ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHA TANI PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN DELI SERDANG Bambang Hermanto Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan, e-mail (
[email protected])
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kabupaten Deli Serdang, serta mengkaji bagaimana pengaruh produksi usaha tani padi sawah terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan makanan. Sesuai dengan masalah penelitian , maka penelitian ini dikonsentrasikan pada daerah yang memiliki lahan untuk usaha tani padi sawah.Populasi sampling secara acak (random) dan berdasarkan derajat keseragaman (degree of homegenity), maka sampel tersebut dianggap representatif terhadap populasi penelitian. Data yang diambil berupa data primer yang diperoleh dilapangan dan data sekunder dari intansi yang terkait. Metode penelitian ini menggunakan model fungsi Cobb Douglas, R Square, dan uji t. Rata-rata hasil produksi untuk lahan luas adalah sebesar 7,31 ton dengan rata-rata luas lahan sebesar 1,56 hektar, produktivitas adalah sebesar 46,8 kw/ha. Sedangkan hasil produksi untuk lahan sempit adalah sebesar 1,59 ton dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,35 hektar, produktivitas adalah sebesar 45,8 kw/ha. Diperoleh nilai Thitung untuk variabel luas lahan, tenaga kerja, benih , pupuk anorganik, pestisida adalah sebagai berikut: 6,247; 1,073; 3,358; 1,410; 3,325; dan 0,512 sedangkan nilai Ttebel untuk n = 90 pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah 1,990. Penggunaan foktorfaktor produksi usaha tani padi sawah di Kabupaten Deli Serdang dapat dikatakan sudah efisien , dengan nilai elastisitas produksi sebesar 2,214 (increasing return to scale). Atau dengan kata lain, proporsi penambahan faktor-faktor produksi akan menghasilkan tambahan hasil produksi padi sawah yang proporsinya lebih besar. Pengaruh produksi usaha tani padi sawah terhadap PDRB di Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan produksi usaha tani padi sawah terhadap PDRB, khususnya sektor Pertanian su sektor tanaman bahan makanan sebesar 12.56% Kata kunci : Hasil produksi,luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organik, anorganik dan pestisida 1
1. Pendahuluan Perkembangan
padi
di
Sumatera
Utara
sepuluh
tahun
terakhir
mengembirakan. Karena rataan peningkatan produktifitas hanya 0,62% per tahun dan terjadinya penurunan luas areal panen. Keadaan ini mengkhawatirkan karena suatu saat nanti Sumatera Utara tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan padinya sendiri (Hasil Sembiring dan Moehar Daniel, 2003). Untuk ini diperlukan upayaupaya dalam mempertahankan swasembada pangan khususnya beras. Di Kabupaten Deli Serdang, salah satu sektor yang dominan berperan dalam pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2009 mencapai 4,08 persen. Sementara pada tahun 2010 sebesar 3,25 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh hampir semua sector perekonomian di Deli Serdang, kecuali sector pertanian yang turun sebesar 0,63%. Penurunan sektor pertanian sebesar 0,63 persen ternyata berdampak pada penurunan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang dari 4,08 persen pada tahun 2010 menjadi 3,25 persen pada tahun 2011 (Analisis Sektoral Perkembangan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang tahun 2001 – 2012). Kemudian pada tahun 2011, luas panen tanaman padi (padi sawah dan ladang) mengalami penurunan sebesar 14,55 persen dibanding tahun 2010 yaitu dari 89.852 Ha menjadi 76.780 Ha, produksi padi sawah dan ladang mengalami penurunan sebesar 4,62 persen dari 404,404 ton menjadi 385.722 ton pada tahun 2011 (BPS Deli Serdang, 2011). Dalam Program Pembangunan Daerah (Propeda) Kabupaten Deli Serdang tahun 2008-2012, disebutkan bahwa permasalahan pembangunan pedesaan dari segi kondisi rumah tangga yang terjadi dewasa ini adalah (1) Banyaknya 2
penduduk Pedesaan yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar masyarakat dalam pengelolaan usaha pertanian, (2) Banyaknya keluarga yang menggantungkan pada cirri pertanian subsisten, (3) Banyaknya keluarga yang memiliki lahan marginal atau luas lahan yang makin menyempit. Pembangunan di sektor pertanian khususnya padi sawah merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena karakteristik wilayah yang agraris, ketersediaan tenaga kerja dan komposisi mata pencaharian masyarakatnya yang mayoritas adalah petani. Tulisan ini mencoba untuk menganalisis fungsi produksi usaha tani padi sawah dan pengaruhnya terhadap produk Domestik Bruto (PDRB) untuk pembangunan wilayah di Kabupaten Deli Serdang. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi ( luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk organik, pestisida ) terhadap hasil produksi padi sawah di Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui pengaruh hasil produksi padi sawah terhadap PDRB untuk pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang.
2.
Tinjauan Pustaka Usahatani merupakan kemampuan petani dalam mengorganisasikan dan
mengkoordinir faktor-faktor produksi yang kurang mampu memanfaatkan benih, pupuk, luas lahan, tenaga kerja, dan pestisida akan memiliki tingkat pendapatan yang relative lebih rendah. Cerita klasik yang berkembang selama ini, yang 3
menyebabkan lambatnya proses peningkatan produksi dan pendapatan petani adalah “kualitas suberdaya manusia (petani ), harga jual produk, harga sarana produksi dan modal” ( Moehar, 2003). Pada umumya cirri – ciri usaha tani yang ada di Indonesia; berlahan sempit, modal relatif kecil, tingkat pengetahuan yang rendah akan kurang dinamis sehingga mengakibatkan tingkat pendapatan usaha tani yang rendah (Soekartawi, 1985). Pembahasan aspek produksi tanaman pangan (padi sawah) adalah bagian dari proses produksi yang tercakup dalam variable input atau faktor – factor produksi. Namun sebelum mengurangi factor produksi padi, maka ada baiknya terlebih dahulu menguraikan pengertian padi. Padi merupakan makanan pokok bagi sebagian besar pendudukIndonesia. Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput – rumputan. Tanaman padi dapat dibedakan dalam dua tipe, yaitu padi kering yang tumbuh di dataran tinggi dan padi sawah yang memerlukan air menggenang (Kansius, 1990). Dalam proses produksi ada hubungan fisik antara factor produksi dengan hasil produksi dan tujuanya adalah untuk menentukan kombinasi masukan produksi mana yang baik,kemudian sampai berapa besar masukan produksi tersebut berpengaruh terhadap produksi yang diperoleh itu disebut fungsi produksi yang secara sistematis dinyatakan sebagai berikut (budiono, 1993) : Y
= f (X1, X2, X3, … Xn )
Dimana : Y X1, X2, X3, … Xn =
= Produk yang dihasilkan (dependent variable ) Faktor
–
faktor
produksi
yang
dipakai
untuk
menghasilkan Y ( independent variable). 4
Lebih lanjut dikemukakan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan fungsi produksi tersebut, yaitu : 1.
Tidak ada nilai pengamatan sama dengan nol, sebab logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang illegal, besarnya tidak diketahui.
2.
Tidak terdapat perbedaan teknologi pada setiap pengamatan.
3.
Tiap variabel regresi (X1) adalah berada pada perfect competitive market.
4.
Variable – variable di luar model tercakup dalam faktor kesalahan. Ada tiga macam fungsi produksi yaitu fungsi produksi linier, kuadratik,
dan eksponensial (Cobb-Douglas). Fungsi produksi C0bb-Douglas ini merupakan fungsi produksi yang cukup baik digunakan dalam bidang pertanian dan industri dirumuskan sebagai berikut (Soekartawati, 1994) : Y = aX1b2 . X2b2 . ….Xnbn Untuk pengaplikasian ordinary least square maka persamaan ini diubah menjadi bentuk linier berganda, dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut seperti persamaan seperti persamaan berikut : Log Y = log a + b1logX1 + b2logX2 + … + bnlogXn + e Dimana : Y
= variable yang dijelaskan, X = variable yang menjelaskan, b = koefisien
regresi, e = error/kesalahan, a = konstanta/intercept Keunggulan fungsi cob-douglas ini adalah pangkat dari fungsi atau koefisien βi (I = 1,2,3, …, n) merupakan elastisitas produksi (Ep) yang dapat digunakan secara langsung dan penjumlahan dari koefisien dapat menduga bentuk skala uasaha (return to scale) atau tingkat efisiensi penggunaan faktor – faktor produksi. Dengan skala usaha (return to scale) akan dapat diketahui apakah 5
kegiatan usaha tani yang diteliti dapat mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale, dimana (Budiono, 1993) : 1. Increasing return to scale, bila (b1 + b2 + … + bn) > 1. Ini artinya bahwa proposi penambahan faktor – faktor produksi akan menghasilkan tambahan hasil produksi yang proporsinya lebih besar. 2. Constant return to scale, bila (b1 + b2 + … + bn) =1. Dalam keadaan demikian penambahan faktor – faktor produksiakan proporsional dengan penambahan hasil produksi yang diperoleh. 3. Decreasing return to scale, bila (b1 + b2 + … + bn) < 1 maka dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor – faktor produksi melebihi proporsi penambahan hasil produksi.
Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geogrfis beserta segenap unsure terkait padanya yang batas sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrative dan atau aspek fungsional (UU RI No. 24 Tahun 1992 Tentang penataan ruang). Sedangkan pembangunan wilayah menurut Soekartawati (1994) adalah sebagai suatu pelaksaan pembangunan nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan social serta menghormati peraturan perundang – undangan yang berlaku. Dengan demikian pengembangan wilayah harus diupayakan pada usaha pembangunan nasional. Untuk wilayah pedesaan yang umumnya identik dengan petani
dan
kemiskinan, maka dibutuhkan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan 6
pertanian yang berhasil, jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani yang cukup baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994). Mencapai suatu tingkat pertumbuhun ekonomi (yang cukp tinggi), sedangkan pembangunan di bidang – bidang lain harus mendukung pencapaian tujuan tersebut dan berada dalam tingkat prioritas yang lebih bawah. Dalam penyususnan strategi pembangunan kita mempunyai beberapa alternative pendekatan, antara lain adalah growth theory, rural development theory, agro first, basic needs, dan sebagainnya. Masing-masing pendekatan mengandung dalam dirinya”cara berpikir, teori atau pola pemikiran” tertentu dan ini mempengaruhi pilihan-pilihan kebijaksanaan tertentu pula. Misalnya growth theory, kecendrungan teori ini adalah pembangunan yang bertitik berat pada bidang ekonomi dan mengejar setinggi mungkin tingkat pertumbuhan, logikanya adalah bahwa ini dilakukan untuk membiayai pembangunan dalam bidang-bidang lain yang disadari penting bagi kehidupan. Hanya dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi di bidang ekonomi baru mungkin dilakukan tabungan dan reinvestasi ke bidang-bidang non ekonomi (Lincolin Arsyad, 1999). Hal tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi dalam tempo yang relatif cepat, dibutuhkan investasi, teknologi
dan keterampilan yang tinggi. Hal ini sesunggunya tidak dapat
dipandang sebagai sesuatu yang sudah benar given, sebagaiman teori ekonomi pembangunan semula menganggapnya demikian. Yang ingin dikemukakan disini adalah bahwa suatu “teori” pembangunan yang fungsi terpentingnya adalah mengumengupas dan memecahkan persoalan – 7
persoalan pembangunan – merupakan suatu pola berpikir
yang akan
mempengaruhi suatu strategi pembangunan ( as policies and as a course of actions ) akan beranjak dari suatu teori pembangunan tertentu.Seperti dalam desain diatas growth theory yang mempengaruhi pilihan-pilihan alternative bebijaksanaan yang dipandang paling tepat untuk mendorong dan/atau mempercepat pertumbuhan, sedangkan tujuan-tujuan yang lain dipandang lebih bawah, atau dipandang akan mrupakan efek sampingan dari padanya.Teori,dengan demikian,merupakan
peralatan
penting
bagi
penyusunan
suatu
strategi;memberikan “ kerangka kebijaksanaan “ dan pilihan alternatif kebijaksanaan
berdasarkan
variable-variabel
dominan
didalam
system
teoritisnya.Sebab itu ,sebanyak teori pembangunan yang ada,sebanyak itu pula strategi pembangunan dapat disusun ( Todaro,2000 ).
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari keberhasilan program yang telah dilaksankan, khususnya dalam bidang ekonomi.Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang telah terjadi pada suatu periode ( Lincolin Arsyad, 1999 ). Salah satu data yang dapat digunakan sebagai indikator untuk perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan regional adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB ini dapat menunjukan tingkat perkembangan perekonomian daerah secara makro,agregatif dan sektoral. Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu (BPS Deli Serdang,2003): 8
a) Metode Langsung Perhitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah yang sama sekali terpisah dari data nasional,sehingga hasil perhitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut.Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan. 1.
Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah nilai tambah Bruto (NTB) atau nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu wilayah / region dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NTB diperoleh dari Nilai Produksi Bruto (NPB/Output) dikurangi seluruh biaya antara (biaya yang benar-benar habis dipakai dalam proses produksi yang dikeluarkan untuk meningkatkan output tersebut.NTB ini masih termasuk biaya penyusutan dan pajak tidak langsung netto yang merupakan bagian dari peran pemerintah dalam menentukan harga. 2.
Pendekatan Pendapatan PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah/region dalam jangka waktu tertentu,maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah,bunga
modal,dan
keuntungan;semuanya
sebelum
dipotong
pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya.Dalam pengertian PDRB ini dalamnya termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tak langsung netto. Berbeda dengan pendekatan produksi, maka kita perlu mengumpulkan data dari faktorfaktor produksi yang dimiliki.
9
3.
Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi
rumah tangga dan lembaga swasta nirbala, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto, didalam suatu wilayah / region dalam periode tertentu,biasanya satu tahun. Dengan metode ini, perhitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi. Seharusnya ketiga cara pendekatan akan diberikan angka yang sama,tetapi karena sumber data yang ada belum mempunyai system pembukuan yang baikdan tertib maka ketiga pendekatan sering menghasilkan perhitungan yang tidak sama.
b) Metode tidak langsung / alokalasi Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah propinsi kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada ditingkat kabupaten/kota.Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitanya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia.Pada kenyataannya,pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain. karena metode langsung cenderung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data daerah.Untuk sub sector pertanian yang mempunyai manajemen terpusat seperti listrik, telkom, bank dan pjka terpaksa mengunakan metode alokasi.
10
3.
Metode Penelitian Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
sekunder diperoleh dari sumber-sumber seperti BPS, Dinas Pertanian, LembagaLembaga Penelitian dan sumber-sumber lain yang sahih. Data primer diperoleh dengan observasi, wawancara dengan menggunakan questioner kepada responden terpilih dari desa-desa yang menjadi lokasi penelitian.
a.
Teknis Analisis Data Untuk
permasalahan
1.
Digunakan
Model
Fungsi
Produksi
Cobb-Douglas: Log Y = Log a + Log b1X1 + Log b2X2 + Log b3X3 + Log b4X4 + Log b5X5 + Log b6X6 + e Dimana: Y = Hasil Produksi Usahatani Padi Sawah (ton), X1 = Luas Lahan (Ha), X2 = tenaga Kerja (hkp), X3 = Benih (Kg), X4 = Pupuk Organik (Kg), X5 = Pupuk Anorganik (Kg), X6 = Pestisida (Liter), a = intercept/konstanta, b = koefisien regresi. Pengaruh hasil produksi usahatani pada sawah terhadap PDRB untuk pengembangan wilayah di Kabupaten Deli Serdang digunakan rumus Regresi Linier Sederhana sebagai berikut: Y = a + b1X1 + e Dimana: Y = PDRB Kabupaten Deli Serdang (jutaan rupiah) X = Hasil Produksi Padi Sawah (ton) 11
4.
Hasil Penelitian Analisis faktor produksi ini dilakukan terhadap 90 responden, dimana 65
responden pada lahan luas (luas lahan > 0,5 ha) dan 25 responden pada lahan sempit (luas lahan ≤ 0,5 ha) yang mempunyai usaha padi sawah. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variable dependen yaitu hasil produksi usaha tani padi sawah, dan variabel independen yaitu luas lahan , tenaga kerja, bibit, pupuk organik, dan pestisida. Dari hasil observasi diperoleh bahwa rata-rata hasil produksi untuk lahan luas adalah sebesar 7,31 ton dengan rata-rata luas lahan sebesar 1,56 hektar. Sedangkan hasil produksi untuk lahan sempit adalah sebesar 1,59 ton dengan ratarata luas lahan sebesar 0,35 hektar. Produksi rata-rata perhektar untuk lahan luas adalah sebesar 4,68 ton/ha, sedangkan untuk lahan sempit adalah sebesar 4,58 ton/ha. Model fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk mengetahui factorfaktor produksi yang mempengaruhi produksi usaha tani padi sawah, sebagai berikut: Y = a LLβ1 TKβ2 BHNβ3 PKOβ4 PKANβ5 PESTβ6 Dimana: Y = Hasil Produksi Usaha Padi Sawah (ton), LL
= Luas Lahan (ha),
TK = Tenaga Kerja (hkp), BNH = Benih (kg), PKO = Pupuk Organik (kg), PKAN = Pupuk Anorganik (kg), PEST = Pestisida (liter), a = Konstata, β1- β6 = Koefisien elastisitas
12
Hasil pendugaan parameter fungsi produksi usaha tani padi sawah yang diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows 18.0, adalah sebagai berikut: Log Y = 0,128 + 2,042 log LL + 5,887E-02 log TK+2,474E-02 log BNH + 5,442E-03 log PKO + 7,065E-03 log PKAN + 7,582E-02log PEST Hasil perlindungan parameter fungsi produksi usaha tani padi sawah tersebut masih dalam bentuk double log, sehingga untuk menganalisis hasil pendugaan parameter tersebut, terlebih dahulu hasil pendugaan tersebut ditranspormasikan kedalam bentuk awalnya, sebagai berikut: Y = 0,128 LL2,042 TK5,887E-02 BHN2,47E-02 POK5,442E-03 PKAN7,065E03
PEST7,582E-02 (0,262); (6,247); (1,073); (3,358); (1,401); (3,325);
(0,512) Interprestasi hasil olah data dijelaskan sebagai berikut: 1.
R kuardat (R) Nilai R square ( R ) digunakan untuk melihat kemampuan model dalam
mejelaskan variabel independen terhadap variabel dependen dari model yang dibangun. Dari hasil olah data diperoleh R = 0,775 ini berarti keragaman variabel dependen (hasil produksi usaha tani padi sawah) dapat dijelaskan oleh variabel independen (luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida) sebesar 78% (pembulatan) dan selebihnya sebesar 22% dipengaruhi oleh faktor lain selain fakto-faktor independen tersebut.
13
2.
Uji t Uji t dimaksudkan untuk menguji signifikasi parameter atau koefesien
regresi secara parsial (individu). Dari hasil olah data dieroleh nilai Thitung untuk variabel luas lahan, tenaga kerja, benih , pupuk anorganik, pestisida adalah sebagai berikut: 6,247; 1,073; ,358; 1,410; 3,325; dan 0,512 sedangkan nilai Ttebel untuk n = 90 pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah 1,990. Maka dapat disimpulkan: a) Luas Lahan Pada taraf signifikansi 5%, nilai ttabel = 1,990. Karena nilai thitung > ttabel (6,247 > 1,990), maka dapat disimpulkan tidak dapat menerima Ho . Artinya luas lahan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi usaha tani padi sawah. b) Tenag kerja Pada taraf signifikansi 5%, maka ttabel = 1,990. Karena nilai thitung < ttabel (1,073 < 1,990), maka dapat disimpulkan, tidak dapat menolak Ho. artinya tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi usaha tani padi sawah. c) Benih Pada taraf signifikansi 5%, nilai ttabel = 1,990. Karena nilai thitung < ttabel (3,358 > 1,990), maka dapat disimpulakan tidak dapat menerima Ho. Artinya benih berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi usaha tani padi sawah. Pemakaian benih yang dianjurkan oleh BPTP Sumatra Utara untuk daerah Deli Serdang adalah sebanyak 20-25 kg/ha (hasil wawancara, TM.Gurning, 2005).
14
d) Pupuk Organik Pada taraf signifikansi 5%, nilai ttabel = 1,990. Karena nilai thitung < ttabel (1,410 < 1,990), maka dapat disimpulkan tidak dapat menolak H0. Artinya pupuk organic tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi usaha tani padi sawah. e) Pupuk Anorganik Pada taraf siginikansi 5%, nilai ttabel = 1,990. Karena nilai thitung > ttabel ( 3,325 > 1,990), maka dapat disimpulakan tidak dapat menerima H0. Artinya pupuk anorganik berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi usaha tani padi sawah. f) Pestisida Pada taraf siginikansi 5%, nilai ttabel = 1,990. Karena nilai thitung < ttabel ( 0,512 < 1,990), maka dapat disimpulakan tidak dapat menerima H0. Artinya pestisida tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi usaha tani padi sawah.
3.
Pengujian Model Secara Keseluruhan (uji-F) Uji-F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel indepeden
(luas lahan, tenaga keja, benih, pupuk organic, pupuk anorganik, pestisida) secara keseluruhan terhadap variabel dependen (hasil produksi usaha tani padi sawah). Pengujian ini dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai Fhitung (dalam tabel ANOVA – lampiran 2) adalah sebesar 47,537. Hal ini membuktikan bahwa nilai Fhitung
(47,537) > Ftabel (2,215) pada α = 5% atau signifikan pada tingkat
keyakinan 95%. Dengan demikian, luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk organic, 15
pupuk anorganik, pestisida, atau variabel bebas secara serentak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi usaha tani padi sawah (variabel terikat), pada tingkat keyakinan 95%.
4. Test Orde Kedua Usaha Tani 1. Uji Autokorelasi Dari hasil perhitungan SPSS for windows diperoleh bahwa DWhitung = 1,204. Menurut Santoso (2002;219), secara umum bisa diambil patokan:
Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negative Berdasarkan hasil perhitungan tersebut angka D-W berada diantara -2
sampai +2. Dengan demikian dapat disimpulakn H0 ditolak, atau dengan kata lain tidak ada autokorelasi. 2. Uji Multicoliniearity Hasil estimasi model regresi linier yang baik adalah apabila model tersebut tidak terdapat multikolinieriti, terjadi adanya hubungan yang kuat diantara variabel explanatory. Menurut Santoso (2000:7), korelasi di bawah 0,50 (koefisien korelasi antara variabel independen harus lemah), bebas dari multikolinieriti. Koefisien Korelasi hasil pehitungan SPSS for windows 18.0, terlihat semua angka korelasi antara variebel independen jauh di bawah 0,5. Hal ini menunjukkan tidak adanya problemmultikolinaeriti dalam model regresi. Atau dengan kata lain, model estimasi bebas dari multikolinieriti.
16
3. Uji Heterokendastisitas Heterokendastisitas muncul apabila kesalahan (residual) dari model yang diamati tidak memiliki variance yang konstan dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Untuk mendektesi da tidaknya masalah Heterokendastisitas pada suatu model dapat dilakukan dengan scatterplot antara nilai residual variabel bebas dengan variabel independen 5.
Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas terlihat bahwa faktor-faktor
produksi yang berpengaruh signifikan adalah luas lahan, benih , dan pupuk anorganic. Pengaruh luas lahan berasarkan hasil peduga parameter dapat diketahui bahwa koefisien elastisitas terhadap produksi usaha tani padi sawah mempunyai tanda positif. Nilai koefisien regresi luas lahan terhadap produksi usaha tani padi sawah adalah sebesar 2,042; artinya, bila luas lahan bertambah 1 ha, dengan asumsi variabel lain bersifat konstan, maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sebesar 12,042. Selama sepuluh tahun terakhir telah terjadi pelandaian produktivitas
(leveling off) padi sawah ditingkat regional maupun nasional.
Upaya mempertahankan swasembada pangan khususnya beras, yang telah dicapai pada tahun 1984 terus dilakukan pemerintah guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Beberapa tahun terakhir, menurut Sarasutha et al (dalam Helmi dan Hasil, 2002), bahwa upaya tersebut mendapat tantangan berupa : (1) gejala pelandaian produksi (leveling off) bahkan produksi padi sawah secara nasional cenderung menurun, (2) konversi lahan-lahan subur menjadi lokasi industry, perumahan dan jalan, (3) konversi usaha tani padi menjadi usaha tani lainnya yang lebih menguntungkan, (4) pengaruh iklim yang tidak menentu, dan (5) krisis 17
moneter dan ekonomi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan terpuruknya perekonomian Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 (Helmi dan Hasil, 2002) Pengaruh tenaga kerja berdasrkan hasil penduga parameter dapt deketahui bahwa koefisien elastisitas terhadap produksi usaha tani padi sawah mempunyai tanda positif. Nilai koefisien regresi tenaga kerja terhadap produksi usaha tani padi sawah adalah sebesar 5,887E-02, yang artinya bila tenaga kerja bertambah 1 hkp, dengan asumsi variabel lain bersifat konstan, maka produksi usaha tani padi sawah akan bartambah sebesar 15,887E-02. Nilai koefisien benih terhadap produksi usaha tani padi sawah adalah sebesar 2,474E-02,
yang artinya bila benih bertambah 1 kg, dengan asumsi
variabel lain bersifat konstan, maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sabesar 12,474E-02. Penelitian yang akan dilakukan oleh hasil Sembiring dan Moehar Daniel (2002) mengemukakan bahwa penurunan produksi padi di Sumtra Utara terutama disebabkan antara lain oleh penurunan produktivitas yang diakibatkan antara lain oleh penggunaan benih yang tidak bersertifikasi dan penggunaan input terutama pupuk dan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran kenyataan ini membuktikan bahwa masih lemahnya tingkat pemahaman petani untuk menggunakan benih yang sudah mendapat sertifikasi dari dinas terkait. Nilai koefisien regresi pupuk organic terhadap produksi usaha tani padi sawah adalah sebesar 5,442E-03, yang artinya bila pupuk anorganik bertambah sebanyak 1 kg, dengan asumsi variabel lain bersifat konstan, maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sabesar 15,442E-03. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pupuk organic dalam fungsi produksi tidak signifikan berpengaruh terhadap produksi usaha tani padi sawah. Pemberian bahn organic/bukan telah 18
direkomendasikan Badan Litbang Pertanian 2t/ha. Bahan organic mamperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah serta menambah daya menahan air tanah(Mufran et al., 1995 dalam Helmi dan Hasil Sembiring, 2002) Nilai koefisien regresi Pupuk anorganik terhadap produksi usaha tani padi sawah adalah sebesar 7,065E-03, yang artinya bila pupuk anorganik bertambah sebanyak 1 kg, dengan asumsi variabel lain bersifat konstan, maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sebesar 17,065E-03. Agar pertumbuhan dan produktivitas tanaman optimal, semua unsure esensial harus berada dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman. Nitrogen , fosfat, kalium dan seng merupakan unsure hara yang umum diberikan pada tanaman padi (Didi dan Abdurachman, 2001). Nilai koefisien regresi pestisida terhadap produksi usaha tani padi sawah adalah sebesar 7,582E-02, yang artinya bila pestisida bertambah 1 liter, dengan asumsi variabel lain bersifat konstan,maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sebesar 17,582E-02 ton. Penentuan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi uasha tani padi sawah dilakukan dengan cara menjumlah kan elastisitas masing-masing variabel, yaitu: e = 2,042 + 0,0058 + 0,0025 + 0,0005 + 0,0007 + 0,0076 e = 2,214 e > 1 dengan demikian, penggunaan faktor-faktor produksi usaha tani padi sawah di Kabupaten Deli Serdang dapat dikatakan sudah efisien. Untuk melihat pengaruh produksi usaha tani padi sawah terhadap PDRB digunakan model regresi sederhana, yaitu: Y = β0 + β1X + µ Dimana: Y = PDRB Kabupaten Deli Serdang (jutaan rupiah) X = Hasil Produksi Padi Sawah (ton) 19
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS for windows 18.0, diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = -1141861 + 2,746X (-3,121)
6.
(5,457)
Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab terdahulu, maka pada bagian
ini diambil beberapa kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata hasil produksi untuk lahan luas adalah sebesar 7,31 ton dengan rata-rata luas lahan sebesar 1,56 hektar, produktivitas adalah sebesar 46,8 kw/ha. Sedangkan hasil produksi untuk lahan sempit adalah sebesar 1,59 ton dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,35 hektar, produktivitas adalah sebesar 45,8 kw/ha. 2. Dari hasil olah data dieroleh nilai Thitung untuk variabel luas lahan, tenaga kerja, benih , pupuk anorganik, pestisida adalah sebagai berikut: 6,247; 1,073; 3,358; 1,410; 3,325; dan 0,512 sedangkan nilai Ttebel untuk n = 90 pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah 1,990. 3. Penggunaan foktor-faktor produksi usaha tani padi sawah di Kabupaten Deli Serdang dapat dikatakan sudah efisien , dengan nilai elastisitas produksi sebesar 2,214 (increasing return to scale). Atau dengan kata lain, proporsi penambahan faktor-faktor produksi akan menghasilkan tambahan hasil produksi padi sawah yang proporsinya lebih besar.
20
4. Hasil analisis pengaruh produksi uaha tani padi sawah terhadap PDRB di Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan produksi usaha tani padi sawah terhadap PDRB, khususnya sektor Pertanian sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 12.56%
7.
Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kepada: -
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
-
Kopertis Wilayah I Aceh-Sumatera Utara
-
Bapak Drs. H. Kondar Siregar, MA Selaku Rektor Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah.
-
8.
LPPM Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi , 2002. Prosedur Penilitian, Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta Jakarta. Arsyad Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, cetakan pertama , BPFE- Yogyakarta. Budiono, 1993 . Ekonomi Mikro, Cetakan keenam belas, BPFE UGM Yogyakarta. Helmi, Sembiring H 2002 . Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Tepadu di lahan Sawah Irigasi di Simalungun dan Asahan, Dalam Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengkajian Pertanian tahun 2003. Naylor R 1996. Herbicide Use in Asian Rice Production : Perspective From Economics , ecoligy, And The Agricultural Sciene, Herbicides in Asian Rice: Transition in Weed Management. Sembiring T., Zain Z. Sembiring H, 2002. Pengolahan Tanaman Terpadu di Desa Lubuk Bayas Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara , Dalam 21
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengkajian pertanian tahun 2003. Sembiring H., Daniel M., 2002. Prospek pengembangan pengelolaan tanaman terpadu padi sawah di Sumatera tahun 2009. Singarimbun M dan Sofyan Efendi, 1982. Metode Penelitian Survai, cetakan kedua LP3S, Jakarta. Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi, Rajawali Press, Jakarta. Soekartawi, 1994. Pembangunan Pertanian , PT. Rraja Grafindo Persada, Jakarta Sunaryo T ., 2001. Ekonomi Manajerial, Aplikasi Teori Ekonomi Mikro, PT. Glora Aksara Pratama, Jakarta. Tadaro, Michael P 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga , Penerbit Erlangga. Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang Bekerja Sama dengan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Analisa Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Deli Serdang 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, Deli Serdang Dalam Angka tahun 2011. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Program Pembangunan (PROPEDA) Kabupaten Deli Serdang 2008-2012.
Daerah
22