54
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
Dalam Bab IV ini akan diuraikan laporan dan deskripsi hasil penelitian. Uraian dalam laporan dan deskripsi hasil penelitian disusun berdasarkan rumusan masalah yang kemudian dibahas sebagai dasar untuk merumuskan kesimpulan dan saran penelitian. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut : A. Gambaran Umum Yayasan Bahtera 1. Sejarah Singkat Yayasan Bahtera Yayasan Bina Sejahtera Indonesia (BAHTERA) adalah sebuah lembaga
swadaya
mengkhususkan
pada
masyarakat
yang
pemberdayaan
program-programnya
masyarakat
terutama
lebih
anak-anak
pinggirin di Kota Bandung. Pada tahun 1980-an terdapat sekelompok orang yang peduli terhadap masalah-masalah sosial, mereka berupaya untuk memecahkan masalahmasalah sosial tersebut atas dasar kemauan dan kemampuan yang terbatas, bantuan diberikan terhadap gelandangan dengan cara memberikan rumah dan modal kecil untuk berdagang air mineral. Namun, kegiatan ini tidak berhasil karena kurang matangnya perencanaan yang akan dijalankan, sehingga kegiatan ini hanya bersifat charity. Kelompok ini kembali mengadakan kegiatan pada tahun 1992, dengan memberikan pelayanan pendidikan, berupa bimbingan kelompok belajar bagi
55
pekerja anak, anak rawan putus sekolah, dan anak yang masih sekolah di daerah margahayu. Pada tahun 1995 kelompok ini bergabung dengan aksi IPEC Muhammadiyah yang salah satu desa binaannya terletak di wilayah cibolerang dan Margahayu, kegiatan ini menjangkau 300 pekerja anak. Kemudian kelompok tersebut membentuk Yayasan Bahtera pada tanggal 27 Oktober 1995. Yayasan Bahtera senantiasa berupaya mengatasi berbagai permasalahan sosial terutama permasalahan anak jalanan dan buruh anak di bawah 18 tahun. Program yang lebih mengarah kepada pemberdayaan anak jalanan dan buruh anak tersebut dilakukan melalui : 1) Pendidikan dasar setingkat Sekolah Dasar dan Menengah serta literasi jalanan 2) Keterampilan dasar yang meliputi : menyablon, membatik, menjahit, komputer, pemanfaatan barang-barang bekas, otomotif (montir dan supir mobil) 3) Pelayanan kesehatan dasar 4) Pemberian beasiswa 5) Pemberian bantuan modal alternatif usaha Yayasan Bahtera memiliki Akta Notaris Wiratni Ahmadi, SH., No. 15, beralamat di Jalan Karasak Lama. Gg. Cadas ngampar No. 11A Bandung. Dalam hal ini keberadaan RPA Yayasan Bahtera sangat strategis dan dekat dengan lokasi aktivitas anak jalanan yang biasa beraktivitas di pusat-pusat perbelanjaan, terminal, perempatan lampu merah jalan raya. RPA Yayasan Bahtera memiliki komitmen
56
bahwa letak RPA ini harus selalu berada di dekat lokasi aktivitas anak jalanan, dengan sarana dan prasarana yang memadai. Adapun keadaan ruangan RPA Yayasan Bahtera terdiri atas : 1) Satu ruangan administrasi 2) Satu ruangan pertemuan 3) Satu ruangan program 4) Satu ruangan untuk menonton televisi 5) Satu shelter, yakni sebuah kamar yang biasanya dipergunakan oleh anak dampingan untuk transit atau tinggal sementara 6) Satu ruangan tamu 7) Dua ruangan kamar mandi 8) Dapur 9) Garasi yang dijadikan ruang belajar dan perpustakaan
2. Visi dan Misi Yayasan Bahtera Ada beberapa visi dan misi Yayasan Bahtera, antara lain : a. Visi 1) Terciptanya suatu kondisi yang memungkinkan masyarakat mampu memberdayakan diri, keluarga dan anak-anak mereka dalam menghadapi kehidupan. 2) Terwujudnya masyarakat berakhlaqul karimah yang diridhoi Allah SWT.
57
3) Terwujudnya suatu kondisi yang memungkinkan terpenuhinya hakhak
anak
dan
terlindunginya
anak
dari
segala
ekspolitasi
(ekonomi/seksual), kekerasan serta pelanggaran hak-hak anak. b. Misi 1) Advokasi kepada pemerintah untuk masukan perubahan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan terbaik bagi anak. 2) Advokasi kepada masyarakat agar dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya sehingga hak-hak anak dapat terwujud serta anak terhindar dari segala bentuk eksploitasi. 3) Menciptakan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak yang relevan (organisasi profesi, akademisi, lembaga pemerintah, sektor swasta, media massa, LPA dan organisasi internasional ). 4) Mobilisasi masyarakat untuk kepentingan pemenuhan hak-hak anak dan perlindungan anak.
3. Tujuan Didirikannya RPA Yayasan Bahtera tentunya memiliki tujuan. Pada dasarnya, RPA Yayasan Bahtera selain mengadakan pemberdayaan anak jalanan dan orangtuanya, juga menitikberatkan pada pembinan moral atau pendampingan terhadap anak. Adapun tujuan dari pembinaan moral tersebut adalah :
58
Secara Umum : Agar terlindungi dan terpenuhinya hak-hak anak jalanan, terutama anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus dan agar anak jalanan terhindar dari eksploitasi dan kekerasan. Secara khusus : Membentuk karakter dan perilaku anak, agar dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, sehingga anak dapat kembali pada kehidupan di dalam keluarga yang harmonis dan dapat diterima didalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapai tujuan di atas, RPA Yayasan Bahtera melakukan beberapa upaya penanganan antara lain : 1) Preventif, dimaksudkan malakukan upaya pencegahan terjadinya masalah sosial yang lebih luas. 2) Developmental, dimaksudkan sebagai program pengembangan untuk mengembangkan minat, bakat dan kreativitas anak. 3) Kuratif / rehabilitatif, dimaksudkan sebagai program penyembuhan dengan upaya mengarahkan sasaran (anak dampingan) agar terbebas dari masalah. 4) Promotif, dimaksudkan sebagai program penghargaan akan hasil karya sasaran (anak dampingan) utuk meningkatkan “self-help”.
59
4. Struktur Organisasi Pembagian kerja ini dilakukan sesuai dengan program kerja yang ada di RPA Yayasan Bahtera, dengan maksud agar program pembinaaan / dampingan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan para pekerja sosial / pendamping menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan keahlian yang dimiliknya. Adapun struktur organisasi RPA Yayasan Bahtera adalah sebagai berikut : Penanggung Jawab A. Tamami Zain Manager Program Maman. S Administrasi Siti Nafiqoh Koordinator Lapangan Rully Hendarsyah
Pekerja Sosial
Tim A : 1. Hedi 2. Ari 3. Sarif
Tim B : 1. Asep 2. Randi 3. Dodo
(sumber : database RPA Yayasan Bahtera)
Tim C : 1. Ahmad 2. Agung 3. Yuni 4. Dini
60
Anak jalanan dampingan RPA Yayasan Bahtera tersebar di 8 (delapan) wilayah Kota Bandung, dan setiap tim bertanggung jawab terhadap anak dampingan yang ada di wilayahnya masing-masing. Berikut wilayah dampingan RPA Yayasan Bahtera : Tim A : Leuwi Panjang, PT.Inti Tegallega, Alun-alun Tim B : Pasir Koja, Caringin, Holis Tim C : Pasteur-tol pasteur, Sukajadi
5. Prinsip Kerja Ada 4 (empat) prinsip kerja RPA Yayasan Bahtera, antara lain : 1) Non diskriminasi, yaitu setiap anak memperoleh perlakuan yang sama tanpa membeda-bedakan satu sama lain. 2) Kepentingan terbaik bagi anak, semua kegiatan yang dilakukan harus mengutamakan
kepentingan
yang
terbaik
bagi
anak,
bukan
kepentingan RPA Yayasan Bahtera atau pihak lain. 3) Hak perlindungan, RPA Yayasan Bahtera sangat memperhatikan dan mengusahakan hak perlindungan anak agar nak memperoleh keamanan dan tidak diperlakukan sewenang-wenang. 4) Hak tumbuh kembang, anak berhak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar, oleh karena itu RPA Yayasan Bahtera berusaha agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.
61
B. Hasil Penelitian Sampai dengan tahun 2008, jumlah anak jalanan dampingan RPA Yayasan Bahtera terdapat 266 anak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari, usia dan jenis kelamin.
140 120 100 80
0-6 tahun
123
60
110
40 20
7-12 tahun 13-18 tahun
33
0 0-6 tahun
7-12 tahun
13-18 tahun
Gambar 4.1 Grafik Anak Dampingan Berdasarkan Usia (sumber : database RPA Yayasan Bahtera) Berdasarkan grafik di atas bahwa anak dampingan RPA Yayasan Bahtera dilihat berdasarkan usia dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu : •
0-6 tahun
: 33 anak
•
7-12 tahun
: 123 anak
•
13-18 tahun
: 110 anak
62
P
123
143
L
Gambar 4.2 Grafik Anak Dampingan Berdasarkan Jenis Kelamin (sumber : database RPA Yayasan Bahtera)
Berdasarkan grafik di atas bahwa anak dampingan RPA Yayasan Bahtera dilhat berdasarkan jenis kelamin terdiri atas : •
Perempuan
: 143 anak
•
Laki-laki
: 123 anak
63
250 200
Nopeng Ngelap
150
237
Ngemis
100 50
Ngamen Mulung 10
2
6
6
5
Ngelap
Nopeng
Asongan
0 Asongan Mulung
Ngamen Ngemis
Gambar 4.3 Grafik Anak Dampingan Berdasarkan Aktivitas (sumber : database RPA Yayasan Bahtera) Berdasarkan grafik di atas bahwa aktivitas yang dilakukan oleh anak dampingan RPA Yayasan Bahtera terdiri atas : •
Pedagang asongan
: 10 anak
•
Mulung
: 2 anak
•
Ngamen
: 237 anak
•
Ngemis
: 6 anak
•
Ngelap
: 6 anak
•
Nopeng
: 5 anak
64
Bertitik tolak pada fokus penelitian yang telah ditetapkan, maka pada bab ini akan dikemukakan deskripsi hasil penelitian yang disertai kajian kepustakaan. Hal ini dilakukan agar proses analisis dapat langsung di cek kebenarannya. Selain itu, pengungkapan hasil penelitian ini diupayakan dapat mendeskripsikan data yang diperoleh sehingga dapat direfleksikan terhadap tercapainya tujuan penelitian ini. Agar lebih terarah, pembahasan akan dibagi ke dalam 3 (tiga) tahap, yaitu : a. Deskripsi Hasil Penelitian b. Analisis Hasil Penelitian c. Pembahasan Hasil Penelitian Adapun pengolahan data dapat dilihat pada kasus-kasus berikut : a. Deskripsi hasil Penelitian
Profil Informan Anak Jalanan No.
Nama
Jenis
Usia
Asal
Alamat
Sejak
Kelamin 1.
Fitria
P
13 thn
Bandung
Jl. Dr.Djunjunan
2006
2.
Candra
L
11 thn
Brebes
Jl. Sukajadi
2006
3.
Vina
P
9 thn
Bandung
Jl. Dr. Djunjunan
2007
4.
Cici
P
11thn
Bandung
Jl. Gunung Batu
2005
5.
Ika
P
11thn
Bandung
Jl. Dayeuh Kolot
2003
65
Kasus 1 (Fitria) Fitria adalah anak perempuan yang berusia 13 (tiga belas) tahun, ia lahir di Bandung tanggal 17 February 1996. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, dan ayahnya seorang buruh pabrik. Saat ini Fitria duduk di bangku SMP kelas 1. Aktivitas yang dilakukan oleh Fitria di jalanan adalah mengamen di kawasan tol pasteur, akan tetapi jika dengan mengamen banyak orang yang tidak memberi uang, maka ia beralih menjadi jualan kue onde atau strawberry. Aktivitas ini ia lakukan sejak tahun 2006 (kelas 4 SD), hingga saat ini ia lakukan setiap hari setelah pulang sekolah mulai pukul 15.30-20.00. Selama melakukan aktivitas di jalanan, Fitria tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar norma-norma agama. Uang yang diperoleh dalam satu hari berkisar Rp. 10.000,- sampai Rp.15.000,- . uang tersebut ia pergunakan untuk ongkos ke sekolah karena lokasi sekolah dengan rumah yang cukup berjauhan, untuk jajan dan sisanya ia tabung untuk membeli peralatan sekolah. Pada tahun 2006 Fitria mulai mengikuti kegiatan dampingan yang ada di RPA Yayasan Bahtera termasuk bimbingan moral yang diberikan oleh para pendamping. Para pendamping pun mengajarkan kepada anak dampingannya untuk disiplin. Kasus 2 (Candra) Candra adalah anak laki-laki yang berusia 11 (sebelas) tahun, ia berasal dari Brebes. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, dan ayahnya seorang pengemis. Saat ini Candra duduk di bangku SD kelas 3.
66
Aktivitas yang dilakukan oleh Candra di jalanan adalah mengamen di kawasan Cihampelas. Aktivitas ini ia lakukan sejak tahun 2006, hingga saat ini ia lakukan setiap hari sebelum pergi ke sekolah mulai pukul 08.30-10.00 dan setelah pulang sekolah mulai pukul 16.00-18.00 Selama melakukan aktivitas di jalanan, Candra pernah melakukan tindakan yang pernah melanggar norma agama, yakni ia pernah mencuri petasan saat bulan ramadhan di emperan pasar Sukajadi. Hal itu tidak diketahui oleh siapapun karena padatnya orang yang berebelanja di pasar tersebut. Uang yang diperoleh dalam satu hari berkisar Rp. 10.000,- sampai Rp.20.000,- uang tersebut sebagian ia berikan kepada ibunya, dan sisanya untuk jajan serta menabung. Pada tahun 2006 Candra mulai mengikuti kegiatan dampingan yang ada di RPA Yayasan Bahtera termasuk bimbingan moral yang diberikan oleh para pendamping. Para pendamping pun mengajarkan kepada anak dampingannya untuk disiplin. Candra pun sering datang ke rumah belajar Yayasan Bahtera yang berlokasi di Cibarengkok Sukajadi. Materi yang diberikan di rumah belajar adalah belajar membaca, menulis, berhitumg, mewarnai. Kasus 3 (Vina) Vina adalah anak perempuan yang berusia 9 (sembilan) tahun. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, dan ayahnya telah meninggal dunia. Saat ini Vina duduk di bangku SD kelas 3. Aktivitas yang dilakukan Vina di jalanan adalah mengamen di kawasan tol pasteur, akan tetapi jika dengan mengamen banyak orang yang tidak memberi uang,
67
maka ia beralih menjadi jualan kue onde. Aktivitas ini ia lakukan sejak tahun 2007 (kelas 1 SD), hingga saat ini ia lakukan setiap hari setelah pulang sekolah mulai pukul 15.30-18.00, akan tetapi jika hari sabtu ia lakukan aktivitas ini sampai pukul 20.00. Selama melakukan aktivitas di jalanan, Vina tidak melakukan tindakan yang melanggar norma-norma agama. Uang yang diperoleh dalam satu hari berkisar Rp. 10.000,- sampai Rp.15.000,- . uang tersebut ia pergunakan untuk bekal ke sekolah, untuk jajan di rumah dan sisanya ia tabung untuk membeli peralatan sekolah. Pada tahun 2007 Vina mulai mengikuti kegiatan dampingan yang ada di RPA Yayasan Bahtera termasuk bimbingan moral yang diberikan oleh para pendamping. Para pendamping pun mengajarkan kepada anak dampingannya untuk disiplin. Kasus 4 (Cici) Cici adalah anak perempuan yang berusia 11 (sebelas) tahun. Ibunya sedang bekerja di Malaysia menjaditenaga kerja Wanita (TKW) dan ayahnya entah pergi kemana meninggalkan Cici beserta adiknya. Saat ini Cici duduk di bangku SD kelas 5 dan tinggal bersama neneknya. Aktivitas yang dilakukan Cici di jalanan adalah mengamen di kawasan tol pasteur. Aktivitas ini ia lakukan sejak tahun 2005 (kelas 1 SD), hingga saat ini ia lakukan setiap hari setelah pulang sekolah mulai pukul 14.00-17.30, selama melakukan aktivitas di jalanan, Cici tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar norma-norma agama, akan tetapi iapernah beradu argumen dengan rekanrekan seprofesinya karena banyaknya anak yang melakukan aktivitas jalanan di lokasi
68
tersebut. Setelah pulang melakukan aktivitas di jalan, Cici pulang ke rumah dan kemudian pergi ke mesjid untuk mengaji. Uang yang diperoleh dalam satu hari berkisar Rp. 10.000,- sampai Rp.15.000,- Uang tersebut ia pergunakan untuk bekal ke sekolah, untuk jajan di rumah dan sisanya ia tabung untuk membeli peralatan sekolah. Pada tahun 2008 Cici mulai mengikuti kegiatan dampingan yang ada di RPA Yayasan Bahtera termasuk bimbingan moral yang diberikan oleh para pendamping. Para pendamping pun mengajarkan kepada anak dampingannya untuk disiplin. Kasus 5 (Ika) Ika adalah anak perempuan yang berusia 11 (sebelas) tahun. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, dan ayahnya telah meninggal dunia. Saat ini Ika duduk di bangku SD kelas 5. Aktivitas yang dilakukan oleh Ika di jalanan adalah mengamen di kawasan terminal leuwi panjang. Aktivitas ini ia lakukan bersama tiga orang rekannya yang sama-sama berasal dari dayeuh kolot, tempat dimana ia saat ini tinggal. Sejak tahun 2003, hingga saat ini ia lakukan setiap hari setelah pulang sekolah mulai pukul 15.3022.00. Ketika pukul 20.00, ibunya pun datang ke lokasi tempat Ika mengamen untuk menjemput. Selama melakukan aktivitas di jalanan, Ika tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar norma-norma agama. Uang yang diperoleh dalam satu hari berkisar Rp. 10.000,- sampai Rp.20.000,- . Uang tersebut sebagian ia berikan kepada ibunya dan sisanya untuk
69
bekal ke sekolah , jajan serta untuk menabung yang ia simpan di pendamping / tutor yang bertanggung jawab di lokasi tersebut. Pada tahun 2006 Ika mulai mengikuti kegiatan dampingan yang ada di RPA Yayasan Bahtera termasuk bimbingan moral yang diberikan oleh para pendamping. Para pendamping pun mengajarkan kepada anak dampingannya untuk disiplin. Sebelum pergi ke tempat ia mengamen, Ika bersama tiga rekannya datang ke RPA Yayasan Bahtera yang berada di Jl. Karasak untuk makan dengan apa yang telah ia beli dari sebuah warung yang kemudian ia memasaknya. Karena para pendamping mengajarkan kepada anak dampingannya untuk hidup mandiri Selain mewawancara anak jalanan dampingan RPA Yayasan Bahtera, peneliti pun melakukan wawancara kepada 4 (empat) orang pendamping RPA Yayasan Bahtera. Profil Informan Pendamping No.
Nama
Jenis
Usia
Alamat
Kelamin
Pendidikan Terakhir
1.
Agung Purnomo
L
28 thn
Jl. Bukit Raya
S-1
2.
Ahmad Dani
L
26 thn
Ujung Berung
S-1
3.
Rully H
L
35 thn
Jl. Soekarno Hatta
S-1
4.
Siti Nafiqoh
P
36 thn
Jl. Astana Anyar
S-1
70
Informan 1: Agung purnomo adalah pekerja sosial RPA Yayasan Bahtera sejak tahun 2007 yang menjabat sebagai pendamping dan menjadi anggota dari tim c. Setiap hari senin sampai hari jumat, ia selalu ada di rumah belajar Yayasan Bahtera yang berlokasi di Jalan Sukajadi, mulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00 untuk mengajarkan membaca, menulis, berhitung,
mewarnai dan
keterampilan terhadap anak
dampingannya. Selain melakukan kegiatan pendampingan, agung bersama rekanrekan para pendamping dari tim c pun melakukan kegiatan home visit dengan jadwal yang telah ditetapkan. Adapun cara yang dilakukan oleh Agung untuk melatih kedisiplinan terhadap anak adalah dengan membuat jadwal dan apabila anak yang tidak mentaati peraturan, maka ia akan menegurnya. Tujuan dilaksanakannya kegiatan pendampingan terhadap anak jalanan adalah untuk memberdayakan mereka agar dapat hidup mandiri dan hak-hak anak dapat dipenuhi. Informan 2: Ahmad Dani adalah pekerja sosial RPA Yayasan Bahtera sejak tahun 2006 yang menjabat sebagai pendamping dan menjadi anggota dari tim c. Setiap hari senin sampai hari jumat, ia selalu ada di rumah belajar Yayasan Bahtera yang berlokasi di Jalan Sukajadi, mulai pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00 untuk mengajarkan membaca, menulis, berhitung,
mewarnai dan
keterampilan terhadap anak
dampingannya. Selain melakukan kegiatan pendampingan, Ahmad Dani bersama
71
rekan-rekan para pendamping dari tim c pun melakukan kegiatan home visit dengan jadwal yang telah ditetapkan. Biasanya hal ini dilakukan 2 (dua) kali dalam satu minggu. Adapun cara yang dilakukan oleh Ahmad selaku pendamping untuk melatih kedisiplinan terhadap anak adalah dengan membuat jadwal bersama rekan-rekan tim c serta melibatkan anak dampingan dalam musyawarah membuat jadwal tersebut. Apabila terdapat anak yang melanggar peraturan tersebut maka ia akan menegurnya. Tujuan dilaksanakannya kegiatan pendampingan terhadap anak jalanan adalah untuk memberdayakan mereka agar dapat hidup mandiri dan hak-hak anak dapat dipenuhi, serta mereka dapat kembali bersekolah. Informan 3 : Rully Hendarsyah adalah pekerja sosial RPA Yayasan Bahtera sejak tahun 1998 yang menjabat sebagai pendamping, sekaligus sebagai koordinator lapangan. Setiap hari senin sampai hari jumat, ia selalu ada di RPAYayasan Bahtera yang berlokasi di Jalan Karasak. Adapun cara yang dilakukan oleh Rully selaku pendamping sekaligus sebagai koordinator lapangan untuk melatih kedisiplinan terhadap anak adalah dengan membuat jadwal bersama anak dampingan dalam musyawarah membuat jadwal tersebut. Apabila terdapat anak yang melanggar peraturan tersebut maka ia akan menegurnya dan memberi sanksi.
72
Tujuan dilaksanakannya kegiatan pendampingan terhadap anak jalanan adalah untuk memberdayakan mereka agar dapat hidup mandiri dan hak-hak anak dapat dipenuhi. Informan 4 : Ibu Siti Nafiqoh adalah pekerja sosial RPA Yayasan Bahtera sejak tahun 1996 yang menjabat sebagai pendamping, sekaligus sebagai administrasi. Setiap hari senin sampai hari jumat, ia selalu ada di RPAYayasan Bahtera yang berlokasi di Jalan Karasak. Adapun cara yang dilakukan oleh Ibu Siti selaku pendamping sekaligus sebagai administrasi untuk melatih kedisiplinan terhadap anak adalah dengan membuat jadwal bersama anak dampingan dalam musyawarah membuat jadwal i. Menurut penuturan beliau, bahwa reward and punishment perlu diberikan kepada anak. Apabila terdapat anak yang melanggar peraturan tersebut, maka ia akan menegurnya dan akan memberi sanksi, dan sebaliknya apabila terdapat anak yang selalu patuh / taat terhadap peraturan yang berlaku di RPA Yayasan Bahtera, maka ia akan memberikan reward. Tujuan dilaksanakannya kegiatan pendampingan terhadap anak jalanan adalah untuk memberdayakan mereka agar dapat hidup mandiri dan hak-hak anak dapat dipenuhi, selain itu agar kehidupan anak dapat menjadi lebih baik. Selain mewawancara anak jalanan serta pendamping RPA Yayasan Bahtera, peneliti pun mewawancara orangtua dari anak jalanan dampingan RPA Yayasan Bahtera.
73
Profil Informan Orangtua Anak Jalanan No.
Nama
Jenis
Usia
Alamat
Pendidikan
Kelamin
Terakhir
1.
Ibu Murni
P
44 thn
Jl. Dr. Djunjunan
SD
2.
Ibu Ruyah
P
35 thn
Jl. Dr. Djunjunan
SD
3.
Ibu Karmilah
P
36 thn
Jl. Sukajadi
SD
Informan 1 : Ibu Murni adalah ibu dari Vina, anak jalanan yang melakukan aktivitas mengamen di kawasan tol pasteur. Ia memiliki 5 (lima) orang anak dan suaminya telah meninggal dunia. Saat ini, ia tinggal di Jalan Dr. Djunjunan bersama 5 (lima) orang anaknya dengan menyewa sebuah kamar kontrakan. Faktor ekonomi yang membuat anak-anaknya turun ke jalan melakukan aktivitas mengamen di jalanan, terpaksa mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap pagi, Ibu Murni berjualan koran di perempatan lampu merah kawasan tol pasteur. Ibu Murni pun menyuruh anaknya untuk melakukan aktivitas di jalanan karena ia tidak bisa memberi uang jajan terhadap anak-anaknya. RPA Yayasan Bahtera pun memberikan bantuan beasisiwa untuk anaknya yang sedang duduk di bangku STM kelas 2, mengimgat bahwa sekolah tersebut swasta sehingga ia harus membayar iuran sekolah setiap bulannya.
74
Informan 2 : Ibu Ruyah adalah ibu dari Indah dan Febby, anak jalanan yang melakukan aktivitas mengamen di kawasan tol pasteur. Ia memiliki 3 (tiga) orang anak sedangkan suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap. Saat ini, ia tinggal di Jalan Dr. Djunjunan bersama 3 (tiga) orang anaknya serta suaminyaa dengan menyewa sebuah kamar kontrakan. Faktor ekonomi yang membuat anak-anaknya turun ke jalan melakukan aktivitas mengamen di jalanan, terpaksa mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terkadang Ibu Ruyah pun berjualan kue onde di perempatan lampu merah kawasan tol pasteur. Ibu Ruyah pun menyuruh anaknya untuk melakukan aktivitas di jalanan karena ia tidak bisa memberi uang jajan terhadap anak-anaknya. Sejak tahun 2007, anak-anak dari Ibu Ruyah yakni Indah dan Febby terdaftar di RPA Yayasan Bahtera sehingga jika ada kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh RPA Yayasan Bahtera, mereka selalu mengikutinya Informan 3 : Ibu Karmilah adalah ibu dari Candra anak jalanan yang melakukan aktivitas mengamen di kawasan Cihampelas. Ibu Karmilah adalah seorang ibu rumah tangga sedangkan suaminya mengemis di perempatan lampu merah kawasan pasteur.. Saat ini, ia tinggal di Jalan sukajadi bersama 4 (empat) orang anaknya serta suaminyaa dengan menyewa sebuah kamar kontrakan. Faktor ekonomi yang membuat anak-anaknya turun ke jalan melakukan aktivitas mengamen di jalanan, terpaksa mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan
75
hidupnya. Ibu Karmilah pun menyuruh anaknya untuk melakukan aktivitas di jalanan karena ia tidak bisa memberi uang jajan terhadap anak-anaknya. Sejak awal tahun 2008, anak dari Ibu Karmilah yakni Candra terdaftar di RPA Yayasan Bahtera sehingga jika ada kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh RPA Yayasan Bahtera, mereka selalu mengikutinya. Ibu Karmilah pun selalu mendukung Candra untuk mengikuti kegiatan yang ada di RPA Yayasan Bahtera, karena Candra setiap hari senin sampai hari jumat selalu datang ke rumah belajar Yayasan Bahtera yang berlokasi di jalan Sukajadi. Proses pembinaan yang dilakukan oleh RPA Yayasan Bahtera dalam membina moral anak jalanan adalah para pendamping memberikan materi antara lain tentang ketaatan, kedisiplinan, sopan santun, kepatuhan agar anak dapat mengurangi aktivitas di jalanan dan dapat meluangkan waktu untuk sekolah sehingga anak dapat menjadi warga negara yang baik (to be a good citizenship).
b. Analisis Hasil Penelitian Dari beberapa kasus di atas, dapat ditafsirkan bahwa FA,CN, VN, CC dan IK melakukan aktivitas di jalanan disebabkan oleh faktor ekonomi karena orang tuanya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Orang tua CN dan IK menyuruh kepada anaknya untuk melakukan aktivitas di jalanan meminta belas kasihan dari orang lain demi terpenuhinya kebutuhan hidup keluarga, apalagi ayah IK telah meninggal dunia dan ibunya seorang ibu rumah
76
tangga. Berbeda halnya dengan CN yang berasal dari luar Bandung yang harus bisa menyesuaikan kehidupan di kota. Sedangkan FA dan VN yang melakukan aktivitas di jalanan karena tidak pernah di beri uang jajan dan uang bekal ke sekolah oleh orang tuanya. Ayah VN yang telah meninggal dunia dan ibunya seorang ibu rumah tangga, memaksa VN untuk mengamen meminta belas kasihan dari satu kendaraan ke kendaraan yang lainnya. Berbeda dengan CC yang ditinggal oleh ibunya pergi ke Malaysia untuk bekerja di negeri orang sebagai TKW dan ayahnya yang pergi entah kemana meninggalkan CC serta adiknya. Saat ini CC tinggal bersama neneknya sedangkan neneknya tidak pernah memberikan uang jajan serta uang bekal untuk ke sekolah, bahkan untuk membeli peralatan sekolah pun CC membelinya dari uang yang diperoleh saat mengamen. Aktivitas yang FA, CN, VN, CC dan IK lakukan selain mengamen di jalanan, mereka berkumpul, bercengkrama bersama rekan-rekan seprofesinya. Uang yang diperoleh IK dan CN sebagian mereka berikan kepada ibunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan sisanya mereka pergunakan untuk jajan, bekal ke sekolah dan ditabung. Berbeda dengan FA, VN dan CC uang yang diperoleh dari mengamen mereka pergunakan seluruhnya untuk jajan, bekal ke sekolah, membeli peralatan sekolah dan sisanya untuk ditabung. Selama beraktivitas di jalanan FA, VN, CC, dan IK tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar norma-norma agama, karena mereka selalu berhati-hati dalam memilih teman. Berbeda dengan CN yang pernah melakukan perbuatan yang melanggar norma agama, yakni ia pernah mencuri
77
petasan di emperan pasar sukajadi. Namun hal itu tidak diketahui oleh siapapun, mengingat padatnya lokasi pasar seta banyaknya orang-orang yang berbelanja di pasar tersebut. Begitu pula yang dialkukan oleh CC yang sering beradu argumen dengan rekan-rekan seprofesinya karena berebut tempat mengamen, mengingat banyaknya anak yang melakukan aktivitas jalanan mengamen di lokasi tersebut. Untuk FA, VN, CC dan IK yang berjenis kelamin perempuan, mereka tidak pernah mengalami pelecehan seksual dari siapapun. Akhirnya pada tahun 2006, 2007, 2008, baik FA, CN, VN, CC dan IK mulai mengenal RPA Yayasan Bahtera dari rekan-rekan seprofesinya maupun dari para pendamping yang sedang monitoring ke lapangan. Sejak itu pula mereka sering mengikuti kegiatan pembinaan moral di RPA Yayasan Bahtera, seperti kegiatan keterampilan (menyablon, membatik), program kejar paket B dan paket C, kegiatan keagamaan. Jadwal pembinaan morl yang diadakan oleh RPA Yayasan Bahtera dilakukan secara fleksibel, mengingat kondisi anak yang
cukup lelah setelah
melakukan aktivitas di jalanan. Kedekatan personal di antara tutor / para pendamping dengan anak haruslah di tanamkan, karena pada umumnya anak mau menyampaikan keluh kesahnya ataupun unek-uneknya kepada tutor / para pendamping yang dekat dengan anak tersebut. Mereka menganggap bahwa tutor / para pendamping adalah kakak ataupun orangtua dari mereka. Selama mengikuti kegiatan pendampingan pengajaran moral, mereka mendapatkan materi tentang kedisiplinan, bahaya narkoba, etika bermasyarakat. Sebelum beranjak kepada materi yang akan di sampaikan para
78
tutor / pendamping, biasanya anak ditawarkan terlebih dahulu mengenai materi apa yang diinginkan oleh anak. Kegiatan lainnya yang suka diikuti oleh FA, CN, VN, CC dan IK adalah kegiatan buka puasa bersama di bulan ramadhan, yang diadakan oleh pihak RPA Yayasan Bahtera. Bahkan VN suka mengajak ibunya untuk ikut buka puasa bersama. Satu jam sebelum menjelang buka puasa bersama, biasanya pihak RPA Yayasan Bahtera mendatangkan tokoh agama (ustadz) untuk memberikan ceramah keagamaan seperti membiasakan membaca basmalah sebelum memulai aktivitas, penyampaian materi mengenai cara berbuat baik kepada orangtua, orang lain, manusia ciptaan Allah SWT. Terkadang ada perusahaan swasta yang mengundang anak jalanan untuk buka puasa bersama di tempat yang telah ditentukan oleh pihak tersebut. Namun, untuk pelaksanaan shalat maghrib dan shalat tarawih berjamaah, tidak ada paksaan dari pihak RPA Yayasan Bahtera, hal ini tergantung dari kesadaran anak jalanan itu sendiri. Kegiatan keagamaan ini sangat kental pada saat bulan ramadhan saja.
c. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini, akan dibahas mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh RPA Yayasan Bahtera dalam melaksanakan pembinan moral terhadap anak jalanan, yang terdiri atas : bentuk / pola pembinaan moral yang meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh RPA Yayasan Bahtera dalam pembinaan moral anak jalanan, materi yang diberikan oleh para pendamping RPA Yayasan Bahtera dalam upaya
79
membina anak jalanan, metode yang diterapkan oleh para penamping RPA Yayasan bahtera dalam upaya membina moral anak jalan, hambatan-hambatan yang dihadapi oleh
RPA
Yayasan
Bahtera
serta
upaya-upaya
yang
dilakukan
dalam
mengembangkan program pembinaan terhadap anak jalanan. Selanjutnya dikaitkan dengan teori-teori serta pendapat peneliti berdasarkan temuan di lapangan. Diantaranya adalah : 1. Bentuk / Pola Pembinaan Moral Anak Jalanan yang Dilaksanakan di RPA Yayasan Bahtera Bentuk / Pola pembinaan yang dilaksanakan oleh tutor / pendamping RPA Yayasan Bahtera
yang meliputi kegiatan-kegiatan RPA Yayasan
Bahtera dalam mengembangkan program pembinaan terhadap anak jalanan. Adapun jenis kegiatan yang dilaksanakan para tutor / pendamping dalam melaksanakan dampingan / bimbingan moral terhadap anak jalanan adalah : 1) Bimbingan belajar di rumah belajar Yayasan Bahtera yang berlokasi di Sukajadi dan pasir koja setiap hari senin sampai hari jumat. 2) Pemberdayaan anak jalanan dan orangtuanya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 3) Pengajian setiap hari kamis (malam jumat) di Mesjid Agung alun-alun Bandung. 4) Home visit yang dilakukan oleh para pendamping / tutor yang bertujuan untuk menggali informasi keluarga anak jalanan dampingan
80
RPA Yayasan Bahtera. Pada umunya, anak dampingan RPA Yayasan Bahtera ini tinggal bersama keluarganya di rumah yang cukup minimalis berukuran 3x3 cm dengan penghuni yang cukup banyak. Home visit ini dilakukan di daerah Sukajadi dan Pasir Koja. 5) Pembekalan keterampilan seperti menyablon, membatik dan kursus mengemudi (sopir) untuk anak dampingan laki-laki yang telah lulus SMA. Menurut pendapat Dewa Ketut (1996:95) mengemukakan bahwa : “Cara yang dilakukan untuk pembinaan moral adalah dengan pembinaan disiplin. Sesungguhnya masalah disiplin menjadi perhatian bagi setiap pembina, baik orangtua, pemuka agama, masyarakat, dan lembaga-lembaga sosial seperti LSM. Semua pembina mengharapkan agar setiap anak dan remaja mempunyai disiplin. Oleh karena itu disipilin harus dimulai dari diri kita sendiri dengan melaksanakan ugas dan kewajiban menurut aturan dan tata cara kelakuan yang berlaku dalam suatu lingkungan tertentu”. Kemudian menurut Zakiah Daradjat (1971:20) bahwa : “ cara yang dapat dilakukan untuk pembinaan moral adalah dengan pendidikan agama” pendidikan agama haruslah dilakukan secara intensif, seperti dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1971:21).bahwa : “Apabila pendidikan agama diabaikan atau diremehkan oleh sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah atau di sebuah lembaga, tidak akan berkembang, atau mungkin terhalang, apalagi rumah tangga atau suatu lembaga kurang dapat memberikan dengan cara yang sesuai dengan ilmu pendidikan dan ilmu jiwa”.
Dengan demikian bahwa pendidikan agama tidak boleh diabaikan begitu saja. Pendidikan agama yang diperoleh dari sekolah maupun dari
81
lembaga haruslah diterapkan dikeluarga, di masyarakat ataupun dimana saja. Jadi
kegiatan
pembinaan
moral
di
RPA
Yayasan
Bahtera
lebih
menitikberatkan pada pemberdayaan anak jalanan dan orangtuanya agar mereka dapat berdikari secara mandiri. 2. Materi Yang Diajarkan Para Pendamping RPA Yayasan Bahtera Ada beberapa Materi yang diajarkan para pendampihg RPA Yayasan Bahtera dalam mengembangkan program dampingan / bimbingan moral terhadap anak jalanan, antara lain : 1) Pendidikan agama 2) Membaca, menulis, berhitung, mewarnai yang dilaksanakan di rumah belajar RPA Yayasan Bahtera yang berlokasi di jalan sukajadi dan pasir koja. 3) Budi Pekerti 4) Pengetahuan Umum 5) Kedisiplinan 6) Penyadaran diri terhadap anak dan orangtuanya Menurut Nata (2003:90) dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan, tingkah laku, budi pekerti dan susila. Selain itu, istilah moral memiliki dua pengertian, yaitu : 1. Serangkaian ajaran nilai tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila. 2. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, dan berdisiplin sebagaimana terungkap dalam perbuatan.
82
Moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk. Beberapa materi yang diajarkan oleh para pendamping / tutor RPA Yayasan Bahtera, sejalan dengan pandapat Nata (2003:92) adalah sebagai berikut : 1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. 2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah 3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut bertingkah laku baik. Para pendamping / tutor RPA Yayasan Bahtera mengajarkan pada setiap anak dampingannya untuk berperilaku baik, dapat memahami perbedaan benar dan salah, baik dan buruk. Dalam hal kedisiplinan, pihak RPA Yayasan Bahtera membuat jadwal bimbingan belajar dan bimbingan moral dengan sharing pendapat dengan anak dampingan.
3. Metode Yang Digunakan Para pendamping RPA Yayasan Bahtera Metode yang digunakan oleh para pendamping RPA Yayasan Bahtera dalam melaksanakan pembinaan moral adalah :
83
1) Metode ceramah bervariasi, yakni para pendamping memberikan materi yang disampaikan kepada anak dampingan yang kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya mengenai halhal yang belum dipahami. 2) Metode diskusi, yaitu melalui sharing pendapat dengan anak mengenai pembuatan jadwal kegiatan bimbingan belajar ataupun bimbingan moral yang bersifat informal. 3) Tanya jawab mengenai masalah yang dihadapi oleh anak jalanan dan mencari alternatif pemecahan masalahnya. 4) Metode simulasi / permainan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan anak jalanan itu sendiri. Simulasi / permainan yang biasa digunakan seperti bermain acak kata. 5) Peer educator yakni pendamping yang dijadikan panutan oleh anak yang berasal dari teman sebayanya, mengingat bahwa tidak semua anak dampingan dapat menyampaikan unek-uneknya pada tutor / pendamping RPA Yayasan Bahtera . 4. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Oleh Para Pendamping RPA Yayasan Bahtera Hambatan dalam pembinaan moral yang dihadapi oleh para pendamping antara lain : berkaitan dengan hal komunikasi dan interaksi dengan anak jalanan, dalam hal menjalin hubungan kerja sama dengan
84
orangtua anak jalanan, serta dalam hal penerapan pembinaan moral terhadap anak jalanan. Berikut deskripsi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para pendamping RPA Yayasan Bahtera :
a. Hambatan dalam hal komunikasi dan interaksi dengan anak jalanan Tidak semua anak dampingan dapat menyampaikan unek-uneknya ataupun keluh kesahnya kepada para pembina, pada umumnya anak mau menyampaikan hal tersebut hanya kepada tutor / pembina yang sudah dekat dengan dia. Sedangkan hambatan komunikasi dan interaksi di jalanan, anak dampingan tidak bisa dikonsentrasikan di satu tempat dalam waktu yang sama, dengan kata lain mobilitasnya tinggi, sehingga diperlukan kecekatan para pendamping untuk terjun langsung ke lapangan / memonitor langsung ke lokasi dimana anak jalanan melakukan aktivitasnya. b. Hambatan dalam Menjalin Hubungan Kerjasama dengan Orangtua Anak Jalanan Kurangnya pemahaman orangtua terhadap Rumah Perlindungan Anak Yayasan Bahtera. Orangtua beranggapan bahwa program RPA Yayasan Bahtera ini akan memberikan bantuan materi kepada mereka. Selain itu, tujuan dari RPA Yayasan Bahtera terkadang bertolak belakang dengan tujuan orangtua anak jalanan, karena di RPA Yayasan Bahtera, anak dilindungi agar mengurangi jam untuk
85
melakukan aktivitas di jalanan, berbeda dengan orangtua anak jalanan yang suka melarang anaknya untuk mengikuti kegiatan dampingan / bimbingan oral, karena dapat mengurangi pendapat anak.
c. Hambatan Dalam Melakukan Pembinaan Moral Adapun hambatan dalam menerapkan pembinaan moral meliputi : 1) Pada saat penyampaian materi, anak jalanan cepat jenuh, bosan dan lelah sehingga harus diselingi dengan simulasi / permainan yang dapat membuat mereka senang. 2) Dalam
penerapannya,
anak
tidak
bisa
cukup
menerima
pembinaan moral hanya dalam beberapa kali dengan waktu yang singkat, akan tetapi harus dilakukan secara berulang kali. Pada dasarnya, hambatan dalam membina moral tentu saja banyak kendalanya. Seperti yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat (1971:66) bahwa hambatan dalam membina moral adalah sebagai berikut : 1) Kurang tertanamnya jiwa agama / pendidikan agama / pembinaan agama pada tiap-tiap anak. 2) Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang (leissure time) dengan cara yang baik dan membawa kepada pembinaan moral. 3) Kurang tertanamnya disiplin pada diri anak. Hambatan dalam pembinaan moral itu disebabkan karena kurang tertanamnya disiplin pada diri anak, kurang tertanamnya nilai-nilai keagamaan pada anak dan kurangnya bimbingan dari orangtua untuk mengisi waktu luang
86
dengan kegiatan positif yang mengarah kepada nilai-nilai moral. Sedangkan hambatan yang dihadapi oleh para pendamping / tutor adalah komunikasi dan interaksi dengan anak jalanan dan orangtua nya. Hal ini perlu diatasi dengan cara mengadakan motivasi secara langsung dengan orangtua anak jalanan bahwa RPA Yayasan Bahtera ini merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat
yang
program-programnya
lebih
mengkhususkan
pada
pemberdayaan masyarakat khususnya terhadap anak-anak pinggiran di Kota Bandung. Oleh sebab itu, para pendamping RPA Yayasan Bahtera saat ini sudah mulai melaksanakan kegiatan untuk berkomunikasi dengan orangtua anak dengan istilah home visit.
5. Upaya Yang Dilakukan Para Pendamping RPA Yayasan Bahtera Upaya yang dilakukan para tutor / pendamping RPA Yayasan Bahtera dalam mengembangkan program pembinaan moral terhadap anak jalanan, diantaranya adalah: 1) Preventif, dimaksudkan malakukan upaya pencegahan terjadinya masalah sosial yang lebih luas. 2) Developmental, dimaksudkan sebagai program pengembangan untuk mengembangkan minat, bakat dan kreativitas anak. 3) Kuratif
/
penyembuhan
rehabilitatif, dengan
dimaksudkan
upaya
sebagai
mengarahkan
dampingan) agar terbebas dari masalah.
program
sasaran
(anak
87
4) Promotif, dimaksudkan sebagai program penghargaan akan hasil karya sasaran (anak dampingan) untuk meningkatkan “self-help”. Upaya lain yang dilakukan adalah RPA Yayasan Bahtera bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk merujuk anak jalanan yang mengalami DO ataupun yang belum sekolah dengan umur yang telah mencukupi agar ia sekolah di SD KLK (kelayanan Khusus ) yang telah ditunjuk oleh Dinas Pendidikan. Sebelum memasuki sekolah formal yang pada umumnya dialami oleh anak yang lainnya, di sekolah ini anak jalanan diberikan layanan khusus oleh pihak sekolah untuk mempersiapkan mental mereka.
6. Pendekatan Yang Dilakukan Oleh Para Pendamping RPA Yayasan Bahtera Pendekatan kekeluargaan yang diterapkan oleh para pendamping / tutor RPA Yayasan Bahtera terhadap anak, seperti layaknya orangtua terhadap anaknya ataupun kakak terhadap adiknya dan pendekatan perkawanan melalui pendekatan di jalanan dengan jalan terjun langsung ke lapangan / jalanan dimana anak melakukan aktivitasnya, juga pendekatan personal dengan memberikan dampingan / bimbingan kepada anak jalanan, agar mereka dapat mengatasi permasalahan yang mereka alami. Menurut Hamid Patilima (www.Republika.Com), keberhasilan Rumah Perlindugan Anak tidak hanya sampai pada manfaat dan kebutuhan yang dirasakan anak jalanan, akan tetapi secara substansial sejauh mana Rumah
88
Perlindungan Anak dapat menetralisasi stigma sosial terhadap anak jalanan, karenanya perlu diperhatika pendekatan dalam memberikan pelayanan / penanganan terhadap anak jalanan, melalui :
1) Centre Based Program Yaitu cara membuat tempat penampungan yang dapat dipergunakan sebagai rumah oleh anak jalanan yang bersifat tidak permanen, di tempat ini anak diajarkan untuk kembali berorientasi pada nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. 2) Street Based Intervention Yaitu mengadakan pendekatan langsung di tempat anak jalanan berada, dengan mengadakan dialog langsung, mencoba untuk memahami dan menerima situasi mereka, menempatkan diri sebagai teman mereka. Pendekatan ini memberikan suasana yang realistis mengenai kehidupan anak jalanan. Hubungan baik antara pelerja sosial dengan anak jalanan membuat suatu pengharapan yang baik bagi anak jalanan. 3) Community Based Strategy Yaitu dengan memperhatikan sumber gejala munculnya anak jalanan, baik keluarga, maupun lingkungannya. Cara yang dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan baik formal maupun informal, seperti latihan keterampilan, latihan kerja, melatih keluarganya juga perlu untuk bisa memperbaiki cara mengasuh anak dan meningkatkan taraf hidup keluarga lebih baik. Sejalan dengan pendapat di atas, Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat (2000:30) mengemukakan bahwa pendekatan terhadap anak itu harus mencakup empat aspek, yaitu street based (pendekatan di jalanan), community based, bimbingan sosial dan pemberdayaan.
89
1) Aspek yang pertama yaitu street based
(pendekatan di jalanan),
pendekatan ini dilakukan untuk menjangkau dan mendampingi anak di jalanan. 2) Aspek yang kedua yaitu community based, merupakan pendekatan yang ditekankan untuk melibatkan keluarga, masyarakat dalam mengatasi masalah anak jalanan. 3) Aspek yang ketiga yaitu bimbingan sosial, metode ini dilakukan untuk membentuk kembali sikap dan perilaku anak jalanan sesuai dengan norma melalui penjelesan dan pembentukan kembali nilai bagi anak, melalui bimbingan sikap dan perilaku sehari-hari dan bimbingan kasus untuk mengatasi masalah kritis. 4) Aspek yang keempat yaitu pemberdayaan, upaya pemberdayaan ini dilakukan rumah perlindungan anak melalui program keterampilan, pemberian modal dan beasiswa.