BAB III TINJAUAN UMUM TOKOH NU DI KABUPATEN BREBES TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN BERBASIS RELASI GENDER
A. Sekilas Tentang NU di Kabupaten Brebes 1. Hubungan para Kyai NU dengan warga NU di Kabupaten Brebes Nahdlatul Ulama dikenal secara luas di pentas nasional sebagai salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar di kalangan umat islam di Indonesia. 1 Banyak tokoh / kyai NU yang ikut dalam organisasi NU dan memiliki kartu identitas organisasi NU, tetapi ada juga kyai yang tidak ikut dalam organisasi NU dan tidak memiliki kartu identitas organisasi NU. Contohnya saja di Kabupaten Brebes, ada kyai yang tidak ikut dalam organisasi NU dan tidak memiliki kartu identitas organisasi NU tetapi berpengaruh keagamaannya NU. Menurut Ketua PC NU Kabupaten Brebes H Athoillah. Di Kabupaten Brebes warga NU banyak. Ukuran banyak tidak ada batasannya selain tidak terdata secara pasti, keanggotaan NU tidak pernah dicabut walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia. Meskipun sudah meninggal dunia, orang tersebut tetap menjadi orang NU. Sebab kalau keluar dari NU maka tidak mendapat hadiah surat al-Fatekhah dan tahlil. 1
Rozikn Daman, Membidik NU Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khittan, (Yogyakarta: Gama Media, 2001), h. 73.
52
Dalam catatan H Athoillah, umat islam di Kabupaten Brebes 99,7%, orang NU 60%, sedang Muhammadiyah 10%, sementara yang 30% mengikuti baenahuma (kedua-duanya). Orang ini, biasanya rajin berangkat tahlil, tetapi tidak pernah berangkat shalat jum’at. Sebab faktanya membuktikan, dari jumlah penduduk 1,8 juta dan ketersediaan masjid di Kabupaten Brebes ada 1.064, maka seharusnya ada 900 jamaah shalat jum’at ditiap masjid. Tetapi yang terjadi, setiap shalat jum’at jamaahnya hanya berkisar 200 sampai 300 orang saja. Yang tidak berangkat itu tadi masuk kelompok baenahuma. 2 Organisasi NU di Kabupaten Brebes mempunyai badan otonom NU yaitu meliputi Fatayat NU yang berisi pemudi-pemudi. Mulimat NU yang berisi ibu-ibu yang sudah menikah. G P Ansor yaitu gerakan pemuda yang berisi pemuda-pemuda NU. IPNU yaitu ikatan pelajar NU dan IPPNU ikatan pelajar putri NU. PMII yaitu persatuan mahasiswa islam indonesia. Di Kabupaten Brebes, ada kegiatan tahlilan yang selalu dilakukan oleh warga NU apabila ada warga NU yang meninggal dunia. Ada juga kegiatan yang dilakukan oleh badan otonom NU yaitu seperti Da’wah dan berzanzi di majlis ta’lim. Kegiatan sosial ke masyarakatan seperti menyantuni fakir miskin, anak-anak yatim piatu. Pendidikan seperti RA Ma’arif NU, MI Ma’arif NU, MTS Ma,arif NU, MA Ma,arif NU. Les Bumi
2
Atoillah, Ketua PC NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 2011
53 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
yaitu lembaga kesenian muslim indonesia seperti Qasidahan dan rebana. Pertanu yaitu persatuan tani NU dan Polindes yaitu poliklinik desa. 3 Kiai dan ulama adalah predikat yang sebenarnya memiliki konotasi yang berbeda. Yang pertama merupakan predikat atau gelar yang diberikan oleh sekelompok komunitas Muslim kepada seseorang yang, secara sosial kemasyarakatan dan kultural, patut dan pantas dihormati. Sedang yang kedua adalah predikat atau gelar yang diberikan oleh komunitas Muslim kepada seseorang karena ia dikenal sebagai seorang alim (berilmu). Yakni, ia memiliki bobot kualitas pengetahuan keagamaan yang luas dan mendalam. 4 Hubungannya baik antara tokoh NU dengan warga NU, apabila ada warganya yang mempunyai masalah keagamaan biasanya warga NU datang ke tokoh NU setempat untuk menyelesaikan masalah keagamaan. Contohnya saja apabila ada warga NU yang tidak bisa menyelesaikan masalah pembagian waris biasanya warga NU datang ke tokoh NU setempat untuk menyelesaikan masalah pembagian waris tetapi ada juga warga diluar NU yang meminta tokoh NU menyelesaikan masalah pembagian waris karena kalau tokoh NU dalam menyelesaikan masalah keagamaan dengan memakai pedoman Al-Qur’an, hadits dan kitab-kitab.5 Para kyai dan tokoh NU berinteraksi langsung dan terlibat total dengan lingkungan kehidupan
3
Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 18 Oktober 2011 Rozikin Daman, Membidik NU Dilema Percaturan Politik Nu Pasca Khittan..................... h.15-16 5 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 18 Oktober 2011 4
54 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
masyarakat mereka. Demikianlah, sejak lahirnya NU telah dimitoskan bahwa para ulama dan kyai telah menjadi lambang supremasi keutuhan dan integritas NU. Dengan demikian para kyai dan tokoh menjadi simbol tali penghubung dan perekat silaturahmi kaum nahdliyyin. 6 2. Otoritas para tokoh NU di Kabupaten Brebes Di dalam organisasi NU, kiai dari dulu memainkan peran utama sebagai anggota syuriyah, satu-satunya majelis yang mempunyai hak untuk menjawab masail diniyah ( masalah-masalah keagamaan ). Pemuda NU tetap menaruh kepercayaan yang tidak tergoyahkan kepada ulamanya. Para aktivis muda paling menyukai ulama intelektual progresif yang mempunyai bukan saja pengetahuan agama tetapi juga pengetahuan umum yang membuat mereka mampu menjawab masalah sosial yang lebih rumit. Namun, otoritas ulama besar dikepengurusan NU bisa dikatakan terbatas dalam arti setiap kiai tetap merupakan penentu segalanya. Untuk memecahkan suatu masail diniyah, ulama biasanya tidak memberikan satu jawaban yang pasti, tetapi memberikan beberapa alternatif yang dapat di tolerir menurut fiqih. 7 NU pada dasarnya merupakan organisasi masyarakat keagamaan ( islam ) yang sejak lahir berdirinya tetap menjaga kemandiriannya. Kemandirian
6 7
yang
dimaksud
adalah
berkaitan
dengan
penentu
Rozikin Daman, Membidik NU Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khittan.................... h.16 Andree Feillard, NU Vis-a-Vis Negara, (Yogyakarta: LkiS, 1995), h. 358-360
55 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
kepemimpinan dan pengelolaan organisasi. Kepemimpinan dalam organisasi NU ditentukan oleh tokoh-tokoh NU di bawah otoritas kuat kyai dan / berdasarkan kesepakatan kyai-kyai / ulama-ulama NU. Dan orang-orang NU sendiri yang antara lain direpresentasikan oleh para kyai dan pengurus NU, memiliki kebebasan untuk mengekspresikan pendapat/gagasan mereka sesuai dengan prinsip-prinsip mazhab yang dianut, tanpa perlu merasa tertekan oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Posisi NU, dalam konteks ini adalah sebagai organisasi yang independen kendati tetap mengindahkan eksistensi pemerintah dan kekuatan-kekuatan lainnya baik oraganisasi islam dengan mazhab yang berbeda maupun dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.8 Otoritas para tokoh NU di Kabupaten Brebes menggunakan otoritas yang persuasif
artinya melibatkan kekuasaan yang bersifat normatif, ia
merupakan kemampuan untuk mengarahkan keyakinan / perilaku seseorang atas dasar kepercayaan dan tidak memaksa. Diantara kyai / tokoh agama islam yang ada di wilayah Kabupaten Brebes yang begitu banyak, penulis hanya mengambil beberapa kyai/tokoh agama islam yang mewakili tokoh-tokoh di Kabupaten Brebes dari kalangan NU. Hal ini didasarkan atas jumlah jama’ah / pengikut terhadap ormas keagamaan islam tersebut yang terbesar / mayoritas diikuti oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Brebes. Beberapa tokoh agama islam ( 8
Di unduh pada tgl 24 september 2011 http://books.google.co.id/books?id=C055Lr8lzy0C&pg=PA74&lpg=pA74&dq=otoritas+tokoh+N U&source=bl&ots=BT-13-ky08&519=jy
56 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Kyai/Nyai ) dari organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) coba penulis mintai pendapatnya tentang ketentuan pembagian waris 2 : 1 untuk laki-laki dan perempuan dan tentang corak patrilinial dalam implementasinya terkait hukum kewarisan mazhab syafi’i. Pengertian tokoh NU yang penulis maksud adalah tokoh Kyai atau Nyai NU yang bukan hanya menduduki di organisasi NU saja tetapi juga yang berpengaruh keagamaannya NU. B. Pendapat-pendapat
tokoh
NU di Kabupaten
Brebes Tentang
Pembagian Waris 2 : 1 1. Pemahaman fiqih mawaris menurut tokoh NU di Kabupaten Brebes Fiqih mawaris atau pembagian harta warisan merupakan salah satu cabang ilmu islam yang cukup kompleks. Hal ini mengingat betapa sensitifnya ilmu ini. Karena kekacauan pembagian harta waris sering terjadi perselisihan antar keluarga. Untuk itulah islam mengatur urusan ini secara mendetail. Dalam al-Qur’an dasar-dasar ilmu ini dijelaskan secara gamblang dan spesifik, tidak seperti kebanyakan ayat al-Qur’an lainnya yang berbicara secara general. Hikmah dibalik itu semua adalah adanya penekanan akan pentingnya ilmu ini. Menurut bapak Kusnan Sumardi tokoh NU di Kabupaten Brebes fiqih mawaris merupakan ketentuan Allah dan termasuk ajaran Islam jadi 57 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
harus kita lakukan. 9 Belajar ilmu mawaris hukumnya fardhu kifayah artinya kalau sebagian mempelajari dan yang lain tidak belajar mawaris menjadi tidak berdosa. Tetapi dalam islam diajarkan untuk semua umat Islam belajar mawaris karena sedikit banyak orang hidup pasti punya harta sehingga kalau meninggal dunia ada harta peninggalan ada ahli waris yang mendapat harta peninggalan tidak perlu mengundang tokoh masyarakat / ustad cukup anak-anaknya saja / keluarganya saja.10 Fiqih Mawaris merupakan ilmu untuk mengetahui orang-orang yang berhak menerima warisan, orang-orang yang tidak berhak menerimanya bagian masing-masing ahli waris dan cara pembagiannya. 11 Fiqih Mawaris juga merupakan peninggalan harta benda si mayit kepada ahli waris untuk dibagikan kepada ahli waris tersebut setelah diambil hutang-hutangnya sesuai aturan yang berlaku. 12 Dalam keluarga posisi anak laki-laki dan perempuan itu sama, baik dalam mendidiknya dalam memberikan kesempatan berkreasi. Sama itu tidak harus sama sebangun, sama sesuai dengan kodrat fitrah dan kebutuhan laki-laki dan perempuan, tetapi dalam fiqih mawaris laki-laki
9
Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 2011 10 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 2011 11 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 2011 12 Akhmad Imron, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 2011
58 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
dan perempuan di bedakan. Laki-laki mendapatkan lebih banyak bagiannya di bandingkan perempuan. 13 2. Pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes tentang ketentuan waris 2:1 Syariat islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat islam juga menetapkan hak pemindahan kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan nasabnya tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, besar atau kecil. 14 Dalam Q.S An-Nissa ayat 11 dalam ayat
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan.
Tetapi realitasnya pada zaman sekarang masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan ketentuan waris tersebut, karena menganggap ketentuan waris tersebut tidak adil karena laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan perempuan mendapat 1 bagian. 13
Aqilah Munawaroh, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 13 Agustus
2011 14
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 32
59 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Mayoritas kyai NU di Kabupaten brebes mengatakan bahwa kewarisan 2 : 1 itu adil. Karena sebenarnya ketentuan waris 2 : 1 sudah sesuai firman Allah, Allah yang lebih tau dan kewarisan 2 : 1 hukum qat’i yang terdapat dalam Al-Qur’an. 15
Kita sebagai orang muslim harus
mengikuti karena Allah maha adil dan yang membuat hukum. Maksud dari adil adalah meletakan sesuatu pada tempatnya. adil apabila ahli waris konsisten dengan penerima kadar yang besar dan yang kecil. 16 Kita sebagai makhluk tidak mengetahui keadilan hakiki. Dari sisi tanggung jawab, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an maupun AlHadits, laki-laki dibebani tanggung jawab membayar mahar, memberi nafkah, menyediakan sandang dan tempat tinggal untuk anak, istrinya, bahkan jika ada diantara saudaranya yang kesulitan maka kewajiban saudara laki-lakinya. 17 Aktualisasi al-Qur’an itu kalau qat’i dilalahnya alQur’an itu tidak bisa dirubah tetap 2 : 1 mistlu khadil unsayain. Adil itu ada yang dari konstitutif, ada adil menurut agama dan ada adil menurut pemikiran manusia. Kalau berfikir adil kalau sesuai agama itu adil. 18 Bukan hanya kyai NU di Kabupaten brebes saja yang mengatakan bahwa kewarisan 2 : 1 itu adil, tetapi juga Drs Aqilah Munawarah Nyai NU di Kabupaten Brebes. Dari sosial kultural perempuan, meskipun beliau
15
Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 2011 16 Taufiqin, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 12 Agustus 2011 17 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 2011 18 Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 2011
60 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
perempuan mengatakan adil karena perempuan dapat 1 bagiannya kalau menikah dengan laki-laki akan mendapatkan 2 bagian, juga sebaliknya kalau laki-laki menikah dengan perempuan juga akan mendapatkan 1 bagian. 19 Jadi sama sebetulnya kalau ketentuan itu dilakukan oleh semua orang yang mengaku islam. 20 Dalam keluarga juga kadang terjadi ketidak adilan dalam pembagian waris yaitu menyangkut masalah perawatan orang tua dengan pembagian waris. Biasanya dalam keluarga anak perempuan lebih sering mengurusi orang tuanya dari pada anak laki-laki tetapi dalam hal pembagian warispun anak perempuan bagiannya lebih sedikit dari pada anak laki-laki, yaitu laki-laki 2 bagian perempuan 1 bagian. Menurut Drs Fajaruddin Effendy tokoh NU di Kabupaten Brebes, dalam merawat orang tua itu termasuk tanda kasih sayang tentu dilakukan dengan ikhlas tidak mengharapkan imbalan. Sedangkan kewarisan secara keimanan kita harus yakini aturan firman Allah itu adil, karena kita sebagai makhluk tidak mengetahui keadilan yang hakiki. 21 Hukum itu tidak berpengaruh dengan keadaan disekitarnya, hukum islam datangnya dari wahyu jadi kalau ketentuannya seperti dalam al-Qur’an kita harus jalani. 22
19
Aqilah Munawaroh, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 13 Agustus
2011
20 21
Alfiyah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 2011 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus
2011
22
Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes,16 Agustus 2011
61 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Dalam urusan mengurus orang tua itu juga biruwalidain berbuat baik kepada orang tua perintahnya untuk anak laki-laki dan anak perempuan memang terkadang tergantung pribadinya, jangankan anak laki-laki anak perempuan itu kadang-kadang ada yang tidak mau tetapi dalam hal waris tetap sesuai dengan al-Qur’an 2 : 1.23 Kadang juga dalam sebuah keluarga ada ekonomi anak laki-laki yang lebih tinggi dari pada ekonomi anak perempuan, sedangkan dalam pembagian waris islam tetaplah anak laki-laki mendapatkan 2 bagian sedangkan anak perempuan mendapatkan 1 bagian. Dari pernyataan diatas menunjukan ketentuan waris 2 : 1 dinilai kurang adil dalam situasi yang seperti itu. Menurut Drs Fajaruddin Effendy tokoh NU di Kabupaten Brebes, hukum tidak mengatur persial tetapi global. Bagi laki-laki yang mendapat lebih besar tersebut boleh melepas haknya diberikan kepada saudara perempuannya sehingga pembagiannya sama besar atau bahkan diserahkan semua kepada saudara perempuan yang kesulitan tersebut. Hal ini sering terjadi di masyarakat.24 Dan struktur itu tergantung pada hubungan antar anak pada keluarga. Jadi keadilan tidak bisa dinilai dengan mutlak
23 24
Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 2011 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus
2011
62 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
keadilan manusia, sebenarnya masih ada hati seorang laki-laki dan lakilaki mempunyai tanggung jawab kepada perempuan. 25 Di lihat dari realitas yang ada, masih ada masyarakat yang membagi
warisnya
dengan
jalan
musyawarah
keluarga
dengan
membaginya sama rata karena menganggap ketentuan waris 2 : 1 dinilai kurang adil. Menurut Akhmad Kusnan Sumardi S.H kyai NU di Kabupaten Brebes, pembagian waris dengan musyawarah terdapat dalam KHI pasal 183 yaitu para ahli waris dapat berkesepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan setelah masing-masing menyadari bagiannya.26 Maksudnya apabila membagi warisnya dengan cara kesepakatan boleh tetapi harus dengan membaginya dulu sesuai ketentuan waris islam lalu disepakati bersama dan ahli waris saling ikhlas, tetapi kalau belum dibagi lalu meminta bagiannya tidak boleh. 27 Musyawarah dalam agama itu ada. Al musrimuna ala surutihim ila akharama ramam wa akhala roma khalalan. Bebas mengadakan musyawarah bentuknya silahkan tetapi tidak boleh menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. 28 Namun Nyai NU Nur Halimah S.H mengatakan, lebih baik membaginya dengan cara 2: 1, Kalau menurut al-Qur’an harus sesuai 25
Aqilah Munawaroh, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes,13 Agustus
2011
26
Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 2011 27 Akhmad Imron, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 2011 28 Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 2011
63 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
dengan cara 2 : 1, seandainya akan dibagi rata laki-laki perempuan sama harus ada hitam diatas putih/disahkan oleh notaris biar tidak ada yang saling menggugat apalagi kita sebagi muslim seharusnya membaginya sesuai al-Qur’an dan hadits.29 Wasiat juga boleh dilksanakan sepanjang disetujui oleh para ahli waris, wasiat bisa di artikan pesan. 30 Tetapi dalam pembagiannya jangan melebihi dari 1/3 bagian, apabila wasiat diberikan lebih dari 1/3 maka sama halnya harus mendapatkan persetujuan ahli waris yang lainnya. 31 Dalam hukum islam wasiat tidak boleh terhadap ahli waris tetapi kepada orang lain karena kalau kalau kepada ahli waris dinilai tidak adil dan nantinya malah terjadi pertengkaran, tetapi dalam hukum barat wasiat boleh kepada siapapun karena dalam hukum barat yang berwenang yang mempunyai harta. Anak bisa menggantikan bapaknya merupakan wasiat wajibah dengan ketentuan ahli waris pengganti tidak boleh melebihi ahli waris yang sederajat dengan yang digantikan. Menurut pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes terdapat hikmah kenapa dalam syariat Islam bagian laki-laki dua bagian perempuan. Hikmahnya adalah laki-laki yang harus bertanggung jawab kepada perempuan sepenuhnya misalnya dalam rumah tangga. Laki-laki juga wajib memberikan mahar kepada istrinya. Jika perempuan sudah menikah 29 30
Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 2011 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus
2011
31
Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 2011
64 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
yang bertanggung jawab suaminya, kalau belum yang bertanggung jawab orang tuanya.32 Hikmah yang bisa kita gali lagi dari ketentuan 2 : 1 antara lain lakilaki dibebani tanggung jawab memberi nafkah, menyediakan sandang dan tempat tinggal untuk anak istrinya bahkan jika diantara saudaranya yang kesulitan maka kewajiban saudara laki-lakinya. Dan sampai sekarang ini, meskipun banyak perempuan yang sudah mapan, kewajiban memberi nafkah tetap ada pada laki-laki perempuan tidak dibebani yang berkaitan dengan harta kekayaan. Hikmahnya lagi, kita sebagai makhluk Allah bisa menjalankan perintah Allah SWT dengan baik 33 C. Pendapat-Pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes Tentang Kewarisan Corak Patrilinial 1. Penamaan kewarisan corak patrilinial menurut pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes Penamaan kewarisan patrilinial terhadap hukum kewarisan yang dianut oleh pengikut imam syafi’i dan beberapa ahli hukum Islam lainnya adalah suatu penamaan berdasarkan kesimpulan atas ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam ajaran tersebut mengenai soal-soal yang menyangkut dengan kewarisan. Patrilinial ajaran tersebut adalah semacam sistem mengutamakan kepada pihak laki-laki dimana terdapat kesempatan 32
Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 2011 33 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 2011
65 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
menetapkan demikian, tetapi tetap memberikan warisan kepada kaum wanita yang tertentu yang tegas-tegas ditunjuk menjadi ahli waris menurut ayat-ayat al-Qur’an.34 Menurut Akhmad Kusnan Sumardi S.H tokoh NU di Kabupaten Brebes, Kewarisan corak patrilinial dalam kekeluargaan yang bersifat patrilinial adalah anak-anak yang dinasabkan pertalian darahnya hanya kepada bapaknya, kakeknya dan seterusnya menurut garis laki-laki. Sedangkan anak perempuan yang sudah menikah dilepaskan hubungan kekeluargaannya dengan orang tuanya, sehingga ia masuk dalam lingkungan kekeluargaan suaminya. Dengan demikian penerus generasi keturunan hanyalah pihak laki-laki saja dan hak warisan hanya ada pada pihak laki-laki saja. 35 2. Pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes tentang kewarisan corak patrilinial Menurut Drs Fajaruddin Effendy tokoh NU di Kabupaten Brebes dalam hukum konvensional cucu dari anak laki-laki dengan cucu dari anak perempuan, saudara seayah dengan saudara seibu dan kakek dari ayah dengan kakek dari ibu dibedakan. Pembedaan kedudukan antara cucu dari anak laki-laki yang menjadi ashabah dan dhawil furudh dengan cucu dari anak perempuan yang menjadi dhawil arham merupakan adat bangsa arab 34
Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.111-
112
35
Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 2011
66 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
adalah patrilinial karena para ulama tidak jauh pemikirannya kepada adat bangsa arab. Kalau ada dzawil furudh dan ashabah maka dhawil arham tertutup/ tidak mendapatkan harta warisan. Sebelum datangnya islam semua keturunan perempuan tidak mendapatkan warisan karena dianggap kerabat jauh. Namun ada tokoh NU di Kabupaten Brebes H Taufiqin, mengatakan bahwa cucu dari anak laki-laki dengan cucu dari anak perempuan sama-sama bisa mendapatkan warisan tidak membedakan dari anak laki-laki ataupun dari anak perempuan karena cucu keturunannya lebih dekat. Hukum waris islam itu cenderung pada kondisi dan situasi bangsa arab pada waktu bangsa arab anak perempuan tidak bisa memperoleh harta warisan dan hukum islam itu dibuat sebelum ada manusia. Saudara seayah dengan saudara seibu sama-sama tidak bisa memperoleh harta warisan karena saudara termasuk keturunan yang jauh. Kakek dari ayah dengan kakek dari ibu tidak dapat warisan karena kewajiban cucu hanya merawat bukan memberikan warisan dan warisan hanya kepada keturunannya saja. 36 Cucu dari anak laki-laki dengan cucu dari anak perempuan boleh dinikahi karena mereka batal wudhu dan sepanjang tidak ada larangan boleh. Kecuali yang terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 22-23 Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang Telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang Telah lampau. Sesungguhnya 36
Taufiqin, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 18 Oktober 2011
67 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudarasaudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang lakilaki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut Jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.
Bangsa arab juga lebih senang menikah dengan sepupunya sendiri dimaksudkan agar harta warisannya kalau dibagikan tidak jauh dengan kerabatnya sendiri. Menurut tokoh NU di Kabupaten Brebes, sebenarnya saudara seibu dengan saudara seayah sama tetapi dalam al-Qur’an dibedakan. Saudara seibu terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nissa ayat 12
68 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Artinya :Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masingmasing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika Saudarasaudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti: a. mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka. b. berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan . 69 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Saudara seayah terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nissa ayat 176
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) Saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. kalalah ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak.
Saudara seayah lebih dekat kekerabatannya dan memiliki hak yang lebih daripada saudara seibu merupakan penafsiran adat bangsa arab. Menurut tokoh NU di Kabupaten Brebes, pembedaan kakek dari ayah dengan kakek dari ibu dalam fiqih mawaris merupakan ijtihat para 70 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
ulama dan ijtihad tidak lepas dari lingkungan. Kakek shahih/ kakek dari ayah merupakan ashabah dan dzawil furudh dianggap berhak memperoleh harta warisan sedangkan kakek fasidh/ kakek dari ibu merupakan dhawil arham dianggap tidak berhak memperoleh harta warisan. Menurut Drs Fajaruddin Effendy tokoh NU di Kabupaten Brebes, kalau dalam hukum konvensional kalau hanya ada anak laki-laki pamannya tidak dapat harta warisan sedangkan kalau hanya ada anak perempuan pamannya dapat warisan. Memang dalam PA dan PTA dalam mengurus perkara tersebut tidak mengikuti KHI karena KHI sendiri tidak jelas tetapi menggunakan yurisprudensi sedangkan MA dalam memutus perkara tersebut dengan menggunakan pendapat ibnu abbas, anak perempuan bisa menghalangi pamannya mendapakan warisan. Jadi sebenarnya anak perempuan tidak bisa menghalangi pamannya karena pamannya berkedudukan sebagai ashabah yaitu laki-laki yang hanya melewati garis laki-laki tidak melewati garis perempuan karena ashabah itu ahli waris yang mendapatkan semua harta warisan atau mendapatkan sisa harta warisan setelah dibagi kepada dzawil furudh. Sedangkan anak perempuan berkedududkan sebagai dzawil furudh, anak perempuan kalau hanya sendiri mendapatkan ½ dan kalau lebih dari satu mendapatkan 2/3.37 Namun ada tokoh NU di Kabupaten Brebes H Taufiqin, mengatakan bahwa pamannya tidak mempunyai hak memperoleh warisan karena pamannya tidak melaksanakan kewajiban kepada kakaknya dengan 37
Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 8 oktober
2011
71 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
baik tetapi apabila pamannya sudah melaksanakan kewajiban dengan baik kepada kakaknya maka pamannya mempunyai hak memperoleh warisan. 38 Menurut imam Syafi’i dan maliki seorang anak laki-laki dari anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki dari saudara perempuan atau keturunan perempuan tidak berhak memperoleh harta warisan walaupun apabila sudah tidak ada lagi dzawil furudh dan ashabah, lebih baik harta warisan tersebut di serahkan ke Baitulmall. tetapi menurut imam Hanafi dan Chambali dzawil arham / keturunan perempuan boleh mendapatkan harta warisan karena sudah tidak ada dzawil furudh dan ashabah. Dari pernyataan diatas terjadi perbedaan pendapat dari tokoh NU di Kabupaten Brebes. Menurut Akhmad Imron S.H Kyai NU di Kabupaten Brebes, setuju dengan pendapatnya imam syafi’i, dengan alasan selagi ada dzawil furudh dan ashabah maka dzawil arham terhalang memperoleh warisan. 39 namun ada Kyai NU di Kabupaten Brebes Drs Fajaruddin Effendy yang tidak setuju dengan pendapatnya imam syafi’i menurutnya persoalan tersebut tidak diatur dalam Al-Qur’an, maka menjadi lapangan ijtihad, dan lebih sependapat dzawil arham tersebut mendapat warisan, tidak ke baitulmall. Karena baitulmall hanya hubungan muslim saja sedangkan dzawil arham juga ada hubungan kekerabatan / nasab. 40 Ada Nyai NU di Kabupaten
38 39
Taufiqin, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 18 Oktober 2011 Akhmad Imron, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus
2011
40
Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus
2011
72 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Brebes Nur Halimah S.H yang tidak mengikuti pendapat keduanya menurutnya mana yang lebih bermanfaat, kalau untuk bukan dzawil furudh / ashabah tetapi ke orang lain silahkan. Kalau diberikan ke orang lain menjadikan pertengkaran / rebutan maka masuk ke baitumall. Kalau di indonesia tidak ada baitulmall adanya dulu bazis yaitu badan amil zakat infak dan shadaqah. Sekarang baz yaitu badan amil zakat. Jadi ke baz saja nanti baz yang akan mengelola. 41 Sebenarnya Al-Qur’an dan Hadits tidak mendukung sistem kekerabatan patrilinial dari hukum waris islam, tetapi Al-Qur’an dan Hadits lebih cenderung ke parental. Corak patrilinial dalam hukum waris islam merupakan akibat dari bias budaya yang patrilinial karena pada zaman sebelum islam anak perempuan bukan termasuk ahli waris. Sistem kekerabatan patrilinial merupakan ijtihad para ulama yang melihat pada adat istiadat bangsa arab. Ashabah merupakan laki-laki yang melewati garis laki-laki dan tidak melewati garis perempuan, sedangkan dhawil arham laki-laki dan perempuan yang hanya melewati garis perempuan. Menurut tokoh NU di Kabupaten Brebes di jawa lebih banyak pengaruh hukum konvensional yang masuk dan cenderung menggunakan parental/membagi warisnya dengan jalan musyawarah dengan membaginya sama rata, tetapi dalam membagi harus tahu dulu bagiannya lalu boleh dibagi sama rata sesuai
41
Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 2011
73 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
kesepakatan keluarga. Jadi ashabah itu tidak cocok diterapkan pada masyarakat jawa. 42 Menurut Kyai NU di Kabupaten Brebes, kewarisan corak patrilinial kalau diterapkan pada zaman ini jelas tidak pas, karena Al-Qur’an tidak menganut sistem kewarisan patrilinial. Ada pun mengenai berbeda pembagiannya bukan menunjukan patrilinial, melainkan karena perbedaan tanggung jawab. Sebab dalam sistem patrilinial anak perempuan tidak mendapat warisan.43 Dan kalau melihatnya dari kultur budaya masyarakat di jawa itu sama-sama kerja artinya laki-laki dan perempuan itu seimbang tidak ada yang lebih, kalau dibagi tidak sama maka rasa keadilannya tidak pas, harusnya 1 : 1 itu mengacu pada kultur masyarakat jawa. Tetapi kalau hukum islam tidak begitu, kalau sudah qat’i maka tidak bisa diganggu gugat. Harus berfikirnya jangan al-Qur’an yang mengikuti manusia tetapi manusia yang mengikuti al-Qur’an. Jadi sentralnya kehidupan manusia Allahlah yang mengatur sehingga kalau Al-Qur’an yang mengikuti manusia akhirnya tidak riyil. 44 Menurut Nyai NU di Kabupaten Brebes kewarisan corak patrilinial tidak cocok diterapkan pada zaman sekarang ini karena yang namanya menerapkan ajaran islam ya kapan saja tetap harus dengan laki-laki 2 bagian perempuan. 45
42
Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 8 oktober
2011
43
Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus
2011
44 45
Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 2011 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 2011
74 http://elc.stain-pekalongan.ac.id/