZE 0.027 0.795 ECON 7.140 0.645 LEV -0.101 0.904 R-Square 0.526 Sumber: Data diolah *signifikan pada tingkat signifikansi 5% Berdasarkan pada Tabel 4, tampak bahwa hampir semua variabel kualitas pengungkapan informasi (KPI), ukuran komisaris (UK), komite remunerasi dan nominasi (KRN), konsenrasi kepemilikan institusi(KKI), kepemilikan manajemen (KM), ukuran perusahaan (SIZE), kondisi ekonomi (ECON) berpengaruh positif terhadap kinerja akuntansi (ROA) dan kinerja pasar (TBN), kecuali variabel komisaris independen (KI) dan leverage (LEV) berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan BUMN. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa, hanya variabel kulitas pengungkapan informasi, konsentrasi kepemilikan institusi, dan kepemilikan manajen yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan BUMN. 318
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Pembahasan Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan BUMN Hasil regresi menunjukan bahwa good corporate governance yang diproksikan corporate governance perception index berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi dan pasar perusahaan BUMN. Corporate governance perception index dapat mengukur kualitas tata kelola perusahaan secara komprehensif dan independen. Kualitas tersebut mencerminkan komitmen perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan, hal tersebut direspon positif juga oleh investor. Pengaruh tidak signifikan corporate governance perception index terjadi karena distribusi skor CGPI BUMN yang mengikuti pemeringkatan ini telah merata berada pada kategori terpecaya. Selain itu, BUMN juga telah diatur oleh pemerintah supaya memiliki standar tata kelola perusahaan yang baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Black (2010) di India yang menggunakan India corporate governance index yang menemukan pengaruh positif pemeringkatan corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Kualitas pengungkapan informasi mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja akuntansi dan pasar perusahaan. Kualitas pengungkapan informasi yang dinilai berdasarkan auditor yang terafiliasi dengan kelompok The Big Four memberikan informasi keuangan perusahaan yang aktual dan akurat. Informasi yang aktual dan akurat tersebut merupakan dasar pengambilan keputusan yang penting yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi penelitian yang dilakukan oleh Lopes (2010) di Eropa tentang pengaruh positif signifikan kualitas laporan keuangan terhadap kinerja akuntansi perusahaan. Komisaris independen berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi dan pasar perusahaan. Semakin besar persentase komisaris independen, semakin kecil kinerja perusahaan. Pengaruh negatif terjadi karena hadirnya komisaris independen membuat pengawasan terhadap kinerja BUMN semakin berlapis-lapis setelah sebelumnya ada komitekomite seperti komite audit dan satuan pengawas intern, kementerian BUMN, otoritas jasa keuangan, kemeneterian BUMN. Selain itu, berdasarkan data yang didapat, pihak-pihak yang menjabat sebagai komisaris independen tidak memiliki latar belakang yang relevan dan kemampuan yang cukup untuk melakukan pengawasan. Pengaruh tidak signifikan terjadi karena rata-rata persentase komisaris independen tidak jauh berbeda dengan nilai minimum dan maksimum sehingga persentase komisaris independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap setiap perusahaan. Hasil dari penelitian sesuai dengan hasil penelitian Black (2010) di Brazil namum bertolak belakang dengan hasil penelitian Hermalin dan Weisbach (1998 dan 2003) yang menemukan pengaruh positif komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi dan pasar perusahaan. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka semakin banyak munculnya gagasan kreatif dan bauran kompentensi yang dibutuhkan untuk proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris terhadap kinerja dewan direksi perusahaan. Pengaruh tidak signifikan ukuran dewan komisaris terjadi karena pengawasan bukan hanya dilakukan oleh dewan komisaris saja, namun pemerintah yang diwakili kementerian BUMN dan rakyat yang diwakili DPR kekuatan lebih besar dari dewan komisaris dalam menentukan arah dan strategi perusahaan. Oleh karena itu, besar kecilnya ukuran dewan komisaris menghasilkan kualtias pengawasan yang sama. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Cooper di Malaysia 319
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
(2015) yang menemukan pengaruh positif signifikan ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Koufopoulos (2010) di Yunani dan Black (2010) di Brazil. Komite remunerasi dan nominasi mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi dan pasar perusahaan. Adanya komite remunerasi dan nominasi membantu kinerja dewan komisaris dalam menentukan besaran paket remunerasi dewan komisaris dan direksi secara adil dan tanpa tekanan pihak manapun, sehingga dapat memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Komite tersebut juga membantu menetapkan kriteria-kriteria calon anggota komisaris dan direksi secara adil dan transparan. Pengaruh tidak signifikan terjadi karena pihak-pihak yang menjabat dalam komite ini sebagian merupakan anggota dewan komisaris. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa adanya eksistensi komite ini bertujuan untuk memenuhi regulasi yang bukan untuk menegakan good corporate governance. Konsentrasi kepemilikan institusi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja akuntansi dan pasar perusahaan. Hadirnya investor institusi dalam perusahaan menjadi mekanisme monitoring yang efektif untuk meminimalisir masalah keagenan yang dapat muncul dalam perusahaan. Kredibilitas dan keakuratan informasi yang dimiliki investor institusi juga menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak manajemen perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar konsentrasi kepemilikan institusi makan semakin tinggi juga kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja akutntansi dan pasar perusahaan. Kepemilikan saham oleh dewan direksi menjadi mekanisme yang efektif untuk meminimalisir masalah keagenan dalam perusahaan dengan cara penyatuan kepentingan antara pihak manajemen dan investor. Mekanisme ini membuat kepentingan pihak manajemen selaras dengan kepentingan investor dalam perusahaan sehingga akan selalu menjaga kinerja perusahaan supaya tidak menurun. Hal tersebut dipandang baik oleh investor karena kepentingannya juga terwakili dan terjaga. Hasil penelitian ini sesai dengan hasil penelitian Bhagat (2008) di India yang menemukan pengaruh positif signifikan kepemilikan manjerial terhadap return on assets dan Tobins’q. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Good corporate governance yang diproksikan oleh corporate governance perception index mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi yang diproksikan return on assets dan kinerja pasar yang di proksikan Tobins’q pada perusahaan BUMN. 2. Good corporate governance yang diproksikan oleh kualitas pengungkapan informasi, konsentrasi kepemilikan institusi, dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja akuntansi yang diproksikan return on assets dan kinerja pasar yang diproksikan Tobins’q pada perusahaan BUMN. 3. Variabel komisaris independen mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi yang diproksikan return on assets dan kinerja pasar yang di proksikan Tobins’q pada perusahaan BUMN. 4. Variabel ukuran dewan komisaris dan komite remunerasi dan nominasi mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi yang diproksikan return on assets dan kinerja pasar yang di proksikan Tobins’q pada perusahaan BUMN. 320
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana 5.
6.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Variabel kontrol ukuran perusahaan dan kondisi ekonomi mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi yang diproksikan return on assets dan kinerja pasar yang di proksikan Tobins’q pada perusahaan BUMN. Variabel kontrol leverage mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kinerja akuntansi yang diproksikan return on assets dan kinerja pasar yang di proksikan Tobins’q pada perusahaan BUMN.
Saran Bagi manajemen perusahaan, sebaiknya menerapkan good corporate governance terlebih pada program kepemilikan saham oleh direksi karena hal tersebut berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan bagi perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance agar menjaga konsistensi dengan melakukan evaluasi rutin. 2. Bagi investor, ketika membuat keputusan berinvestasi dapat mempertimbangkan kualitas laporan keuangan dan komposisi pemegang saham perusahaan (investor institusi dan kepemilikan manajerial) karena komponen-komponen tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. 3. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor-faktor selain variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
1.
DAFTAR PUSTAKA Alijoyo, Antonius dan Subarto Zaini. 2004. Komisaris Independen “Penggerak Praktik GCG di Perusahaan”. Jakarta: Indeks. Arcot, Sridhar R., Valentina G. Bruno. 2006. One Size Does Not Fit All, After All: Evidence from Corporate Governance. Working Paper. http://ssrn.com/abstract=887947. Badan Pusat Statistik. 2006. Indonesian Statistic 2006 - 2014. Jakarta. . Bhagat, Sanjai and Brian Bolton. 2008. Corporate Governance and Firm Performance. Journal of Corporate Finance 14, 257-273. Black, Bernard S., N. Balasubramanian, and Vikramaditya Khanna. 2010. The Relation between Firm-Level Corporate Governance and Market Value: A Study Of India. Working Paper. Http://Ssrn.Com/Abstract=992529. Black, Bernard S., Antonio G. de Carvalho, and Erica Gorga, 2010. Does One Size Fit All in Corporate Governance? Evidence from Brazil (and other BRIK Countries). Working paper. http://ssrn.com/abstract=1434116. Bruno, Valentina G. and Stijn Claessens. 2009. Corporate Governance and Regulation: Can There Be Too much of a Good Thing? Journal of Financial Intermediation. Working paper. http://ssrn.com/abstract=956329
321
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Bursa Efek Jakarta. 2004. Keputusan Direksi Nomor Kep-305/BEJ/07-2004. Tentang Peraturan Nomor I-A Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Connelly, Thomas J., Piman Limpaphayom, and Nandu J. Nagarajan. 2012. Form versus Substance: The Effect of Ownership Structure and Corporate Governance On Firm Value In Thailand. Journal of Banking & Finance 36, 1722-1743. Dahya, Jay, Orlin Dimitrov, and John J. McConnell. 2006. Dominant Shareholders, Corporate Boards, and Corporate Value: A Cross-Country Analysis. Journal of Financial Economics 87, 73–100. Gompers, Paul A., Joy L. Ishii, and Andrew Metrick. 2003. Corporate Governance and Equity Prices. Quarterly Journal of Economics 118 (1), 107–155. Hermalin, Benjamin E. and Michael S. Weisbach. 1998. Endogenously Chosen Boards of Directors And Their Monitoring ff The CEO. American Economic Review 88, 96-118 . Hermalin, Benjamin E. and Michael S. Weisbach. 2003. Boards of Directors as an Endogenously Determined Institution: A Survey Of The Economic Evidence. Economic Policy Review 9, 7-26. Indonesian Corporate Governance Banking Watch. 2010. Jadikan GCG Bermakna. https://m.facebook.com/notes/indonesian-corporate-governance-banking-watch/jadikanGCG-bermakna/130771096977738/ - 2010 Jensen, Michael C., 1993. The modern industrial revolution, exit, and the failure of internal control systems. Journal of Finance 48, 831–880. Jensen, Michael C. and Wilkiam H. Meckling. 1976. Theory of firm: Managerial behavior, agency cost and ownership structure. Journal of Financial Economics 4: 305 – 360. Jung, Dong Kwan and Taeyoung Yoo. 2014. Corporate Governance Change and Performance: The roles of traditional mechanisms in France and South Korea. Scandinavian Journal of Management (2014), http://dx.doi.org/10.1016/j.scaman.2014.08.005. Lev, Baruch. 1988. Toward a Theory of Equitable and Efficient Accounting Policy. The Accounting Review 63, 1-22. Lopes, Claudia M. F. P. 2010. The Financial Reporting Quality Effect on European Firm Performance. Instituto Superior de Contabilidade e Administracao do Porto. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2002. Keputusan Nomor KEP-117/M-MB/2002. Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jakarta.
322
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2011. Peraturan Nomor PER-01/MBU/2011. Tentang Penerapan Tata kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. Jakarta. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2012. Peraturan Nomor PER-10/MBU/2012. Tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara. Jakarta. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2010. Kajian Tentang Pedoman Good Corpoate Governance di NegaraNegara Anggota The Asean Capital Market Forum. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2012. Keputusan Bapepam-LK Nomor 643/BL/2012. Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Jakarta Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta Koufopoulos, Dimitrios N., et al. 2010. Corporate governance and board practices by Greek shipping management companies. Corporate Governance: The International Journal of Business in Society 10, 261-278. Mallin, C.A. (2004). Corporate Governance, Oxford: Oxford University Press. Margaritis, Dimitris and Maria Psillaki. 2008. Capital Structure, Equity Ownershipm and Firm Performance. New Zealand. Mitton, Todd. 2002. A Cross-Firm Analysis of The Impact of Corporate Governance on The East Asian Financial Crisis. Journal of Financial Economics, 64, 251-241. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007. Tentang Perseroan Terbatas. Jakarta Ross, Stephen A., Westerfield R. W. and Jordan. 2013. Corporate Finance. Tenth Edition. McGraw-Hill International edition. Siregar, Sylvia Veronica dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi 8, Solo. Solo. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik. Erlangga: Jakarta. Sudarmadji, Ardi M. dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT, Volume 2. Jakarta 323
Christian Meichael Renaldo Situmorang I Made Sudana
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 2, Nomor 3, Juni 2015
Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusiona dan Leverage Terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang saham serta Cost of Equity Capital”. Simposium Nasioanal Akuntansi XI. Pontianak. Todaro, Michael P. and Stephen Smith. 2006. Economic Development. Ninth Edition. Pearson Education Limited.
324