BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3. 1
Objek Penelitian Objek Penelitian ini dilakukan di LKP LPK Anglia Jl. Cikutra 119 Kota
Bandung Telp. (022) 7272841, Email:
[email protected]. 3.1.1
Sejarah Singkat Perusahaan
Lembaga Pendidikan Keterampilan Anglia, bergerak di bidang pendidikan keterampilan (kursus) Tata Rias Pengantin, Tata Rias Rambut, Tata Kecantikan Kulit, Pengembangan Kepribadian. LPK Anglia dirintis pada awal dekade 1970-an dengan maksud sangat sederhana untuk berusaha secara mandiri. Dengan demikian motifnya murni untuk memperoleh tambahan penghasilan di sektor pendidikan melalui penyelenggaraan kursus-kursus yang sifatnya komersial. Secara jujur harus dikatakan bahwa di awal pendirian sama sekali tidak ada maksud untuk mengabdikan diri kepada masyarakat,, mengentaskan Kemiskinan, memberikan pendidikan gratis kepada masyarakat dan maksud-maksud ideal lainnya, melainkan mengabdikan diri kepada diri sendiri dan anggota keluarga. Ini pun sudah membentur masalah peridzinan yang ketat waktu itu, sehingga memerlukan pengorbanan biaya. Bagi wiraswastawan, ini adalah masalah imbal tukar (trade-off) antara biaya dan manfaat. Keputusannya tergantung kepada sikap terhadap risiko: alergi, netral atau berani menanggung risiko. Karena pendiri pada saat itu tidak berani menanggung risiko, maka dilakukan strategi gerilya: jalan dahulu, idzin
belakangan.
Sebagaimana yang telah diantisipasi, pemecahan ini merupakan
pemecahan sementara karena begitu siswa harus menempuh ujian negara, maka permasalahan idzin ini muncul kembali tetapi dapat ditanggulangi dengan menempuh proses peridzinan resmi karena faktor risiko di sini sudah tidak relevan lagi (peserta didik sudah ada dan diproses). LPK kemudian berkembang pesat sehubungan dengan kondisi persaingan yang kurang begitu ketat saat itu. Begitu pesatnya sehingga pendiri menganggap bahwa LPK tidak dapat lagi dikelola sebagai sebuah lembaga proprietaris, melainkan secara lebih profesional sesuai dengan praktik manajemen pendidikan yang lazim. Untuk itulah maka pada tahun 1974 didirikanlah Yayasan Masa Bhakti, yang bergerak di bidang pendidikan dan membawahkan salah satu di antaranya LPK Anglia . Pada saat itulah dicanangkan Segitiga Misi bagi semua lembaga yang bernaung di bawah payung Yayasan Masa Bhakti, yaitu Misi Pendidikan, Misi Penelitian, Misi Pengabdian Kepada Masyarakat. Sampai dengan akhir tahun 2008, LPK Anglia telah menyelenggarakan sekitar 20.000 sesi pengajaran atau setara dengan 60.000 jam pengajaran dan menghasilkan sekitar 7.400 alumni, 7.000 di antaranya adalah lulusan Ujian Negara dan pemegang sertifikat mengajar nasional di bidang Tata Rias Pengantin Sunda, Jawa dan Barat, Tata Rias Rambut, Tata Kecantikan Kulit, Pengembangan Kepribadian dan Baki Lamaran/Hantaran. Menurunnya aktivitas penyelenggaraan kursus pada periode 1984-1987 disebabkan sangat aktifnya LPK Anglia dalam mengupayakan terbentuknya satu payung organisasi profesi Perias Pengantin di Indonesia pada umumnya, dan di
Provinsi Jawa Barat pada khususnya, sehingga lebih banyak waktu yang dicurahkan untuk melakukan pembentukan-pembentukan Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Perias Pengantin Indonesia “Melati” di seluruh Provinsi Jawa Barat (Sekarang Himpunan Akhli Rias Pengantin Indonesia [HARPI] Melati), dan membantu IPPI Melati Pusat dalam meletakkan landasan-landasan organisasi dan Manajemen IPPI Melati. Dapat dikatakan bahwa LPK Anglia melalui tokoh sentralnya Dra. Hj. Sumarni adalah salah satu pendiri dari organisasi profesi IPPI Melati dan HARPI Melati dan berhasil memimpin organisasi profesi ini di jenjang provinsi Jawa Barat selama masa kepemimpinannya yang lebih dari 25 Tahun (Menyatakan tidak bersedia dipilih kembali untuk masa jabatan ke 6 dengan alasan untuk regenerasi kepemimpinan). Menurunnya aktivitas penyelenggaraan kursus pada periode 1987–1999 disebabkan karena terjadinya krisis multidimensi yang menyebabkan banyak anggota masyarakat yang kehilangan pekerjaan tetap dan secara tiba-tiba jatuh ke dalam perangkap kemiskinan, sehingga LPK Anglia
secara langsung terjun ke
hampir seluruh kecamatan di ketawanya Bandung (Waktu itu) untuk memberikan bantuan dalam bentuk penyelenggaraan kursus-kursus gratis di bidang potong rambut, dasar-dasar merias Pengantin, Tata Rias Rambut, Tata Kecantikan Kulit, Pengembangan Kepribadian, Baki Lamaran, Riasan Janur, Memasak, Etiket, serta pemberian potong rambut gratis hingga rias Pengantin gratis, yang semuanya dipusatkan di kantung-kantung kemiskinan kota Bandung, seperti daerah Cicadas (Kec. Cibeunying Kidul – Cicadas), Kelurahan Taman Sari ( Bandung Wetan), Kelurahan Kebon Pisang ( Sumur Bandung), , Ujung Berung, Antapani, Ranca
Numpang, (Ranca Sari), Bandung Kidul, Sukajadi dan daerah-daerah lain di pinggiran dan di pusat Kota Bandung yang terkena dampak krisis multi dimensi. Hal ini sejalan dengan kebijakan LPK Anglia untuk mengambil spesialisasi di bidang Tata Rias Pengantin. Sejak tahun 1990-an, dalam rangka memberikan kesempatan kepada alumninya, yang sebagian besar (sekitar 80%) telah membuka usahanya sendiri. Untuk lebih leluasa bersaing tanpa adanya perasaan sungkan sehubungan dengan posisi Dra. Hj. Sumarni sebagai Ketua HARPI Melati Jawa Barat, maka LPK Anglia mengambil posisi untuk lebih berperan sebagai penyelenggara kursus-kursus ‘up-grading’ atau pemantapan bagi lulusanlulusannya yang ingin lebih memantapkan pengetahuan dan keterampilannya ke tingkat lanjutan khususnya bagi Tenaga Pengajar dan Penguji Praktik (TP3), dan lebih memusatkan kepada penggalian-penggalian serta menghidupkan kembali budaya-budaya Tata Rias Pengantin Tradisional, Pengembangan Materi Pelajaran Tata Rias Pengantin Sunda, dan penyusunan dan pembakuan kurikulum pengajaran khusus Tata Rias Pengantin Sunda. Pada dimensi Penelitian, penelitian budaya Tata Rias Pengantin merupakan penelitian multi-disiplin dan bersifat longitudinal. Penelitian ini menyangkut aspek-aspek sejarah (Purbakala), antropologi, etnografi, kebudayaan, sastera, seni dan dimensi-dimensi peradaban manusia lainnya, seperti agama. Oleh karenanya, minat untuk melakukan penelitian dan penggalian budaya ini dirasakan sangat kurang. Akan tetapi, untuk mewujudkan visi dan misinya ini, LPK Anglia telah memelopori penggalian-penggalian budaya Pengantin tradisional, khususnya
daerah Jawa Barat, sehingga sampai dengan saat ini telah berhasil digali dan dibakukan Tata Rias Pengantin Sunda Sebagai berikut: 1. Tata Rias Pengantin Sunda Puteri 2. Tata Rias Pengantin Sunda Siger 3. Tata Rias Pengantin Sunda Sukapura 4. Tata Rias Pengantin Sunda Indramayu 5. Tata Rias Pengantin Sunda Sumedangan 6. Tata Rias Pengantin Sunda Galuh Inten Kadaton ( dua varian) 7. Tata Rias Pengantin Sunda Garut, R. A Lasminingrat (dua varian) 8. Tata Rias Pengantin Sunda Majalengka Simbar Kancana (2 varians) Atas upaya-upaya penggalian ini, LPK Anglia telah mendapat banyak penghargaan baik dari pemerintah pusat, provinsi Jawa Barat maupun kota/Kabupaten, diantaranya adalah Penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional pada tahun 2003 dan Bupati/DPRD II Kabupaten Garut tahun 2002. Di bidang pengembangan kurikulum, saat ini kepala LPK Anglia
juga
menjabat sebagai Ketua Konsorsium Kursus Tata Rias Pengantin Provinsi Jawa Barat, yang mencerminkan peran dan kontribusinya dalam pengembangan dan penyempurnaan kurikulum pendidikan luar sekolah untuk keterampilan Tata Rias Pengantin Sunda. Konsorsium ini telah diakui sebagai Konsorsium Kursus yang paling produktif dalam penyempurnaan dan pengembangan Kurikulum Tata Rias Pengantin di Provinsi Jawa Barat. Di bidang pengabdian kepada masyarakat, atau dimensi tanggung jawab sosial lembaga, sesuai dengan visi dan misinya yang sangat menghormati
kesamaan hak dan kesempatan semua warga negara untuk memperoleh pendidikan, tanpa membeda-bedakan faset-faset yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan seseorang untuk menempuh pendidikan secara normal, maka LPK Anglia
telah menjadikan kepedulian terhadap masyarakat tidak mampu
sebagai bagian integral dari aktivitas pelayanan dari lembaga-lembaga yang berada di bawahnya. Untuk itu, setiap tahunnya, rata-rata 5 orang warga belajar kursus dibebaskan dari segala bentuk pembayaran selama menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak, Taman Bermain, Sanggar dan LPK Anglia. Disamping itu, pada tahun akademik 2007 dan 2008, LPK Anglia telah diberi kepercayaan oleh pemerintah untuk mengelola Block Grant Program Pendidikan Non Formal/Informal Kecakapan Hidup (PNFI-PKH) yang memberikan pendidikan atas biaya negara kepada masyarakat kurang beruntung (masing-masing 10 peserta didik per tahun) dan semuanya lulus ujian negara dan sebagian besar telah dapat berusaha secara Mandiri. Dengan metode-metode pendidikan non formal di atas, sampai dengan saat ini tercatat sekitar 500 alumni yang sekarang telah menjadi penyelenggara kursus yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk pengusaha salon kecantikan atau bekerja di sektor formal. Di samping itu, setiap tahunnya, LPK Anglia menyelenggarakan pelayanan gratis untuk potong rambut, merias Pengantin, pengembangan kepribadian, hantaran, perawatan rambut, kulit dan sebagainya, yang biasanya dikaitkan dengan adanya kejadian-kejadian atau hari-hari besar seperti kejadian krisis, bencana alam, hari kesetiakawanan sosial, hari kartini, 17 Agustus, Hari Pendidikan Nasional dan lain sebagainya.
3.1.2
Visi dan Misi Perusahaan
Visi Pertama lembaga ini adalah selalu menjadi mitra pemerintah LSM dan organisasi-organisasi lainnya, dalam upaya Penanggulangan masalah masyarakat yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan. Dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, dengan memberikan bekal akses atas pengetahuan, keterampilan, sikap, kemampuan dan sumber daya lain yang diperlukan untuk masuk ke lapangan pekerjaan atau membuka usaha secara mandiri. Visi kedua lembaga ini adalah selalu menjadi mitra pemerintah LSM dan organisasi-organisasi lainnya dalam upaya mempersiapkan generasi muda yang cerdas, tangguh, santun, tangkas dan berakhlak tinggi sejak usia dini, melalui pendidikan pra sekolah dan taman bermain. Visi tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk segi tiga Misi sebagai berikut: 1. Misi Pendidikan. Memberikan pendidikan non formal kepada masyarakat di bidang Tata Rias Pengantin, Tata Kecantikan Rambut dan Tata Kecantikan Kulit baik yang sifatnya komersial, atas biaya lembaga atau atas biaya negara. 2. Misi Penelitian. Melakukan penggalian-penggalian budaya tata rias pengantin untuk daerah-daerah di seluruh wilayah Jawa Barat, dalam rangka penghidupan kembali budaya tata rias pengantin yang khas daerah tersebut, dan mengangkatnya dalam bentuk kurikulum pendidikan dan ujian nasional/ujian kompetensi.
3. Misi Pengabdian Kepada Masyarakat. Menjadi Mitra Pemerintah Pusat/Daerah,
Organisasi/LSM
Dalam
dan
Luar
Negeri
dalam
mewujudkan program global Pendidikan untuk Semua Orang (EFA), dan terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat dalam situasi-situasi krisis dan bencana.
3.1.3
Struktur Organisasi Lembaga
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
3.1.4
Deskripsi Tugas
Seperti halnya sebuah lembaga/perusahaan, LKP LPK Anglia dalam manajemennya mempunyai tugas dan wewenang serta tanggung jawab dalam menyelesaikan semua pekerjaannya, antara lain : 1.
Kepala LKP LPK Anglia
Kepala adalah pimpinan penyelenggara pendidikan keterampilan pelatihan & kursus serta penanggung jawab utama. Di samping melaksanakan arahan, melaksanakan kebijakan umum, menyusun perencanaan, juga menetapkan peraturan norma dan tolak ukur penyelenggaraan pendidikan keterampilan pelatihan & kursus atas dasar keputusan lembaga. 2.
Bendahara Umum Bendahara bertugas sebagai memanajemen keuangan.
3.
Sekretaris Eksekutif Sekretaris eksekutif bertugas dalam menganalisa semua tugas bidang selain itu juga sebagai pembantu kepala.
4.
Bidang Litbang Bidang Litbang bertugas membantu sekretaris.
5.
Bidang Kesiswaan Bidang Kesiswaan bertugas mengatur jadwal kesiswaan.
6.
Bidang Pengajaran Bidang Pengajaran bertugas memberikan tata cara dalam kursus dan pelatihan.
7.
Bidang Pemasaran
Bidang Pemasaran mengurus masalah pemasaran atau pengadaan kursus. 8.
Bidang Akuntansi Bidang Akuntansi bertugas sebagai pengontrol keluar masuk biaya.
9.
Bidang PPM Bidang PPM bertugas sebagai tata usaha juga pembantu lembaga.
3.2.
Metode Penelitian Di bawah ini akan membahas masalah metode-metode penelitian diantaranya: 3.2.1. Desain Penelitian Desain penelitian ini termasuk kedalam penelitian yang bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh ciri-ciri variabel, dimana dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang kinerja program yang dirancang dan diimplementasikan kepada pengguna (user) dalam perusahaan. 3.2.2.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan
data.
Pengumpulan
data
disini
bertujuan
untuk
mendapatkan informasi tentang pengolahan data pada pelatihan dan kursus tata rias pengantin. Berikut beberapa metode yang digunakan peneliti :
3.2.2.1. Sumber Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari unit pengamatan / responden penelitian. Teknik / metode pengumpulan data primer meliputi: a. Wawancara / Interview Pengumpulan data melalui tatap muka dan tanya jawab langsung dengan responden. b. Observasi Pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan terhadap objek penelitian. 3.2.2.2. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer. Merupakan jenis data yang sudah diolah terlebih dahulu oleh pihak pertama atau peneliti. Teknik/metode pengumpulan data sekunder meliputi: Dokumentasi: Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
3.2.3.
Metode Pendekatan dan Pengembangan Sistem
Di pembahasan ini akan membahas referensi masalah metode pendekatan dan pengembangan sistem: 3.2.3.1. Metode Pendekatan Sistem
Metode pendekatan sistem yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan terstruktur. Terdapat beberapa alasan penulis menggunakan pendekatan terstruktur diantaranya adalah mudah dipahami dan mudah digunakan artinya metode ini mudah dimengerti, selain itu metode terstruktur telah banyak digunakan dalam pengembangan sistem informasi. 3.2.3.2. Metode Pengembangan Sistem Model prototype adalah metode pengembangan sistem yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Karena penulis memulai penelitian ini dengan mengumpulkan kebutuhan yang diperlukan dari pada sistem atau perangkat lunak yang akan dibuat.
Keterangan Prototype: a. Prototype paradigma dimulai dengan mengumpulkan kebutuhan-kebutuhan customer. b. Developer dan customer bertemu dan mendefinisikan objektif software secara menyeluruh, mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang diketahui dari area pekerjaan. c. Setelah itu dibuat quick design. Quick design difokuskan pada representasi aspek software yang bisa dilihat customer/user (misal: format input dan output). Quick design cenderung ke pembuatan prototype. d. Prototype dievaluasi customer/user dan digunakan untuk menyempurnakan kebutuhan software yang akan dibangun.
Dengan demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang telah ditentukan. Kunci agar model prototype ini berhasil dengan baik adalah dengan mendefinisikan aturan-aturan main pada saat awal, yaitu user dan perancang harus setuju bahwa prototype dibangun untuk mendefinisikan kebutuhan. Tahapan-tahapan Prototyping Tahapan-tahapan dalam Prototyping adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan kebutuhan User dan perancang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
2. Membangun prototyping Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output) 3. Evaluasi protoptyping Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah 4 akan diambil. Jika tidak prototyping direvisi dengan mengulangi langkah 1, 2 , dan 3. 4. Mengkodekan sistem
Dalam tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang sesuai 5. Menguji sistem Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, maka harus di tes/di uji dahulu sebelum digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path, pengujian arsitektur dan lain-lain 6. Evaluasi Sistem User mengevaluasi apakah sistem yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan . Jika ya, langkah 7 dilakukan; jika tidak, ulangi langkah 4 dan 5. 7. Menggunakan sistem Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima user siap untuk digunakan.
3.2.3.3. Alat Bantu Analisis dan Perancangan Alat bantu yang digunakan dalam perancangan sistem adalah sebagai berikut: 1. Bagan Alir / Flow Map Flowmap merupakan bagan yang menggambarkan dan menjelaskan urutan prosedur-prosedur
arus
pekerjaan
secara
keseluruhan
dari
sistem
dan
menggambarkan aliran data atau dokumen dari satu entitas ke entitas lain. Dalam pembuatan flowmap tidak ada rumus atau kaidah baku yang bersifat mutlak, karena flowmap merupakan gambaran hasil pemikiran dalam menganalisa suatu masalah dengan komputer, sehingga flowmap yang dihasilkan dapat bervariasi antara satu pemrogram dengan pemogram lainnya.
2. Diagram Konteks Diagram Konteks merupakan sebuah alat ukur analisis. Pendekatan terstruktur ini mencoba menggambarkan sistem secara besar atau secara sederhana. Diagram konteks adalah kasus khusus dari data alir diagram yang berfungsi memetakan model lingkungan yang mempresentasikan dengan lingkungan tunggal yang mewakili keseluruhan system. Dalam pembuatan diagram konteks, ada beberapa hal berikut yang harus diperhatikan: 3. Diagram Arus Data / Data Flow Diagram Data Flow Diagram Tahapan (DFD Leveled) merupakan peralatan yang berfungsi untuk menggambarkan secara rinci mengenai sistem sebagai jaringan kerja atar fungsi yang berhubungan satu sama lain dengan menunjukkan dari dan ke mana data mengalir serta penyimpanannya. Pada umumnya tahapan dimulai dari 0, 1, 2, dan seterusnya. Tahapan 0 menggambarkan sistem secara global. Meskipun sudah cukup rinci dengan menggambarkan database yang akan menampung aliran data, namun pada tahap ini, semua proses hanya digambarkan sebagai sebuah sistem secara umum dan tidak terinci. Setiap penurunan ke tahapan yang lebih rendah, yaitu tahapan 1, 2 dan seterusnya, maka proses-proses tersebut akan diurai lebih rinci dengan sepesifikasi lebih jelas. Penurunan tahapan dilakukan jika perlu memerinci beberapa proses, Namun tidak semua bagian dari proses tersebut harus diturunkan dengan jumlah tahapan yang sama.
4. Kamus Data Kamus data sering disebut juga dengan system data dictionary adalah catalog fakta tentang data dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu system informasi.
Dengan
menggunakan
kamus
data,
analisis
system
dapat
mendefinisikan data yang mengalir disistem dengan lengkap. Pada tahap analisis, kamus data digunakan sebagai alat komunikasi antara analisis system dengan pemakai system tentang data yang mengalir disistem, yaitu tentang data yang masuk ke system dan tentang informasi yang dibutuhkan oleh pemakai system. Pada tahap perancangan system, kamus data digunakan untuk merancang input, merancang laporan-laporan dan database. Kamus data adalah daftar database dan table (bagian dari database) yang digunakan dalam aplikasi ini. Kamus data ini memuat informasi tentang: 1. Nama
: adalah nama database / table nya
2. Deskripsi
: adalah uraian singkat dari database / table tersebut
3. Struktur Data
: adalah daftar fields (komponen data) yang ada dalam database / table tersebut
4. Tipe Data Field : adalah jenis data dalam representasi komputer untuk masing-masing data 5. Normalisasi Normalisasi adalah suatu teknik untuk mengorganisasi data ke dalam tabeltabel untuk memenuhi kebutuhan pemakai di dalam suatu organisasi. a. Tujuan dari normalisasi
1. Untuk menghilangkan kerangkapan data 2. Untuk mengurangi kompleksitas 3. Untuk mempermudah pemodifikasian data b. Proses Normalisasi 1. Data diuraikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dianalisis berdasarkan persyaratan tertentu ke beberapa tingkat. 2. Apabila tabel yang diuji belum memenuhi persyaratan tertentu, maka tabel tersebut perlu dipecah menjadi beberapa tabel yang lebih sederhana sampai memenuhi bentuk yang optimal. 3. Tahapan Normalisasi a.
Bentuk Normal Pertama Suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal pertama jika dan hanya jika atomik, yaitu tidak ada atribut berulang pada suatu skema relasi dan tidak duplikasi, yaitu nilai dari atribut tidak ada yang bernilai ganda.
b.
Bentuk Normal Kedua Suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal kedua jika : 1. Sudah memenuhi bentuk normal kesatu 2. Semua atribut bukan kunci memiliki dependensi sepenuhnya terhadap kunci primer atau tidak ada ketergantungan fungsi sebagian (Partical Functional Dependency). c. Bentuk Normal Ketiga Suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal ketiga jika :
1.
Sudah memenuhi bentuk normal kedua
2.
Setiap atribut bukan kunci tidak memiliki dependensi
transif
terhadap kinci primer.Contoh pada tahap kedua sudah
menjadi bentuk normal ketiga karena semua atribut tergantung pada primary key. 6. Tabel Relasi Relasi merupakan hubungan yang terjadi pada suatu tabel dengan tabel yang lainnya, yang berfungsi untuk mengatur operasi suatu database. Hubungan yang dapat dibentuk dapat mencakupi 3 (tiga) macam hubungan yaitu ; a. One-To-One (1 – 1) Mempunyai pengertian “Setiap baris data pada tabel pertama dihubungkan hanya ke satu baris data pada tabel ke dua”. b. One-To-Many (1 – ) Mempunyai pengertian “Setiap baris data dari tabel pertama dapat dihubungkan ke satu baris atau lebih data pada tabel ke dua”. c. Many-To-Many ( – ) Mempunyai pengertian “Satu baris atau lebih data pada tabel pertama bisa dihubungkan ke satu atau lebih baris data pada tabel ke dua”. Tabel Relasi adalah hubungan antara tabel yang atributnya saling berhubungan satu dengan yang lainnya, yaitu dengan menggunakan kunci penghubung (key function) yang dapat digunakan untuk proses pencarian, penyaringan, penghapusan dan lain-lain. Ada beberapa macam key function diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Candidate Key Candidate Key adalah sebuah atau sekelompok atribut yang dapat digunakan sebagai primary key. b. Primary Key Primary Key adalah candidate key yang terpilih untuk mengidentifikasi secara unik suatu entitas c. Alternate key Alternate key adalah candidate key yang tidak terpilih. 4. Foreign key Foreign key adalah atribut dengan domain yang sama yang menjadi kunci utama pada sebuh relasi tetapi pada relasi lain atribut tersebut hanya sebagai atribut biasa.
3.2.4.
Pengujian Software
Pengujian software merupakan proses untuk mencari kesalahan pada setiap sistem perangkat lunak, mencatat hasilnya, mengevaluasi setiap aspek pada setiap komponen sistem dan mengevaluasi semua fasilitas dari perangkat lunak yang dikembangkan. Pengujian atau testing software sangat penting untuk dilakukan. Pengujian ini bertujuan untuk menjamin kualitas software, dan juga menjadi peninjauan terakhir terhadap spesifikasi, disain dan pengkodean. Untuk pengujian software, penulis menggunakan pengujian Black Box.
3.2.4.1. Sasaran Pengujian Sasaran Pengujian menurut Adbul Kadir (2002 : 39) : 1. Pengujian adalah proses eksekusi suatu software untuk menemukan kesalahan. 2. Test case yang baik adalah test case yang mempunyai probabilitas untuk menemukan kesalahan. 3. Pengujian yang sukses adalah pengujian yang mengungkap semua kesalahan yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
3.2.4.2. Prinsip Pengujian 1. Semua pengujian harus bisa ditelusuri sampai ke persyaratan (requirenment). 2. Harus ada perencanaan pengujian sebelum pengujian dilakukan. 3. Penggunaan prinsip ‘Pareto’. Prinsip Pareto : Mengimplikasikan bahwa 80% dari seluruh kesalahan yang ditemukan, (setidaknya) akan ada 20% yang dapat ditelusuri hingga tuntas. 4. Pengujian dilakukan mulai dari yang kecil dan berkembang ke yang lebih besar. 5. Pengujian yang bersifat mendalam tidak mungkin dilakukan (karena keterbatasan waktu, biaya dan sumber daya).
6. Untuk lebih mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi, pengujian sebaiknya dilakukan oleh pihak ketiga yang sifatnya independen. Hasilnya akanlebih efektif.
3.2.4.3. Teknik Pengujian Ada Banyak teknik pengujian yang dapat digunakan untuk menguji perangkat lunak, diantaranya: Pengujian Black Box dan Pengujian White Box. 1. Pengujian Black Box a. Digunakan untuk menguji fungsi-fungsi khusus dari perangkat lunak yang dirancang. b. Kebenaran perangkat lunak yang diuji hanya dilihat berdasarkan keluaran yang dihasilkan dari data atau kondisi masukan yang diberikan untuk fungsi yang ada tanpa melihat bagaimana proses untuk mendapatkan keluaran tersebut. c. Dari keluaran yang dihasilkan, kemampuan program dalam memenuhi kebutuhan pemakai dapat diukur sekaligus dapat diiketahui kesalahankesalahannya Beberapa jenis kesalahan yang dapat diidentifikasi : 1. Fungsi tidak benar atau hilang 2. Kesalahan antar muka 3. Kesalahan pada struktur data (pengaksesan basis data) 4. Kesalahan inisialisasi dan akhir program 5. Kesalahan performasi.
2. Pengujian White Box a. Digunakan untuk mengetahui cara kerja suatu perangkat lunak secara internal. b. Pengujian dilakukan untuk menjamin operasi-operasi internal sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dengan menggunakan struktur kendali dari prosedur yang dirancang. Pelaksanaan pengujian white box a. Menjamim seluruh independent path dieksekusi paling sedikit satu kali. Independent path adalah jalur dalam program yang menunjukkan paling sedikit satu kumpulan proses ataupun kondisi baru. b. Menjalani logical decision pada sisi dan false c. Mengeksekusi pengulangan (looping) dalam batas-batas yang ditentukan d. Menguji struktur data internal