AGROFORESTRI BERBASIS KAKAO Pengembangan Kakao di Aceh Tenggara Pengantar Budidaya Tanaman Kakao Bagian-bagian Tanaman Kakao (morfologi) Syarat Tumbuh Tanaman Kakao Persiapan Bahan Tanaman Pemeliharaan Tanaman di Lapangan Panen dan Pasca Panen 7.1 Pengembangan Kakao di Aceh Tenggara
BAGIAN TUJUH
Kakao adalah salah satu komoditas perkebunan andalan bagi kabupaten Aceh Tenggara, serta berperan besar sebagai sumber pendapatan daerah dan juga sumber mata pencaharian bagi sebagian penduduknya. Perkebunan kakao rakyat sangat dominan dengan luas Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 3,029 ha; Tanaman Menghasilkan (TM) 5,509 ha dan Tanaman Tidak menghasilkan (TTM) 31 ha dan jumlah produksi 3.854 tahun 2006, 6.025 tahun 2008, 6., 608 ton pada tahun 2009 (BPS Aceh Tenggara, 2009-2011). Karena itu pemerintah Kabupaten telah memberikan perhatian sangat besar terhadap pembangunan kakao rakyat. Namun masih banyak perkebunan kakao rakyat di Kabupaten Aceh Tenggara masih menyerupai ’hutan kakao’, dengan produktivitas di bawah 600 kg/ha/tahun. Meski menjadi komoditi unggulan, produktivitas kakao rakyat ini masih tergolong rendah. Penyebabnya adalah mutu bibit tanaman yang rendah. Sumber bibit biasanya berupa bibit biji asalan dengan tingkat pemeliharaan yang sangat minim. Secara tradisi, pembangunan kebun kakao rakyat didasari dengan pola tebang-tebas-bakar yang dilanjutkan dengan pemanfaatan lahan untuk peladangan selama dua-tiga tahun pertama (penanaman tumpangsari tanaman pangan dengan tanaman kakao). Sistem di atas, tidak dapat memberikan pendapatan yang optimal bagi petani. Namun demikian, para ahli ekologi menemukan berbagai aspek positif dari agroforestri berbasis kakao rakyat itu, terutama berkaitan dengan tingginya tingkat keragaman hayati yang mendekati kondisi hutan sekunder. Sistem agroforestri kakao di Aceh Tenggara sangat unik. Meski produktivitas masih rendah namun sistem tersebut justru melindungi banyak flora dan fauna. Itu sebabnya sistem agroforestri dipandang sebagai sebuah pilihan yang paling cocok bagi petani,
Petani kakao di aceh Tenggara
Panduan Praktis Agroforestri
45
karena sistem bercocok tanam yang telah turun-temurun menjadi budaya dapat dipertahankan. Sejalan dengan itu, apa yang akan terjadi jika bahan tanam kakao, yang menjadi faktor penentu produktivitas, menggunakan jenis kakao unggul. Tujuannya, agar petani mendapat produktivitas yang optimal seperti hasil perkebunan besar. Kendala yang dihadapi oleh sebagian besar petani adalah: 1. Produktivitas kakao rendah Umur kakao rata-rata sudah tua dengan produktivitas rendah. Kualitas bahan tanam kakao yang dipakai maupun yang tersedia di tingkat petani relatif tidak memenuhi kriteria untuk dapat menghasilkan kebun kakao dengan produktivitas yang baik (di atas 1.200 kg/ha/tahun). 2. Sistem kelembagaan dan alih teknologi Teknologi budidaya tidak tersedia untuk kebanyakan petani di Kabupaten Aceh Tenggara. Kalaupun teknologi tersedia, masih belum diterapkan oleh petani karena kurang sesuai terhadap kebutuhan dan keterbatasan petani. Struktur kelembagaan petani (seperti kelompok tani) tidak atau belum tersedia di tingkat lokal sehingga pembangunan perkebunan rakyat berjalan lebih banyak atas inisiatif petani secara individu. Minimnya akses petani terhadap modal finansial, yang sangat dibutuhkan untuk peremajaan kebunnya. Agroforestri kakao atau lebih dikenal rakyat dengan sebutan “tanaman campuran atau nama lain” oleh masyarakat Aceh Tenggara adalah kebun kakao rakyat menyerupai hutan yang didominasi oleh tanaman kakao. Penanamannya tidak memperhatikan jarak tanam sehingga tumbuh spesies kayu-kayuan, buah-buahan, dan belukar. Pengelolaan kebunnya secara ekstensif, tradisional, dan turun-temurun. Para petani kakao lebih senang menyebutnya sebagai kebun kakao rakyat dan bukan hutan kakao. Kata “hutan” memberikan arti penguasaan lahan oleh pemerintah.
Sumbangan Agroforestri Kakao Melindungi Fungsi Hidrologi Agroforestri kakao (berbentuk mirip hutan sekunder) dinilai sangat positif dari segi pelestarian lingkungan. Agroforestri kakao menjalankan fungsi hidrologi yang baik dan mampu mencegah erosi. Kebun kakao rakyat dapat menjadi pelindung pada daerah hulu karena dapat berfungsi sebagai penyangga lapisan serasah di permukaan tanah melalui daun-daun kakao dan pohon lain yang gugur dan mencegah terbentuknya parit-parit akibat erosi.
45
Panduan Praktis Agroforestri
Perlindungan terhadap Keragaman Hayati Sistem agroforestri kakao mampu mempertahankan keragaman hayati, sehingga sangat mendukung gerakan “hijau” yang akhir-akhir ini mendapat perhatian besar dari negara-negara eropa sebagai konsumen terbesar kakao dunia. Agroforestri kakao rakyat berpotensi sebagai sumber plasma nutfah keragaman hayati dan dapat melindungi sekitar 50% dari keragaman hayati yang dijumpai di hutan alam. Tujuan : Peserta akan mampu memahami pengembangan kakao di Aceh Tenggara sebagai praktek agroforestri yang sesuai dengan kondisi lokal Alat/Bahan : Kertas plano, spidol, isolasi Langkah-langkah : Pemandu mengantarkan pemikiran kepada semua peserta pengertian tentang pengembangan kakao yang dikaitkan dengan kondisi lokal. Pemandu memberi kesempatan untuk mempertanyakan dan mempertajam tentang pengembangan kakao di Aceh Tenggara untuk memperkuat pemahaman Pemandu membagi peserta yang ada dalam 5 kelompok kecil. Pemandu memberi bahan pertanyaan yang akan didiskusikan pada masingmasing kelompok kecil yang ada dan menuliskan pada kertas plano. Setelah usai masing-masing wakil kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan didepan, dan pada akhir sessi pemandu menyimpulkan bersama tentang pengembangan kakao di Aceh Tenggara. Bahan Diskusi Coba beri gambaran pengembangan kakao di daerah anda! Apa yang dimaksud dengan Agroforestri kakao? Sebutkan contoh agroforetri kakao di wilayah anda? Jelaskan secar rinci Bagaimana saudara menentukan tanaman untuk membentuk agroforestri kakao? Apa saja kendala yang dihadapi oleh petani agroforestri kakao? Apa saja keuntungan yang diperoleh petani dalam agroforestri kakao (ekonomi, lingkungan dan lain-lain) Jenis-jenis tanaman lokal apa saja yang sesuai dengan siste agroforestri? Apa alasan-alasan yang dipertimbangkan? Apa kesimpulan dari kegiatan ini ?
Panduan Praktis Agroforestri
46
7.2 Pengantar Budidaya Tanaman Kakao Kakao (Theobroma cacao,L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. Oleh karena itu, dalam budidayanya tanaman kakao memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 6 LU – 11 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Namun setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu, sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao. Tanaman penaung yang biasanya digunakan adalah Moghania macrophylla sebagai penaung sementara dan Lamtoro atau Glirisidia sebagai penaung tetap, yang tidak memberikan manfaat ekonomis secara langsung bagi petani, sehingga kurang menarik bagi petani. Secara umum, dalam budidaya kakao juga dihadapi masalah harga komoditi yang tidak menentu, kondisi lahan yang semakin menurun, serta mutlak diperlukannya naungan dalam budidayanya. Oleh karema itu, maka pola diversifikasi tanaman kakao merupakan peluang untuk pengembangan kakao dengan pemanfaatan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis seperti pisang sebagai penaung sementara, dan kelapa sebagai penaung tetap, serta jati. sengon, atau tanaman lainnya sebagai tanaman tepi blok kebun. Pola Tanam Kakao Untuk mendapatkan areal tanaman kakao yang baik dianjurkan untuk menetapkan pola tanam terlebih dahulu. Pola tanam erat kaitannya dengan keoptumuman jumlah pohon per ha, keoptimuman peranan pohon pelindung, dan meminimumkan kerugian yang timbul pada nilai kesuburan tanah serta biaya pemeliharaan. Ada empat pola tanam yang dianjurkan, diantaranya adalah: Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi empat. Pada pola tanam ini,
47
Panduan Praktis Agroforestri
seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang ditetapkan. Pohon pelindung berada tepat pada pertemuan diagonal empat pohon kakao. Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon pelindung terletak di antara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi. Pola tanam, kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon kakao dipisahkan oleh dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon kakao berikutnya. Dengan demikian, terdapat ruang di antara barisan kakao yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan untuk pemeliharaan. Pola tanam kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi empat. Pengembangan tanaman kakao memerlukan naungan dalam budidayanya. Tanpa persiapan lahan dan tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Pohon pelindung atau naungan ada dua jenis, yaitu pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Pohon pelindung sementara bermanfaat bagi tanaman yang belum menghasilkan, terutama yang tajuknya belum bertaut. Pohon pelindung tetap bermanfaat bagi tanaman yang telah mulai menghasilkan. Penanaman pohon pelindung tetap hendaknya dilakukan 12 – 18 bulan sebelum cokelat ditanam di lapangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa cokelat harus sudah dibibitkan 4 – 6 bulan sebelumnya. Untuk tanaman penaung, biasanya digunakan Moghania macrophyla sebagai tanaman penaung sementara, dan tanaman Gamal (Gliricidia sp) atau Lamtoro (Leucaena sp) sebagai tanaman penaung tetap. Pohon pelindung pada umumnya tidak memberikan tambahan nilai ekonomis kepada patani sehingga terasa kurang menarik. Secara umum, dalam budidaya kakao juga dihadapi masalah harga komoditi yang tidak menentu, kondisi lahan yang semakin menurun, serta mutlak diperlukannya naungan dalam budidayanya. Oleh karena itu,maka pola diversifikasi tanaman kakao merupakan peluang untuk pengembangan kakao dengan pemanfaatan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis. Tanaman penaung yang digunakan adalah tanaman-tanaman produktif seperti pisang sebagai penaung sementara, kelapa sebagai tanaman penaung tetap, ataupun tanaman lainnya sebagai tanaman tepi blok kebun. Pisang (Musa paradisiaca) Tanaman pisang dapat dimanfatkan sebagai tanaman penaung sementara dalam budidaya kakao. Tanaman pisang dapat ditanam dengan jarak tanam 6×3 m, sehingga di dalam lorong tanaman pisang arah utara-selatan dapat ditanam 2 baris tanaman kakao dengan jarak tanam 3×3 m. Sebagai tanaman penaung sementara, tanaman
Panduan Praktis Agroforestri
48
pisang dapat ditanam 6-12 bulan sebelum tanam kakao. Selanjutnya rumpun pisang dapat memelihara 2-3 anakan saja. Tanaman pisang dapat dipelihara sampai tahun ke 4 atau sesuai dengan keperluan dengan tetap memperhatikan tingkat penaungannya untuk tanaman kakao. Tata tanam kakao dengan pisang sebagai tanaman penaung sementara dapat digambarkan sebagai berikut : xooxooxooxooxoox oooooooooo xooxooxooxooxoox oooooooooo xooxooxooxooxoox oooooooooo xooxooxooxooxoox oooooooooo xooxooxooxooxoox Keterangan - Jarak tanam kakao 3 x 3 m (1100 ph/ha) - Jarak tanam pisang 6 x 3 m (550 ph/ha) Barisan arah utara-selatan
Pisang (Musa paradisiaca)
Kelapa (Cocos nucifera) Tanaman kelapa dapat digunakan sebagai tanaman penaung tetap untuk tanaman kakao. Dalam hal ini harus diatur agar persaingan minimal. Sebaran akar kakao terbanyak sampai radius 1 m dan sebaran akar kelapa terbanyak sampai radius 2 m, oleh karena itu perlu dibuat tatatanam dengan jarak antara kakao dan kelapa minimal 3 m. Dengan jarak tanam kelapa 10×10 m dan jarak tanam kakao 4×2 m dalam gawangan kelapa utara-selatan, maka dapat diperoleh pertanaman dengan populasi tanaman yang cukup yaitu tanaman kakao 1000 ph/ha dan kelapa 100 ph/ha. Sebagai penaung tanaman kakao, fungsi penaungan tanaman kelapa dapat diatur dengan melakukan siwingan (pangkasan) pelepah bila penaungannya terlalu gelap, terutama pada musim hujan. Demikian pula pada tanaman kelapa yang sudah cukup tua dan tinggi, apabila penaungannya kurang dapat ditambah tanaman penaung lain misalnya dengan lamtoro yang ditanam di diagonal tanaman kelapa. Kelapa (Cocos nucifera)
49
Panduan Praktis Agroforestri
Tata tanam dalam penggunaan kelapa sebagai penaung kakao dapat disusun sebagaimana gambar berikut: XooXooXooXooX oooooooo oooooooo oooooooo oooooooo XooXooXooXooX oooooooo oooooooo oooooooo oooooooo oooooooo XooXooXooXooX Keterangan - Jarak tanam kakao 4×2 m (1000 ph/ha) - Jarak tanam kelapa 10×10 m (100 ph/ha) - Jarak kakao-kelapa 3 m Tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya Tanaman kayu-kayuan atau tanaman lain yang mempunyai nilai ekonomis juga dapat dimanfaatkan sebagai penaung, tanaman sela, ataupun tanaman tepi dalam budidaya kakao. Tanaman Jati (Tectona grandis) dan Sengon (Albisia falcata) dapat dimanfaatkan sebagai tanaman tepi kebun ataupun tanaman sela pada pertanaman kakao. Pada pertanaman kakao tersebut tetap dimanfaatkan penaung Lamtoro atau Gamal, sedangkan Jati dan Sengon ditanam dalam barisan dua baris (double row) 3 x 2 m dengan jarak antar barisan jati atau sengon 24 – 30 m. Dengan tatatanam demikian terbentuk lorong diantara tanaman jati atau sengon, yang dapat ditanami tanama kakao 3×3 m Tanaman kakao dengan tanaman sengon di tepi kebun
Panduan Praktis Agroforestri
50
Dalam hal ini jati, sengon atau tanaman kayu-kayuan yang lain dapat difungsikan sebagai tanaman penaung dan atau tanaman pematah angin. xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ xxoo.oo++oo.ooxxoo.oo++ Keterangan - Jarak tanam kakao (3 x 3) m - Jarak tanam Jati (3 x 2) m x 24-30 m - Jarak tanam Sengon (3 x 2) m x 24-30 m Penggunaan penaung tersebut perlu disusun dalam tatatanam yang tepat, sehingga dapat memberikan produksi yang optimal dan memberi manfaat konservasi lahan. Persiapan lahan, penyiapan bibit, dan saat tanam harus dilakukan dengan perencanaan yang tepat, sehingga pada saat tanam, bibit kakao siap tanam, dan tanaman penaung di lapangan siap berfungsi sebagai penaung. Selanjutnya dengan teknik budidaya yang benar akan dapat diperoleh tanaman kakao dengan pertumbuhan baik dan produksi yang tinggi. Tujuan:
lokasi tersebut dan mencatat jaraj tanamnya Peserta mendiskusikan keuntungan dan kerugian sistim pertanaman pada lahan contoh. Bahan diskusi: Coba jelaskan pengalaman masing-masing peserta dalam melakukan budidaya tanaman kakao? Coba tuliskan tanaman apa saja yang ditanam bersamaan dilahan tanaman kakao? Coba jelskan fungsi masing-masing tanaman yang ada dilahan yang telah dipilih menjadi contoh? Apa keuntungan dan kerugian beberapa tanaman tumbuh dan dirawat di suatu lahan secara bersamaan? Apa kesimpulan dari kegiatan ini ?
7.3 Bagian-bagian Tanaman Kakao (Morfologi) Akar Tanaman kakao mempunyai akar tunggang yang tumbuh lurus kebawah panjangnya 1,2-2 meter dan akar samping (lateral) terletak menyebar 15-20 cm dibawah permukaan tanah. Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh susunan lapisan tanah (struktur tanah), air dan udara dalam tanah (aerasi). Pada tanah yang pembuangan air (drainase) nya jelek dan permukaan air tanah tinggi pertumbuhan akar sangat terganggu. Pada akar samping (lateral) tumbuh akar-akar rambut yang jumlahnya sangat banyak, pada bagian ujung akar itu terdapat buluh-buluh akar yang berfingsu menyerap zatzat makanan (unsur hara).
Peserta mengetahui secara mendalam tentang budidaya tanaman kakao Bahan dan alat: Kebun agroforestri berbasis kakao dengan tanaman pelindung beberapa contoh Langkah-langkah: Peserta dibagi dalam beberapa kelompok (3-5 orang) Peserta mempersiapkan bahan dan alat Masing-masing kelompok kecil mengamati lahan contoh yang telah dipilih Masing-masing kelompok mencatan apa saja jenis tanaman yang ada di
51
Panduan Praktis Agroforestri
Batang dan Percabangan Batang adalah salah satu bagian tanaman yang berfungsi untuk mengangkut zat makanan dari dalam tanah ke daun dan menyalurkan hasil pemasakan (fotosintesis) keseluruh bagian tanaman melalui pembuluh tapis. Selain itu batang sebagai tempat tumbuhnya cabang dan buah. Buah kakao menempel pada bagian yang disebut bantalan buah. Pada tanaman kakao yang ditanam melalui biji akan menumbuhkan batang sebelum menumbuhkan cabang-cabang utama dan tempat pertemuan antara cabang utama dengan batang disebut jorget yang tingginya 1-2 meter dari permukaan tanah. Tanaman kakao mempunyai 2 jenis (type) percabangan yaitu: (1) Cabang yang mengarah keatas (vertikal) yang membentuk jorget (cabang T) dan (2) Cabangcabang yang tumbuhnya mendatar (horizontal) dan mempunyai susunan daun membentuk kipas.
Panduan Praktis Agroforestri
52
Daun Daun merupakan salah satu bagian tanaman yang penting karena daun sebagai tempat terjadinya proses masakan dengan bantuan sinar matahari dan juga sebagai alat pernafasan. Pembentukan daun pada cabang ditandai dengan tumbuhnya tunas daun. Warna daun bermacam-macam tergantung pada klon tanaman mulai dari hijau pucat, hijau kemerah-merahan sampai merah tua. Setelah tua daun muda berubah menjadi hijau kemudian daun muda tumbuh kembali. Lamanya masa peralihan tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain: sinar matahari, curah hujan, tingkat kesuburan tanah dan lain-lain. Daun yang ternaungi akan lebih besar dan lebih hijau dibandingkan dengan daun yang terkena sinar matahari langsung. Bunga Bunga kakao tumbuh pada batang dan cabang utama serta ranting bekas tempat duduk daun. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2-4 cm, tangkai bunga tumbuh pada bantalan bunga. Bunga kakao bergaris tengah kurang lebih 1,5 cm dapat tumbuh sepanjang tahun dan tumbuh mengelompok. Bila keadaan lingkungan sesuai, tanaman kakao dapat berbunga sampai 6.000 tangkai pertahun. Bunga sejumlah tersebut diatas antara 1-5% saja yang akan menjadi buah. Bantalan bunga yang bentuknya melebar umumnya memiliki bunga yang lebih banyak dibandingkan dengan bantalan yang bentuknya menyempit. Bunga kakao berwarna putih, putih kekuningan dan putih kemerah-merahan. Bunga kakao mempunyai 2 jenis kelamin yaitu kelamin jantan dan betina (hermafrodit). Berdasarkan kemampuan untuk pembuahan atau persarian maka tanaman kakao digolongkan dalam 2 jenis yaitu : (1) Bersifat menyerbuk sendiri dan (2) Bersifat tidak dapat menyerbuk sendiri. Hampir 75% penyerbukan bunga kakao dibantu oleh serangga Forcipomya spp, sedangkan 25% dilakukan oleh serangga lain misalnya semut. Pentil (cherelle) Bunga kakao setelah mengalami penyerbukan akan menjadi buah muda. Buah muda yang berukuran kurang dari 8 cm disebut pentil (cherelle). Tidak semua pentil akan menjadi buah, tetapi ada pentil kering yang disebut cherelle wilt. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cherelle wilt antara lain: proses alami (fisiologis) tanaman yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hasil pemasakan untuk menunjang pertumbuhan buah muda. Faktor yang lain adalah persaingan energi antara pertumbuhan vegetatif dan generatif atau karena pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan buah muda.
53
Panduan Praktis Agroforestri
Buah Hasil budidaya tanaman kakao yang dimanfaatkan adalah bijinya. Biji terdapat di dalam buah yang dilapisi oleh lendir (pulp) dan melekat pada empelur (plasenta). Lapisan lendir berfungsi untuk menahan biji tidak berkecambah, sedangkan empelur berfungsi sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan biji. Jumlah biji dalam setiap tongkol (pod) umumnya berkisar 30-65 butir tergantung kepada varitas atau klonnya. Buah pentil yang dapat berkembang menjadi buah masak sekitar 20%. Buah kakao setelah 90 hari panjangnya mencapai 5-10 cm dan umumnya tidak akan mengalami layu. Buah kakao dapat dipanen setelah 140-145 hari setelah buah muda.
Tujuan: Peserta mengetahui bagian-bagian dari tanaman kakao dan fungsi dari setiap bagian-bagian tanaman kakao Alat/Bahan: Tanaman kakao yang masih muda, Pohon kakao tanaman menghasilkan y ang sedang berbuah, kantong plastik, kertas koran, spidol, pisau panen. Langkah-langkah: Peserta dibagi dalam beberapa kelompok (3-5 orang) Peserta mempersiapkan bahan dan alat Peserta memilih pohon untuk digali bagian akarnya, lakukan penggalian sekitar perakaran dan bersihkan tanah yang lengket pada akar tersebut, amati bentuk dan susunan serta ukur panjangnya (akar-akarnya), gambar bagian-bagian akar yang dijumpai. Masing-masing peserta melihat/memperhatikan batang dan cabang tanaman, amati dan catat keadaan batang dan seluruh percabangan yang ada, gambarkan bentuk batang dan cabang tanaman kakao. Masing-masing peserta melihat dan memperhatikan daun kakao, amati ciriciri dari masing-masing daun, hitung jumlah daun muda dan tua Perhatikan dan amati bentuk, warna dan tempat tumbuhnya bunga, perhatikan dan amati serangga penyerbuk yang dijumpai pada bunga, hitung jumlah bunga, gambarkan bunga dan bagian-bagiannya. Perhatikan pentil yang ada pada pohon kakao, hitung dan catat jumlah pentil sehat, cherelle wilt dan pentil yang kering karena hama/penyakit, ambil pentil sehat, cherelle wilt dan pentil kering karena hama/penyakit dan gambarkan untuk melihat perbedaanya.
Panduan Praktis Agroforestri
54
Jawab bahan diskusi lalu presentasikan. (Jika waktu belajar terbatas, masingmasing kelompok kecil bisa melakukan tugas yang berbeda sesuai bagianbagian tanaman kakao termasuk dalam menjawab bahan diskusi. Saat presentasi masing-masing kelompok semua peserta dapat memahami bagian-bagian tanaman kakao secara menyeluruh). Bahan diskusi: Sebutkan fungsi dari bagian-bagian akar tanaman kakao? Jika pada pertanaman kakao anda pembuangan airnya jelek, tindakan apa yang pernah anda lakukan ? Bila anda melihat akar yang muncul pada permukaan tanah, apa tindakan anda? dan beri alasannya. Jika melakukan pemupukan, dimana sebaiknya ditaburkan? Sebutkan 3 fungsi batang dan cabang pada tanaman kakao. Berapa jumlah cabang utama untuk dipertahankan jika jumlahnya kurang atau lebih dari yang ditentukan, apa yang terjadi pada tanaman Apabila anda menjumpai jorget terlalu rendah (kurang dari 1 meter) tindakan apa yang anda lakukan? Mengapa batang utama harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan ? Jelaskan Jelaskan fungsi daun pada tanaman kakao Jelaskan perbedaan daun yang terlindungi dengan daun yang tidak terlindungi. Mengapa tanaman kakao memerlukan tanaman pelindung? jelaskan Sebutkan 3 faktor yang mempengaruhi terbentuknya daun muda. Dimana tempat tumbuhnya bunga? Pada bagian mana yang paling banyak ditumbuhi bunga? Mengapa bisa terjadi bunga banyak yang gugur? Apakah semua bunga dapat menjadi buah? Jelaskan Sebutkan 4 bagian dari buah. Sebutkan fungsi dari masing-masing bagian tersebut. Berapa jumlah biji pada setiap tongkol yang saudara amati? apakah berbeda dengan jumlah biji pada setiap tongkol pada kebun saudara? Jelaskan Apa kesimpulan dari kegiatan ini ? Peserta pergi ke lapangan kakao tanaman menghasilkan yang ada buahnya, perhatikan buah kecil, sedang, besar dan catat ciri-cirinya masing-masing, ambil buah kecil, sedang dan besar. Belah buah secara membujur dan gambarkan
7.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao Lokasi Tanaman Kakao Untuk membangun kebun kakao, pertama-tama dilakukan adalah pemilihan lahan. Dalam pemilihan lahan ini yang diperlukan adalah mengetahui ketinggian tanah dari permukaan laut 1-1.000 m, kemiringan tanah maksimum 40%. Sebelum lahan dibuka untuk persiapan pertanaman kakao haruslah diperhatikan bahwa kandungan humusnya jangan sampai banyak yang hilang, bahan organik sangat diperlukan tanaman kakao. Bila lahan miring maka supaya diusahakan cara-cara pembukaan tanah yang tidak memperbesar erosi. Lahan yang dipersiapkan untuk areal pertanaman kakao dapat berasal dari hutan asli/hutan sekunder, bekas tegal atau huma, bekas tanaman perkebunan. Tanah Tanah mempunyai hubungan erat dengan perakaran. Perakaran kakao adalah dangkal, hampir 80% dari akar kakao terdapat pada lapisan 15 cm dari permukaan tanah. Berdasarkan penelitian bahwa tanah yang baik untuk kakao umumnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Tebal lapisan tanah/solum minimum 90 cm dan cukup gembur. Banyak mengandung humus/bahan organik terutama pada lapisan tanah bagian atas (sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah). Memiliki kadar hara yang tinggi dan dalam keseimbangan yang baik. Memiliki pH tanah optimum 6-7,5 dan mengandung cukup udara dan air. Bagi tanah yang pHnya lebih kecil dari 5 dapat diatasi dengan pemberian kapur. Tanah harus memiliki lebih besar 10% volume dari non kapiler untuk memudahkan masuknya air dan udara. Sifat-sifat karasteristik tersebut terdapat pada tanah-tanah gembur, tanah pasir halus dan beberapa tanah lempung berdebu yang mengandung banyak humus yang biasanya warnanya lebih gelap. Cuaca Cuaca dan iklim sangat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serangga hama, patogen penyebab penyakit dan musuh alami. Iklim merupakan periode panjang dari pola umum (rata-rata) cuaca harian, misalnya Sumatera Utara mempunyai iklim yang lebih basah dibandingkan dengan Jawa Tengah. Cuaca adalah keadaan udara di suatu tempat dalam waktu yang pendek. Yang temasuk unsur atau komponen cuaca antara lain; hujan, angin, suhu, kelembaban, sinar matahari dan lain-lain. Keadaan cuaca relatif lebih sulit diramalkan dibandingkan dengan iklim, sehingga ramalan cuaca untuk lebih 24 jam menjadi kurang akurat.
55
Panduan Praktis Agroforestri
Panduan Praktis Agroforestri
56
Oleh karena itu relatif sulit kita untuk dapat meramalkan keadaan hama atau penyakit tanaman secara tepat. Setiap pola cuaca akan mempunyai pengaruh yang berbedabeda terhadap perkembangan hama dan penyakit tanaman. Cuaca dapat diketahui dengan mengukur suhu (0C), curah hujan (mm/hari), intensitas penyinaran (joul/cm/hari), lamanya awan menutupi langit, kelembaban udara (%), tekanan atmosfir (mm bar), kecepatan angin (m/menit), arah angin dan panjang hari (jam/hari). Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut dapat diketahui keadaan cuacanya misalnya, apakah hari akan panas, berangin, dsb. Konsep penting yang harus diketahui tentang cuaca adalah cuaca yang bagaimana yang sesuai untuk hidup suatu organisme. Sebagai contoh, perkembangan serangga dari telur sampai dewasa di daerah yang suhunya lebih tinggi lebih cepat dibanding daerah yang suhunya lebih rendah, namun demikian setiap organisme biasanya mempunyai suhu yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Selain suhu, faktor penting lainnya adalah air, karena air sangat vital (penting) untuk semua kehidupan. Air tersebut dapat dalam bentuk air diatas permukaan tanah (yang penting untuk pertumbuhan akar, perkembangan serangga dan patogen penyebab penyakit), dan air yang ada diudara seperti embun (kelembaban udara/kelembaban relatip). Kelembaban relatip penting untuk diketahui karena sangat mempengaruhi perkembangan organisme khususnya patogen penyebab penyakit seperti bakteri dan jamur.
Tujuan: Peserta akan mampu memahami syarat tumbuh tanaman kakao Alat/Bahan: Cangkul, parang, ember, timbangan, pipa besi, kertas lakmus, pH meter, air, meteran Langkah-langkah: Peserta turun ke lapangan (dibagi atas beberapa kelompok, 3-5 orang) Masing-masing kelompok mempersiapkan bahan dan alat Ukur kedalaman air tanah dengan pipa besi. Ambil tanah secukupnya dan tentukan tanah dengan kertas lakmus atau PH meter
57
Panduan Praktis Agroforestri
Bahan Diskusi: Mengapa perlu diketahui ketebalan/solum tanah? Mengapa tanah yang banyak liatnya tidak baik untuk pertumbuhan kakao? Jelaskan Mengapa tanah dipinggiran pantai tidak baik untuk pertumbuhan tanaman kakao? Jelaskan Mengapa perlu diketahui pH tanah? Bila pH rendah apa yang harus dilakukan, bagaimana jika sebaliknya?
7.5 Persiapan Bahan Tanaman Kakao Pemilihan Pohon Induk Tanaman kakao dapat dikembangkan dengan biji maupun dengan stek atau okulasi. Namun untuk mendapatkan tanaman yang baik perlu dicari dari sumber pohon induk yang baik pula. Untuk mendapatkan pohon induk kakao yang baik perlu diadakan seleksi pohon induk, dengan demikian diharapkan tanaman yang ditanam akan menghasilkan buah seperti yang diharapkan. Persiapan Biji untuk Benih (Seedling) Biji untuk keperluan pembuatan benih diambil dari buah yang cukup masak berasal dari pohon induk yang telah cukup umur (8-18 thn) atau pada kebun induk dari tanaman okulasi. Untuk mengambil biji dari buah dilakukan dengan memotong buah secara horizontal. Pembelahan supaya hati-hati agar tidak merusak biji. Jumlah biji yang diambil dari 1 buah tidak melebihi 25 butir, biji yang diambil sebaiknya yang berada di bagian tengah dari buah (2/3 bagian tengah). Selaput daging buah yang menutupi biji harus dihilangkan dengan menggunakan abu sekam, diremas dengan bantuan kain lap dan dicuci dengan air dan ditiriskan. Biji yang telah bersih segera dikecambahkan dan jangan disimpan terlalu lama. Agar biji coklat tidak ditumbuhi cendawan maka harus dijaga kelembabannya dengan menambahkan abu dapur. Perbanyakan Vegetatif Entris Dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif ada beberapa cara yaitu sambung samping dan okulasi. Perbanyakan tanaman tersebut membutuhkan entris. Bahan entris untuk okulasi sebagai sumber mata okulasi dipilih dari cabang orthotrop karena akan menumbuhkan tanaman yang tegak dan membentuk jorket.
Panduan Praktis Agroforestri
58
Cabang orthotrop tersebut sebaiknya berasal dari chupon yang telah dipelihara. Entris diambil dari kebun induk atau pohon yang telah diseleksi sebelumnya. Entris dapat diambil dari tanaman okulasi dan seedling yang telah berumur 8-18 tahun dan sebaiknya yang berwarna hijau, hijau kecoklatan atau coklat dengan diameter 0,75-1,50 cm dan panjang 10-12 cm (3-5 tunas). Okulasi Okulasi kakao umumnya dilakukan di kebun terhadap tanaman yang sudah berumur sekitar 1 tahun. Dengan cara okulasi hasilnya lebih dari 90% yang hidup. Namun hal ini kurang efisien dan kegagalan okulasi masih ada, maka okulasi di pembibitan (masih di polybag) adalah salah satu usaha untuk mengatasi kekurangan tersebut. Bibit untuk batang bawah sebaiknya merupakan bibit yang jagur (baik) pertumbuhannya dan kuat perakarannya. Sebaiknya okulasi di polybag, bibit yang digunakan sudah berumur 4-6 bulan dan sedang dalam keadaan flush atau banayak tunas muda). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Kopi dan Kakao (BPKK) Jember yaitu: a. Mata okulasi perlu dilindungi dari air, intensitas penyinaran yang kuat dan serangan pathogen. b. Batang bawah tumbuh jagur dan sudah berumur minimum 4 bulan atau dengan lilit batang pada bagian hipokotil 2,5 cm. c. Tali okulasi dapat menggunakan tali rafia/plastik. Sambung samping Produksi kakao rakyat merupakan masalah penting yang harus dipecahkan. Masalah tersebut timbul karena klon yang ditanam oleh petani pada umumnya potensi produksinya rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan penukaran/penggantian klon tanpa membongkar tanaman yang masih ada dengan teknik yang disebut sambung samping. Teknik sambung samping adalah suatu teknik untuk memperbaiki bahan tanaman secara klonisasi yang unggul dan mampu berproduksi tinggi. Keunggulan teknik sambung samping antara lain: a. Pertanaman kakao dapat diremajakan dalam waktu singkat tanpa membongkar tanaman. b. Kelangsungan produksi dapat dipertahankan, selain itu batang utama dapat menaungi sementara bagi tunas sambung samping. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam teknik sambung samping antara lain: a. Pemilihan klon untuk batang atas b. Variasi klon (komposisi) dan tata letak pertanaman serta kemurnian klon itu sendiri dan teknik pelaksanaan penyambungan.
59
Panduan Praktis Agroforestri
Untuk tujuan peremajaan teknik ini juga bisa dikembangkan dengan teknik okulasi tunas air yang sehat dan terdapat pada batang utama bagian bawah. Pemindahan Bantalan Buah Peningkatan produksi buah kakao sangat diharapkan oleh petani kakao yang rata-rata mengelola perkebunannya sendiri (perkebunan rakyat). Rendahnya produktivitas tanaman sangat dirasakan oleh petani bahkan semakin lama semakin menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti bahan tanam yang mutunya kurang baik, umur tanaman yang sudah semakin tua sehingga produksinya menurun dan faktor lain yaitu kerusakan bantalan bunga/buah akibat panen yang dilakukan oleh petani sehingga bunga/buah tidak keluar lagi pada bentalan buah yang ada. Saat ini ditemukan cara untuk memperbaiki produksi tanamn kakao yaitu dengan memindahkan bantalan bunga / buah sehingga bantalan buah yang rusak dapat digantikan dengan yang lain. Sambung Pucuk Dalam rangka meningkatkan mutu dan produksi kakao, maka diadakan perbaikan-berbaikan tanaman salah satu teknik memperbaiki klon tanaman kakao adalah dengan tehnik sambung pucuk, yang dikenal dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Karena dengan tehnik sambung pucuk, akan diperolah tanaman yang mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya. Sambung pucuk umunya dilakukan pada bibit yang berumur 3 – 4 bulan, akan tetapi dapat pula dilaksanakan pada tunas air yang ada pada pohon kakao di pertanaman. Prinsip dalam sambung pucuk adalah menggabungkan atau menyambung batang bawah dengan klon-klon unggul yang dikehendaki sifat-sifatnya baik. Keunggulan teknik sambung pucuk adalah: a. Pertanaman kakao dapat diremajakan dalam waktu singkat tanpa membongkar tanaman. b. Kelangsungan produksi dapat dipertahankan, selain itu batang utama dapat menaungi sementara bagi tunas sambung pucuk. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam teknik sambung pucuk antara lain : a. Pemilihan klon untuk puncuk yang digunakan (batang atas) b. Variasi klon (komposisi) dan tata letak pertanaman serta kemurnian klon itu sendiri dan teknik pelaksanaan sambung pucuk. Untuk tujuan peremajaan teknik ini bisa dikembangkan dimping tehnik lainnya misalnya sambung samping dan okulasi.
Panduan Praktis Agroforestri
60
Tujuan: Peserta dapat mengetahui dan mempraktekkan persiapan tanaman kakao serta perbanyakan tanaman kakao. Alat/Bahan: Kebun kakao TM, kebun induk kakao 12-18 tahun yang sedang menghasilkan buah pada batang utama, biji kakao, pohon kakao yang sudah ditanam dilapangan (klon yang kurang produktif), entres klon unggul, pisau panen/egrek, ember, parang/pisau, abu, air, tapisan bambu, kain lap, krayon, polibag, pisau okulasi, tali pembalut, kantong plastik putih Langkah-langkah: Langkah 1. Peserta dibagi beberapa kelompok (3-5 orang) Peserta mempersiapkan bahan dan alat Peserta informasi asal usul kebun sebagai kebun induk (tanaman sehat, pertumbuhan normal, produksi tinggi 70-90 tungkul/phn/thn, tanaman umur 12-18 thn). Pergi ke kebun untuk mengamati pohon yang memenuhi persyaratan untuk induk. Catat semua pohon yang memenuhi persyaratan Beri tanda sebagai pohon induk Langkah 2. Ambil buah yang cukup masak yang bentuknya normal dan sehat Belahlah buah, kemudian biji bagian tengahnya diambil kurang lebih 25 biji Bersihkan selaput daging buah/pulp dengan menggunakan abu sekam, kemudian remas dan cuci dengan air, kemudian tiriskan. Tempatkan biji/dikemas pada wadah yang baik. Langkah 3. Ambil entres dari pohon yang diinginkan Buat jendela batang bawah (kambium tidak boleh kena) dan buka Tempel mata entres pada jendela batang bawah/permukaan dalam perisai tidak boleh dipegang Balut dengan tali plastik dengan susunan atap sirap Pembalut dapat dibuka 14-20 hari.mata okulasi telah tumbuh (hijau)
61
Panduan Praktis Agroforestri
Langkah 4. Peserta pergi ke lapangan/kebun kakao TM. Ambil entres klon unggul yang diinginkan (10-12 cm). Buka kulit jendela tempat penempelan pada batang dengan menggunakan pisau okulasi sesuaikan dengan besar/diameter entres. Sayat pangkal entres membentuk 300-450 dengan panjang entres 10-12 cm atau 2-3 mata tunas. Tempel pangkal entres pada kulit yang dibuka, kemudian ikat dan dibalut dengan tali plastik pada pangkal entres yang ditutup oleh irisan kulit batang. Sungkup dengan plastik lalu diikat rapat dengan tali plastik atau rafia. Bahan diskusi: Mengapa pohon induk harus berumur 12-18 tahun? Jelaskan Bagaimana jika pohon induk kurang atau lebih dari umur tersebut? Jelaskan Mengapa saudara harus mengetahui syarat-syarat pohon induk yang baik? Jelaskan Mengapa pohon induk harus dipilih yang tahan/toleran terhadap serangan OPT? Jelaskan. Mengapa biji yang akan dijadikan benih harus berasal dari buah batang utama dari pohon induknya ? Mengapa biji yang akan dijadikan benih harus berasal dari bagian tengah dari buah? apabila keseluruhan biji digunakan, apa yang terjadi? Mengapa selaput biji atau lendir harus dibersihkan terlebih dahulu ? apabila tidak dibersihkan, apa yang terjadi? Jelaskan. Mengapa entris sebaiknya diambil dari kebun induk atau pohon yang telah terseleksi, jelaskan Mengapa cabang diambil dari cabang chupon dan cukup sinar matahari, jelaskan Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam mengambil entris Kenapa bahan entris dibungkus dengan debok pisang, jelaskan Bagaimana penanganan Entris jika hendak dibawa jauh? Mengapa okulasi perlu dilakukan? Bagaimana bila diameter batang bawah <1,5 cm atau > dari 15 cm. Jelaskan. Mengapa dalam perlakuan okulasi kambium tidak boleh terluka? Mengapa jendela batang bawah tidak boleh terlalu lama terbuka ? Mengapa perlu dibalut dengan plastik/tali ravia ? Apakah ada cara okulasi lain yang anda ketahui selain cara ini ? Setelah okulasi dilakukan bagaimana penanganan selanjutnya?
Panduan Praktis Agroforestri
62
Apa keunggulan teknik sambung samping dibandingkan dengan teknik okulasi. Sebutkan minimal 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sambung samping. Kapan saat yang tepat melakukan sambung samping? Apakah saudara pernah melakukan teknik sambung samping? jika pernah, bagaimana hasilnya dan jelaskan caranya. Apa kesimpulan dari kegiatan ini ?
7.6 Pemeliharaan Tanaman Di Lapangan Penyiangan Pada tanaman kakao muda (tanaman belum menghasilkan), gulma menjadi satu kendala utama. Gulma atau tumbuhan pengganggu seperti alang-alang, teki dan sebagainya perlu dikendalikan sedang untuk tumbuhan lunak hanya dikendalikan perkembangannya dalam hal tinggi dan tempat tumbuhnya tanaman utama. Lahan yang sama sekali bebas/bersih dari rerumputan (clean weeding) tidak dapat dibenarkan karena akan menimbulkan bahaya erosi pada musim hujan. Pada tanaman kakao muda, pinggiran pohon hendaknya bebas dari rumput/gulma akan tetapi dilindungi dengan serasah. Serasah ini dapat berasal dari babatan pangkasan naungan. Dengan semakin berkembangnya tajuk pohon kakao, piringan pohon makin meluas juga sampai tumbuhan liar hanya terdapat dilereng-lereng teras saja. Di daerah-daerah yang mempunyai musim kering tegas, dimana cadangan air tanahnya hanya sedikit, pada permulaan musim kemarau sebaiknya mengadakan pemberantasan tumbuhan liar secara total dengan jalan mekanis atau kimiawi dan dilakukan sebelum tumbuhan tersebut mati sendiri karena kekeringan. Cara mekanis dengan cangkulan ringan hanya beberapa cm saja adalah sangat baik. Keuntungan dari cara tersebut adalah disamping mematikan gulma yang tidak dikehendaki dengan memotong sekitar leher akarnya juga memutus kapiler tanah sehingga akan sangat menghambat/menghentikan penguapan cadangan air tanah. Pemupukan Cara Pemupukan pada TBM dan TM Tanaman kakao mempunyai sistem perakaran dangkal dan sangat spesifik. Perakaran ke samping tidak lebih dari 2 meter dari batang utama, sehingga perlu diketahui cara penempatan pupuk yang tepat bagi tanaman belum menghasilkan dan tanaman
63
Panduan Praktis Agroforestri
menghasilkan agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman semaksimal mungkin. Ada beberapa cara pemberian pupuk pada tanaman kakao yaitu cara melingkar, gawangan, jalur dan sistem “L”. Jenis-jenis Pupuk Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah ternyata bermacam-macam. Berdasarkan asal pembuatannya, pupuk dapat digolongkan menjadi dua yaitu : pupuk organik dan pupuk anorganik. a. Pupuk Organik Dikatakan pupuk organik karena pupuk ini berasal dari pelapukan sisa-sisa mahluk hidup, seperti tanaman, hewan, manusia dan kotoran hewan. Pupuk ini umumnya merupakan pupuk lengkap, artinya mengandung unsur mikro dan makro tetapi jumlahnya sedikit. Jenis-jenis pupuk organik adalah pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau dan guano. b. Pupuk anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia. Kandungan unsur hara pupuk organik umumnya tinggi. Pupuk ini kebanyakan hasil ramuan pabrik, tetapi ada pula yang yang digali dari alam seperti fosfat alam dan kapur pertanian. Oleh sebab itu pupuk anorganik umumnya dibuat manusia maka kandungan haranya dapat beragam karena disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Jenis-jenis pupuk anorganik adalah urea, TSP, Kcl, Sp36, ZA, NPK dll. Sifat umum pupuk anorganik : Kadar unsur hara yang dikendungnya tinggi. Daya mengisap dan melepaskan air tinggi sehingg harus di letakkan di tempat tertentu. Mudah larut dalam air sehingga mudah diserap olah tanaman. Umumnya mempunyai kadar kemasaman tinggi Bekerja cepat sehingga dapat dilihat pengaruhnya. Bokhasi Pembuatan EM4 Pembuatan EM4 menggunakan bahan-bahan yang murah, tepat guna dan mudah tersedia di tingkat petani, khususnya dengan memfaatkan seluruh potensi sumber daya alam disekitar lingkungan kebun. EM4 adalah suatu tehnologi budidaya pertanian untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman dengan mengunakan Mikroorganisme yang bermamfaat bagi pertumbuhan tanaman. EM4 mengandung beberapa organisme anatara lain ; Lactobacillus sp, Rhodoppseudomonas sp, ragi, jamur penguari selulose.
Panduan Praktis Agroforestri
64
Cara kerja dari EM4 dapat menekan populasi hama dan penyakit tanaman, meningkatakan kesuburan tanah dan tamanan. Di pasaran EM4 harganya cukup tinggi, juga tidak selamanya tersedia, dilain pihak pembuatan EM4 sangat sederhana. Pembuatan Bokhasi dari Kulit dan Serasah Daun Kakao Pemangkasan dan pemanenan merupakan bagian dari kegiatan teknis pada budidaya tanaman kakao. Kulit buah kakao selama ini belum dimanfaatkan oleh petani demikuan juga serasah daun kakao serta petani sampai saat ini masih mengandalkan pupuk kimia. Banyaknya penumpukan daun di sekitar batang tanaman dan ditambah lagi daun segar yang gugur secara alami, hal ini terus berkelanjutan selama budidaya tanaman kakao diusahakan. Hal demikian dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman kakao, karena dapat merangsang timbulnya OPT. Seperti JAP dan berkembangnya PBK. Untuk itu perlu dicari jalan keluarnya, salah satu jalan keluar yang dirasa sangat menguntungkan adalah dengan mengubah kulit dan serasah daun kakao menjadi bokashi, disamping dapat membantu menekan populasi OPT, juga dapat membantu petani dalam menangani masalah pupuk, yang pada saat ini merupakan permasalahan utama di kalangan petani. Pemangkasan Tujuan pemangkasan adalah untuk menjaga/pencegahan serangan hama atau penyakit, membentuk pohon, memelihara tanaman dan untuk memacu produksi. Ada Beberapa Jenis Pemangkasan pada Tanaman Kakao: a. Pemangkasan Bentuk Fase muda Dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan dengan membuang cabang yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang letaknya merata ke segala arah untuk membentuk jorquette (percabangan). Fase remaja Dilakukan pada saat tanaman berumur 18-24 bulan dengan membuang cabang primer sejauh 30-60 cm dari jorquette. b. Pemangkasan pemeliharaan Membuang tunas yang tidak diinginkan, cabang kering, cabang melintang dan ranting yang menyebabkan tanaman terlalu rimbun. c. Pemangkasan produksi Bertujuan untuk mendorong tanaman agar memiliki kemampuan berproduksi secara maksimal. Pemangkasan ini dilakukan untuk mengurangi kelebatan daun.
65
Panduan Praktis Agroforestri
Tujuan: Agar peserta memahami cara perawatan tanaman kakao mulai dari sanitasi, pembutan pupuk, pemupukan dan pemangkasan Alat/Bahan: Pemangkasan dan Sanitasi Kebun kakao, Gunting pangkas, gergaji Pemupukan Lokasi kebun kakao TM/TBM, pupuk Pupuk Kandang, pupuk kompos, Urea, ZA, SP36,TSP, KCL, NPK, glass aqua, air. Pembuatan EM4 Nenas masak, pisang masak, nira arean manis, blender, alkohol 90%, kain kasa, pisau, tali rafia, toples plastik/kaca, ember, kapas, kertas plano, botol, gelas ukur, sabun cuci, air masak, Pembuatan bhokasiZ Bhokasi (kulit kakao, serasah daun kakao, EM4, Air, parang babat/garuk, plastik transparan, kertas koran, alkohol, semprotan tangan, papan pres herbarium, spidol, Ember, cangkul, , timbangan, takaran dan garpu, plastik hitam Langkah-langkah: Langkah 1. Sanitasi Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok (3-5 orang) Peserta mempersiapkan bahan dan alat Peserta ke lapangan/kebun kakao TBM/TM Amati dan catat jenis rumput yang ada Masing-masing kelompok mengambil setiap jenis rumput/gulma yang ditemukan Bersihkan piringan dari rumput-rumput Peserta kembali ke tempat diskusi Buatlah herbarium dari jenis rumput yang diambil Langkah 2. Pemangkasan Peserta dibagi dalam beberapa kelompok (3-5 orang) Peserta mempersiapkan bahan dan alat Masing-masing Kelompok mencari tanaman kakao yang yang rimbun. Gambarlah tanaman kakao tersebut seluruhnya sesuai apa yang dijumpai pada tanaman termasuk cabang-cabang dan ranting-rantingnya.
Panduan Praktis Agroforestri
66
Pangkas tanaman kakao setelah selesai digambar, lalukan diskusi sesama peserta sebelum melakukan pemotongan cabang/ranting yang akan dipangkas. Setelah setelah pemangkasan selesai, gambar kembali tanaman kakao yang telah selesai dipangkas. Kembali ke lokasi diskusi, jawab bahan diskusi lalu presentasekan hasil pengambaran tanaman baik sebelum maupun sesudah dipangkas sekaligus bahan diskusi. Langkah 3. Pemupukan Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 orang Peserta mempersiapkan bahan dan alat Masing-masing kelompok kelapangan mengamati perakaran TBM dan TM Untuk tanaman menghasilkan daun-daun kering disisihkan untuk tempat pemupukan Pupuk ditabur sejajar dengan lingkaran tajuk tanaman untuk TBM, sedang untuk TM dilakukan secara sistem “L” sesuai dosis anjuran. Langkah 4. Pembuatan EM4 Peserta dibagi menjadi 4-5 kelompok Peserta mempersiapkan bahan dan alat Bahan dan alat semua dalam keadan steril dengan mengunakan alkohol 90% termasuk tangan peserta yang terlibat. Buah nenas, pisang dll dikupas kulitnya lalu di potong-potong kecil dengan ukuran 3-4 cm. Bahan dimasukkan dalam blender secara bertahap untuk dihaluskan dan menjadi sari Sari nenas dan pisang dimasukkan dalam wadah plastik secara terpisah. Wadah yang berisi sari tersebut ditutup dengan kertas plano dan diikat secara rapi dengan tali rafia kemudian disimpan ditempat yang aman sekaligus di panen selama waktu 18 jam. Setelah melewati 18 jam sari nenas dan sari pisang diperas dengan menggunakan kain puring untuk mendaptkan asari nenas dan sari pisang. Sari air nenas dan sari air pisang serta nira manis dicampur dengan perbandingan 1 : 1. dimana sari air nenas dan sari air pisang 1 liter dicampurkan dengan 1 liter nira manis. Setelah dicampur secara merata kemudian dimasukkan kedalam wadah toples dan ditutup dengan kain puring diikat tali rafia secara melinkar. Toples yang berisikan larutan tersebut diletakkan pada tempat yang terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.
67
Panduan Praktis Agroforestri
Pengamatan dilakukan setiap minggu sekali. Setelah 21 hari EM4 sudah dapat dipanen. Langkah 5. Pembuatan Bokhasi Peserta dibagi menjadi 2-3 kelompok Peserta mempersiapkan bahan dan alat Peserta mengumpulkan kulit dan serasah kemudian dicincang 2 cm Peserta membuat lobang ukuran 1 m3 dan ditengah diberi bambu Dasar lubang diberi racikan serasah setebal 8-10 cm (setelah dipadatkan) Bahan yang telah dicincang disiram dengan larutan EM4 yang telah diencerkan (200 ml/100 kg bahan) Siram lapisan tersebut sampai basah sambil diaduk hingga merata Bahan dimasukkan kedalam lobang yang telah tersedia Tutup lapisan tersebut dengan plastik hitam Lakukan pengamatan, apabila suhu diatas 50 0 Celciuus plastik dibuka selama 15 menit sambil bahan dibalik kemudian ditutup lagi. Bahan diskusi 1 Mengapa perlu dilakukan merumput pada tanaman kakao? Kapan sebaiknya merumput dilakukan? Hal-hal apa yang perlu diperhatikan pada saat merumput? jelaskan Selain dengan cara manual untuk merumput, cara apa lagi yang anda ketahui untuk mengendalikan gulma ? jelaskan Apa manfaat herbarium dalam kegiatan ini ? Mengapa pupuk ditabur dekat dengan ujung akar ? jelaskan Mengapa pemupukan dilakukan secara melingkar pada TBM dan secara sistem L pada TM ? jelaskan Bagaimana bila pemupukan secara melingkar pada TM ? jelaskan Mengapa pupuk perlu ditutup setelah ditabur ? Bagaimana kebiasaan petani melakukan pemupukan ? Sebutkan jenis-jenis pupuk anorganik dan sifat-sifatnya ? Apa keuntungan pemakaian pupuk Kandang/Kompos ? Jelaskan. Jika mengunakan pupuk pabrik perlukah pupuk ditanam ? Jelaskan. Pada musim kemarau, apakah pemupukan tanaman dapat dilakukan ? kalau ya Kenapa ? jika tidak, kenapa ? Jelskan. Kenapa tanaman kakao dipupuk ? Jelaskan. Bahan diskusi 2 Sebutkan 4 jenis pemangkasan pada tanaman kakao dan kapan masingmasing dilakukan.
Panduan Praktis Agroforestri
68
7.7 Panen dan Pasca Panen Jika tanaman kakao tidak dipangkas, apa akibatnya ? Jelaskan Jika tanaman kakao dilakukan pemupukan tetapi tidak dilakukan pemangkasan, apa akibatnya, jelaskan. Jika tanaman kakao dipangkas, tetapi tidak dilakukan pemupukan, apa akibatnya, jelaskan Apa kesimpulan dari kegiatan ini ? Bahan Diskusi 3 Apa saja yang perlu diperhatikan agar pembuatan Em4 dapat berhasil Apakah EM4 dapat langsung digunakan pada tanaman kakao ? Apa mamfaat EM4 pada tanaman kakao ? Bagaimana ciri-ciri EM4 yang jadi atau tidak jadi ? Apakah ada bahan lain yang dapat dipergunakan untuk membuat EM4 selain nenas dan pisang? Apa kesimpulan saudara dari kegiatan ini. Catatan : jika berhasil EM4 yang dibuat akan mengeluarkan aromanya yang harum/enak, warna cairan jernih/cerah sesuai warna cairan media yang dibuat. Bahan Diskusi 4 Jelaskan apa saja kerugian yang ditimbulkan serasah dan kulit kakao ? Kenapa serasah dan kulit kakao harus dirajang selebar 2 cm ? Apa manfaat bambu ditengah lubang tersebut ? Apa manfaat larutan EM4 ? Dimana sebaiknya tempat pembuatan bokhasi ini dilakukan ? Apa keuntungan dari pembuatan bokhasi? Apa kesimpulan saudara dari kegiatan ini.
Ciri-ciri Buah Masak Panen dimulai jika buah sudah masak. Buah - buah yang masak dapat ditandai dari perubahan warnanya. Buah-buah yang tadinya berwarna hijau jika masak akan berwarna kuning dan bila buah berwarna merah jika masak berwarna jingga/orange. Waktu yang diperlukan oleh buah mulai terbentuk sampai masak kurang lebih 6 bulan. Buah yang sudah matang harus segera dipanen dengan tujuan agar biji tidak berkecambah di dalam buah (biji kakao tidak mempunyai masa istirahat), terhindar dari serangan hama dan penyakit serta sebab-sebab lain yang merugikan. Jangan sampai memanen buah muda karena dapat menurunkan mutu dan produksi disamping itu buah muda bijinya belum bernas. Panen Salah satu penyebab turunnya produksi adalah akibat cara panen yang salah. Cara panen yang benar adalah menggunakan pisau panen yang tajam dan baik (egrek atau pisau bengkok). Potonglah tangkai buah dengan hati-hati jangan sampai bantalan bunga/buah tersayat. Bila tersayat maka pada tahun berikutnya pada bantalan tersebut tidak menghasilkan bunga/buah, karena bunga biasanya muncul pada bantalan yang sama. Rotasi panen tergantung pada musim. Pada musim buah besar biasanya panen dilaksanakan 1 minggu sekali. Pada waktu panen kecil dilaksanakan 1-2 minggu sekali. Buah yang telah dipanen sebaiknya dipecah di lapangan dan kulit buah dikumpul dan ditanam di lapangan. Setelah melapuk kulit buah ini dibongkar dan diserakkan ke lapangan. pembelahan dapat dilaksanakan dengan parang, hati-hati jangan sampai merusak biji, kemudian biji diambil tanpa ikut plasentanya dan dikumpulkan untuk dibawa ke tempat pemeraman. Biji yang diserang penyakit harus dipisahkan. Fermentasi Biji kakao yang tidak difermentasi tidak menghasilkan aroma coklat yang khas. Coklat yang dibuat dari biji yang tidak difermentasi akan mempunyai rasa sangat kepat, lebih pahit dan tidak mempunyai aroma coklat. Untuk menghasilkan biji kakao kering yang dapat diterima oleh konsumen/produsen coklat maka diperlukan fermentasi. Fermentasi dapat dilakukan dengan
69
Panduan Praktis Agroforestri
Panduan Praktis Agroforestri
70
menggunakan peti mini, alasnya dibuat miring dengan ukuran 45 x 45 cm yang mempunyai lubang fermentasi dengan diameter 1 cm dan jarak antar lubang 6 cm. Selain peti mini fermentasi dapat dilakukan dengan keranjang rotan dan dialasi dengan daun pisang yang dilubangi. Tinggi keranjang atau biji kakao basah tidak boleh melebihi dari 42 cm. Fermentasi/pemeraman biji dilakukan selama 5-7 hari dan setiap hari (1 x 24 jam) minimum 1 kali diaduk atau dibalik sehingga proses fermentasi merata dan akan menciptakan aroma citarasa yang sedap. Tanda-tanda bahwa pemeraman telah selesai adalah pulp mudah dibersihkan dari kulit biji. Kulit biji berwarna coklat dan bau asam cuka yang tajam. Pengeringan Untuk menghindari serangan jamur setelah biji di fermentasi segera dilakukan pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari atau pengeringan buatan. Pengeringan yang cepat akan menyebabkan keasaman yang tinggi, oleh karena itu biji yang dikeringkan dengan alat pengering buatan pada temperatur tinggi dengan waktu singkat mempunyai bau asam sangat tajam dibandingkan dengan biji yang dikeringkan dengan sinar matahari. Panen puncak buah kakao pada umumnya jatuh pada musim hujan maka pengeringan dengan sinar matahari tidak dapat dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan pengeringan tipe drum atau tipe panci. Pengeringan lambat adalah temperatur mendekati temperatur sinar matahari yaitu 45-600C. Pengeringan dihentikan apabila biji sudah cukup kering/biji keriput atau sudah rapuh. (kadar air 6-7 %). Untuk meningkatkan mutu biji kakao yang dihasilkan perlu dilakukan sortasi debu dan kotoran atau benda asing yang ikut bersamanya harus dibuang. Sortasi dapat dilakukan secara manual/memakai alat yang disebut komben dan ayakan bergetar dengan demikian akan diperoleh biji dengan ukuran yang seragam. Selama proses sortasi, jumlah yang hilang umumnya tidak lebih dari 1,5%. Penggudangan/Penyimpanan Hasil panen biji kakao yang sudah kering dan disortasi sebelum dipasarkan/dijual, petani biasanya melakukan penyimpanan terlebih dahulu didalam tempat penyimpanan (gudang) untuk beberapa waktu lamanya. Hal ini dimaksudkan antara lain untu (1). Menunggu harga jual yang lebih baik dalam pelelangan; (2). Mengumpulkan hasil panen sampai volume tertentu yang sudah dijual dan lain-lain). Biji kakao yang akan disimpan dimasukkan dalam karung goni atau karung plastik seberat 50-60 kg. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan biji kakao adalah: (1) Kadar air biji harus 7-8 %, (2) Wadah/karung yang digunakan harus bersih, (3) Tempat penyimpanan harus bersih dan jauh dari bahan yang berbau, (4) Alas gudang dilapisi kayu agar karung goni tidak menyentuh lantai dengan jarak 10 cm, (5) Untuk menjaga udara gudang tetap kering maka sebaiknya dipasang lampu pemanas.
71
Panduan Praktis Agroforestri
Pemasaran Tata niaga para pekebun kecil atau perkebunan rakyat berbeda dengan perkebun besar. Hal ini disebabkan oleh jumlah hasil yang relatif masih sedikit dan kualitasnya masih juga kurang memuaskan. Dibeberapa daerah pelaku tata niaga kakao rakyat adalah pedagang pengumpul didesa, pedagang perantara/pengumpul dikecamatan, pedangan interce luler/eksportir dikabupaten, dan eksportir tingkat propinsi. Ada pula pedagang yang membeli buah kakao dan kemudian dengan alat fermentasi yang lebih baik melakukan fermentasi sendiri. Hal ini akan diperoleh biji kakao yang lebih baik. Secara keseluruhan pada pekebun kecil (petani kakao) selalu menjual kakao kepada pedagang pengumpul sehingga mengakibatkan harga relatif lebih rendah. Tujuan : Agar peserta mengetahui dan mempraktekkan panen & pasca panen pada tanaman kakao Alat/Bahan: Bahan: Kebun kakao ( TM) yang banyak buah yang siap panen, daun pisang, biji kakao yang baru dipanen Biji kakao yang sudah kering dan siap disimpan di dalam gudang, alat guang Alat: gunting potong, ember, kertas koran, spidol, parang, goni, beko, Kayu untuk mengaduk, gudang penyimpanan, ember Tikar plastik/anjang-anjang dari anyaman bambu, lantai jemur semen (bila tersedia), garpu, spidol, goni plastik (kantongan), omprongan, kayu api, korek apai, minyak lampu, ayakan. Langkah-langkah: Langkah 1. Panen Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok (3-5 orang) Peserta mempersiapkan bahan dan alat Peserta ke kebun kakao Ambil buah hijau, merah, kuning dan jingga/orange Perhatikan perbedaan warnanya Gambarkan buah-buah yang diambil Lakukan panen dengan memotong tangkai buah (hati-hati jangan sampai bantalan buah tersayat dengan menggunakan pisau panen yang tajam)
Panduan Praktis Agroforestri
72
Ambil buah yang dipanen dan belah serta ambil bijinya, lalu ditimbang Pisah buah yang sehat dan yang terserang penyakit Benamkann bekas kulitnya dalam tanah Langkah 2. Fermentasi Setiap kelompok mengambil keranjang rotan yang dialasi dengan daun pisang serta buat lubang Masukkan biji yang sehat ke dalam keranjang Tutup dengan daun pisang Letakkan ditempat yang terlindung dan aman Dibalik setiap 1 hari sekali selama 5-7 hari sampai berubah warna dan aromanya Langkah 3. Pengeringan Pengeringan dengan sinar matahari Peserta dibagi beberapa kelompok (3-5 orang per kelompok) Ambil buah yang sudah difermentasi, lalu jemur dengan lapisan biji kakao setipis mungkin (jangan bertimpa) Lakukan pembalikan biji kakao agar kekeringan dan warna biji seragam (pengeringan dilakukan sampai biji keriput dan rapuh, kadar air + 7,5%). Pengeringan omprongan Masukkan biji ke dalam bak omprongan sesuai dengan kapasitas Masukkan kayu api secukupnya ke dalam tungku pembakaran Nyalakan api (suhu 45-500C) Setiap 1 x 24 jam biji kakao harus dibalik selama 5 hari Sortasi (Ambil buah yang sudah dikeringkan, Biji diayak, Pisahkan biji yang bagus sesuai dengan kriteria yang ada: Mutu A: Warna merah/coklat merata, biji bulat penuh Mutu B: Warna merah/coklat kurang merata, berbercak-bercak, biji kurang bulat/rusak sedikit Mutu C: Warna merah/coklat tidak merata, biji gepeng dan berkeriput Mutu G : Campuran biji yang tidak berkulit dengan biji yang berkulit yang pecah-pecah Mutu Z : biji berwarna hitam, kotor karena tanah, bekas serangan penyakit, sisa dari hama tikus atau bajing Langkah 4. Pemasaran Peserta dibagi dalam beberapa kelompok terdiri dari 3-5 orang
73
Panduan Praktis Agroforestri
Masing-masing kelompok mendiskusikan dan alternatif pemecahannya tentang : (1) Mutu/Kwalitas produksi, (2) Pedagang pengumpul dan tengkulak, (3) Lemahnya modal petani , (4) Perkembangan daftar harga, dan (5) lainlain yang dianggap perlu. Bahan Diskusi Bagaimana ciri-ciri buah yang masak? Apa yang terjadi bila panen buah terlambat? Apa yang terjadi bila buah muda dipanen Berapa lama waktu yang diperlukan sejak dari bunga sampai bisa dipanen Mengapa perlu dilakukan cara penen yang benar ? Jelaskan. Mengapa bantalan buah perlu dipertahankan ? Bila bantalan buah tersayat pada saat panen, apa akibat yang terjadi ? Jelaskan Apa yang terjadi pada panen berikutnya bila panen dilakukan dengan tangan? Mengapa kulit buah perlu dibenam ke dalam tanah ? Apa manfaat pemisahan buah sehat dan yang sakit ? Jelaskan Mengapa fermentasi perlu dilakukan, dan bagaimana jika tidak ? Jelaskan Apa yang terjadi jika fermentasi dilakukan kurang dari 5 hari. Apa pula yang terjadi jika lebih dari 7 hari ? Jelaskan Selain cara pengolahan tersebut di atas, apakah ada cara lain yang pernah saudara lakukan ? Jika ada jelaskan Apakah limbah fermentasi dapat dimanfaatkan ? Jelaskan Mengapa pengeringan perlu dilakukan ? Mengapa kadar air harus 7%, bila diatas 7% atau dibawah, apa yang terjadi? Jelaskan Mengapa perlu dilakukan pembalikan pada saat pengeringan ? Mengapa pengeringan dengan sinar matahari lebih baik daripada pengeringan buatan ? Bila terjadi kebocoran pada pipa uap panas dalam omprongan apa yang akan terjadi? Bila pengeringan dilakukan kurang dari 5 hari dalam temperatur tinggi apa yang terjadi ?Mengapa perlu dilakukan sortasi ? Bagaimana penentuan mutu biji kakao di lokasi anda ? Apakah hambatan/permasalahan yang selalu dijumpai dalam hal pemasaran? dan bagaimana jalan keluarnya? Jelaskan Mengapa sebagian petani kakao tidak menjual hasilnya ke KUD? dan upaya apa saja yang sudah anda lakukan? jelaskan. Mengapa petani sulit menghindari keterikatan dengan tengkulak? Kenapa kepercayaan petani kepada KUD semakin berkurang?
Panduan Praktis Agroforestri
74
BAHAN BACAAN Anonim. Agroforests : Examples from Indonesia. Published by ICRAF, ORSTOM, CIRAD-CP and the Ford Foundation. BPS Aceh Tenggara 2009-2011. Aceh Tenggara dalam angka tahun 2009-2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tenggara. Budiarsono S, B Arifatmi, H. de Foresta, 2000. Damar Agroforest Establishment and Sources of Livelihood: A Profitability Assessment of Damar Agroforest System in Krui, Lampung, Indonesia. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), Bogor. Indonersia.
Sunaryo, dkk. 2003. Pengantar Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Tony Djogo, dkk. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroforestri Wanatani di Nusa Tenggara, Prosiding Lokakarya Wanatani Se-Nusa Tenggara 2001. Denpasar, Bali. International Centre for Research in Agroforestry Southeast Asia Regional Research Programme, Bogor, Indonesia. Wijayanto N. 1993. Potensi pohon kebun campuran damar matakucing di Desa Pahmungan, Lampung, Laporan Orstom-Biotrop.
Dr. Thalib Akbar, M.Sc, 2004, Sanksi dan Denda Tindak Pidana Adat Alas.
Thiollay JM, 1993. The role of traditional agroforests in the conservation of rain forest bird diversity in Sumatera.
De Foresta dan G. Michon 1997. “The Agroforest alternative to Imperata grassland: when smallholder agriculture and forestry reach sustainability”.
Turner RK, D. Peace and I Bateman. 1994, Environmental Economic. Harvester Wheatsheaf, London.
(Siregar, 1990). Tidak ditemukan, mohon dihapus saja sumbernya.
Web Site http://www.worldagroforestrycentre.org/sea.
Kominta Sari, dkk. 2001. Modul Sekolah Lapang Kakao Model Polikultur. BITRA Indonesia
Widianto, dkk. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF).
Ratna A. Dkk. 2003. Meningkatkan Produktivitas Karet Rakyat melalui Sistem Wanatani Mustofa A.G, dkk. 2003. Pengantar Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Mustofa A.G, dkk. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri, World Agroforestry Centre (ICRAF). Nair, RPK. 1989. Agroforestry System in the Tropics. Kluwer Academic Publicher. Doordrect, The Netherland. Pearce D dan D. Moran. 1994. The Economic Value of Biodiversity. IUCN-The World Consevation Union. London, UK. Santos, JML. 1998. The Economic Valuation od Landscape Change, Theory and Policies for Land Use and Concervation. Edward Elgar, Massachusetts, USA. Soekirman, dkk. 2007. Sayum Sabah. Potret Pertanian Polikultur. BITRA Indonesia.
75
Panduan Praktis Agroforestri
Panduan Praktis Agroforestri
76