BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SEMANTIK, FUNGSI, DAN MAKNA KATA DOUMO
2.1 Semantik 2.1.1 Pengertian Semantik Dalam mempelajari bahasa, kita mengenal empat komponen besar yakni fonologi yang mempelajari bunyi, sintaksis yang mempelajari tentang susunan kalimat, morfologi yang mempelajari tentang bentuk kata, dan semantik yang mempelajari tentang makna kata.Dalam kamus bahasa Indonesia (2005 : 548) semantik adalah (1) arti, makna (2) maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk pembahasan. Sehingga bila mempelajari tentang makna suatu kata, maka kita harus berbicara tentang salah satu cabang linguistik yaitu semantik. Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah untuk menyampaikan suatu makna (Sutedi, 2003 : 111). Misalnya, seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicara bisa memahami apa yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan dengan baik. Adapun makna yang dibahas dalam semantik adalah makna kata-kata yang berhubungan dengan benda-benda konkrit seperti batu, hujan, rumah, mobil, dan sebagainya.Kemudian hal-hal yang abstrak seperti cinta, dendam, kasih sayang, dan sebagainya. Selain itu semantik juga membahas makna kata-kata
seperti dan, ke, pada, to, at, of yang maknanya tidak jelas kalau tidak dirangkai dengan kata-kata lain (Lubis, 2002 : 29)
2.1.2 Jenis-Jenis Makna dalam Semantik Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Dalam Ensiklopedia Britanica (dalam Pateda, 2001:7) dinyatakan bahwa semantik adalah studi tentang hubungan antara satu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara. Semantik sebagai salah satu sub disiplin linguistik yang membahas tentang bagaimana makna yang terdapat dalam sebuah proses pemaknaan baik pada pihak si pembicara maupun si pendengar dalam sebuah pembicaraan. Dalam perannya untuk membahas tentang makna, beberapa pakar linguistik telah berusaha untuk menjabarkan jenis-jenis makna sesuai dengan pandangannya masing-masing. Leech dalam Chaer (1994 : 290) membedakan makna kedalam 7 tipe, diantaranya: 1. Makna Konseptual Disebut juga sebagai makna denotatif atau makna kognitif.Dalam pengertian luas tipe makna ini dianggap sebagai faktor sentral dalam komunikasi bahasa, hal ini disebabkan karena makna konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit. 2. Makna Konotatif Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual.
3. Makna Refleksi Makna Refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, apabila suatu pengertian kata membentuk sebagian dari respon kita terhadap pengertian lain. 4. Makna Kolokatif Makna Kolokatif merupakan makna yang terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung mucul didalam lingkungannya. 5. Makna Afektif Merupakan makna yang mencerminkan perasaan pribadi penutur, termasuk sikapnya terhadap pendengar, atau sikapnya terhadap sesuatu yang dikatakannya. 6. Makna Stilistik Merupakan makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya.Makna ini terbentuk dari pandangan terhadap aspek komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan. Makna reflektif, kolokatif, afektif dan stilistik: kesemuanya itu lebih merupakan makna konotatif daripada makna konseptual, semua jenis makna tersebut memiliki karakter terbuka, tanpa batas dan memungkinkan dilakukannya analisis menurut skala atau jarak dan bukannya suatu analisis yang diskret. Semua tipe makna ini dapat disatukan kedalam satu kategori besar, yaitu makna asosiatif. 7. Makna Tematik Merupakan makna yang dikomunikasikan menurut penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus dan penekanan.
Sedangkan Chaer (1994: 289) mengemukakan beberapa jenis makna, diantaranya: 1. Makna Leksikal Merupakan makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Bisa juga dikatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna yang apa adanya. Oleh karena itulah, barangkali banyak orang mengatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang ada didalam kamus. 2. Makna Gramatikal Makna yang baru muncul jika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya, dalam proses afiksasi prefiks “ber-” dengan “baju” melahirkan makna gramatikal “mengenakan baju”. 3. Makna Kontekstual Makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam suatu konteks. Misalnya dalam kalimat:
Adik jatuh dari sepeda. (Dalam hal ini, kata “jatuh” berarti jatuh dari atas ke bawah.)
Dia jatuh dalam ujian yang lalu. (Dalam hal ini, kata “jatuh” berarti mengalami kegagalan.)
4. Makna Referensial Makna referensial adalah makna pada leksem yang didasarkan pada referensi atau acuannya.Kata-kata yang bermakna referensial memiliki acuan dalam dunia nyata, misalnya pada kata ayam, merah, dan sebagainya.
5. Makna Non Referensial Makna non refernsial adalah makna yang tidak mempunyai acuan atau referensi.Seperti kata dan, karena, supaya, adalah tidak termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena tidak mempunyai referens. 6. Makna Denotatif Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi sebenarnya makna denotatif ini sama dengan makna leksikal. 7. Makna Konotatif Makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang ada pada sebuah leksem. 8. Makna Kata Makna kata adalah makna yang lebih jelas yang dimiliki oleh suatu kata jika kata tersebut sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. 9. Makna Istilah Merupakan makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks.Namun perlu diingat bahwa sebuah istilah ini hanya digunakan pada bidang-bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. 10. Makna Konseptual Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual pada dasarnya sama dengan makna leksikal atau makna yang sebenarnya.
11. Makna Asosiatif Merupakan makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkaitan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa.Misalnya kata “merah” berasosiasi dengan keberanian, kata “hitam” berasosiasi dengan kejahatan. 12. Makna Idiomatikal Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. 13. Makna Peribahasa Makna peribahasa merupakan makna yang masih bisa ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan makna peribahasa. 14. Makna Kias Makna kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya.Semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.Misalnya pada kata puteri malamyang bermakna bulan dan raja siang yang bermakna matahari. Sedangkan Sutedi (2003:106) mengemukakan beberapa jenis makna dalam bahasa Jepang, diantaranya adalah: 1. Makna Leksikal Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut juga dengan jishoteki-imi ( 辞書的意味) atau goiteki-imi (語彙的意味).Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indera
dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. 2. Makna Gramatikal Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi (文法的 意味), yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, joshi 「 助 詞 」 (partikel) dan jodoushi 「 助 動 詞 」 (kopula) tidak memiliki makna leksikal namun memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam sebuah kalimat. 3. Makna Denotatif Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki-imi (明示的意味) atau gaien (外延).Makna denotatif adalah makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. 4. Makna Konotatif Dalam bahasa Jepang disebut anjiteki-imi (暗示的意味) atau naihou (内 包), yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya. 5. Makna Dasar Makna dasar disebut dengan kihongi (基本義), makna dasar merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata.Makna asli yang dimaksud adalah makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.
6. Makna Perluasan Makna perluasan disebut tengi ( 転 義 ) yakni merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya adalah akibat penggunaan secara kiasan (majas).
2.2Fungsi dan Makna Kata Doumo 2.2.1 Fungsi Kata Doumo Kata doumo memiliki bermacam-macam fungsi dalam penggunaannya pada percakapan bahasa Jepang di kehidupan sehari-hari, Mizutani (1992 : 179) dalam bukunya Fukushi no Imi to Youhou mengatakan bahwa katadoumosendiri termasuk
dalam
fukushi(kata
keterangan).Fukushiadalah
kata-kata
yang
menerangkan verba, adjektiva, dan adverbial, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara (Matsuoka, 2000 : 344). Situmorang(2007:40)juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan fukushi adalah kata yang dapat berdiri sendiri, tidakberkonjugasi, tidak dapat menjadi subjek, predikat, dan objek, dan berfungsimenerangkan doushi, keiyoushi, dan fukushi, lainnya. Jadi, fukushi pada kata doumo berfungsi untuk menyatakan perasaan yang tidak dapat dikatakan secara pasti. Fukushi memiliki berbagai jenis sesuai dengan nama-nama (istilah) jenis fukushi tersebut. Menurut Terada Takanao dalam Sudjianto (2004 : 166-167) membagi fukushi menjadi tiga macam sebagai berikut : 1. Jootai no fukushi Jootai no Fukushi berfungsi terutama menerangkan keadaan verba yang ada pada bagianberikutnya.
2. Teido no Fukushi Teido no fukushi berfungsi terutama menerangkan tingkat, taraf, kualitas, atau derajat keadaan yoogen (verba, ajektiva-i, ajektiva-na) yang ada pada bagian berikutnya. 3. Chinjutsu no Fukushi Chinjutsu no fukushi adalah fukushi yang memerlukan cara pengucapan khusus, disebut juga jojutsu no fukushi atau koo’o no fukushi. Menurut Mizutani (1992 : 178), kata doumo dikelompokkan dalam fukushi khusus yaitu fukushi yang dapat digunakan dalam tuturan tapi umumnya hampir tidak mempunyai sebuah makna. Menurut Kim (1996 : 33) kata doumobiasanya berfungsi untuk menyatakan ungkapan permintaan maaf dan terimakasih. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Shiang(2007 : 68), bahwa kata doumomempunyai fungsi terimakasih. Namun, lebih lengkapnya adalah fungsi-fungsi kata doumo menurut Mizutani (1992 : 178 – 179) sebagai berikut ini: 1.
Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan suatu keadaan atau situasi yang cenderung negatif. Fungsi kata doumo ini terbagi 2, yaitu : 1.1 Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan suatu keadaan yang dirasakan oleh sepihak, yaitu pihak yang mengutarakan hal tersebut kepada lawan bicaranya namun diikuti bentuk negatif. Contoh : 近ごろどうも食事がうまくない. Chikagoro doumo shokuji ga umakunai. “Akhir-akhir ini makanan tidak enak.”
1.2 Kata doumo yang berfungsi untuk menyimpulkan serta memperkirakan suatu keadaan yang dirasakan oleh sepihak, yaitu pihak yang mengutarakan hal tersebut kepada lawan bicaranya namun tidak diikuti bentuk negatif. Contoh : どうも風邪をひいたらしい. 頭がひどく痛い. Doumo kaze o hiitarashii.Atama ga hidoku itai. “Sepertinya saya sakit flu.Kepala saya sangat sakit.” 2 Kata doumo dalam bentuk “doumo ne” yang berfungsi sebagai jawaban atau respon, yang disertai dengan interjeksi kepada lawan bicara atas pendapat atau pernyataan yang ia sampaikan. Contoh : ア :あいつ最近変だとおもわないか Aitsu saikin hen da to omowanai ka “Akhir-akhir ini orang tersebut aneh kan” イ :うん、どうもね Un, doumo ne “Iya, saya berpikir demikian juga” 3 Kata doumo yang berfungsi menunjukkan ungkapan terimakasih dan permintaan maaf. Contoh pada ungkapan terimakasih: どうもいろいろとお世話になりまして、ありがとうございました. Doumo iroiro to osewani narimashite, arigatou gozaimashita. “Karena selama ini sudah merawat saya, saya mengucapkan terimakasih.”
Contoh pada ungkapan permintaan maaf: すっかり遅くなって、どうもすいませんでした. Sukkari osokunatte, doumo suimasen deshita. “Saya meminta maaf atas keterlambatan saya.” 4 Kata doumo yang berfungsi sebagai salam (Aisatsu), yang biasanya digunakan saat perkenalan atau jumpa pertama. Contoh : ア : もしもし、津田です Moshi moshi, Tsuda desu “Halo, saya Tsuda.” イ : 八木です。どうも Yagi desu.Doumo “Saya Yagi. Senang berkenalan dengan mu” ア : どうも Doumo “Senang berkenalan dengan mu.”
Berdasarkan
pendapat
dari
Kim,
Shiang,
dan
didukung
serta
disempurnakan oleh pendapat Mizutani maka penulis akan membahas fungsi dan makna kata doumo pada komik Gokusen karya Kozueko Morimoto.
2.2.2 Makna Kata Doumo Dalam memaknai kata doumo sebenarnya berkaitan dengan kata-kata pada konteks percakapan, baik sebelum maupun sesudahnya. Menurut Mizutani (1992 : 178) kata doumo adalahkata petunjuk yang hampir tidak memiliki arti.
Makna pada kata doumo pada umumnya tidak memiliki arti yang sebenarnya seperti yang terdapat di dalam kamus, bahkan tidak jarang terdapat kata doumo dalam suatu konteks percakapan yang tidak memiliki arti secara leksikal namun memiliki makna, yaitu untuk menekankan kata doumo, baik sebelum maupun sesudah kontekspercakapan tersebut.