BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Staphylococcus aureus 1.1. Morfologi Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram terlihat bentuk kokus ukurannya 0.8-1.0 mm dengan diameter 0.7-0.9 mikron. Bakteri ini tumbuh secara anaerobic fakultatif dengan membentuk kumpulan sel-sel yang bentuknya seperti buah anggur, ( Srikandi, F., 1993 ) tidak bergerak ditemukan satu-satu, berpasangan berantai pendek atau bergerombol menyerupai buah anggur. Pada isolasi pertama kali dari kuman ini terlihat pembentukan pigmen kuning keemasan. Pigmen ini digolongkan sebagai lipokhrom. ( G. Bonang , E.S. Koeswardono 1979 )
1.2. Sifat Biakan Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobic atau mikroaerofilik. Koloni akan tumbuh dengan cepat pada temperature 370C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperature kamar (200C – 350C) koloni pada media padat akan berbentuk bulat, lembut dan mengkilat. Pada pembenihan cair menyebabkan kekeruhan yang merata tidak membentuk pigmen. Pada nutrien agar setelah diinkubasi selama 24 jam koloni berpigmen kuning emas, ukuran 2-4 mm, bulat, cembung tepi rata. Pada agar darah atau media BAP sekeliling koloni akan terlihat zona beta hemolisa (zona jernih) yang lebar.
1.3. Toksin dan Enzim Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berkembangbiak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Beberapa zat ini adalah enzim. Sedangkan yang lain diduga toksin, meskipun berfungsi sebagai enzim kebanyakan toksin berada dibawah pengendalian genetik plasmid atau DNA yang berbentuk cerkuler dan terdapat didalam kromosom. ( Jawetz. E. 1991) Hemolisa: Staphylococcus aureus dapat dibedakan menjadi 3 jenis hemolisa yang disebut alfa, beta & gama. Semua hemolisa ini antigennya berbeda. Hemolisa alfa dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah kelinci dan domba dengan cepat hemolisa alfa disebabkan oleh jenis koagulase positif dan penting pada patogenesis infeksi pada manusia. (Julius E. S. 1990) Koagulase: Staphycoccus aureus menghasilkan koagulase suatu protein yang mirip enzm yang dapat menggumpalkan plasma yang telah diberi oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam banyak serum. Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan enterase dan menyebabkan aktifitas pembekuan. Koagulase
dapat
mengendapkan
fibrin
pada
permukaan
Staphylococcus.
Staphylococcus aureus membentuk koagulase positif dianggap mempunyai potensi menjadi patogen invasive (Jawetz.E. 1996) Katalase: Staphylococcus menghasilkan katalase yang mengubah hydrogen peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen. Tes katalase membedakan Staphylococcus positif dari Streptococcus yang negatif. (Jawetz. E. 1996)
1.4. Pemeriksaan Biokimia Pada pemeriksaan biokimia meragikan sejumlah gula dengan membentuk asam tanpa gas (glukosa, laktosa, sukrosa, manitol). Peragian manitol penting untuk Staphylococcus aureus. Katalase positif dan koagulase positif dan mencairkan gelatin.
1.5. Patogenesis Staphylococcus aureus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat Piogenik. Bakteri ini dapat masuk dalam kulit melalui folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil. Staphylococcus mempunyai sifat dapat menghemolisa eritrosit, memecah manitol menjadi asam. Staphylococcus aureus merupakan salah satu Staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar untuk menimbulkan penyakit. Manusia merupakan pembawa Staphylococcus aureus dalam hidung sebanyak 40-50% juga bisa ditemukan di baju, sprei dan benda-benda lainnya di lingkungan sekitar manusia. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia karena dapat menghaslkan toksin salah satunya adalah enterotoksin dan beberapa enzim ekstra seluler yang terdiri dari hemolisa (alfa, beta, gama), leukosidin toksin neukrosa kulit. Enterotoksin adalah toksin yang bekerja pada saluran pencernaan yang dapat menyebabkan keracunan makanan dengan gejala-gejala seperti mual, muntah kejang perut dan diare. Bersifat tahan panas dan resisten terhadap enzim pepsin dan tripsin. Gejala keracunan makanan karena enterotoksin Staphylococcus ini
mempunyai masa inkubasi pendek antara 1-8 jam setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar. Enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus.
2. Pertumbuhan Bakteri Pertumbuhan adalah pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme sel tunggal pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel yang berarti juga pertambahan organisme, misalnya pertumbuhan yang terjadi pada suatu kultur bakteri. Pertumbuhan
juga
sangat
didukung
oleh
faktor-faktor
luar
yang
menguntungkan. Karena setelah terjadi pembelahan sel-sel baru akan membesar sampai masing-masing menjadi sebesar sel induk. Sedangkan untuk kematian bakteri dapat didefinisikan bahwa kematian berarti kehilangan kemampuan yang permanent untuk berproduksi (tumbuh dan membelah) Tes empiris dari suatu kematian bakteri adalah suatu sel yang dianggap mati bila gagal menghasilkan suatu koloni pada perbenihan padat dan pada media cair tidak terjadi kekeruhan. (Dwijoseputro, 1990)
3. Pengaruh Tekanan Osmose Terhadap Pertumbuhan Mikroba Faktor
tekanan osmose atau osmotic dalam konsentrasi garam harus
dikendalikan untuk sebagian besar organisme. Sifat-sifat perbenihan yang biasa sudah memuaskan tetapi untuk bakteri laut dan organisme yang sudah beradaptasi dan hidup
dalam larutan gula yang pekat. Faktor-faktor ini harus diperhatikan organisme yang membutuhkan konsentrasi garam tinggi dinamakan halofilik. Sedangkan yang membutuhkan tekanan osmosis tinggi dinamakan osmofilik. (E. Jawetz 1996) Tekanan osmose merupakan membrane yang memisahkan dua larutan yang berbeda konsentrasi. Tekanan osmose suatu larutan sangat tegantung pada zat yang terlarut didalamnya. Dua larutan yang memiliki tekanan osmose sama dikatakan isotonik dan jika tidak sama atau lebih tinggi dinamakan hipertonik sedangkan yang lebih rendah disebut hipotonik.
4. Garam Dapur Garam dapur adalah zat berbentuk kristal yang diperoleh dari proses penguapan air laut dengan bantuan sinar matahari dan dibantu angin, garam mempunyai nama kimia Sodium Chlorida (NaCl). 4.1. Macam-macam garam dapur Dikenal beberapa macam garam dapur antara lain sebagai berikut: a. Garam krosok Garam krosok adalah garam yang belum mengalami proses lebih lanjut setelah diambil dari petak tetapi sudah bisa dikonsumsi oleh masyarakat. b. Garam beryodium Garam beryodium adalah garam yang mengandung yodium yang mengalami proses yodisasi, dengan rumus kimiawinya I2 dan mempunyai berat molekul 126,91. kelarutan yodium dalam air sangat rendah, tetapi karena molekul yodium berkombinasi dengan
yodida membentuk poliyodida yang menyebabkan yodium sangat mudah larut dalam air dan mudah menguap bila terkena udara bahkan tidak stabil terhadap panas. c. Garam meja Garam meja adalah garam konsumsi yang diperoleh dengan menggunakan atau tanpa menggunakan bahan-bahan anti gumpalan/pengering. Sehingga garam ini menjadi garam kelas pabrik yang bersih. Garam ini diperoleh dari proses garam briket. 4.2. Fungsi garam dapur dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme Garam mikroorgnisme
dapur
dapat
pembusuk
dan
berfungsi patogen
sebagai karena
penghambat mempunyai
pertumbuhan sifat-sifat
anti
mikroorganisme sebagai berikut: Garam dapur akan meningkatkan tekanan osmotic substrat, menyebabkan terjadinya penarikan air dari dalam pangan akan menurun dan mikroorganisme tidak akan tumbuh, mengakibatkan terjadinya penarikan air dari dalam sel mikroorganisme sehingga sel akan kehilangan air dan mengalami pengerutan, ionisasi garam akan menghasilkan ion khlor yang beracun terhadap mikroorganisme, serta dapat mengganggu kerja enzim proteolitik karena dapat mengakibatkan terjadinya denaturasi protein. (Winiati P R, 1992) 4.3. Sifat-sifat garam dapur. Natrium klorida atau NaCl lebih dikenal dengan sebutan garam dapur ini merupakan bahan yang paling umum dan paling banyak digunakan dalam pengawetan selain itu garam dapur juga merupakan bahan pengawetan yang paling luas dan digunakan sepanjang sejarah. Disamping mudah didapat, mudah dalam
penanganan, tidak berbahaya dan bahkan memiliki daya pengawet yang tinggi. Selain itu garam dapur juga mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: Garam dapur dapat menyebabkan berkurangnya jumlah air, sehingga kadar air menjadi berkurang dan hal ini menyebabkan aktifitas mikroorganisme terhambat, dapat menyebabkan protein mikrobia terdenaturasi, dapat menyebabkan sel-sel mikrobia menjadi lisis karena perubahan tekanan osmosa, memiliki daya toksisitas yang tinggi pada mikrobia serta dapat memblokir system respirasinya.