BAB III FITNAH DALAM AL-QURAN A. Ayat-ayat Al-Quran tentang Fitnah Al-Quran diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, tidak diturunkan untuk satu umat atau satu abad. Tetapi untuk seluruh umat dan sepanjang masa. Karena luas ajarannya sama dengan luasnya umat manusia. Dalam Al-Quran ditemukan kata fitnah berjumlah sekitar 81 ayat dan tersebut dalam 34 surat, ayat terbanyak dimuat dalam surat Yusuf (6 ayat), an-Nisa’ dan Al-Kahfi (masing-masing 5 ayat), Thaha, at-Taubah, ash-Shaffat, al-Anfal, al-Baqarah, dan an-Nur (masing 4 ayat), al-Maidah, al-Anbiya’, al-Ankabut dan al-A’raf (masing-masing 3 ayat), Shad, al-Isra’, Yunus, adz-Dzariyat, an-Naml, alHajj, dan al-Qalam (masing-masing 2 ayat) dan ad-Dukhan, al-Hadid, alImran, al-Ahzab, al-Buruj, al-Jin, an-Nahl, al-Furqan, az-Zumar, al-Qamar, alMumtahanah, taghabun dan al-Muddatstsir (masing-masing 1 ayat). Jadi jumlah keseluruhan 81 ayat seperti telah disebutkan di atas. Berdasarkan uraian dari DR. M. Quraish Shihab secara garis besar ayatayat tentang fitnah banyak mengandung arti di dalam Al-Quran antara lain : 1. Fitnah sebagai arti membakar seperti dalam QS. Adz-Dzariyat/51 : 13. 2. Fitnah sebagai arti menyiksa seperti dalam QS al-Buruj/85 : 10. 3. Fitnah sebagai cobaan atau ujian seperti dalam QS al-Anfal/8 : 28 4. Fitnah berarti kesesatan atau penyimpangan dari kebenaran seperti dalam QS. Al-Maidah/5 : 49 dan dalam QS. Al-A’raf/7 : 27. 1 5. Fitnah berarti murtad, kafir, syirik, QS. Al-Baqarah / 2 : 191.2
1
Dr. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Amanah, (Bandung: Pustaka Kartini, 1992), hlm. 167. Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzah, Kitab Tauhid, terj. Ainul Haris Arifin, Agus Hasan Bashori. Cet. I (Jakarta : Darul Haq, 1999), hlm. 5 2
30
31
Dari pendapat tersebut ayat-ayat tentang fitnah dapat dirumuskan masa turunnya surat yaitu makiyyah dan madaniyyah. Makiyyah adalah turunnya sebelum Nabi hijrah, sedangkan madaniyyah adalah turun setelah Nabi hijrah ke Madinah. Di bawah ini penulis akan mengungkapkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang fitnah dengan masa turunnya yaitu turun setelah Nabi hijrah ke Madinah (Madaniyyah) dan masa turunnya sebelum Nabi hijrah (Makiyyah) dengan tabel sebagai berikut: No
1. 2. 3. 4.
Al-Qur'an Surat/Ayat Masa Turunnya Setelah Nabi Hijrah ke Madinah (madaniyyah) an-Nisa’ / 4 : 101 al-Anfal/8 : 28 Al-Mumtahanah/60:5 At-Taghabun/64 : 15
Al-Qur'an Surat/Ayat Masa Turunnya Sebelum Nabi Hijrah (makiyyah) Al-An’am/6:53 Al-Ankabut/29:2 Al-Ankabut/29:3 Ad-Dukhan/44:17
5.
An-Nisa’/4 : 127
Thaahaa/20:40
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
An-Nisa’/4 : 176 al-Baqarah/2:102 Al-Hadiid/57: 14 Al-Maidah/5:49 Al-Imron/3:7 Al-Maidah/5:41 Al-Hajj/22:11 Al-Nur/24:63 Al-Hajj/22:53 At-Taubah/9:48 At-Taubah/9:126 al-Baqarah/2:191 al-Baqarah/2:193 al-Baqarah/2:217 an-Nisa’/4:91 Al-Maidah/5:71 Al-Anfal/8:39 Al-Anfal/8:73 At-Taubah/9:47 Al-Ahzab/33:14 At-Taubah/9:49 Al-Anfal/8:25 Al-Nur/24:4
Shaad/38:24 Thaahaa/20:131 Thaahaa/20:90 An-Naml/27:47 An-Nahl/16:110 Yunus/10:85 Ash-Shaaffat/37:11 Ash-Shaaffat/37:149 Al-Isra’/17:60 Al-Anbiyaa’/21:35 Al-Anbiyaa’/21:111 Al-Furqan/25:20 Al-Ankabut/29:10 Az-Zumar/39:49 Al-Qamar/57:27 Al-A’raaf/7:155 Al-An’am/6:23 Yusuf/12:46 Yusuf/12:43 An-Naml/27:32 Al-Kahfi/18:22 Yusuf/12:41 Thaahaa/20:85
32
No
Al-Qur'an Surat/Ayat Masa Turunnya Setelah Nabi Hijrah ke Madinah (madaniyyah) 29. an-Nisa’/4:25 30. Al-Nur/24:33 31. 32.
Al-Qur'an Surat/Ayat Masa Turunnya Sebelum Nabi Hijrah (makiyyah) Al-A’raaf/7:27 Al-Israa’/17:73 Ash-Shaaffat/37:162 Al-Qalam/68:6
33.
Al-Anbiya’/21:60
34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49.
Al-Muddatstsir/74:31 Al-Buruuj/85:10 Al-Jin/72:17 Yunus/10:83 Ash-Shaaffat/37:63 Adz-Dzariyaat/51:13 Adz-Dzariyaat/51:14 Al-Qalam/68:11 Al-Kahfi/18:60 Al-Kahfi/18:62 Yusuf/12:30 Yusuf/12:36 Al-Kahfi/18:10 Al-Kahfi/18:13 Yusuf/12:62 Al-A’raf/7:168 Dari tabel tersebut di atas tidaklah menyebutkan keseluruhan ayat yang
menyebutkan kata fitnah, tetapi hanya sebagian kecil saja. Namun surah atau ayat tersebut di dalam Al-Qur'an memiliki dua periode masa turunnya yaitu makiyyah dan madaniyyah. Surah makiyyah itu penuh dengan ungkapanungkapan yang kedengarannya amat keras di telinga, huruf-hurufnya seolah menelantarkan api ancaman dan siksaan, masing-masing sebagai penahan dan pencegah, sebagai suara pembawa mala petaka seperti dalam surah Qori'ah dan ayat-ayat berisi tantangan di dalamnya, nasib umat terdahulu, bukti-bukti alamiah dan yang dapat diterima akal, semua ini menjadi ciri-ciri Qur'an surah makiyyah. Dan setelah terbentuk jemaah yang beriman kepada Allah, malaikat, kitab, dan rasul-Nya, kepada hari akhir dan qadar, baik dan buruknya, serta
33
akidahnya telah diuji dengan berbagai cobaan dari orang musyrik dan ternyata dapat bertahan, dan dengan agamanya itu mereka berhijrah karena lebih mengutamakan apa yang ada di sisi Allah daripada kesenangan hidup duniawi. Maka di saat itu kita melihat ayat-ayat madaniyyah yang panjang-panjang membicarakan hukum-hukum Islam serta ketentuan-ketentuan, mengajak berjihad dan berkorban di jalan Allah kemudian menjelaskan dasar-dasar perundang-undangan, meletakkan kaidah-kaidah kemasyarakatan, menentukan hubungan pribadi, hubungan internasional, dan antarbangsa.
Juga
menyingkapkan aib dan isi hati orang-orang munafik, berdialog dengan ahli kitab dan membungkam mulut mereka. Inilah ciri-ciri umum Qur'an yang madaniyyah. B. Asbabun Nuzul Al-Quran diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dan menegakkan azas kehidupan yang berdasarkan
pada
keimanan
kepada
Allah
dan
risalah-Nya.
Juga
memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan datang. Sebagian besar Al-Quran pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi kehidupan para sahabat dan Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah, bahkan kadang terjadi diantara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka Al-Quran turun untuk peristiwa khusus tadi atau untuk pertanyaan yang muncul itu.3 Dengan demikian, maka untuk mengetahui asbabun nuzul sangat besar pengaruhnya dalam memahami makna ayat yang mulia. Oleh sebab itu para ulama sangat berhati-hati dalam memahami asbabun nuzul.4
3
Manna Khalil al Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, terj. Drs. Mudzakir AS, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001), hlm. 106. 4 Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Quran Praktis, terj. Muhammad Qodirun Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), hlm. 21
34
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mencari sebab turun ayat, karena tidak semua ayat Al-Quran diturunkan timbul suatu peristiwa dan kejadian atau karena suatu pertanyaan. Tetapi ada di antara ayat Al-Quran yang diturunkan sebagai permulaan tanpa sebab, mengenai akidah, iman, kewajiban, Islam dan syariat Allah dalam kehidupan pribadi dan sosial. Oleh sebab itu, asbabun nuzul didefinisikan sebagai suatu hal yang karenanya Al-Quran diturunkan untuk menerangkan status (hukum) nya pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.5 Asbabun nuzul surat al-Baqarah ayat 193 diturunkan sehubungan dengan perjanjian Hudaibiyah, ketika Rasulullah saw, dihalang-halangi oleh orang-orang Quraisy untuk memasuki kota Mekkah (Baitullah). Isi pokok perjanjian itu antara lain : agar kaum muslimin melakukan ibadah umrohnya pada tahun berikutnya. Ketika Rasulullah saw dan para pengikutnya telah mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah umroh pada tahun yang telah dijanjikan para sahabat merasa khawatir kalau orang-orang Quraisy tidak menepati janji, bahkan mereka menghalang-halangi atau memerangi untuk masuk ke baitullah (Masjidil Haram). Sedangkan kaum muslimin merasa enggan untuk mengadakan peperangan di bulan haram yang mulia. Ayat-ayat ini diturunkan sebagai penjelasan kepada kaum muslimin bahwa membela diri dengan membalas serangan musuh, sekalipun di bulan mulia tetap diperbolehkan oleh ajaran Islam, seperti itu merupakan hukuman dan balasan bagi orang-orang yang kafir.6 Selanjutnya ayat ke-217 diturunkan sehubungan dengan peristiwa di kala itu Rasulullah mengirim pasukan di bawah pimpinan Abdillah bin Jahsyin. Mereka bertemu dan bertempur dengan pasukan yang dipimpin oleh Ibnu Hadhrami, yang pada pertempuran itu Ibnu Hadhrami terbunuh. Pada waktu itu bulan Rajab, Jumadil Awwal atau Jumadil Akhir, sehingga orangorang membuat berita bahwa kaum muslimin telah melakukan peperangan di
5
Manna Khalil al-Qattan, op.cit. hlm. 109 A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Quran, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), hlm. 72. 6
35
bulan mulia. Sehubungan dengan itu, Allah Swt menurunkan ayat ke-217 ini sebagai peringatan bagi kaum muslimin.7 Allah menurunkan dengan sebab turunnya ayat di atas karena sebagai cobaan atau ujian bagi kaum muslimin dalam Menghadapi kaum Quraisy yang menghalang-halangi untuk memasuki kota Mekkah (Baitullah). Dan memerangi untuk melakukan ibadah umroh ketika itu apakah bulan Jumadil Awwal atau Jumadil Akhir, sehingga Allah memperingatkan kepada kaum muslimin untuk membalas kaum Quraisy yang menyerang sekalipun di bulan mulia dan merupakan hukuman bagi orang-orang kafir. Sebab turunnya ayat, kaum muslimin secara bertubi-tubi mendapat gangguan fitnah dari kaum musyrikin dalam upaya pengembangan dakwah Islamiyah. Fitnahan pertama mengantar Rasulullah dan para sahabat berhijrah ke Habasyah sepulang dari hijrah ini, pengikut Islam semakin berkembang di segala penjuru dan inipun membuat keganasan serta kebringasan kaum musyrikin. Mereka berupaya memenjarakan dan membunuh Rasulullah dengan berbagai cara keganasan ini melatar belakangi Rasulullah diizinkan berhijrah ke Madinah. Dan disana Islam lebih maju lagi, pada suatu saat Rasulullah beserta sahabat hendak melaksanakan haji, dan kaum musyrikin tidak mengijinkan. Rasulullah dihalau tidak boleh memasuki kota Mekkah dan inilah fitnah yang paling berat untuk itu Allah menurunkan ayat ke-39 dari suarat al-Anfal sebagai perintah kepada Rasulullah saw agar mereka bertindak untuk menghancurkan-lumatkan kaum musyrikin.8 Adapun yang menjadi asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) dari surat an-Nahl ayat 110 adalah Ammar bin Yasir ketika berhijrah ke Madinah mendapat siksaan yang kejam, sehingga tidak sadar terhadap apa yang diucapkan, dan tidak mengerti mengapa ia harus berbuat. Hal yang sama menimpa Abu Fukaihah, Bilal bin Rabah, Shuhaib, Amir bin Fuhairah dan kaum muslim yang lain sehubungan dengan peristiwa ini, maka Allah menurunkan ayat ke-110 yang menegaskan janji Allah untuk melindungi 7 8
Ibid., hlm. 90. Ibid., hlm. 148.
36
mereka diselamatkan sampai tujuan setelah penderitaan yang tiada tara mereka hadapi dengan tabah dan sabar.9 Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (al-Maidah/5 : 41) turun berkenaan dengan dua golongan kaum Yahudi, salah satu diantaranya mendzalimi yang lain di zaman Jahiliyah, yaitu mereka memaksakan hukum yang tidak seimbang. Apabila si kuat (kaya) membunuh si lemah (miskin), maka fidyahnya (tebusan) 50 wasaq. Dan sebaliknya apabila si miskin membunuh si kaya, maka fidyahnya 100 wasaq. Ketetapan ini berlaku sehingga Rasulullah saw diutus. Pada suatu ketika si lemah membunuh si kuat dan si kuat mengutus agar si lemah membayar fidyahnya 100 wasaq. Berkata si lemah : Apakah bisa terjadi di dua kampung yang agamanya, turunnya dan negara sama, membayar tebusan berbeda (setengah dari yang lain)? Kami berikan sekarang ini dengan rasa dongkol, tertekan serta takut terjadi perpecahan. Tapi sekiranya Muhammad sampai kemari, kami tidak akan memberikan kepadamu. Hampir saja terjadi peperangan diantara dua golongan itu dan mereka sepakat untuk menjadikan Rasulullah sebagai penengah, mereka mengutus orang-orang kaum munafiq untuk mengetahui pendapat Muhammad. Surat al-Maidah ayat 41 diturunkan memperingatkan kepada nabi, untuk tidak mengambil pusing hal mereka.10 Adapun yang menjadi asbabun nuzul dari surat al-An’am ayat 53 adalah Uthbah bin Rabah, Saibah bin Rabi’ah, Math’an bin Addy, al Harits bin Naufal mereka orang mulia dari bani Abni Manaf, mereka datang dan bertanya kepada Abu Tholib kiranya kemenakanmu, mau mengusir budakbudak maka itu lebih berkenan dihati kami, kami akan lebih taat dan kami mengikuti dia, kemudian Abu Tholib menyampaikan kepada Nabi sehingga
9
Ibid., hlm. 261. KH. Komaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Quran, (Bandung: CV Diponegoro, t.th.), hlm. 177. 10
37
Umar menyarankan kepada nabi untuk mencoba mengikuti ajakan mereka dan akan diketahui apa kemauan, maka turunlah surat al-An’am ayat 53.11 Surat al-An’am ayat 53 sebab turun yang merupakan ujian dari Allah buat si kaya apakah akan membantu si miskin dari sebagian dirinya. Begitu juga si miskin diuji dengan si kaya apakah merasa akan iri hati, dengki dengan jauh dari norma atau nilai-nilai ajaran agama Islam. C. Munasabah Ayat Munasabah (korelasi) dalam pengertian bahasa berarti kedekatan. Dikatakan, si Anu munasabah dengan si Fulan” berarti ia mendekati dan menyerupai si Fulan itu. Dan diantara pengertian ini ialah munasabah illat hukum bab kias, yakni sifat yang berkedekatan dengan hukum. Maka yang dimaksud dengan munasabah ini ialah segi-segi hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain dalam banyak ayat, atau satu surah dengan surah yang lain.12 QS. al-Baqarah/2: 191:
ﺘ ِﻞﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﺪ ِﻣ ﺷ ﻨﺔﹸ ﹶﺃﺘﺍﹾﻟ ِﻔﻢ ﻭ ﻮ ﹸﻛﺮﺟ ﺧ ﻴﺚﹸ ﹶﺃﺣ ﻦ ﻢ ِﻣ ﻫ ﻮﺧ ِﺮﺟ ﻭﹶﺃ ﻢ ﻫ ﻮﺘﻤﻴﺚﹸ ﹶﺛ ِﻘ ﹾﻔﺣ ﻢ ﻫ ﺘﻠﹸﻮﺍ ﹾﻗﻭ ﻢ ﻫ ﺘﻠﹸﻮﻢ ﻓﹶـﺎ ﹾﻗ ﺗﻠﹸﻮ ﹸﻛﻢ ﻓِﻴ ِﻪ ﻓﹶـِﺈ ﹾﻥ ﻗﹶـﺎ ﻘﹶﺎِﺗﻠﹸﻮﻛﹸﻰ ﻳﺣﺘ ﺍ ِﻡﺤﺮ ﺠ ِﺪ ﺍﹾﻟ ِﺴ ﻤ ﺪ ﺍﹾﻟ ﻨﻢ ِﻋ ﻘﹶﺎِﺗﻠﹸﻮﻫﻭﻟﹶﺎ ﺗ ﻦ ﺍ ُﺀ ﺍﹾﻟﻜﹶﺎِﻓﺮِﻳﺟﺰ ﻚ ﹶﻛ ﹶﺬِﻟ Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Ayat tersebut menjelaskan tentang perjanjian Hudaibiyah, ketika Rasulullah saw dihalang-halangi oleh orang-orang Quraisy untuk memasuki kota Mekkah, disitu diadakan suatu perjanjian, yang pada pokok isinya agar kaum muslimin menunaikan ibadah umroh pada bulan Dzulqo’dah tahun berikutnya. Ketika Rasulullah saw serta para sahabatnya berangkat ke Mekkah 11 Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, Asbabun Nuzul, terj. Drs. Rohadi Abu Bakar, (Semarang: CV. Wicaksana, 1989), hlm. 166. 12 Manna Khalil al-Qattan, op.cit., hlm. 137.
38
lagi untuk menunaikan ibadah umroh sebagaimana yang telah dijanjikan oleh orang-orang Quraisy. Tetapi mereka menghalangi atau memerangi untuk masuk ke baitullah (Masjidil Haram) sedang kaum muslimin merasa enggan untuk mengadakan peperangan di bulan yang mulia (haram) dan sebagai penjelasan bagi kaum muslimin apabila mereka diserang oleh musuh maka Allah memperbolehkan kaum muslimin mengadakan peperangan sekalipun di bulan haram. Maka ayat ini dapat memunasabahkan dengan ayat 217 sebagai berikut :
ﺮ ﻭ ﹸﻛ ﹾﻔ ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻦ ﻋ ﺻﺪ ﻭ ﲑ ﺎ ﹲﻝ ﻓِﻴ ِﻪ ﹶﻛِﺒﺎ ٍﻝ ﻓِﻴ ِﻪ ﹸﻗ ﹾﻞ ِﻗﺘﺍ ِﻡ ِﻗﺘﺤﺮ ﻬ ِﺮ ﺍﹾﻟ ﺸ ﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﻚ ﻧﺴﹶﺄﻟﹸﻮ ﻳ ﻭﻟﹶﺎ ﺘ ِﻞﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ِﻣﺒﺮﻨﺔﹸ ﹶﺃ ﹾﻛﺘﺍﹾﻟ ِﻔﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻭ ﻨ ِﻋﺒﺮ ﹶﺃ ﹾﻛﻨﻪﻫِﻠ ِﻪ ِﻣ ﺝ ﹶﺃ ﺍﺧﺮ ﻭِﺇ ﺍ ِﻡﺤﺮ ﺠ ِﺪ ﺍﹾﻟ ِﺴ ﻤ ﺍﹾﻟِﺑ ِﻪ ﻭ ﻦ ﻋ ﻢ ﻨ ﹸﻜﺩ ِﻣ ﺗ ِﺪﺮ ﻳ ﻦ ﻣ ﻭ ﻮﺍﺘﻄﹶﺎﻋﺳ ﻢ ِﺇ ِﻥ ﺍ ﻦ ﺩِﻳِﻨ ﹸﻜ ﻋ ﻢ ﻭ ﹸﻛﺮﺩ ﻳ ﻰﺣﺘ ﻢ ﻧﻜﹸﻘﹶﺎِﺗﻠﹸﻮﺍﻟﹸﻮ ﹶﻥ ﻳﻳﺰ ﻚ ﻭﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ ﺮ ِﺓ ﺍﻟﹾﺂ ِﺧﺎ ﻭﻧﻴﺪ ﻢ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﻬ ﺎﹸﻟﻋﻤ ﺖ ﹶﺃ ﺣِﺒ ﹶﻄ ﻚ ﺮ ﹶﻓﺄﹸﻭﹶﻟِﺌ ﻮ ﻛﹶﺎِﻓ ﻭﻫ ﺖ ﻴﻤﺩِﻳِﻨ ِﻪ ﹶﻓ ﻭ ﹶﻥﺎِﻟﺪﺎ ﺧﻢ ﻓِﻴﻬ ﻫ ﺎ ِﺭﺏ ﺍﻟﻨ ﺎﺻﺤ ﹶﺃ Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.13
13
QS. Al-Baqarah / 2: 217.
39
Dari ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah melarang kaum muslimin mengadakan peperangan di bulan haram karena dibulan itu, bulan yang mulia ketika kaum muslimin mengadakan ibadah umroh, namun kaum Quraisy menghalang-halangi atau memerangi untuk masuk ke baitullah (Masjidil Haram) dan berbuat fitnah lebih besar dosanya di sisi Allah daripada berperang di bulan haram. Allah memperbolehkan kepada kaum muslimin melawan serangan itu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kaum Quraisy kepada kaum muslimin seperti itu merupakan hukuman dan balasan bagi orang-orang yang kafir, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat al-Anfal ayat 39.
ﺎﻪ ِﺑﻤ ﺍ ﹶﻓِﺈﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻬﻮ ﺘﻧﻪ ِﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﻓِﺈ ِﻥ ﺍ ﻦ ﹸﻛﻠﱡ ﻳﻳﻜﹸﻮ ﹶﻥ ﺍﻟﺪﻭ ﻨ ﹲﺔﺘﺗﻜﹸﻮ ﹶﻥ ِﻓ ﻰ ﻟﹶﺎﺣﺘ ﻢ ﻭﻗﹶﺎِﺗﻠﹸﻮﻫ ﲑ ﺼ ِ ﺑ ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ ﻌ ﻳ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya, Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.14 Ayat di atas menjelaskan bahwa barang siapa yang menghalang-halangi untuk berjihad di jalan Allah atau memasuki ke masjidil Haram maka dia akan mendapat balasannya, sehingga tidak ada lagi fitnah dan Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan. Sedang surat Yusuf ayat 30 yang menjelaskan tentang ujian atau cobaan dan yang menimpa pada Nabi Yusuf as yaitu sebagai berikut :
ﺎﺍﻫﻨﺮﺎ ﹶﻟﺎ ِﺇﻧﺣﺒ ﺎﻐ ﹶﻔﻬ ﺷ ﺪ ﺴ ِﻪ ﹶﻗ ِ ﻧ ﹾﻔ ﻦ ﻋ ﺎﺎﻫ ﹶﻓﺘﺍ ِﻭﺩﺗﺮ ﻌﺰِﻳ ِﺰ ﺮﹶﺃﺓﹸ ﺍﹾﻟ ﻣ ﻨ ِﺔ ﺍﻤﺪِﻳ ﻮ ﹲﺓ ﻓِﻲ ﺍﹾﻟ ﺴ ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﻧ ﲔ ٍ ِﺒﺿﻠﹶﺎ ٍﻝ ﻣ ﻓِﻲ “Dan wanita-wanita di kota berkata: “Istri al-Aziz menggoda bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu adalah sangat mendalam, sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata.”15 14 15
QS. Al-Anfal/8 : 39. QS. Yusuf/12 : 30.
40
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang isteri menteri al-Aziz telah menggoda kepada Nabi Yusuf dengan menfitnah untuk melanyaninya. Namun Nabi Yusuf tidak melayani apa yang menjadi ajakan Zulaihah. Maka Yusuf dicebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan bahwa dialah yang mencoba menggoda terhadap Zulaihah. Walaupun sudah jelas, bahwa Yusuf tidak melakukan perbuatan tersebut maka nabi Yusuf mencoba untuk sabar dan kuat dalam menghadapi ujian atau cobaan yang menimpanya dan Dia memilih dipenjarakan dari pada diuji dalam hal wanita. Ketika dimasukkan dalam penjara, perasaan Yusuf bercampur antara sedih dan gembira, sedih karena ia dipenjarakan dengan tuduhan yang keji itu, sehingga akan mengundang penilaian negatif orang yang tidak mengerti kebenaran yang sesungguhnya tentang dirinya. Gembira karena ia terbebas dari rumah tuannya, dan fitnah. Akan tetapi penjara baginya merupakan awal kebaikan nasib (betapa banyak kebaikan itu tersimpan di balik kesengsaraan dan kepedihan). Yusuf dimasukkan penjara bersama dua orang pemuda pelayan raja.
Mereka adalah Nabo, kepala bagian minuman raja.
Malhab, kepala bagian kue-kue.
Dan
Keduanya dituduh mencoba melakukan
pembunuhan terhadap raja dengan racun. Setelah berapa lama di penjara, mereka bermimpi yang kemudian Nabo menceritakan:saya bermimpi memeras anggur yang akan saya jadikan khamr. Sedangkan Malhab menceritakan: saya bermimpi membawa kue di atas kepala lalu, ketika itu datanglah burung memakan kue itu. Setelah keduanya menceritakan masing-masing mimpinya, mereka meminta kepada Yusuf untuk menta’wilkan mimpi lantaran ta’wil dan kebaikan.16
Maka ayat tersebut dapat dimunasabah dengan ayat 36
ﻲ ِﺇﻧﺧﺮ ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟﹾﺂ ﺍﻤﺮ ﺧ ﺼﺮ ِ ﻋ ﺍﻧِﻲ ﹶﺃﻲ ﹶﺃﺭﺎ ِﺇﻧﻫﻤ ﺪ ﺣ ﺎ ِﻥ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﺘﻴﻦ ﹶﻓ ﺠ ﺴ ﺍﻟﻌﻪ ﻣ ﺧ ﹶﻞ ﺩ ﻭ ﲔ ﺴِﻨ ِﺤ ﻦ ﺍﹾﻟﻤ ﻙ ِﻣ ﺍﻧﺮ ﺎﺘ ﹾﺄﻭِﻳِﻠ ِﻪ ِﺇﻧﺎ ِﺑﺒﹾﺌﻨﻧ ﻨﻪﺮ ِﻣ ﻴﺗ ﹾﺄﻛﹸﻞﹸ ﺍﻟ ﱠﻄ ﺍﺒﺰﺧ ﺭﹾﺃﺳِﻲ ﻕ ﻮ ﺣ ِﻤﻞﹸ ﹶﻓ ﺍﻧِﻲ ﹶﺃﹶﺃﺭ 16
Afif Abdul al-Fatah Thabrahah, Nabi-nabi dalam Al-Quran, terj. Tamyies Dery, (Semarang: Toha Putra, 1985), hlm. 259.
41
Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur." Dan yang lainnya berkata: "Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagianya dimakan burung." Berikanlah kepada kami ta'birnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi).17 Lalu ayat di atas, dilanjutkan dengan ayat 43 yang menceritakan tentang seorang raja bermimpi yang dapat menggelisahkan pikirannya, maka ia kumpulkan semua dukun dan orang-orang yang pandai dan dalam mimpinya bahwa raja bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang kurus kering memakan tujuh ekor sapi yang gemuk, tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum yang kering dan raja memerintahkan kepada kaumnya untuk menta’wilkan mimpinya jika bisa menta’wilkan.18 Maka ayat ini berbunyi sebagai berikut:
ﺕ ٍ ﺒﻠﹶﺎﻨﺳ ﻊ ﺒﺳ ﻭ ﻑ ﺎﻊ ِﻋﺠ ﺒﺳ ﻬﻦ ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛﹸﻠ ﺎ ٍﻥﺕ ِﺳﻤ ٍ ﺍﺑ ﹶﻘﺮ ﻊ ﺒﺳ ﻯﻲ ﹶﺃﺭ ِﺇﻧﻤِﻠﻚ ﻭﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﹾﻟ ﻭ ﹶﻥﺒﺮﻌ ﺗ ﺎﺅﻳ ﺮ ﻢ ﻟِﻠ ﺘﻨﻱ ِﺇ ﹾﻥ ﹸﻛ ﺎﺅﻳ ﺭ ﻮﻧِﻲ ﻓِﻲﻤﹶﻠﺄﹸ ﹶﺃ ﹾﻓﺘ ﺎ ﺍﹾﻟﻳﻬﺎﹶﺃﺕ ﻳ ٍ ﺎﺎِﺑﺴﺮ ﻳ ﺧ ﻭﺃﹸ ﻀ ٍﺮ ﺧ Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya) sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering, hai orang-orang yang terkemuka: terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi.19 Maka ayat di atas dapat dimunasabahkan dengan ayat 46 yaitu sebagai berikut:
ﺒ ِﻊﺳ ﻭ ﻑ ﺎﻊ ِﻋﺠ ﺒﺳ ﻬﻦ ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛﹸﻠ ﺎ ٍﻥﺕ ِﺳﻤ ٍ ﺍﺑ ﹶﻘﺮ ﺒ ِﻊﺳ ﺎ ﻓِﻲﻖ ﹶﺃ ﹾﻓِﺘﻨ ﻳﺼﺪ ﺎ ﺍﻟﻳﻬﻒ ﹶﺃ ﺳ ﻮﻳ ﻮ ﹶﻥﻌﹶﻠﻤ ﻳ ﻢ ﻌﻠﱠﻬ ﺱ ﹶﻟ ِ ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨﺭ ِﺟﻊ ﻌﻠﱢﻲ ﹶﺃ ﺕ ﹶﻟ ٍ ﺎﺎِﺑﺴﺮ ﻳ ﺧ ﻭﺃﹸ ﻀ ٍﺮ ﺕ ﺧ ٍ ﺒﻠﹶﺎﻨﺳ (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi 17
QS. Yusuf / 12: 36. Afif Abdul al-Fatah Thabrahah, Nabi-nabi dalam Al-Quran, terj. Tamyies Dery, (Semarang: Toha Putra, 1985), hlm. 265. 19 QS. Yusuf / 12: 43. 18
42
betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya."20 Ayat di atas menjelaskan tentang seorang kepala bagian penyediaan minuman itu pergi menemui Yusuf di dalam penjara sebagai utusan raja yang akan menyampaikan pesan Yusuf yang telah terlupakan beberapa tahun yang lalu kemudian ia menerangkan tujuan pokok kunjungannya dan pelayan itu berkata kepada Yusuf : “Hai sahabat lamaku, dulu kau pernah menta’wilkan mimpiku dan ternyata ta’wilmu itu tepat sekali, sekarang ta’wilkan mimpi raja kita dihadapanku untuk aku ceritakan kepadanya, sehingga orang-orang tahu kelebihan dan kedudukanmu dalam masalah ilmu itu, isi mimpi itu ialah, ada tujuh ekor sapi kurus kering memakan tujuh ekor sapi lainnya yang gemukgemuk dan tujuh tangkai gandum yang hijau serta tujuh tangkai gandum lainnya yang kering. Yusuf segera memenuhi permintaan sahabatnya dan menta’wilkan mimpi rajanya dan Yusuf berkata kepada kepala penyediaan minum, Raja Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun. Kamu
sekalian
harus
mempergunakan
untuk
bercocok
tanam
sebagaimana biasa. Kemudian akan datang musim kering (paceklik) selama tujuh tahun pula. Oleh karena itu, hasil panen pada musim subur itu harus disimpan semuanya. Kecuali yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hingga ada cadangan untuk mencukupi kebutuhan makan pada musim paceklik nanti. Simpanan itupun sangat minim untuk menutupi kebutuhan kalian, jika terdapat sisa hanya cukup sebagai benih musim tanam berikutnya.21 Demikian penta’wilan Yusuf tentang mimpi raja yang menjelaskan bahwa akan datang dua musim yaitu musim subur selama tujuh tahun lamanya dan akan tiba pula musim paceklik selama tujuh tahun pula yang akan menimpa kepada penduduk Mesir sebagai ujian atau cobaan Allah kepada penduduk Mesir pada saat itu. Sebelumnya Yusuf diuji Zulaihah istri Aziz (seorang Raja) yang tergoda ketampanan Yusuf sehingga terjadilah fitnah, 20 21
QS. Yusuf / 12: 46. Ibid., hlm. 266.
43
namun Yusuf teguh imannya dan sabar dalam menghadapi cobaan itu lalu dipenjarakan, sampai Yusuf membuktikan bahwa tidak bersalah. Setiap cobaan yang menimpa manusia mengenai keduniaan dapat diperoleh gantinya dengan keuntungan yang lebih besar. Tetapi cobaan dalam bentuk keagamaan merupakan kerugian yang amat besar dan tak ada penggantinya. Karena itu, ketika Nabi Yusuf diberi pilihan antara cobaan yang akan menimpanya di dunia yaitu dipenjarakan dan mendapat kehinaan atau cobaan dalam bentuk keagamaan, yaitu rayuan wanita jelita.
Yusuf
memilih dipenjara dari pada menuruti rayuan wanita yang hatinya tertambat kepadanya.22
22
Dr. Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, terj. Jazirotul Islamiyah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), hlm. 178.