BAB III METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain “Kelompok Kontrol Non-Ekuivalen” yang merupakan bagian dari bentuk kuasi eksperimen. Subjek yang diambil tidak dikelompokan secara acak, tetapi peneliti terima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi,1994:47). Penggunaan disain dilakukan dengan pertimbangan bahwa pembentukan kelas baru akan menyebabkan kacaunya jadwal pelajaran yang telah ada. Kelompok kontrol dan eksperimen pada penelitian ini dibagi-bagi lagi dalam unit-unit penelitian yang ditentukan berdasar tingkat kategori sekolah yaitu kategori sedang dan rendah serta berdasarkan tingkat kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang dan kurang. Alasan pengkategorian adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam apakah efektivitas pelaksanaan penelitian tergantung pada kategori sekolah atau tidak. Dari tiap unit penelitian diteliti bagaimana pengaruh pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman dan kemampuan penalaran siswa. Disain penelitian eksperimen yang akan dilakukan digambarkan seperti berikut ini:
O X O
(kelas eksperimen)
O
(kelas Kontrol)
O
36
37
Keterangan: O = tes (pretes dan postes) X = Perlakuan (Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing) Maksud dari desain penelitian yang digambarkan di atas adalah sebelum pembelajaran kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dari dua kategori sekolah masing-masing diberi pretes (O) untuk mengetahui kemampuan awal siswa berkaitan dengan kesetaraan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran dari kedua kelompok. Kemudian pada kelas eksperimen diberi perlakuan khusus (X) yaitu pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran matematika dengan metode konvensional. Setelah pembelajaran pada kelas kontrol dan eksperimen cukup masing-masing diberi postes (O) untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggambarkan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep dan penalaran siswa, maka penelitian ini melibatkan 2 (dua) faktor kemampuan siswa (tinggi, sedang, rendah) dan faktor level sekolah (sedang, kurang).
B. Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD di kabupaten Serang. Alasan pembatasan populasi tersebut terkait dengan efektivitas pelaksanaan penelitian, dimana karakteristik dari penelitian ini sangat tergantung kepada subyek penelitian yang diambil. Selanjutnya subjek penelitian ditetapkan di kelas V dengan asumsi bahwa pada level ini, kondisi aktivitas siswa cukup
38
stabil, karena sudah ada pada jenjang kelas tinggi di sekolah dasar, dengan demikian para siswa diyakini lebih mampu mengikuti pelajaran serta permasalahan-permasalahan yang diajukan dibandingkan dengan kelas-kelas sebelumnya. Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan teknik purposive sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:54). Sampel yang diambil terdiri dari 4 kelas, yaitu 2 kelas eksperimen dan 2 kelas kontrol. Penentuan sekolah untuk dijadikan kelompok kontrol dan eksperimen berdasarkan kondisi objektif sekolah dan siswanya. Untuk level sekolah sedang, yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah SDN 2 Serang dan SDN 3 Serang. Sedangkan Untuk level sekolah kurang, yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah SDN Cilayang 1 dan SDN Cilayang 2.
C. Waktu dan Tahapan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada rentang bulan April sampai dengan Oktober 2009. Adapun tahapan-tahapan penelitian dalam kurun waktu tersebut meliputi beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan. Pada tahap persiapan kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Seminar proposal, pada tanggal 20 April 2009 b. Perbaikan proposal yang telah diseminarkan mulai tanggal 21 April sampai 5 Juli 2009.
39
c. Penyusunan bahan ajar dan instrumen penelitian mulai tanggal 16 Agustus sampai dengan 30 Agustus 2009. d. Pengujian instrumen dan perbaikan instrumen mulai tanggal 5 September sampai dengan 10 September 2009. e. Mengambil data sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten serang dari Dinas Pendidikan Kabupaten Serang pada tanggal 15 Sepember 2009. f. Mengajukan ijin penelitian ke sekolah yang telah ditetapkan untuk dijadikan tempat penelitian sekaligus melakukan wawancara dengan guru kelas yang akan dijadikan subjek penelitian mulai tanggal 17 – 29 September 2009. g. Menyamakan persepsi guru-guru yang akan mengajar di kelas Eksperimen dan kelas kontrol pada tanggal 1 Okotober 2009. 2. Tahap Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan ini dilakukan mulai tanggal 3 Oktober - 8 November 2009. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Implementasi pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol b. Memberikan pre test dan post test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen c. Melakukan pengumpulan data tambahan berupa observasi proses pembelajaran dan memberikan angket kepada kelas eksperimen. 3. Tahap Penulisan Laporan. Pada tahap penulisan laporan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi pengolahan data, analisis data dan penyusunan laporan secara lengkap. Tahap ini dilakukan pada bulan Januari 2011.
40
D. Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing pada kelas eksperimen dan pembelajaran matematika dengan metode konvensional pada kelas kontrol. Pengembangan bahan ajar diawali dengan memperhatikan standar kompetensi dan cakupan materi. Materi yang dikembangkan meliputi dua pokok bahasan yaitu Luas Trapesium dan Layang-Layang serta Volume Kubus dan Balok. Pada setiap pembelajaran guru pada kelas kontrol diberikan RPP dengan pendekatan pembelajaran ekspositori. Sedangkan di kelas eksperimen, guru dibekali RPP dengan model pembelajaran penemuan terbimbing. Siswa pada kelas eksperimen pada setiap pertemuan diberikan lembar aktivitas (LAS). LAS diberikan untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya eksploratif melalui pertanyaan-pertanyan pengarah, benda-benda manipulatif dan ilustrasi-ilustrasi yang mewakili objek matematika tertentu yang mengarahkan siswa pada proses pengkonstruksian pengetahuan (penemuan kembali konsep atau pengetahuan). Setelah siswa dapat menangkap pesan konsep yang termuat dalam LAS, siswa mempresentasikan hasil penemuanya. Setelah penemuan mereka diperkuat oleh guru, siswa diberikan latihan soal atau tugas untuk mengukur sejauh mana siswa memahami konsep yang telah dipelajari.
E. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini meliputi alat yang digunakan untuk memperoleh data/informasi berkaitan dengan variabel-variabel bebas yang telah
41
ditetapkan yang meliputi instrumen tes dan non tes. Instrumen non tes meliputi: lembar observasi dan angket. Sedangkan instrumen tes meliputi soal pre tes dan post tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman dan penalaran siswa.
1. Tes Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Siswa Soal yang dibuat terdiri dari soal-soal tes awal dan tes akhir yang diharapkan mengungkap kemampuan pemahaman dan penalaran siswa sebelum perlakuan dan setelah perlakuan diberikan. Soal pemahaman dan penalaran masing-masing dibuat sebanyak 3 buah yang disajikan dalam sebuah soal sekaligus. Soal dibuat dalam bentuk essay (uraian) agar pemahaman konsep siswa dan kemampuan penalaran siswa dapat diidentifkasi melalui uraian jawaban siswa. Karena tujuan utama penelitian eksperimen adalah menganalisis peningkatan hasil belajar siswa dalam hal ini adalah pemahaman dan penalaran siswa. Penyusunan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar yang diukur, indikator pemahaman dan atau penalaran, soal pemahaman dan penalaran serta kunci jawabannya. Setiap jawaban siswa atas soal yang diberikan diberikan skor dengan menggunakan rubrik, yaitu Holistic Scoring Rubrics skala 4. Holistic Scoring Rubrics merupakan pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria (Iryanti, 2004:13). Rubrik untuk mengukur tingkat pemahaman konsep dan penalaran disajikan dalam Tabel 3.1. dan Tabel 3.2. berikut ini.
42
Tabel 3.1. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Indikator dan Skor
Kriteria dan sub kriteria
1
2
3
4
• Algoritma komputasi • Penjelasan hasil • Penerapan konsep yang sudah dipelajari pada keadaan baru yang berkaitan
• Algoritma komputasi salah • Penjelasan tidak memuaskan • Tidak mampu menerapkan konsep yang sudah dipelajari pada keadaan baru yang berkaitan • Pemecahan tidak sesuai yang diinginkan
• Algoritma komputasi sebagian besar benar • Penjelasan memuaskan • Mampu menerapkan konsep yang sudah dipelajari pada keadaan baru yang berkaitan • Memenuhi sebagian besar pemecahan yang diinginkan
• Algoritma komputasi sebagian besar benar • Penjelasan efektif • Mampu menerapkan konsep yang sudah dipelajari pada keadaan baru yang berkaitan • Memenuhi pemecahan yang diinginkan
• Algoritma komputasi benar • Penjelasan patut dicontoh • menerapkan konsep yang sudah dipelajari pada keadaan baru yang berkaitan • Melebihi pemecahan yang diinginkan
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematika Indikator dan Skor
Kriteria dan sub kriteria
• menarik kesimpulan logis • menggunakan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan • menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik, menarik analogi dan generalisasi
1 • Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan
2
3
4
• Hanya sebagian penjelasan menggunakan gambar, fakta dan hubungan • Menarik kesimpulan logis • Sebagian besar jawaban sesuai yang diharapkan
• Sebagian besar penjelasan menggunakan gambar, fakta dan hubungan • Menarik kesimpulan logis • Jawaban sesuai yang diharapkan
• Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta dan hubungan • Menarik kesimpulan logis • Jawaban lengkap/jelas dan benar
43
Untuk mendapatkan soal tes yang baik, maka soal pre tes dan post tes diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaranya. Uji coba perangkat tes dilaksanakan pada 27 orang siswa SD kelas VI dengan kategori sekolah sedang.
1.1. Validitas Freser dan Gilam (Rusmini, 2008:54) menyatakan bahwa kriteria yang mendasar dari suatu tes yang baik adalah tes mampu mengukur hasil-hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan tes itu sendiri. Kekonsistenan inilah yang disebut sebagai validitas dari soal tersebut. Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus product moment Pearson.
rxy =
(N )(∑ XY ) − (∑ X )(∑ Y ) [(N )(∑ X 2 ) − (∑ X )2 ] [(N )(∑ Y 2 )(∑ Y )2 ]
Keterangan: N
= Jumlah Sampel
X
= Nilai hasil ujian
44
Y
= Nilai rata-rata harian
rxy
= Koefisien Validitas
Interpretasi besarnya koefisien korelasi dilakukan berdasarkan patokan disesuaikan nilai r menurut Arikunto (2005: 75) yaitu:
Tabel 3.3. Patokan Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi
Interpretasi
0,80 < r ≤ 1,00
Sangat tinggi
0,60 < r ≤ 0,80
Tinggi
0,40 < r ≤ 0,60
Cukup
0,20 < r ≤ 0,60
Rendah
r ≤ 0,20
Sangat rendah
Signifikansi validitas diuji dengan uji-t dengan rumus berikut:
t=r
N −2 1− r2
Keterangan: thitung
= Nilai t
r
= Nilai Koefisien Korelasi
N
= Jumlah Sampel
Uji dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara skor butir soal dan skor total. Hipotesis statistik yang diujikan adalah: Ho : r = 0
: Tidak terdapat korelasi antara skor butir soal terhadap skor total,
H1: r ≠ 0
: Terdapat korelasi antara skor butir soal terhadap skor total.
45
Untuk taraf signifikansi α = 0,01, Ho diterima jika thitung < ttabel dengan dk (n-2), dan untuk thitung ≥ ttabel kesimpulan yang diambil adalah Ho ditolak. Untuk tes pemahaman konsep dan penalaran matematis masing-masing dengan n= 27 dan taraf kepercayaan 99% ttabel = 2,48 diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.4. berikut: Tabel 3.4. Perhitungan validitas Tes Kemampuan Representasi dan Penalaran Matematis Jenis Tes
Pemahaman konsep
Penalaran Matematis
Nomor
Koef Korelasi
Interpretasi
Soal
(rxy)
Validitas
2
0,717
3
thitung
Ket
Tinggi
5,143
Valid
0,745
Tinggi
5,584
Valid
4
0,584
Cukup
3,597
Valid
1
0,488
Cukup
2,795
Valid
5
0,581
Cukup
3,569
Valid
6
0,487
Cukup
2,788
Valid
Semua butir soal mempunyai thitung ≥ ttabel = 2,48, sehingga Ho ditolak. Artinya soal mempunyai korelasi terhadap hasil belajar yang dicapai seluruh siswa. Semua butir soal memiliki ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
1.2. Reliabilitas Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas juga merujuk pada tingkat keterandalan sesuatu dan dapat dipercaya (Arikunto, 2006: 178). Untuk melihat reliabilitas tes, diawali dengan membuat sebaran jawaban uji coba tes yang berbentuk tes uraian.
46
Perhitungan reliabilitas tes untuk tes yang berbentuk uraian digunakan rumus alpha, yaitu: 2 k 1 − ∑ σ b r11 = , (Arikunto, 2006:196) k − 1 σ t 2
Keterangan: r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ σt2
2 b
= jumlah varians butir = varians total
Selanjutnya untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas tersebut digunakan kategori Guilford (Ruseffendi, 1991:197) dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 3.5. Interpretasi Koefisien Reliabilitas Nilai r
Interpretasi
0,00 < r ≤ 0,20
reliabilitas sangat rendah
0,20 < r ≤ 0,40
reliabilitas rendah
0,40 < r ≤ 0,70
reliabilitas sedang
0,70 < r ≤ 0,90
reliabilitas tinggi
0,90 < r ≤ 1,00
reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh reliabilitas instrument tes pemahaman konsep secara keseluruhan sebesar r11 = 0.715 (kategori tinggi) dan reliabilitas instrument penalaran matematis secara keseluruhan sebesar r11 = 0.447 (kategori sedang).
47
1.3. Daya Pembeda Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi; dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah (Sudjana, 2005:141). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:
D=
B A BB − JA JB
(Arikunto, 2005:213)
Keterangan: BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan salah JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan dengan klasifikasi menurut Arikunto (2005: 210) yang disajikan pada Tabel 3.6. berikut:
Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda
Klasifikasi Soal
0,00 – 0,20
Kurang baik
0,21 – 0,40
Cukup
48
0,41 – 0,70
Baik
0,71 – 1,00
Sangat baik
Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7. Daya Pembeda Butir Soal Pemahaman Konsep dan Penalaran Matematis Jenis Tes
Nomor Soal
Daya Pembeda
Interpretasi
2
0,6429
Baik
3
0,5714
Baik
4
0,3929
Cukup
1
0,3929
Cukup
5
0,3571
Cukup
6
0,2500
Cukup
Pemahaman Konsep
Penalaran Matematis
1.4. Tingkat Kesukaran Untuk menganalisis tingkat kesukaran P dari setiap item soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Skor hasil yang diperoleh siswa diklasifikasikan atas dasar benar dan. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah:
P=
B JS
(Arikunto, 2005:208)
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
49
Klasifikasi tingkat kesukaran soal ditentukan menurut Tabel 3.8. berikut:
Tabel 3.8. Kategori Indeks Kesukaran Indeks kesukaran
Kategori Soal
0,00 – 0,30
Sukar
0,31 – 0,70
Sedang
0,71 – 1,00
Mudah
Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9. Perhitungan Tingkat Kesukaran Jenis Tes
Nomor Soal
Tingkat Kesukaran
Interpretasi
Pemahaman Konsep
2
0,6786
Sedang
3
0,4286
Sedang
4
0,1964
Sukar
Penalaran
1
0,5893
Sedang
Matematis
5
0,1786
Sukar
6
0,1607
Sukar
Secara keseluruhan hasil analisis uji coba soal tes pemahaman konsep dan penalaran matematis disajikan pada Tabel 3.10 berikut ini. Tabel 3.10. Rekapitulasi Analisis Ujicoba Tes Jenis Tes Pemahaman
No
Interpretasi
Soal
Validitas
2
Tinggi
R 0.715
Interpretasi
Interpretasi
Tk. Kesukaran
Dy. Pembeda
Sedang
Baik
50
Konsep
Penalaran Matematis
3
Tinggi
Sedang
Baik
4
Cukup
Sukar
Cukup
1
Cukup
Sedang
Cukup
5
Cukup
Sukar
Cukup
6
Cukup
Sukar
Cukup
0.447
Berdasarkan hasil uji coba perangkat tes, menunjukkan 6 soal yang diujikan yang terdiri dari tiga soal pemahaman konsep dan tiga soal penalaran matematis dianggap layak digunakan sehingga tidak perlu dirubah kembali ketika digunakan sebagai soal pretes dan postes pada penelitian. Karena semua soal pemahaman konsep menunjukkan tingkat keterandalan atau kepercayaan tinggi, ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian tinggi dan cukup, kemampuan soal dalam membedakan siswa memiliki interpretasi baik, dan interpretasi tingkat kesukaran soal yaitu sedang dan sukar. Begitu pula untuk soalsoal penalaran matematis, secara keseluruhan menunjukkan tingkat keterandalan atau kepercayaan cukup, ketepatan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian cukup, kemampuan soal dalam membedakan siswa memiliki interpretasi cukup, dan interpretasi tingkat kesukaran soal yaitu sedang dan sukar.
2. Lembar Observasi Lembar observasi adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai kegiatan/aktifitas siswa selama proses pembelajaran yang diisi oleh peneliti dan guru kelas yang melakukan pembelajaran. Hasil observasi selanjutnya digunakan untuk melihat kekurangan dan kelebihan proses
51
pembelajaran. Sehingga dipembelajaran selanjutnya guru tahu apa yang harus dipertahankan dan apa yang harus diperbaiki.
3. Angket / Skala Sikap Angket merupakan alat yang memuat pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada siswa yang akan menggali informasi mengenai sikap, minat dan pandangan siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum dan pandangan siswa terhadap pembelajaran matematika yang dilakukan dengan metode penemuan terbimbing. Komponen yang dijaring melalui angket terdiri dari: 1) pandangan siswa tentang mata pelajaran matematika sebelum mereka mengalami pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing, 2) cara belajar matematika yan disukai, 3) respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing. Terhadap pernyataan yang ada dalam angket, siswa akan memberikan tanda (X) untuk jawaban yang dianggap sesuai dengan pilihannya.
F. Teknik Pengolahan Data Dari instrumen penelitian yang disebutkan di atas, maka data yang dihasilkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari angket dan lembar observasi dan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes pemahaman dan penalaran. Berikut adalah uraian mengenai teknik pengolahan data berdasarkan jenisnya.
52
1. Analisis Data Kualitatif Analisis kualitatif, pada dasarnya untuk memperjelas atau melengkapi hasil analisis kuantitatif. Data hasil observasi dianalisis tiap selesai proses pembelajaran untuk melihat kekurangan yang akan diperbaiki di pertemaun selanjutnya, sedangkan data hasil angket diolah dengan cara menghitung presentase sebaran jawaban siswa.
2. Analisis Data Kuantitatif Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk data hasil pretes dan postes. Data hasil pretes dan postes diolah dengan software SPSS versi 16 for wondows Pengolahan data kuantitatif diarahkan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah diungkapkan pada Bab I, yaitu: 1.
Peningkatan pemahaman konsep siswa yang belajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan metode konvensional.
2.
Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang belajar dengan metode konvensional.
3.
Interaksi antara metode pembelajaran dan kategori sekolah terhadap skor perolehan kemampuan pemahaman konsep siswa.
4.
Interaksi antara metode pembelajaran dan kategori sekolah terhadap skor perolehan kemampuan penalaran matematis siswa. Untuk menguji hipotesis-hipotesis di atas, data hasil pre tes dan post tes
diolah dengan secara statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
53
(1) Uji normalitas dan homogenitas Pada data hasil tes awal dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui kesetraan kemampuan pemahaman dan penalaran antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas dan homogenitas dilakukan pada data hasil tes akhir dilakukan untuk memenuhi perhitungan statistik parametris. Jika data yang diolah ternyata berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik selanjutnya adalah uji statistik parametris. Sebaliknya, jika data yang diolah tidak memenuhi distribusi normal dan homomogenitas, maka uji statistik selanjutnya adalah uji statistik nonparametris. Untuk pengujian normalitas data, statistika yang diggunakan adalah uji kolmogorov-smirnov Z pada program SPSS 16 for windows, dimana hipotesis dan kriteria ujinya: Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berada dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria uji: Tolak Ho jika sig < α sedangkan pengujian homogenitas variansi data dilakukan dengan Levenes Test pada SPSS 16, dimana hipotesis dan kriteria ujinya: Ho : Variansi kedua populasi homogen H1 : Variansi kedua populasi tidak homogen Kriteria uji: Tolak Ho jika sig < α (2) Menguji Perbedaan Dua Rata-rata (uji-t) Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan kemampuan pamahaman dan penalaran yang signifikan antara siswa
54
yang belajar matematika dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Secara umum hipotesisnya dinyatakan dengan: Ho
: µe = µk
H1
: µe ≠ µk
Atau: 1.
Ho
: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang
mengikuti
pembelajaran
matematika
dengan
metode
konvensional H1
: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang
mengikuti
pembelajaran
matematika
dengan
metode
konvensional 2.
Ho
: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode konvensional
H1
: Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti
55
pembelajaran matematika dengan metode konvensional Kriteria uji: Ho ditolak jika sig < α Peningkatan skor pemahaman dan penalaran pada tiap kelompok penelitian dilihat berdasarkan gain yang ternormalkan dari skor pretes dan postes . Rumus untuk menentukan gain yang ternormalkan adalah sebagai berikut:
Normalized gain =
(3)
postestscore − pretestscore max .score − pretestscore
Uji ANOVA dua Jalur Uji ini dilakukan untuk melihat interaksi antara model pembelajaran
(penemuan terbimbing dan konvensional) dengan level sekolah (sedang dan kurang kurang) dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran siswa. Uji ini juga menggunakan bantuan program SPSS 16 for windows dengan hipotesis: Ho
:
Tidak ada interaksi antara kategori sekolah (sedang dan kurang) dengan
bentuk
pembelajaran
penemuan terbimbing dan
(pembelajaran
konvensional)
dengan
metode
dalam peningkatan
penalaran. H1
:
Ada interaksi antara kategori sekolah (sedang dan kurang) dengan bentuk pembelajaran (pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan konvensional) dalam peningkatan penalaran.
Kriteria Uji : Jika Sig. > α (0,05), maka Ho diterima
56
G. Prosedur Penelitian Untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan mengenai langkahlangkah penelitian ini, maka prosedur yang dilakukan dibuat dalam Diagram 2.1 berikut ini.
Identifikasi masalah dan tujuan penelitian
Penyusunan instrumen penelitian dan bahan ajar
Uji coba instrumen
Analisis hasil uji coba
Perbaikan instrumen
Perlakuan pada kelas kontrol (pembelajaran konvensional)
Pretes
Observasi
Perlakuan pada kelas eksperimen (pembelajaran penemuan terbimbing)
postes
Analisis data postes dan angket
Kesimpulan
Angket