RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No. 1 April 2017, 1-15 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret
CAMPUR KODE DALAM LIRIK LAGU “KIS BAND” Dwi Setiadi
Universitas Warmadewa
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas tentang penggunaan bahasa campur kode di dalam lirik lagu Kis Band. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) bagaimanakah bentuk-bentuk campur kode berdasarkan tata tingkat perangkat kebahasaan dan berdasarkan unsur bahasa serapan dalam lirik lagu dari Kis Band, 2) unsur-unsur apa saja yang dicampur dalam lirik lagu dari Kis Band, dan 3) faktor apa sajakah yang memengaruhi terjadinya campur kode pada lirik lagu dari Kis Band. Penelitian ini dilaksanakan dengan berlandaskan pada teori campur kode oleh Muysken (2000) dan Ju (2009). Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini antara lain: teknik rekaman, wawancara, dan observasi. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode agih. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1) jenisjenis campur kode yang digunakan dalam lirik lagu Kis Band adalah insersi, alternasi, dan leksikalisasi kongruen; 2) unsur-unsur yang dicampur dalam lirik lagu Kis Band adalah kata seperti playboy, frasa seperti jadi pemenang, kata yang terintegrasi secara morfologis dengan prefiks bahasa Bali nge- seperti ngekiss dan klausa lari dari kenyataan, dan 3) faktor-faktor yang mempengaruhi campur kode yang terjadi di dalam lirik lagu Kis Band antara lain 1) persepsi tentang latar belakang bahasa bicara, 2) dominasi bahasa, 3) sikap bahasa, dan 4) motivasi psikolinguistik untuk mengisi kesenjangan leksikal, dan pencampuran dalam kata atau frasa yang sering diakses. Kata kunci: campur kode, lir ik lagu, faktor campur kode
Abstract This research discusses the use of code-mixing in Kis Band song lyrics. The aims of this research are 1) to know kinds of code-mixing based on linguistic equipments level and based on elements of borrowing language in Kis Band song lyrics, 2) elements mixed in Kis Band song lyrics, 3) factors that influence the code-mixing in Kis Band song lyrics. This research used code-mixing theory of Muysken (2000) and ju (2009).This is descriptive-qualitative research. The technique of collecting data of this research wererecording, interviewing, and observing. The data of this research were analyzed by distributive method.The results were presented by formal and informal method. The results of data analysis showed that the kinds of code-mixing used in Kis Band song lyrics are insertion, alternation, and congruent lexicalization, and the elements mixed in Kis Band song lyrics are word like ‘playboy’, phrase like ‘jadi pemenang’, a word integrated morphologically with Balinese prefix like ‘ngekiss’ and clause like ‘lari dari kenyataan’,. The factors that influenced code-mixing in Kis Band song lyrics are a) perception of background speaking language, b) language domination, c) language attitudes, and d) psycholinguistic motivations to fill lexical gaps, and e) mixing in word or phrase that often to access. Keywords: Code mixing, Song lyric, Code mixing factor
1. PENDAHULUAN
bergerak dinamis mengikuti perkembangan
Bahasa Bali merupakan bahasa ibu
zaman. Masuknya budaya asing secara tid-
(daerah) yang masih hidup di tengah-tengah
ak langsung juga mempengaruhi eksistensi
masyarakat Bali yang secara terus menerus
bahasa Bali, jika dibiarkan bahasa Bali akan
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 2
semakin terdesak jika para penutur bahasa
Bahasa erat kaitannya dengan dunia seni,
Bali semakin banyak menyerap kata-kata
melalui seni manusia mampu berinteraksi
asing yang bisa mengancam keutuhan
dan berkomunikasi, baik melalui gerakan,
penggunaan bahasa Bali.
suara, maupun alat musik. Perkembangan
Bahasa Bali yang semakin banyak me-
bahasa melalui seni suara atau alat musik di
makai kata serapan, tidak lepas dari Bali
Bali dapat dilihat pada syair atau lirik pada
sebagai daerah atau masyarakat multilin-
lagu populer Bali atau pop Bali yang pada
gual karena terdapat banyak bahasa di da-
era 90-an bertujuan untuk melestarikan seni
lamnya dan secara tidak langsung bisa
dan budaya Bali. Lagu Bali pada awalnya
dipastikan masyarakat Bali memiliki kebia-
diyakini sebagai salah satu media pendidik,
saan menggunakan dua bahasa atau lebih
karena lirik lagu Bali memperhatikan tata
dalam berinteraksi sosial dan berkomu-
bahasa
nikasi dengan cara menggunakan kata yang
unggihing basa Bali. Namun ditengah gem-
lebih mudah dimengerti dan mencampur
puran era globalisasi telah mengikis jati diri
atau bahkan mengalihkan pembicaraannya
dan identitas diri lagu Bali ke arah pemba-
ke dalam bahasa asing, dan hal tersebut
haruan dan mengikuti tuntutan pasar.
yang menjadi latar belakang munculnya fenomena campur kode.
yang dikenal
dengan
unggah-
Dengan mengusung kebebasan berekspresi juga muncul dan sebagai gaya masa
Campur kode adalah penggunaan satuan
kini, arah lagu Pop Bali mulai melepaskan
bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain un-
pakem-pakem bahasa Bali yang telah ada.
tuk memperluas gaya bahasa atau ragam
Kesalahan menggunakan struktur bahasa
bahasa; termasuk di dalamnya penggunanya
Bali dalam lirik akan menyebabkan makna
kata, klausa, idiom, sapaan dan sebagainya
yang berbeda dalam pengertian bahasa Bali.
(Kridalaksana, 2008:40). Campur kode ter-
Namun dalam realitanya lirik lagu Bali
jadi apabila seorang penutur menggunakan
yang sudah terlanjur hadir dengan nuansa
suatu bahasa secara dominan mendukung
kekinian hingga posisi kebebasan berek-
suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa
spresi juga muncul dalam penyisipan baha-
lainnya. Hal ini
sa asing dalam lagu. Berikut ini adalah
berhubungan dengan
karakteristik penutur, setatus sosial dan
penggalan dari lirik dalam lagu Kis Band:
latar belakang pendidikan. Biasanya ciri
Insting beli ngorahang pasti ade sesuatu
yang menonjol berupa situasi nonformal.
Yang cepat atau lambat beli tau
Namun bisa terjadi karena keterbatasan ba-
Dan jangan-jangan adi fuckn around
hasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak
dibelakangku
ada padanannya, sehingga ada keterpaksaan
(Lagu: Insting, Album: Jahat)
menggunakan bahasa lain, walaupun hanya
Pencampuran bahasa pada lirik lagu Bali
mendukung satu fungsi.
yang bergaris miring diatas tidak lepas dari
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 3
tuntutan pasar, sehingga bahasa Inggris
secara terbuka kepada pencipta lagu, pen-
yang berfungsi sebegai bahasa internasional
cipta lagu menyadari dan tahu tujuan dari
untuk menyatukan dan memudahkan komu-
wawancara yang dilakukan, dan metode
nikasi antar negara telah berubah menjadi
studi dokumen dalam penelitian ini dil-
komoditi. Berbaurnya Bahasa Inggris ke
akukan dengan mengadakan pemerikasaan
dalam lirik lagu Pop Bali memiliki nilai
terhadap data atau dokumen penting yang
ekonomis tersendiri. Hal ini menjadi suatu
diperoleh dari rekaman kaset, CD, dan vid-
kekhawatiran tersendiri terhadap karakter
eo CD. Data penelitian ini dianalisis dengan
lagu Pop Bali yang awalnya bertujuan un-
menggunakan metode agih. Penyajian hasil
tuk melestarikan seni dan budaya Bali,
analisis data menggunakan metode formal
khususnya dalam hal kebahasaannya, na-
dan informal. Analisis dilakukan melalui
mun menjadi sesuatu yang seolah-olah
tiga tahap yaitu (1) mendeskripsikan bentuk
dipaksakan semata-mata demi tuntutan
-bentuk campur kode berdasarkan tata ting-
pasar. Atas dasar sejumlah fenomena dan
kat perangkat kebahasaan dan berdasarkan
alasan tersebut, lagu-lagu daerah Bali yang
unsur bahasa serapan dalam lirik lagu dari
muncul
banyak
Kis Band; (2) mendeskripsikan unsur-unsur
bercampur
apa saja yang dicampur dalam lirik lagu
(campur kode) pada sebagian besar liriknya.
dari Kis Band; dan (3) menjelaskan faktor-
Hal tersebut merupakan salah satu fenome-
faktor yang menyebabkan terjadinya cam-
na kebahasaan yang terjadi dalam ranah
pur kode pada lirik lagu dari Kis Band.
belakangan
menggunakan
bahasa
ini yang
seni, khususnya industri musik Bali. Jenis data dalam penelitian ini adalah
2. KONSEP DAN KERANGKA TEORI
data kualitatif yang berupa kata-kata yang
Konsep
diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
Kode Tutur
dan studi dokumen. Berkaitan dengan hal
Kode tutur bukan merupakan unsur ke-
itu, maka pada penelitian tentang campur
bahasaan seperti fonem, morfem, frasa, ka-
kode bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
limat,
dalam lirik kis band ini, jenis datanya
keberadaannya ditentukan oleh unsur-unsur
dibagi ke dalam kata-kata, kalimat dan
kebahasaan itu. Kode tutur merupakan vari-
ungkapan. Adapun metode pengumpulan
asi bahasa yang secara nyata dipakai oleh
data yang akan dilakukan dengan metode
masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bagi
pengamatan sangat penting dilakukan untuk
masyarakat ekabahasawan, kode tutur itu
memperoleh kebenaran data yang lebih
berupa varian dari bahasa yang sama, akan
akurat. Pengamatan secara langsung akan
tetapi bagi masyarkat dwibahasawan meli-
lebih baik untuk mengecek kebenaran se-
puti
buah data. Metode wawancara dilakukan
(Poedjosoedarmo, 1978: 5). Dengan kata
atau
varian
wacana,
dari
akan
dua
tetapi
bahasa
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 4
lain, kode tutur merupakan bentuk keba-
luar aransemen, lirik selalu menjadi bagian
hasaan yang digunakan sebagai alat komu-
pertama yang didengar dan dihafalkan. Pa-
nikasi verbal oleh pendukungnya, tetapi
da dasarnya lirik menggunakan kata sehari-
memiliki perwatasan ganda yang membat-
hari akan lebih mudah diterima oleh pen-
asi unsur kebahasaan yang ada.Unsur terse-
dengar. Harus seletif juga memilih kata, dan
but meliputi kosakata, kaidah gramatikal
jika salah memasukkan atau memaksakan
dan semantik yang mengetahui masing-
lagu akan terkesan urakan. Kalau lirik yang
masing bahasa tersebut.
menghindari pemakaian kata sehari-hari memang sulit diterima dan perlu beberapa kali mendengarkan, tetapi lagu-lagu yang
Campur Kode Nababan (1984:32) menyatakan bilama-
berisikan lirik seperti ini menimbulkan
na orang mencampur dua atau lebih bahasa
kesan elegan, puitis, dan tidak mem-
atau ragam bahasa dalam suatu tindak baha-
bosankan.
sa (speech act) yang hanya dituntut oleh kebiasaan dan kesantaian, tindak bahasa
Kerangka Teori
demikian disebut campur kode. Sumarsono
Teori Campur Kode
(2002:202-203) menyatakan campur kode
Muysken (2000: 1) mengungkapkan bah-
terjadi apabila penutur menyelipkan unsur-
wa istilah campur kode mengacu pada
unsur bahasa lain ketika sedang memakai
semua kasus di mana unsur leksikal dan
bahasa
1)
fitur gramatikal dari dua bahasa muncul da-
mengungkapkan bahwa istilah campur kode
lam satu kalimat. Istilah interaksi bahasa
mengacu pada semua kasus di mana unsur
akan digunakan sesekali sebagai bentuk
leksikal dan fitur gramatikal dari dua baha-
yang sangat umum, baik yang melibatkan
sa muncul dalam satu kalimat. Istilah in-
unsur leksikal seperti dalam campur kode
teraksi bahasa akan digunakan sesekali se-
misalnya fonologi atau interferensi sin-
bagai bentuk yang sangat umum, baik yang
taksis.
tertentu.
Muysken
(2000:
melibatkan unsur leksikal seperti dalam
Pola campur kode intra-sentential yang
campur kode misalnya fonologi atau inter-
ditemukan sering sedikit berbeda satu sama
ferensi sintaksis.
lain.
Berdasarkan
prosesnya,
Muysken
(2000: 3) menjelaskan campur kode dapat Lirik Lagu Dalam Kamus Kebahasaan dan Kesus-
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) Insertion
(penyisipan
unsur-unsur
traan (2012) menyebutkan pengertian lirik
leksikal atau seluruh konstituen) dari sa-
lagu adalah susunan kata sebuah nyanyian
tu bahasa ke dalam struktur bahasa lain.
atau serangkaian kata yang membentuk sebuah lagu. Lirik adalah salah satu inti dari
2) Alternation (pergantian antar struktur bahasa)
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 5
3) Congruent Lexicalization (leksikalisasi
unit. Untuk menerapkan prinsip ini, kita
kongruen, unsur disisipkan secara acak).
harus menetapkan konstituen. Sebuah kon-
Ketiga proses dasar dibatasi oleh kondisi
stituen dapat berupa satuan sintaksis, baik
struktural yang berbeda, dan instrumental
unsur leksikal (misalnya kata benda) atau
sampai batas yang berbeda dan cara yang
frasa (misalnya frasa preposisi). Prinsip ini
berbeda dalam pengaturan bilingual terten-
tidak mutlak, tetapi dapat digunakan se-
tu. Hal ini menghasilkan banyak variasi
bagai langkah evaluasi dalam analisa. Da-
campur kode yang dihadapi. Ketiga proses
lam
ini sesuai dengan model yang dominan un-
disisipkan merupakan konstituen.
tuk campur kode yang telah diusulkan.
campur
kode
insersi
hal
yang
Campur kode melibatkan penyisipan kata-kata asing atau konstituen menjadi klausa pinjaman yang memasukan elemen asing ke
Insersi Insersi berarti satu konstituen B (dengan
dalam leksikon. Hal ini tidak selalu terjadi,
kata b dari bahasa yang sama) dimasukkan
pinjaman tersebut dapat dilihat sebagai ben-
ke dalam struktur yang didefinisikan se-
tuk perluasan kosakata sederhana, dan cam-
bagai bahasa A, dengan kata a dari bahasa
pur kode memiliki fungsi terutama sim-
itu. Hal itu dapat digambarkan sebagai beri-
bolis, misalnya menandai identitas budaya
kut
campuran. Bilingual membuang dua tata bahasa dan leksikon, dan leksikon dapat
A
B
A
a
b
a
dilihat sebagai salah satu koleksi yang terdiri dari beberapa himpunan bagian. Dengan demikian pinjaman leksikal bisa disebut berbagi leksikal.
(Muysken, 2000: 21) Titik awal yang mendasari analisis ini adalah struktur konstituen, gagasan utama dalam
analisis
kalimat.
Satu
prinsip
penafsiran untuk penelitian campur kode jarang
dinyatakan
secara
eksplisit
(pengecualian adalah Annamalai 1971,
1989a) tetapi tersirat dalam berbagai analisis, dan dapat disebut prinsip kedekatan. Jika dalam kalimat campur kode dua elemen yang berdekatan diambil dari bahasa yang sama, analisis diutamakan pada beberapa tingkat representasi (proses sintaksis) unsur-unsur ini juga membentuk
Alternasi Alternasi merupakan strategi pencampuran yang sangat umum, dimana dua bahasa hadir dalam sebuah klausa. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: A…..B Namun, hubungan yang tepat antara A dan B masih tidak terdefinisi, dan memang tidak mudah diperoleh melalui satu prinsip tunggal. Sejauh ini hubungan antara A dan B telah diabaikan, karena tidak adanya hubungan struktural antara A dan B. Namun,
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 6
ada kemungkinan bahwa alternasi juga
en. Leksikalisasi kongruen struktur gramat-
dapat dilakukan di bawah kesetaraan linier
ikal dibagi oleh bahasa A dan B, dan kata-
dalam
terhub-
kata dari kedua bahasa a dan b dimasukkan
ung.Proses campur kode sebagai peralihan
kurang lebih secara acak. Proses tersebut
antara dua bahasa. Ketika ada kesetaraan
dapat digambarkan sebagai berikut:
sebuah
struktur
yang
urutan kata linier antara dua bahasa, alter-
A/B
nasi dan leksikalisasi kongruen adalah suatu kemungkinan yang jelas. Ada kemungkinan a
bahwa kesetaraan linier berperan pada tingkat pengolahan kalimat, memungkinkan untuk penjajaran bahasa bahkan ketika ada hubungan gramatikal antara bagian yang berbeda dari kalimat tersebut. Alternasi: konstituen dar i bahasa A (dengan kata-kata dari bahasa yang sama) diikuti oleh konstituen dari bahasa B (dengan kata-kata dari bahasa itu). Bahasa konstituen yang mendominasi A dan B tidak ditentukan. Hal itu dapat digambarkan sebagai berikut: A
b
a
b
(Muysken, 2000: 8) Dimana A, B adalah label bahasa untuk non terminal node, dan a, b adalah label untuk terminal, yaitu leksikal node. Bahasa berbagi struktur gramatikal kalimat, baik sepenuhnya atau sebagian. Kosakata tersebut berasal dari dua atau lebih bahasa yang berbeda. Ketika hanya bagian dari tata bahasa yang dibagi oleh dua bahasa, sering dilakukan untuk penyelarasan konstituen utama, tetapi tidak semua struktur internal
konstituen tersebut. Dengan demikian kon-
B
vergensi
gramatikal
menyebabkan
leksikalisasi kongruen. a
b
Jika leksikalisasi kongruen sering terjadi
(Muysken, 2000: 7)
dalam lingkungan bilingual, itu disebabkan
Dalam situasi ini, konstituen dari bahasa A
oleh dua hal yaitu:
(dengan kata-kata dari bahasa yang sama)
1) Ada kelimpahan kata homofon, di-
diikuti oleh konstituen dari bahasa B
amorph, yang berfungsi sebagai pemicu
(dengan kata-kata dari bahasa itu). Bahasa
campur kode;
konstituen mendominasi A dan B tidak
ditentukan (Muysken, 2000:7).
2) Ada struktur umum kesetaraan, baik kat-
egori dan linier, yang memungkinkan campur kode, tanpa perlu ada korespon-
Leksikalisasi Kongruen
densi leksikal.
Selain insersi dan alternasi, ada jenis ke-
Leksikalisasi kongruen sebagian besar
tiga dari campur kode (van Hout dan
merupakan fenomena yang terjadi di tingkat
Muysken 1995) yaitu leksikalisasi kongru-
kalimat.
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 7
Adanya
sub
kelompok
yang
berbeda
mengenai isu-isu tentang campur kode yang berbeda didefinisikan dalam empat kategori
Penyisipan Konstituen Tunggal Berupa Kata Penyisipan konstituen tunggal berupa
primitif, yaitu:
kata berkategori nomina ditemukan dalam
1) Peran potensial kesetaraan susunan kata
lirik lagu Kis Band. Penyisipan nomina
2) Peran potensial kesetaraan kategori
yang berasal dari bahasa Indonesia ke da-
3) Peripheralitas dalam klausa tersebut:
lam bahasa Bali yang ditemukan di dalam
apakah campur kode diunggulkan dalam
lirik lagu Kis Band ditunjukkan oleh data
posisi yang disatukan atau dalam posisi
berikut ini.
periferal ?
1) Bibih be mekuah rayuan suba telah
4. Pembatasan kata fungsi, baik sebagai elemen yang dipilih dan elemen yang selektif. Teori Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Campur Kode Ada beberapa faktor yang menyebabkan penggunaan campur kode yang diusulkan oleh Ju (2009: 16-23). Mereka adalah persepsi tentang latar belakang, dominasi baha-
sa, sikap bahasa, motivasi psikolinguistik, dan pencampuran dalam kata atau frasa. Berdasarkan hasil analisis ditemukan 1 faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu komersialisasi untuk target pasar anak -anak. 3. PEMBAHASAN Bentuk-Bentuk Campur Kode Insersi
Muysken (2000:61-63) menjelaskan bahwa insersi atau penyisipan memiliki beberapa ciri khusus dibandingkan dengan dengan alternasi dan leksikalisasi kongruen. Pada dasarnya penyisipan memiliki ciri-ciri penting yaitu penyisipan konstituen berupa konstituen tunggal dan berstruktur a b a.
(Data 16) Data (1) terdapat kata rayuan ‘ngasihasihin’ pada contoh ini menunjukkan adanya kasus insersi dalam bahasa Indonesia yang diujarkan dalam lirik lagu Kis Band. Kata rayuan ‘ngasih-asihin’ berasal dari bahasa Indonesia disisipkan pada struktur bahasa Bali pada kutipan lirik lagu Kis Band. Selanjutnya ditemukan penyisipan nomina yang berasal dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia di dalam lirik lagu Kis Band ditunjukkan oleh data berikut ini. 2) Lagak playboy tingkat tinggi (Data 11) Data (2) memperlihatkan kasus insersi karena terdapatnya penyisipan kata playboy yang merupakan bahasa Inggis yang berarti ‘lelaki hidung belang’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, frasa lelaki hidung belang merupakan sebuah majas yang mengandung arti pria yang suka mempermainkan wanita atau suka berganti pasangan. Kasus yang terjadi di dalam lirik lagu Kis Band adalah kasus insersi nomina bahasa Inggris yaitu playboy dalam struktur bahasa Indonesia.
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 8
Berikut ini merupakan penyisipan nomina
bahasa Bali yaitu adi ‘saya sebagai per-
yang berasal dari bahasa Bali ke dalam ba-
empuan’ pada struktur bahasa Inggris.
hasa Indonesia di dalam lirik lagu Kis Band ditunjukkan oleh data berikut ini.
Penyisipan Konstituen Tunggal Berupa
3) Masih banyak bojog-bojog di luar sana
Frasa
(Data 15)
Penyisipan konstituen tunggal berupa
Data (3) menunjukkan terjadinya kasus
frasa berkategori frasa nomina ditemukan
insersi karena penggunaan nomina bojog-
dalam lirik lagu Kis Band. Penyisipan frasa
bojog ‘monyet-monyet’ yang berasal dari
nomina yang berasal dari bahasa Indonesia
bahasa Bali ke dalam ujaran bahasa Indone-
ke dalam bahasa Bali yang ditemukan di
sia. Sehingga kasus yang terjadi adalah ka-
dalam lirik lagu Kis Band ditunjukkan oleh
sus insersi nomina bahasa Bali yaitu bojog-
data berikut ini.
bojog ‘monyet-monyet’ pada struktur baha-
1) Adi sekadi lilin dalam hidup beli (Data
sa Indonesia. Serta ditemukan penyisipan nomina yang
18) 2) Beli sing nyak hal jelek menimpa adi
berasal dari bahasa Bali ke dalam bahasa
(Data 14)
Inggris di dalam lirik lagu Kis Band di-
Data (1) di atas menunjukkan kasus in-
tunjukkan oleh data berikut ini.
sersi dalam bentuk frasa nomia bahasa In-
4) I love you my adi I hope you loving me
donesia ‘lilin dalam hidup beli’ yang
(Data 5)
disisipkan ke dalam ujaran berbahasa Bali.
Data (4) memperlihatkan kasus insersi.
Dilihat dari struktur penyisipan tersebut,
Insersi merupakan penyisipan bahasa asing
dapat dikatakan bahwa frasa ‘lilin dalam
ke dalam struktur bahasa tertentu. Baris la-
hidup beli’ sebagai gejala insersi frasa nom-
gu pada data ini diawali dengan bahasa
ina.
Inggris yang berupa klausa I love you ‘aku
Data (2) menunjukkan kasus insersi ka-
cinta kamu’selanjutnya you ‘kamu’ yang
rena adanya frasa nomia dan verba hal jelek
dipertegas kembali dengan menggunakan
menimpa adi yang merupakan bahasa Indo-
nomina adi ‘‘kamu” sebagai perempuan’
nesia yang disisipkan ke dalam ujaran ber-
yang dalam baris ini berarti ‘kekasihku’. I
bahasa Bali. Dilihat dari struktur penyisipan
hope you loving me ‘aku harap kau
tersebut, dapat dikatakan bahwa frasa ‘hal
mencintaiku’merupakan klausa dalam baha-
jelek menimpa adi’ merupakan kata dari
sa Inggris yang mengakhiri baris lagu ini.
bahasa Indonesia yang disisipkan ke dalam
Kasus insersi jelas terlihat pada nomina adi
bahasa Bali.
‘saya sebagai perempuan’ yang dalam hal ini berarti ‘kekasihku’ sehingga kasus insersi yang terjadi adalah kasus insersi nomina
Alternasi Jenis kedua dari teori campur kode
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 9
Muysken
adalah
alternasi.
Muysken
yaitu unsur asing yang hadir setelah bahasa
(2000:4-7) menjelaskan bahwa pengalihan
yang digunakan sesuai dengan teori yang
kode yang memiliki pola A…B, A me-
dijelaskan oleh Muysken.
wakili suatu bahasa tertentu (misalkan ba-
Berikut data yang menunjukkan adanya
hasa Bali) yang diikuti oleh B yang meru-
unsur bahasa Indonesia yang dialternasi ke
pakan bahasa yang memiliki kata-kata da-
dalam bahasa Bali.
lam bahasa yang lain (misalkan bahasa In-
2) Mejanji je jani adi ne kal dadi memori
donesia)
Data di atas menunjukkan adanya nomina memori “ingatan” atau “kenangan” yang berasal dari bahasa Indonesia. Kata memori
Alternasi Berupa Kata Alternasi berupa kata berkategori verba
hadir setelah frasa mejanji je adi ne kal dadi
ditemukan dalam lirik lagu Kis Band. Data
“berjanjilah kamu ini akan menjadi” yang
berikut
alternasi
berasal dari bahasa Bali. Contoh tersebut
sesuai dengan teori Muysken yang menya-
menunjukkan bahwa A adalah bahasa Bali
takan bahwa alternasi yang terjadi memiliki
yang diikuti oleh penggunaan bahasa B yai-
pola A...B. Bahasa A diikuti oleh bahasa B.
tu bahasa Indonesia. Pola yang digunakan
Yang dimana bahasa A adalah bahasa Bali
merupakan ciri-ciri alternasi yang dijelas-
yang diikuti B yaitu bahasa Indonesia.
kan oleh Muysken.
menunjukkan
adanya
1) Tusing ngaenan beli menyerah
Data berikut menunjukkan adanya alter-
Pada data di atas tampak jelas bahwa ada
nasi sesuai dengan teori Muysken yang
unsur asing pada akhir baris lagu tersebut.
menyatakan bahwa alternasi yang terjadi
Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
memiliki pola A...B. Bahasa A diikuti oleh
campur kode. Jenis campur kode yang ter-
bahasa B. A yang merupakan bahasa
jadi adalah alternasi. Kata asing tersebut
Inggris yang diikuti B yang merupakan ba-
adalah kata ‘menyerah’ yang berasal dari
hasa Indonesia.
bahasa Indonesia. Kata tersebut hadir
3) I can’t live with you lagi
setelah klausa tusing ngaenang beli ‘tidak
Data di atas menunjukkan adanya adver-
membuat aku’ yang membutuhkan nomina
bia lagi “buin” yang berasal dari bahasa In-
atau adjektiva setelahnya sebagai objek tak
donesia. Kata lagi hadir setelah frasa I can’t
langsung atau pelengkap. Pada kasus alter-
live without you“Tiang sing nyidang idup
nasi ini, jelaslah bahwa baris lirik lagu ter-
tanpa adi” yang berasal dari bahasa Inggris.
sebut mengandung kata ‘menyerah’ yang
Contoh tersebut menunjukkan bahwa A
berfungsi sebagai pelengkap sehingga men-
adalah bahasa Inggris yang diikuti oleh
ciptakan klausa yang bermakna lengkap.
penggunaan bahasa B yaitu bahasa Indone-
Pola yang ditunjukkan dari baris lirik lagu
sia. Pola yang digunakan merupakan ciri-
tersebut juga menunjukkan ciri-ciri alternasi
ciri alternasi yang dijelaskan oleh Muysken.
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 10
Alternasi Berupa Frasa
Pola yang digunakan merupakan ciri-ciri
Alternasi berupa frasa berkategori frasa
alternasi yang dijelaskan oleh Muysken.
verba ditemukan dalam lirik lagu Kis Band. Data berikut menunjukkan adanya alternasi
Alternasi Berupa Klausa
sesuai dengan teori Muysken yang menya-
Alternasi berupa klausa yang ditemukan
takan bahwa alternasi yang terjadi memiliki
dalam lirik lagu Kis Band. Data berikut
pola A...B. Bahasa A diikuti oleh bahasa B.
menunjukkan
A yang merupakan bahasa Bali yang diikuti
dengan teori Muysken yang menyatakan
B yang merupakan bahasa Indonesia.
bahwa alternasi yang terjadi memiliki pola
1) Jani galah iraga jadi pemenang
A...B. Bahasa A diikuti oleh bahasa B. A
Data di atas menunjukkan adanya frasa
adanya
alternasi
sesuai
yang merupakan bahasa Bali yang diikuti B
verba jadi pemenang yang berasal dari ba-
yang merupakan bahasa Indonesia.
hasa Indonesia. Frasa jadi pemenang hadir
1) Beli dini sangat mengharapkanmu kem-
setelah frasa jani galah iraga “ini waktunya
bali (Data 19)
kita” yang berasal dari bahasa Indonesia.
Data di atas menunjukkan adanya klausa
Contoh tersebut menunjukkan bahwa A
sangat mengharapkanmu kembali yang be-
adalah bahasa Bali yang diikuti oleh
rasal dari bahasa Indonesia. Klausa sangat
penggunaan bahasa B yaitu bahasa Indone-
mengharapkanmu kembali hadir setelah fra-
sia. Pola yang digunakan merupakan ciri-
sa beli dini “aku disini”yang berasal dari
ciri alternasi yang dijelaskan oleh Muysken.
bahasa Bali. Contoh tersebut menunjukkan
Data berikut menunjukkan adanya alter-
bahwa A adalah bahasa Bali yang diikuti
nasi sesuai dengan teori Muysken yang
oleh penggunaan bahasa B yaitu bahasa In-
menyatakan bahwa alternasi yang terjadi
donesia. Pola yang digunakan merupakan
memiliki pola A...B. Bahasa A diikuti oleh
ciri-ciri alternasi yang dijelaskan oleh
bahasa B. A yang merupakan bahasa Indo-
Muysken.
nesia yang diikuti B yang merupakan baha-
Data berikut menunjukkan adanya alter-
sa Bali.
nasi berupa klausa sesuai dengan teori
2) Sumpah mati beli sayang adi (Data 2)
Muysken yang menyatakan bahwa alternasi
Data di atas menunjukkan adanya frasa
yang terjadi memiliki pola A...B. Bahasa A
nomina sumpah mati yang berasal dari ba-
diikuti oleh bahasa B. A yang merupakan
hasa Indonesia. Frasa sumpah mati hadir
bahasa Indonesia yang diikuti B yang meru-
sebelum frasa beli sayang adi “aku sayang
pakan bahasa Inggris.
kamu”yang berasal dari bahasa Bali. Con-
2) Ingatlah selalu Please Don’t Do Narko-
toh tersebut menunjukkan bahwa A adalah
ba!!!(Data 4)
bahasa
oleh
Data di atas menunjukkan adanya klausa
penggunaan bahasa B yaitu bahasa Bali.
please don’t do narkoba “tolong jangan
Indonesia
yang
diikuti
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 11
menggunakan narkoba” yang berasal dari
kuti dengan frasa bahasa Bali yaitu sube
bahasa Inggris. Klausa please don’t do
telah ‘sudah habis’dan nomina bahasa Indo-
narkoba hadir setelah fr asa ingatlah
nesia yaitu jiwa. Jurusadalah nomina, sube
selalu “setate ingetan”yang berasal dari ba-
telah “sudah habis” merupakan frasa per-
hasa Indonesia. Contoh tersebut menunjuk-
tama. Selanjutnya adalah kata jiwa yang
kan bahwa A adalah bahasa Indonesia yang
merupakan nomina, kemudian diikuti oleh
diikuti oleh penggunaan bahasa B yaitu ba-
frasa sube lelah “sudah lelah” sebagai frasa
hasa Inggris. Pola yang digunakan merupa-
kedua. Sehingga jelaslah bahwa baris lagu
kan ciri-ciri alternasi yang dijelaskan oleh
ini merupakan kasus leksikalisasi kongruen.
Muysken. Leksikalisasi Kongruen Berupa Kata dan Frasa
Leksikalisasi Kongruen Leksikalisasi Kongruen dapat dikatakan
Leksikalisasi Kongruen berupa kata dan
sebagai jenis campur kode dimana kode
frasa yang dikategorikan ke dalam verba
atau unsur asing dari suatu bahasa yang ma-
dan frasa verba ditemukan dalam lirik lagu
suk ke dalam bahasa yang lain hadir secara
Kis Band sebagai berikut:
acak.
1) De kanti menyesal yen tumbuh rasa sayang
Leksikalisasi Kongruen Berupa Kata
Data
di
atas
menunjukkan
kasus
Leksikalisasi Kongruen berupa kata yang
leksikalisasi kongruen. Hal ini dapat dibuk-
berkategori nomina ditemukan dalam lirik
tikan dengan adanya penggunaan dua baha-
lagu Kis Band sebagai berikut:
sa yang berbeda yaitu bahasa bahasa Bali
1) Jurus suba telah, jiwa suba lelah (Data
dan bahasa Indonesia. Data ini menunjukkan bahwa kedua bahasa tersebut dicampur
16) kasus
dalam sebuah baris lagu tanpa memper-
leksikalisasi kongruen. Hal ini dapat dibuk-
hatikan dominasi dari ketdua bahasa terse-
tikan dengan adanya penggunaan dua kata
but. Barisan lagu diawali dengan frasa de
dalam bahasa yang berbeda yaitu bahasa
kanti “jangan sampai” yang merupakan ba-
bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Kata da-
hasa Bali kemudian diikuti oleh kata me-
lam bahasa Indonesia diwakilkan oleh kata
nyesal yang merupakan verba dari bahasa
‘jurus’, sedangkan kata bahasa Bali di-
Indonesia. Selanjutnya kata yen “kalau” dan
wakilkan oleh kata ‘suba’. Data ini menun-
diakhiri oleh frasa verba tumbuh rasa sa-
jukkan bahwa kedua bahasa tersebut dicam-
yang, berdasarkan fenomena yang terjadi
pur dalam sebuah baris lagu tanpa memper-
pada data tersebut jelaslah bahwa baris lagu
hatikan dominasi dari kedua bahasa terse-
ini merupakan kasus leksikalisasi kongruen.
Data
di
atas
menunjukkan
but. Kata jurusmengawali baris lagu ini diiCopyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 12
Leksikalisasi Kongruen berupa Klausa
dalam sebuah baris lagu tanpa memper-
dan Klausa
hatikan dominasi dari ketiga bahasa terse-
Leksikalisasi Kongruen berupa klausa
but. Baris lagu diawali dengan tolih beli
dan klausa yang ditemukan dalam lirik lagu
“lihat saya” yang merupakan bahasa Bali
Kis Band sebagai berikut:
kemudian frasa nomina sumpah mati yang
1) Sue ora jamu lan jani melepas rindu
merupakan bahasa Indonesa. Selanjutnya
Data
di
atas
menunjukkan
kasus
kata beli “saya” yang merupakan pronomi-
leksikalisasi kongruen. Hal ini dapat dibuk-
na dan diakhiri oleh frasa nomina takut ke-
tikan dengan adanya penggunaan tiga baha-
hilangan, sehingga jelaslah bahwa baris la-
sa yang berbeda yaitu bahasa Jawa, bahasa
gu ini merupakan kasus leksikalisasi kon-
Bali, dan bahasa Indonesia. Data ini menun-
gruen.
jukkan bahwa ketiga bahasa tersebut dicampur dalam sebuah baris lagu tanpa memper-
Faktor-faktor yang mempengaruhi cam-
hatikan dominasi dari ketiga bahasa terse-
pur kode dalam lirik “KIS BAND”
but. Klausa sue ora jamu “ayo minum
1) Faktor
jamu”yang
merupakan
bahasa
Jawa
Persepsi
tentang
Latar
Belakang Bahasa Pembicara
mengawali baris lagu ini diikuti dengan ba-
Dikaitkan dengan penelitian ini persepsi
hasa Bali yaitu lan jani ‘sekarang”dan
Krisna Purpa dalam menciptakan lirik lagu
klausa bahasa Indonesia yaitu melepas rin-
Kis Band yang menggunakan bahasa cam-
du “ngajap-ajap”, berdasarkan data terse-
puran karena pergaulan dimasyarakat yang
but jelaslah bahwa baris lagu ini merupakan
sudah banyak menggunakan bahasa Inggris
kasus leksikalisasi kongruen.
dan bahasa Indonesia, walaupun lagu yang dinyanyikan oleh Krisna Purpa berbahasa
Leksikalisasi Kongruen berupa Frasa
Bali. Jadi tambahan bahasa Inggris dan ba-
Leksikalisasi Kongruen berupa frasa
hasa Indonesia membuat lagu yang dicip-
yang dikategorikan ke dalam frasa nomina
takan terdengar lebih menarik karena baha-
ditemukan dalam lirik lagu Kis Band
sa yang sudah sering digunakan dalam ba-
sebagai berikut:
hasa pergaulan.
1) Tolih beli, sumpah mati beli takut ke2) Dominasi Bahasa
hilangan kasus
Fenomena dominasi bahasa sangat di-
leksikalisasi kongruen. Hal ini dapat dibuk-
pengaruhi oleh subjeknya. Dalam hal ini,
tikan dengan adanya penggunaan dua baha-
yang menjadi subjek pembicaraan adalah
sa yang berbeda yaitu bahasa bahasa Bali
lirik
dan bahasa Indoneisa. Data ini menunjuk-
Penggunaan
kan bahwa kedua bahasa tersebut dicampur
digunakan dalam industri musik Bali,
Data
di
atas
menunjukkan
lagu
pada
album
istilah-istilah
Kis
Band.
asing
sering
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 13
khusunya pada lirik-lirik lagu Kis Band.
Campur kode berupa kata dan frasa dalam
3) Sikap Bahasa
lirik
lagu
Bali
belakang
ini
sering digunakan oleh para musisi Bali,
Sikap bahasa berupa campur kode yang
khususnya oleh Krisna Purpa yang merupa-
dipakai oleh Krisna Purpa pada album Kis
kan pentolan band Kis. Penggunaan campur
Band mencerminkan suatu keinginan dalam
kode menurut Krisna, selain sebagai ciri
menciptakan lagu yang mudah dipahami
khas dan estetika, juga bertujuan agar la-
oleh generasi muda Bali kini. Tidak dapat
gunya
dipungkiri bahwa terjadi suatu fenomena
mudah dipahami oleh penikmat musik Kis
kebahasaan pada generasi muda Bali saat
Band yang berusia muda.
lebih
ini yang sudah tidak begitu mengerti kosa kata bahasa Bali yang lebih tradisional.
6) Komersialisasi Untuk Target Pasar
Generasi muda Bali, dalam kesehariannya
Anak-Anak
berkomunikasi menggunakan bahasa yang
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
bercapur, baik bahasa Indonesia maupun
penggunaan campur kode yang diusulkan
bahasa Inggris.
oleh Ju (2009: 16-23) yaitu persepsi tentang latar belakang, dominasi bahasa, sikap bahasa, motivasi psikolinguistik, dan pen-
4) Motivasi Psikolinguistik Psikolinguistik dapat dijelaskan secara
campuran dalam kata atau frasa. Berdasar-
pengaruh
kan hasil analisis ditemukan 1 faktor
bahasa atau kata-kata terhadap psikologi
penyebab terjadinya campur kode yaitu
seseorang. Orang yang memiliki perbenda-
komersialisasi untuk target pasar anak-anak.
haraan kata dan kemampuan orasi yang
Agar diterima pasar khususnya anak-anak
baik
mempengaruhi
Krisna Purpa mencampur bahasa Indonesia
seseorang melalui ucapan maupun tu-
dan bahasa Inggris yang mudah dicerna
lisannya. Begitu juga halnya pada lirik lagu
oleh anak-anak pada lirik lagu Kis Band.
Kis Band. Lirik lagu Kis Band yang dicam-
Krisna Purpa selalu memperhatikan kata
pur dengan berbagai istilah bahasa Indone-
dan frasa yang digunakan karena lagu yang
sia
Inggris,
menjadi hits adalah lagu yang bisa dan
menciptakan kesan yang unik pada pikiran
gampang di hafalkan anak-anak. Jadi
pendengar. Unik di sini dapat berarti aneh
menggunakan bahasa campur dalam lirik
atau bahkan keren bagi sebagian orang.
lagu Kis Band merupakan suatu strategi
sederhana
seringkali
maupun
sebagai
mampu
bahasa
pasar yang tidak hanya pada kalangan 5) Percampuran Kata dan Frasa Dalam
remaja tetapi juga pada anak-anak
Lirik Lagu Kis Band
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 14
4. SIMPULAN Setelah dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul dari lirik didalam lagu Kis Band,
ada
beberapa
simpulan
dalam
penelitian ini. Adapun simpulan tersebut antara lain: 1) Jenis-jenis campur kode yang yang digunakan oleh Kis Banddalam lirik-lirik lagunya ditemukan sejumlah bentuk insersi
‘insertion’,
alternasi
‘alternation’, dan leksikalisasi kongruen ‘congruent lexicalization’. 2) Unsur-unsur yang dicampur dalam lirik lagu Kis Bandadalah berupa kata, frasa, kata yang terintegrasi secara morfologis dengan prefiks bahasa Bali nge- dan klausa. Unsur kata yang terdapat pada lirik lagu Kis Band terjadi pada ketiga jenis campur kode seperti 1) insersi adjektiva rindupada ujaran ‘ ulian rindu
bes keliwat’, 2) alternasi kata menyerahpada ujaran ‘tusing ngaenang beli menyerah dan 3) leksikalisasi kongruen kata jurus, jiwadan lelah pada ujaran ‘jurus sube telah, jiwa suba lelah’. Unsur frasa yang dicampur dalam lirik lagu Kis Bandjuga ditemukan dalam ketiga jenis camput kode tersebut seperti 1) insersi frasa hal jelek menimpapada ujaran ‘beli sing nyak hal jelek menimpa adi’, 2) al-
ternasi harus beruangpada ujaran ‘dadi anak muani harus berjuang; dan 3) leksikalisasi
kongruen
frasa
takut
kehilaganpada ujaran ‘tolih beli, sumpah mati beli takut kehilngan’. Unsur kata yang
terintegrasi
secara
morfologis
dengan prefiks bahasa Bali yaitu ngepada ujaran ‘Beli ngemalesngekissadi’. Unsur klausa yang dicampur dalam lirik lagu Kis Bandjuga ditemukan dalam ketiga jenis camput kode tersebut seperti alternasi klausa susah cari perhatianmu pada ujaran ‘tetep masih susah cari perhatianmu’, dan leksikalisasi kongruen klausa sue ora jamu dan melepas rindu pada ujaran “ sue ora jamu lan jani melepas rindu’. 3) Faktor-faktor yang memengaruhi campur kode yang terjadi pada lirik lagu Kis Band antara lain persepsi tentang latar belakang bahasa bicara, dominasi bahasa, sikap bahasa, motivasi psikolinguistik untuk mengisi kesenjangan leksikal, dan pencampuran dalam kata atau frasa yang sering diakses. Berdasarkan hasil analisis ditemukan 1 faktor penyebab terjadinya campur kode yaitu komersialisasi untuk target pasar anak-anak. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada mitra bestari atas kritikan dan masukan yang membangun untuk perbaikan artikel ini. DAFTAR PUTAKA Alwalsilah, A.Cheadar, 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa Appel, Rene and Pieter Muysken. 1987. LanguageContact and Bilingualism Great Britain Edawrd Arnold. Bright, W. (Ed). 1992. Sociolinguistics Mouton: The Hauge. Fasol. R.alph. 1984. Sociolinguistics of Society. New York: Basil Blackwell
Gaminah.2002.Campur
Kode
dalam
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 15
Pemakaian Bahasa Bali pada Etnik Jawa di Desa Tegallinggah Buleleng. Denapasar. Universitas Udayana. Grosjean, Francois. 1982. A n Introduction to Bilingualism. Harvard. Harvard University Press. Gumpersz, JJ.1982. Discourse Strategies. Cambridge: University Press. Halliday, M.A.K. 1978. Language as Social Simiotic, London: Edward Arnold. Holmes, J and Pride J.B. 1979. Sociolinguistics. Great Britain: Hazel Watson & Viney Ltd. Hudson. R.A. 1080. Sociolinguistics. London: Cambridge Press. Jendra, I Wayan, 2007. Sosiolinguistik Teori dan penerapannya. Paramita Surabaya. Ju, Yen Miao, 2009. Code Mixing A mong Hongkong Trilingual Teenagers. Hongkong: Chinese University Of Hongkong. Laksmy, Luh Putu. 2001. Kebertahanan Bahasa dalam Keluarga Campuran Etnik Bali Orang Asing di Bali. Denpasar: Universitas Udayana. Mackey, WS.1970. “The Description of Bilingualsm” dalam Fishman (Ed), Reading in the Sociology of Language. Paris: Mouton. Muysken, Pieter. 2004. A Typology of Code Mixing. United Kingdom: Cambridge University Press. Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia. Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Paramarta. 2009. Pemertahanan Bahasa Bali Melalui Siaran Berbahasa Bali di Bali TV. Denpasar. Unversitas Udayana. Parwati, Eny. 2011. Kebertahanan Bahasa Bali Komunikasi Remaja Kuta, Badung. Denpasar. Unversitas Udayana. Poedjosoedarmo,Soepomo. 1978. “Kode dan Alih Kode” Widya Parwa Tahun 1978. Yogyakarta: Balai Bahasa. Romain, Suzanes. 1995. Bilingualism. Cambridge: CUP. Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada Universiy Press. Sudaryanto. 1993. Metode dan A neka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana Universiy Press. Sumarsono dan Permata. 2002. Sosiolinguistik. Sabda Yogyakarta. Suputra, Ketut Alit. 1999. A lih Kode dalam Pemakaian Bahasa Bali pada Masyarakat Pedesaan di Kecamatan Grokgak, Buleleng. Denpasar. Unversitas Udayana. Suwito. 1985. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Surabaya: Henary Offset. Wardhaugh, Ronald. 1990. A n Intoduction to Sociolinguistic. Cambridge: Basil Blackwell Ltd. Wardhaugh, Ronald. 1990. A n Intoduction to Sociolinguistic. New York: Basil Black Well Ltd. Wennreich. 1986. Language in Contact, Findings and Problem. Mounston: The Hague
Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668