BENCANA BANJIR PONOROGO 26-27 DESEMBER 2007 A. PENDAHULUAN Hujan deras selama sehari semalam pada dini hari jam 02.00 WIB hari Rabu tanggal 26 Desember 2007 menyebabkan Sungai Bengawan yang melintasi Kota Ponorogo meluap. Kejadian ini jauh lebih parah daripada banjir pada tahun 1985 lalu. Banjir kali ini merendam sedikitnya 12 kecamatan di Ponorogo dan ratusan desa yang ada di sekitar sungai. Kejadian ini begitu cepat sehingga banyak orang yang terjebak di tengah banjir. Proses evakuasi oleh Tim SAR untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak banjir berjalan sangat lamban. Kebanyakan orang terjebak sejak pukul 04.00 WIB Rabu 26 Desember 2007 dan baru selesai dievakuasi secara total pada pagi hari pukul 04.00 WIB hari Kamis tanggal 27 Desember 2007. Hal ini terjadi karena sangat terbatasnya peralatan yang ada pada Tim SAR dan Tim Tanggap Bencana Pemda Ponorogo. Tim SAR baru berhasil mendatangkan peralatan berupa perahu motor dari Surabaya pada pukul 15.00 tanggal 26 Desember 2007. Peralatan yang ada di tingkatan lokal sama sekali tidak disiapkan untuk tanggap bencana, khususnya banjir. Bantuan yang diberikan juga sangat minim dan terbatas dalam jumlah yang kecil. Salah satu penyebabnya adalah putus totalnya akses ke daerah yang berada di sisi barat Sungai Bengawan, di Kecamatan Sukorejo pada hari Rabu sehingga daerah-daerah ini terisolasi. Berdasarkan data yang dapat dihimpun oleh LAKPESDAM-NU Ponorogo, wilayah yang terkena banjir di Kabupaten Ponorogo sebanyak 12 kecamatan (+ 60 Desa) dari 21 kecamatan yang berada di kilayah Kabupaten Ponorogo. Salah satu wilayah yang cukup parah terkena bencana bajir itu adalah desa-desa di Kecamatan Sukorejo yang antara lain adalah Desa Kalimalang, Desa Sragi, Desa Nambangrejo, Desa Lengkong, dan Desa Kranggan. Hasil assessment yang dilakukan LAKPESDAM-NU Ponorogo pada tanggal 28 Desember 2007 di Kecamatan Sukorejo, Desa Nambangrejo dan Desa Lengkong adalah sbb.: Desa Nambangrejo memiliki 3 Dusun: Dusun Mirah, Krajan, dan Wot Mangu. Dari tiga dusun tersebut, Dusun Wot Mangu adalah daerah terparah. Sedangkan di Desa Lengkong yang terbagi menjadi empat dusun (Dusun Kidul Kali, Sambi, Sawahan, dan Krangsen), Dusun Kidul Kali adalah wilayah yang paling parah terkena bencana banjir. B. SELAYANG PANDANG DUSUN WOT MANGU DAN DUSUN KIDUL KALI 1
1. Dusun Wot Mangu Secara geografis Dusun Wot Mangu sebelah timur langsung berbatasan dengan Sungai Bengawan, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Gandu Kepuh Kecamatan Kauman, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Bengawan dan Kelurahan Pinggirsari Kecamatan Ponorogo, dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Lengkong. Dusun Wot Mangu secara administratif masuk di wilayah pemerintahan Desa Nambangrejo. Penduduk terdiri dari 210 Kepala Keluarga (KK) atau + 1400 jiwa. Laki-laki berjumlah 693 orang dan perempuan 707 orang. Terdapat juga 250 balita dan 89 lansia. Dusun Wot Mangu terbagi menjadi 2 Rukun Warga (RW) dan 6 Rukun Tetangga (RT). Rata-rata profesi penduduknya sebagai petani dan buruh tani. Sedangkan fasilitas publik yang ada adalah 1 Masjid dan 5 Musholla, 1 Play Group, 1 Taman Kanak-kanak, dan 1 Madrasah Diniyah yang kesemuanya dikelola warga secara mandiri. Tidak ada korban jiwa di Dusun Wot Mangu dalam bencana banjir pada tanggal 26 Desember 2007 yang lalu, namun terdapat 20 rumah yang roboh dan rusak berat, dan puluhan rumah lainnya mengalami kerusakan ringan. Termasuk di dalam bangunan yang rusak adalah fasilitas umum. Beberapa wilayah perladangan dan persawahan mengalami kerusakan yang cukup berarti. Puluhan ternak mati. Beberapa ruas jalan utama juga mengalami kerusakan. Di daerah ini tinggi air berkisar antara 1,5–3,5 meter, dengan kecepatan aliran air kurang lebih 15-30 km/jam. 2. Dusun Kidul Kali Dusun Kidul Kali di sebelah timur langsung berbatasan dengan Sungai Bengawan, di sebelah barat berbatasan dengan Dusun Sambi, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nambangrejo, dan di sebelah utara berbatasan dengan Dusun Sawahan. Dusun Kidul Kali adalah salah satu dusun di Desa Lengkong. Yang Kepala Keluarga (KK) berjumlah 110 atau jumlah penduduknya + 550 jiwa. Di antara 550 jiwa tersebut terdapat 100 balita dan 143 lansia. Wilayah Dusun Kidul Lali terbagi menjadi 3 Rukun Tetangga (RT). Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah bertani dan buruh tani. Fasilitas umum yang terdapat di dusun ini adalah 1 Masjid dan 3 Musholla, 1 Taman Kanak-kanak, 1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri, dan 1 Pondok Pesantren. Dalam bencana banjir pada tanggal 26 Desember 2007 yang lalu, tidak ada korban jiwa di Dusun Kidul Kali, namun terdapat 24 rumah yang roboh dan rusak berat, dan puluhan rumah lainnya mengalami 2
kerusakan ringan. Puluhan ternak mati. Beberapa wilayah perladangan dan persawahan mengalami kerusakan yang cukup berarti. Kisaran tinggi air di daerah ini adalah 2–3 meter. Keadaan yang demikian telah menenggelamkan seluruh asset dan persediaan bahan pokok. Adapun kecepatan aliran air di daerah ini sekitar 20-25 km/jam.
C. PETA MASALAH Meski banjir sudah surut, namun kecemasan masih tampak nyata di wajah warga Dusun Wot Mangu dan Kidul Kali, ketika LAKPESDAM Ponorogo melakukan Assessment sekaligus menyalurkan bantuan di sana. Hal itu dikarenakan adanya beberapa masalah yang sangat mendesak untuk segera diselesaikan. Adapun beberapa masalah yang harus segera ditangani di kedua dusun itu adalah sebagai berikut : Masalah Sebab Pengurangan Dampak Pengurangan Sebab Dampak Kesehatan
Air kotor
- Pemberian air bersih (minuman, mandi) - Normalisasi sumur
Terjangkit penyakit Dehidrasi
Persedia an obatobatan dan tenaga medis
Penduduk kurang terpenuhi gizinya secara memadai, terutama untuk balita Lingkungan kotor karena banyak bangkai dan sampah
- Penyediaan makanan sehat dan bergizi
Asupan gizi kurang
-
Pemberi an PMT untuk balita
- Membersihkan lingkungan - Pemberian sarana / peralatan kebersihan
Timbul berbagai penyakit
Persedia an obatobatan dan tenaga medis
-Pemberian pakaian pakai
Ketahanantubuh menurun Rentan penyakit
Persedia an obatobatan dan medis
Kesehatan -
Persedia
Pakaian banyak yang hanyut
-
layak -
Infrastruktur
Banyak
rumah
Rehabilitasi
-
3
roboh dan rusak berat sehingga penduduk yang mengungsi
perumahan -
-
-
Kesulitan Akses Bantuan
Pemerintah kurang siap menghadapi kondisi darurat yang mendadak karena kurangnya data dan informasi
Dialog dengan pemerintah tentang Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
-
terganggu Beban hidup meningkat Penduduk mengalam i stress Ada potensi timbulnya masalah sosial Masyarak at tidak cepat tertangani Proses penyalura n bantuan semrawut Kebutuha n pokok tidak tercukupi secara optimal saat tanggap darurat.
an obatobatan dan medis Refreshi ng (hiburan rakyat )
Koordin asi di antara pihakpihak terkait dalam PRB
D. STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH 1. Pendekatan Permasalahan di atas akan diselesaikan dengan pendekatan kewilayahan dengan memfokuskan diri pada dua Dusun, yaitu: Dusun Wot Mangu di Desa Nambangrejo dan Dusun Kidul Kali di Desa Lengkong. Kedua Dusun ini dipilih dengan alasan bahwa keduanya berada persis di pinggir sungai Bengawan dan terlingkupi oleh anak Sungai Bengawan yang dalam musibah ini menyebabkan kedua daerah terisolasi. Terbukti dengan sekitar 1000 orang terjebak di tengah-tengah banjir. Selain itu, pendekatan ini akan lebih mudah dikoordinasikan dengan para stakeholder di tingkat dusun dan lebih cepat untuk dibuat kerangka kegiatan.
Peta Bencana Dusun Wot Mangu dan Dusun Kidul Kali Kali Sambi
Kali Bengawan
U
4
KIDUL KALI
WOT MANGU
Jalan Raya Danyang
Jl. Raya Ponorogo-Wonogiri
2. Prinsip Penyelesaian masalah menggunakan prinsip participatory action masyarakat dan pemerintah dengan strategi pemberdayaan masyarakat. Masyarakat menjadi subyek perubahan dan rehabilitasi itu sendiri. LAKPESDAM-NU PONOROGO berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator dalam penanganan dampak bencana banjir ini. Adapun tahapan dari Penanganan Bencana Partisipatif ini adalah sbb. : Keadaan Penanganan Indikator Out put masyarakat Darurat Tanggap darurat Pemenuhan Kepastian kebutuhan keadaan korban pokok banjir selamat (makanan, dan tercukupi kesehatan dan kebutuhan tempat pokoknya 5
-
pengungsian) Evakuasi
6
Pasca darurat
Pengorganisasian masyarakat
-
Adanya rembug warga terfokus tentang penganan bencana Masyarakat berinisiatif membentuk kelompok -
Peningkatan kapasitas masyarakat tentang Pengurangan Resiko Bencana
-
-
Diskusi tentang teknik rehabilitasi Diskusi kelompok tentang PRB -
Pendampingan komunitas
-
-
Masyarakat perlu fasilitator Masyarakat perlu dinamisator dalam proses penanganan bencana
Masyaraka t mampu memetaka n kebutuhan nya Terbentuk sebuah komunitas peduli bencana Aksi bersama normalisas i lingkunga n sekitar komunitas Masyaraka t mampu bertindak cepat dalam rehabilitasi bencana Masyaraka t mengetahu i hakekat bencana dan cara menguran gi resiko bencana Masyarakt sadar akan pentingny a PRB Masyaraka t mampu mengadvo kasi kepentinga 7
3. Prioritas Penyelesaian Masalah/kebutuhan Prioritas Tahap Pertama: Dalam situasi tanggap darurat, pengadaan air bersih menjadi prioritas. Hal ini disebabkan karena di dua dusun tersebut terdapat 330 buah sumur warga yang terendam banjir sehingga tercemar dan kotor. Setiap hari ada 1500 warga yang membutuhkan air minum, sehingga dalam sehari memerlukan sekitar 10.000 liter kebutuhan air bersih. Sedangkan air bersih yang terdistribusi baru memenuhi sekitar 10% kebutuhan. Sumur warga diperkirakan baru dapat digunakan kembali 10 hari kemudian. Itupun masih tergantung tingkat pencemaran yang dialami. Banyak bangkai hewan ternak (sapi, kambing, dan ayam) yang saat banjir surut justru menjadi ancaman baru, juga terhadap kebersihan air. Makanan pokok seperti beras dan sayuran semuanya hilang akibat terendam banjir. Kebutuhan sembako di kedua daerah ini baru tercukupi sekitar 20% saja. Peralatan memasak juga sebagian besar tidak berfungsi. Pada tahap ini diperlukan makanan-makanan yang praktis dan cepat saji. Selain itu didirikan dapur umum guna membantu mencukupi kebutuhan makanan sehari-hari. Diperlukan juga pakaian, selimut, handuk, dan pakaian balita. Balita juga memerlukan PMT berupa susu dan makanan bayi. Diperlukan juga PMT untuk ibu-ibu menyusui dan hamil. Prioritas Tahap Kedua: Pasca tanggap darurat diadakan normalisasi sumur warga dengan perbaikan dan pemasangan pompa air. Kebutuhan air sangat vital. Selain itu juga diadakan normalisasi peralatan dapur warga untuk segera memfungsikan dapur rumah tangga. Kebutuhan dalam tahap ini adalah pengadaan kompor dan peralatannya, minyak tanah, wajan, panci, dll. Prioritas Tahap Ketiga: Pada tahap ini dititikberatkan pada rekonstruksi rumah yang roboh dan rusak berat dengan teknik pembangunan rumah semi permanen sehat untuk tempat berlindung. Diperlukan bilik anyaman bambu dan terpal untuk membuat rumah darurat ini. Selain itu dibutuhkan juga pasir dan semen untuk mengeraskan lantai agar lebih sehat. Rumah yang dibutuhkan setidaknya berukuran 4 x 6 m².
8
4. Teknis Pembagian Bantuan Dalam pengelolaan bantuan, LAKPESDAM-NU PONOROGO berperan sebagai distributor. Pengelola yang paling utama adalah masyarakat sendiri dengan tim yang disiapkan oleh warga masyarakat sendiri dengan difasilitasi LAKPESDAM-NU PONOROGO. Selanjutnya tim atau Kelompok Masyarakat ini didampingi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya setelah disepakati oleh masyarakat. Pihak yang dilibatkan dalam pembentukan tim/panitia ini adalah Pemerintah Desa, Kepala Dusun dan RT/RW, tokoh masyarakat, perwakilan masyarakat yang menjadi korban serta ibu-ibu yang tergabung dalam Dasa Wisma dan Posyandu Dusun Wot Mangu dan Dusun Kidul Kali. Di masing-masing dusun didirikan Posko yang siaga selama 24 jam. Posko berfungsi sebagai pusat kegiatan dan informasi, sekaligus sebagai tempat siaga untuk mendeteksi dini kemungkinan adanya ancaman bencana yang lain.
9