65
BAB IV ANALISIS KEUTAMAAN SEDEKAH KEPADA KELUARGA
A. Sedekah kepada keluarga 1. Keutamaan sedekah kepada keluarga Diutamakan memberikan nafkah kepada keluarga ini dijelaskan dalam hadis-hadis Nabi diantaranya yaitu:
َو، قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم ِديْـنَ ٌار أَنْـ َف ْقتَوُ فِ ْـي َسبِْي ِل ال ٰلّ ِـو,عن أيب ىريرة قال ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ٍ ْ ت بِِو َعلَ ٰـى ِمس ِك ,ك َ َوديْـنَ ٌار أَنْـ َف ْقتَوُ َعلَ ٰـى أَ ْىل، ْي َ ْص َّدق َ َ َوديْـنَ ٌار ت، ديْـنَ ٌار أَنْـ َف ْقتَوُ ف ْـي َرقَـبَة ْ 92 ِ ِ .ك َ َجًرا الَذ ْي أَنْـ َف ْقتَوُ َعلَ ٰـى أ َْىل ْ أ َْعظَ ُم َها أ Abu Hurairah berkata, Nabi SAW bersabda: Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk memerdekakan budak, dinar yang engkau sedekahkan untuk orang miskin, dan dinar yang engkau infakkan untuk keluargamu, yang paling besar ganjarannya adalah dinar yang engkau infakkan untuk keluargamu.
Nafkan dan sedekah dalam syari‟at memiliki kesamaan yaitu mengeluarkan harta kepada orang lain, akan tetapi yang lebih dikenal dalam masyarakat yaitu apabila mengeluarkannya untuk keluarga maka disebut dengan nafkah dan jika mengeluarkannya untuk orang lain selain keluarga biasa disebut dengan sedekah, sedekah diutamakan kepada keluarga (yang menjadi tanggungan) karena hukumnya adalah wajib sedangkan untuk yang lainnya adalah anjuran.93 Terdapat juga riwayat yang menyatakan:
Abu Husain Muslim al-Hujjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, S}ahih Muslim Syarah an-Nawawi juz 7 (Beirut: Dar al-Fikr, 1995),71-72. 93 Manshur Ali Nashif, al-Taaju Al-Jaami’ al-Ushu>l fi Aha>dis al-Rasu>l (Beirut: Dar-al-Kutub al-Ilmiyah, 1971), 34. 92
65
66
مال ٌ ك َ َ اَل: فبلغ ذالك رسول اهلل فقال.اعتق رجل من بين عّدرة عبّدا لو عن ٌدبٌِر . من يشرتيو مين؟ فاشرتاه نعيم بن عبّداهلل العّدوي بثَ َم ِاِنائة درىم: ال فقال:غريهُ؟ فقال ُ فأن فضل شيئ. ابّدأ بنفسك فتصّدق عليها: مث قال,فجاء هبا رسول اهلل فّدفعها اليو فألىلك فأن فضل عن أىلك شيئ فلذي قرابتك شيئ فهكذا وىكذا فبْي يّديك وعن 94 .ميينك وعن مشالك Seorang laki-laki dari bani Udzrah memerdekakan budaknya. Lalu berita itu sampai kepada Nabi maka beliau bertanya: apakah kamu mempunyai harta selain budak tersebut? Laki-laki itu menjawab: tidak, kemudian Nabi menawarkan budak ini kepada kaum muslimin, siapa yang ingin membeli budak ini dariku? Lalu budak itu dibeli oleh nu‟aim bin Abdullah al-Adawi dengan harga 100 dirham, kemudian uang tersebut dibawa oleh Nabi untuk diserahkan kepadanya. Nabi bersabda kepada laki-laki itu, dahulukanlah dirimu sendiri sebagai sedekah, jika ada kelebihan maka untuk keluargamu, jika ada kelebihan maka untuk sanak kerabatmu, dan jika masih ada kelebihan maka untuk seterusnya dan seterusnya, beliau berkata maka untuk orang-orang yang didepanmu, dikananmu, dan dikirimu (tetanggamu).
Dalam hadis ini keluarga disebutkan setelah mencukupi kebutuhan diri sendiri, dan kerabat disebutkan setelah mencukupi kebutuhan keluarga. Artinya hadis ini mengutamakan keluarga yang menjadi tanggungan seperti anak dan istri terlebih dahulu baru kemudian kepada kerabat dan seterusnya. Nabi SAW bersabda: 95
ِ ِ ِِ .ًص َّدقَة ْ َإِ َن الْ ُم ْسل َم إِ َذا أَنْـ َف َق َعلَى أ َْىلو نـَ َف َق ًة َوُى َو ََْيتَسبُـ َها َكان َ ُت لَو
Sesungguhya jika seorang muslim memberi nafkah untuk keluarganya karena Allah, maka nafkah tersebut bernilai sedekah baginya.
Muhallab berkata: Nafkah untuk keluarga hukumnya wajib dengan ijma‟ (kesepakatan Ulama‟) adapun penetapan syariat menamakannya dengan sedekah hanyalah dikarenakan kekhawatiran adanya sangkaan bahwa mereka tidak akan diberi pahala atas kewajiban yang mereka 94 95
Ibid, 72 -73. Ibid, 77.
67
tunaikan. Mereka telah mengetahui pahala sedekah, maka penetapan syariat mengenalkan kepada mereka bahwa nafkah/infak yang mereka keluarkan untuk keluarga adalah sedekah mereka sehingga mereka tidak mengeluarkan sedekah itu kepada selain keluarga, kecuali setelah mereka mencukupi keluarga mereka. Penamaan infak ini dengan sedekah adalah dalam rangka mendorong mereka agar mendahulukan sedekah yang wajib daripada sedekah sunnah.96 Maka demikian memberi nafkah kepada keluarga juga mendapatkan pahala seperti pahala orang yang bersedekah. Nafkah bernilai sedekah bila dibarengi dengan niat karena Allah sebagaimana ditujukan dalam hadis tersebut, hadis ini menerangkan bahwa yang dimaukan dengan sedekah dan nafkah secara muthlaq dalam hadishadis yang ada adalah bila orang yang mengeluarkannya itu ihtisab, maknanya ia menginginkan ridha Allah dengan nafkah tersebut. Sehingga bila seseorang memberikan nafkah dalam keadaan lupa atau kacau pikirannya, tidaklah ia mendapat nilai sedekah seperti yang dinyatakan dalam hadis tersebut, namun yang masuk dalam hadis ini hanyalah bila seseorang itu muhtashib.97 Artinya niat mengharap ridha Allah (ihtisab) adalah
merupakan
syarat
nafkah
seseorang
kepada
keluarganya
mendapatkan pahala sedekah. Al-Imam al-Thabari mengatakan: Wajib memberi nafkah kepada keluarga. Orang yang melakukannya akan diberi pahala dengan tujuannya. Ahmad bin „Ali bin Hajar al-Asqalani, Fath al-Ba>riy juz IX (Kairo: Dar alTaufiqiyah li al-Thiba‟ah, 2008), 508. 97 Abu Husain Muslim al-Hujjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim Syarah an-Nawawi juz 7..., 77. 96
68
Dan tidaklah saling bertentangan antara keberadaan nafkah ini sebagai sesuatu yang wajib dengan penamaannya sebagai sedekah, bahkan nafkah ini lebih utama daripada sedekah yang sunnah. Nafkah yang diberikan seorang suami kepada keluarganya merupakan nafkah yang paling utama (afdhal) dan paling besar pahalanya di sisi Allah. 2. Nafkah kepada istri Nabi telah menjelaskan prioritas orang yang berhak menerima nafkah dan urutan orang yang berhak menerimanya. Para perawi terpercaya mengatakan ada seorang laki-laki datang menemui Nabi SAW. Seraya berkata:
: قال, عنّدى اخر: قال, تص ّّد ْق بو على نفسك: قال,يا رسول اهلل عنّدي دينار عنّدى اخر: قال, تصّدق بو على زوجتك: قال, عنّدى اخر: قال,تصّدق بو على ولّدك 98 .ص ُر بو َ ْ انت اَب: قال, عنّدى اخر: قال, تصّدق بو على خادمك:قال
Nabi mengatakan kepada laki-laki tersebut untuk bersedekah kepada
dirinya sendiri, dan jika lebih maka kepada anak kemudian istri, jika masih lebih maka kepada budaknya dan seterusnya. Zaman dahulu budak adalah milik tuannya maka tuan tersebut wajib memberi sedekah kepada budaknya akan tetapi sekarang sudah tidak ada budak lagi yang ada hanyalah pembantu, seorang pembantu tidaklah menjadi tanggungan majikannya karena profesi sebagai pembantu itu adalah pekerjaan, dimana pembantu mendapatkan upah dari majikan atas pekerjaannya. Hadis lain menyebutkan:
Abi Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Sijistani al-Azdiy, Sunan Abu> Dawu>d (Kairo: Dar al-Hadis, 275), 733. 98
69
ص َّدقَِة َما َكا َن َع ْن َ َول اهللِ صلى اهلل عليو وسلم ق َ أَ َن َر ُس، ََع ْن أَِيب ُىَريْـَرة َ َخْيـ ُر ال: ال 99 .ول ُ ُظَ ْه ِر ِغ ًًن َوابْ َّدأْ ِِبَ ْن تَـع
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda: sebaik-baik sedekah adalah yang ia sendiri berkecukupan. Maka mulailah memberikan sedekah kepada tanggungan-tanggunganmu.
Maksud hadis ini adalah mendahulukan anak istri, orang-orang yang dalam tanggungan, membayar utang dan kebutuhan primer lainnya baru berbagi dengan yang lainnya. Itulah sebanya, sedekah dalam hal ini sering juga disebut infak atau nafkah. Setelah bekerja mencari rizki maka berinfaklah kepada keluarga terlebih dahulu karena infak keluarga lebih utama daripada infak kepada yang lainnya. Allah mengetahui bahwa manusia itu cinta bahkan orang yang pertama dicintainya adalah anggota-anggota keluarga dekatnya, anak dan istrinya, orang tua dan seterusnya. Maka, dibawalah ia melangka dalam infak sesudah dirinya kepada orang-orang yang dicintainya itu, agar ia memberikan sebagian hartanya kepada mereka dengan suka hati. Hal ini tidak membahayakan sama sekali, bahkan dalam hal ini terdapat hikmah dan kebaikan. Pada waktu yang sama, ia sudah memenuhi dan mencukupi kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungannya, yaitu para keluarga dekatnya. Memberi orang yang lebih dekat hubungannya itu lebih mulia nilainya daripada memberi orang yang jauh hubungan kekeluargaannya. Pada waktu yang sama, berarti dia menyebarkan cinta dan kesejahteraan ditempat pengasuhan yang pertama, dan memperkokoh hubungan kekeluargaan yang
99
Abi Hasan Nuruddin Muhammad Abdul Hadi as-Sandi, Shahih Bukhari (Beirut: Dar kutum al-Ilmiyah, 1971), 481.
70
Allah kehendaki menjadi batu pertama dalam membangun kemanusiaan yang besar. Para ulama‟ fiqih sepakat bahwa suami itu mesti membelanjai istrinya lalu bapak mesti membelanjai anak lelaki yang masih kecil dan anak perempuan. Anak lelaki harus memberi belanja ibu bapaknya.100 a. Kadar nafkah yang diberikan kepada keluarga Hal yang telah diketahui oleh kaum muslimin, baik dulu maupun sekarang, bahwa suami wajib memberi nafkah untuk dirinya dan keluarganya, menyediakan segala hal yang dibutuhkan oleh isteri serta anak-anaknya. Mengenai kadar nafkah yang harus diberikan kepada keluarganya dijelaskan dalam sabda Nabi:
:فقلت ما نقول يف نِ َس ِاءنَا؟ قال عن ُمعاوية ُ :يت رسول اهلل قال ُ َ أَت:القشريي قال ّ 101 ِ أَطْعمو .ن ُ وى َن مِما تَكتَ ُسو َن وال تَضر ُ اىن مِمَا تَأكلون وا ْك ُس ّ َ بوى َن وال ت َقبِ ُح ْوُى Dari Mu‟awiyah al-Qushairiy, ia berkata: aku pernah datang kepada Rasulullah SAW. Mu‟awiyah berkata: lalu aku bertanya: apa yang engkau perintahkan tentang istri-istri kami? Ia bersabda: berilah mereka itu makan dari apa yang kamu makan, berilah mereka pakaian dari apa yang kamu pakai, janganlah mereka itu kamu pukul dan janganlah mereka itu kamu jelek-jelekkan.
Para ulama kalangan Hanafiah, Malikiyah dan Syafi‟iyyah berpendapat, barometer yang dijadikan acuan untuk menentukan kadar nafkah yang wajib diberikan suami adalah keadaan suami itu sendiri, berdasarkan firman Allah:
100
Yusuf Qard}awi, Shadaqah (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 71. Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Sijistani al-Azdiy, Sunan Abu> Dawu>d (Kairo: Dar al-Hadis, 275), 733. 101
71
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ٍِ ُ ِليُـْنف ْق ذُو َس َعة م ْن َس َعتو َوَم ْن قُّد َر َعلَْيو ِرْزقُوُ فَـ ْليُـْنف ْق مِمَا آتَاهُ اللَوُ ال يُ َكل ُف اللَو .102اىا َسيَ ْج َع ُل اللَوُ بـَ ْع َّد عُ ْس ٍر يُ ْسًرا َ َنـَ ْف ًسا إِال َما آت Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
Pendapat ini diperkuat dengan penafsiran Imam Ibnu Katsir
ِ )بِالْمعرpada ayat berikut: tentang makna lafazh (وف َْ ُ
ِ ِ ود لَو ِرْزقُـه َن وكِسوتـُه َن بِالْمعر .103وف ُ ْ َ ُ َ ْ َ ُ ُ َُو َعلَى الْ َم ْول
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik
Ibnu Katsir berkata,”Yakni sesuai dengan keadaan umum yang diterima kalangan para isteri di negeri mereka, tanpa berlebih-lebihan ataupun pelit, sesuai dengan kesanggupannya dalam keadaan mudah, susah ataupun pertengahan.104 Shaikh Islam Ibnu Qudama mengakatakan dalam kitabnya, al-Kafi: nafkah untuk keluarga itu harus diperkirakan mencukupi kebutuhannya. Karena nafkah ini diwajibkan atas suatu kebutuhan maka mesti dengan sesuatu yang menopang kebutuhan ini. jika keluarga itu memerlukan pembantu, maka diwajibkan pula ada nafkah pembantunya.105
102
Alquran, 65:7. Alquran, 2:233 104 Abul Fida‟ Isma‟il Ibnu Kasir al-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir trj. Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), 559. 105 Yusuf Qard}awi, Shadaqah..., 81. 103
72
Para ulama‟ fiqih tidak mengatakan tentang kewajiban bemberi nafkah berobat untuk keluarga. Berobat ini sebagaimana juga diistilahkan mereka sebagai harga obat dan biaya dokter. Alasan tidak mewajibkan nafkah berobat ini, karena menurut mereka biaya berobat itu tidak biayya rutin, tetapi dipelukan sewaktu-waktu saja jika sakit. Di sisi lain deokter juga biasanya seorang ahli yang suka menerka-nerka penyakit yang belum pasti. Karena alasan itulah kebanyakan ulama fiqih tidak berpendapat bahwa pengobatan sebagai sesuatu yang wajib tetapi suatu yang sunah atau mubah. Sekarang situasinya berbeda, pemeriksaan penyakit itu sudah sangat muda diperoleh. Demikian pula berobat sudah menjadi hal biasa. di sisi lain membiyarkan orang sakit tidak diobatkan itu dianggap sebagai penganiyayaan. Wajibnya berobat sudah sesuai dengan hadis shahi yaitu:
ِ ِ .َ فإ َن الذي َخلَ َق الّدَاءَ خلق الّدواء,ّداوْوا ُ َيا عبَ َاد اهلل ت Wahai hambah Allah berobatlah kalian, sesungguhnya yang telah menciptakan penyakit juga telah menciptakan obatnya.106
Maka dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan (makan, pakaian dan kediaman) bagi istri harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebiasaan setempat, disamping kemampuan suami tentunya. Sehingga mencakup juga apa yang memenuhi keperluan kesehatan, seperti buah-buahan, obat-obatan dan sebagainya, juga keperluan-keperluan lain yang karena terbiasakan secara umum untuk waktu yang lama, telah menjadi suatu keharusan yang sulit ditinggalkan atau dapat menimbulkan ketegangan antara suami istri apabila tidak dipenuhi. Bagaimanapun, 106
Ibid, 81-82.
73
kedua pihak (suami, istri), sebaiknya mampu memecahkan sendiri persoalan kadar besar kecilnya nafkah, demi keharmonisan dan kelangsungan kehidupan perkawinan mereka. b. Ancaman bagi suami yang bakhil Tentang suami yang bakhil ini, telah datang banyak nash yang memuat ancaman baginya. Diantaranya ialah sabda Nabi SAW berikut:
ِ .107ت َ َُك َفى بِامل ْرء إِْْثاً أ ْن ي ُ ضيِ َع َم ْن يَـ ُق ْو َ Cukuplah sebagai dosa bagi suami yang menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.
Juga sabda Nabi yaitu:
ِ ِ ما ِمن يـوٍم يصبِح العِب ِ ِ أع ِط ُمْنـ ْف ًقا ْ الله َم ُ َ ُ ْ ُ َْ ْ َ ُ : أح ُّد ُُهَا َ اد فْيو إالَ َملَ َكان يـَْن ِزالَن فَـيَـ ُق ْو َل .أع ِط مِمُْ ِس ًكا تَـلَ ًفا ْ الله َم َ َو يَـ ُق ْو ُل،َخلَ ًفا ُ : اآلخ ُر
Tidaklah para hamba berada dalam waktu pagi, melainkan ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari mereka berdoa,”Ya, Allah. Berikanlah kepada orang yang menafkahkan hartanya balasan yang lebih baik,” sedangkan malaikat yang lain berdoa,”Ya, Allah. Berikanlah kebinasaan kepada orang yang menahan hartanya (tidak mau menafkahkannya)
Bakhil dan kikir adalah sifat tercela yang dilarang Allah SWT. Allah SWT telah memberikan ancaman berupa kebinasaan dan dosa bagi suami yang tidak mau memenuhi nafkah keluarganya, padahal ia mampu untuk memberinya. Hal ini bisa kita fahami, karena memberi nafkah keluarga adalah perintah syari‟at yang wajib ditunaikan suami. Apabila seorang suami bakhil dan tidak mau memenuhi nafkah anak serta isterinya, berarti ia telah bermaksiat kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Sijistani al-Azdiy, Sunan Abu> Dawu>d..., 733. 107
74
yang Allah bebankan kepadanya, sehingga ia berhak mendapat ancaman siksa dari Allah. 3. Nafkah kepada orang tua Segolongan kaum mukminin bertanya kepada Nabi SAW. Tentang kadar infak dan pos penyaluran infak mereka, dalam hal ini bukan zakat yang bersifat wajib. Salah seorang penanya adalah „Amr bin Jamuh al-Ansharim dia seorang kakek tua yang memiliki banyak harta. Ia bertanya: Wahai Rasulullah, seberapa banyak yang harus disedekahkan dan siapa yang berhak mendapatkan infak, maka turunlah ayat alquran yang berbunyi:108
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِْي والْيَتَ َامى والْمساك ِ ْي َ َيَ ْسأَلُون َ َ ك َماذَا يـُْنف ُقو َن قُ ْل َما أَنْـ َف ْقتُ ْم م ْن َخ ْري فَل ْل َوال َّديْ ِن َواألقْـَرب ََ َ ِ ِِ ِ ٍ ِ ِ .109يم ٌ َوابْ ِن ال َسب ِيل َوَما تَـ ْف َعلُوا م ْن َخ ْري فَإ َن اللَ َو بو َعل
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.
Ayat diatas seberapapun jumlah harta yang kalian infakaan, sedikitpun maupun banyak, maka harta tersebut adalah milik kalian dan pahalanya hanya diperuntuhkan kepada kalian. Infak yang paling utama adalah pemberian kepada orang tua, sebab orang tua adalah keluarga yang sangat dekat. memberikan infak/ nafkah kepada orang tua memiliki pahala disisi Allah di akhirat.110 Memberi nafkah untuk kedua orang tua yang tidak mampu diwajibkan atas anak-anak mereka yang memiliki kemampuan, telah diriwayatkan oleh 108
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Wasith (Jakarta: Gema Insani, 2012), 97. Alquran, 2:215. 110 Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Wasith..., 97-98. 109
75
Umarah bin Umair bahwa bibinya pernah bertanya kepada Aisyah r.a, “anak saya yang yatim berada dibawah asuhan saya. Bolehkah saya makan sekedarnya dari harta miliknya?. Aisya r.a menjawab bahwa Rasulullah pernah bersabda, sebaik-baik sesuatu yang dimakan seseorang adalah dari yag ia hasilkan sendiri. Sedangkan anak termasuk sesuatu yang ia hasilkan”. (HR.Abu Dawud, Nasa‟i, Ibnu Majjah dan Tirmidhi).111 Seorang ayah dan ibu dalam keadaan miskin, dibolehkan bagi keduanya mengambil dari harta anak mereka, baik dengan izin si anak maupun tanpa izinnya. Tentunya mereka hanya dibolehkan mengambil sededar yang benar-benar mereka perlukan, bukan untuk bermewa-mewahan atau berboros-boros. Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki tua menghadap Nabi SAW, mengeluhkan seorang anaknya yang memarahinya dengan sengit karena ia terpaksa mengambil sedikit uang anaknya itu untuk keperluan yang mendesak. Nabi SAW segera memerintahkan agar si anak dihadapkan kepadanya, anak itupun balik mengeluhkan ayahnya, dengan mengatakan, ya Rasulullah, aku memeng memiliki harta, tetapi aku juga memiliki istri dan anak-anak yang harus aku penuhi keperluan mereka. Sedangkan ayahku ini suka menguasai uangku tanpa meminta izin dariku. Maka Nabi berkata, engkau dan seluruh hartamu adalah milik ayahmu.Tentunya yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW tersebut adalah bahwa si ayah diperbolehkan
111
M. Baqir al-Habsyi, Fiqih Praktis (Banding: Mizan, 2002), 252
76
mengambil dari milik anaknya sekedar yang diperlukan untuk hidupnya, bukan menguasai harta si anak. Begitulah yang disepakati para ulama‟.112
B. Sedekah Kepada Kerabat 1. Keutamaan sedekah kepada kerabat Setelah kewajiban memberi nafkah/sedekah kepada keluarga maka selanjutnya diutamakan memberikan nafkah kepada kerabat. Hal ini dijelaskan dalam beberapa sabda Nabi yaitu:
ِ ِ وى ب أحربين عمرو عن بكري عن كريب ْ حّدثنا ىارون بن سعيّد الألَيْلي حّدثنا ابن ِ عن ميمونو بنت احلارث اهنا أَعتـق :يّد ًة يف زمان رسول اهلل فذكرت ذلك لرسول اهلل فقال َ ت َول ْ َ َْ 113 ِ لو أعطيتها أ .أعظم ِألَجرك َ َخ َوال ْ َ ك كان Harun bin Sa‟id al-Lailiy menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, Amr mengabarkan kepada kami dari Bakir dari Kuraib dari Maimunah binti Al Harits, bahwa dia telah memerdekakan budak perempuan pada masa Rsululah SAW. Kemudian dia menuturkan hal itu kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, Seandainya budak itu kamu berikan kepada saudara-saudara ibumu, tentu pahalamu lebih besar.
Sabda Nabi SAW:
ٍ ِ ِ َع ْن، َع ِن ابْ ِن َع ْو ٍن،يع ٌ َح َّدثـَنَا َوك: قَ َاال، َو َعل ُي بْ ُن ُُمَ َمّد،ََح َّدثـَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِيب َشْيبَة ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ َح ْف ال َ َ ق:ال َ َ ق،َيِّب ِِ َع ْن َس ْل َما َن بْ ِن َعام ٍر الض،صلَْي ٍع ُ َع ِن الَربَاب أُِم الَرائ ِح بْنت،ين َ ص َة بْنت سري ِ ِ ِ ُ رس ِ َ وعلَى ِذي الْ َقراب ِة اثْـنَت،ٌْي ص َّدقَة :ان َ ال:صلَى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلَ َم ََ َ ِ ص َّدقَةُ َعلَى الْم ْسك َ ول اللَو ََ َُ 114 ِ . ٌص َّدقَةٌ َوصلَة َ
Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ali bin Muhammad menceritakan kepada kami, mereka berkata: waki‟ menceritakan kepada kami dari Ibn „Aun dari Hafsah binti sirin dari Rabab ibu Raih binti Shulaih dari Salman bin Amir alDhabiy, ia berkata: Nabi SAW bersabda: bersedekah kepada orang miskin
112
M. Baqir al-Habsyi, Fiqih Praktis (Banding: Mizan, 2002), 252-253. Abu Husain Muslim al-Hujjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, S}ahih Muslim Syarah an-Nawawi juz 7 (Beirut: Dar al-Fikr, 1995),, 75. 114 Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majjah (Beiru: Dar Kutub Ilmiah, tt), 591. 113
77
mendapatkan (satu pahala) sedekah, dan sedekah kepada kerabat ada dua (pahala), pahala sedekah dan pahala menyambung tali silaturrahim.
Silaturrahim memiliki arti kasih sayang, Allah memerintahkan menyambung silaturrahim kepada sesama manusia. Orang-orang yang mengikat hubungan silaturrahim maka harus mempergauli kaum kerabat dengan penuh kecintaan dan kebaikan, serta berbuat baik kepada mereka dan menghindarkan bahaya dari mereka menurut kemampuan yang kita miliki.115 Orang-orang yang memutus tali silaturrahmi maka Allah akan memberikan kutukan kepadanya dan mereka akan dimasukkan kedalam neraka jahannam. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur‟an yang berbunyi:
َِ ِِ ِِ ِ ِ ِ ِ وص َل ُ ين يـَْنـ ُق َ ُضو َن َع ْه َّد اللَو م ْن بـَ ْعّد ميثَاقو َويـَ ْقطَعُو َن َما أ ََمَر اللَوُ بو أَ ْن ي َ َوالذ ِ ِ األر .116ك ََلُ ُم اللَ ْعنَةُ َوََلُ ْم ُسوءُ الّدَا ِر َ ِض أُولَئ ْ َويـُ ْفس ُّدو َن ِيف Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).
Menyambung
tali
silaturrahmi
salah
satunya
yaitu
dengan
memberikan sedekah oleh karena itu memberikan sedekah kepada kerabat diutamakan sebab didalamnya juga termasuk menyambung tali silaturrahmi. Allah berfirman:
ِ َِ ِ ِ ِ ِ يّدو َن َو ْج َو اللَ ِو ُ ين يُِر َ ْي َوابْ َن ال َسبِ ِيل ذَل َ فَآت ذَا الْ ُق ْرََب َحقَوُ َوالْم ْسك َ ك َخْيـٌر للذ .117ك ُى ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن َ َِوأُولَئ Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih 115
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, trj. Bahrun Abu bakar, Terjemah Tafsir al-Maraghi Jilid 13, (Semarang: Thoha Putra, 1993), 169-170. 116 Alquran, 13:25. 117 Alquran, 2:177.
78
baik bagi orang-orang yang mencari keridaan Allah; dan mereka itulah orangorang beruntung.
Dalam ayat ini didahulukan kata Qurba yaitu maksudnya keluarga yang dekat haknya, karena mereka orang yang paling wajar mendapatkan bantuan serta jalinan kasih sayang setelah istri dan orang tua, yang selanjutnya baru kepada orang miskin, kemudian kepada orang-orang yang kehabisan bekal dalam perjalanannya. Mereka adalah orang-orang yang beruntung, meraih segala apa yang mereka harapkan di dunia dan di akhirat dan tidak akan disentuh oleh kekecewaan sedikitpun.118 Disebutkan terlebih dahulu, atau di prioritaskan kaum kerabat, hendaklah mereka terlebih dahulu ditolong. Berkali-kali terjadi dalam sejarah, orang satu keturunan bahkan orang satu ayah satu ibu, tidak sama kecerdasan otaknya dan tidak sama kecerdikannya dalam memperjuangkan hidup. Seorang suami dengan istrinya bersama-sama anak-anaknya, setelah bertahun-tahun merantau ayah dan ibu telah meninggal dan anak-anak telah berumahtangga sendiri-sendiri, ada yang berhasil ada yang gagal, maka hendaklah yang kaya diantara bersaudara itu mendahulukan pertolongan kepada kaum keluarganya yang terdekat itu sebelum menolong orang lain. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa mendahulukan keluarga terdekat itu adalah wajib.119 Dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa kerabat itu mempunyai hak atas kerabatnya, dan kerabatnya ini diperintahkan memberikan hak tersebut kepadanya. Selain itu Allah juga memerintahkan agar berbuat kebaikan 118 119
Quraish shihab, Tafsir al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2003), 69-70. Hamka, Tafsir al-Azhar juz 21 (Jakarta: Panjimas, 2006), 87.
79
kepada kerabat, maka orang yang paling berdosa besar ketika melihat kerabatnya meninggal karena kelaparan adalah kerabatnya yang mampu memberikan sesuap nasi.120 Ibnu „Asyur memahami ayat ini sebagai pembatalan adat kebiasaan masyarakat jahiliah yang mementingkan orang lain atas keluarga, terdorong oleh
keinginan
memperoleh
pujian
dan
popularitas.
Islam
datang
membatalkan hal tersebut dengan menyatakan seperti tuntunan ayat diatas. Jika semua orang berkemampuan memprioritakan keluarganya, maka akan berkurang orang-orang yang butuh, serta tidak akan terjadi tumpang tindih dalam penerimaan bantuan.121 Islam
menjadikan
setiap
yang
yang
mempunyai
hubungan
kekerabatan itu saling menjamin satu sama lain. Yang kuat menanggung yang lemah diantara mereka dan yang kaya menanggung yang miskin. Alasannya adalah ikatan diantara mereka itu begitu kokoh, demikian pula penopangpenopang kasih sayangnya sangat kuat. Yang demikian ini dikarenakan diantara mereka terdapat persaudaraan yang erat dan kekerabatan yang mempersatukan. Kenyataan ini dijelaskan dalam alquran:
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ض ُهم أَوََل بِبـ ْع .122يم ْ َوأُولُو َ ْ ْ ُ األر َحام بـَ ْع ٌ ض ِيف كتَاب اللَو إ َن اللَوَ ب ُك ِل َش ْيء َعل Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
120
Yusuf Qard}awi, Shadaqah..., 75. Quraish shihab, Tafsir al-Mishbah...,70. 122 Alquran, 8:75 121
80
Selain itu memberikan sedekah kepada kerabat yang memusuhi diutamakan berdasarkan sabda Nabi SAW:
على:عن حكيم بن حزام ان رجال سأل رسول اهلل عن الصّدقات ايها افضل؟ قال ِ ذي الرحم الكاش ْح
Dari hakim bin hizam, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang sedekah, mana yang paling utama? Beliau menjawab, kepada kerabat yang memusuhi. Diantara manfaat sedekah adalah menimbulkan kasih sayang dengan
demikian kerabat yang memusuhi akan tersentuh hatinya dan akan luluh hatinya sebab meskipun kerabatnya tersebut dimusuhi masih saja berbuat baik kepadanya dan masih menyambung hubungan kekerabatan.123 2. Syarat wajib memberi nafkah kepada kerabat Para ulama‟ fiqih memberikan syarat wajibnya memberi nafkah kepada kerabat itu dengan dua syarat pokok yaitu: a. Kemiskinan (kebutuhan) orang yang wajib diberi nafkah. Maka jika ia merasa cukup dengan harta atau usahanya, tidak wajib nafkahnya karena nafkah itu wajib dalam rangka menolong saja maka tidak tepat diberikan kepada orang yang cukup. Dan sebaiknya diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan. b. Hendaklah orang yang memberi nafkah itu mempunyai harta lebih, yakni selebihnya dari biaya sendiri dan keluarganya. Menafkahi kerabat itu sifatnya penglipur lara maka mestinya dengan rizki selebihnya dari kebutuhan pokok seperti kebutuhan sendiri dan kebutuhan istri. Seperti yang dijelaskan dalam sabda Nabi: 123
Muhammad Syafi‟i, 9 Keajaiban Sedekah (tk: KlikPublishing, 2011), 69.
81
124
.ول ُ ُص َّدقَِة َما َكا َن َع ْن ظَ ْه ِر ِغ ًًن َوابْ َّدأْ ِِبَ ْن تَـع َ َخْيـ ُر ال
Sebaik-baik sedekah adalah yang ia sendiri berkecukupan. Maka mulailah memberikan sedekah kepada tanggungan-tanggunganmu.
C. Larangan memeberikan zakat kepada keluarga Zakat adalah menurut bahasa artinya suci, tumbuh, berkembang dan berkah, sedangkan menurut istilah zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanaya dengan syarat-syarat tertentu. Zakat merupakan salah satu pilar dari pilar islam yang ada lima, Allah SWT telah mewajibkan bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya sebagai penyuci harta mereka, yaitu bagi mereka yang telah memiliki harta sampai
nishab (batas
terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa haul (satu tahun bagi harta simpanan dan niaga, atau telah tiba saat memanen hasil pertanian).125 Dalam hal zakat Allah telah menentukan siapa yang berhak menerima zakat dan orang yang berkewajiban mengurus zakat. Orang yang mengurus zakat disebut dengan amil zakat dan orang yang berhak menerima zakat disebut dengan mustahik zakat. Zakat harus diserahkan kepada yang berkewajiban mengurusnya, hal ini sesuai dengan fatwa para sahabat, dari Ibnu Umar, ia berkata: serahkanlah sedekah-sedekah (zakat) kalian kepada orang yang diangkat Allah memerintah
124
Abi Hasan Nuruddin Muhammad Abdul Hadi as-Sandi, Shahih Bukhari (Beirut: Dar kutum al-Ilmiyah, 1971), 481. 125 Wahbah al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madzhab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), 82-83.
82
kalian. Barangsiapa yang jujur didalamnya maka baginya pahalanya, dan barangsiapa yang curang didalamnya, ia pula yang menaggung dosanya.126 Dalam pembagian zakat terdapat beberapa orang yang terlarang menerima zakat yaitu: orang-orang kafir dan golongan ateis, Bani Hasyim, keluarga yang menjadi tanggungan (diberi nafkah). Keluarga yang menjadi tanggungan tidak diperbolehkan menerima zakat. para fuqaha‟ sependapat bahwa tidak boleh memberikan zakat kepada bapak-bapak, kakek-kakek, ibu-ibu, nenek-nenek, anak-anak laki-laki, cucu-cucu yakni anak laki-laki dari anak laki-laki, anak-anak perempuan serta anak-anak laiki-laki dari anak perempuan itu. Alasannya ialah, karena menjadi kewajiban bagi pembayar zakat buat memberi nafkah atau belanja kepada bapak-bapaknya dan seterusnya ke atas, dan kepada anak-anaknya dan seterusnya kebawah. Dan walaupun mereka itu miskin tetapi berarti kaya sebab kayanya. Jadi bila ia memberikan zakat kepada mereka, berarti ia telah menarik keuntungan bagi dirinya sendiri dengan mengabaikan memberi nafkah. Malik mengecualikan kakek dan nenek serta cucu-cucu maka ia membolekan memberikan zakat kepada mereka, karena terhadap mereka itu ia tidaklah diwajibkan memberi nafkah. Ibn Taimiyah berpendapat boleh memberikan zakat kepada ibu bapak jika seseorang tidak sanggup menafkahi Ibu bapaknya itu, sedang mereka amat membutuhkannya.127 Adapun seorang istri diperbolehkan memberikan hartanya kepada suami apalagi jika suami dalam keadaan yang kurang kecukupan, seperti dalam sebuah hadis: 126 127
Yusuf Qard}awi, Shadaqah..., 111. Sayyid Sabiq, fikih sunnah 3, (bandung: PT. Al Ma‟ari, 1978), 133-134.
83
ِ ِ ُ ال رس ِ ِ ِ ص َّدقْ َن يَا َم ْع َشَر ْ َب ْامَرأَة َعْبّد اللَو قَال َ َصلَى اللَوُ َعلَْيو َو َسلَ َم ت َ ول اللَو ُ َ َ َت ق َ ََع ْن َزيْـن ِ َالنِس ِاء ولَو ِمن حلِيِ ُك َن قَالَت فَـرجعت إِ ََل عب ِّد اللَ ِو فَـ ُق ْلت إِنَك رجل خ ِفيف ذ ول َ ات الْيَ ِّد َوإِ َن َر ُس ُ َ ٌ َُ َ ُ ُ ََْ ْ َْ ُ ْ َْ َ ِ ِِ ِ َ اللَ ِو صلَى اللَو علَي ِو وسلَم قَ ّْد أَمرنَا بِال صَرفْـتُـ َها إِ ََل َ اسأَلْوُ فَِإ ْن َكا َن ذَل ْ َص َّدقَة فَأْتو ف َ ك ََْي ِزي َع ِين َوإَِال َ ََ َ َ َ ْ َ ُ ِ ِ ِِ ِ اب رس ِ ِ ْت فَِإذَا ْامرأَةٌ ِمن ْاألَن ول َ ت فَـ َق ْ َال ِِل َعْب ُّد اللَو بَ ْل ائْتيو أَنْت قَال ْ ََغ ِْريُك ْم قَال ُ ت فَانْطَلَ ْق َ ْ َ ُ َ َصا ِر بب ِ ِ ِ ُ اللَ ِو صلَى اللَو علَي ِو وسلَم حاج ِِت حاجتُـها قَالَت وَكا َن رس ت ْ َصلَى اللَوُ َعلَْيو َو َسلَ َم قَ ّْد أُلْقي َ ول اللَو َ َ َ َ َ َ ََ َْ ُ َ َُ َ ْ ِ ِ َ ت رس ِ ِ ِ َخِ ْربهُ أَ َن ْ ََعلَْيو الْ َم َهابَةُ قَال ْ صلَى اللَوُ َعلَْيو َو َسلَ َم فَأ َ ول اللَو ُ َ ْت فَ َخَر َج َعلَْيـنَا ب َال ٌل فَـ ُق ْلنَا لَوُ ائ ِ ِ ٍ ِ ْي بِالْب َ ئ ال ُ َُت ِز ُْ ك أ َ ِاب تَ ْسأََالن ُص َّدقَةُ َعْنـ ُه َما َعلَى أ َْزَواج ِه َما َو َعلَى أَيْـتَام ِيف ُح ُجوِرُهَا َوَال ُُتِْ ْربه َ ِ ْ ْامَرأَتَـ ِ ُ ال لَو رس ِ ِ ِ ِ صلَى ْ ََم ْن ََْن ُن قَال َ ول اللَو َ ت فَ َّد َخ َل ب َال ٌل َعلَى َر ُسول اللَو ُ َ ُ َ صلَى اللَوُ َعلَْيو َو َسلَ َم فَ َسأَلَوُ فَـ َق ِ ُ ال رس ِ َ ْال ْامرأَةٌ ِم ْن ْاألَن َ ِ َ ي ُ َصلَى اللَوُ َعلَْي ِو َو َسلَ َم أ َ ول اللَو ُ َ َ ب فَـ َق ُ َصار َوَزيْـن َ َ اللوُ َعلَْيو َو َسل َم َم ْن ُُهَا فَـ َق ِ ِ ول اللَ ِو صلَى اللَو علَي ِو وسلَم ََلما أ ِ ِالَزيَان َج ُر ُ ال لَوُ َر ُس َ ال ْامَرأَةُ َعْب ِّد اللَ ِو فَـ َق َ َب ق ْ َج ُر الْ َقَرابَة َوأ ْ َجَران أ ْ َُ َ َ َ ْ َ ُ َ 128 ِ .ص َّدقَة َ ال
Dari Zainab istri Abdullah bin Mas'ud , dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Bersedekahlah hai kaum wanita, walaupun berupa perhiasan kalian! Zainab berkata, Maka aku pulang menemui Abdullah bin Mas'ud, lalu aku katakan kepadanya, Engkau adalah orang yang ringan tangan, sedangkan Rasulullah SAW memerintahkan kami agar bersedekah. Oleh karena itu, temuilah Rasulullah SAW, lalu tanyakan kepada beliau, apakah sedekahku cukup untuk keluargaku sendiri? Jika tidak boleh, maka akan aku memberikannya kepada orang lain. Zainab berkata, Abdullah bin Mas'ud menjawab, Kamu saja yang menemui Rasulullah SAW! Zainab berkata, Kemudian aku pergi, ternyata di pintu Rasulullah SAW ada seorang perempuan dari kaum Anshar yang mempunyai keperluan yang sama denganku. Zainab berkata, Rasululah SAW telah diberikan wibawa pada dirinya (yang membuat orang lain segan untuk bertemu). Zainab berkata, Tiba-tiba Bilal keluar menemui kami, maka kamipun berkata kepada Bilal, 'Temuilah Rasulullah lalu beritahukan padanya bahwa di pintu ada dua orang perempuan yang ingin bertemu dengannya, apakah boleh dua orang perempuan ini bersedekah kepada suami mereka dan anak-anak yatim dari keluarga mereka sendiri? Tapi jangan beritahukan kepada beliau siapa kami ini!" Zainab berkata, "Lantas Bilal masuk menemui Rasulullah, dan menanyakan seperti yang diminta wanita itu, maka Rasulullah bertanya, 'Siapakah dua orang wanita itu?,' Bilal menjawab, 'Salah seorang wanita dari kaum Anshar dan Zainab' Rasulullah menanyakan lagi, 'Zainab yang mana'? Jawab Bilal, 'Istri Abdullah bin Mas'ud.' Lalu Rasulullah berkata kepada bilal, 'Dua perempuan itu mendapat dua pahala, pahala karena berbuat baik kepada keluarganya dan pahala sedekah.
128
76,
Abi Hasan Nuruddin Muhammad Abdul Hadi as-Sandi, Shahih Bukhari..., 75-
84
Riwayat di atas dijadikan dalil tentang bolehnya wanita memberikan zakat hartanya kepada suaminya. Ini adalah pendapat Imam Syafi‟i, Al-Tzauri, sahabat Abu Hanifah, dan salah satu riwayat Imam Malik dan Ahmad. Bahkan sebagian ulama membolehkannya secara mutlak.129 Adapun mengenai suami memberikan zakatnya kepada istrinya, Ibnu Mundhir berkata: ulama‟-ulama‟ telah sepakat bahwa suami tidak boleh menyerahkan zakatnya itu kepada istrinya, karena nafkah istri menjadi kewajiban suami. Jika suami yang membayar zakat kepada istrinya maka seakan-akan zakat suami kembali kepadanya dan hakikatnya ia belum mengeluarkannya.130
D. Pendapat ulama’ mengenai kewajiban menafkahi keluarga a. Madzhab Hanafi Menurut al-Imam Abu Hanifah, bahwa sedekah itu wajib atas setiap saudara yang mahram kepada saudaranya. Jika saudaranya ini anak-anak lelaki dan cucu-cucu lelaki dari anak-anak lelaki ini, atau para bapak dan para kakek, sedekah ini wajib ketika ada kesamaan agama atau berbeda agama. Sedangkan jika saudaranya ini diluar mereka, belanja itu tidak wajib kecuali ada kesamaan agama.131 Selanjutnya nafkah itu hanya wajib dengan syarat ada kemampuan memberi nafkah dan kebutuhan yang diberi nafkah. Jika yang diberi sedekah ini anak lelaki kecil, anak ini dianggap miskin (orang butuh saja). Sedangkan
129
Ibnu Hajar, Fath al-Bari terj. Amiruddin (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), 207. Ibid, 198. 131 Yusuf Qard}awi, Shadaqah..., 77 . 130
85
jika orang dewasa jika perempuan maka dianggap miskin, jika lelaki maka disamping miskin ia harus buta atau sakit berkepanjangan. Maka jika lelaki ini sembuh kembali dan dapat melihat, maka tidak wajib dinafkahi.Nafkah menurut Abu Hanifah setingkat dengan harta warisan, kecuali nafkah anak lelaki karena nafkah anak ini khusus kewajiban bapaknya menurut yang masyhur dari pendapatnya. Diriwayatkan pula dari Ibnu Ziyad al-Lu‟lu‟ bahwa nafkah tersebut kewajiban bapak ibunya menurut ukuran warisan keduanya.132 b. Mazhab Hanbali Adapun Mazhab Ahmad bin Hanbal bahwa jika kerabat yang termasuk barisan keturunan maka wajib nafkahnya secara muthlak, baik ahli waris atau bukan. Jika diluar garis keturunan nafkah ini wajib dengan syarat antara ia dan mereka saling mewarisi. Jika para kerabat ini kelompok Dhawil alArham yang tidak memberi warisan, tidak ada nafkah bagi mereka. Demikian pula menurut imam Ahmad mesti ada kesamaan agama antara pemberi nafkah dan penerimanya yang wajib diberi nafkah ini. kecuali dalam dua garis keturunan menurut salah satu riwayatnya. Kemudian jika memberi nafkah itu wajib menafkahi seorang lelaki wajib pula atasnya menakahi istri lelaki ini menurut dhahir madhhabnya. AlQadhi Abu Ya‟la berkata: seperti ini pula pada setiap yang wajib menafkahi anak saudara lelaki, paman dan lain-lain, wajib pula atasnya menjaga kesucian mereka. Kemudian jika terdapat wajib menjaga kesucian seorang
132
Ibid.
86
lelaki, wajib pula atasnya menafkahi istri lelaki ini. alasannya karena hanya dengan cara ini kesuciannya dapat terjaga.133 Sedangkan Ibn Hazm mewajibkan memeberikan nafkah bukan saja kepada para istri dan orang tua (termasuk kakek dan seterusnya dalam garis keatas) dan anak (termasuk cucu dan seterusnya garis kebawah), tetapi bahkan kepada para saudara laki-laki dan perempuan. Dan jika untuk mereka sudah mencukupi dan masih ada kelebihan maka kewajiban memberikan nafkah tersebut meliputi pula para paman dan bibik (dari pihak ayah dan ibu), juga anak-anak mereka, khususnya yang tidak mempuanyai penghasilan sama sekali walaupun dari pekerjaan yang agak kurang layak. Tetapi jika masih mampu berpenghasilan, meski dari pekerjaan yang kuang layak, tidaklah wajib memberikan mereka nafkah. Lain halnya dengan ayah ibu (kakek) serta istri maka kewajibannya adalah menjaga agar mereka tidak sampai melakukan pekerjaan yang kurang layak.134 c. Menurut al-Shafi‟i, Malik dan al-Shaukani Tidak ada kewajiban untuk saling memberi nafkah untuk sanak kerabat selain antara anak (termasuk cucu dan baris kebawah) dan orang tua (termasuk kakek dan baris keatas) kecuali seseorang yang ingin bersilaturrahim. ini Mengingat tidak adanya tali khusus tentang kewajiban selain seperti itu. Semua hadis berkaitan dengan silaturrahim bersifat umum.
133 134
Ibid, 78. M. Baqir Habsyi, Fikih Praktis..., 255.
87
Dan sudah tentu yang benar-benar memerlukan pertolongan diantara mereka adalah yang paling berhak menerimanya.135
E. Keutamaan
sedekah
kepada
keluarga
diakaitkan
dengan
konteks
kontemporer Zaman semakin lama kian memburuk diakibatkan banyak perbuatanperbuatan manusia yang tidak sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh agama, mereka tidak memperhatikan undang-undang Islam dimana sebenarnya jika undang-undang tersebut dipatuhi dan dilakukan dengan benar maka akan menuntun penganutnya kepada kehidupan yang baik dan sejahtera. Diantara permaslahan yang ada yaitu: 1. Tidak ada rasa tanggung jawab kepada keluara yang tidak mampu Adat kebiasaan masyarakat jahiliah yaitu lebih mementingkan orang lain atas keluarga, hal ini dilakukan karena terdorong oleh keinginan memperoleh pujian dan popularitas.136 Kehidupan moral bangsa arab pada masa jahiliyah sangat rusak, mulai dari kegemaran minum khamr, berjudi, riba juga memutuskan hubungan kekerabatan. Dalam masalah sosial mereka terdiri dalam beberapa tingkatan yang sebagiannya diatas sebagian yang lain. Dalam hal ini terdapat tingkatan dan keluarga yang melihat diri mereka memiliki kekuatan atas yang lainnya, sehingga mereka merasa angkuh terhadap manusia dan tidak mau bersama mereka dalam banyak tradisi. Juga terdapat tingkatan 135 136
Ibid, 254. Quraish shihab, Tafsir al-Mishbah...,70.
88
masyarakat yang rendah, dan tingkatan orang-orang jelata dan awam. Mereka gemar memberikan banyak hadiah atau sedekah kepada seseorang yang setara derajatnya dan tidak memperdulikan keluarga mereka yang miskin.137 Keadaan seperti ini tidak jauh berbeda dengan keadaan zaman sekarang. Saat ini masih banyak sekali orang-orang yang melupakan keluarganya, mereka lebih gemar bersedekah besar-besaran terhadap orang
lain
tanpa
menghiraukan
keluarganya
yang
sedang
membutuhkan. Akibatnya banyak orang-orang yang terlantar tidak memiliki pekerjaan dan hidup menderita karena hidupnya tidak berkecukupan. Hal ini bisa terjadi karena memang keluarganya yang mampu tidak mengetahui bahwa islam telah mengajarkan sedekah terhadap keluarga itu lebih utama dari pada untuk yang lainnya atau memang mereka menginginkan ketenaran atau pujian dari orang lain atas apa yang mereka kerjakan. Padahal bersedekah kepada keluarga itu diutamakan dalam Islam, Islam juga mengajarkan untuk bersedekah dengan ikhlas tanpa ada rasa riya. Nabi SAW bersabda:
ب بْ ُن َعْب ِّد الَر ْْحَ ِن َع ْن َ ََد َح َّدثـَنَا ََْي ََي َع ْن عُبَـْي ِّد اللَ ِو ق ٌ َح َّدثـَنَا ُم َسّد ُ ال َح َّدثَِين ُخبَـْي ِ ِ ِ َح ْف ال َ َصلَى اللَوُ َعلَْي ِو َو َسلَ َم ق ِ ِص بْ ِن َعاص ٍم َع ْن أَِيب ُىَريْـَرَة َرض َي اللَوُ َعْنوُ َع ْن الن َ َيِّب اب نَ َشأَ ِيف ِعبَ َادةِ اللَ ِو ٌ َسْبـ َعةٌ يُ ِظلُ ُه ْم اللَوُ تَـ َع َاَل ِيف ِظلِ ِو يـَ ْوَم َال ِظ َل إَِال ِظلُوُ إِ َم ٌام َع ّْد ٌل َو َش ِِ ِ ِ اجتَ َم َعا َعلَْي ِو َوتَـ َفَرقَا َعلَْي ِو َوَر ُج ٌل ْ َوَر ُج ٌل قَـ ْلبُوُ ُم َعلَ ٌق ِيف الْ َم َساجّد َوَر ُج َالن ََتَابَا ِيف اللَو
137
Jariban bin Ahmad al-Harithi, Fiqih Ekonomi Umar bin al-Khattab, trj. Asmuni Shalihan Zamakhshari (Jakarta: Khalifa, 2003), 33.
89
ٍ َِق ب ِ دعْتو امرأَةٌ ذَات مْن ٍص اىا َ ب َو ََجَ ٍال فَـ َق ُ َخ ْ ص َّدقَة فَأ َ َخ َف َ ال إِ ِين أ َ َ صّد َ َاف اللَ َو َوَر ُج ٌل ت َ ُ َْ ُ َ َ 138 ِ ِ ِ ِ . ُت َعْيـنَاه ْ اض َ َح ََّت َال تَـ ْعلَ َم مشَالُوُ َما تـُْنف ُق َميينُوُ َوَر ُج ٌل ذَ َكَر اللَوَ َخاليًا فَـ َف
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepada saya Khubaib bin 'Abdurrahman dari Hafsh bin 'Ashim dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Ada tujuh golongan orang beriman yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah", seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis.
Sedekah yang utama adalah dilakukan dengan sembunyisembunyi, karna jika dilakukan dengan sembunyi-sembunyi maka akan jauh dari sifat riya‟ dan lebih dekat dengan rasa ikhlas tanpa mengharap imbalan baik berupa pujian atau popularitas. Secara umum, bersedekah secara sembunyi-sembunyi jauh lebih utama jika dibanding dengan sedekah secara terang-terangan, kecuali jika disana ada maslahat yang menuntut seseorang untuk memperlihatkan sedekahnya kepada orang lain, seperti memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dan lainlainnya. Allah berfirman:
ِ ِ ِ ِ َ إِ ْن تـُبّدوا ال وىا الْ ُف َقَراءَ فَـ ُه َو َخْيـٌر لَ ُك ْم ُْ َ ُوىا َوتـُ ْؤت َ ص َّدقَات فَنع َما ى َي َوإِ ْن ُُتْ ُف 139 ِ . َويُ َكف ُِر َعْن ُك ْم ِم ْن َسيِئَاتِ ُك ْم َواللَوُ ِِبَا تَـ ْع َملُو َن َخب ٌري 138
Abi Hasan Nuruddin Muhammad Abdul Hadi as-Sandi, Shahih Bukhari...,
587. 139
Alquran, 2: 271.
90
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orangorang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Menyembunyikan sedekah yang sunnah itu lebih utama dan lebih disukai oleh Allah, serta lebih patut dapat melepaskan yang bersangkutan dari kepura-puraan dan riya sedangkan didalam menunaikan sesuatu yang wajib maka menampakkannya itupun sudah termasuk dalam makna ketaatan, menyebarkan makna ini dan menampakkannya adalah sangat bagus.140 Maka ayat ini meliputi kedua keadaan tersebut dan memberikan posisi yang cocok bagi masingmasing perbuatan yaitu memuji yang ini di tempatnya dan memuji yang itu pada proporsinya pula. Ayat ini juga menjanjikan kepada orangorang mukmin yang melakukan baik yang keadaan pertama atau keadaan yang kedua bahwa kesalahan-kesalahannya akan dihapuskan. Pada akhir ayat surat ini, “Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya” secara tidak langsung Allah menganjurkan
seseorang
untuk
mengikhlaskan
niatnya
ketika
bersedekah. yaitu walaupun manusia tidak mengetahui bahwa kalian telah bersedekah, akan tetapi Allah mengetahuinya, niscaya Allah akan membalas apa yang telah di sedekahkan. Ibnu Abbas berkata: Allah menjadikan pahala sedekah (yang tidak wajib) yang diberikan secara sembunyi-sembunyi sebanyak 70 kali lipat, dan menjadikan pahala
140
369.
Sayyid Qutub, Tafsir fi Dzilalil Qur’an jilid 1 (Jakarta: Gema Insani, 2000),
91
sedekah wajib yang diberikan secara terang-terangan sebanyak 25 kali lipat dibanding yang diberikan secara sembunyi-sembunyi.141 Kesimpulannya jika seseorang itu bersedekah hanya karena ingin dipuji sehinnga lebih gemar bersedekah kepada oarang lain daripada keluarganya sendiri itulah yang menjadi sebab banyaknya pengemis, pemulung, wanita-wanita yang bekerja tidak layak, anakanak kecil yang seharusnya sekolah harus bekerja sebagai pengamen dan lain-lain, itu karena tidak adanya kepedulian dari kerabatnya yang kaya atau orang-orang yang mampu karena memang jika sedekah itu diberikan kepada keluarganya maka segi popularitas tidak begitu besar bahkan tidak ada di mata masyarakat karena tidak banyak yang tau kecuali keluarga itu sendiri. 2.
Keluarga yang tidak peduli pada keluarganya yang lain Terdapat suatu kisah dari Dr. Muhammad Yusuf Musa menceritakan dalam bukunya al-Islam wa Hajat al-Insaniyah Ilaih, “ketika ia tinggal di prancis terdapat seorang wanita menjadi pembantu disebuah rumah yang ia tempati slama disana, kemudian ia bertanya kepada pemilik rumah: mengapa perempuan ini menjadi pembantu? Apa ia tidak punya saudara yang mengambilnya, lalu menjamin keperluan hidupnya? Pemilik rumah menjawab: ia itu sebenarnya dari keluarga baik-baik diperkotaan, pamannya saja kaya raya, sayang ia tidak mau memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya lagi: mengapa ia tidak mengajukan kepengadilan saja supaya paman itu memberi biaya padanya? Maka terkejutlah nyonya rumah itu atas pertanyaan
141
214.
Qurtubi, al-Jami’ li Ahkam al-Quran (Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1996),
92
yang beliau ajukan. Kemudia nyonya tersebut memberi tau kepadanya bahwa tuntutan itu menurut undang-undang tidak dibenarkan, maka ketika itu pula ia menjelaskan kepadanya tentang ajaran Islam dalam konteks ini. setelah itu nyonya tersebut kembali bertanya: lantas siapa yang memberi kami ajaran seperti imi? sungguh jika secara undangundang hal ini (perempuan dibiyayai keluarga atau saudara) dibenarkan ditempat kami, pasti anda tidak menemukan lagi perempuan yang bekerja sebagai pembantu atau pekerjaan yang tidak layak.” Melihat kisah seperti ini sesungguhnya apabila undang-undang Islam yaitu kewajiban menafkahi kerabat yang tidak mampu ditegakkan maka tidak akan ada perempuan-perempuan yang meminta-meminta atau yang bekerja tidak layak.142 Fenomena seperti ini juga masih banyak terjadi di negara ini, hal ini terbukti dengan penelitian hasil wawancara penulis dengan beberapa ibu-ibu yang usianya sudah tidak lagi layak untuk bekerja. Penelitian ini dilakukan di daerah makam Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 26 bulan Agustus tahun 2013. Penulis memilih lokasi tersebut karna memang di daerah makam-makam wali banyak sekali pengemispengemis bahkan dalam usia yang sudah tua. Yang pertama saya bertemu dengan ibu Mariati, dia adalah seorang pengemis di daerah makam Sunan Ampel. Waktu itu saya bertemu dengannya di pom bensin dekat Sunan Ampel. Ibu Mariati berasal dari daerah Ngawi yang kemudian merantau ke Surabaya akan tetapi nasib baik tidak berpihak kepadanya, karena ibu Mariati bersama keluarga tinggal di daerah
142
Yusuf Qard}awi, Shadaqah..., 83.
93
Ampel dengan keadaan yang tidak baik. usianya sudah mencapai 62 tahun, diusia seperti ini seharusnya mereka tidak lagi bekerja yang tidak layak, ibu Mariati masih tinggal bersama suami dan 2 orang cucunya yang masih sekolah di bangku SD, ibu mereka sudah meninggal sedangkan ayahnya meninggalkan mereka setelah ibunya meninngal. Suami ibu Mariati
bekerja sebagai tukang becak yang tidak tentu
penghasilannya, ibu mariati mengatakan pendapatan perhari hanya berkisar sekitar Rp.20.000 saja dan sudah tentu tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ibu Mariati mengaku bekerja seperti ini bukanlah kemauannya akan tetapi memang keadaan yang memaksa untuk bekerja seperti ini. dia mengatakan kalau masih mempunyai satu saudara yang sekarang merantau ke Kalimantan dan memiliki uasaha yang lumayan baik dari pada ibu Mariati yaitu ternak ikan di tambak. Ia diajak temannya yang sudah lama sukses menjalankan ternak ikannya di Kalimantan. Sayangnya tidak pernah sekalipun saudara ibu Mariati menjenguknya ke Ngawi bahkan tidak pernah ada komunikasi sama sekali, komunikasi terakhir yaitu pada saat 1 Tahun setelah kepergian saudaranya, dan kini sudah sampai 5 tahun saudaranya tersebut bekerja di Kalimantan dan tidak pernah lagi menghubungi ibu Mariati. Ibu Mariati memang tidak mempunyai telfon/HP biasanya saudara ibu Mariati menghubunginya lewat telfon tetangganya tapi tetangganya sudah tidak pernah lagi mendapatkan telfon dari saudara ibu mariati bahkan nomer HP yang biasa dipakai untuk menelfon ibu Mariati, sudah tidak bisa dihubungi karna tidak pernah aktif.143 143
Hasil wawancara dengan ibu Mariati mengenai kehidupan keluarganya yang tidak layak di daerah makam Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 26 Agustus tahun 2013
94
Kedua, dengan ibu Marhati, kehidupan ibu Marhati tidak jauh berbeda dengan ibu Mariati, dia berumur 57 tahun, dia tinggal didaerah Sido Tompo Surabaya, beliau tinggal bersama ibunya yang sudah sangat tua dan tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Selain tinggal bersama ibunya ibu Marhati juga tinggal dengan satu putranya yang ditinggal mati istrinya dan memiliki dua orang anak yang masih kecil, sedangkan suami ibu Marhati sudah lama meninggal, oleh karena itu ibu Marhati harus mencari nafkah bersama anaknya, mereka sama-sama bekerja sebagai pemulung dan pendapatannya perhari hanya Rp.20.000, akan tetapi ibu marhati mengaku bahwa dengan uang itu tidak mampu mencukupi kebutuhannya setiap hari apalagi harga sembako semakin mahal. Kemudian saya berlanjut menanyakan mengenai saudaranya, ibu marhati memiliki banyak saudara seibu karna ayahnya menikah sebanyak 12 kali, akan tetapi hubungan ibu Marhati dengan saudara seayahnya tidak akur dan masing-masing memiliki kehidupan sendirisendiri. Ibu Marhati adalah anak kedua dari istri ayahnya yang pertama ia mempunyai satu adik dan satu kakak saudara seibu. Adiknya merupakan tanggung jawab ibu Marhati, sedangkan kakaknya yang tinggal di Madura tidak mau tau dengan keadaan mereka, padahal kakaknya memiliki lahan persawahan yang ia kerjakan dan sudah beberapa kali panen. Walau demikian ibu Marhati selama ini tidak pernah menerima sedikitpun bantuan dari kakaknya tersebut.144
jam 17:00. 144 Hasil wawancara dengan Ibu Marhati mengenai kehidupannya di daerah makam Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 26 Agustus tahun 2013 pada jam 18:15.
95
Ketiga, berbeda dengan ibu-ibu yang saya sebutkan diatas, saya bertemu dengan anak kecil bernama Ari, di usianya yang baru 11 tahun yang seharusnya hanya menikmati bangku sekolah kini ia bekerja sebagai penjaga sepatu atau alas kaki para jama‟ah yang sholat di masjid-masjid yang kebetulan pada waktu itu saya bertemu dengannya di masjid Sunan Ampel, saya mulai berbincang-bincang dengannya, Ari tinggal bersama ibunya dan satu adik perempuan, setelah lulus sekolah kelas 6 SD, Ari tidak lagi melanjutkan sekolahnya karena harus bergantian dengan adik perempuannya yang sekolah di bangku SD kelas 3, kini Ari hanya membantu orang tuanya dengan bekerja sebagai penunggu alas kaki di masjid-masjid. Ketika saya bertanya kemana ayahnya, ia berkata bahwa ayahnya sudah tidak pernah pulang kerumah semenjak ia masih duduk di bangku kelas 4 dan ketika saya tanya kemana ayahnya pergi ia menjawab tidak tahu. jadi untuk biaya kebutuhan sehari-hari ia cukupi bersama dengan ibunya yang hanya bekerja sebagai penjual gorengan di rumahnya.145 Menafkahi kerabat merupakan salah satu keistimewaan islam karena islam dengan menjadikan nafkah kerabat miskin sebagai kewajiban kerabat yang kaya maka telah meletakkan batu pertama bagi pembangunan solidaritas sosial dimasyarakat yaitu dimulai dari orang yang terdekat.
145
Hasil wawancara dengan saudara Ari mengenai kehidupan keluaranya di daerah makam Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 26 Agustus tahun 2013 jam 19:00.