BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh asimetri informasi pada praktek pembiayaan perbankan syariah khususnya pengaruh pada tingkat marjin, tingkat jaminan, proporsi penggunaan pembiayaan dan loyalitas nasabah terutama tentang keberlanjutan kerjasama dan alasan nasabah memilih bank syariahterdapat beberapa kesimpulan dan rekomendasi berikut ini.
5.1. Kesimpulan Dari hasil pengujian dari penelitian ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut ini. 1. Bank syariah beroperasional di Indonesia relatif baru sehingga masalah asimetri informasi juga dirasakan oleh bank syariah. Bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah harus memiliki keyakinan atas kemauan dan kemampuan nasabah untuk melunasi kewajiban pada waktunya. Informasi tentang karakter, keahlian nasabah, permodalan, agunan dan prospek usaha yang dibiyai yang dimiliki oleh bank syariah terbatas deibandingkan dengan yang dimiliki oleh nasabah. Tingkat asimetri pembiayaan produktif khususnya modal kerja lebih tinggi daripada pembiayaan investasi dan konsumsi. Tingginya tingkat asimetri informasi pembiayaan modal kerja mengakibatkan risiko pembiayaan modal kerja tertinggi sehingga pembiayaan di bank syariah yang bermasalah terbesar pada pembiayaan modal kerja. Pembiayaan konsumsi yang memiliki tingkat asimetri informasi
126
terendah maka pembiayaan konsumsi di bank syariah mengalami pertumbuhan yang paling tinggi sehingga proporsi pembiayaan konsumsi menyamai pembiayaan modal kerja. Undang-Undang perbankan syariah yang baru ditetapkan pada tahun 2008 sedangkan bank konvensional sudah puluhan tahun maka tingkat asimetri pembiayaan bank syariah masih lebih tinggi dari pembiayaam bank konvensional. 2. Tingkat asimetr informasi berpengaruh positif terhadap tingkat marjin. Pembiayaan modal kerja yang memiliki asimetri informasi tertinggi maka rata-rata tingkat marjin pembiayaan modal kerja paling tinggi. Pembiayaan konsumsi dengan pembiayaan investasi memiliki pola pencairan dan pembayaran yang hamper sama memiliki tingkat marjin yang berbeda tidak signifikan. Tingkat asimetri informasi bank syariah yang lebih tinggi daripada bank konvensional sehingga tingkat marjin pembiayaan bank syariah lebih tinggi daripada bank konvensional. 3. Tingkat asimetri yang tinggi maka risiko bagi bank juga tinggi untuk mengurangi risiko antara lain dilakukan dengan meminta jaminan tambahan berupa aktiva tetap yang diikat secara khusus. Tingkat rasio jaminan nasabah tidak dipengaruhi oleh tingkat asimetri informasi. Tingkat rasio jaminan pembiayaan modal kerja, investasi dan konsumsi bank syariah tidak berbeda signifikan. Perbankan di Indonesia baik bank syariah maupun bank konvensional menggunakan jaminan tambahan aktiva tetap dalam pembiayaan sehingga tingkat rasio jaminan nasabah pembiayaan bank syariah tidak berbeda signifikan dengan nasabah bank konvensional. 4. Pembiayaan modal kerja merupakan pangsa pasar terbesar bagi perbankan sehingga pembiayaan di bank syariah dan bank konvensional terbesar pada pembiayaan modal kerja. Proporsi pembiayaan modal kerja di bank syariah dan bank konvensional
127
berbeda tidak signifikan. Pembiayaan konsumsi yang memiliki tingkat asimetri informasi terendah memiliki proporsi yang cukup tinggi di bank syariah sehingga pembiayaan konsumsi di bank syariah proporsinya lebih besar daripada pembiayaan konsumsi di bank konvensional. Pembiayaan konsumsi di bank syariah mengalami pertumbuhan yang tertinggi. 5. Perbankan syariah dalam menjalankan usahanya memiliki nilai spiritual sehingga lebih menjunjung kejujuran, penghargaan atas manusia, keadilan dan memiliki tujuan kesejahteraan sosial selain mencari laba. Nasabah memilih bank syariah karena nilai spiritual sehingga jumlah nasabah yang memilih bermitra dengan bank syariah dengan alasan religi lebih tinggi. Nasabah pembiayaan konsumsi memiliki motivasi religi tertinggi daripada pembiayaam modal kerja dan investasi. Nasabah konsumsi yang sebagian besar adalah pegawawi negeri/swasta, polisi dan tentara memiliki nilai religi lebih tinggi daripada nasabah pengusaha pembiayaan modal kerja dan investasi. Alasan religi nasbah pembiayaan bank syariah adalah untuk menghindari riba. 6. Menjalankan usaha dengan nilai spiritual dapat membuat kelangsungan usaha lebih dapat bertahan lama, namun bank syariah yang operasional di Indonesia masih belum dapat mengembangkan secara optimal nilai syariah dalam operasional usahanya sehingga tingkat loyalitas nasabah khususnya dalam keberlanjutan atau tidak pindah ke bank lain tidak lebih tinggi daripada nasabah bank konvensional. Nasabah pembiayaan konsumsi dan investasi di bank syariah memiliki loyalitas lebih tinggi daripada pembiayaan modal kerja. Nasabah bank syariah saat ini sebagian besar hanya menggunakan bank syariah dalam kegiatan perbankannya. Nasabah bank
128
syariah merekomendasikan kepada rekan, saudara untuk menggunakan bank syariah sebagai tempat untuk melakukan transaksi perbankan.
5.2. Rekomendasi Hasil dari kesimpulan penelitian maka terdapat beberapa rekomendasi sebagai berikut ini. 1. Pengelolaan bank dilakukan antara lain dengan managemen aktiva dan kewajiban bank. Keunggulan bank syariah adalah kewajiban dibank syariah lebih besar dengan sistem bagi hasil dan di Indonesia lebih dari 80% simpanan dana nasabah dengan sistem bagi hasil sehingga beban bagi bank tergantung dari besarnya laba bukan beban tetap yang ditentukan di muka. Namun beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat nisbah bagi hasil simpanan dana masyarakat mengacu pada tingkat suku bunga maka perlu diteliti apakah praktik penentuan imbalan sumber dana di bank syariah berdasarkan laba atau mengacu pada tingkat suku bunga. 2. Tingkat asimetri informasi mempengaruhi tingkat marjin sehingga marjin bank syariah untuk pembiayaan bagi hasil lebih tinggi dari marjin pembiayaan bukan bagi hasil. Sistem bagi hasil menghadapi masalah fundamental pada laporan keuangan yaitu asimetri informasi. Untuk itu perlu dilakukan diteliti berapa banyak nasabah pembiayaan bagi hasil bank syariah yang melakukan moral hazard menurunkan laba untuk menurunkan beban kewajiban. 3. Pembiayaan modal kerja memiliki asimetri informasi yang lebih tinggi daripada pembiayaan yang bukan bagi hasil sehingga perlu diteliti apakah pembiayaan modal kerja yang bermasalah disebabkan nasabah melakukan moral hazard.
129
4. Proporsi pembiayaan modal kerja di bank syariah tidak berbeda dengan bank konvensional, namun jenis usaha yang menggunakan pembiayaan modal kerja pada penelitian ini usaha kontraktor, koperasi simpan pinjam dan usaha mikro, kecil dan menengah untuk itu perlu dilakukan penelitian pemetaan jenis usaha yang sesuai dengan skema pembiayaan bank syariah untuk pembiayaan modal kerja. 5. Nasabah memilih bank syariah karena faktor religi dan ekonomi, Dalam syariah kegiatan usaha tidak dapat dipisahkan dari kegiatan religi sehingga kegiatan bank syariah memiliki nilai spiritual namun tingkat loyalitas nasabah syariah tidak lebih tinggi dari nasabah bank konvensional. Untuk itu perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain faktor marjin/nisbah bagi hasil terhadap loyalitas, penelitian rumusan nisbah bagi hasil yang lebih baik bagi bank syariah dan penerapan nilai spiritual oleh bank syariah menurut nasabah. 6. Penelitian bank dunia dan beberapa peneliti menemukan faktor ekonomi lebih besar sebagai pendorong nasabah memilih bank syariah. Namun motivasi nasabah deposan dan nasabah pembiayaan belum tentu sama karena nasabah pembiayaan adalah pihak yang memerlukan dana dan harus mengembalikan dan bila digunakan untuk usaha harus bersaing dengan pengusaha lain sehingga tingkat marjin juga sebagai variabel beban yang dipertimbangkan dalam usaha. Untuk itu perlu diteliti dan dipisahkan antara deposan dan nasabah pembiayaan alasan memilih bank syariah sebagai mitra. 7. Nasabah memilih bank syariah karena alasan religi antara lain tidak ada riba. Maka perlu diteliti apakah tingkat religi nasabah dapat menjadi variabel moderasi asimetri informasi.
130
5.3. Keterbatasan Penelitian ini dengan responden pembiayaan/nasabah bank sehingga terkendala kerahasiaan bank. Dengan kendala yang dihadapi tersebut maka keterbatasan penelitian adalah pengambilan sampel dilakukan secara judgement sampling tidak secara random dan terbatasnya sampel nasabah pembiayaan bagi hasil. Untuk hasil yang lebih baik maka penelitian selanjutkan agar sampel dapat dilakukan secara kelompok atau cluster sehingga semua kelompok nasabah terwakili baik kelompok jenis pembiayaan, kelompok sektor/jenis usaha maupun kelompok ukuran pembiayaan.
131