9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Media Film Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Gerlach dan Ely (1971)
mengatakan
bahawa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku. Teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Adapun pengertian media secara khusus dalam proses belajar mengajar sering diartikan sebagai alat-alat grafish, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menysun kembali informasi visual atau verbal. Kata media pendidikan seringkali digantikan sebagai alat bantu atau media komunikasi. Menurut Hamalaik (1986), hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagne’dan Briggs (1975) Media pembelajaran meliputi
alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri dari anatara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gamabar bingkai), foto, gamabar, grafik, televisi dan komputer. Menurut Hamalik (1986), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
10
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan menyampaikan pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Selain dengan uraian ini, Yunus (1942:78) dalam bukunya Attar biyatu watta’liim mengemukakan sebagai berikut :bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahamannya dibandingkan dengan orang yang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamnnya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat dan mendengarnya. Senada dengan itu Tjokrodikaryo mengemukakan bahwa ; “ fungsi dari pada media pendidikan, yaitu, 1) merangsang siswa untuk aktif belajar dan tidak merasa bosan dalam belajar, 2) mendorong motivasi belajar dan menerangkan sifat ingin tahu, sehingga situasi kelas tidak membosankan, 3) memungkinkan interaksi guru dengan siswa, siswa denagn sesamanya, dan siswa dengan lingkungannya, 4) memungkinkan siswa belajar sesuai dengan pilihan yang berdasarkan kemampuan dan kesenangan. Media berfungsi untuk tujuan intruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-
11
prinsip belajar agar dapat menyiapkan intruksi yang efektif. Disamping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa. Pernyataan ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kemp & Dayton (1985:3-4) yang meyatakan bahawa banyak keuntungan penggunan media pembelajaran, penerimannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitiannya yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut : 1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut. 2. Pembelajaran biasa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahawa media memiliki aspek motivsi dan meningkatkan minat.
12
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan pengautan. 4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukkan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa. 5. Kualitas hasil beljara dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikkan dengan baik, spesifik, dan jelas. 6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukkan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. 7. Sikapa positif siswa terhadap apa yang mereka pelajarai dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mebgajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat. Berawal dari beberapa pengertian di atas maka dapat diartikan bahawa film merupakan salah satu media atau alat bantu pendidikan. Film sebagai alat bantu
13
pendidikan adalah bagian komponen sumber belajar yang mengandung materi intruksional yang dapat dilihat, didengar. Oleh karena itu keberadaan media film sebagai media atau alat bantu pendidikan dapat membantu dan merangsang siswa untuk belajar dan lebih memahami mater yang diajarkan. Hal tersebut senada dengan Arsyad (2004:49) yang mengemukakan bahwa film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi farme diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Sementara itu Agee (dalam Ardianto dkk 2004 : 134) mengemukakan bahwa film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual. Istilah film digunakan untuk menamakan gulungan serangkaian gambar-gambar yang diambil dari objekobjek yang bergerak dan akhirnya proyeksi dari hasil pengambilan gambar tersebut menjadi sebuah gambar hidup yang bias ditonton oleh publik.
B. Fungsi, Jenis-Jenis, Karakteristik Film 1. Fungsi Film Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalyak menonton film adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informative dan edukatif. Senada dengan itu misi perfilman nasional Indonesia 1979 dari Effendy, dalam Ardianto dan Erdianya (2004 :1360 mengemukakan bahawa selain sebagai media hiburan film nasional juga dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building.
Adapun fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional
14
memproduksi film-film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang. 2. Karakteristik Film Menurut Ardianto dkk (2004 : 138) faktor-faktor yang dapat menunjukan karakteristik film adlah : layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis. Karakteristik film tersebut adalah sebagai berikut : Layar yang luas / lebar, film dan televise sma-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Sehingga memberikan keleluasaan penonton untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Apalagi dengan kemajuan teknologi, layar film bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah- olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. Pengambilan gambar, sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot, yakni pandangan menyeluruh. Konsentrasi penuh, dari pengalaman kita masing-masing disaat kita menonton film dibioskop, bila temapat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-pintu di tutup, lampu dimatikan di depan kita layar yang luas dengan gambar-gambar film dan ceritanya. Identifikasi psikoloi, kita semua dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan persaan kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan kita yang amat mendalam sering kali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidentifikasi) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam
15
film itu, seolah-olah kita lah yang sedang berperan. Gejala ini menurut jiwa social disebut sebagai idetifikasi psikologis. (Effendy, 1981) 3. Jenis- jenis Film Menurut Hamalik (1986: 111) mengemukakan bahwa film dikelompokkan menjadi 10 jenis, yaitu : 1) film informasi, 2) film kecakapan atau drill, 3) film apresiasi, 4) film documenter, 5) film rekreasi, 6) filmepisode, 7) film science, 8) film berita, 9) filkm industry dan 10) film provokasi Sementara itu Ardianto dkk (2004 : 140) membagi film menurut jenisnya adalah sebagai berikut : film cerita, film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan bintang tenar dan film ini didistibusikan sebagai barang dagangan. Film berita adalh film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada public harus mengandung berita, seperti perang, kerusukan, pemberontakan yang terjadi di suatu daerah. Film dokumenter, film dokumenter didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai karaya cipta mengenai kenyataan ( creative treatment of actually), film dokumneter merupakan hasil interpretasi pembuatannya mengenai kenyataan. Film kartun, film kartun adalah film yang pada umumnya dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan-lucuan dari para tokoh pemainnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonya karena penderita tokohnya.
16
Sekalipun menghibur, dapat pula film kartun mengandung unsure pendidikan minimal akan dapat merekam kalau ada tokoh jahat dan tokoh baik. Film episode, film episode adalah film yang terdiri dari edisi-edisi yang pendek. Biasanya direlease dalam jenis film rekreasi, industry, atau film televise. Film provokasi, film ini dikasudkan untuk menjalani tujuan-tujan study group orang dewasa, tetapi juga digunakan untuk anak-anak disekolah dalam pelajaran tertentu seperti studi social, etika, etiquette, dan sebagainya. Film provokasi mendorong dsikusi. Pada penelitian ini film yang digunakan adalah film documenter. Film documenter adalah film yang menyajikan peristiwa atau kejhadian yang benarbenar terjadi.
C. Penggunaan Media Film Dalam Kelas Dalam penggunaan film guru harus mengenal film sehingga dapat lebih dahulu mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. Sesudah film dipertunjukkan perlu diadakan diskusi yang bertujuan mengetahui kedalaman isi film. Adaklanya film perlu diputar dua kali atau lebih untuk lebih memperoleh pemahaman. Agar anakanaka jangan memandang film itu sebagai hiburan, sebelumnya kep[ada mereka dituagaskan untuk memperhatikan criteria film itu sendiri. Sesudah itu dapat ditest untuk mengetahui berapa banayakah yang dapat mereka tangkap dari film itu. Film menarik sekali sebagai alat pengajaran dan hendaknya mendapat perhatian yang lebih baik. Lebih rincinya perlu ditempuh langka-langkah atau prosedur
17
penggunaan film dalam kelas seprti yang diungkapkan oleh Hamalaik (1986:106) diantaranya sebagai berikut : 1. Langkah persiapan guru. Terlebih dahulu guru mempersiapkan unit pelajaran kemudian memilih film sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Setelah guru memilih film, kemudian diintegrasikan dengan rencana pengajaran. Sebiaknya film tersebut dicoba dulu (preview) melalui preview guru dapat memperoleh data yang lengkap tentang film yang akan dipergunakannya. 3. Guru merencanakan secara ekplisit bagaiaman mengkorelasikan film dengan kegaiatan-kegiatan
lainnya,
seprti
diskusi
kelaompok,
laboratorium
perpusatakaan, kerja kreatif siswa. 4. Langkah persiapan kelas. Persiapan kelas bukan hanya berupa persiapan ruangan dan semua perlengkapan yang diperlukan tetapi juga mempersiapkan anak-anak dalam menghadapi pengajaran dengan film itu. Siswa perlu mengetahui film apa yang digunakan, apa yang hendak dilihat, atau dicari dalam film, dan menceknya dalam teks film itu. Mereka harus sudah siap kata-kata baru atau kata-kata asing, symbol-simbol, dan sebagainya. Dengan persiapan nini mereka diaharapkan memberikan reaksi secara cerdass terhadap unsure-unsur tertentu yang terdapat dalam film. 5. Langkah penyajian. Film harus dipelajari, bahkan apabila diperlukan pertunjukan diulangi kembali tergantung pada maslah yang dibicarakan oleh kelas. Alat-alat perlengkapan harus dipersiapkan seperti: proyektor, layar, pengeras suara, film, mengatur akustik ruangan dan temapkduduk siswa.
18
6. Follow up dan aplikasi. Sesudah pemutaran film diperlukan adanya kegiatankegiatan lanjutan sebagai aplikasi dengan maksud memperkuat dan lebih menguasai serta memperluas pengetahuan yang mereka peroleh. Kegaiatakegiatan itu dapat berupa test, dan tuigas kelompok. 7.
Membuat record berupa catatan yang berisis koprelasi film dengan pelajaran dan penemuan-penemuan dalam film, selain itu dicatat pula reaksi-reaksi siswa terhadap film.
D. Keunggulan dan Keterbatasan Film 1. Keunggulan Film Film sebagai media pendidikan memeiliki beberapa keunggulan, oleh karena itu Hamalik (1986 : 103) mengemukakan bahwa film mempunyai keunggulan bagi pendidikan anatara lain : Film adalah media yang baik guna memeperlengakpi pengalaman-pengalaman dasar bagi kel;as untuk membaca, diskusi, kontribusi, dan kegiatan belajar lainnya. Film merupakan alat ganti, tetapi anak-anak merasa turut serta didalamnya, karena ia mengidentifikasikan dirinya ke dalam karakter film tersebut. Film menyajikan yang lebih baiak tidak terikat pada kemampuan intelektual. Baik anak yang bodoh mapun anak yang pandai akan merasakan manfaat dari adanya, walaupun tingkatannya berbeda. Pada penyajiannya siswa secara bersama-sama dapat menyaksikan film yang diputar. Berabagai pesan dan kesan akan diperoleh siswa dari pemuaran suatu film didalam kelas.
19
Mengandung banyak keuntungan ditinjau dari segi pendidikan, anatara lain meningkatkan perhatian nak, dan terjadi berbagai asosiasi di dalam jiwanya. Siswa akan mengidentifikasi baik analaogi gamabar amaupun karakteristik gamabar film tersebut. Mengatasi pembatasan dalam jarak dan waktu. Melalui film hal-hal yang terlalu kecil, terlalu lambat dapat diamati dengan mata. Film yang ditayangkanb dalam bentuk documenter pada umumnya merupakan kejadian yang nyata, namun dalam kurun waktu kurang dari sejaman dengan penonton. Oleh karena itu dengan film peristiw yang terjadi dalam jeda waktu ribuan tahu dapat diringkas menjadi beberapa jam saja. Film
menunjukan
suatu
subjek
dengan
perbuatan.
Film
dapat
mendemontrasikan berbagai hal yang tidak mungkin dialami secara langsung, misalnya lapisan-lapisan lithosper dan sebagainya. Selain Hamalik, Arsyad (2004 : 49) mengemukakan bahawa film mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut : film dapat melengkapi penglamanpengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktek, dan laian-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara jantung ketika berdenyut. Film dapat menggambarkan proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang bnjika dipandang perlu. Pada penyajiannya film dapat ditayang ulanag apabila didalamnya banayk muatan pendidikan yang tidak bias sekali di cerna
20
siswa mampu memahaminya. Film menjadikan pesan dan kesan yang tersirat sehingga memerlukan pemahaman dan penghayatan yang lebih. Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film menanamkan sikap dan segi afektif lainnya. Misalnya fil kesehatan yang enyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor dapat membuat siswa sadar akan pentingnya kebersihan makanan dan lingkungan. Film mengandung nilai-niali positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan film dapat membawa ndunia ke dalam kelas. Ketika siswa menyaksikan film secara bersama disadari atau tidak mereka sudah terbawa ke dalam dunia film itu sendiri, pada kenyataanya siswa berada di kelas sedang menyaksikan film yang sedang diputar. Film dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila diliahat secara langsung seperti terjadinya gunung berapi atau tsunami. Peristiwa vulkano, banjir, gempa, tsunami yang melanda sebagian wilayah Indonesia dan peristiwa berbahaya lainnya dapat siswa saksikan melalui pemutaran film di dalam kelas. Akan tetapi pemutaran film tentunya bukan untuk hiburan semata, melainkan bertujuan untuk mencapai tujaun inturksional pada pembelajaran. Dari beberapa keunggulan media film dapat terlihat jelas, bahwa film merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyiasati kendala proses pembelajaran geogarfi. 2. Keterbatasan Film Selain keunggulan, film juga memiliki beberapa keterbatasan pada proses penyajiannya di dalam kelas. Durasi film terkadang melebihi waktu atau jam
21
pelajaran yang tersedia. Oleh karena itu gutru harus mampu mengedit film sehingga waktunya bisa terkondisikan. Selain itu juga pengeditan film perlu dilakaukan secara hati-hati untuk meghindari hilangnya bagian-bagian penting bagi pembelajaran. Berbagai keterbatasan mengenai film
ini, senada dengan
Arsyad (2004 : 500) yang mengungkapkan bahwa pemutaran film di kelas memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut : a. Pengadaan film umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu banyak b. Pada saat film dipertunjukan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang lain disampaikan melalui film tersebut. c. Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film yang dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan se
E. Film sebagai Media pembelajaran Geografi Seperti yang telah diketahui, bahwa laboratorium dari pengajaran geeografi adalah alam itu sendiri, tetapi dalam hal ini ada kendala dimana pada saat suatu fenomena terjadi, yang mungkin tidak bias dilihat langsung ke lapangan maka digunakanlah media film sebagai penggantinya. Menyiasati kendala tersebut serta keinginan memasukkan teknologikedalam dunia pendidikan, sekaligus menciptakan situasi emosional siswa yang kondusif untuk menerima sejumlah pelajaran baik pelajaran ilmu social, maupun ilmu pengetahuan alam, film bias dimanfaatkan untuk pembelajran di kelas.
22
Penggunaan film juga akan memberikan suasana kelas yang berbeda bahkan penggunaan metode ceramah yang klasik jika dibarngi film proses pembelajaran akan tersaji lebih menarik dan lebih efektif. Dari sebuah film, pembelajaran geografi akan membawa siswanya menjelajahi dunia nyata yang terjadi di masyrakat, untuk dijadikan bahan pelajarannya. Pengajaran geografi dengan menggunakan media film diharapkan dapat memberikan kontribusi yang tidak hanya sekedar hapalan pelajaran, tetapi memberikan suatu pemahaman konsep yang real dan tidak bersifat abstrak. Penggunaan media film dalam pembelajaran geografi harus memilki kriteria tersendiri, persyaratan suatu film dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam geografi, diantranya adalah :
F.
Pengertian Pemahaman Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Oleh karena itu, diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Mastie dan Johnson (Baharudin,
1982)
menyatakan
bahwa
pemahaman
adalah
kemampuan
menerangkan sesuatu dengan kata-kata sendiri, mengenali sesuatu yang dinyatakan dengan kata-kata yang berbeda yang terdapat dalam buku teks, menginterpretasikan atau menarik kesimpulan dari table, data dan grafik. Hal itu diperkuat oleh pendapat Hasan (1996 : 108) bahawa pemahaman merupakan proses pengolahan informasi (istilah, peristiwa, konsep, generalisasi, teori dan
23
sebagainya) menjadi sesuatu yang dapat dihubungkan dengan apa yang sudah diketahui sebelumnya. Pendapat
tersebut
menyiratkan
atau
menerangkan,
pengenalan
dan
kemampuan melakukan interpretasi atau menarik kesimpulan. Hal itu sesuai dengan pendpat Bloom et al, (Usman dan Setiawati, 1993) yang menyatakan bahwa ada tiga aspek penting dalam pemahaman yaitu : 1) menterjemahkan, 2) menafsirkan dan 3) ekstrapolasi. Bloom et al. dalam bukunya Taxonomy Of Knowledge Objectives The Classification Of Edutional Goal (1956;89-90) menjelaskan mengenai ketiga konsep tersebut yakni pertama. Menterjemahkan (translasi) yaitu jika siswa dapat menggunakan suatu komunikasi kedalam bahasa lain, istilah lain, atau ke dalam bentuk komunikasi lainnya, yang dapat meilputi pemberian makna pada berbagai macam bagian komunikasi. Selain itu, dalam translasi siswa dapat menguraikan ide-ide dalam kata-kata sendiri. Siswa dapat membuat ilustrasi baru dari suatu istilah, fakta, atau bahsa lain. Secara umum, translasi digunakan ketika siswa mampu menggunakan kata-kata sendiri dalam menguraikan suatu peristiwa atau relative mampu memberikan contoh baru dari yang telah mereka pelajari (Bloom et al., 1981 ; 158). x Kedua, interpretasi yang meliputi perlakuan terhadap suatu komunikasi dari ide-ide yang dipahami. Oleh karena itu, diperlukan pengulangan pesan terhadap ide-ide ke dalam suatu bentuk konfigurasi baru dalam pikiran siswa. Selain itu, inerpretsi juga meliputi berfikir tentang pentingnya hubungan dari ide-ide tersebut. Ketiga, Ekstrapolasi yang meliputi perbuatan terhadap dugaan atau prediksi
yang
didasarkan
pada
suatu
pengertian
dari
kecenderungan-
24
kecenderungan atau kondisi yang digunakan ke dalam komunikasi. Ekstrapolasi di dalamya termasuk juga pembuatan kesimpulan dengan respek implikasi, konsekuensi, akibat atau dampak yang sesuai dengan kondisi yang digambarkan dalam komunikasi. Pemahaman dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti terhadap materi. Hal ini bisa ditunjukkan dengan menterjemahkan materi dari suatu bentuk ke
bentuk
yang
lain,
(menjelaskan/merangkum)dan
dengan
menginterpretasikan
memperkirakan
atau
materi
memprediksi
konsekuensi/efek-efek yang ada. Aspek pemahaman agar dapat dikuasai, maka siswa terlebih dahulu harus menguasai aspek ingatan. Tingkah laku berupa tindakan yang diperlihatkan merupakan hasil dari proses mengingat sesuatu konsep yang sudah pernah diketahuinya. Tingkah laku muncul karena adanya proses pengolahan informasi yang terjadi dalam otak manusia. Pemahaman, dalam hal ini, ditempatkan pada tingkat ke dua dalam Taxonomi Bloom yaitu setelah kemapuan mengingat. Pemahaman tidak hanya terbatas pada mengingat atau memprediksi kembali bentuk informasi yang telah didapatkan, tetapi melibatkan juga berbagai kemampuan dari individu. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Dahar, 1989 : 100) Pemahaman berdasarkan uraian di atas, bukanlah hanya sekedar mengetahui dan mengingat apa yang telah dipelajari atau dialami saja, melainkan juga melibatkan proses kegiatan mental yang dinamis. Kegiatan mental tersebut meliputi kegiatan menjelaskan, pengenalan, dan kemampuan menginterpretasikan.
25
Kegiatan
menjelaskan
merupakan
kemampuan
menguraikan
sekumpulan
pernyataan secara logis mengeani sesuatu yang dijelaskan serta dapat mengurangi hal-hal yang meragukan. Pengenalan adalah saat seseorang menyadari tentang sesuatu proses atau kegiatan mental yang dimulai dari dasar pemikiran sampai pada konklusi atau kesimpulan. Pemahaman merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar, sebab guru merupakan pembimbing anak untuk mencapai konsep yang diharapkan. Sesuatu yang diajarkan hendaknya dipahami sepenuhnya oleh semua anak, jika siswa tidak dapat memahami yang diajarkan guru atau bila guru tidak dapt berkomunikasi dengan siswa, maka besar kemungkinan siswa tidak dapat menguasai mata pelajaran yang diajarkan oleh guru itu. Bloom et al. (Trisnawati, 2000; 11-12) menyatakan bilamana siswa sudah dapat menterjemahkan, menafsirkan, menggambarkan, menyimpulkan dan meramalkan sesuatu yang dipahaminya dalam setiap situasi, maka siswa tersebut dapat dikatakan telah mencpai tahap pemahaman. Pemahaman menurut penjelasan di atas merupakan suatu bagian penting yang harus dimiliki siswa dalam setiap mata pelajaran, termasuk geografi. Hal itu dikarenakan apabila siswa telah dapat memahami secara baik suatu materi pelajaran, kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan diharapkan dapat berjalan secara optimal.
26
G. PENELITIAN TINDAKAN KELAS 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan Kelas (PTk) menurut Stepen Kemmis seperti dikutip dalam bukunya D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A teacher’s Guide To Classroom Reseach dikatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas didefinsikan sebagai bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meninggikan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakn berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu : Refleksi
Rencana
Tindakan dan Observasi
Refleksi
27
Gambar 1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Setelah dilakukan refleksi atau perenungna yang mencakup analisis, sintesisi dan penliaian terhadap hasil pengamatan proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan ataua pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada gilirannya perlu diadakan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang, serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Demikain tahap-tahap kegiatan ini terus berulang sampai suatu permasalahan dianggap teratasi. Keempat fase dari suatu siklus dalam PTK dapat digambarkan dengan alur Penelitian Tindakan Kelas seperti ditunjukkan dalam gambar……
Permasalahan
Alternatif Pemecahan
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I
Analisis Data I
Observasi I
Permasalahan Belum Terselesaikan
Alternatif Pemecahan Rencana Tindakan
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Analisis Data II
Observasi II
Permasalahan Belum Terselsaikan Gambar 2 Bagan Alur PTK
Siklus Selanjutnya
28
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian
Tindakan
Kelas
memiliki
karakteristik
sebagai
berikut,
diantaranya: a.
Penelitian Tindakan Kelas itu dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktek yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan . dengan perkataan lain, guru nmerasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktek pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri (an inquiry of practice from within), bukan oleh orang dari luar.
b.
Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri Penelitian Tindakan Kelas. Penelkitian Tindakan Kelas ini berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek temapt lain sebagai responden, maka Penbelitian Tindakan Kelas mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari prakteknya sendiri melalui refleksi diri.
c.
Penelitian Tindakan Kelas
dilakukan di dalam kelas, sehingga focus
penelitian ini adalah kegaiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. d.
Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran . perbaiakan dilakukan secara bertahap dan tersu menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas dikenal adanya siklus pelaksannan berupa pola : perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, refleksi, revisis perencanaan ulang)
29
3. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas Hopkins (Aqib, 2006:17) Penelitian Tindakan Kelas memiliki 6 prinsip yaitu ; a.
Pekerjaan utama guru adalah menganajar dan apa pun metode PTKyang diterapkannya seyogianya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
b.
Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu pembelajaran
c.
Metodelogi yang digunakan harus realible, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi
serta
meruuskan
hipotesis
secara
menyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan. d.
Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan dan bertolak dari tanggung jawab professional
e.
Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya.
f.
Dalam peleksanaan PTK sejauh mungkin harus digunkan clss room excerding perpekstive, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan perpekstif misi sekolah. Sekolah adalah memperbaiki sekolah, sedangkan sekolah memperbaiki system pendidikan (opersional kepengawasan). PTK hanyalah sebuah mdal, yang penting proses memperbaiki.
30
4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Tujuan PTK secara umum adalah untuk perbaikan atau peningkatan praktek pembelajaran disekolah. Adapun tujuan PTK secara khusus dibagi menjadi 5 yaitu: a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaiakn dan peningkatan kualitas proses pembeljaran di kelas. b. Perbaiakan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas. c. Mendapatkan
penglaman
tentang
keterampilan
praktik
dalam
proses
pembelajran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembeljaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan actual yang dihadapi sehari-hari. e. Adapun tujuan penyerta PTK yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
5. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bermanfaat bagi guru, pembelajaran/ siswa, serta bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut : a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran b. Membantu guru berkembang secara professional. c. Meningkatkan rasa percaya diri guru.
31
d. Memungkinkan
guru
secara
aktif
mengembangkan
pengetahuan
dan
ketermapilan. Bagi pembelaran/siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses/hasil belajar siswa, disamping guru melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan / kemajuan pada diri guru dan pendidikan disekolah tersebut.